Menegakkan Pilar Pertama

B I N A

J A M A A H

Menegakkan P
il
ar P
er
tama
Pil
ilar
Per
ert
MUSTOFA W HASYIM

pd

fsp

litm
erg

er.
co
m)

memahami manajemen proses, yaitu memahami masalah dari
sudut dan sisi proses-prsosesnya. Agar takmir masjid atau
musholla dapat terkondisi kompak maka diperlukan pencermatan
atas (1) proses pembentukan takmir itu sendiri, (2) proses
rekrutmen personil, (3) proses penempatan personil pada bidang
atau posisi yang tepat, (4) proses penumbuhan iklim kerjasama
antarpersonil takmir, (5) proses keterbukaan antarpersonil dalam
berkomunikasi. (6) proses formalisasi keputusan dan fleksibilitas
dalam menjalankan keputusan, dan (7) proses pembentukan
suasana kolegial dan kolektif dalam mengambil keputusan dan
dalam menjalankan keputusan.
Agar tujuh proses di atas dapat berjalan mulus maka yang
perlu diperhatikan antara lain, (1) homogenitas dan heterogenitas
personil takmir. Personil takmir yang homogen memudahkan
proses pengambilan keputusan tetapi dapat menyebabkan takmir
kurang dinamis dan kurang sensitif terhadap tantangan. Kemudian,

yang muncul itu (2) generasi tunggal atau terjadi oplosan
antargenerasi serta intergenerasi di dalam takmir, kalau personil
takmir melulu terdiri dari orang-orang yang segenerasi maka
mereka akan cenderung eksklusif dan sulit menerima pandangan
yang berbeda. Kalau dalam tim takmir terjadi oplosan antargenerasi
dan intergenerasi maka takmir akan inklusif dan memudahkan
proses regenerasi jika saatnya tiba. Perlu diperhatikan juga, (3)
potensi masing-masing personil. Ada personil yang berpotensi
untuk menekuni bidang ide dan pengembangan ide untuk melayani
jamaah. Ada yang berpotensi untuk menekuni bidang keuangan
dan mahir mencari dana.
Ada personil yang spesialis mendekati dan memotivasi ibuibu. Juga ada personil yang ahli dalam hal mendekati dan
memobilisasi anak muda, misalnya pelajar, mahasiswa atau
pemuda setempat. Personil lain, misalnya ada yang ahli dan selalu
berbahagia jika dilibatkan dalam kegiatan pembinaan anak-anak.
Yang lain misalnya, punya kenalan banyak dan punya keahlian
mendatangkan muballigh atau ustadz yang bermutu untuk mengisi
pengajian rutin atau berkala. Sementara itu personil lain berpotensi
untuk mengurusi perlengkapan, kebersihan, sound system,
konsumsi dan mengurusi undangan.

Seorang ketua takmir masjid dan musholla Muhammadiyah
atau Aisyiyah hendaknya mampu mengelola potensi yang berbeda
itu menjadi kekuatan unggul dalam takmirnya. Keahlian dan minat
mereka perlu dihargai, dan jika berprestasi jangan sungkan,
berikan pujian kepada mereka. Mereka akan mendukung apa
mau ketua takmir dan sesama mereka pun akan terjalin
kekompakan yang kuat, dan produktif.l

De
mo
(

Vi
sit

htt
p:/
/w
w


w.

D

alam upaya untuk membina jamaah masjid, langgar atau
surau dan musholla Muhammadiyah diperlukan tegaknya
pilar-pilar gerakan dan kegiatan. Pilar pertama berada
pada sisi internal lembaga takmir itu sendiri.
Pilar pertama ini bernama kekompakan pengurus takmir
masjid atau musholla Muhammadiyah. Kompaknya pengurus
takmir ini akan mempengaruhi (1) kekompakan jamaah itu
sendiri, (2) kemudahan takmir dalam menjalankan program
dan kegiatan masjid, (3) ketenteraman dan kenyamanan jamaah,
(4) tumbuhnya kepercayaan jamaah kepada takmir, (5)
tumbuhnya kepercayaan donatur kepada takmir, (6) dalam hal
menumbuhkan rasa nyaman para petugas di masjid atau
mushollah itu (7) tumbuhnya rasa nyaman dan percaya pada
diri khatib, imam, muballigh yang diberi tugas dakwah di masjid
atau musholla itu, (8) kemudahan dalam membuat laporan
kegiatan takmir kepada pengurus Ranting setempat dan (9)

kemudahan dalam bekerjasama dengan pihak luar.
Dari uraian di atas tampak ada gambaran yang jelas bahwa
kekompakan takmir masjid atau musholla Muhammadiyah
menghasilkan efek dan dampak yang positif bagi semua pihak.
Positif bagi takmir, positif bagi jamaah, positif bagi petugas, positif
bagi masyarakat, positif bagi muballigh, positif bagi Ranting
Muhammadiyah atau Aisyiyah setempat dan positif bagi pihak
luar yang ingin bekerjasama dengan takmir masjid atau musholla
itu. Kekompakan sebuah takmir masjid atau musholla akan
mengarahkan langkahnya pada hal-hal yang produktif dan kreatif
bagi semua. Kemudian, masjid atau musholla itu akan dikenal
sebagai masjid atau musholla Muhammadiyah yang maju dan
memiliki prestasi keagamaan dan prestasi sosial yang menonjol.
Beberapa masjid atau musholla Muhammadiyah yang
terkenal maju, berprestasi dan dapat dijadikan contoh suri tauladan
biasanya ditandai oleh kompaknya personil yang diberi amanah
untuk menjalankan lembaga ketakmiran di tempat itu. Tidak ada
ceritanya takmir yang tidak kompak, bisa berprestasi. Biasanya
kalau takmirnya tidak kompak maka masjid atau mushollanya
mengalami kemunduran atau mengalami kemacetan dalam hal

gerak dakwahnya. Padahal, lingkungan sekitar masjid sekarang
biasanya sudah makin maju dan tidak jarang muncul ancaman
pemurtadan secara diam-diam. Kalau takmir tidak kompak,
jamaah mengalami kemunduran, maka kita bisa dengan mudah
dikalahkan oleh gerakan pemurtadan itu.
Lantas bagaimana upaya nyata yang harus dilakukan untuk
menumbuhkan kekompakan, untuk membina dan memelihara
serta mengefektifkan kekompakan itu? Untuk ini kita perlu
42

26 SHAFAR - 11 RABIULAWAL 1432 H