Identifikasi Parasitoid Larva Ulat Api (Lepidoptera : Limacodidae) Pada Pertanaman Kelapa Sawit

IDENTIFIKASI PARASITOID LARVA ULAT API
(Lepidoptera : Limacodidae) PADA PERTANAMAN
KELAPA SAWIT

SKRIPSI

OLEH :
NOPRIDA HANDAYANI SIBURIAN
040302031
HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
IDENTIFIKASI PARASITOID LARVA ULAT API

Universitas Sumatera Utara

(Lepidoptera : Limacodidae) PADA PERTANAMAN

KELAPA SAWIT

SKRIPSI

OLEH :
NOPRIDA HANDAYANI SIBURIAN
040302031
HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Ujian
Akhir Sarjana Di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing

Ir. Syahrial Oemry, MS
Ketua

Ir. Fatimah Zahara

Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit
di hutan Brazil dibandingkan dengan di Afrika. Pada kenyataannya tanaman
kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia,
Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per

hektar yang lebih tinggi (Fauji, dkk, 2005).
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah
kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit
yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.
Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial
pada tahun 1911 (Fauzi, dkk, 2005).
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang
terpenting dan memiliki kontribusi yang nyata dalam lingkup regional maupun
nasional untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Minyak kelapa sawit (crude palm
oil) digunakan untuk berbagai keperluan antara lain sebagai bahan makanan,
bahan industri, dan kecantikan. Oleh karenanya minyak kelapa sawit merupakan
produk perkebunan yang memiliki prospek cerah di masa yang mendatang
(Lubis, 1992).
Laju pertumbuhan tanaman kelapa sawit di Indonesia berjalan dengan
pesat beberapa tahun terakhir ini. Peranan komoditi kelapa sawit memacu

Universitas Sumatera Utara

pertumbuhan ekonomi telah memberikan kontribusi yang tinggi, baik dalam
lingkup regional maupun nasional. Pada tahun 1994 luas areal kelapa sawit di

Indonesia adalah sebesar 1.777.000 hektar, dari luas total areal tersebut maka
perusahaan perkebunan besar swasta adalah yang terluas yaitu sebesar 818.979 ha
atau 46,09 % dari total seluruhnya, kemudian diikuti oleh perkebunan rakyat
dengan

luas 564.597 ha

atau

sebesar 31,77 % serta yang terkecil adalah

perusahaan perkebunan negara (PTP) dengan luas 393.696 ha atau 22,14 %
(Girsang dan Daswir, 1995).
Pada akhir tahun 1995 luas perkebunan kelapa sawit ditaksir mencapai
1,9 juta ha lebih dan jumlah perkebunan kelapa sawit pada tahun 2000 seluas 2,1
juta ha dan 2,4 juta ha pada tahun 2005 (Lubis, 1992).
Berbagai faktor dapat menyebabkan rendahnya produksi kelapa sawit .
Salah satu faktor tersebut adalah serangan hama di pertanaman. Serangan hama
ini di areal perkebunan


kelapa sawit

menimbulkan kerugian apabila tidak

dikelola dengan baik (Girsang dan Daswir, 1995).
Banyak sekali hama-hama yang menyerang tanaman kelapa sawit di
pembibitan ataupun tanaman yang telah berproduksi. Diantara hama-hama
tersebut adalah ulat api Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima. Beberapa
species dari Limacodidae adalah merupakan hama yang penting pada perkebunan
kelapa sawit di Indonesia. Larva dari famili ini dikenal sebagai ulat api, ulat
jelantang ataupun ulat siput yang selain menyerang tanaman kelapa sawit juga
menyerang tanaman teh, lada, jeruk dan palawija (Setyamijaja, 1991).
Hama ulat api seperti S. asigna dan S. nitens (Lepidoptera:Limacodidae)
dan ulat kantong yaitu Metisa plana dan Mahasena corbetti (Lepidoptera :

Universitas Sumatera Utara

Psychidae) merupakan Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS) yang utama
serta dapat menimbulkan kerugian. Dari hasil percobaan simulasi kerusakan daun
yang dilakukan pada kelapa sawit berumur 8 tahun, diperkirakan penurunan

produksi mencapai 30% - 40% pada 2 tahun setelah terjadi kehilangan daun
sebesar 50% (Sudharto, dkk, 2005).
Setiap makhluk hidup selalu ada musuh alaminya (natural enemies).
Seperti halnya tanaman musuh alaminya adalah hama, maka hama pun memiliki
musuh alami yang hidupnya bergantung kepada hama yang menyerang tanaman.
Musuh alami dapat berupa parasit, pemangsa (predator), pesaing (competitor),
maupun patogen (Kalshoven, 1981).
Di dalam konsep pengendalian hama terpadu dan beberapa komponen
yang penggunaannya perlu diteliti dan dikembangkan lebih lanjut agar dapat
mengurangi penggunaan insektisida dalam mengendalikan hama diantaranya
adalah pengendalian secara biologis (Wudianto, 1989).
Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga lain. Parasitoid
sampai sekarang ini banyak ditemukan pada 5 ordo serangga sebagian besar pada
ordo Diptera, Hymenoptera, sebagian kecil pada Coleoptera, Lepidoptera, dan
Strepsiptera. Meskipun kelihatan sedikit ditinjau dari kelompok ordo serangga
yang ada, jenis parasitoid yang dikenal yang ada saat ini ada 500.000 jenis
Hymenoptera di daftar yang terdapat di British Fauna (Kalshoven, 1981).
Parasitoid dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam berdasarkan
stadium inang tempat hidupnya. Parasitoid telur merupakan organisme yang
menjadi parasit inangnya pada stadia telur, parasitoid larva merupakan organisme

yang menjadi parasit inangnya pada stadia larva, parasitoid pupa merupakan

Universitas Sumatera Utara

oranisme yang menjadi parasit inangnya pada stadia pupa, parasioid imago
merupakan oranisme yang menjadi parasit inangnya pada stadia

imago

(Kusnaedi, 1997).
Berdasarkan tempat hidup pada inangnya, parasit digolongkan menjadi
beberapa kelompok yaitu :
-

endoparasit, yaitu parasit yang hidup atau menumpang dalam badan inangnya

-

ektoparasit, yaitu parasit yang hidup atau menumpang di luar badan inangnya


-

hiperparasit, yaitu parasit yang menyerang parasit primer

(Kusnaedi, 1997).
Beberapa species parasitoid larva ulat api yang diketahui untuk
mengendalikan larva ulat api S. Asigna dan S. nitens yaitu Trichogramma sp
berasal dari ordo Hymenoptera dan family Trichogrammatidae. Parasitoid ini
dapat memusnahkan telur - telur S. asigna secara alami di lapangan, juga sangat
tinggi timbulnya pada telur – telur S. nitens. Tetapi parasitoid yang sangat
berguna secara ekonomis ini memiliki siklus hidup yang sangat singkat yaitu 12
hingga 15 hari (Sipayung, 1991).
Parasitoid Spinaria sp. berasal dari ordo Hymenoptera dan family
Braconidae banyak diketahui menyerang larva S. nitens di Sumatera Utara, Jawa
dan Kalimantan. Akan tetapi secara visual terdapat perbedaan warna yang jelas
antara imago asal Sumatera

dengan

Kalimantan. Imago


asal

Sumatera

berwarna merah kehitaman sedangkan asal Kalimantan berwarna merah hitam
(Arifin, 1997).
Ada begitu banyak parasitoid yang terdapat di alam yang dapat
mengendalikan hama. Peranan parsitoid sangat mempengaruhi tingkat produksi

Universitas Sumatera Utara

suatu tanaman karena dapat menekan pertumbuhan hama di pertanaman. Sejauh
ini masih banyak parasitoid yang belum teridentifikasi. Oleh karena itu penulis
sangat tertarik untuk melakukan penelitian ini.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi parasitoid larva ulat api
(Lepidoptera : Limacodidae) pada pertanaman kelapa sawit.


Hipotesa Penelitian

Diduga masih banyak parasitoid larva ulat api yang belum teridentifikasi.

Kegunaan Penelitian


Sebagai salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian akhir di Departemen
Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.



Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA


Biologi Ulat Api

1. Biologi Setothosea asigna

Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :
Phylum

: Arthropoda

Class

: Insekta

Ordo

: Lepidoptera

Family

: Limacodidae

Genus

: Setothosea

Species

: Setothosea asigna van Eecke

Telur diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah
bawah, biasanya pada pelepah daun ke 16 – 17. Satu tumpukan telur terdiri dari
44 butir dan seekor ngengat betina selam hidupnya mampu menghasilkan telur
300 – 400 butir. Telur biasanya menetas 4-8 hari setelah diletakkan. Telur pipih
dan berwarna kuning muda (Buana dan Siahaan, 2003).
Larva yang baru menetas hidup berkelompok, mengikis jaringan daun dari
permukaan daun dan meninggalkan epidermis permukaan bagian atas daun. Larva
berwarna hijau kekuningan dengan bercak-bercak yang khas (berbentuk pita yang
menyerupai piramida) pada bagian punggungnya. Selain itu pada bagian
punggungnya dijumpai duri-duri yang kokoh. Selama perkembangannya ulat
berganti kulit 7 – 8 kali dan mampu menghabiskan helai daun seluas 400 cm2
(Prawirosukarto, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Larva Setothosea asigna
Sumber : Foto langsung

Sampai saat ini ulat api belum dapat dibedakan antara instar yang satu
dengan instar

yang

berikutnya yaitu ulat instar terakhir

(instar 9) panjang

36 mm dan lebar 14,5 mm. Lama stadia larva berkisar antara 45 – 50 hari
(Desmier de Chenon, 1982).
Kepompong berada di dalam kokon yang bterbuat dari air liur ulat,
berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap serta dijumpai pada bagian tengah
yang gembur di sekitar piringan tanaman kelapa sawit, pangkal batang kelapa
sawit atau bahkan pada celah-celah kantong pelepah yang lama. Kokon jantan
atau betina masing-masing berukuran 16 x 13 mm dan 20 x 16,5 mm. Stadium
kepompong berlangsung 39,7 hari (Buana dan Siahaan, 2003).
Imago berupa ngengat yang muncul setelah stadia pupa. Imago keluar dari
kokon dengan membuat lubang sobekan pada salah satu ujung kokon. Warna
ngengat abu-abu kecoklatan dengan ukuran ± 17 mm untuk ngengat jantan dan
untuk ngengat betina ± 14 mm. Perkembangan hama ini mulai dari telur hingga
menjadi ngengat berkisar antara 92,7 hari – 98 hari, tetapi pada keadaan kurang
menguntungkan dapat mencapai 115 hari (Siregar, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Imago Setothosea asigna
Sumber : http:/www.mothsofborneo.com/part-1/limacodidae
Diakses tanggal 28 April 2008

2. Biologi Setora nitens Walker

Klasifikasi S. nitens menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut :
Phylum

: Arthropoda

Class

: Insekta

Ordo

: Lepidoptera

Family

: Limacodidae

Genus

: Setora

Species

: Setora nitens Walker

Telur hampir sama dengan telur S. asigna hanya saja peletakan telur
antara satu sama lain tidak saling tindih. Telur menetas setelah 4 – 7 hari
(Susanto, 2005).
Larva mula-mula berwarna hijau kekuningan, kemudian hijau dan
biasanya berubah menjadi kemerahan menjelang masa kepompong. Ulat dicirikan
dengan adanya satu garis membujur di tengah punggung yang berwarna biru
keunguan. Perilaku ulat ini sama dengan ulat S. asigna dan stadia berlangsung
sekitar 50 hari (Prawirosukarto, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Larva Setora nitens
Sumber : Foto langsung

Kepompong mirip dengan kepompong S. asigna dan juga terletak di
permukaan tanah sekitar piringan atau di bawah pangkal batang kelapa sawit.
Stadia kepompong berkisar antara 17 – 27 hari (Sipayung, 1991).
Ngengat jantan berukuran 35 mm dan yang betina sedikit lebih besar.
Sayap depan berwarna coklat dengan garis-garis yang berwarna lebih gelap.
Ngengat aktif pada senja dan malam hari, sedangkan pada siang hari hinggap di
pelepah-pelepah tua atau pada tumpukan daun yang telah dibuang dengan posisi
terbalik (Desmier de Chenon, 1982).

Gambar 4. Imago Setora nitens
Sumber : http:/www.mothsofborneo.com/part-1/limacodidae

Gejala Serangan Ulat Api

Ulat muda biasanya bergerombol di sekitar tempat peletakkan telur dan
mengikis daun mulai dari permukaan bawah daun kelapa sawit serta
meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan terlihat jelas seperti

Universitas Sumatera Utara

jendela-jendela memanjang pada helaian daun, sehingga akhirnya daun yang
terserang berat akan mati kering seperti bekas terbakar.Mulai instar ke 3 biasanya
ulat memakan semua helaian daun dan meninggalkan lidinya saja dan sering
disebut gejala melidi (Buana dan Siahaan, 2003).
Ambang ekonomi dari hama ulat api untuk S. asigna dan S. nitens pada
tanaman kelapa sawit rata-rata 5 - 10 ekor perpelepah untuk tanaman yang
berumur tujuh tahun ke atas dan lima ekor larva untuk tanaman yang lebih muda
(Prawirosukarto, 2003).

Gambar 5. Gejala serangan ulat api
Sumber : Foto langsung

Pengendalian

Beberapa teknik pengendalian ulat api yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. pengendalian secara mekanik, yaitu pengutipan ulat ataupun pupa di lapangan
kemudian dimusnahkan
2. pengendalian secara hayati, dilakukan dengan :
-

penggunaan parasitoid larva seperti Trichogramma sp dan predator berupa
Eocanthecona sp

Universitas Sumatera Utara

-

Penggunaan virus seperti Granulosis Baculoviruses, MNPV (Multiple Nucleo
Polyhedro Virus) dan jamur Bacillus thuringiensis

3. Penggunaan insektisida, dilakukan dengan :
-

Penyemprotan (spraying) dilakukan pada tanaman yang berumur 2,5 tahun
dengan menggunakan penyemprotan tangan, sedangkan tanaman yang
berumur lebih dari 5 tahun penyemprotan dilakukan dengan mesin
penyemprot

-

Penyemprotan udara dilakukan apabila dalam suatu keadaan tertentu luas areal
yang terserang sudah meluas yang meliputi daerah dengan berbagai topografi.

4. Penggunaan feromon seks sintetik efektif untuk merangkap ngengat jantan ulat
api S. asigna selama 45 hari.
(Arifin, 1997).

Ordo Hymenoptera

Berasal dari kata hymen yang berarti selaput dan pteron yang berarti
sayap. Identifikasi dari ordo ini adalah mempunyai dua pasang sayap yang
menyerupai memb ran. Sayap belakang lebih kecil dari sayap muka dan terletak di
margin anterior yang digunakan pada waktu terbang. Alat mulut mandibulata,
ovipositor berkembang dengan baik bermodifikasi sebagai alat pengengat (pada
imago betina) (Boror and Delong, 1970).
Tipe perkembangan dari serangga ini adalah holometabola, serangga ini
ada yang parasit, predator, pemakan tanaman dan juga sebagai pemakan bahanbahan organik (scavengers). Hymenoptera ini terbagi atas dua sub ordo yaitu
Symphyta dan Apocrita. Pada Symphyta abdomen menyatu dengan toraks,

Universitas Sumatera Utara

sedangkan pada Apocrita dasar abdomen mengecil dan mengalami pergentingan
dengan toraks (Arora and Dhaliwal, 1999).

Family Ordo Hymenoptera
Family-family ordo Hymenoptera yang diketahui sebagai parasitoid larva
pada ordo Lepidoptera yaitu :


Family Trichogrammatidae
Trichogrammatidae berasal dari bahasa Yunani thriks atau trihos yang

artinya rambut. Parasit ini sangat kecil, berukuran panjang 0,3 -1,0 mm, berwarna
hitam, antena terdiri dari 3 – 8 ruas. Tarsi beruas 3 buah. Rambut halus pada
sayap biasanya dalam deretan. Larvanya banyak sebagai parasit

telur.

Perkembangan tubuh cepat yaitu berkisar antara 1 – 2 minggu, setiap betina bisa
menghasilkan telur lebih kurang 50 butir. Berkembang biak dengan perkawinan
atau parthenogenesis (Ananda,1978).

Gambar 6. Imago dari family Trichogrammatidae
Sumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&&hl=id&q=apanteles
Diakses tanggal 8 Nopember 2008



Family Braconidae
Berasal dari bahasa Yunani brahus yang artinya kecil atau pendek. Panjang

tabuhan parasit ini lebih kurang 2 – 12 mm, panjang ovipositornya ada yang sama

Universitas Sumatera Utara

dengan badannya. Matanya telanjang, ocellinya ada tiga dan sayapnya langsing.
Perutnya ada yang bertangkai, setengah bertangkai atau tidak bertangkai. Dengan
ovipositor yang panjang dapat meletakkan telur ke dalam tubuh inangnya.
Serangga inang bila terkena tusukan akan lumpuh (Pracaya, 1991).
Family ini merupakan kelompok yang besar (lebih dari 1900 species
Amerika Utara). Bisa bersifat ektoparasit dan endoparasit, jenis soliter dan
berkelompok dan juga parasit primer maupun parasit sekunder. Semua tahapan
kehidupan inang dari telur sampai dewasa dapat diserang (pada kasus jenis
yang menyerang telur, tabuhan dewasa muncul dari larva inang atau prepupa)
(Boror and Delong, 19

Gambar 7. Imago dari family Braconidae
Sumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&&hl=id&q=apanteles
Diakses tanggal 8 Nopember 2008



Family Ichneumonidae
Umumnya yang termasuk ke dalam family ini memiliki tubuh yang

langsing, dengan perut yang panjang sedikit datar ke samping atau silindris. Yang
betina mempunyai ovipositor yang panjangnya bermacam-macam, bahkan ada
yang sampai enam kali panjang badannya. Telurnya diletakkan di luar badan
inang atau di dalam badan inang. Larva berada dalam inang, parasitoid ini
menjadi dewasa dalam pupa atau kepompong inang, yang kemudian keluar untuk
menandakan perkawinan dan bertelur lagi secara ektoparasit dan endoparasit
(Ananda, 1978).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 8. Imago dari family Ichneumonidae
Sumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&&hl=id&q=ichneumonidae
Diakses tanggal 8 Nopember 2008



Family Chalcididae
Biasanya tubuh berwarna hitam, biru hitam, kehijauan dan banyak pula

yang metalik. Antena menyiku dan biasanya pendek, beruas 5 – 13 buah. Femur
kaki belakang menggembung dan di bawahnya bergerigi. Coxa kaki belakang
lebih besar dari coxa kaki muka. Ovipositor pendek kadang-kadang ada juga yang
sepanjang tubuh (Ananda, 1978).
Panjang tubuh bias mencapai 12 mm. Beberapa species menyerupai lebah
tetapi venasi sayap sangat berbeda. Merupakan parasit primer dan sekunder dari
larva dan pupa Lepidoptera terutama pada kupu-kupu. Pada permukaan ventral
abdomen nampak seperti kaca (Kalshoven, 1981).

Gambar 9. Imago dari family Chalcididae (Brachymeria obtusata)
Sumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&ndsp=20&hl=id&q=chalcididae
Diakses tanggal 8 Nopember 2008

Universitas Sumatera Utara

Ordo Diptera

Diptera berasal dari bahasa Yunani yang artinya dua dan ptera yang
artinya sayap. Disebut demikian karena serangga yang tergolong dalam ordo ini
mempunyai sepasang sayap. Larva ordo ini disebut belatung, serta jentik-jentik,
warna belatung putih tidak berkaki, kepalanya kecil, makin ke belakang makin
membesar. Serangga yang termasuk dalam ordo ini ada yang berukuran kecil
sampai sedang. Cara makan bervariasi ada yang menjilat, menghisap atau
menusuk. Belatung hidup dalam buah, batang, tangkai daun atau sebagai parasit
binatang (Pracaya, 1991).

Family Ordo Diptera

Family ordo Diptera yang diketahui sebagai parasitoid larva pada ordo
Lepidoptera yaitu :


Family Tachinidae
Ukuran tubuh ada yang kecil atau sedang, ada pula yang langsing atau

sedikit gemuk, warnanya hitam redup, kelabu, coklat dengan bercak-bercak warna
lebih muda, berbulu halus atau berbulu kasar, kepalanya besar dan bebas. Jumlah
telur 50 sampai 5.000 butir. Telur langsung dimasukkan ke dalam tubuh inang, di
atas daun yang dimakan inang atau di atas tanah tempat inang berada. Belatung
mudah masuk ke dalam inang dengan jalan mengebor kulit (Pracaya, 1991).
Lalat-lalat dari family ini merupakan suatu kelompok yang sangat
berharga karena bertindak sebagai parasit dan sangat membantu dalam
pengendalian hama. Kebanyakan Tachinid meletakkan telur secara langsung pada

Universitas Sumatera Utara

tubuh inang, seekor serangga yang terserang oleh Tachinid secara praktis selalu
mati pada akhirnya (Boror and Delong, 1970).

Gambar 10. Imago dari family Tachinidae
Sumber : http://images.google.co.id/images?gbv=2&hl=id&q=tachinidae
Diakses tanggal 8 Nopember 2008

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama Balai Penelitian dan
Proteksi Tanaman Perkebunan (BP2TP) Jalan Asrama No.124 Sei Sikambing,
Medan dengan ketinggian tempat ± 30 meter di atas permukaan laut. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva ulat api
S. asigna, dan S. nitens, masing-masing sebanyak 30 ekor yang diperoleh dari
lahan perkebunan kelapa sawit Marihat, Pematang Siantar. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah stoples sebagai tempat rearing sebanyak 6 buah, kain
kasa, karet gelang, mikroskop, alat tulis, kaca pembesar dan buku identifikasi
serangga.

Metode Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan metode survey, yaitu dengan melakukan
pemeliharaan larva. Pengambilan sample mengacu pada pengamatan langsung
terhadap larva di lapangan yang sudah menunjukkan gejala yang terparasit yakni
menunjukkan ciri-ciri kurang aktif dan tubuh lemah. Ulat api yang diperoleh
langsung dibawa ke laboraorium untuk direaring sampai larva ulat api mati dan
parasitoid muncul. Ulat api ditaruh ke dalam stoples, tiap-tiap stoples berisi 10
ekor ulat api.

Universitas Sumatera Utara

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati yaitu parasitoid yang muncul saja yang keluar dari
tubuh larva setelah inang mati dan atau mengering pengamatan dilakukan setiap
hari kemudian dilakukan pengidentifikasian.

Identifikasi

Identifikasi dilakukan sampai pada tingkat family saja, namun apabila
identifikasi masih dapat dilanjutkan maka dapat diteruskan sampai pada tingkat
genus. Pengidentifikasian dilakukan dengan menggunakan buku pedoman The
Pest of Crops in Indonesia oleh Kalshoven (1981) dan buku Pengenalan Pelajaran
Serangga oleh Boror and Delong (1993), diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10 – 40 X.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Parasitoid Setothosea asigna

Berdasarkan

hasil

identifikasi

terhadap

imago

parasitoid

larva

Setothosea asigna menggunakan buku Kalshoven dan Boror and Delong maka
diperoleh cirri-ciri dari serangga tersebut sebagai berikut:
Tabel 1. Identifikasi imago Apanteles sp. (Hymenoptera : Braconidae)
Sayap

Caput

Sungut

Toraks

Tungkai

Abdomen

Sayap depan

Terdapat

Tipe

Ada

Tipe

Terdiri

lebih besar

sepasang

filiform

penggent-

curbicu-

dari 5 ruas

dari sayap

mata

seperti

ingan

lum dan

dengan

belakang dan majemuk

benang

antara

banyak

ovipositor

seperti

dan 2

dengan

toraks

ditumbu

yang

membran

oselli, tipe

ruas

dengan

hi bulu-

panjang

alat mulut

sebanyak

abdomen

bulu

dan

menggigit-

60

halus

runcing

menghisap

Dari ciri-ciri tersebut diketahui bahwa parasitoid tersebut berasal dari ordo
Hymenoptera, sub ordo Apocrita dengan family Braconidae dan genus Apanteles.
Sayap dua pasang dan bentuknya seperti membran dimana pada sayap
depan tampak lebih besar dari sayap belakang. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Boror and Delong (1993) yang menyatakan bahwa ordo ini
mempunyai dua pasang sayap yang menyerupai membran, sayap belakang lebih
kecil dari sayap muka.

Universitas Sumatera Utara

Pada bagian caput terdapat sepasang mata majemuk (mata faset) yang
diantaranya terdapat dua mata tunggal (oselli) yang terletak ditengah bagian atas
frons diantara kedua mata majemuk. Terletak diantara mata majemuk terdapat
satu pasang sungut (antena) bentuknya filiform yaitu seperti benang-benang
dengan ruas-ruas yang berukuran hampir sama dari pangkal ke ujung dan
bentuknya membulat yang berjumlah 60 ruas. Alat mulut yaitu hypognathus tegak
lurus dengan sumbu tubuh. Tipe alat mulut yaitu menggigit – menghisap yang
ditandai dengan adanya mandibel untuk menggigit bahan padat, maksila dan
labium yang dimodifikasi untuk menghisap atau menjilat cairan.
Toraks terdiri dari tiga segmen yaitu protoraks, mesotoraks dan
metatoraks. Tungkai dan sayap menempel pada toraks yang menyerupai persegi
empat. Ada penggentingan antara toraks dan abdomen. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Arora and Dhaliwal (1999) yang menyatakan bahwa pada
Apocrita dasar abdomen mengecil dan mengalami penggentingan dengan toraks.
Tungkai memiliki tipe curbiculum yang banyak ditumbuhi oleh bulu-bulu
halus. Fungsi dari tungkai dengan tipe seperti ini adalah untuk mengumpulkan
benang sari. Pada tungkai terdapat trochanter yang terdiri dari 2 ruas dan
ditemukan adanya taji tibia yang terletak di bagian ujung tibia dan pangkal tarsus.
Tungkai terdapat pada protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Bagian-bagian
tungkai yaitu koksa, trokanter, femur, tibia, tarsus dan pretarsus yang semuanya
ditumbuhi rambut-rambut yang halus dan kasar yang digunakan untuk
mengumpulkan pollen (tepung sari).
Abdomen terdiri dari lima ruas dan pada bagian ujung abdomen terdapat
ovipositor yang panjang dan runcing. Kegunaan ovipositor yang runcing tersebut

Universitas Sumatera Utara

untuk dapat menembus permukaan kulit inang dan meletakkan telur ke dalam
tubuh inang.
Imago berwarna kuning dan di seluruh permukaan tubuh ditumbuhi oleh
bulu-bulu halus yang berwarna hitam. Panjang tubuh lebih kurang 11 mm. Daur
hidup parasitoid ini mulai dari meletakkan telur hingga menjadi imago
membutuhkan waktu sekitar 15 – 18 hari dan betina mampu menghasilkan telur
sebanyak 50 – 65 butir. Seluruh siklus hidup mulai dari telur hingga menjadi
imago berada dalam tubuh inang yang diparasit hingga akhirnya tubuh inang
hancur dan mengering karena parasitoid menghisap cairan tubuh inang.
Dari hasil perearingan yang dilakukan di laboratorium ditemukan jumlah
Apanteles sp yang menyerang larva S. asigna sebanyak 10 ekor. Adapun populasi
dari parasitoid tersebut yaitu sekitar 25 % (dari 30 ekor larva terdapat 10 ekor
parasitoid).

Gambar 11. Imago Apanteles sp
Sumber : Foto langsung

Universitas Sumatera Utara

Identifikasi parasitoid Setora nitens

Berdasarkan

hasil

identifikasi

terhadap

imago

parasitoid

larva

Setora nitens menggunakan buku Kalshoven dan Boror and Delong maka
diperoleh ciri-ciri dari serangga tersebut sebagai berikut:
Tabel 2. Identifikasi imago Brachymeria sp. (Hymenoptera : Chalcididae)
Sayap

Caput

sungut

toraks

tungkai

abdomen

Sayap

Terdapat

Tipe

Mempu-

Femur

Terdiri

depan

sepasang

genikulate,

nyai

kaki

dari 5

dengan

mata

memben-

prepektus

belakang

segmen

vena

majemuk

tuk siku

bentuk

mem-

oviposi-

tunggal

dan 3

dengan

segitiga,

bengkak

tor

oselli, tipe

ruas

terdiri dari

dan

pendek

alat mulut

sebanyak 5 3 segmen

bergerigi

menggigit-

tipe

menghisap

curbiculum

Dari ciri-ciri tersebut diketahui bahwa parasitoid tersebut berasal dari ordo
Hymenoptera, sub ordo Apocrita dengan family Chalcididae dan genus
Brachymeria.
Sayap berupa membran dimana sayap depan dengan vena tunggal. Pada
caput terdapat sepasang mata majemuk (mata faset) dan tiga mata tunggal (oselli)
yang terletak di tengah bagian atas frons diantara kedua mata majemuk. Terletak
diantara mata majemuk terdapat satu pasang sungut (antena) bentuknya genikulate
dimana pada ruas pertama (scape) memanjang dan ruas kedua (pedicel) pendek
dan membentuk siku dan ruas selanjutnya (flagellum) makin pendek dengan ujung
yang tidak runcing terdiri dari lima ruas. Hal ini sesuai denganyang dikemukakan

Universitas Sumatera Utara

oleh Ananda (1978) yang menyatakan bahwa antenna menyiku dan biasanya
pendek, beruas 5 – 13 buah. Tipe alat mulut mengigit-menghisap.
Pada bagian toraks tampak adanya satu prepektus berbentuk segitiga yang
jelas pada dinding lateral mesotoraks dan pada toraks tampak adanya penonjolan
dan mengalami skleretisasi. Toraks memiliki tiga segmen yaitu protoraks,
mesotoraks dan metatoraks.
Tungkai memiliki tipe curbiculum yang banyak ditumbuhi oleh bulu-bulu
halus. Fungsi dari tungkai dengan tipe seperti ini adalah untuk mengumpulkan
benang sari. Femur kaki belakang membengkak dan bergerigi. Pada bagian ujung
femur berwarna kuning. Trochanter terdiri dari dua ruas dan tidak ditemukan
adanya taji tibia.
Abdomen terdiri dari lima ruas dengan ovipositor yang pendek namun
tampak runcing. Pada permukaan ventral abdomen kilat sepeti kaca. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Kalshoven (1981) yang menyatakan bahwa
permukaan ventral abdomen nampak seperti kaca.
Imago berwarna hitam mengkilap dengan panjang tubuh lebih kurang 6
mm. Daur hidup parasitoid ini mulai dari meletakkan telur hingga menjadi imago
lebih kurang 20 hari. Seluruh siklus hidup mulai dari telur hingga menjadi imago
berada dalam tubuh inang yang diparasit.
Dari hasil perearingan yang dilakukan di laboratorium ditemukan jumlah
Brachymeria sp yang menyerang larva S. nitens sebanyak enam ekor. Adapun
populasi dari parasitoid tersebut yaitu sekitar 19 % (dari 30 ekor larva terdapat 6
ekor parasitoid).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 12. Imago Brachymeria sp
Sumber : Foto langsung

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.

Dari identifikasi

yang dilakukan diketahui bahwa parasitoid larva

Setothosea asigna berasal dari ordo Hymenoptera subordo Apocrita, family
Braconidae dan genus Apanteles.
2.

Jenis parasitoid yang ditemukan pada larva Setora nitens berasal dari ordo
Hymenoptera

subordo

Apocrita,

family

Chalcididae

dan

genus

Brachymeria.
3.

Gejala serangan dari kedua parasitoid ini yaitu tampak tubuh larva menjadi
kering dan tampak lubang kecil diatas permukaan tubuh dikarenakan imago
parasitoid keluar dari tubuh larva.

4.

Seluruh siklus hidup dari kedua parasitoid ini mulai dari telur hingga
menjadi imago berada dalam tubuh larva.

5.

Populasi parasitoid Apanteles sp. yang ditemukan pada perearingan larva
Setothosea asigna yaitu sebanyak 10 ekor, sedangkan populasi parasitoid
Brachymeria yang ditemukan pada perearingan Setora nitens yaitu sebanyak
6 ekor.

Saran

Perlu dilakukan penelitian terhadap spesies ulat api lainnya dengan
berbagai stadia supaya setiap parasitoid dapat diketahui klasifikasinya.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, K. 1978. Taxonomi Serangga. Universitas Gajah Mada Press,
Yogyakarta.
Arifin, A., Rolettha, Y., Petrus, P., Lukman dan Eka, N. 1997. Pengendalian
Hama Oryctes dan Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit Secara
Terpadu. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Arora, R and Dhaliwal. 1999. The Insect. Kalyani Publishers Indhiana, New
Delhi.
Boror and Delong. 1970. An Introduction to The Study of Insect. third edition.
The State University of Ohio, United State.
Buana dan Siahaan. 2003. Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis
Kelapa Sawit 21 : 56-77
Desmier de Chenon, R. 1982. Field Guide for Coconut and Oil Palm
Pest and Disease and Plantation Sanitary Protection. Directorate General of
Estate Special Team for The Externally Assisted Projects, Jakarta. P : 8 – 10
Fauzi, Y., Yustina, E.W., Imam, S dan Rudi. 2002. Kelapa Sawit. Edisi revisi.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Girsang, P dan Daswir. 1995. Ekonomi Pengendalian Hama pada Tanaman
Kelapa Sawit. Makalah Seminar dan Pameran Ilmiah Himpunan
Mahasiswa Hama dan Penyakit Tumbuhan, UISU, Medan.hal 9.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops In Indonesia. P.A. Van Der Laan.
PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.
Kusnaedi. 1997. Pengendalian Hama Tanpa Pestisida. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Lubis, A.U., 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan
Marihat. Pematang Siantar, Medan.
Pracaya. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Prawirosukarto, S., Purpa, Utomo dan Susanto. 2002. Pengenalan dan
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Universitas Sumatera Utara

Setyamijaja. 1991. Deteksi Dini Kemurnian Bahan Tanaman Kelapa Sawit
dan Teknologi Terkini dalam Pengendalian Hama, Penyakit dan
Gulma. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Sipayung, A. 1991. Hama dan Penyakit Utama pada Perkebunan Kelapa
Sawit dan Usaha Pengendaliannya. Pertemuan Teknisi PTP V S.
Karang-Marihat. 11 p.
Siregar. 1986. Hama Penting Tanaman. Fakultas Pertanian UISU Medan. Hal
46 – 48.
Sudharto, Hutauruk P dan Buana. 2005. Kajian Pengendalian Hama Terpadu
S. asigna van Ecke (Lepidoptera:Limacodidae) Pada Tanaman
Kelapa Sawit. Bul. Perk. 56 (4):103-114.
Susanto, A. 2005. Hama-Hama Pada Kelapa. Seri buku saku. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, Medan.
Wudianto, R. 1989. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1 : GAMBAR

Imago parasitoid Apanteles sp.

Caput Apanteles sp.

Universitas Sumatera Utara

Sungut Apanteles sp.

Tungkai Apanteles sp.

Universitas Sumatera Utara

Imago Brachymeria sp.

Caput Brachymeria sp.

Caput Brachymeria sp.

Universitas Sumatera Utara

Lubang
keluarnya
parasitoid

Tungkai Brachymeria sp.

Lubang
keluarnya
parasitoid

Setothosea asigna yang terserang parasitoid

Tubuh mengering
dan berubah
warna

Setora nitens yang terserang parasitoid

Universitas Sumatera Utara

Perearingan larva di laboratorium

Kegiatan pengidentifikasian

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 2 :

Jumlah Parasitoid Apanteles pada Perearingan Larva Setothosea asigna dan
Brachymeria pada Setora nitens.
Ulangan
Pengamatan

Setothosea asigna

Setora nitens

I

II

III

I

II

III

1

-

-

-

-

-

-

2

-

1

-

-

1

2

3

-

-

2

-

-

-

4

-

-

-

-

-

-

5

1

1

-

-

1

1

6

-

-

3

-

-

1

7

-

1

1

-

-

-

8

-

-

-

-

-

9

-

-

-

-

-

10

-

-

-

-

-

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
Adapun judul dari proposal ini adalah “Identifikasi Parasitoid Larva
Ulat Api (Lepidoptera : Limacodidae) Pada Pertanaman Kelapa Sawit di
Laboratorium” sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan praktek
penelitian di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi
pembimbing bapak Ir. Syahrial Oemry, MS sebagai ketua dan ibu Ir. Fatimah
Zahara sebagai anggota yang telah membimbing dan memberi arahan kepada
penulis sehingga proposal ini dapat diselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Ir. Syahnen, MS
selaku kepala koordinator Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Balai
Penelitian dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BP2TP) Sei Sikambing, Medan
yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2008
Penulis

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Noprida Handayani Siburian, “ Identification The Parasitoid of Caterpillar
Larvae (Lepidoptera : Limacodidae) on Palm Oil. The research was under
supervised by Ir. Syahrial Oemry, MS and Ir. Fatimah Zahara. The objective of
this research is to identification the parasitoid of caterpillar larvae. This research
was carried out in Insect Laboratory in Chamber of Research and Plantation
Protection on Sei Sikambing, Medan with approximately 30 meters above surface
of sea. This study was done at Agustus 2008.
The result showed the parasitoid of both larvae come from order of
Hymenoptera, suborder Apocrita. Apanteles with family Braconidae as parasitoid
of Setothosea asigna found to attack the larvae 25% and Brachymeria with family
Chalcididae as parasitoid of Setora nitens found to attack the larva 19%.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Noprida Handayani Siburian, “ Identifikasi Parasitoid Larva Ulat Api
(Lepidoptera : Limacodidae) Pada Pertanaman Kelapa Sawit” penelitian ini
dibimbing oleh Ir. Syahrial Oemry, MS sebagai ketua dan Ir. Fatimah Zahara
sebagai anggota. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi parasitoid larva
ulat api pada pertanaman kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Hama Balai Penelitian dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BP2TP) Jalan Asrama
No.124 Sei Sikambing, Medan dengan ketinggian tempat ± 30 meter di atas
permukaan laut pada bulan Agustus 2008.
Dari hasil penelitian ditemukan parasitoid kedua larva berasal dari ordo
Hymenoptera, subordo Apocrita. Parasitoid Setothosea asigna dengan family
Braconidae dan genus Apanteles sebanyak 10 ekor (25%) sedangkan parasitoid
Setora nitens dengan family Chalcididae dan genus Brachymeria sebanyak 6 ekor
(19%).

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Noprida Handayani Siburian, dilahirkan di Medan pada tanggal
7 Nopember 1984, anak keenam dari enam bersaudara dari Ayahanda Pdt. Drs.
R.A Siburian dan Ibunda Almh. R Silaban.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah lulus dari Sekolah Dasar
Inpres 060829 tahun 1997, tahun 2000 lulus dari Sekolah Menengah Pertama
Negeri 15 Medan, tahun 2003 lulus dari Sekolah Menengah Umum Katolik
Trisakti Medan dan tahun 2004 diterima sebagai mahasiswi di Departemen Ilmu
Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan melalui jalur SPMB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi
Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN) dan menjadi koordinator
bidang kerohanian periode 2007/2008. Anggota Kelompok Kecil (AKK) UKM
KMK USU UP FP dari tahun 2004 hingga sampai saat ini. Mengikuti pelayanan
Paduan Suara Transeamus FP USU dan masih aktif hingga saat ini. Melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Perkebunan
Nusantara III ( Persero ) Kebun Dusun Ulu, Kabupaten Simalungun, mulai
tanggal 9 Juni 2008 sampai dengan 9 Juli 2008. Melaksanakan Praktek Skripsi di
Laboratorium Hama Balai Penelitian dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BP2TP)
Jalan Asrama No.124 Sei Sikambing, Medan pada bulan Agustus 2008.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Identifikasi Parasitoid Larva Ulat
Api (Lepidoptera : Limacodidae) Pada Pertanaman Kelapa Sawit” sebagai
salah satu syarat untuk dapat menempuh ujian akhir di Departemen Ilmu Hama
dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi
pembimbing Bapak Ir. Syahrial Oemry, MS sebagai ketua dan Ibu Ir. Fatimah
Zahara sebagai anggota yang telah membimbing dan memberi arahan kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Syahnen, MS
selaku kepala koordinator Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Balai
Penelitian dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BP2TP) Sei Sikambing, Medan dan
Kak Ida Roma, SP yang telah banyak memberikan arahan kepada penulis selama
melaksanakan penelitian serta kepada keluarga yang telah memberikan dukungan
material dan moril.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi
ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.
Medan, Nopember 2008
Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRACT ....................................................................................................... i
ABSTRAK.......................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
Hipotesa Penelitian .................................................................................. 5
Kegunaan Penelitian ................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Ulat Api ...................................................................................... 6
Gejala Serangan ...................................................................................... 9
Pengendalian ......................................................................................... 10
Ordo Hymenoptera ................................................................................ 11
Family Hymenoptera yang parasit pada Lepidoptera.............................. 12
Ordo Diptera ......................................................................................... 15
Family Diptera yang parasit pada Lepidoptera ....................................... 15
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 17
Bahan dan Alat ...................................................................................... 17
Metode Pelaksanaan Penelitian.............................................................. 17
Parameter yang diamati ......................................................................... 18
Identifikasi .......................................................................................... 18F
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Parasitoid Larva Setothosea asigna ..................................... 19
Identifikasi Parasitoid Larva Setora nitens ............................................. 22

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................... 25
Saran ..................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No

Judul

Hlm

1. Identifikasi Imago Apanteles sp. ……………………………………….........19
2. Identifikasi Imago Brachymeria sp. ................................................................22

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Judul

Hlm

Larva Setothosea assigna …………………………………...……………… 7
Imago Setothosea asigna ………………………………………………….....8
Larva Setora nitens ..................................................................................... 9
Imago Setora nitens..................................................................................... 9
Gejala Serangan Ulat Api .......................................................................... 10
Imago Family Trichogrammatidae............................................................. 12
Imago Family Braconidae ......................................................................... 13
Imago Family Ichneumonidae ................................................................... 14
Imago Family Chalcididae......................................................................... 14
Imago Family Tachinidae .......................................................................... 16
Imago Apanteles sp ................................................................................... 21
Imago Brachymeria sp............................................................................... 24

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No

Judul

Hlm

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Bagian Tubuh Apanteles sp. ......................................................................
Bagian Tubuh Brachymeria sp. .................................................................
Ulat Api yang Terserang Parasitoid ..........................................................
Perearingan Ulat Api. ................................................................................
Kegiatan Pengidentifikasian ......................................................................
Jumlah Parasitoid yang Muncul .................................................................
Data Curah Hujan Perkebunan Kelapa Sawit, Marihat ...............................

28
30
31
32
32
33
32

Universitas Sumatera Utara