Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao (Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PARTISIPASI WANITA TANI DALAM
USAHATANI KAKAO
(Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala
Provinsi Sulawesi Tengah)

CONNY NAOMI MANOPPO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

SURAT PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao (Kasus di Kecamatan
Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah) adalah karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009

Conny Naomi Manoppo
NIM. I 351070101

ABSTRACT
CONNY NAOMI MANOPPO. Factors Correlated to Participation of the Woman
Farmers in Cacao Cultivation in Palolo District of Donggala in Central Sulawesi.
Supervised by RICHARD W.E. LUMINTANG and IGN. DJOKO SUSANTO
The objectives of the study were: (1) to identify the level of participation of
woman farmers in cacao cultivation; (2) to identify the internal factors correlated
to the participation of the woman farmers in cacao; and (3) to identify the external
factors correlated to the participation of woman in cacao cultivation. The study
was conducted at three village namely survey methods and observations village
of: 1) Bahagia, 2) Berdikari and 3) Bunga, of Palolo District of Donggala in
Central Sulawesi. A sample of 45 woman farmers were randomly selected, 15
women per village. Survey method and field observation were applied to collect
data. The analysis was done by Pearson correlation test. The important results are:

internal characteristics showed by the woman farmers is categorized as low
namely: farming experience and cosmopoliteness. Categories are: age, number of
dependent family, the motivation, the role of domestic and productive roles.
Highest category are: formal education, aspirations, and decision making.
External characteristics of the woman farmers is categorized as low: extension.
Highest category are: culture, availability of labor, business climate, market
opportunities and the role of her husband. Participation of woman farmers who are
considered low: fertilization and financial records. Participation of woman
farmers which are considered are: tree planting protective, planting, pruning, pest
and disease control, harvesting, post harvest and fermentation, marketing, and
entrepreneurship. Participation of woman farmers which are classified as high are
cleaning the land, seedling, soil sanitation, sorting and packing. The internal
factors correlated to the participation of woman farmers in cacao is motivation,
cosmopoliteness, and the role of productive land in the cacao. External factors has
correlated to the participation of woman farmers in cacao significants are: culture,
availability of labor and business climate.
Keywords: participation, cacao cultivation, cosmopoliteness

RINGKASAN
CONNY NAOMI MANOPPO.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao Kasus di Kecamatan Palolo
Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Dibimbing oleh: RICHARD
W.E. LUMINTANG dan IGN. DJOKO SUSANTO.
Salah satu faktor penggerak dalam pembangunan pertanian adalah
sumberdaya manusia (wanita tani). Karena untuk menghasilkan produk agribisnis
yang berdaya saing tinggi diperlukan tenaga kerja (SDM) yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan. Wanita sebagai salah satu sumber tenaga kerja
dalam keluarga harus diberdayakan dalam rangka meningkatkan potensi dan
kemampuannya. Kegiatan penyuluhan yang merupakan bentuk pendidikan non
formal merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam rangka
pemberdayaan wanita sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya dalam
kegiatan usahatani kakao. Pengelolaan usahatani secara tepat dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga wanita tani.
Penelitian bertujuan: (1) mengidentifikasi tingkat partisipasi wanita tani
dalam usahatani kakao; (2) mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan
dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao; dan (3) mengidentifikasi
faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam
usahatani kakao.
Penelitian dilakukan dengan metode survey di 3 (tiga) desa, yaitu Desa

Bahagia, Berdikari dan Bunga Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi
Sulawesi Tengah. Unit analisis adalah populasi wanita tani kakao, yaitu sebanyak
45 orang masing-masing 15 orang per desa. Alat analisis yang digunakan adalah
uji korelasi Pearson.
Karakteristik internal wanita tani kakao yang ditemukan: umur tergolong
sedang, berpendidikan tinggi, besarnya jumlah keluarga tergolong sedang,
pengalaman usahatani kakao rendah, motivasi berusahatani kakao sedang,
memiliki aspirasi tinggi, mempunyai sifat kekosmopolitan yang rendah,
keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan dalam rumah tangga
dikategorikan tinggi dan alokasi waktu (peran domestik dan peran produktif)
berada pada kategori sedang.
Karakteristik eksternal wanita tani kakao yang dikategorikan tinggi adalah
budaya, ketersediaan tenaga kerja, iklim usaha, peluang pasar dan peran atau
dorongan dari suami untuk berpartisipasi dalam usahatani kakao. Karakteristik
eksternal wanita tani yang dikategorikan rendah adalah: intensitas keikutsertaan
dalam penyuluhan.
Secara umum partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao tergolong
sedang. Partisipasi wanita tani yang dikategorikan tinggi adalah: pembersihan
lahan, pembibitan, sanitasi lahan, penyortiran dan pengepakan. Partisipasi wanita
tani yang dikategorikan sedang adalah: penanaman pohon pelindung, penanaman

pohon kakao, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit, panen, pasca panen
dan fermentasi, pemasaran, serta kewirausahaan. Partisipasi wanita tani yang
dikategorikan rendah adalah: pemupukan, dan pencatatan/pengaturan keuangan
(book keeping).

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor internal yang berhubungan tidak
nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: umur, tingkat
pendidikan, besarnya jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, aspirasi,
pengambilan keputusan, dan peran domestik. Faktor internal yang berhubungan
nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: sifat
kekosmopolitan. Faktor internal yang berhubungan sangat nyata dengan
partisipasi wanita dalam usahatani kakao adalah motivasi, dan peran produktif.
Faktor eksternal yang berhubungan tidak nyata dengan partisipasi wanita tani
dalam usahatani kakao adalah: penyuluhan, peluang pasar dan peran/dorongan
suami. Faktor eksternal yang berhubungan nyata dengan partisipasi wanita tani
dalam usahatani kakao adalah: iklim usaha. Faktor eksternal yang berhubungan
sangat nyata dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao adalah: budaya,
dan ketersediaan tenaga kerja.

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindung Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumberdaya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PARTISIPASI WANITA TANI DALAM
USAHATANI KAKAO
(Kasus di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala
Provinsi Sulawesi Tengah)

CONNY NAOMI MANOPPO

Tesis

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Basita G. Sugihen, MA

Judul Tesis

:

Nama
NIM

:
:


Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Partisipasi
Wanita Tani dalam Usahatani Kakao (Kasus di
Kecamatan
Palolo Kabupaten Donggala Provinsi
Sulawesi Tengah)
Conny Naomi Manoppo
I 351070101

Disetujui
Komisi Pembimbing

Ir. Richard W.E. Lumintang, M.SEA
Ketua

Prof (Ris).Dr. Ign.Djoko Susanto, SKM
Anggota

Diketahui


Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian: 13 Juli 2009

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Segala puji syukur, hormat, limpah terima kasih hanya bagi Tuhan Yesus
Kristus yang merupakan sumber berkat dan kekuatan karena atas kasih dan
anugerahNya serta hikmat dan kekuatan dari Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis penelitian dengan judul: Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao (Kasus di Kecamatan

Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah).
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Magister Sains pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN)
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Kegiatan pengumpulan data untuk
penulisan tesis ini dilaksanakan di Desa Bahagia, Berdikari dan Bunga Kecamatan
Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah.
Penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan baik berupa moril
maupun materiil serta kemudahan-kemudahan dari berbagai pihak, baik dalam
penyelesaian studi, penelitian maupun penyusunan tesis. Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih pada:
1. Ir. Richard W.E. Lumintang, M.SEA selaku ketua komisi pembimbing dan
Prof (Ris). Dr. Ign. Djoko Susanto, SKM selaku anggota komisi pembimbing
atas saran dan bimbingannya dalam penyusunan tesis ini;
2. Dr. Ir. Basita G. Sugihen, MA yang sudah bersedia menjadi Penguji luar
komisi;
3. Departemen Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
yang telah memberikan dukungan beasiswa dan bantuan biaya penelitian;
4. Papi, Mami, Papa (Alm) dan Mama yang memberikan dukungan moril dan tak
pernah putus asa dalam berdoa untuk kesuksesan penulis;
5. Suamiku Jeremi Kristovel Kairupan dan anakku Reynaldo Christo Kairupan

yang penulis kasihi dan sayangi, yang telah berkorban dan memberikan
motivasi yang tiada hentinya agar penulis dapat menyelesaikan penyusunan
tesis ini;
6. Kakak-kakak dan adik-adikku yang tak pernah lelah memberikan dukungan,
bantuan dan doa bagi keberhasilan penulis;

7. Dr. Ir. Siti Amanah, M.SC selaku Ketua Program Studi Ilmu Penyuluhan
Pembangunan;
8. Anshar, SP selaku Koordinator PPL pada Balai Penyuluhan Pertanian
Bahagia, Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala, dan Ibu Jamilah yang telah
membantu dalam pengumpulan data primer di lokasi penelitian;
9. Para Dosen dan staf (Mba Desi dan Mas Kodir) pada Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan (PPN) atas segala dukungan dan motivasi yang
diberikan selama penulis menuntut ilmu; dan
10. Rekan-rekan mahasiswa pada Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
(PPN) khususnya angkatan 2007 (Lisbet, Pepi, Diarsi, Sonya, Djujur, Amin,
Yusuf, Kartono, Hendro, dan Alam), yang telah memberikan dukungan dan
motivasi bagi penulis selama proses perkuliahan sampai penyelesaian tesis.

Semoga tesis ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor, Agustus 2009

Conny N. Manoppo

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palu pada tanggal 7 Oktober 1969 dari pasangan Bapak
Ronny E. Manoppo dan Ibu Frieda J. Manoppo-Tombeg. Penulis adalah anak ke
empat dari lima bersaudara.
Tahun 1988 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Palu dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk Universitas Tadulako Palu melalui ujian seleksi
penerimaan mahasiswa baru (SIPENMARU). Penulis memilih Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian. Kesempatan untuk melanjutkan ke program
magister pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) Program
Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan diperoleh pada tahun 2007.

Beasiswa

pendidikan pascasarjana diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian.
Penulis bekerja sebagai peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sulawesi Tengah sejak tahun 1996 dengan bidang kepakaran budidaya
tanaman.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..............................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR .........................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................

xiv

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................
Rumusan Masalah ...........................................................................
Tujuan Penelitian ...........................................................................
Kegunaan Penelitian .......................................................................

1
3
4
5

TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi .......................................................................................
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi .....................
Wanita Tani .....................................................................................
Peranan Wanita ..............................................................................
Usahatani ........................................................................................

6
13
28
29
32

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Kerangka Berpikir ..........................................................................
Hipotesis .........................................................................................

36
40

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian ......................................................................
Waktu dan Lokasi Penelitian ..........................................................
Populasi dan Sampel ......................................................................
Data dan Instrumen ......................................................................
Analisis Data ..................................................................................
Definisi Operasional ......................................................................

41
41
41
41
43
44

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Geografis dan Ekonomi ...........................................
Karakteristik Internal dan Eksternal Wanita Tani .........................
Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao .........................
Uji Hipotesis ..................................................................................
Hubungan Antara Faktor-Faktor Internal dengan Partisipasi
Wanita Tani dalam Usahatani Kakao ............................................
Hubungan Antara Faktor-Faktor Eksternal dengan Partisipasi
Wanita Tani dalam Usahatani Kakao ............................................

48
52
63
71
71
80

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...................................................................................
Saran .............................................................................................

89
89

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................

90

LAMPIRAN .......................................................................................

95

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1.

Kerangka Berpikir Hubungan antar Peubah Berkaitan dengan
Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani Kakao.......................

39

DAFTAR TABEL
Halaman

1. Luas Lahan Sawah dan Jenis Pengairannya, Tadah Hujan di
Kecamatan Palolo Tahun 2007 (ha) ..........................................
2. Luas Lahan Kering di Kecamatan Palolo Tahun 2007 (ha) .........
3. Deskripsi Faktor Internal Wanita Tani dalam Usahatani Kakao
di Kecamatan Palolo .......................................................
4. Deskripsi Faktor Eksternal Wanita Tani dalam Usahatani
Kakao di Kecamatan Palolo ......................
5. Deskripsi Faktor Partisipasi Wanita Tani dalam Usahatani
Kakao di Kecamatan Palolo ..........................
6. Korelasi Faktor Internal Wanita Tani dengan Partisipasi Wanita
Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten
Donggala ...................................................................
7. Korelasi Faktor Eksternal Wanita Tani dengan Partisipasi
Wanita Tani dalam Usahatani Kakao di Kecamatan Palolo
Kabupaten Donggala .....................................................

50
50
53
60
64
73

81

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1.
2.
3.
4.

Jadwal Penelitian .....................................................................
Peta Kabupaten Donggala .........................................................
Dokumentasi Penelitian ............................................................
Kuisioner Penelitian ...................................................................

95
96
97
98

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, karena
merupakan komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai
sumber devisa negara dan menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Permintaan pasar kakao dunia dan harga kakao internasional saat ini cukup tinggi
(meskipun berfluktuasi mengikuti pergerakan kurs dolar AS), sehingga menjadi
momentum yang baik untuk dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha
(masyarakat agribisnis). Komoditas ini merupakan sumber devisa dan menunjang
Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun produktivitas tanaman kakao masih
tergolong rendah sehingga berimplikasi pada tingkat kesejahteraan dan
pendapatan petani kakao yang juga rendah.
Selama 10 tahun terakhir, luas pertanaman kakao di Indonesia meningkat
pesat. Tahun 1998 luas pertanaman kakao di Indonesia mencapai 570.000 ha,
lebih dari 50% luas areal tersebut terdapat di Pulau Sulawesi. Luas tanaman
kakao di Sulawesi Tengah pada tahun 2001 mencapai 83.732 ha, yang terdiri atas
4.689 ha perkebunan besar dan 79.043 ha perkebunan rakyat, dengan rata-rata
produksi 1,41 ton/ha (BPS Sulawesi Tengah, 2002). Luas pertanaman kakao di
Kabupaten Donggala selama tiga tahun (2004 - 2007) meningkat sebesar 139,85
ha dari 47.785,5 ha pada tahun 2004 menjadi 47.925,35 tahun 2007 namun jumlah
produksi yang dihasilkan menurun dari 0,90 ton/ha menjadi 0,43 ton/ha (BPS
Sulawesi Tengah, 2008).
Luas pertanaman kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala tahun
2007 adalah 7.513 ha dengan jumlah produksi rata-rata 0.63 ton/ha (Dinas
Perkebunan Sulawesi Tengah, 2008). Padahal jika dikelola dengan baik, potensi
produksi kakao tersebut dapat mencapai 2 – 3 ton/ha/thn.
Rendahnya produktivitas kakao tersebut erat kaitannya dengan sumberdaya
manusia (SDM) petani dan minimnya tenaga penyuluh lapangan. Sistem
pengelolaan tanaman yang tidak optimal juga mengakibatkan produksi kakao
tidak memenuhi harapan petani. Jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, akan

2

berdampak negatif terhadap pendapatan petani dan produktivitas lahan, yang pada
akhirnya dapat memupuskan harapan Indonesia yang tengah mempersiapkan diri
sebagai pemain utama dalam agribisnis kakao dunia.
Berbagai faktor penggerak dalam pembangunan pertanian diperlukan dalam
rangka memenuhi harapan tersebut di atas. Faktor-faktor penggerak dalam
pembangunan pertanian yakni: sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi,
dan kelembagaan. Keempat faktor tersebut saling menunjang. Jika salah satu
faktor tersebut tidak ada atau tidak sesuai maka kegiatan yang dilakukan tidak
dapat memberi hasil yang diharapkan. Produk agribisnis yang berdaya saing
tinggi dapat dihasilkan melalui dukungan teknologi, struktur agribisnis yang
integratif, tenaga kerja (SDM) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta
permodalan yang kuat. Sumberdaya manusia sebagai salah satu faktor penggerak
pembangunan pertanian mempunyai peranan yang sangat penting termasuk di
dalamnya adalah wanita.
Wanita merupakan bagian integral dari masyarakat dan mempunyai peran
yang sangat penting, baik itu dalam ruang lingkup kehidupan yang terkecil yaitu
keluarga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tugas dan fungsi mereka selain mengurus rumah tangga juga berperan membantu
suami dalam berusahatani. Keterlibatan wanita dalam berusahatani khususnya
kakao mencakup pada semua aspek budidaya kakao mulai pembebasan/
pembersihan lahan sampai pemasaran. Namun keberadaan atau kehadiran wanita
justru sering diabaikan dalam kegiatan pembangunan pertanian terutama dalam
kegiatan penyuluhan. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan selama ini belum
mengikutsertakan wanita sebagai komponen penting dalam aktivitas usahatani.
Wanita sebagai salah satu anggota keluarga harus diberdayakan dalam
rangka meningkatkan potensi dan kemampuannya sehingga berdampak pada
peningkatan

kualitas

keluarga terutama

kontribusinya bagi peningkatan

pendapatan keluarga. Kegiatan penyuluhan yang merupakan bentuk pendidikan
nonformal merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam rangka
pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan wanita. Kegiatan penyuluhan
bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran yaitu adanya peningkatan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Keterlibatan wanita dalam kegiatan

3

penyuluhan diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilannya dalam berusahatani sehingga dapat meningkatkan partisipasinya
dalam kegiatan usahatani kakao. Pengelolaan usahatani secara tepat dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.
Keterlibatan wanita secara langsung maupun tidak langsung dalam
peningkatan pendapatan keluarga dan produktivitas usahatani kakao di Kabupaten
Donggala Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu potensi yang harus
dikembangkan.

Oleh

karena

itu

sangat

diperlukan

upaya-upaya

untuk

meningkatkan keterampilan wanita tani kakao sehingga dapat meningkatkan
produktivitas usahanya. Sumbangan tenaga kerja dan pendapatan dari wanita
sangat penting dalam mendukung kesejahteraan dan kemajuan keluarga tani.
Secara

psikologis,

wanita

membutuhkan

aktualisasi

diri

demi

pengembangan dirinya yang pada akhirnya berdampak positif terhadap
peningkatan kesejahteraan keluarga. Aktualisasi ini dapat dilakukan melalui
pembelajaran life-skill dengan memadukan potensi yang dimilikinya, merangsang
pemasaran hasil produksi, mendorong penciptaan modal, dan mengembangkan
sikap menghargai kerja.
Sumber tenaga kerja yang terlibat dalam usahatani kakao rata-rata berasal
dari dalam keluarga. Salah satunya adalah wanita yang merupakan istri dari
kepala rumah tangga. Dengan demikian keterlibatan wanita (istri) sebagai salah
satu sumber tenaga kerja tidak dapat diabaikan.
Peran aktif wanita dalam kegiatan usahatani kakao dan upaya peningkatan
kualitas partisipasi wanita dalam berusahatani kakao dapat dipahami melalui
penelitian secara mendalam tentang faktor-faktor yang diduga berhubungan
dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao.
Rumusan Masalah
Pembangunan pertanian adalah landasan dari pembangunan ekonomi
maupun sosial, dan dalam hal ini sumberdaya manusia sangatlah berpengaruh
bagi keberhasilan pembangunan. Keberhasilan pembangunan pertanian sangat
ditentukan oleh peran aktif dari petani dan anggota keluarganya termasuk isteri
sebagai wanita tani.

4

Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan di Kecamatan Palolo
Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Namun produktivitas dan
kesejahteraan petani kakao masih memprihatinkan dan masih jauh dari yang
diharapkan. Hal ini diduga terkait dengan partisipasi petani pada penerapan
usahatani kakao. Usahatani ini melibatkan tenaga kerja dalam keluarga baik
suami, isteri maupun anak. Wanita mempunyai peranan yang cukup besar bagi
kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga. Hal ini ditunjukkan oleh
peran ganda wanita yakni sebagai ibu rumah tangga dan keterlibatan wanita dalam
sektor produksi terutama pada sektor produksi pertanian.
Wanita mungkin tidak selalu bahkan boleh dikata tidak pernah menghadiri
”pertemuan desa dan kegiatan lainnya termasuk kegiatan penyuluhan” bersama
suaminya. Tetapi pengaruhnya tetap melekat pada para suami. Minat dan sikap
juga tenaga kerjanya, dapat menentukan kegiatan produksi yang akan dihasilkan
terutama produksi dari lahan usahataninya.
Peranan wanita di perdesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya
mengurusi rumah tangga sehari-hari, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat
dalam berbagai kegiatan usahatani. Walaupun terdapat variasi partisipasi wanita
pada sektor pertanian, tergantung dari daerah, strata, sosial budaya dan agama
setempat, namun status sosial wanita menjadi meningkat apabila wanita
mempunyai kemampuan mandiri dalam mencari nafkah.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao?
2. Faktor internal apa saja yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani
dalam usahatani kakao?
3. Faktor eksternal apa saja yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani
dalam usahatani kakao?
Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian adalah:
1. Mengidentifikasi tingkat partisipasi wanita dalam usahatani kakao.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor internal yang berhubungan dengan partisipasi
wanita tani dalam usahatani kakao

5

3. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan partisipasi
wanita tani dalam usahatani kakao
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dan kegunaan sebagai berikut:
1. Sebagai dasar bagi pengambil kebijakan untuk menetapkan sasaran
penyuluhan pertanian dengan lebih akurat.
2. Sebagai bahan dalam penyusunan program penyuluhan pertanian, agar dapat
menentukan program penyuluhan yang perlu dilakukan terhadap wanita tani,
sehingga dapat diketahui arah dan materi penyuluhan yang dibutuhkan wanita
tani khususnya usahatani kakao.
3. Sebagai

informasi

dasar

untuk

penelitian

pengembangan penyuluhan pertanian kakao.

yang

lebih

luas

dalam

6

TINJAUAN PUSTAKA
Partisipasi
Partisipasi masyarakat (Community participation) adalah suatu bentuk
interaksi sosial yang menjadi perhatian dan bahan kajian sosiologi dan beberapa
disiplin ilmu lain.

Sebagai suatu istilah, partisipasi mempunyai berbagai

pengertian dan batasan. Dusseldorp (1981) yang dikutip oleh Saardi (2000)
menyatakan bahwa partisipasi di tingkat masyarakat perdesaan adalah bentuk
interaksi dan komunikasi khas, yaitu berbagi dalam kekuasaan dan tanggung
jawab.

Selanjutnya dikatakan bahwa partisipasi sebagai pengambilan bagian

dalam kegiatan bersama (taking part in joint action).
Partisipasi erat hubungannya dengan kegiatan pembangunan. Partisipasi
tidak hanya sebatas keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan
secara fisik tetapi juga keterlibatan secara kejiwaan.

Hal ini sejalan dengan

pendapat Swasono (1995) bahwa partisipasi tidaklah hanya pada tahap
pelaksanaan pembangunan saja, tetapi meliputi seluruh spektrum pembangunan
tersebut yang dimulai dari tahap menggagas rencana kegiatan hingga memberikan
umpan balik terhadap gagasan rencana yang telah dilaksanakan.
Budiono (2002) menyatakan terdapat beberapa unsur penting yang
merupakan eksistensi dari partisipasi, yaitu: (1) dalam partisipasi terdapat unsur
keterlibatan mental dan emosional individu yang berpartisipasi; (2) dalam
partisipasi terdapat unsur ketersediaan memberikan kontribusi atau sumbangan
untuk mencapai tujuan bersama, dan dilakukan secara suka rela; (3) dalam
partisipasi diikuti oleh rasa tanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan
dalam usaha mencapai tujuan bersama; dan (4) tingkat partisipasi ditentukan oleh
kadar keterlibatan masyarakat untuk menentukan segala sesuatu sendiri, tidak
ditentukan oleh pihak lain.
Partisipasi dalam lingkup sosial dan masyarakat adalah pengembangan
sejumlah metode partisipasi yang lebih luas untuk penilaian, perencanaan,
pemantauan, pelatihan dan pembangunan kesadaran.

Tekanannya lebih pada

pentingnya partisipasi bukan saja agar pihak lain bertanggung gugat tidak sekedar
memberikan laporan tetapi juga menyertakan pembuktian atas segala sesuatu yang

7

dikerjakan. Partisipasi juga merupakan suatu proses pengembangan diri, mulai
dari artikulasi kebutuhan tingkat bawah dan prioritasnya, serta membangun
bentuk organisasi rakyat. Partisipasi mencakup bidang pengetahuan dan tindakan
langsung, bukan sekadar perwakilan dan pertanggunggugatan (akuntabilitas),
(Rosni, 2003).
Pengertian partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) adalah keterlibatan
aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan
dilakukan dan bagaimana cara kerjanya, keterlibatan masyarakat dalam
pelaksanaan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melalui
sumbangan sumberdaya atau bekerja sama dalam suatu organisasi, keterlibatan
masyarakat menikmati manfaat dari pembangunan serta dalam evaluasi
pelaksanaan program.
Definisi di atas mengacu pada pengertian partisipasi sebagai keterlibatan
aktif masyarakat pada 4 (empat) tahap kegiatan yang dimulai dari tahap proses
pengambilan keputusan tentang rencana kegiatan, tahap pelaksanaan kegiatan,
tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi pelaksanaan kegiatan.

Biasanya

keterlibatan aktif masyarakat dalam bentuk keterlibatan fisik, material dan sikap
(Cohen dan Uphoff, 1977).
Partisipasi dalam tahap pengambilan keputusan/perencanaan dibedakan atas
3 (tiga) kegiatan yakni: (1) pada saat penentuan keputusan awal mengenai
kegiatan dengan memperhatikan keperluan dan prioritas kegiatan yang akan
dikerjakan; (2) ikut serta secara terus menerus dalam setiap proses pengambilan
keputusan; serta (3) ikut serta dalam merumuskan keputusan mengenai rencana
kerja. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan dibedakan dalam 3 (tiga) kegiatan
yakni: (1) sumbangan sumberdaya yang berupa sumbangan tenaga dengan ikut
bekerja dalam program, sumbangan materi dan atau informasi, (2) terlibat dalam
kegiatan administrasi dan koordinasi, serta (3) ikut serta sebagai peserta dari
program yang dilaksanakan. Partisipasi dalam tahap evaluasi merupakan tahap
yang penting bagi para pengambil keputusan untuk memperoleh masukan
mengenai pelaksanaan program. Partisipasi dalam tahap menikmati manfaat
mencakup: (1) keuntungan materiil yang berupa meningkatnya pendapatan dan
konsumsi, baik dalam bentuk jumlah maupun distribusinya merata, (2)

8

keuntungan sosial antara lain meningkatnya pendidikan dan terberantasnya buta
huruf; (3) keuntungan perorangan, antara lain berupa kemampuan status sosial
seseorang serta meningkatnya kekuasaan politik (Cohen dan Uphoff, 1977).
Selain tahap partisipasi, terdapat pula tiga dimensi partisipasi yang harus
diperhatikan antara lain (1) bentuk partisipasi apa yang dilakukan (What), (2)
siapa yang terlibat dalam kegiatan partisipasi (who), dan (3) bagaimana partisipasi
itu berlangsung (How) (Cohen dan Uphoff, 1977). Menurut Dusseldorp seperti
yang dikutip oleh Slamet (1993), partisipasi dapat diklasifikasikan berdasarkan
sembilan dasar yang terpisah satu sama lainnya yaitu (1) partisipasi berdasarkan
derajat kesukarelaan yang terbagi atas partisipasi bebas dan partisipasi terpaksa,
(2) partisipasi berdasarkan cara keterlibatan yang terbagi atas partisipasi langsung
dan partisipasi tidak langsung, (3) partisipasi berdasarkan keterlibatan di dalam
berbagai tahap dalam proses pembangunan terencana, terdiri atas enam langkah
yaitu perumusan tujuan, penelitian, persiapan rencana, penerimaan rencana,
pelaksanaan dan penilaian, (4) partisipasi berdasarkan tingkatan organisasi,
terbagi atas partisipasi yang terorganisasi dan partisipasi yang tidak terorganisasi,
(5) partisipasi berdasarkan intensitas dan frekuensi kegiatan, (6) partisipasi
berdasarkan lingkup liputan kegiatan, terbagi atas partisipasi tidak terbatas, dan
partisipasi terbatas, (7) partisipasi berdasarkan efektifitas, terbagi atas partisipasi
efektif dan partisipasi tidak efektif, (8) partisipasi berdasarkan siapa yang terlibat.
Partisipasi dalam pembangunan dapat diartikan sebagai ikut sertanya
masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan dan ikut serta
dalam memanfaatkan hasil, serta menikmati hasil-hasil pembangunan yang nyata.
Partisipasi masyarakat sangat mutlak demi berhasilnya pembangunan. Slamet
(1993) menyatakan bahwa, berdasarkan pengertian tentang partisipasi dalam
pembangunan, maka partisipasi dalam pembangunan dapat dibagi menjadi 5
(lima) jenis:
1.

Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input
tersebut dan ikut menikmati hasilnya.

2.

Ikut memberi input dan menikmati hasilnya

3.

Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil
pembangunan secara langsung.

9

4.

Menikmati /memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input.

5.

Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya

Tanpa partisipasi masyarakat, setiap pembangunan dinilai tidak berhasil. Oleh
karena itu penting sekali untuk memikirkan dan mengusahakan peningkatan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Meningkatkan partisipasi masyarakat harus dilakukan dengan cara
meningkatkan keterlibatan warga secara langsung dalam pengambilan keputusan
oleh perseorangan atau kelompok dalam suatu kegiatan. Peningkatan partisipasi
masyarakat tidak hanya berhenti pada tahap perumusan rencana dan pelaksanaan
program, tetapi juga menyangkut aspek pengambilan keputusan.

Perluasan

partisipasi masyarakat merupakan bagian dari pendekatan pembangunan yang
mencakup peningkatan kepribadian atau kualitas manusia baik perorangan
maupun masyarakat. Masyarakat memiliki identitas yang kolektif sifatnya. Oleh
karena itu pembangunan masyarakat harus mencakup pembangunan kolektif
(Oepen, 1988)
Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
khususnya di wilayah perdesaan adalah dengan mengelola secara komprehensif
kesempatan, kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan sesuai dengan potensi dan kondisi perdesaan yang bersangkutan.
Kemampuan seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan dan
juga sikap mental. Pengetahuan dan pengertian tentang pembangunan sampai
pada seluk beluk pelaksanaannya sangat perlu bagi masyarakat sehingga mereka
dapat cepat tanggap terhadap kesempatan yang ada. Pengetahuan tentang adanya
potensi di lingkungannya yang dapat dikembangkan atau dibangun sangat penting
artinya. Demikian pula pengetahuan dan keterampilan tentang teknologi tepat
guna yang dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan sumberdaya alam yang
ada untuk dipadukan dengan berbagai sarana produksi lain sangat penting bagi
keberhasilan masyarakat yang membangun. Keterbelakangan bangsa kita antara
lain karena kekurangan pada bidang ini. Ditambah lagi dengan sikap mental yang
sering kurang sesuai dengan tuntutan pembangunan. Masyarakat sering masih
bersikap tradisional, sulit untuk diajak berpikir dan bertindak yang berbeda
dengan tradisi yang sudah dimilikinya selama ini. Oleh karena itu, kemampuan

10

adaptif masyarakat dalam menerima inovasi untuk meningkatkan akselerasi
pembangunan

di

wilayah

perdesaan

perlu

ditingkatkan

dalam

rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Guna meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan,
menurut Tjokroamidjojo (1991), terdapat 2 (dua) cara yang dapat ditempuh yaitu
memobilisasikan kegiatan-kegiatan masyarakat yang serasi untuk kepentingankepentingan pencapaian tujuan pembangunan dan meningkatkan oto-aktivitas,
swadaya dan swakarya masyarakat sendiri sehingga masyarakat menjadi dewasa
untuk terlibat dalam kegiatan pembangunan.

Dengan kata lain, partisipasi

bukanlah sekedar suatu keikutsertaan kelompok-kelompok tertentu saja atau
kelompok-kelompok status sosial ekonomi tinggi sebagai perencana dan
kelompok-kelompok status ekonomi rendah sebagai pelaksana kegiatan
pembangunan. Partisipasi harus dapat mengikutsertakan seluruh anggota
masyarakat untuk aktif melakukan hak dan kewajibannya sebagai partisipan, tidak
ada aktivitas ekslusif dan tidak ada pula penonton pasif, seluruh anggota
masyarakat berperan secara produktif. Sihombing (1980) mempertegas bahwa
pengertian partisipasi berakar pada pemahaman bahwa setiap makhluk yang
disebut manusia adalah pemilik dan ahli waris yang sah dari dunia (alam), dengan
demikian partisipasi merupakan hak dasar manusia untuk mengobyektivikasikan,
mengeluarkan dan menyatakan dirinya melalui upaya mengerjakan alam
(memanusiawikan).
Lebih lanjut Saardi (2000) mengemukakan 5 (lima) hal yang menentukan
kelengkapan partisipasi masyarakat yaitu:
1. adanya aliran informasi: yang menggambarkan aliran informasi timbal balik
dari masyarakat yang disampaikan ke masyarakat melalui lembaga atau tokoh
masyarakat,
2. konsultasi: masyarakat dilibatkan untuk berkonsultasi mengenai isu penting
dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program,
3. keputusan: masyarakat atau tokoh-tokoh masyarakat termasuk dari golongan
sasaran program, terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan
mengontrol jalannya program,

11

4. inisiatif: tidak semua ide-ide dan perencanaan datang dari luar, tetapi
masyarakat

memiliki

kebebasan

untuk

mengambil

inisiatif

dalam

mengidentifikasi kebutuhan dan strategi dalam pelaksanaan program dan,
5. evaluasi: masyarakat ikut mengevalusi rencana dan pelaksanaan program.
Sejalan dengan keikutsertaan seluruh anggota masyarakat sebagai partisipan
aktif, Sihombing (1980) mengemukakan bahwa partisipasi dalam konteks
pembangunan yang memerdekakan manusia, bukan semata-mata berdasarkan
”kebaikan hati” para elite pengambil keputusan, akan tetapi partisipasi adalah hak
dasar yang sah dari umat manusia untuk turut serta merencanakan, melaksanakan
dan mengendalikan pembangunan yang menjanjikan harapan pemerdekaan
dirinya itu.

Dengan demikian, melalui kegiatan partisipasi terjadi perubahan

struktur sosial, politik dan ekonomi. Tjokroamidjojo (1991) mengemukakan
bahwa keberhasilan keterlibatan aktif masyarakat tergantung apabila rencana
pembangunan itu berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
Konsepsi tentang partisipasi, dapat dikemukakan bahwa timbulnya
partisipasi akibat adanya ekspresi perwujudan perilaku mental seseorang, dimana
ekspresi perilaku tersebut timbul karena adanya kemampuan dan kemauan petani
untuk berpartisipasi serta adanya kesempatan untuk menunjukkan kemampuan
dan kemauan tersebut (Dorojatin, 1990). Krech et al. (1962) mengemukakan
bahwa perilaku interpersonal merupakan awal timbulnya keinginan sebagai
partisipan.
Anwar (2007) mengemukakan bahwa partisipasi petani timbul dari
kepincangan-kepincangan struktural yang terdapat di dalam sistem sosial, yakni
kepincangan antara kemampuan untuk menyerap informasi dan kesempatan yang
diharapkan untuk menggunakan informasi. Kepincangan itu dapat timbul dengan
bermacam-macam cara antara lain, (1) kemampuan untuk menyerap bertambah
akan tetapi kesempatan untuk menerapkan tidak ada, (2) kemampuan dan
kesempatan itu kedua-duanya bertambah, tetapi bertambahnya kemampuan lebih
cepat daripada bertambahnya kesempatan, dan (3) kemampuan bertambah,
sedangkan bersamaan dengan itu kesempatan berkurang.
Beberapa hal yang merupakan eksistensi suatu partisipasi yang penting
seperti dikemukakan oleh Holle (2000), sebagai berikut:

12

(1)

Pada partisipasi terdapat adanya keterlibatan mental dan emosional dari
seseorang yang berpartisipasi

(2)

Pada partisipasi terdapat adanya kesediaan dari seseorang untuk memberi
kontribusi, memberikan suatu aktivitas, kegiatan-kegiatan untuk mencapai
tujuan

(3)

Suatu partisipasi menyangkut kegiatan-kegiatan dalam suatu kehidupan
kelompok atau suatu komunitas dalam masyarakat

(4)

Pada partisipasi akan diikuti oleh adanya rasa tanggung jawab terhadap
aktivitas yang dilakukan seseorang

(5)

Pada partisipasi terkandung di dalamnya bahwa ada hal yang akan
menguntungkan individu, artinya menyangkut adanya pemuasan akan
tercapai suatu tujuan bagi dirinya.
Lebih lanjut Holle (2000), mengemukakan bahwa partisipasi rakyat dalam

pembangunan bukan hanya berarti pengerahan tenaga rakyat secara sukarela,
tetapi justru yang lebih penting adalah tergeraknya rakyat untuk mau
memanfaatkan kesempatan-kesempatan memperbaiki kualitas hidup sendiri.
Guna mencapai hal-hal tersebut, maka rakyat perlu mengalami suatu proses
belajar agar mampu mengetahui kesempatan-kesempatan yang ada untuk
peningkatan kualitas hidupnya.
Meningkatkan partisipasi masyarakat harus dilakukan dengan cara
meningkatkan keterlibatan warga secara langsung dalam pengambilan keputusan
dalam suatu kegiatan. Perluasan partisipasi masyarakat merupakan bagian dari
pendekatan pembangunan yang mencakup peningkatan kepribadian atau kualitas
manusia baik perorangan maupun masyarakat. Masyarakat memiliki identitas
yang kolektif sifatnya. Oleh karena itu pembangunan masyarakat harus mencakup
pembangunan secara kolektif (Oepen, 1988).
Berbagai uraian macam dan jenis partisipasi maka dapat dikatakan bahwa
partisipasi seseorang dapat dilakukan pada semua aspek dari suatu proses
kegiatan, mulai dari perencanaan hingga pemanfaatan hasil yang dicapai dari
suatu pelaksanaan kegiatan. Jika seseorang sejak awal dilibatkan secara penuh
dalam suatu kegiatan maka dengan sendirinya akan timbul rasa memiliki dan

13

tanggung jawab moral terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang
dilaksanakan.
Wanita tani sebagai salah satu bagian integral dalam konstelasi
pembangunan di perdesaan memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Peran aktif wanita tani tidak hanya sebagai
ibu rumah tangga tetapi juga dalam perolehan pendapatan rumah tangga melalui
kegiatan usahatani, pengolahan, penyediaan kebutuhan pangan dan kegiatan
lainnya. Partisipasi wanita dalam aktivitas ekonomi dan sekaligus aktivitas rumah
tangga hubungannya dengan usaha tani di perdesaan merupakan salah satu hal
menarik yang perlu diteliti lebih mendalam. Sejalan dengan hal tersebut, maka
penelitian ini akan mengkaji partisipasi wanita tani khususnya dalam kegiatan
usahatani kakao.
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan partisipasi
Timbulnya partisipasi merupakan ekspresi perilaku manusia untuk
melakukan suatu tindakan, di mana perwujudan dari perilaku tersebut didorong
oleh adanya tiga faktor utama yang mendukungnya yaitu (1) kemauan, (2)
kemampuan, dan (3) kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi
(Dorodjatin, 1990).
Hasil penelitian Dorojatin (1990) menunjukkan bahwa terdapat 2 (dua)
faktor yang dominan berhubungan dengan partisipasi, yaitu faktor dalam diri
individu (internal), dan faktor di luar individu (eksternal). Hal yang sama juga
dikemukakan oleh Abdussamad (1991) bahwa untuk berperilaku tertentu minimal
ada dua hal yang mendukung dalam berpartisipasi yaitu pertama, adanya unsur
yang bersumber dari diri seseorang yang mendorong untuk berperilaku tertentu,
dan kedua, terdapat iklim atau lingkungan yang memungkinkan untuk berperilaku
tertentu.
Faktor Internal Wanita Tani
Rakhmat (2001) menyatakan faktor internal individu merupakan ciri-ciri
yang dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan
dengan lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor biologis dan
sosiopsikologis. Karakteristik individu merupakan salah satu faktor yang penting

14

untuk diketahui dalam rangka mengetahui suatu prilaku dalam masyarakat.
Karakteristik individu yang merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat individual yang
berhubungan dengan semua aspek dan lingkungan seseorang.
Umur
Umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh
umur, adalah faktor psikologis.

Kemampuan belajar seseorang berkembang

secara gradual semenjak lahir sampai menjadi dewasa.

Asumsi ini dapat

diketahui bahwa anak berusia lebih tua, akan belajar lebih cepat dan berhasil
mempertahankan retensi dalam jumlah besar bila dibandingkan dengan anak yang
berusia lebih muda. Kemampuan belajar seseorangpun akan berkurang secara
gradual dan terasa sangat nyata setelah berumur 55 atau 60 tahun
(Padmowihardjo, 1994).
Umur seseorang berkaitan dengan kemampuannya dalam proses belajar dan
atau mengajar yang akhirnya akan mempengaruhi produktivitas kerjanya dalam
berusaha. Menurut Mappiare (1983) terdapat kecenderungan bagi perempuan
yang berusia tiga puluh lima tahun ke atas untuk lebih memantapkan dirinya
dalam bekerja, alasannya berkenaan dengan semakin tingginya biaya hidup yang
perlu dikeluarkan.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menghasilkan
perubahan-perubahan pada perilaku manusia.

Perubahan perilaku yang

disebabkan oleh kegiatan pendidikan biasanya berupa: (1) perubahan dalam
pengetahuan atau hal yang diketahui; (2) perubahan dalam keterampilan atau
kebiasaan dalam melakukan sesuatu; dan (3) perubahan dalam sikap mental atau
segala sesuatu yang dirasakan.
Pendidikan merupakan suatu faktor penting bagi kehidupan manusia.
Seseorang dapat memperoleh berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
sangat berguna bagi diri dan kehidupannya maupun bagi pelaksanaan tugasnya
sehari-hari. Pendidikan dapat mempengaruhi cara berpikir, cara merasa dan cara
bertindak. Saharuddin (1987) mengatakan, bahwa tingkat pendidikan seseorang
mempunyai pengaruh pada partisipasi pada tingkat perencanaan. Oleh karena itu

15

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dapat diharapkan semakin baik pula
cara berpikir dan cara bertindaknya.
Mosher (1987) menyatakan pendidikan formal mempercepat proses belajar,
memberikan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan-keterampilan yang
diperlukan masyarakat.

Mulyasa (2002) mengemukakan bahwa pendidikan

berperan dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas, menampilkan individu
yang memiliki keunggulan yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional dalam
bidangnya masing-masing.

Hernanto (1993) menyatakan rendahnya tingkat

pendidikan akan berpengaruh kepada rendahnya adopsi teknologi.

Tingkat

pendidikan merupakan salah satu tolok ukur kualitas sumberdaya manusia.
Tingkat pendidikan yang relatif tinggi akan mendorong tumbuhnya pola pikir dan
kreatifitas yang mampu menangkap peluang atau kesempatan berusaha.
Masyarakat sebagai manusia yang rasional sebelum memutuskan untuk
berpartisipasi dalam pembangunan, didahului oleh masa belajar dan menilai
manakala partisipasi itu mendatangkan manfaat bagi dirinya. Jika bermanfaat,
maka akan berpartisipasi, dan sebaliknya jika tidak bermanfaat maka masyarakat
tidak bergerak untuk berpartisipasi.
Besarnya Jumlah Keluarga
Besar kecilnya jumlah keluarga mempunyai kaitan erat dengan upaya untuk
memperoleh pendapatan dalam keluarga, sehingga dapat menyebabkan besarnya
biaya yang harus dikeluarkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga
tersebut.

Sajogyo (1984) mengemukakan, peningkatan pendapatan yang

diperoleh dari perempuan yang bekerja sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarganya terlebih bagi yang mempunyai jumlah tanggungan dan
beban keluarga yang tidak sedikit. Pandangan yang disampaikan Surtiyah (1990)
menyatakan bahwa bagi perempuan miskin yang mempunyai anggota keluarga
yang besar umumnya mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Pengalaman Berusahatani
Osipow (1983), mengemukakan bahwa selain faktor kebutuhan, faktor
pengalaman juga mempengaruhi dalam pemilihan kerja. Seseorang yang
berinteraksi seumur hidupnya dengan lingkungannya akan mendapatkan

16

pengalaman yang merupakan pengetahuan, keterampilan dan pengertian tentang
sesuatu yang telah terjadi.
Beberapa ahli pertanian berkeyakinan bahwa pada masa lalu wanitalah yang
pertama kali membudidayakan tanaman dan merintis ilmu seni bertani
(Departemen Pertanian, 1991). Pengalaman wanita tani dalam bercocok tanam
kebanyakan diperoleh secara empirik berasal dari warisan turun-temurun,
sehingga mereka sudah mengetahui keterampilan dasar yang diperlukan dalam
berusahatani.

Pengalaman-pengalaman

tersebut

merupakan

stimulus

meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan wanita tani yang diperlukan
dalam berusahatani. Semakin cocok pengalaman wanita tani dengan peristiwa
yang dialami di masa lampau, akan semakin mempermudah baginya untuk
mengerti dan memahami stimulus tersebut.

Pengalaman berusaha tani yang

dimiliki oleh wanita tani berpengaruh dalam penglolaaan usahatani. Hal ini secara
tidak langsung mempengaruhi proses pengambilan keputusan, sehingga petani
yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama cenderung sangat efektif
dalam proses pengambilan keputusan (Mardikanto, 1996).
Motivasi Berusahatani
Motivasi terdiri atas kata ‘motif’ yang berarti dorongan dan ‘asi’ berarti
usaha.

Motivasi adalah usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan

dorongan untuk berbuat atau melakukan suatu tindakan (Padmowiharjo, 1994).
Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melaksanakan
sesuatu. Daya atau kekuatan tersebut dapat berupa pemenuhan akan kebutuhan
biologis, seperti kebutuhan makan, istirahat, atau kebutuhan untuk berkuasa.
Handoko (1995) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu tenaga atau faktor
yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, menggerakkan dan
mengorganisasikan tingkah lakunya.

Tingkah laku manusia disebabkan oleh

adanya kebutuhan dan dorongan tertentu.

Dengan adanya kebutuhan dan

dorongan ini seseorang akan merasa siap untuk melakukan suatu perilaku tertentu.
Jika keadaan siap mengarah kepada suatu kegiatan konkrit disebut sebagai motif.
Selanjutnya usaha untuk menggiatkan motif-motif tersebut menjadi tingkah laku
konkrit disebut dengan tingkah laku bermotivasi. Motivasi merupakan keadaan

17

dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
Motivasi terdiri atas dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri

seseorang, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan dari luar diri seseorang
sehingga melakukan sesuatu hal. Motivasi seseorang akan muncul jika ia
memiliki keinginan. Keinginan tersebut muncul melalui proses yang diterima
seseorang dan dipengaruhi oleh kepribadian, sikap, pengalaman dan harapan.
Segala sesuatu yang diperoleh seseor