Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Posyandu di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KINERJA POSYANDU DI KABUPATEN MAROS
PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH :
ASMARUDIN PAKMRI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
ASMARUDIN PAKHRI. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Posyandu di
Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Dibi~nbing oleh I-IARDINSYAH dan
DODlK BRIAWAN.
Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan kinejanya diperkirakan
menurun semenjak krisis ekonomi. Di Sulawesi Selatan proporsi posyandu pumama dan
~nandiritahun 1997 berturut-turut 15,8 % dan 2,2 % namun tahun 2000 turun menjadi
13,l % dan 2,O %. Penelitian ini bertujuan menggali faktor-faktor yang berhubungan
kinerja posyandu di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Studi ini menggunakan
rancangan "cro.v.s-.secrionuY, dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2001 di wilayah

Puskesmas Bantimurung, Carangki dan Mandai. Unit contoh adalah posyandu, meliputi 3
kategori, yaitu pratama, madya dan purnama. Semua pospandu yang memenuhi kriteria
diambil sehingga diperoleh contoh 82 posyandu (pratama 27, madya 26 dan pumama
29).
Data input dan proses posyandu serta faktor-faktor yang diduga berhubungan
dengan kinerja posyandu dikumpulkan dengan wawancara terhadap kader, sedangkan
data output menggunakan data sekunder pencatatan posyandu. Instrumen yang digunakan
adalah formulir penilaian kineria
- ~
. o s.y a n d udari Hardinsyah, dkk (1999). Jawaban diberi
skor 0, 5 atau 10, dan dianalisis dengan bantuan progal; SPSS 10.
Kinerja posyandu di daerah penelitian tergolong kurang, baik input, proses
maupun output. Secara rinci komponen yang terlemah adalah partisipasi masyarakat
dalam penimbangan, penyuluhan dan alat peraga. Demikian juga skor pembinaan
posyandu, swadaya masyarakat dan partisipasi tokoh masyarakat masih rendah, kecuali
skor motivasi kader tergolong sedang. Dengan uji Anova diketahui kinerja posyandu
(input, proses dan output) pumama lebih baik dari posyandu madya dan kinej a posyandu
madya lebih baik dari posyandu pratama (p < 0,05). Demikian juga pembinaan posyandu
dan motivasi kader pada posyandu pumarna lebih baik dari posyandu madya &an pada
posyandu madya lebih baik dari posyandu pratama (p < 0,lO).

Uji regresi berganda menunjukkan motivasi kader. pernbinaan posyandu dan
partisipasi tokoh masyarakat mempunyai hubungan positif dengan input dan total kinerja
posyandu serta ketiga faktor tersebut terdapat perbedaan pada masing-masing tipe
posyandu. Di samping itu motivasi kader dan pernbinaan posyandu berhubungan positif
dengan proses posyandu; serta pembinaan posyandu dan parlisipasi tokoh masyarakat
berhubungan positif dengan output posyandu.
Instrumen penilaian kinerja posyandu Depkes (1999) secara umum memiliki
korelasi yang besar dengan total kinerja posyandu dari instrumen Hardinsyah, dkk (1999)
sehingga keduanya dapat digunakan szsuai keperluan proyam. Penggabungan kedua
jenis instrumen penilaian kineja posyandu dengan memilih komponen komponenkomponen yang memiliki korelasi, sensitivitas dan spesitisitas yang tinggi dapat
menghasilkan instrumen dengan reliabilitas yang tinggi pula.
Untuk meningkatkan kinerja posyandu perlu ditingkatkan motivasi kader,
pembinaan posyandu dan partisipasi tokoh masyarakat, yang didukung dengan upaya
pemantauan kinerja posyandu secara berkala, dengan menjadikan kegiatan posyandu
sebagai salah satu tolok ukur pembangunan desa serta mengupayakan pembinaan kader,
pelatihan tenaga pembina dan penyediaan sarana operasional posyandu..

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul :
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Posyandu di Kabupaten Maros

Provinsi Sulawesi Selatan
Adalah benar-benar merupakan h a i l kalya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas, dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, April 2002

Asmarudin Pakhri
Nrp. 99491lGMK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KINERJA POSYANDU DI KABUPATEN MAROS
PROVINSI SULAWESI SELATAN

ASMARUDIN PAKHRI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk ineinperoleh e l a r
Magister Sains pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga


PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Posyandu

di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan
Nama Mahasiswa

: Asmarudin Pakhri

Nomor Pokok

: 9949 1

Program Studi


: Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing,

8'

Dr. Ir. Ha dinsvah. MS
Ketua

Ir. Dodik Briawan. MCN
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Propam Studi
Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga,

@\"--Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan. MS
Tanggal lulus : 3 April 2002


r Program Pascasarjana ,

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Banten, pada tanggal 13 September 1956
sebag i anak kedua dari tujuh bersaudara dari ayah H. Hasan (Alrn) dan ibu Nawiah.
Tahun 1983 penulis rnenikah dengan Husniar dan dikarunia dua putera, Firman
Wijayt.kusurna dan Fajar Rabbikusuma.
Pendidikan pada Akaderni Gizi Departernen Kesehatan di Jakarta ditempuh mulai
tahun 1977 dan diselesaikan

tahun 1980. Tahun 1989 penulis diterima sebagai

mahas'swa program alih jenjang pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

1

Hasan ddin dan rnenarnatkannya tahun 1991. Mulai September 1999 penulis diterirna
sebaga rnahasiswa pascasarjana IPB Progam Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluar;a. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Kesehatan,

khususnya Proyek Pendidikan Guru, Dosen dan lnstruktur (Gudosin).
Pada tahun 1981-1995 penulis belierja pada Kantor Wilayah Departemen
Propinsi Sulawesi Selatan, sebagai staf seksi gizi. Mulai tahun 1995
sebagai dosen tetap pada Akademi Gizi Departernen Kesehatan di Makassar

PRAKATA
Alhamdulillahi Robbil A'lamin, bersyukur kepada Allah Swt yang dengan rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang bejudul : Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kineja Posyandu di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan.
Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir.
l-lardinsyah, MS selaku ketua komisi pembiinbing dan Ir. Dodik Briawan, MCN selaku
anggota komisi pembimbing, atas segala bimbingan dan dukungan yang diberikan sejak
saat perencanaan penelitian sehingga terselesaikannya tesis ini. Di samping itu
penghargaan disampaikan kepada Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Maros
serta Kepala Puskesmas dan staf Puskesmas di daerah penelitian yang membantu dan
inemberi dukungan dalam penelitian ini.
Kepada rekan-rekan mahasiswa pascasarjana Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga Angkatan 1999, terima kasih atas kebersamaan dan semua
dukungan kerjasar~lanyaselama studi. Kepada Pak Saefuddin, Pak Akmal, Ibu Atit dan
l'ak Azis teriina kasih atas segala bantuan yang diberikan.

Ucapan terima kasih yang terhingga penulis haturkan kepada Ibuku Umi dan
lsteriku f-lusniar dan kedua anakku : Firman dan Fajar, atas segala dukungan dan doanya
selama studi sampai selesainya tesis ini.
Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini, terima kasih
atas segala bantuan yang diberikan selama studi dan penyusunan tesis. Semoga Allah
Swt memberikan balasan yang lebih baik.
Bogor, April 2002
Asmarudin Pakhri

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ..........................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR .....................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................


vii

PENDAHULUAN .........................................................................

1

TINJAUAN PUSTAKA ............................................... :. ...................
Perkembangan Posyandu ........................................................
Peran Posyandu ..............................................................
. .
Penilaian Kinerja Posyandu ....................................................
. .
Mot~vasiKader ...................................................................
Swadaya Masyarakat ............................................................
Pembinaan Posyandu .............................................................
Partisipasi Tokoh Masyarakat ...................................................
KERANGKA PEMIKRAN .............................................................

25


METODE ...................................................................................
Desain. Tempat dan waktu ......................................................
Teknik Penarikan Contoh .........................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan Data .............................................
. .
Pengolahan dan Anahsis Data ..................................................
..
Definlsi Operasional .............................................................

28
28
28
30
32
38

HASlL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...........................................
. .

Karaktensnk Contoh .............................................................
Keragaan Komponen Kinerja Posyandu ......................................
Perbandingan Antar Komponen Kinerja Posyandu .........................
Keragaan Faktor-faktor yang Diduga Berhubungan Kinerja Posyandu ...
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinej a Posyandu ...............
Pemilihan 1ndika:or Kinerja Posyandu ........................................
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................

90

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................

94

LAMPIRAN ...............................................................................

98

DAFTAR TABEL

1 Tingkat Kinerja Posyandu Menurut 8 Indikator Depkes ..........................

12

2 Jenis Data. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data ...........................

32

3 Skor pada Komponen Motivasi Kader .............................................

33

4 Skor pada Kornponen Swadaya Masyarakat ......................................

34

5 Skor pada Kornponen Pembinaan Posyandu ......................................

34

6 Skor pada Kornponen Partisipasi Tokoh Masyarakat ...........................

35

7 Indikator Kineja Posyandu Depkes (1999) ......................................

37

8 Perkembangan Posyandu di Kabupaten Maros. Periode 1997-2000...........

43

9 I'ola Penyakit Berdasarkan 10 Besar Penyakit Rawat Jalan di Puskesmas di
Kabupaten Maros Tahun 2000 ......................................................

44

10 Nasil Pelacakan Kejadian Luar Biasa Biasa KEP Desember 1999 dan
Desember 2000 ......................................................................

45

1 1 Jurnlah Posyandu yang Diteliti dan Tidak Diteliti ................................

46

12 Jurnlah Kader. Kegiatan Arisan dan luran PMT di Posyandu Contoh .........

47

13 Pendidikan. Status Perkawinan dan Pekerjaan Kader Posyandu Contoh .....

48

14 Urnur. Lamanya Jadi Kader dan Kesertaan Kursus Kader Posyandu Contoh

48

I5 Keragaan Komponen Proses Posyandu Menurut Tipe Posyandu ..............

53

16 Rata-rata Nilai Skor Kornponen Kinerja Posyandu Menurut Tipe Posyandu

55

17 Rata-rata Skor Komponen Alat dan Bahan Posyandu Menurut Tipe
Posyandu ..............................................................................

56

18 Rata-rata Skor Kornponen Tempat. Kader. Organisasi dan Jad~valPosyandu
Menurut Tipe Posyandu .............................................................

57

19 Rata-rata Nilai Skor Kegiatan Proses Posyandu Menurut Tipe Posyandu.. .

20 Rata-rata Skor Komponen Persiapan Posyandu Menurut Tipe Posyandu

21 Rata-rata Skor Ko~nponenPeni~nbanganMenurut Tipe Posyandu ... ... . . . . . .
22 Rata-rata Skor Kompnen Penyuluhan Menurut Tipe Posyandu . ..
23 Rata-rata Skor Komponen Paket Gizi & Kesehatan Menurut Tipe Posyandu
24 Rata-rata Skor Komponen Pelaporan Menurut Tipe Posyandu.

25 Rata-rata Skor Komponen Output Menurut Tipe Posyandu . .. .. . ... ... . . . ... ..
26 Hasil Uji Regresi Antar Input dengan Proses Posyandu
27 Hasil Uji Regresi Antar Proses dengan Output Posyandu

28 Nasil Uji Regesi Antar Komponen Proses dengan Output Posyandu

29 Nilai Rata-rata Skor Faktor yang Diduga Berhubungan Kinerja Posyandu
Menurut Tipe Posyandu.. . . . . . . . . .. . . . . .. . . . .. . . . . ... .. . ... . . . . . . . . . ... . . . .. . .. . . .. ..
30 Rata-rata Skor Komponen Motivasi Kader Menurut Tipe Posyandu.. . . . . . . .
3 1 Rata-rata Skor Komponen Swadaya Masyarakat Menurut Tipe Posyandu.. .
32 Rata-rata Skor Kompnen Pembinaan Posyandu Menurut Tipe Posyandu
33 Rata-rata Skor Komponen Partisipasi Tokoh Masyarakat Menurut Tipe
Posyandu
34 Nilai Rata-rata Skor Faktor yang Berhubungan Kinerja Posyandu
35 Hasil Uji Regresi Antar Motivasi Kader, Swadaya Masyarakat, Pembinaan
dan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Input Posyandu ... ... ... ... ... ... .
36 Uasil Uji Regresi Antar Motivasi Kader, Swadaya Masyarakat, Pembinaan
dan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Proses Posyandu . .. ... ... ... . . . .. .
37 Hasil Uji Regresi Antar Motivasi Kader, Swadaya Masyarakat, Pembinaan
dan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Persiapan Posyandu ... ... . . . ... . ..

38 i-lasil Uji Regresi Antar Motivasi Kader, Swadaya Masyarakat, Pembinaan
dan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Penimbangan di Posyandu ... ...

39 1-lasil Uji Reyesi Antar Motivasi Kader, Swadaya Masyarakat, Pembinaan
dan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Penyuluhan di Posyandu. .........
40 Hasil Uji Regresi Antar Motivasi Kader, Swadaya Masyarakat, Pembinaan
dan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Paket Gizi & Kesehatan di
Posyandu.. ..............................................................................
4I

Hasil Uji Regresi Antar Motivasi Kader, Swadaya Masyarakat, Pembinaan
dan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Pelaporan & Tindak Lanjut ......

42

Hasil Uji Regesi Antar Motivasi Kader, Swadaya Masyarakat, Pembinaan
dan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Output Posyandu ..................

43 Hasil Uji Regresi Antar Motivasi Kader, Swadaya Masyarakat, Pembinaan
dan Partisipasi Tokoh Masyarakat dengan Kinerja Posyandu .................
44 Koefi sien Korelasi, Sensitivitas dan Spesifisitas Antara Komponen dengan
Total Kineja Posyandu (Instrumen dari Hardinspah, dkk, (1999).. ..........
45 Koefisien Korelasi, Sensitivitas dan Spesifisitas Antara Komponen
Penilaian Kinerja Posyandu Depkes (1999) .......................................
46

Perbandingan Kineja Posyandu Antara Data Puskesmas dengan ~ a s i l
Penelitian M e n g p a k a n Instrumen Penilaian ~ i n e r j aPosyandu Depkes
( 1999)...................................................................................

47 Perbandingan Kinerja Posyandu Antara Penggunaan lnstrumen Penilaian
Kinerja Posyandu Hardinsyah dkk (1999) dan lnstrumen Depkes (1999)..
48 Komponen lndikator Kinerja Posyandu Hasil Gabungan.. ......................
49 Perbandingan Kinerja Posyandu I-lasil Penelitian Antara lnstrumen Depkes
(1 999) dengan Instrumen Hasil Gabungan ........................................

DAFTAR GAMBAR
Halaman
. .

1

Kerangka Pem~klran................................................................

27

2

Skema Pengambilan Contoh Posyandu ..........................................

29

2

Grafik Keragaan Input Posyandu ...............................................

51

4

Grafik Keragaan Proses Posyandu ...............................................

52

5

Grafik Keragaan Output Posyandu ...............................................

54

6

Grafik Keragaan Motivasi Kader dan Swadaya Masyarakat ................

65

7

Gratik Keragaan Pembinaan Posyandu dan Partisipasi Tokoh Masyarakat

67

DAFTAR LAMPIRAN
I

I'era Wilayah Kabupaten Maros . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

98

2

Rekapitulasi Skor Komponen Kinerja Posyandu dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Kabupaten Maros. 2@01 ....................................

99

Nasil Uji Anova dan LSD Perbandingan Komponen Kinerja Posyandu
Antar Tipe Posyandu ...............................................................

103

4

Hasil Uji Regesi Metode Enter Antar Komponen Kinerja iJosyandu

108

5

tlasil Uji Anova dan LSD Perbandingan Komponen Faktor yang Diduga
Berhubungan Kineja Posyandu ..................................................

111

IHasil Output Regesi Berganda Metode Enter Antara Motivasi Kader.
Swrdaya htasyarakat. Pembinaan Posyandu dan Padisipasi Tokoh
Masyarakat dengan Komponen Kinerja Posyandu .............................

115

7

Hasil Uji Kore!asi Spearman Komponen Penilaian Kinej a Posvandu ......

124

8

Daftar Pertanyaan Penilaian Kinerja Posyandu (Hardinsyah. dkk. 1999) ...

128

3

6

......

PENDAHULUAN
Latar fklakang
Pos~~andu
sebagai fon~rn pelayanan kesehatan terdepan didoga kinerjanya
se~nakinmenurun dalain beberapa tallun terakhir ini. Jumlali posyandu di Sulawesi
Selatan ~neningkat setiap tahun namun yang aktif inenilrun. Tahun I994 jumlah
posyandu 8.321 buah, yang aktif 85.6 %. Pada tahun 1999 jumlah posyandu rneningkat
rnenjadi 8.529 buah, narnun yang akrif rnenunln yaitc~83.3 %. Akibat kurang aktifnya
posyandu maka tingkat partisipasi tnasyarakat dala~npcnimbangan anak balita hanya
~nencapai60 % (Kanwil Depkes Sulsel, 2000). Selain it11 kurang aktifnya posyandu
dapat menyebabkan meningkatnya prevalerlsi perlyakit infeksi dan kurang gizi
(Soekinnan, 1998).
Kurangnya aktifnya posyandu diduga berkaitan dengan kuranpya kader aktif
dan sarana posyandu. Jurnlall kader yang aktif pada setiap kcgiatan penitnbangan di
posyandu di Sulawesi Selatan s e l m a tahun 1997 - 2000 adalah 2,6 kader tiap bulan.
(Kanwil Depkes Sulsel; 2000). Survey revitalisasi posyandu yang dilakukan di Jawa
Timur, Strlawesi Selatan dan Sumatera Barat tal,i~n 1999 menun.jukkan bahwa
posyandu yang memiliki kader aktif minimal 4 orang adalall kurang dan 15 % dan
lebih separul~jumlah posyandu tidak memiliki peralatanibahan yang memadai, seperti
buku kader, alat peraga, tablet besi, vitamin A, oralit dan ternpat posyandu (Hadju,
dkk, 2000). Keadaan ini menunjukkan bahwa pembinaan posyandu dan partisipasi
lnasyarakat masih kurang.
Penurunan kinerja posyandt~ terlillat dari proporsi posyandu purnatna rahi~n
1997 adalah 15,s % menjadi 13,l % tahun 2000. I'osyandu mandiri talii~n1997 adalah
2.2 % ~nenjadi2,O % taliun 2000 (Subdinas P K M llinkes Sulsel. 2000). Keadaan

tersebut lebili jelek dibandingkari tingkat nasional, di~nanaproporsi posyandu di
lndoiiesia tahun 1998 adalah 16.9 % posyandu puniaina d m 4.5 % posyandu mandiri
(Pusat Data Kes, Depkes, 2000).
Kurang berhasilnya posyandu tidak lepas dari lnnahnya pelaksanaan program.
Menurut Sander (1999) pelaksanaail progain gizi di Indonesia lebih banyak
menggunakan pendekatan teknis progam yang bersifat instruktif sehingga partisipasi
inasyarakat kurang dipentingkan. Tontisirin dan Winichagoon (1999) inerlemukan di
Thailai~dbahwa ketika di~anakan pendekatan pelayanan kesehatan dengal sisteln
perencanaan dari Pusat yang lebih mengutainakan kuranf d m mengabaikan partisipasi
lnasyarakat maka cakupan progam haiiya ~nencapai30 %. Narnun ketika pendekatan
dirubah dirnana gizi sebagai bagian dari pernbanglnan ekonolni dan sosial dan
digtuiakan pendekatan program gizi bcrbasis masyarakat sang lebih berorientasi
preventif maka partisipasi masyarakat tumbuli dengan adariya teriaga ~nasyarakatyang
terdiri dari para kader dan kornllliikator kesellararl desa. Dengan pendekatan tersebut
probyam meluas ke pelosok desa dan cakupan pelayanan keseliatan meningkat dua kali
lipat.
Upaya peningkatan kirlerja posyarldu perltr disertai pe~nantaclanyang rerpadu
dan kontinyu. Kenyataannya upaya ini belum ditangani dengan baik, terlihat dari tidak
selalu tersedianya data kineja posyandu dalam profil kesehatan; baik di propinsi
maupun di kabupaten, serta belum optirnali~yapenggunaan kategori posyarldu sebagai
dasar perencanaan prohrram ole11 sektoripengelola program terkait. Ini menunjtlkkan
adanya inasalah dalam penilaian kinerja posyandu.
Berdasarkan ha1 tersebut diperluhan pengkajiail lebill lar~juttentang kirlerja
posyandu d m faktor-falrtor yang ineinpcngand~inya.Di satnping iru diluncurkannya
Surat Edaraii Menteri Dalarn Negeli Notnor 3 1 1 .?!536/SJ

tal~uri I009 tentang

revitalisasi posyaildu serla diberlakukannya Undang-u~idaig Nolnor 22 tahun 1999
tentang otonomi daerah, perlu didukung dengan informasi yang lebili baik guna
Inenata ke~nbaliposyandu dalan upaya inengatasi masalah g ~ z idan kesehatai yang
ada. Untuk it11 penulis mengajtikan beberapa pertanyaan untnk dijawab dalan~
penelitian ini.
I. Apakal~komponen yang le~nahpada kinerja posyandu ?

2. Apa faktor-faktor yaiig berperan terliadap kineja posyandu tersebut ?

Tujuan
Secara omurn penelitia~iini bertuJuan untuk ~nenggaliinformasi faktor-faktor
yang berhubungan dengan kinerja posyandu di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi
Selatai.
Sedangkan tujuan khusus penelitian adalah :
I . Menganalisis keragaan ko~nponeninput, proses dan output kitierJa posyandu

2. Menganalisis keragaan faktor yang diduga berhubungan dengan kineja
posyandu ineliputi. lnotivasi kader. swadaya masyarakat, pe~nbinaari darl
partisipasi tokoh ~ll;~syarakat
3. Me~nbandingkan keragaan kolnponen input, proses dan output kineja

posyandu pada posyandu prataina, ~nadyadan purnatna

4. Menganalisis liubungan lnotivasi kader, swadaya masyarakat, pelnbinaan da11
partisipasi tokoh masyarakat dengan kineja posyandu
5 . Memilih indikator yang lebih baik dan sederhana untuk pemantauan kinerja

posyalldu

Manfaat

Penelitian ini diharapkail dapat inemberikal ganbaran mengenai kinerja
Posyandu dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja posyandu, sellingga
dapat digcmakan pihak terkait clntuk peningkatan fi~ngsi posyandu dala~n cipaya
peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat. Di samping itu dengan diperolehnya
indikator penilaian kin+;

posyandu selain dapat dimanfaatkan oleh pihak terkait juga

diharapkan dapat berkontribt~sidalain pengeinbangan illnu gizi masyarakat.

TlNJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Posyandu
Perkembangan posyandu tidak terlepas dari pen~bahanorientasi pembangunan
kesehatan yang melanda dunia saat it11 yang diawali dengan disepakatinya pendekatan
"I'rm7ary Heallh (:ax" atau PHC sebagai strategi untuk mencapai kesehatan untok

selnua, dalam deklarasi Alma Ata, Uni Sowet pada tahun 1978. PHC adalah upaya
kesehatan esensial yang secara universal mudah dijangkau dan dapat diterima oleli
perorangan dan keluarga dalam masyarakat, dengan peran serta penuh mereka, dcngan
biaya yang dapat ditanggung oleli masyarakat dan negara bersangkutan. Fernbangunan
kesehatan masyarakat merupakan bagian integral dari sistem kesehatan dan
pembanpnan sosial ekonomi masyarakat suahl negara (WHO, 1978).
Adapcm definisi PHC menurut Heaver (1995) adalah sebagai upaya
pemeliharaan kesehatan yang lebih sederliana dengan teknologi murah dan tenaga
kesehatan berorientasi masyarakat untuk cakupan penduduk yang has. yang berfokus
pada upaya preventif dibanding kuratif, tejangkau; adil, partisipasi masyarakat.
inregmi pelayanan kesehatan dan koordinasi antar sektor.
Dengan

disepakatinya pendekatan

PHC maka orientasi pembangunan

kesehatan di Indonesia lebih diarahkan ke preventif dan promotif. Pembangunan
kesehatan masyarakat desa (PKMD) yang telah dirintis di Kabupaten Banjarnegara
sejak tahun 1975 makin dikembangkan. PKMD adalah wujud kegiatan PI-IC di
Indonesia, yang kemudian sejak tahun 1985 diarahkan pada pembentukan posyandu.
Berkembanpya upaya kesehatan terlihat dari meluasnya posyandu sampai ke pelosok
desa-desa terpencil.

I'KMD merupaka~irangkaia~ikegiata~i~nasyarakatyang dilakukan berdasarkan
gotong royong dan swadaya ~nasyarakat,dalam rangka menolong din mereka sendiri,
dengan mengenal dan memecahkan tnasdah atau kebutuhan mereka di bidang
kesehatan atan yang berkaitan dengan kesehatan, sehingga mampu memelihara
kehidupan yang sehat, dalatn rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejaliteraan
masyarakat. Swadaya masyarakat ini didorong dan dibina serta dilaksanakan secara
lintas program dan lintas sektor. PKMD juga ~nerupakanusalia memperluas jangkauan
pelayanan kesehatan (Dirjen Kesmas, 2000).
Pembentukan posyandu di Indonesia diawali dengan kegiatan yang telah ada
yaitu berdirinya pos peni~nbangananak balita yang ~nerupakanbagian dari program
Usalia Perbaikan Gizi Keluarga, kemudian ditambah kegiatan-kegiatan lainnya. Usaha
perbaikan gin di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1963 yang dimulai dengan
kegiatan Applied Nzrlrtio~iI'rogram (ANP) di Jawa, Sumatera, Bali dan NTB. Taliun

1973 diadakan evaluasi kegiatan ANP dan rnenghasilkan berbagai rekomendasi antara
lain perlunya disempurnakan kegiatan tersebut. Pada tahun itu juga melalui pertemuan
berbagai instansi nama ANP dirubah menjadi

Usa!la Perbaikan Gizi Keluarga

(UPGK). Mulai Pelita I1 program perbaikan gizi merupakan program nasional dengan
d~masukkannyakebijaksanaan program tersebut dalam Repelita I1 (Soetirman, 2000)
Pada tahun 1984 dikembangkan

kegiatan Posyandu berdasarkan instruksi

bersama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan dan Kepala

BKKBN.

Posyandu merupakan kegiatan terpadu di tingkat desa dalam lima kegiatan pokok yaitu
: perbaikan gizi, keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, imunisasi dan

penaiggualangan diare. Pada tanggal 12 Nopember 1986 posyandu dicanangkan oleli
Presiden Soeharto sebagai suatu strategi nasional pendukung program dasa warsa anak
Indonesia 1986-1 996 (Dirjen Kesmas, 2000)

Dala~n konsep, posyandu men~pakan salah satu bentuk PKMD, yang
menggunakan pendekatan yang kekuatannya terletak pada pelayanan kesehatan dasar,
kejasama lintas sektor dan peran serta masyarakat. Dengan konsep tersebut dan atas
kesepakatan berbagai instansi maka semua kegiatan keluarga berencana dan kesehatan
yang ada di desa hams dipadukan dalam kegiatan posyandu. Dengan demikian
kegiatan UPGK yang ada di desa dalam bentuk pos penimbangan diintegrasikan ke
dalrtln posyandu. Demikian juga pos kegiatan lainnya yang ada di desa diintegasikam
seperti pos irnunisasi dan pos KB.
Tahun 1990 terjadi terobosan besar dengan keluamya 1nmendag-i Nomor 9
tahun 1990 tentang peningkatan pembinaan lnutu Posyandu. Isi Inrnendagi tersebut
antara lain meminta kepada seiumh Kepala Daerah untuk meningkatkan lnutu
pengelolaan posyandu melalui pengefektifan fungsi LKMD (Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa) dengan mengkoordinasikan dan ~nenumbuhkariperanserla aktif
~nasyarakat dalam pembanbuan kesehatan. Keluarnya Inrnendari ini menandakan
bahwa posyandu adalah tangbmg jawab Pemerintah Daerah. Di setiap tingkatan
administratif telah terbentuk kelompok keja operasional (Pokjanal) Posyandu.
Sejak dicanangkan tahun 1984 posyandu mengalami perttunbullan pesat. Tahun
1985 jumlah posyandu di Indonesia 25.000, tahun 1989 meninpkat menjadi 226.162
dan tahun 1994 menjadi 251.459, berarti dalam 10 tahun meningkat 10 kali lipat.
Dalam beberapa tahun terakhir ini jumlah dan kualitas posyandu makin menurun.
Tahun 1995 jumlah posyandu 244.470 buah, diantaranya 42,6% kelas pratama dan 3,9
% mandiri. Tahun 1997 menjadi 240.854 buah, diantaranya 42,l % kelas prarama dan

5,2 % mandiri (Depkes RI. 1999). Tahun 1998 jurnlah posyandu menurun lagi ~nenjadi
21 2.2 15 buah. Terlihat pula terdapat drop out kader yang cukup tinggi dalam 5 tahun
terakliir ini yaitu berkisar 20-50 %. Penurunan jumlali dan kinerja posyandu selain

karer~a faktor krisis ekonorni juga karena faktor keienuhan di lapangarl (Warta
Posyarldu 2000 No.1). Penyebab lainnya adalah kurarlgnya pembinaan posyandu
sec.za terpadu.
Untuk membangkitkan kembali posyandu pemerintal~ mengeluarkan Surat
Edaran Menteri Daliun Negeri notnor 41 1.315361SJ tahun 1999 tentang revitalisasi
posyandu. Seczra urnurr! revita!isasl posyandu lul~ujul"=t%k ~meningkatkanfungsi
dar~kinerja posyandu agar dapat dipertahankan dan ditingkatkan status gizi dan derajat
kesehatan ibu dan anak, memantapkan sistern pelayanan kesehatan dalan raiigka
pembanbwIan

kualitas

manusia

serta

meningkatkan

kemampuan

organisasi

kemasyarakatan dalarn kemandirian untuk kesejahteraannya. Sasaran revitalisasi
posyandu pada dasamya rneliputi seluruh posyandu dengan perhatian utana pada
posyandu pratama dan madya. Sampai tahun 2000 telall direvitalisasi 120.000 buah
dan 180.600 posyandu pratarna dal rnadya yang ada (Warta Posyandu 2000 No. 1 ).
Revitalisasi posyandu dilaksanakan dengan berbagai strategi, diantaranya
melalui pengelompokan kegiatan pelayanan meningkatkan frekwensi kegiatan,
refungsionalisasi organisasi, pelnberdayaan LKMD? pernberdayaan kader. penyediaarl
fasilitas operasional, mengupayakan kegiatan yalg menarik, mobilisasi surnber daya
masyarakat, mengaktifkan kembali Pokjanal Posyandu dan mernanfaatkan potensi
yang ada di berbagai tingkatan administratif pemerintahan (Mendagi; 1999).
Adapun kegiatan revitalisasi posyandu terdiri dari dua paket. Pertama, pekat
minimal yaitu paket yang hatus dilaksanakan di semua posyandu, berupa kegiatan
yang rnempunyai daya ungkit besar bagi upaya peningkatan status gizi. penurunan
angka kesuburan, penurunan angka kernatian bayi, anak balita dan ibu. Paket ini terdiri
dari 5 progan utama , yaitu : perbaikan gizi berupa pemantauan status gizi, PMT,
MP AS1 dan penyuluhan gizi; kesehatan ibu darl anak: keluarga berencana, irnur~isasi

dan penanggulangan diare. Kedua, paket optional yaitu paket pilihan yang dapat
ditambahkan bagi posyandu yang telah mapan. Paket optional anfara lain : bina
keluarga balita; pemberantasan penyakit endemis setempat seperti malaria, dernan
berdarah dengue, gondok endemik; pengadaan sarana air bersih dan perbaikan
lingkungan dan usaha perbaikan gigi masyarakat desa (Dirjen Kesmas, 2000).

Peran Posyandu
Posyandu adalali unit pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh; dari dan
untuk masyarakat, dengan dukungan teknis Departemen : Kesehatan, Pertanian, Dalatn
Negeri, Agama, BKKBN dan sektor terkait lainnya, yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematian bayi. anak balita dan ibu. Posyandu adalah paket keterpaduan
kesehatan-keluarga berencana (KB) yang mencakup 5 pelayanan dasar, yaitu
kesehatan ibu dan anak (KIA), gizi, jmunisasi, penanggulangan diare dan keluarga
berencana (Dijen Kesmas. 2000).
Posyandu mempakan forum komunikasi terdekat dengan masyarakat, dimana
disana para ibu berkumpul tersama, dalam suasana yang sesuai adat budaya setempat,
untuk berbagi pengalaman dan olah keterampilan tentang m a pemeliharaan anak,
tennasuk penyiapan makanan bergizi yang dapat diterima oleh waknya.
Saat ini jumlah posyandu cukup banyak dimana hampir setiap dusun di
Indonesia tela! ada posyandu. Dengan semakin tersebmya posyandu

maka

peranannya dalam meningkatkan cakupan program semakin penhng. Peran posyandu
dalam meningkatkan cakupan pelayanan balita adalali 74 %, imunisasi polio ketiga 61
%, imunisasi TT 2 Bumil 22 % dan pelayanan pi1 KB 32 %. Pencapaian UCI

(ztniver.~aIchild immzm;zation) yang lebih cepat 3 bulan pada bulan September 1990

tidak lepas dari peran posyandu irli (Depkes RI, 1999). Nasil penelitian Hadju, dkk
(2000) menemukan masih pentingnya perat posyandu, dilna~ialebili 75 % pernah
kontak dengan posyandu dalam 3 bulan terakhir d a l sekitar 50 % ibu-ibu rnemperoleh
dikungan dari kader.
Waas (1994) dalam penelitian di Sulawesi Utara juga rnendapatkan bahwa
kelembagaan posyandu telah memberikan peran bagi pembanynan khususnya di
bidaig kesehatan terlihatnya dari penurunan angka kernatian bayi dari alak balita
teriltama di pedesaan. Angka kematiarl bayi (AKB) di Indonesia taliun 1995 sebesar
55,O per I000 kelahiran hidup mun menjadi 35,O tahun 2000 (Pusat Data Kesehatan,
2000). Demikian juga masalah KEP (kurang enerd dan protein) pada alak balita
selnakin menurun. Prevalensi KEP tingkat nasional tahun 1995 adalah 29.8 % KEP
total dan 10,3 % KEP berat dan tahun 1999 adalah 25,5

KEP total dar~7,X 9'0 KEP

berat (Jallari, dkk 2000)
;

Pelayanan dasar bagi anak balita terutama ditujukan

i~tltc~kine~ijaga

pertumbuhan potensial anak sejak ldtir berlangsung normal, demikian juga daya
tahannya terhadap penyakit.

Dengan perturnbuliati

lisik yatts nonnal

maka

l
perkembangan mental dan kecerdasan anak juga dapat dipacu d e i i ~ a ~lingkungan
hidup yang baik dan pola pengasuhan yang mendukung (Soekirmai, 2000).
Peran posyandu dalam pelayanan dasar bagi bayi, anak balita dari ibit harnil,
dilaksaiakan dengan pelayanan pola lima ~neja(Tim Pengelola UPGK TI\. Pusat.
1999). Pola lima meja tersebut terdiri dari : Meja I : Pendaftaran anak balita dan ibu
hamil. Meja 2 . Penimbangan anak balita. Meja 3 : PencatatanIper1gisia11KMS. Meja 4
: Penyuluhai berdasar hasil penilnbangan dan pelayanan gizi benlpa pemberian tablet

besi, kapsul vitamin A dan PMT. Meja 5 : Pelayar~ankesehatan d m KB olch tenaga
profesional seperti pembenan imunisasi, pelayanan KIA. KB. dati pctnbcr-iari hi~btik

oralit serta nljukan. Kegiatan lainnya yang dilakukan setelah pelayanan di 5 ~neja
tersebut adalal~mencatat hasil kegiatan UPGK dalrun register balita dan membahas
bersama-sruna kegiatan lain atas saran petugas. Pelaksana kegiatan di posyandu mulai
meja 1 sa~npai4 adalah kader, sedangkan meja 5 oleh tenaga kesel~atan.
Kodyat (1998) ~nenjelaskanbahwa pelayanan gizi di posyandu dillpayakan dan
dikelola oleh lembaba swadaya masyarakat setempat dan berakar pada masyarakat
pedesaan. Dengan semakin meluasnya posyandu di hatnpir setnua dusun maka
pelayanan gizi di pedesaan makin dekat dan makin terjangkau oleh keluarga serta
menjadi ujung tomb& dalam penangbpiangan masalah kurang gizi.
Keberadaan posyandu dapat memperluas partisipasi cnasyarakal. Karim et a1
(1994) dalam penelitian di Bangladesh menemukan bahwa kegiatan monitoring
pertumbuhan anak yang dilaksanakan oleh para kader desa dapat mengurangi
keterlibatan petugas kesehalan sampai 50 % pada akliir program. Diternukan pula
bahwa integrasi monitoring pe~tu~nbuhan
anak dengan kegiatan imur~isasidan klinik
antenatal keliling di desa dapat memperluas partisipasi masyarakat dan c&upan
program.
Penelitian Haikal (1999) juga ~neltdapatkan balxwa tingkat partisipasi
masyarakat sanga; dipengad~i oleh pengelolaan posyandu, dimana pada daerah
dengan keragaan posyandu baik maka partisipasi ~nasyarakattinggi.

Penilaian Kinerja Posyandu

Untuk dapat meriilai kinerja dengal baik pcrlu ada indikalor yang obyeklifdan
spesifik. Menurut Kamus Besar Ballasa Indonesia (Mocliono. 19891. penilaian be~arti
proses atau perbuatan memperkiralian atau rncnghargai scs~~atu.
sedangkan indikator

adalali berarti alat pemantau atau sesuatu yarig dapat memberikan petunjuk atau
ketera~igan. Kinerja adalali pencapaiari kegiatari rnulai input proses sampai hasil.
Indikator kinerja posyandu berarti sesuatu yang dapat memberikan petunjuk baik
bun~knyakegiatan meliputi input, proses dan output posyandu.
Menurut Habicht (2000) ada 3 tipe penilaian (evaluasi) yaitu somatif, proses
dan

formahf. Penilaian sumatif melihat imp& progam apakah berhasil mencapai

tujuari yang direncanakan atau tidak. Penilaiari proses men~pakan penilaian secara
kualitatif khususnya mengenai pengertian. ~notivasidan perilaku selama pelaksanaan
program. Penilaian formatif untuk menilai hasil pada saat program sedang
berlangsung, yang

dirancang untuk meningkatkan program. Ciri khusus penilaian

fonnatif addah informasi yang diperoleli di ulnpari balikkan ke pengambil keputusan
sehingga keputusan baru dapat dihasilkan.
Departemen Kesehatan RI sejak taliun 1995 telali rne~nbuatindikator kinerja
posyandu yang terdiri dari 8 i~idikator.Dan penilaiari itu posyandu digolongkan ke
dalam 4 tingkatan meliputi : pratarna madya purnarna dan mandiri. Ringkasnya
kriteria penggolongan posyandu tariipak pada Tabel I
Tabel 1 : Tingka~Kinerja Posyatidu ~iieriurut8 lridikator Depkes

Posyandu tirrgkat pratama adalalr posyandu yang masih belmn mattap, dengan
kegiatw tidak mtin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Posyandu tingkat rnadya
dan pumama sudah dapat melaksanakan kegatan lebih dari 8 kali per tahun dengan
rata-rata jumlalr kader 5 atau lebih, tetapi cakupan program utarnanya rendah yaitu
kurang dari 50 %. Ini berarti kelestarian posyandu sudah baik nanun cakupan belurn
memuaskan. Perbedaan posyandu madya dan pumama terletak pada ada tidaknya
rnakanan tamballan. Posyandu pada tingkat rnandiri adalalt posyandu selain mernenuhi
syarat pumama juga terdapat dana seliat dengan cakupan sedikimya 50 % keluarga.
Diharapkan semua posyandu menjadi mandiri. Beberapa ciri kemandirian
posyandu adalalt: a) kemampuan memecahkan rnasalalr yang dihadapi, lnelnelihara apa
yang dimiliki dat meningkatkan apa yang sudah dicapai; b) kemanpuan membentuk
dan menjalankan sendiri kegiatan pelayanan di posyandu dengan ciri adanya inisiatif
dari rnasyarakat; c) kernampuan nengorganisir kegiatan pelayanar melalui suatu
tahapart: dan d ) kernampuan merencanakan, mengimplementasikan, mengevaloasi dan
membuat pemecahan masalahnya sendiri (Dij e n Kesmas, 2000).
Menurut Depkes (1999) jurnlalt indikator utama posyandu tidaklah mutlak.
Bagi daerali yaug relatif tenirtggal jurnld~indikator utarna dapat dikura~gi.Sebaliknya
bagi daerah yang rnaju dan menginginkan indikator yang lebih banyak dapat
menambah indikator utama. Jenis indikator pada tiap indikator utama merupakan
indikator program terpilih. Misalnya indikator imulrisasi lengkap yang dipilih adalah
cakupan campak. Untuk cakupan KIA bila satu daerah menganggap indikator K 1
belum cukup. dapat rnertggunakat K4 sebagai irtdikator tambahar?.
Nuharnwa (1997) dalaln penelitiari di Kalirnantan Barat menemukan bahwa
instrumen telaah kernandirian posyandu dari Depkes sulit diterapkan sepenuhnya.
Misalrtye irtdikator prop.an tanballan dan cakuparr darra selral tidak sesuai. Ada

lidaknya progam lambalran dan dana sehat ten~yatatidak berkaitan dengan kegiatan
posyandu dan umumnya dibelrtuk ole11 provider pelayanan kesehatan. Ditemukan pula
bahwa instrumen tersebut belum mencakup semua kegatan posyandu serta instnunen
kemandirian dan peringkat posyandu umunya belum dipahami oleh kader, kepala desa
dan tokoh masyarakat.
Prarnudho (1997) telah melakukan u~jicoba sejilmlah indikator kemandirian
Posyandu di Kabupaten Garut dan telah ~nennnukan5 indiktor yaitu : jumlah kader
tugas, pendanaan posyandu, umur posyandu, pertemuan kader dan tokoh masyarakat
dan jumlah peserta dana sehat. Namun karma indikator itu hanya menilai kemandirian
lnaka tidak terlihat proses rnaupun output program utama.
Hardinsyah dkk (1999) telah menyusun instl-umen penilaian kinerja posyandu
yang dapat di-makan melihat titibtitik kelemahan atau liekitatan posyandu setiap 6
hulan. Instrumen penilaian melipc~ti: input, proses dan o u t p ~ ~yang
t
masing-masing
diberi skor dan diijumlahkan, dengan skor lnaksilnal 500. Kinerja posyandu dinyatakan
baik jika total skor 2 80 % dan skor outpi~t260 %. Komponen input meliputi : alat
halltc~,baha~r.kader darr or~anisasi.Komponen proses ~neliputi persiapan, pendaftarm
d a l ~pcni~nbangan,penyuluhar~,pelayanm paket pertolongan gizi dan kesehatan serta
pelaporan dan tindak lanjut. Komponen output meliptlti pelaporan dan SKDN.
Dari uji coba penilaian kinerja posyandu oleh Hartoyo, dkk (2000) pada 10
posyandu di kabupateri Bogor banyak pertanyaan pada input, proses dan output
~ n m i l i k iskor jalvaban yang rendall, sehingga 7 posyandu dinyatakan memiliki kin j a
h u n k dan 3 posyandu kinerja kilrang.
Sedangkan Penelitian Kaslnita (2000) pada 30 posyandu di Surnatera Barat
dengan rnenggunakan instrumen yang sama menemukan hanya ada 3 posyandu ( 10%)
!;an? tncrlriliki kirlerja posyarrdu yang baik, lairlrlya kurandsedang. Pertmyaan yang

~ne~niliki
skor jawaban yang rendah, pada ko~nponeriinput meliputi ketersediaan alat
peraga, formulir pendataan dan struktur organisasi. Pada kornponen proses, skor
jawaban yang rendah adalah pertemuan kader, menggerakan potensi masyarakat,
pengukuran LLA pada ibu hamil, penyuluhan, pembuatan laporan, pembuatan balok
SKDN, dan diskusi sesama kader. Pada komponen output yang skor jawabannya
rendah adalah : laporan mudah diakses, rasio DiS, rasio NiS, rasio balita yang lulis
penirnbangan, dan rasio balita BGM. Dan h a i l tersebut menunjukkan kornponen
pertanyaan tersebut masih memerlukan penyesuaian.

Motivasi kader
Karnus Besar Bahasa Indonesia (Moeliorio, 1989) menyebotkan motivasi
berarti dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk
nielakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Handoko (1995) mengartikan
~notivasisebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang
~nenimbulkan, rnenggerakan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Hal yang
~iienyebabkanseseorang berbuat sesuatu tindakan adalah karena adanya motif. Dalaii
suatu motif terdapat dua unsur pokok yaitu unsur dorongan dan unsur hguan. Proses
interaksi antara kedua unsur ini di dalam din manusia dipenganrhi oleh faktor internal

.,A-..

$-,
...,..,.&sternal.
..u,,v,
Dasar dari motivasi menurut Maslow (1 994) adalah adanya kebutuban manusia

yang liarus dipuaskan. Kebutuhan pokok manusia diklasifikasikan dalam 5 tingkatan
yaitu kebutuhan : fisiologis, keselamatan, rasa rnerniliki dan rasa cinia, harga diri dan
perwujudan diri. Secara umum pemenuhan kebtduhan-kebutula tersebut secara
bcrtingkat meskipun tidak inesti seluruhnya kebutulian pada tingkat dasar terpenuhi.

Namun pada sebagian kecil orang susunannya mungkin beruball, misalnya ada yang
menilai harga diri lebih penting dari cinta atau mereka yang menguasai kebutuhan
yang lebih tinggi (harga diri) rela meiigorbankan kebutuhan yang paling pokok.
Hasil penelitian Permanasan, Kusharto dan Baliwati (1997) diketahui adanya
faktor instrinsik dan ekstrinsik yang rnenjadi rnotivasi masyarakat untuk berpartisipasi
dalam kegiatan posyandu. Faktor yang termasuk pemotivasi

ekstrinsik

adalah

penghargaan fisik dan pengaruli orang lain. Pengliargaan fisik yang diterima adalah
berupa uang, baju seragam, pelayanan kesehata~dKBgratis dan bingkisan lebaran.
Faktor inhinsik merupakan motivasi yang didorong oleh keinginan dari kader sendin
seperti menyukai kegiatan sosial kemasyarakatan, keinginan untuk memajukan desa,
keinginan tampil, keinginan memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya serta
mengisi waktu luang.
Banyaknya kader yang drop out menunjukkan bahwa motivasi kader rrrasili
rendah. Misaluya menurut Kanwil Depkes Sulsel (2000) rata-rata rasio kader
dibanding jumlah posyandu tahun 1999 adalah 2,3, b e d yang drop out 2-3 orang
tiap posyandu. Juga penelitirui talrun 1999 di Jawa Tirnur, Sulawesi Selatan darl
Sumatera Barat menunjukkan bahwa kurang dari 30 % posyandu mempunyai 4 orang
kader terlatih dan kurang I5 % posyandu yang tnemiliki kader ak,tif minimal 4 orang
(Hadju, dkk, 2000). Kondisi ini karena keadaan ekonomi dan sumber paidapatan
keluarga kader rendah, keterarnpilrui kurang serta waktu yang terbatas di sela-sela
aktifitas pribadinya (Dij e n Pemberdayaan Masyarakat Desa, 2000).
Penelitian Kasmita (2000) di Sumatera Barat juga mendapatkan bahwa jumlah
kader per posyandu lununuiya kurang dari 4. Diternultan pula bahwa pengetahuan dan
Iketerampilan kader umumnya masih kurang sehingga belum dapat berperan optimal,
tr~isalrryabelum dapat mengisi KMS, membuat laporan dan melakukan penyuluhan.

Akibalnya sebagian kader kurang aktif Kader uinumilya tidak diberikan insentif
material atau pakaian seragam, karena posyandu tidak meiniliki sumber dana rutin.
Untuk merangsang keaktifan kader mereka diberikan k m seiiat (kartu berobat gratis).
Pihak Puskesmas juga menunjuk petugas kesehatan sebagai pe~nbinaposyandu untuk
tiap desa.
Para
kader yang terns mengabdi umumnya telah tahan uji dan memiliki
.motivasi religius. Suatu studi di Garut menujukkan baliwa 60 % kader telali ~nengabdi
lebih dari 5 tahun. Studi di Jawa Tengah juga menu~ijukkanbahwa 96 % kader bangga
mcnjadi kader. Mereka tidak mendapat imbalan uang, namun mereka mendapatkan
berbagai macam pengakuan dan penghargaan dalatii bentuk peningkatan pengetahuan,
pelayanrui gatis di Puskesmas, piagam penghargaan d m peningkataii status di
m a s y d a t (Dij e n Pembinaan Kesmas, 1999).
Tjukami dkk (2000) di NTB menemukan baliwa 75 % kader memiliki
peiigetahuan gizi yang kurang bahkan setelah diadakan peiiyululian gizipun masill 33
% yang kurang. Namun ditemukan bahwa beberapa kader telah berperan melakukan

penyuluhan gizi ternlama bagi yang telah memiliki pengetaliuan gizi. Sebagian besar
kader telah berperan di posyandu baik dalam penimbangan anak balita, pengisian KMS
maupun pernasakan dan pembagian PMT. Ditemukan pula beberapa kader berperan
dalam pengumpulan dana untuk PMT.
Sulamto (1993) dalrun penelitian di Kabupaten Semariilig ~nene~nukan
bahwa
kemauan kader berpartisipasi berhubungan dengan pengetahuan dan tingkat
pendapatannya.

Penelitian Saliidu (1998) di Lombok ~nenyatakan bahwa faktor

pe~iggerakpartisipasi yang paling utama adalal~kemauan dan ke~nampuan.Kernauiili
rnenrpakan energi pembangunan yang membangkitkan kemiilnpuan dan kesempatan
berpartisipasi. Sedangkan kemauan berpartisipasi dipengaruhi oleh kebutuhm,

..

imbalan; harapan dan penguasaai infomasi. Kemampuan dipengaruhi oleh pendidikan
formal dan not1 formal, pengalaman dan modal.
Penelitian Hartoyo, dkk (2000) pada uji coba penilaian kinerja posyruidu di
Bogor menunjukkan baliwa ko~nponen proses khususnya persiapan, pendaflaran,
penimbangan dan penyuluhan ~ne~niliki
skor yang rendah, menunjukkan baliwa peran
kader dalam pelaksanaan poqlandu masih kurang.

Swadaya Masyarakat
Pengertian swadaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia IMeoliono, 1989)
adalah kekuatan atau tenaga sendiri. Jadi swadaya masyarakat dalam posyandu adalali
kekuatan sendiri dari masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan posyandu agar

kegiatannya dapat terlaksana dengan baik, khususnya dalam pengadaan sarana, tenaga
atau dana sendiri seperti tempat posyandu, balian penyciluhan. bahan PMT, buku
pencatatan, papan data dan kesejaliteraan kader.
Tingkat swadaya masyarakat dalam posyandu umumnya masih klrrang. Survey
talicln 1999 yang dilahlkan di Jawa Timur, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan
~nenunjukkan bahwa lebih sepanlll jwnlah posyandu tidak memiliki peralatan dan
tempat yang memadai. Keadaan ini sebenarnya dapat diatasi dengan menggali potensi
masyarakat yang ada. Pelayanan posyandu akan berjalan balk apabila potensi yang ada
dalan masyarakat dapat dioptimalkan dengan sung@-sungguh,

baik yang lnampli

maupun yang kurang mampu (Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa 2000).
Sander (1999) dalam pengkajian tentang proyarn-program gizi rnasyarakat di
beberapa negara menyimpulkan baliwa program UPGK di Indonesia lebih banyak
menggtmakan pendekatan

instniktif dari partisipatif sehingga dt~kungan dari

masyarakat sulit diciptakan. la menernukarl pula baliwa program UPGK tergolong

menggonakari biaya mural1 dimana banyak digunakai tenaga sukarela yang dibina ole11
teliaga keseliatan setempat.
Penelitian Tjukami, dkk (2000) di 4 desa di NTB mene~nukan bahwa
pernberian lnakanan tambahan (PMT) umumnya diselenggarakan atas bantuan
pernerintah atau piliak luar, dan hanya beberapa posyandu yang menyelenggarakan
PMT atas biaya swadaya bempa bantuan Kas desa, Majlis Ta'lim atau jimpitan
beras.
. ~.
Nuhanara (1997) menemukan bahwa bantitan proyek untuk posyandu dapat
meningkatkai fungsi posyandu, partisipasi lnasyarakat &an rerata kader yang aktif,
namun setelah proyek berakhir maka ketiga indikator tersebut cendenmg mulai
menilrun kembali. Hal ini karena ktlran~mya swadaya masyarakat seliingga begitu
proyek berhenti maka dana untuk kegiatan posyandu d a i penyuluhan kepada
masyarakat tidak tersedia. menur rut Sander (1999) keberlangsungan p r o w sangat
tergantung pada kemampuali ke~rangarimasyarakat setempal dan pelrieliharaar~iiya.
Pe~ielitianZulyali (1996) di Kodya Bengkulu ~nenernukaibahwa kernatnpuan
teknis (keterampilan) berhubungan nyata dengan keswadayaan karang taruna serta ada
liubungan nyata antara keswadayaan derigan dinarnika karang taruna. Maka demikian
pula peningkatan kemampuan teknis dalam pelaksanaan posyandu kemungkinai aka1
mempengaruhi keswadayaan posyandu.
Kuranbmya swadaya masyarakat diduga karena kelemahan dalam pelaksanaan
program kemasyarakatan saat ini yaitu kurang melibatkan lnasyarakat sejak awal.
Masyarakat sekedar diperkenankan berpartisipasi dalam pelaksanaan fisiknya di
lapangan. Jika masyarakat dapat dilibatkan secara berarti dalrun keselurulian proses
dari survey awal sanpai perencanam dan peligorgaiisasian program, maka s l a i n
progfam menjadi lebih relevan dengan kebutuhan mas~arakatdan rasa kepemililtan

warga terl~adap progaln lebih tinggi, juga keteratnpilan-keterainpilan atlalitis dan
perencatlam rnenjadi teralihkan kepada rnereka (Studio Driya Media, 1994).

Pembinaan posyandu
Pernbinaan adalah proses atau usaha tindakan dan kegiata~iyang dilakukan
secara berdaya guna dan bert~asil Lwna untc~k rnemperolelr hasil yang lebih baik
(Kamus Besar Bahasan Indonesia, 1989). Jadi pernbinaan mempakan keaatan prioritas
yang direncanakan dan berkesinambungan agar hasil kegatan meningkat:
Dirjen

Kesehatan

Masyarakat

(2000)

rnenyatakan

bahwa

posyandu

diselenggarakan oleh, dari dan untuk masyarakat, dengan dukungan teknis Departemen
Kesehatan, BKKBN dan sektor terkait lainnya. Dalam undang-ondang No. 23 talnin
1992 tentang kesehatan dinyatakan pula balrwa pemerintah bertugas ~nenggerakan
peranserta ~nasyarakatdalam menyelenggardian dan pembiayaan kesehatan. Dcnca~i
demikian posyandt~ sebagai wujud peranserta masyarakat adalah merljadi tugas
pernerintah kliususnya sektor terkait untuk mengperakan dan me~nbinanya.
Namun beberapa llasil penelitian