Ekstrak Tithonia Diversifolia (Hemsley) A Gray Sebagai Insektisida Nabati Untuk Pengendalian Ulat Daun Kubis Plutella Xylostella Linn (Lepidoptera Yponomeutidae)

EKSTRAK Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray SEBAGAI
INSEKTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN
ULAT DAUN KUBIS Plutella xylostella Linn.
(LEPIDOPTERA : YPONOMEUTIDAE)

EFRIN FIRMANSYAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Ekstrak Tithonia
diversifolia (Hemsley) A. Gray sebagai Insektisida Nabati untuk Pengendalian
Ulat Daun Kubis Plutella xylostella Linn. (Lepidoptera : Yponomeutidae)” adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2016
Efrin Firmansyah
NIM A351140081

RINGKASAN
EFRIN FIRMANSYAH. Ekstrak Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray sebagai
Insektisida Nabati untuk Pengendalian Ulat Daun Kubis Plutella xylostella Linn.
(Lepidoptera : Yponomeutidae). Dibimbing oleh DADANG dan RULY ANWAR.
Ulat daun kubis, Plutella xylostella (Lepidoptera : Yponomeutidae) merupakan salah satu hama yang paling merusak pada tanaman kubis-kubisan. Umumnya
petani menggunakan insektisida sintetik untuk mengendalikan hama ini. Aplikasi
insektisida sintetik yang dilakukan secara terus-menerus dan secara tidak bijaksana akan mengakibatkan munculnya kejadian resistensi, resurjensi dan dampak
negatif terhadap lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif tersebut adalah dengan memanfaatkan bahan alam yang
berpotensi untuk dijadikan sebagai insektisida nabati. Salah satunya adalah tanaman Tithonia diversifolia (Asteraceae). Tujuan penelitian ini untuk mempelajari
aktivitas ekstrak T. diversifolia sebagai insektisida nabati untuk pengendalian P.
xylostella.
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap yang meliputi ekstraksi tumbuhan, uji toksisitas ekstrak dengan metode residu pada daun dan aplikasi topikal, uji
penghambatan makan dilakukan dengan metode pilihan dan tanpa pilihan, uji
penghambatan perkembangan dan uji penghambatan peneluran. Uji keamanan hayati ekstrak dilakukan dengan uji toksisitas terhadap musuh alami hama, parasitoid Diadegma semiclausum dan uji fitotoksisitas dilakukan pada tanaman brokoli.
Ekstrak bunga lebih tinggi aktivitas mortalitasnya terhadap P. xylostella dari

pada ekstrak daun baik pada perlakuan dengan metode residu pada daun maupun
aplikasi topikal. Ekstrak bunga pada konsentrasi 0.86% mengakibatkan tingkat
penghambatan makan kuat (82.55%) dan ekstrak daun pada konsentrasi 0.97%
mengakibatkan tingkat penghambatan makan lemah (54.90%) yang diuji dengan
metode pilihan. Pengujian dengan metode tanpa pilihan menunjukkan baik ekstrak
bunga pada konsentrasi 0.86% maupun daun pada konsentrasi 0.97% mengakibatkan tingkat penghambatan makan lemah yaitu berturut-turut 57.16% dan 59.7%.
Ekstrak daun dan bunga T. diversifolia memberikan pula pengaruh penghambatan
perkembangan dan penghambatan aktivitas peneluran P. xylostella. Ekstrak daun
dan bunga T. diversifolia tidak berpengaruh negatif terhadap musuh alami dan tanaman brokoli.
Kata kunci : Fitotoksisitas, insektisida nabati, musuh alami, toksisitas.

SUMMARY
EFRIN FIRMANSYAH. Extracts of Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray as a
Botanical Insecticide to Control The Diamondback Moth Plutella xylostella Linn.
(Lepidoptera : Yponomeutidae). Supervised by DADANG and RULY ANWAR.
The diamondback moth, Plutella xylostella (Lepidoptera : Yponomeutidae)
is one of the most destructive pests on cruciferous plants. Generally, farmers use
synthetic insecticides to control this pest. Intensive and improper applications of
syntethic insecticides have led to increase selection pressure for insect resistance,
resurgence and detrimental effect on environment. One effort to solve the problem

caused by inappropriate applications of synthetic insecticides is by utilization of
botanical materials as botanical insecticides. One of the potential plant species is
Tithonia diversifolia (Asteraceae). Therefore, the purpose of this research was to
study the insecticidal activity of T. diversifolia as a botanical insecticide against P.
xylostella.
The research was conducted in several steps including; extracting T.
diversifolia plant parts, testing the mortality activity of the extract by leaf residual
and topical application methods, testing feeding inhibition activity of the extract
by choice and no-choice methods, testing inhibition of growth and oviposition
activity of P. xylostella, testing the selectivity to the natural enemy of pest,
parasitoid Diadegma semiclausum, and phytotoxicity test conducted on broccoli
plant.
The results showed that the flower extract of T. diversifolia was better
mortality activity on insect than the leaf extract on both leaf residual and topical
application methods. The larvae feeding inhibitory activity by the choice method
showed that the flower extract at 0.86% resulted in a stronger inhibition rate
(82.55%) and the leaf extract at 0.97% resulted in a weak inhibition rate (54.90%).
Meanwhile by no-choice method, the flower extract at 0.86% and the leaf extract
at 0.97% resulted in a weak inhibition rate 57.16% and 59.70%, respectively.
There were development inhibitory activity and inhibition of oviposition of P.

xylostella caused by the leaf and flower extracts of T. diversifolia. The extracts of
leaf and flower of T. diversifolia did not adversely affect on both natural enemy
and broccoli plant (no phytotoxic effect).

Keywords : Botanical insecticides, natural enemy, phytotoxicity, toxicity.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EKSTRAK Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray SEBAGAI
INSEKTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN
ULAT DAUN KUBIS Plutella xylostella Linn.
(LEPIDOPTERA : YPONOMEUTIDAE)


EFRIN FIRMANSYAH

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Entomologi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji luar komisi:

Dr Ir I Wayan Winasa MS

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2015 ini ialah insektisida nabati, dengan judul Ekstrak Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray sebagai Insektisida Nabati untuk Pengendalian Ulat Daun Kubis Plutella xylostella
Linn. (Lepidoptera : Yponomeutidae).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Dadang MSc dan Dr Ir
Ruly Anwar MSi selaku pembimbing, serta Ir Djoko Prijono MAgrSc yang telah
banyak memberi arahan selama di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga IPB. Terima kasih penulis sampaikan pula kepada Maryono SPi dan
Wawan SSi yang telah membantu selama pengumpulan sampel penelitian di lapangan. Terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2016
Efrin Firmansyah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi


DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis
Manfaat Penelitian

1
2
2
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Plutella xylostella

Persebaran dan Biologi
Pengendalian P. xylostella
Tithonia diversifolia
Persebaran dan Biologi
Manfaat T. diversifolia pada Bidang Pertanian
Insektisida Nabati

3
3
4
5
5
6
6

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Metodologi
Penanaman dan Pemeliharaan Brokoli
Pemeliharaan dan Perbanyakan Serangga Uji

Ekstraksi Tumbuhan
Uji Toksisitas Ekstrak terhadap Larva P. xylostella
Uji Penghambatan Makan
Uji Penghambatan Perkembangan
Uji Penghambatan Peneluran
Uji Pengaruh Ekstrak terhadap Musuh Alami
Uji Fitotoksisitas Ekstrak pada Tanaman Brokoli
Analisis Data

8
8
8
8
9
9
10
11
11
12
13

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Toksisitas Ekstrak pada Larva P. xylostella
Penghambatan Makan
Penghambatan Perkembangan
Penghambatan Peneluran
Pengaruh Ekstrak terhadap Musuh Alami
Fitotoksisitas Ekstrak pada Tanaman Brokoli
Pembahasan

15
15
17
18
18
19
19
19


SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

23
23

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

38

DAFTAR TABEL
1 Kriteria penghambatan makan larva P.xylostella oleh ekstrak T. diversifolia
2 Kriteria keamanan ekstrak terhadap musuh alami
3 Penduga parameter regresi probit hubungan antara konsentrasi atau dosis
ekstrak T. diversifolia dengan mortalitas larva P. xylostella pada
pengamatan 144 JSP.
4 Persen penghambatan aktivitas makan larva P. xylostella pada perlakuan
ekstrak daun dan bunga T. diversifolia
5 Pengaruh perlakuan ekstrak daun dan bunga T. diversifolia terhadap
waktu terbentuknya pupa (WP) dan imago (WI) P. xylostella
6 Pengaruh ekstrak daun dan bunga T. diversifolia terhadap penghambatan
peneluran imago P. xylostella
7 Pengaruh ekstrak T. diversifolia terhadap mortalitas parasitoid D. semiclausum

11
13

17
17
18
18
19

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Siklus perkembangan P. xylostella
Tanaman (kiri) dan bunga (kanan) T. diversifolia
Kurungan tempat pemeliharaan serangga
Pengujian penghambatan makan dengan metode pilihan (A) dan tanpa
pilihan (B), T= perlakuan, C= kontrol.
Kurungan tempat uji penghambatan peneluran
Pengujian ekstrak terhadap musuh alami (A) dan penyimpanannya (B)
Pengujian fitotoksik pada tanaman brokoli (A), daun bagian atas (B),
tengah (C) dan bawah (D)
Perkembangan mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan ekstrak daun
dan bunga T. diversifolia dengan metode residu pada daun.
Perkembangan mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan ekstrak daun
dan bunga T. diversifolia dengan metode aplikasi topikal.

3
5
8
10
12
12
13
15
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan ekstrak daun dan
bunga T. diversifolia dengan metode residu pada daun
2 Rata-rata mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan ekstrak daun dan
bunga T. diversifolia dengan metode aplikasi topikal
3 Data pengamatan penghambatan aktivitas makan ekstrak metanol bunga T.
diversifolia pada larva P. xylostella dengan metode pilihan
4 Data pengamatan penghambatan aktivitas makan ekstrak metanol daun T.
diversifolia pada larva P. xylostella dengan metode pilihan
5 Data pengamatan penghambatan aktivitas makan ekstrak metanol bunga T.
diversifolia pada larva P. xylostella dengan metode tanpa pilihan
6 Data pengamatan penghambatan aktivitas makan ekstrak metanol daun T.
diversifolia pada larva P. xylostella dengan metode tanpa pilihan

30
31
32
33
34
35

7 Data pengamatan penghambatan aktivitas peletakkan telur imago P.
xylostella pada perlakuan ekstrak daun dan bunga T. diversifolia
8 Gejala fitotoksik pada daun brokoli yang diberi perlakuan ekstrak daun T.
diversifolia pada konsentrasi 5.00 % (2 x LC99)

36
37

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kubis-kubisan (Brassicaceae) merupakan jenis tanaman sayuran
yang banyak dibudidayakan oleh petani Indonesia. Dalam periode 4 tahun terakhir dari 2011-2015 produksi tanaman kubis-kubisan mengalami penurunan
setiap tahunnya. Tanaman kubis mengalami penurunan sebesar 0.17%, kol
kembang 10.18%, sawi 3.64%, dan lobak 32.67% (BPS 2015). Beberapa faktor
yang berkontribusi dalam penurunan produksi tanaman di antaranya adalah penurunan kesuburan lahan, berkurangnya lahan produksi dan adanya serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT) (Sastrosiswojo et al. 2005). Ulat daun
kubis Plutella xylostella (Lepidoptera : Yponomeutidae) merupakan salah satu
hama yang paling merusak pada tanaman kubis-kubisan (Brassicaceae) di seluruh
dunia (Sarfraz dan Kaddie 2005). Kerusakan tanaman disebabkan oleh aktivitas
makan larva yang pada populasi tinggi dapat merusak tanaman secara berat
(Capinera 2001).
Pengendalian menggunakan insektisida sintetik merupakan teknik pengendalian yang paling umum dilakukan untuk mengendalikan P. xylostella di
seluruh dunia (Syed et al. 2004). Penggunaan insektisida sintetik merupakan cara
yang efektif namun jika penggunaannya secara terus menerus dan tidak bijaksana
dapat menyebabkan resistensi serangga (Kau dan Cheng 2001), berpengaruh
buruk pada kesehatan lingkungan dan adanya residu pada produk pertanian yang
dapat membahayakan konsumen (Dadang dan Prijono 2008).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi masalah
akibat penggunaan pestisida sintetik adalah dengan memanfaatkan bahan alami
yang berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku insektisida nabati. Insektisida nabati merupakan insektisida yang bahan dasarnya adalah senyawa tumbuhan yang mudah terurai di alam (Mkenda et al. 2014), relatif aman terhadap
organisme bukan sasaran, dapat dipadukan dengan komponen lain pengendalian
hama terpadu, dan dapat memperlambat laju resistensi (Dadang dan Prijono 2008).
Berdasarkan hal tersebut penggunaan insektisida nabati diharapkan mampu
mengurangi atau mungkin dapat menggantikan penggunaan pestisida sintetik di
lapangan dan menjadi bahan pengendali yang ramah lingkungan, aman dan sehat
(Djunaedy 2009).
Tithonia diversifolia (Asteraceae) yang merupakan tumbuhan liar dan
berpotensi menjadi gulma pada areal pertanian, belum banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat di Indonesia. Biasanya masyarakat memanfaatkan tumbuhan ini
sebagai pakan ternak ruminansia. Pemanfaatan lainnya adalah sebagai pupuk
organik (Pardono 2011). Di luar negeri T. diversifolia selain dimanfaatkan
sebagai pakan ternak dan bahan pupuk organik, juga dimanfaatkan sebagai bahan
baku insektisida nabati untuk mengendalikan beberapa serangga hama di areal
pertanaman. T. diversifolia mengandung senyawa-senyawa yang bersifat toksik
terhadap serangga seperti flavonoid, tanin, dan triterpen yang dapat mengendalikan Atta cephalotes (Hymenoptera : Formicidae) (Castano-Quintana et al.
2013) dan larva Chlosyne lacinia (Lepidoptera : Nymphalidae) (Ambrosio et al.
2008). Di Indonesia, pemanfaatan T. diversifolia sekarang ini hanya sebatas

2
sebagai pakan ternak dan pupuk organik, sementara potensinya sebagai bahan
insektisida nabati belum banyak dipelajari khususnya untuk mengendalikan ulat
daun kubis P. xylostella.
Perumusan Masalah
Penggunaan insektisida sintetik secara terus-menerus dan secara tidak bijaksana dapat menimbulkan dampak negatif seperti terjadinya resistensi hama
terhadap insektisida dan meningkatnya residu pada produk pertanian yang berbahaya bagi konsumen. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif tersebut adalah dengan pemanfaatan tumbuh-tumbuhan
yang berpotensi dijadikan sebagai insektisida nabati. T. diversifolia merupakan
salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk mengendalikan OPT di pertanaman.
Namun di Indonesia penelitian tentang potensi T. diversifolia sebagai insektisida
nabati belum banyak dilakukan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mempelajari aktivitas insektisida ekstrak T.
diversifolia sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan ulat daun kubis P.
xylostella.
Hipotesis
Ekstrak T. diversifolia mempunyai aktivitas insektisida terhadap ulat daun
kubis P. xylostella.
Manfaat Penelitian
1. Menambah informasi tentang potensi ekstrak T. diversifolia untuk mengendalikan ulat daun kubis P. xylostella.
2. Dapat dijadikan sebagai salah satu teknologi alternatif dalam pengendalian P.
xylostella yang ramah lingkungan.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Plutella xylostella
Persebaran dan Biologi
Ulat daun kubis, P. xylostella kemungkinan berasal dari Eropa. Serangga ini
selain ditemukan di Eropa, juga ditemukan di Amerika, Asia Tenggara, Australia
dan Selandia Baru. Di Amerika, serangga ini pertama kali diamati di Illinois,
Amerika Utara pada tahun 1854 kemudian menyebar ke Florida dan Pegunungan
Rocky pada tahun 1883. Kemudian dilaporkan juga keberadaannya di British
Columbia (Kanada) pada tahun 1905. Di Amerika Utara keberadaan ulat daun P.
xylostella dapat ditemukan hampir pada setiap pertanaman kubis-kubisan
(Capinera 2001). Di Indonesia, P. xylostella ditemukan terbatas hanya pada
daerah perbukitan atau pegunungan, tempat tumbuhnya tanaman kubis-kubisan.
Serangga ini ditemukan di Pulau Jawa pada ketinggian 700-1500 m dpl
(Kalshoven 1981).
Ulat daun kubis hanya memakan tanaman yang termasuk Famili Brassicaceae, di antaranya brokoli, kol, kubis, sawi putih, kol kembang, lobak, sawi, dan
selada air. Selain itu, beberapa tanaman yang tergolong gulma dapat menjadi
inang bagi P. xylostella, seperti Barbarea vulgaris, Capsella bursapastoris,
Lepidium spp., dan Brassica spp. Satu siklus hidup serangga P. xylostella rata-rata
27-30 hari yang meliputi fase telur, larva, pupa dan imago (Gambar 1).

Gambar 1 Siklus perkembangan P. xylostella
Telur serangga ini berbentuk lonjong pipih berukuran 0.44 mm x 0.26 mm
berwarna kuning atau hijau pucat. Telur biasanya tidak berkelompok atau
berkelompok dalam jumlah sedikit antara 3-8 telur per kelompok yang diletakkan
di permukaan bawah daun tanaman meskipun terkadang dapat juga pada bagian
tanaman yang lainnya. Setiap individu betina rata-rata mampu menghasilkan 150
telur selama hidup (Capinera 2001).
Perkembangan P. xylostella setelah melewati fase telur adalah fase larva
yang terdiri dari 4 instar. Rata-rata stadium instar I, II, III dan IV berturut-turut

4
adalah 4.5, 4, 4 dan 5 hari (Capinera 2001). Sementara itu, Herlinda et al. (2004)
menyatakan bahwa rata-rata stadium larva berturut-turut adalah 4, 2, 3 dan 3 hari
untuk instar I, II, III dan IV. Perbedaan lama perkembangan dapat terjadi karena
perbedaan keadaan lingkungan (suhu dan kelembapan) atau jenis tumbuhan
inangnya (Capinera 2001).
Larva instar I yang baru menetas biasanya mengorok di dalam daun selama
beberapa hari. Selanjutnya larva instar II sampai instar IV sudah dapat terlihat di
bagian luar daun. Kepala larva berwarna kekuningan dan seluruh bagian tubuh
berwarna hijau terang. Larva tumbuh hingga mencapai 9 mm dan bergerak aktif
ketika disentuh (Kalshoven 1981).
Pupa P. xylostella berwarna kekuningan terbungkus kokon berwarna putih
yang biasanya ditemukan di bagian permukaan bawah daun atau di bagian atasnya.
Pada tanaman kol dan brokoli, pupa dapat ditemukan pada bakal bunga atau
kuncup bunga. Stadium pupa di lapangan antara 5-11 hari, dan di laboratorium
antara 3-4 hari (Hasanshahi et al. 2014).
Serangga dewasa (imago) berukuran kecil dan ramping, berwarna kelabu
cokelat dengan antena yang sangat panjang (Webb 2002). Pada bagian sayap
terdapat pola seperti berlian berwarna putih terang yang menjadikan serangga ini
disebut sebagai ngengat punggung berlian atau diamondback moth (DBM).
stadium imago jantan rata-rata 12 hari, sedangkan imago betina 16 hari. Ngengat
merupakan penerbang yang lemah yang hanya mampu terbang pada ketinggian 2
m dari permukaan tanah dengan jangkauan jarak terbang yang tidak terlalu jauh
(Capinera 2001).
Pengendalian P. xylostella
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan P.
xylostella di lapangan di antaranya : pegendalian melalui sistem budidaya, pengendalian secara biologi dan pengendalian secara kimia.
Pengendalian melalui sistem budidaya dapat dilakukan dengan beberapa
cara di antaranya : 1) Sistem rotasi tanaman. P. xylostella memiliki cakupan inang
yang sedikit sehingga sistem rotasi tanaman akan mengurangi tingkat populasi
dan tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh serangan serangga; 2) Sistem
tumpang sari. Sistem ini dilakukan dengan cara menanam tanaman kubis-kubisan
yang dipadukan dengan tanaman lain seperti tomat atau bawang. Hal tersebut
akan mempengaruhi prilaku serangga dalam menemukan tanaman inang yang
secara tidak langsung akan mengurangi tingkat populasi serangga; 3) Penggunaan
tanaman perangkap. Penggunaan tanaman perangkap yang lebih atraktif terhadap
serangga sehingga serangga lebih memilih tanaman perangkap daripada tanaman
budidaya. Contoh tanaman yang dapat dijadikan se-bagai tanaman perangkap
untuk P. xylostella adalah tanaman semanggi (Tripolium L.) dan tanaman mustard
(Brassica juncea); 4) Penggunaan varietas resisten terhadap P. xylostella dan 5)
Penggunaan feromon seks yang mengganggu proses perkawinan (Philips et al.
2014).
Pengendalian secara biologi dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami
P. xylostella termasuk parasitoid dan predator. Setiap fase perkembangan P.
xylostella dapat diserang oleh musuh alami, mulai dari fase telur hingga pupa.
Telur P. xylostella dapat diparasit oleh parasitoid telur Trichogramma
(Hymenoptera : Trichogrammatidae), meskipun tingkat parasitisasi terhadap telur

5
terhitung masih rendah. Pada fase larva, parasitoid larva merupakan musuh alami
P. xylostella yang mendominasi dan paling efektif dalam mengendalikan P.
xylostella. Parasitoid larva yang paling banyak digunakan di seluruh dunia yaitu
Diadegma (Hymenoptera : Ichneumonidae) dan Cotesia (Hymenoptera :
Braconidae). Pada fase pupa, parasitoid yang memarasit P. xylostella yaitu
Oomyzus sokolowskii (Hymenoptera : Eulophidae). Selain parasitoid, terdapat
beberapa serangga predator dan patogen yang dapat menyerang P. xylotella.
Serangga famili Staphylinidae, Syrphidae, Vespidae, Chrysopidae dan kelompok
laba-laba merupakan predator penting P. xylostella. Sementara contoh patogen
yang dilaporkan dapat menyerang P. xylostella yaitu Bacillus thuringiensis var.
Kurstakii merupakan patogen yang banyak digunakan untuk mengendalikan P.
xylostella di seluruh dunia (Philips et al. 2014).
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan pengaplikasian insektisida
baik insektisida sintetik maupun nabati. P. xylostella diketahui telah mengalami
ketahanan (resistensi) terhadap banyak insektisida (Xia et al. 2014; Jiang et al.
2015). Penggunaan insektisida nabati diharapkan dapat mengurangi tingkat
resistensi P. xylostella terhadap insektisida sintetik (Philips et al. 2014). Wei et al.
(2015) membuktikan minyak atsiri ekstrak Chenopodium ambrosioides berpotensi
untuk digunakan sebagai penghambat aktivitas makan larva dan sebagai
insektisida penghambat pertumbuhan P. xylostella. Mari (2012) menyatakan
ekstrak tumbuhan Azadirachta indica lebih toksik dari ekstrak tumbuhan
Nicotiana tabacum terhadap larva P. xylostella.
Tithonia diversifolia
Persebaran dan Biologi
Tithonia diversifolia (Asteraceae) merupakan tumbuhan herbal berkayu
yang memiliki tinggi 1.2 m - 3 m dengan ukuran daun 5 cm – 7 cm x 5 cm – 15
cm. Tumbuhan ini memiliki bunga berwarna kuning dan menghasilkan bunga
sepanjang tahun (Gambar 2).

Gambar 2 Tanaman (kiri) dan bunga (kanan) Tithonia diversifolia

6
Persebarannya dapat terjadi sepanjang tahun yang dilakukan oleh bantuan
angin, air, hewan termasuk serangga atau aktivitas manusia. T. diversifolia
merupakan tumbuhan asli dari Meksiko dan Amerika Tengah yang dikenal dengan nama Mexican sunflower (Mwanauta et al. 2014). Tumbuhan ini telah diintroduksi ke sebagian besar negara-negara tropik di Asia Tenggara termasuk
Indonesia. Di Indonesia tumbuhan ini dikenal dengan nama umum kipait, sedangkan di Jawa dikenal dengan nama kembang bulan. Tumbuhan ini mampu
tumbuh hingga pada ketinggian 200-1500 m dpl (Setiawati et al. 2008).
Manfaat T. diversifolia pada Bidang Pertanian
T. diversifolia dikenal sebagai tanaman gulma di Indonesia. Akhir-akhir
ini berbagai penelitian menunjukkan berbagai potensi dari tumbuhan ini dalam
membantu meningkatkan produksi pertanian, baik secara langsung sebagai pupuk
organik yang kaya akan unsur hara, maupun secara tidak langsung sebagai bahan
untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Olabode (2007)
menyatakan tumbuhan ini merupakan salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk
dijadikan bahan penyubur tanah. Selain memiliki kandungan unsur hara yang
bermanfaat dalam menyuburkan tanah, tanaman ini memiliki kandungan
insektisida dan nematisida (Setiawati et al. 2008) yang menjadikannya berpotensi
untuk dijadikan bahan pengendali serangga hama. Otusanya dan Ilori (2012)
dalam risetnya menyatakan ekstrak daun T. diversifolia mengandung senyawa
flavonoid, tanin, glikosida, terpenoind dan fenol. Senyawa–senyawa tersebut
merupakan beberapa senyawa yang mempunyai sifat racun dan antimakan pada
serangga hama (Hassanali dan Lwande 1989).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan keefektifan penggunaan T.
diversifolia sebagai bahan pengendali hama pada pertanaman di antaranya sebagai antijamur dan antibakteri (Linthoingambi dan Singh 2013). Penelitian lain
menunjukkan 500 g/l ekstrak kasar daun T. diversifolia dapat meningkatkan
mortalitas larva Cosmopolites sordidus (Germar) (Coleoptera : Curculionidae)
sampai 82% (Mukasa et al. 2008). Sementara Wardhana dan Diana (2014)
menyatakan bahwa ekstrak metanol daun T. diversifolia efektif pada konsentrasi
1% menyebabkan kematian, penurunan bobot pupa dan menghalangi terbentuknya pupa serta daya tetas pada larva Chrysomya bezziana (Diptera :
Challiphoridae). Hasil penelitian lainnya menunjukan ekstrak T. diversifolia
mampu mengendalikan serangan Atta cephalotes (Hymenoptera : Formicidae)
(Castano-Quintana et al. 2013), Macrotermes bellicosus (Isoptera : Termitidae)
(Oyedokun et al. 2011), Macrotermes spp. (Isoptera : Termitidae) (Osipitan dan
Oseymi 2012), larva nyamuk Aedes aegypti (Diptera : Culicidae) (Bernard 2012),
dan hama gudang Callosobrochus maculatus (Coleoptera : Bruchidae) (Kolawole
et al. 2014).
Insektisida Nabati
Insektisida nabati sudah lama dikenal sebagai insektisida alternatif untuk
mengurangi dampak negatif penggunaan insektisida sintetik karena berasal dari
bahan alam yang aman terhadap lingkungan termasuk manusia. Pada perkembangannya, pemanfaatan tanaman sebagai insektisida dimulai dari hasil

7
pengamatan terhadap tanaman yang menunjukkan ketahanan terhadap serangan
serangga hama, kemudian orang mulai menggunakannya sebagai insektisida
nabati (El-Wakeil 2013).
Terdapat empat kelompok senyawa utama tumbuhan yang berperan dalam
insektisida nabati, yaitu 1) senyawa yang mengandung nitrogen contohnya
alkaloid dan glukosinolat; 2) senyawa fenolik contohnya fenol dan flavonoid; 3)
senyawa terpenoid contohnya monoterpen, sesquiteren dan limonoid; dan 4)
senyawa poliasetat contohnya poliasetilen. Insektisida nabati yang sudah beredar
di pasaran yaitu dari kelompok senyawa terpenoid yang berasal dari pyrethrum,
mimba, dan produk minyak atsiri (Miresmailli dan Isman 2014).
Phyrethrin yang berasal dari tanaman phyretrum bekerja pada ion channel,
mengganggu proses pertukaran ion sodium dan potassium yang mengakibatkan
terganggunya pengiriman impuls syaraf. Senyawa ini bekerja cepat dalam
mengakibatkan kelumpuhan serangga (knockdown). Meskipun senyawa ini
bekerja cepat, namun beberapa serangga mampu memecah pyrethrin sehingga
serangga mampu bertahan hidup. Untuk mencegah serangga memecah pyrethrin
dan bertahan hidup, pyrethrin bekerja sinergis dengan Piperonil Butoksida (PBO)
(Rattan 2010).
Pada serangga, senyawa yang terkandung pada nimba lebih aktif sebagai
penghambat aktivitas makan, namun dapat juga berperan sebagai repellent,
pengatur pertumbuhan, penghambatan peneluran, atau bersifat toksik. Sebagai
penghambat aktivitas makan, senyawa ini mengakibatkan serangga berhenti
makan segera setelah menelan makanan yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologis dari senyawa penghambat makan (Salama dan Sharaby 1988). Sebagai
penghambat pertumbuhan, nimba menghambat proses pertumbuhan dengan cara
mengganggu proses sintesis kitin (pada proses ganti kulit) (El-Wakeil 2013).
Cara kerja minyak atsiri sebagai racun kontak telah dibuktikan pada beberapa serangga. Berbagai penelitian menunjukkan cara kerja dari minyak atsiri
pada syaraf. Senyawa monoterpen menghambat kerja enzim asetilkolinesterase
yang mengakibatkan kerja otot terhambat karena impuls dari sistem syaraf
terganggu dan pada akhirnya serangga mati (El-Wakeil 2013).

8

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Penelitian dilakukan mulai bulan November 2015 sampai Juni 2016.
Metodologi
Penanaman dan Pemeliharaan Brokoli
Tanaman brokoli (Brassica oleraceae L. Var. Italica) digunakan sebagai
media untuk menguji pengaruh ekstrak T. diversifolia terhadap ulat daun kubis P.
xyostella. Benih brokoli disemai pada wadah penyemaian yang berisi tanah dan
pupuk kandang (2:1, w/w) yang telah dicampur rata. Setelah berumur 3 minggu,
sebanyak satu bibit tanaman dipindahtanamkan ke tiap polybag berukuran besar
(5 liter) yang telah berisi campuran tanah dan pupuk kandang (2:1, w/w).
Pemupukan tambahan dilakukan ketika tanaman berumur 3-4 minggu melalui
pemberian pupuk NPK dengan dosis 1 g/polybag. Pemeliha-raan tanaman brokoli
yang dilakukan meliputi penyiraman yang dilakukan dua kali sehari, penyulaman
pada tanaman yang mati, penyiangan gulma, dan pe-ngendalian hama yang
dilakukan secara mekanik. Tanaman berumur 2 bulan digunakan sebagai pakan
larva P. xylostella.
Pemeliharaan dan Perbanyakan Serangga Uji
Serangga yang digunakan sebagai serangga uji adalah P. xylostella larva
instar III dan imago mulai generasi kedua yang diperoleh dari pemeliharaan di
laboratorium. Imago serangga didapatkan dari pertanaman sayuran di daerah
Cipanas, Cianjur (6o44’58.81”LS - 107o1’17.47”BT). Imago dikumpulkan dan
dipelihara di laboratorium dengan cara dimasukkan ke dalam kurungan kasa
tempat pemeliharan (100 cm x 50 cm x 50 cm) (Gambar 3).

Gambar 3 Kurungan tempat pemeliharaan serangga
Imago diberi makan larutan madu 10% (v/v) yang diserapkan pada kapas
yang digantungkan di tengah-tengah kurungan menggunakan seutas benang. Pada
bagian dasar kurungan diletakkan daun brokoli pada botol kecil (diameter 3 cm

9
dan tinggi 5 cm) berisi air sebagai tempat peletakkan telur. daun yang telah
diletaki telur kemudian dipindahkan pada wadah plastik tempat pemeliharaan (30
cm x 25 cm x 7 cm). Telur-telur tersebut dipelihara hingga menetas kemudian
setelah menjadi larva, serangga diberi makan daun brokoli bebas pestisida.
Ekstraksi Tumbuhan
Metode yang digunakan untuk mendapatkan ekstrak T. diversifolia adalah
metode maserasi (Dadang dan Prijono 2011). Bahan tanaman diperoleh dari
Cisarua, Bogor (6o41’20.30”LS - 106o56’55.63BT). Bagian tanaman yang digunakan adalah daun dan bunga. Masing-masing bahan tersebut dipotong menjadi bagian-bagian kecil, dikeringanginkan selama 7 hari, dan dihaluskan
menggunakan blender secara terpisah hingga menjadi serbuk. Serbuk diayak
menggunakan pengayak kasa berjalin 1 mm. Masing-masing serbuk direndam
dalam metanol (1:10, w/v) selama 48 jam. Rendaman disaring menggunakan
corong Buchner yang dialasi kertas saring. Hasil saringan diuapkan dengan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 50oC dan tekanan 240 mbar sehingga
diperoleh ekstrak kasar. Ekstrak disimpan dalam lemari es (4oC) hingga saat
digunakan.
Uji Toksisitas Ekstrak terhadap Larva P. xylostella
Setiap ekstrak diuji pada lima taraf konsentrasi yang diharapkan dapat
mengakibatkan kematian serangga uji 5% hingga 95%, yang ditentukan dengan
uji pendahuluan. Konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk uji pendahuluan
adalah 5%, 3%, 1%, 0.5%, dan 0.1%. Setelah memperoleh data mortalitas hasil uji
pendahuluan kemudian dilakukan analisis probit untuk memperoleh konsentrasi
yang akan digunakan pada uji lanjutan. Konsentrasi uji lanjut ekstrak metanol
daun dan bunga T. diversifolia berturut-turut yaitu 0.02%, 0.04%, 0.09%, 0.22%,
dan 0.97%; dan 0.01%, 0.04%, 0.08%, 0.19% dan 0.86%. Pembuatan konsentrasi
larutan ekstrak dilakukan dengan metode pengenceran berseri (serial dilution).
Pengujian toksisitas dilakukan dengan dua metode yaitu metode residu pada daun
dan metode aplikasi topikal.
Metode residu pada daun. Potongan daun brokoli (4 cm x 4 cm) dicelupkan
ke dalam sediaan ekstrak pada konsentrasi tertentu kemudian dikeringanginkan.
Daun kontrol dicelupkan ke dalam 100 ml larutan air yang mengandung metanol
dan Tween 80 (5:1, v/v). Sebanyak 2 lembar daun dimasukkan ke dalam petri dish
(diameter 9 cm), lalu dimasukkan pula 10 ekor larva P. xylostella instar III. Setiap
perlakuan dan kontrol diulang lima kali. Daun perlakuan dan kontrol diganti
setiap 24 jam setelah perlakuan dengan daun tanpa perlakuan. Pengamatan
mortalitas larva dilakukan setiap 24 jam selama 6 hari. Persentase kematian untuk
setiap konsentrasi ekstrak dianalisis dengan program analisis probit untuk
menentukan hubungan konsentrasi/dosis dengan kematian serangga uji (Finney
1997).
Metode aplikasi topikal. Sebanyak 10 ekor larva P. xylostella instar III
dimasukkan ke dalam cawan petri (diameter 9 cm) yang telah dialasi tisu. Larva
ditetesi sediaan ekstrak pada dosis tertentu dan kontrol ditetesi dengan larutan
yang mengandung metanol dan Tween 80 (5:1, v/v) pada bagian dorsal toraks
menggunakan microapplicator. Setelah tetesan kering, dua lembar daun brokoli (4
cm x 4 cm) tanpa perlakuan diberikan sebagai pakan. Setiap perlakuan dan kontrol

10
diulang sebanyak lima kali. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam selama 6 hari
dengan menghitung jumlah larva yang mati.
Uji Penghambatan Makan
Metode yang digunakan untuk pengujian penghambat makan adalah metode pilihan (choice) dan tanpa pilihan (no-choice). Daun pakan serangga dipotong berukuran 4 cm x 4 cm. Potongan daun kemudian ditimbang dalam kelompok yang terdiri atas dua lembar daun per kelompok. Untuk memperkirakan
bobot kering awal, dua lembar daun yang diambil dari lembaran daun tadi
ditimbang dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 2 jam kemudian
daun yang telah dikeringkan ditimbang kembali (Dadang dan Prijono 2008).
Potongan daun perlakuan dicelup dalam sediaan bahan uji pada konsentrasi
perlakuan (LC15, LC35, LC55, LC75 dan LC95), kemudian dikeringanginkan,
sedangkan daun kontrol dicelup dalam air yang mengandung metanol dan Tween
80 (1:5, v/v). Setelah pelarut menguap, dua lembar daun perlakuan dan dua
lembar daun kontrol diletakkan secara berselang-seling di dalam cawan petri
(diameter 14 cm) yang dialasi tisu, kemudian 10 ekor larva P. xylostella instar III
diletakkan dalam cawan tersebut (metode pilihan). Pada metode tanpa pilihan,
setiap 2 daun perlakuan dan 2 daun kontrol masing-masing diletakkan pada cawan
petri (diameter 9 cm) secara terpisah (Gambar 4).

A

B

Gambar 4 Pengujian penghambatan makan dengan metode pilihan (A) dan
tanpa pilihan (B), T= perlakuan, C=kontrol.
Setelah 24 jam, daun sisa dikeringkan (daun perlakuan dan daun kontrol
untuk setiap ulangan dipisah) dalam oven pada suhu 1050C selama 2 jam, dan
daun yang telah dikeringkan ditimbang. Selisih bobot kering awal dan bobot
kering sisa merupakan bobot daun yang dimakan. Setiap perlakuan dan kontrol
diulang sebanyak lima kali (Dadang dan Prijono 2008).

11
Persentase penghambatan makan dihitung berdasarkan rumus Ling et al.
(2008) :

PM
BKK
BKP

: Penghambatan makan (%)
: Berat kering daun yang dimakan pada kontrol (g)
: Berat kering daun yang dimakan pada perlakuan (g)

Persentase penghambatan makan kemudian dikelompokkan berdasarkan
kriteria Park et al. (1997) (dengan sedikit modifikasi) yaitu :
Tabel 1 Kriteria penghambatan makan larva P. xylostella oleh ekstrak T. diversifolia
Penghambatan makan (%)
Kriteria
x > 80
Kuat
60 ≤ x ≤ 80
Sedang
40 ≤ x < 60
Lemah
x < 40
Sangat lemah
Uji Penghambatan Perkembangan
Pengujian tingkat penghambatan perkembangan P. xylostella dilakukan
pada 10 larva instar III dengan mengaplikasikan ekstrak tumbuhan dengan berbagai konsentrasi yang telah ditentukan (LC15, LC35, dan LC55) dan kontrol seperti
pengujian toksisitas dengan metode residu pada daun. Setiap perlakuan dan
kontrol diulang lima kali. Setiap 24 jam daun diganti dengan daun segar tanpa
perlakuan. Pengamatan dilakukan terhadap waktu perubahan larva menjadi pupa
dan pupa menjadi imago (Ambarningrum et al. 2009). Hasil pengamatan
dianalisis dengan menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Duncan
jika terdapat perbedaan diantara perlakuan.
Uji Penghambatan Peneluran
Pengujian penghambatan peneluran dilakukan di dalam kurungan berdimensi 20 cm x 13 cm x 9 cm (Gambar 5). Sediaan insektisida yang telah ditambahi pelarut dan pengemulsi (konsentrasi akhir 1% dan 0.2%) diencerkan
dengan air untuk memperoleh 2 taraf konsentrasi (LC99 dan 2 x LC99) (Syahputra
2008).
Tanaman kontrol disemprot dengan air yang mengandung pelarut 1% dan
pengemulsi 0.2%. Sediaan insektisida yang telah disiapkan berikut kontrol disemprotkan pada bagian tanaman dengan menggunakan alat semprot tangan (hand
spayer). Dua pasang imago yang berumur 2 hari dimasukkan ke dalam kurungan
yang telah berisi tanaman perlakuan dan kontrol masing-masing satu tanaman
yang disusun berdampingan. Larutan madu 10% (v/v) diikat dengan seutas benang
dan digantungkan di tengah setiap kurungan sebagai makanan imago. Perlakuan

12
tersebut diulang sebanyak enam kali. Imago dibiarkan bertelur selama 3 hari,
kemudian jumlah telur yang diletakkan pada tanaman perlakuan dan tanaman
kontrol masing-masing dihitung dan dibandingkan (Dadang dan Prijono 2008).
Pengolahan data dilakukan dengan analisis uji t-berpasangan (α = 0.05) (Steel dan
Torrie 1993) menggunakan program SAS (SAS Institute 1990).

Gambar 5 Kurungan tempat uji penghambatan peneluran
Uji Pengaruh Ekstrak terhadap Musuh Alami
Pengaruh ekstrak terhadap musuh alami diuji terhadap imago Diadegma
semiclausum (Hellen) (Hymenoptera : Ichneumonidae) yang merupakan salah
satu parasitoid larva P. xylostella (Yuliadhi dan Sudiarta 2012). Ekstrak T.
diversifolia diuji terhadap imago parasitoid D. semiclausum dengan metode
kontak pada permukaan gelas (Dadang dan Prijono 2008). Konsentrasi yang diuji
adalah LC99 dan 2 x LC99. Imago yang digunakan adalah imago yang berumur 1
hari. Tabung reaksi dilumuri sediaan ekstrak sementara kontrol dilumuri dengan
cairan yang mengandung metanol dan Tween-80 (5:1) (v/v), dikeringanginkan
selama beberapa menit. Satu ekor imago D. semiclausum dimasukkan ke dalam
setiap tabung. Imago dibiarkan kontak selama 2 jam kemudian dipindahkan pada
tabung tanpa perlakuan (Gambar 6).
A

B

Gambar 6 Pengujian ekstrak terhadap musuh alami (A) dan penyimpanannya (B)
Larutan madu 10% (v/v) digunakan sebagai pakan imago dioleskan pada
kain kasa yang digunakan sebagai penutup tabung. Perlakuan dan kontrol dilakukan masing-masing terhadap 18 ekor imago parasitoid. Pengamatan dilakukan
24 dan 48 jam setelah perlakuan dengan menghitung jumlah serangga yang mati.

13
Untuk mengetahui tingkat keamanan ekstrak T. diversifolia terhadap musuh alami,
persentase mortalitas D. semiclausum dikelompokkan berdasarkan Hassan et al.
(1991) (dengan sedikit modifikasi) yaitu:
Tabel 2 Kriteria keamanan ekstrak terhadap musuh alami
Mortalitas (%)
x < 50
50 ≤ x < 80
80 ≤ x < 99
x > 99

Kriteria
Aman
Sedikit berbahaya
Cukup berbahaya
Berbahaya

Uji Fitotoksisitas Ekstrak pada Tanaman Brokoli
Pengujian dilakukan pada tanaman brokoli yang ditanam pada polybag.
Konsentrasi yang digunakan adalah konsentrasi LC99 dan 2 x LC99 dari setiap
ekstrak. Kontrol adalah larutan yang mengandung metanol dan Tween-80 5:1
(v/v). Sediaan ekstrak diteteskan menggunakan microapplicator pada daun tanaman yang terdiri dari daun bagian atas, tengah dan bawah. Masing-masing
terdiri dari 6 titik penetesan sebagai ulangan (Gambar 7).
A

B

C

D
Label
Titik perlakuan
Gambar 7 Pengujian pengaruh fitotoksik pada tanaman brokoli (A), daun
bagian atas (B), tengah (C) dan bawah (D).
Gejala fitotoksisitas diamati setiap 24 jam selama 7 hari. Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati bagian daun yang mengalami nekrosis atau
pengerutan akibat perlakuan ekstrak (Dadang et al. 2007).

14
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan
program SAS (SAS Institute 1990). Program POLO PC (LeOra Software 1987)
digunakan untuk menentukan nilai Lethal Concentration dan Lethal Dose.

15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Toksisitas Ekstrak terhadap Larva P. xylostella
Kematian larva P. xylostella pada perlakuan ekstrak daun T. diversifolia
dengan metode residu pada daun mulai terjadi pada 48 jam setelah perlakuan
(JSP) sampai 144 JSP, kecuali pada perlakuan 0.02% dan 0.04% kematian larva
mulai terjadi pada 72 JSP. Pengamatan pada 96 JSP menunjukkan kematian larva
kurang dari 50% pada semua perlakuan. Persentase kematian tertinggi dan
terendah berturut-turut sebesar 48% dan 10% terjadi pada perlakuan dengan
konsentrasi 0.97% dan 0.02%. Pengamatan pada 144 JSP menunjukkan mortalitas
larva 94%, 86%, 72%, 32%, dan 18% pada konsentrasi berturut-turut 0.97%,
0.22%, 0.09%, 0.04%, dan 0.02% (Gambar 8).
Perkembangan mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan ekstrak bunga T.
diversifolia dengan metode residu pada daun menunjukkan kematian larva terjadi
sejak 24 JSP sampai 144 JSP kecuali pada perlakuan 0.01%, kematian larva mulai
terjadi pada 48 JSP. Pengamatan pada 96 JSP menunjukkan kematian larva
mencapai 50% pada konsentrasi 0.86% dan 26% pada konsentrasi 0.01%.
Pengamatan pada144 JSP menunjukkan mortalitas larva mencapai 98%, 84%,
76%, 66%, dan 44% pada konsentrasi berturut-turut 0.86%, 0.19%, 0.08%, 0.04%,
dan 0.01% (Gambar 8).

Mortalitas(%)

100
Kontrol

Ekstrak daun

80

0.02%

60

0.04%

40

0.09%
0.22%

20

0.97%
0
24

48

72

96

120

144

Mortalitas (%)

100
Kontrol

80

Ekstrak bunga

0.01%

60

0.04%

40

0.08%
0.19%

20

0.86%
0
24

48

72

96

120

144

Waktu pengamatan (jam setelah perlakuan)

Gambar 8 Perkembangan mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan ekstrak
daun dan bunga T. diversifolia dengan metode residu pada daun.

16
Kematian larva P. xylostella pada perlakuan ekstrak daun T. diversifolia
dengan metode aplikasi topikal terjadi sejak 24 JSP sampai 144 JSP. Terjadi
peningkatan pada setiap waktu pengamatan, peningkatan yang tinggi terjadi pada
pengamatan 96 JSP, yang menunjukkan mortalitas mencapai 80%, 76%, 60%,
52%, dan 42% pada dosis berturut-turut 9.7 g/l, 2.2 g/l, 0.9 g/l, 0.4 g/l,
dan 0.2 g/l. Pengamatan pada 144 JSP menunjukkan kematian larva mencapai
96%, 88%, 80%, 70%, dan 46% pada dosis berturut-turut 9.7 g/l, 2.2 g/l, 0.9
g/l, 0.4 g/l, dan 0.2 g/l (Gambar 9).
Perkembangan mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan ekstrak bu-nga
T. diversifolia dengan metode aplikasi topikal menunjukkan mortalitas mencapai
46% pada dosis 8.6g/l pada 24 JSP. Perkembangan mortalitas pada perlakuan
ini relatif lebih cepat daripada perlakuan lainnya. Pada 96 JSP kematian mencapai
100%, 92%, 76%, 76% dan 50% pada dosis berturut-turut 8.6 g/l, 1.9 g/l,
0.8 g/l, 0.4 g/l, dan 0.1 g/l. Pengamatan pada 144 JSP menunjukkan
kematian larva 100%, 98%, 90%, 84%, dan 72% pada dosis berturut-turut 8.6
g/l, 1.9 g/l, 0.8 g/l, 0.4 g/l, dan 0.1 g/l (Gambar 9).

Mortalitas (%)

100

Ekstrak daun

Kontrol

80

0.2mg/ml

60

0.4mg/ml
0.9mg/ml

40

2.2mg/ml
20

9.7mg/ml

0
24

Mortalitas (%)

100

48

72

96

120

144

Ekstrak bunga

Kontrol

80

0.1mg/ml
0.4mg/ml

60

0.8mg/ml

40

1.9mg/ml
20

8.6mg/ml

0
24

48

72

96

120

144

Waktu pengamatan (jam setelah perlakuan)

Perkembangan mortalitas larva P. xylostella pada perlakuan
ekstrak daun dan bunga T. diversifolia dengan metode aplikasi
topikal.
Berdasarkan analisis probit, ekstrak bunga lebih toksik daripada ekstrak
daun baik pada metode residu pada daun maupun metode aplikasi topikal. Melalui metode residu pada daun nilai LC50 dan LC95 berturut-turut sebesar 0.06%
dan 0.64% untuk ekstrak daun dan 0.02% dan 0.56% untuk ekstrak bunga.

Gambar 9

17
Sementara itu nilai LD50 dan LD95 ekstrak bunga yang diaplikasikan dengan metode aplikasi topikal berturut-turut sebesar 0.04 g/l dan 1.32 g/l
menunjukkan nilai yang lebih rendah daripada nilai LD50 dan LD95 ekstrak daun
yang berturut-turut sebesar 0.17 g/l dan 5.14 g/l (Tabel 3).
Tabel 3 Penduga parameter regresi probit hubungan antara konsentrasi atau
dosis ekstrak T. diversifolia dengan mortalitas larva P. xylostella pada 144 JSP
Perlakuana
DR
BR

ab + GB

bc+ GBd

1.95 + 0.23 1.57 + 0.19
1.92 + 0.24 1.09 + 0.18

LC e 50 (SKf 95)(%)

LC95 (SK 95)(%)

0.06 (0.023-0.114)
0.02 (0.010-0.031)

0.64 (0.252-11.213)
0.56 (0.291-1.87)

LDg50 (SK 95)(g/l)
DT
BT

0.83 + 0.10 1.04 + 0.18 0.16 (0.07-0.27)
1.56 + 0.16 1.17 + 0.26 0.04(0.015-0.095)

LD95 (SK 95)(g/l)
6.02 (3.07 -21.07)
1.32 (0.72-6.65)

a

DR = ekstrak daun dengan metode residu pada daun, BR = ekstrak metanol bunga dengan metode residu
pada daun, DT = ekstrak daun dengan metode aplikasi topikal. BT = ekstrak bunga dengan metode
aplikasi topikal.
b
a= intersep garis regresi probit, c b= kemiringan regresi probit, d GB : galat baku. e LC : lethal
concentration, f SK : selang kepercayaan, g LD= lethal dose.

Penghambatan Makan
Semua ekstrak pada setiap konsentrasi baik pada pengujian dengan metode
pilihan maupun tanpa pilihan memiliki pengaruh penghambatan aktivitas makan.
Penghambatan makan tertinggi dihasilkan pada perlakuan ekstrak bunga pada
konsentrasi 0.86% (LC95) yang menyebabkan penghambatan makan sebesar
82.60% yang termasuk kriteria penghambatan kuat. Sementara perlakuan lainnya
hanya menghasilkan tingkat penghambatan makan yang lemah dan sangat lemah.
Secara umum tingkat penghambatan meningkat seiring dengan peningkatan
konsentrasi perlakuan baik pada metode pilihan maupun tanpa pilihan (Tabel 4).
Tabel 4 Persen penghambatan aktivitas makan (PM) larva P. xylostella pada
perlakuan ekstrak daun dan bunga T. diversifolia
Metode pilihan
Metode tanpa pilihan
Perlakuan (%)
PM
Kriteria
PM
Kriteria
(% + SDa)
(% + SD)
Eksrak daun
0.02 (LC15)
8.6 + 5.4 Sangat lemah 26.1 + 4.3 Sangat lemah
0.04 (LC35)
32.1 + 9.0 Sangat lemah 28.2 + 21.7 Sangat lemah
0.09 (LC55)
39.3 + 26.2 Sangat lemah 39.9 + 6.3 Sangat lemah
0.22 (LC75)
54.6 + 18.1 Lemah
43.2 + 10.3 Lemah
0.97 (LC95)
54.9 + 15.5 Lemah
59.7 + 8.5 Lemah
Ekstrak bunga
0.01 (LC15)
45.4 + 23.5
Lemah
15.9 + 5.7 Sangat lemah
0.04 (LC35)
73.6 + 13.1
Sedang
24.3 + 29.5 Sangat lemah
0.08 (LC55)
75.7 + 22.4
Sedang
48.7 + 8.4
Lemah
0.19 (LC75)
82.3 + 6.5
Kuat
56.0 + 11.0
Lemah
0.86 (LC95)
82.6 + 14.2
Kuat
57.2 + 8.2
Lemah
a

SD = Standar Deviasi

18
Penghambatan Perkembangan
Hasil pengamatan menunjukkan terdapat pengaruh aplikasi ekstrak bunga T.
diversifolia pada konsentrasi 0.08% terhadap perkembangan pupa menjadi imago
P. xylostella. Sementara ekstrak daun T. diversifolia tidak terlalu berpengaruh
terhadap lama hari perkembangan larva menjadi pupa dan pupa menjadi imago
(Tabel 5).
Tabel 5 Pengaruh perlakuan ekstrak daun dan bunga T. diversifolia terhadap
waktu terbentuknya pupa (WP) dan imago (WI) P. xylostella
Perlakuan (%)

Daun (hari)
WPa + SDb

WIc + SD

5.06 + 0.01 a
5.90 + 0.41 b
5.80 + 0.55 b
5.60 + 0.44 b

4.74 + 0.30 c
3.44 + 0.51 a
4.09 + 0.09 b
3.91 + 0.60 ab

4.96 + 0.12 a
4.44 + 0.44 b
4.66 + 0.48 ab
4.30 + 0.00 b

4.29 + 0.20 a
4.50 + 1.08 a
5.02 + 0.82 a
6.20 + 0.00 b

Ekstrak daun
Kontrol
0.02 (LC15)
0.04 (LC35)
0.09 (LC55)
Ekstrak bunga

Kontrol

a

0.01 (LC15)
0.04 (LC35)
0.08 (LC55)

WP= mulai dari larva insar III, b SD=Standar deviasi, c WI= mulai dari terbentuknya pupa

Penghambatan Peneluran
Ekstrak T. diversifolia baik daun maupun bunga menunjukkan adanya
aktivitas penghambatan peneluran imago P. xylostella. Perlakuan ektrak daun
pada konsentrasi 2.80% (LC99) mengakibatkan penghambatan sebesar 87.29%
dan pada konsentrasi 5.60% (2 x LC99) penghambatan mencapai 100%. Perlakuan ekstrak bunga pada konsentrasi 2.50% (LC99) mengakibatkan penghambatan sebesar 88.09% dan pada konsentrasi 50% (2 x LC99) penghambatan
mencapai 95.89% (Tabel 6). Pengamatan menunjukkan persentase penghambatan
meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi perlakuan.
Tabel 6 Pengaruh ekstrak daun dan bunga T. diversifolia terhadap penghambatan peneluran imago P. xylostella
Perlakuan (%)
Ekstrak daun
2.80 (LC99)
5.60 (2 x LC99)
Ekstrak bunga
2.50 (LC99)
5.00 (2 x LC99)
a

SD= Standar deviasi

Persentase penghambatan (%) + SDa
87.29 + 11.50 a
100.00 + 0.00 b
88.09 + 7.26 a
95.89 + 4.64 b

19
Pengaruh Ekstrak terhadap Musuh Alami
Hasil pengamatan pada 24 jam setelah perlakuan (JSP) menunjukkan tidak
ada pengaruh negatif ekstrak T. diversifolia terhadap parasitoid (musuh alami) D.
semiclausum. Namun pada 48 JSP terjadi kematian sebesar 5.5% parasitoid pada
perlakuan ekstrak bunga pada konsentrasi 2 x LC99 (Tabel 7). Namun demikian
kematian sebesar 5.5% masih termasuk kategori aman berdasarkan kriteria
keamanan Hassan et al. (1991).
Tabel 7 Pengaruh ekstrak metanol daun dan bunga T. diversifolia terhadap
mortalitas parasitoid D. semiclausum
Mortalitas (%)a
Perlakuan
b
24 JSP
48 JSP
Kontrol
0.0
0.0
LC99
0.0
0.0
Ekstrak daun
2 x LC99
0.0
0.0
Kontrol
0.0
0.0
LC99
Ekstrak bunga
0.0
0.0
2 x LC99
0.0
5.5
kriteria keamanan berdasarkan Hassan et al. (1991) : x99%=berbahaya. bJSP: Jam setelah
perlakuan
a

Fitotoksisitas Ekstrak pada Tanaman Brokoli
Hasil pengamatan menunjukkan secara umum semua perlakuan ekstrak T.
diversifolia, daun maupun bunga tidak menunjukkan adanya gejala fitotoksik pada
tanaman brokoli. Pengamatan hari kelima terdapat gejala seperti fitotoksik yang
terjadi pada perlakuan ekstrak daun pada konsentrasi 2 x LC99, namun gejala itu
hanya terjadi pada satu dari enam titik yang diberi perlakuan, dan terjadi pada
daun tua.
Pembahasan
Tithonia diversifolia diketahui mengandung beberapa senyawa metabolit
sekunder

Dokumen yang terkait

Tingkat Serangan Ulat Kantong Metisa plana Walker (Lepidoptera: Psychidae) terhadap Umur Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Matapao PT Socfin Indonesia

4 104 49

Pengendalian Ulat Daun Plutella xylostella (Lepidoptera: Plutellidae ) dan Ulat Krop Crocodolomia binotafis (Lepidoptera: Pyralidae) dengan jamur Beauveria bassiana Pada Tanaman Kubis

0 25 143

Uji Efektifvitas Entomopathogen Bacillus thuringiensis Berliner Terhadap Ulat Daun Jati Hyblaea puera Cramer (Lepidoptera : Hybleidae) Di Laboratorium

0 34 58

Identifikasi Parasitoid Larva Ulat Api (Lepidoptera : Limacodidae) Pada Pertanaman Kelapa Sawit

9 114 45

Uji Efektifitas Ekstrak Daun Mengkudu Terhadap Hama Kubis Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) di Laboratorium

11 57 60

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI MUSUH ALAMI PADA ULAT DAUN KUBIS Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera : Yponomeutidae) DAN ULAT KROP KUBIS Crocidolomia binotalis Zell. (Lepidoptera : Pyralidae) DI BROMO

0 12 16

Parastoid Telur pada Hama Kubis Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae)

0 19 6

Parasitoid Telur pada Hama Kubis Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera : Yponomeutidae)

0 14 6

Pengembangan Potensi Insektisida Melur (Brucea javanica) untuk Mengendalikan Hama Kubis Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae ) dan Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae).

0 3 18

pemanfaatan ekstrak daun paitan (Tithonia diversifolia Hemsl.) sebagai insektisida nabati terhadap ulat daun kubis (Plutella xylostella L.).

0 0 11