5
25. Keputusan Kepala Desa adalah keputusan yang ditetapkan oleh Kepala Desa yang
bersifat menetapkan dalam rangka melaksanakan Peraturan Desa maupun Peraturan Kepala Desa.
BAB II AZAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
Pasal 2
1 Keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta
dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. 2
Pengelolaan keuangan desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dikelola dalam masa 1 satu tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.
BAB III KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
Pasal 3
1 Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintah Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan
Keuangan Desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan.
2 Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1, mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa;
b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa;
c. menetapkan bendahara desa;
d. menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa; dan
e. menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa.
3 Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa, dibantu oleh Pelaksana
Teknis Pengelolaan Keuangan Desa PTPKD; 4
Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa PTPKD adalah Perangkat Desa, terdiri dari :
a. Sekretaris Desa; dan
b. Perangkat Desa lainnya.
5 Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 4 huruf a, bertindak selaku
koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa.
6 Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 5, mempunyai tugas :
a. menyusun dan melaksanakan Kebijakan Pengelolaan APBDesa;
b. menyusun dan melaksanaan Kebijakan Pengelolaan Barang Desa;
c. menyusun Raperdes APBDesa, perubahan APBDesa dan pertanggung jawaban
pelaksanaan APBDesa; dan d.
menyusun Rancangan Keputusan Kepala Desa tentang Pelaksanaan Peraturan Desa tentang APBDesa dan Perubahan APBDesa.
BAB IV STRUKTUR APBDesa
Pasal 4
1 Struktur APBDesa terdiri dari :
a. Pendapatan Desa;
6
b. Belanja Desa; dan
c. Pembiayaan Desa.
2 Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, meliputi semua
penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa.
3 Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 2, terdiri dari:
a. Pendapatan Asli Desa PADesa;
b. Bagi Hasil Pajak Daerah;
c. Bagian dari Retribusi Daerah;
d. Alokasi Dana Desa ADD;
e. Hibah;
f. Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten
dan Desa lainnya; dan g.
Sumbangan Pihak Ketiga. 4
Belanja desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b, meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 satu tahun anggaran
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. 5
Belanja Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 4, terdiri dari : a.
Belanja langsung; dan b.
Belanja tidak langsung 6
Belanja Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 5 huruf a, terdiri dari : a.
Belanja Pegawai; b.
Belanja Barang dan Jasa; c.
Belanja Modal. 7
Belanja langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 6 adalah belanja yang langsung berkaitan dengan suatu kegiatan, yakni belanja yang menggambarkan tujuan dan skala
prioritas pembangunan desa setiap tahun. 8
Belanja langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 7 meliputi : a.
belanja honorarium dan penghasilan tetap; b.
belanja barang dan jasa meliputi : 1
belanja transportasi dan akomodasi; 2
belanja barang pakai habis; 3
belanja jasa kantor; 4
belanja cetak dan penggandaan; 5
belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor; 6
belanja makanan dan minuman; 7
belanja pakaian kerja; 8
belanja bahanmaterial; dan 9
belanja lain-lain sesuai dengan skala prioritas kebutuhan masyarakat desa. c.
Belanja modal meliputi : 1
belanja pengadaan tanah; 2
belanja jaringan dan irigasi; 3
belanja gedung; 4
belanja jalan dan jembatan; 5
belanja peralatan dan mesin; 6
belanja peralatan kantor dan perlengkapan kantor; dan 7
belanja kepustakaan. 8
belanja lain-lain sesuai dengan skala prioritas kebutuhan masyarakat desa.
7
9 Belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 5 huruf b adalah belanja
yang tidak langsung berkaitan dengan suatu kegiatan, yakni pengeluaran yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan rutin rumah tangga pemerintahan desa.
10 Belanja tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 5 huruf b, terdiri dari :
a. belanja aparatur desa penghasilan tetap;
b. insentif non aparatur desa;
c. belanja hibah;
d. bantuan sosial;
e. bantuan keuangan
f. tali asih; dan
g. belanja tak terduga.
11 Belanja aparatur desa sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf a, meliputi
pengahasilan tetap aparatur desa, tunjangan BPD, tunjangan Tim Pelaksana ADD, tunjangan tambahan penghasilan, tunjangan pengawasan dan tunjangan jabatan
fungsional.
12 Insentif non aparatur desa sebagimana dimaksud pada ayat 10 huruf b adalah insentif
yang diberikan kepada ketua RTRW, Ketua LPM, Ketua PKK, Ketua dan Wakil Ketua Adat.
13 Belanja hibah sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf c adalah pemberian dalam
bentuk barang danatau jasa kepada kelompok masyarakat yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.
14 Pemberian hibah sebaimana dimaksud pada ayat 13 dengan ketentuan sebagai
berikut : a.
pemberian hibah dalam bentuk barang dapat dilakukan apabila barang tersebut tidak mempunyai nilai ekonomis bagi pemerintah desa yang bersangkutan tetapi
bermanfaat bagi desa lainnya danatau kelompok masyarakat. b.
pemberiana hibah dalam bentuk jasa dapat dianggarkan apabila pemerintah desa telah memenuhi seluruh kebutuhan belanja urusan yang menjadi tanggungjawab
desa guna memenuhi standar pelayanan minimum yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
c. hibah kepada badanlembagaorganisasi swasta danatau kelompok masyarakat
bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dalam penyelenggaraan pembangunan desa;
d. belanja hibah bersifat bantuan yang tidak mengikat tidak secara terus menerus
dan harus digunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah; dan
e.
hibah dituangkan dalam bentuk Peraturan Desa dan diterbitkan setelah mendapat ijin tertulis dari Bupati.
15 Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf d adalah bantuan
dalam bentuk uang danatau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
16 Ketentuan belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat 15 sebagai berikut:
a. bantuan sosial diberikan tidak secara terus menerustidak berulang setiap tahun
anggaran, selektif dan memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya; b.
bantuan sosial diberikan oleh desa yang sudah mandiri dan mampu memberdayakan masyarakatnya; dan
c.
bantuan sosial yang diberikan oleh desa tidak dapat digunakan untuk kepentingan partai politik, OKP dan LSM.
8
17 Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf e adalah bantuan yang
diberikan untuk biaya operasional kepada desa persiapan, lembaga-lembaga kemasyarakatan desa sesuai dengan kemampuan keuangan desa.
18 Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat 17 diatur dalam Peraturan Desa
yang berpedoman pada Peraturan Bupati ini. 19
Tali asih sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf f adalah dana yang diberikan kepada Aparatur Desa dan BPD yang telah mengakhiri masa tugas.
20 Besaran dana tali asih sebagaimana dimaksud pada ayat 19 diatur dalam Peraturan
Desa. 21
Belanja tak terduga sebagaimana dimaksud pada ayat 10 huruf g merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang.
22 Belanja tak terduga sebagaimana dimaksud pada ayat 21 seperti :
a. penangulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan
sebelumnya; b.
kegiatan yang bersifat tidak biasa untuk tanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan desa demi terciptannya
keamanan, ketentraman dan ketertiban masyarakat di desa; c.
pengembalian atas kelebihan penerimaan desa tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup harus didukung oleh bukti-bukti yang sah.
23 Pembiayaan desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c, meliputi semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali danatau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
24 Pembiayaan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat 23, terdiri dari :
a. Penerimaan Pembiayaan; dan
b. Pengeluaran Pembiayaan.
25 Penerimaan Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat 24 huruf a, mencakup :
a. Sisa lebih perhitungan anggaran SilPA tahun sebelumnya;
b. Pencairan Dana Cadangan.;
c. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan; dan
d. Penerimaan Pinjaman.
26 Pengeluaran Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat 24 huruf b, mencakup :
a. Pembentukan Dana Cadangan;
b. Penyertaan Modal Desa; dan
c. Pembayaran Utang.
BAB V PENYUSUNAN RANCANGAN APBDesa