1
BAB 20 Asesmen Behavioral: Pertimbangan-pertimbangan Awal
A. Asesmen behavioralperilaku behavior assessment
melibatkan pengumpulan dan penganalisisan informasi dan data agar didapatkan: • Mengidentifikasi dan mendeskripsikan perilaku target
• Mengidentifikasi sebab akibat perilaku yang ada sekarang • Memilih strategi penanganan perilaku yang tepat
• Mengevaluasi hasil-hasil penanganan
Berikut ini fase-fase yang minimal harus dimiliki program modifikasi perilaku yang sukses biasanya melibatkan 4 fase di mana perilaku target diidentifikasi,
didefinisikan dan dicatat, yaitu: • Fase penyaringan atau penerimaan kasus
Adanya interaksi awal antara klien dan praktisi atau agensi membentuk apa yang disebut fase penerimaan kasus atau yang disebut juga
fase penyaringan. Dalam fase ini klien disaring dengan cara mengisi formulir yang berisi informasi umum: nama, alamat, tanggal lahir, status
pernikahan dan lain-lain. Klien diminta juga menuliskan alasan mencari bantuan dari praktisi atau agensi modifikasi perilaku. Jika klien tidak bisa
mengisi formulir ini yang mungkin dikarenakan usia atau disabilitas, orang lain dapat bertindak sebagai wali untuk pengisisan informasi umum
tersebut. Terdapat 4 fungsi dari fase penerimaan kasus, salah satu fungsi tahap
penyaringan yang pertama adalah apakah agen tertentu, terapis perilaku,
analisis perilaku terapan yang dimintai bantuan sudah tepat untuk menangani perilaku yang dikeluhkan klien Hawkins, 1979. Jika tidak,
mereka dapat merekomendasikasikan ahli lain untuk membantu klien.
Kedua , menginformasikan kepada klien bahwa ia perlu menggandeng ahli
lain menanganinya. Klien perlu diberitahukan dengan jelas kebijakan dan
2
prosedur kerja sama tersebut. Contohnya, terapis menilai bahwa ia membutuhkan bantuan ahli medis untuk menangani anak yang tak mau
membutuhkan jenis pengobatan tertentu, dan perlu bekerja sama dengan sekolah untuk menempatkan staf medis untuk sementara waktu agar dapat
memonitor dan menangani efek samping obat. Ketiga, memindai kehadiran
kondisi krisis seperti penganiayaan anak, risiko bunuh diri dan lain-lain
yang mungkin membutuhkan intervensi langsung. Keempat, tahap
penyaringan informasi yang cukup lewat wawancara dan tes psikologis contohnya tes kecerdasan untuk mendiagnosis klien sesuai kategori
standar gangguan mental seperti yang sudah tercakup dalam DSM-5. Perlu adanya pemberian informasi kepada klinik, rumah sakit, sekolah, intitusi
hokum dan lembaga lain perlu diberitahu diagnosis ini sebelum kerja sama dilakukan, bahkan perusahaan asuransi yang menangani asuransi milik
klien. Kelima, tahap penyaringan menyediakan informasi spesifik tentang
perilaku mana yang perlu diasesmen lebih lanjut. Agar sukses pada asesmen awal, terapis atau pemodifikasi perilaku harus menggunakan semua
informasi ditambah dengan informasi lain seperti laporan guru, beragam hasil tes tradisional, dan peranti asesmen lain untuk membantu
mengidentifikasi sejelas mungkin perilaku target. • Fase pra-program atau asesmen garis-dasar
Selama fase asesmen pra-program yang disebut juga fase garis- dasar, pemodifikasi perilaku mengakses perilaku target untuk menentukan
tarafnya seperti frekuensi kemunculan, kekuatan dari perilaku dan lain- lain sebelum program atau penanganan dimulai. Terapis juga menganalisis
lingkungan terkini individu untuk mengidentifikasi variabel-variabel pengontrolan perilaku selama ini yang harus diubah.
Kebutuhan akan fase asesmen pra-program ini muncul lantaran pentingnya analisis behavioral terapan dan terapis behavioral melakukan
pengukuran langsung terhadap perilaku yang dikeluhkan dan melakukan perubahan-perubahan di dalam pengukuran tersebut sebagai indikator
terbaik masalah yang akan diselesaikan seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Jika seorang anak mengalami kesulitan di sekolah contohnya,
3
pemodifikasi perilaku akan tertarik secara khusus untuk mendapatkan garis- dasar ekses atau deficit perilaku tertentu yang melandasi masalah
contohnya defisiensi membaca atau perilaku mengganggu. • Fase penanganan
Dalam lingkup pendidikan yang dahulu melibatkan asesmen periodik selama program pengajaran dengan maksud memonitor performa
siswa. Program penanganan klinis biasanya melibatkan asesmen klien di berbagai interval. Selain itu, beberapa program klinis yang hampir mirip
dengan modifikasi perilaku memang mengandung pengukuran sebelum dan sesudah penanganan, tetapi yang membedakan adalah tidak begitu
mendetailnya pencatatan perilakunya selama penanganan. Sebaliknya, program modifikasi perilaku yang sesungguhnya
menitikberatkan dan mempraktikkan, hingga taraf yang jarang ditemukan di pendekatan-pendekatan lain, seringnya pemonitoran perilaku di seluruh
pengaplikasian penanganan tertentu atau strategi intervensinya. Selain itu, analisis behavioral terapan dan terapis behavioral siap memodifikasi
program jika pengukuran menunjukkan bahwa perubahan perilaku target tidak kunjung muncul di periode waktu yang sudah ditentukan.
• Fase tindak-lanjut Akhirnya, fase tindak-lanjut dilakukan untuk menentukan apakah
perbaikan yang sudah diperoleh selama penanganan masih bertahan setelah program usai dilakukan. Jika dimungkinkan, fase ini akan diisi
pengobservasian yang tepat atau asesmen di lingkungan alamiah atau di bawah situasi di mana perilaku diharapkan muncul.
B. Sumber-sumber Informasi bagi Asesmen Pra-Program