PERSEPSI PUBLIC RELATIONS OFFICER TENTANG PANDANGAN PIMPINAN PERGURUAN TINGGI MENGENAI URGENSI PUBLIC RELATIONS Study pada Anggota PERHUMAS Malang Raya

(1)

PERSEPSI PUBLIC RELATIONS OFFICER TENTANG

PANDANGAN PIMPINAN PERGURUAN TINGGI MENGENAI

URGENSI PUBLIC RELATIONS

Study pada Anggota PERHUMAS Malang Raya

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Uly Ursulla NIM : 07220440

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Uly Ursulla

NIM : 07220440

Konsentrasi : Public Relations

Judul Skripsi : PERSEPSI PUBLIC RELATIONS OFFICER TENTANG PANDANGAN PIMPINAN PERGURUAN TINGGI MENGENAI URGENSI PUBLIC RELATIONS (Studi pada Anggota Perhumas Malang Raya)

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan LULUS Pada Hari : Selasa

Tanggal : 16 Agustus 2011 Tempat : Ruang 609

Jurusan Ilmu Komunikasi Mengesahkan,

Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si Dewan Penguji :

1. Drs. Joko Susilo, M.Si ( ... ) 2. Dr. Achmad Habib, M.A ( ... ) 3. Dra. Frida Kusumastutui, M.Si ( ... ) 4. M. Himawan Sutanto, M.Si ( ... )


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Uly Ursulla

NIM : 07220440

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : PERSEPSI PUBLIC RELATIONS OFFICER TENTANG

PANDANGAN PIMPINAN PERGURUAN TINGGI

MENGENAI URGENSI PUBLIC RELATIONS (Study Pada Anggota Perhumas Malang Raya)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Frida Kusumastuti, M.Si Himawan Sutanto, M.Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(4)

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Uly Ursulla 2. NIM : 07220440

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Public RelationS

6. Judul Skripsi : Persepsi Public Relations Officer Tentang Pandangan Pimpinan Perguruan Tinggi Mengenai Urgensi Public

Relations

(Studi pada Anggota Perhumas Malang Raya) 7. Pembimbing : 1. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si

2. Himawan Sutanto, M.Si 8. Kronologi Bimbingan

Paraf Pembimbing Tanggal

Pembimbing I Pembimbing II

Keterangan

6 April 2011 Acc. Judul

22 Mei 2011 Acc. Proposal

26 Mei 2011 Seminar

9 Juni 2011 Acc. BAB I

28 Juli 2011 Acc. BAB II, III

8 Agustus 2011 Acc. BAB IV

8 Agustus 2011 Acc. Seluruh Naskah

Malang, 16 Agustus 2011 Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan nikmatnya. Shalawat dan salam saya haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW atas syafaat yang diberikan kepada saya, akhirnya melalui proses yang benar-benar panjang penulisan skripsi berjudul “Persepsi Public Relations Officer Tentang Pandangan Pimpinan Perguruan Tinggi Mengenai Urgensi Public Relations (Studi pada Anggota Perhumas Malang Raya)” telah selesai.

Penelitian ini didasari dari latar belakang fenomena kehumasan di Indonesia dan khususnya Kota Malang, dimana banyak organisasi atau perusahaan yang belum memahami pentingnya humas atau public relations. Penempatan humas dalam struktur organisasi dapat dilihat seberapa dibutuhkannya fungsi dan peran humas pada organisasi tersebut. Muncul pertanyaan dari peneliti untuk mengetahui bagaimana public relations officer mengetahui pemikiran dan sikap positif atau negatif dengan menempatkan public relations sesuai fungsinya pada pandangan pimpinannya.

Selama penelitian berlangsung hingga terselesainya penyusunan skripsi, penulis banyak menerima bimbingan, arahan, kerja sama, dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1.Dr. Muhadjir Effendy, M.AP selaku Rektor, beserta segenap jajaran Rektorat Universitas Muhammadiyah Malang.


(6)

2.Dr. Wahyudi Winaryo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, beserta segenap jajaran Dekanat FISIP.

3.Dra. Frida Kusumastuti, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, dosen wali Ikom F, dan selaku Pembimbing I atas bimbingan, arahan, dukungan moril serta kesabarannya sehingga skripsi ini selesai.

4.M. Himawan Sutanto, M.Si selaku dosen Pembimbing II atas bimbingan, arahan, dukungan moril serta kesabarannya sehingga skripsi ini selesai. 5.Joko Susilo, M.Si selaku dosen Penguji I atas saran dan sumbangan

pikiran dalam menguji skripsi penulis.

6.Dr. Achmad Habib, M.A selaku dosen Penguji II atas saran dan sumbangan pikiran dalam menguji skripsi penulis.

7.Keluarga besar TU. Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atas semua saran, dukungan dan arahannya selama ini.

8.Perhumas Malang Raya dan Informan penelitian yang bersedia berbagi informasi dengan saya.

9.Ayah dan Ibunda serta kakak dan adik saya, atas segala kasih sayang, dukungan, doa-doa untuk saya, nasehat, dan kebersamaannya slama ini. TRIMA KASIH....

10.Segenap dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan, hingga saya dapat menjadi seperti ini. 11.Brilliant Ath Thaariq atas dukungan, kesabaran dan kasih sayang yang


(7)

12.Sahabat - sahabat karibku di A 54 atas segala kebersamaan dan keceriannya selama ini.

13.Sahabat - sahabat kelas F jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2007, terima kasih atas support dan kerjasama kalian selama ini.

14.Semua pihak yang telah membantuku dan tak mampu saya sebutkan satu persatu. Terima kasih aku haturkan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari skripsi ini adalah sebuah pembelajaran untuk menjadi sempurna di masa depan. Saran yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

Malang, 20 Agustus 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

ABSTRAKSI ... vi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTA TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

D.1. Manfaat Akademis ... 7

D.2. Manfaat Praktis ... 7

E. Kerangka Pemikiran ... 7

E.1 Humas di Indonesia ... 7

E.1.1 Perkembangan Public Relations di Indonesia ... 7

E.1.2 Fenomena Public Relations di Indonesia ... 9

E.2 Public Relations dalam Organisasi ... 12

E.2.1 Definisi dan Peran Public Relations... 12

E.2.2 Fungsi Public Relations... 13

E.2.3 Tugas Praktisi Public Relations... 14

E.3 Public Relations Officer Perguruan Tinggi ... 18

E.3.1 Departemen dan Staf Public Relations... 20


(9)

E.3.3 Kerjasama Pimpinan dengan PRO... 23

E.3.4 Proses Terjadinya Persepsi ... 25

E.4 Pimpinan Perguruan Tinggi ... 27

E.4.1 Peran dan Fungsi Kepemimpinan ... 28

E.4.2 Tipe Kepemimpinan... 29

E.5 Teori S-O-R ... 30

E.6 Kerangka Pikir Penelitian ... 32

F. Metode Penelitian... 33

F.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ... 33

F.2 Unit Analisis dan Informan Penelitian ... 34

F.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

F.4 Teknik Pengumpulan Data ... 35

F.5 Teknik Analisis Data ... 37

F.6 Teknik Keabsahan Data ... 38

BAB II GAMBARAN OBJEK PENELITIAN A. Profile BPC. Perhumas Malang Raya ... 40

A.1 Sejarah BPC. Perhumas Malang Raya ... 40

A.2 Visi Misi Perhumas ... 42

A. 3 Kepengurusan BPC. Perhumas Malang Raya... 42

B. Keadaan Geografis ... 46

C. Peran BPC. Perhumas Malang Raya dalam Menguatkan Urgensi Public Relations di Pendidikan Kota Malang ... 49

D. Kajian Humas (Public Relations) di Perguruan Tinggi Kota Malang 50 E. Ideal Humas (Public Relations) di Perguruan Tinggi ... 51

E.1 Posisi Humas dalam Struktur Organisasi Perguruan Tinggi .... 51

E.2 Fungsi dan Peran Humas di Perguruan Tinggi ... 54

F. Perguruan Tinggi di Kota Malang... 57

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Informan... 69


(10)

A.1 Data informan berdasarkan jenis kelamin ... 70

A.2 Data informan berdasarkan usia... 71

A.3 Data informan berdasarkan pendidikan terakhir ... 72

A. 4 Data informan berdasarkan pengalaman organisasi ... 73

B. Persepsi public relations officer perguruan tinggi terhadap pandangan pimpinan mengenai urgensi public relations... 75

B.1 Persepsi kepala humas mengenai konsep ideal public relations di perguruan tinggi ... 77

B.2 Persepsi tentang kebijakan pimpinan mengenai posisi dan kedudukan humas di perguruan tinggi ... 81

B.3 Persepsi kepala humas tentang tanggapan dan kebijakan pimpinan mengenai kegiatan humas ... 85

B.4 Persepsi kepala humas mengenai sikap pimpinan dalam memberikan wewenang kepada kepala humas ... 88

B.5 Harapan kepala humas mengenai kehumasan di perguruan tinggi... 95

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... B.1 Saran Akademis ... 101

B.2 Saran Praktis ... 102

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

3.1 Identitas Informan ...70

3.2 Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin...70

3.3 Data Informan Berdasarkan Usia...71

3.4 Data Informan Berdasarkan Pendidikan Terakhir...72


(12)

DAFTAR GAMBAR

1.1 Struktur Kepegawaian Perusahaan Manufaktur Raksasa...22

1.2 Skema Proses Tejadinya Persepsi...25

1.3 Teori S-O-R………...31

1.4 Kerangka Pikir Penelitian...32

2.1 Logo Perhumas Indonesia...40

2.2 Perkiraan Posisi Humas dalam Struktur Organisasi Perguruan Tinggi ...53


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Riabto. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit Ahmadi, Abu.2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta

Coulson, Colin-Thomas.1996. Public Relations, Pedoman Praktis untuk PR. Jakarta: Bumi Aksara

Bennis, Warren, dan Nanus, Burn. 1990. Kepemimpinan. Jakarta: Erlangga

Effendi, Uchjana, Onong. 2002. Hubungan Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Gregory, Anne. 2004. Public Relations dalam Praktik. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Idrus, Muhammad. 2007. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogjakarta: Erlangga

Jefkins, Frank. 2002. Public Relations. Jakarta: Erlangga

Kartono, Kartini. 2003.Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Kusumastuti, Frida. 2004. Dasar-dasar Humas. Bogor: Ghalia Indonesia

Lattimore, D, Otis Baskin, Suzette T. Heiman, dan Elizabeth L.Toth. 2010.Public Relations Teori dan Praktek. Jakarta:Salemba Humanika

Moleong, Lexy,J. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Morissan, M.A. 2008. Manajemen Public Relations: Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: Kencana

Nasution, Zulkarnain.2006.Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan. Malang: UMM Press

NewCom, Turner dan Converse.1985. Psikologi Sosial. Bandung: Diponegoro Onong, Uchjana & Effendy.2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi.


(14)

Ruslan, Rosady, SH, MM. 2006. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Soemirat, Soleh. Ardianto, Elvinaro. 2004. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sugiyono, Prof. Dr. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tholchah, Hasan, Muhammad, dkk. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif: Tinjauan Teoritis dan Praktis. Surabaya: Visipress Offset

West, Richard dan Turner, Lynn, H,. 2010. Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta:Salemba Humanika

Widjaja, H.A.W. 1997. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara

Sumber Lain :

http://zulkarnainnst.wordpress.com/ diakses pada 26 April 2011

http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.com/2009/03/ diakses pada 29 April 2011 http://hisyamhananto.wordpress.com diakses pada 12 Mei 2011


(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Public relations yang disingkat PR telah banyak dipraktikkan dibanyak organisasi, mulai perusahaan yang besar sampai organisasi kecil yang sedang berkembang, mulai perusahaan nirlaba sampai organisasi yang bergerak di bidang jasa. Para praktisi PR semakin tahun jumlahnya semakin bertambah, terlebih dengan banyakanya lembaga pendidikan dengan ilmu public relations yang mewadahi para calon praktisi PR di Indonesia.

Pernyataan resmi PRSA (Public Relations Society of America) tentang PR, yaitu :

Public relations membantu masyarakat kita yang kompleks dan pluralistic dalam mengambil keputusan yang berfungsi lebih efektif dengan cara berkontribusi pada terciptanya saling pengertian diantara kelompok dan institusi terkait. Public relations ini berusaha mengharmonisasikan public dengan kebijakan public. Public relations melayani beragam institusi di masyarakat, seperti bisnis, serikat dagang, agen pemerintahan, perkumpulan sukarelawan, yayasan, rumah sakit, dan lembaga agama dan pendidikan.

Melalui penyataan tersebut telah nampak bahwa public relations merupakan salah satu bidang yang penting jika dipraktikan diberbagai bidang baik swasta maupun negeri, baik formal maupun informal.

Kata public relations merupakan hal yang umum, oleh karena itu tidak heran jika setiap perusahan maupun organisasi memberikan nama dan


(16)

2

fungsi yang berbeda. Sebagai contoh kata coorporate communication digunakan untuk menyebut fungsi public relations di perusahaan atau lembaga nirlaba. Badan-badan pemerintahan sering menggunakan istilah public informations atau public affairs untuk mendeskrisikan fungsi-fungsi komunikasi dan public relations. Dan masalah perbedan nama ini menjadi lebih rumit karena praktisi public relations terkadang diminta bekerja di beragam departemen dalam sebuah organisasi, bukan ditempatkan bersama dengan departemen komunikasi dan public relations yang biasa. (Lattimore, 2010:8)

Hakekat dari fungsi public relations pada organisasi atau instansi terbagi menjadi dua yaitu sebagai metode komunikasi dan sebagai state of being. Public relations sebagai metode komunikasi yaitu, organisasi atau instansi yang tidak mempunyai humas dan devisi humas tetapi menjalankan fungsi-fungsi kehumasan, sedangkan public relations sebagai state of being yaitu perwujudan suatu kegiatan komunikasi yang dilembagakan kedalam bentuk biro, bagian, atau devisi. Artinya terdapat seseorang yang memimpin pada suatu lembaga humas.

Humas di Indonesia dikenal pada tahun 1950an dimana humas bertugas untuk menjelaskan peran dan fungsi-fungsi setiap kementrian, jawatan, lembaga, badan, dan lain sebagainya. Fenomena yang terjadi, saat ini tidak semua perusahaan ataupun organisasi menempatkan devisi humas atau public relations departemen pada posisi yang sesuai dengan fungsi-fungsinya. Kesalahan umum yang terjadi adalah program pada devisi humas


(17)

3

dianggap sebagai program jangka pendek, dan program penanggulangan reaktif saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada saat hubungan dengan masyarakat menjadi buruk.

Dan terkadang PR dipandang sebagai bagian dari suatu pekerjaan yang lain. Tentu saja hal ini sangat disayangkan karena cenderung merendahkan peranan PR sesungguhnya. Seperti yang dijelaskan oleh Cutip, Center, and Broom (1985), menjelaskan kedudukan ideal humas dalam organisasi yang ditempatkan pada posisi yang dekat dengan executive vice prsident. Urgensi public relations dalam organisasi atau instansi dapat dilihat dari struktur organisasi instansi dimana devisi humas berada dan bagaimana menjalankan fungsi dan pranannya.

Begitu pula dengan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang memiliki keanekaragaman dalam menempatkan posisi devisi humasnya. Dan dengan adanya perbedaan kedudukan tersebut, tidak jarang bagi humas perguruan tinggi yang posisi devisi humasnya berada di low manajement mempunyai kemauan dan harapan-harapan agar posisinya berada dekat dengan pimpinan.

Berdasarkan blog dari ketua BPC Perhumas Malang Raya, Dr. Zulkarnain Nasution pada umumnya persepsi tentang adanya bagian humas dalam suatu organisasi merupakan good will dari pimpinan daripada dianggap sebagai suatu kebutuhan profesional. Disini tidak jarang ada gap antara kemauan pimpinan dan kemauan seorang humas. Problem utama dirasakan oleh seorang praktisi humas, disatu sisi sebagai staf atau pegawai,


(18)

4

harus mengabdi pada pimpinan, disisi yang lain praktisi humas harus mengabdi kepada tuntutan professional sebuah profesi PR atau humas. (http://zulkarnainnst.wordpress.com)

Pada tanggal 15 Desember 1972, telah didirikan organisasi profesi yang bernama PERHUMAS, yang mencakup para praktisi Humas dan Komunikasi Indonesia. PERHUMAS berada di Indonesia dan International

Public Relations Association (IPRA) berkedudukan di London.

PERHUMAS bertujuan meningkatkan keterampilan professional, memperluas dan memperdalam pengetahuan, meningkatkan kontak dan pertukaran pengalaman antara anggota serta berhubungan dengan organisasi serumpun di dalam dan luar negeri. Berdasarkan surat nomor 112/BPP/XII/2008 oleh BPP Perhumas Indonesia maka terbentuklah BPC Perhumas Malang Raya yang diketuai oleh Dr. Zulkarnain Nasution. (http://zulkarnainnst.wordpress.com)

Dalam salah satu kegiatannya yang bertema “Visi Pimpinan Terhadap Urgensi Humas”, Perhumas Malang Raya mendukung aktif dalam memajukan PR dan membentuk praktisi PR profesional. Tema tersebut sangat penting untuk mengetahui apresiasi pimpinan institusi terhadap urgensi humas. Dan para anggota Perhumas Malang Raya tentunya memiliki harapan dan keingginan untuk memajukan dunia kehumasan di Malang khususnya. Sehingga keberadan Perhumas Malang Raya mempunyai pengaruh besar bagi kehumasan dan public relations di Malang baik untuk


(19)

5

menyelesaikan permasalahan-permasalahan di dunia kehumasan dan memperkenalkan dunia kehumasan secara luas.

Susunan pengurus BPC Perhumas Malang Raya ini terdiri dari berbagai unsur, yakni dari perguruan tinggi, perbankan, PHRI, Instansi pemerintah (pemerintah daerah kota dan kabupaten), konsultan PR, BUMN dan perusahaan yang ada di Malang Raya. Sedangkan Pengurus Perhumas Muda merupakan organisasi yang dilahirkan oleh Perhumas dimana pengurus dan anggota terdiri dari mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Malang, antara lain Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Merdeka, Universitas Tribuana, Universitas Machung, dan beberapa perguruan tinggi lainnya yang ada di Malang.

Salah satu unsur pengurus Perhumas Malang Raya yaitu perguruan tinggi yang menjabat sebagai kepala devisi humas, staf humas, maupun dosen public relations di perguruan tinggi di Malang. Visi dan misi Pendidikan Tinggi adalah untuk masyarakat, sehingga perguruan tinggi dalam malaksanakan Tridharmanya harus bersifat aktif berintegrasi dengan publiknya, dan dalam hal ini peran public relation menjadi penting (urgen) dan strategis. Dan salah satu peran PR di perguruan tinggi yaitu bertujuan untuk meningkatkan citra dari perguruan tinggi yang diwakilinya.

Berdasarkan penjabaran di atas maka peneliti mengangkat judul penelitian “PERSEPSI PUBLIC RELATIONS OFFICER TENTANG


(20)

6

URGENSI PUBLIC RELATIONS (Study pada Anggota PERHUMAS Malang Raya)”. Peneliti tertarik dengan judul tersebut karena ingin mendapatkan pemahaman mengenai kebijakan dan apresiasi pimpinan terhadap urgensi PR dengan melihat pada srtruktur organisasinya dimana posisi devisi humas berada.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah :

1. Apakah PRO memahami tentang struktur organisasi di perguruan tinggi dimana devisi humas berada?

2. Apakah PRO memahami peran dan fungsinya di perguruan tinggi? 3. Bagaimana PRO mengetahui pemikiran dan sikap positif dengan

menempatkan public relations sesuai fungsinya atau sebaliknya (negatif) pada pandangan pimpinannya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman tentang : 1. Urgensi PR di perguruan tinggi.

2. Pemahaman PRO tentang struktur organisasi di perguruan tinggi. 3. Pemahaman PRO tentang peran dan fungsinya di perguruan tinggi. 4. Mengetahui pemikiran dan sikap positif atau negatif terhadap


(21)

7 D. Manfaat Penelitian

D.1. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu komunikasi khususnya bagi praktisi PR mengenai urgensi PR, sehingga dapat memajukan dunia public relations sesuai dengan fungsi dan perananya. Serta dapat menjadi masukan berupa gambaran, data maupun referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai urgensi PR di perguruan tinggi.

D.2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran persepsi tentang urgensi PR di perguruan tinggi untuk direkomendasikan kepada pimpinan perguruan tinggi mengenai respon positif maupun negatif dari persepsi PROnya.

E. Kerangka Pemikiran E.1. Humas di Indonesia

E.1.1 Perkembangan Public Relations di Indonesia

Di Indonesia humas atau bisa disebut dengan public relations mulai dikenal pada dekade 1950-an, setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh kerajaan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949. Pada waktu itu tentunya masyarakat Indonesia perlu mengetahui fungsi setiap badan pemerintahan mulai dari lembaga, departmen, jawatan dan badan. Sehingga kegiatan yang dilembagakan menjadi biro,


(22)

8

bagian, seksi mulai mengenal dan memerlukan badan hubungan masyarakat, meskipun sebenarnya tidak seperti itu pengertian humas atau public relations yang dipraktekan di negara maju.

(http://hisyamhananto.wordpress.com)

Upaya perkembangan kehumasan di Indonesia pada dekade 1970-an tidak saja terbatas pada wilayah di dalam negeri, tetapi juga melintasi batas tanah air. Kehumasan di Indonesia menyatakan diri sebagai anggota Federations of the Asean Public Relations Organization (FAPRO). Pada tahun 1981 Indonesia menjadi tuan rumah Kongres FAPRO. Dalam kongres itu, mengenai perkembangan kehumasan di Indonesia berbicara para ahli, selain dari Bakohumas juga dari Perhumas. Sampai disitu kehumasan di Indonesia telah menunjukan kemajuan, meskipun belum seluruh instansi memfungsikan humas sebagaimana mestinya sesuai pengertian public relations. Bagamanapun, kehumasan di Indonesia dari tahun ke tahun dan dari decade ke decade telah menunjukan kemajuan yang berarti, dan akan terus maju sesuai dengan perkembangan masyarakat. (Effendy, 2006:12)

Konsultan public relation pertama PT. Inscore Zecha yang dipimpin M. Alwi Dahlan tercatat sebagai konsultan public relation pertama yang berdiri di Indonesia tahun 1972. Kebanyakan mereka mengelola kepentingan publisitas dalam bentuk iklan. Sejak tahun 1970, sekitar 20 tahun national Development Information Office


(23)

9

mendukung pengelolalaan public relation pemerintah RI untuk dunia internasional. Universitas Padjajaran menjadi universitas pertama yang membuka Fakultas Public Relations di tahun 1964 dengan ibu Oemi Abdulrachman yang menjadi dekannya. Setelah itu, banyak berkembang pendidikan public relation dalam bentuk program studi hingga pendidikan di tingkat diploma. Tanggal 15 Desember 1972 merupakan momen deklarasi asosiasi public relation Indonesia yaitu Perhumas yang dihadiri oleh beberapa PRO perusahaan minyak dan

konsultan serta akademisi Asosiasi PR.

(http://hisyamhananto.wordpress.com)

Pentingnya memahami sejarah perkembangan Public

Relations adalah untuk mengawali pemahaman terhadap

perkembangan PR di Indonesia. Yang mana nantinya dapat memahami hakekat yang sebenarnya mengenai fungsi dan peran public relations dalam perusahaan maupun organisasi di Indonesia.

E.1.2 Fenomena Public Relations di Indonesia

Humas kependekan dari hubungan masyarakat, yang seringkali disederhanakan sebagai sebuah terjemahan dari istilah Public Relations (PR). Sebagai ilmu pengetahuan, PR masih relatif baru bagi masyarakat Indonesia. PR sendiri merupakan gabungan berbagai imu dan termasuk dalam jajaran ilmu-ilmu sosial seperti


(24)

10

halnya ilmu politik, ekonomi, sejarah, psikologi, sosiologi, komunikasi dan lain-lain.

Public relations digunakan oleh pihak swasta di Indonesia pertama kali oleh PERTAMINA, sebuah perusahaan minyak. Public relations di Indonesia memang sudah banyak digunakan baik itu di pihak pemerintah maupun swasta di berbagai sektor. Konsep public relations dipahami dan digunakan oleh pihak – pihak tersebut dengan berbagai macam pemahaman dan berbagai macam bentuk implementasinya.

Jika dikaitkan dengan state of being, dan sesuai dengan method of communication, maka istilah humas dapat dipertanggung jawabkan. Tetapi, jika kegiatan yang dilakukan oleh Kepala devisi humas hanya mengadakan hubungan dengan khalayak di luar organisasi, mengundang wartawan untuk jumpa pers atau wisata pers, maka istilah hubungan masyarakat tersebut tidaklah tepat apabila dimaksudkan sebagai terjemahan dari public relations.

Orientasi PR Indonesia belum seutuhnya dapat dikatakan sebagai “ PR Sejati “ karena berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh bapak PR yaitu Ivy L.Lee, yakni mempunyai kedudukan dalam posisi pemimpin dan diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam meyiapkan informasi secara bebas serta terbuka. Maka tidak heran, di periode pertama PR di Indonesia secara struktural belum banyak yang ditempatkan dalam top management. Pada kenyataannya pemimpin


(25)

11

perusahaan sering meminta kepala humas untuk mendampingi ketika menghadapi publik eksternal. Selain itu kegiatan masih banyak bersifat penerangan satu arah ke publik eksternal semata-mata.

(http://hisyamhananto.wordpress.com)

Hasil penelitian skripsi oleh Lina Sinatra, Rini Darmastuti dengan judul Kajian Peran Public Relations Dalam Meningkatkan Citra Perguruan Tinggi Swasta di Jawa Tengah, menunjukkan bahwa tidak semua petugas humas public relations di universitas-universitas swasta, melakukan peran mereka sebagai petugas hubungan masyarakat yang nyata. Mereka juga tidak memiliki pemahaman yang sama tentang peran petugas hubungan masyarakat. Universitas yang tahu dengan baik tentang peran humas, akan melakukan pekerjaan mereka dengan baik dan berkonsentrasi dalam membangun citra untuk universitas mereka. Semua ini akan memberikan pengaruh dalam peningkatan asupan siswa mereka, tetapi untuk petugas humas yang tidak memahami peran public relations hanya akan menempatkan public relations pada posisi yang sama seperti pemasaran.

Fenomena tersebut tentu saja berpengaruh besar pada perkembangan humas di Indonesia. Munculnya para praktisi PR profesional juga dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan menganggap keberadaan dan fungsinya. Apabila pemahaman PR di Indonesia sudah sesuai dengan terjemahan dari public relations maka


(26)

12

perkembangannya akan semakin meningkat sehingga dapat melahirkan public relations professional.

E.2. Public Relations dalam Organisasi E.2.1 Definisi dan Peran Public Relations

Menurut Frank Jefkins (2002:10) menjelaskan public relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupunn keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.

Latimore, Baskin, Heiman, dan Elizabeth L.Toth dalam buku mereka “Public Relations Profesi dan Praktek” (2010:4) menggambarkan devinisi public relations sebagai sebuah fungsi kepemimpinan dan manajemen yang membantu pencapaian tujuan sebuah organisasi, membantu mendevinisikan filosofi, serta memfasilitasi perubahan sosial.

Para praktisi public relations berkomunikasi dengan semua masyarakat internal dan eksternal yang relevan untuk mengembangkan hubungan yang positif serta konsistensi antara tujuan organisasi dengan harapan masyarakat. Mereka juga mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi program organisasi yang mempromosikan pertukaran pengaruh serta pemahaman di antara konstituen organisasi masyarakat.


(27)

13

Dalam riset tentang aktifitas public relations ada dua peran besar yang secara konsisten muncul dalam kegiatan public relations yaitu:

1. Peran sebagai teknisi

Mewakili seni dari isi public relations yaitu menulis, mengedit, mengambil foto, melakukan kontak dengan media. Kegiatan ini menitikberatkan pada implementasi strategi komunikasi seluruh manajemen.

2. Peran sebagai manajer

Berfokus pada kegiatan yang membantu organisasi dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah terkait public relations.

E.2.2 Fungsi Public Relations

Grunig dan Hunt (1984) menggambarkan humas sebagai sebuah fungsi “boundary spanner” serta berada diantara menajemen pusat dan bagian-bagian lain dari organisasi. Artinya, sebagai sebuah fungsi yang mengentarai manajemen pusat dengan bagian-bagian lain di dalam organisasi, humas memiliki posisi yang cukup dekat dengan manajemen pusat. Keberadaan humas yang dekat dengan manajemen pusat tersebut menggambarkan betapa posisi humas dianggap cukup penting dalam sebuah organisasi.


(28)

14

Sementara menurut Cutlip and Center (Frida, 2004:23) mengatakan bahwa fungsi PR meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.

b. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik.

c. Melayani publik dan memberikan nasehat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum.

d. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dengan publik, baik internal maupun eksternal.

E.2.3 Tugas Praktisi Public Relations

Keberagaman yang luas dari tugas praktisi public relations terlihat dalam daftar public relations yang dipublikasikan dalam buklet PRSA Careers in Public Relations, sebagai berikut:

1. Pemograman (programming)

Pemograman berarti menganalisis masalah dan peluang, mendefinisikan tujuan dan publik, serta merekomendasikan dan merencanakan kegiatan. Kegiatanya termasuk pembuatan anggaran dan pemberian tanggung jawab kepada orang yang cocok, termasuk kpada personel yang tidak bekerja sebagai public relations.


(29)

15

2. Hubungan (relationship)

Seorang public relations yang profesional adalah mereka yang mengembangkan kemampuan dalam mengumpulakn informasi dari manajemen, kolega di dalam organisasi mereka, dan sumber-sumber eksternal. Mereka juga membina hubungan dengan pekerja internal dalam organisasi.

3. Penulisan dan pengeditan (writing and editing)

Public relations sering berhubungan dengan erbagai kelompok masyarakat dan bahasa tulis menjadi alat yang penting dalam membuat laporan, merilis berita, pidato, newsletter, baik kepada lingkungan internal maupun eksternal. Oleh karena itu, gaya penulisan yang jelas menjadi keharusan dalam public relations agar pesan dapat terkomunikasikan secara efektif.

4. Informasi (informations)

Sebuah tugas penting dari public relations adalah berbagai informasi dengan surat kabar yang sesuai, siaran radio, dan editor penerbitan untuk memasukan kepentingan mereka dalam publikasi sebuah berita dari organisasi. Sebagaimana seorang praktisi public relations mengatakan, “Anda harus menemukan editor yang tepat dengan cerita yang tepat dan pada waktu yang tepat.”

5. Produksi (production)

Seorang public relations tidak perlu ahli dalam hal seni, tata letak, fotografi, dan tipografi, tetapi dia harus memiliki latar belakang


(30)

16

yang cukup dalam hal pengetahuan teknis agar mereka dapat merencanakan dengan cerdas kegunaan berbagai bentuk media komunikasi tersebut.

6. Event spesial (special event)

Konferensi berita, pameran konvensi dan pertunjukan khusus, perayaan fasilitas baru dan perayaan tahunan, tur dan rapat khusus adalah beberapa event spesial yang dapat digunakan untuk memperoleh perhatian dan penerimaan publik. Kegiatan tersebut membutuhkan perencanaan dan koordinasi yang matang, perhatian terhadap detail, serta persiapan buklet khusus, publisitas, dan laporan.

7. Berbicara (speaking)

Semua pekerjaan public relations sering membutuhkan komunikasi tatap muka, mencari platform yang cocok, menyampaikan pidato, dan mempersiapkan pidato untuk orang lain. Mereka yang memiliki kemamuan public speaking akan merasakan manfaatnya dalam situasi seperti itu.

8. Riset dan evaluasi (research and evaluations)

Semua pekerjaan public relations didukung dan didasari oleh riset-riset tentang isu, organisasi, masyarakat, kompetisi, kesempatan, ancaman, dan lain-lain. Mereka melakukan riset melalui wawancara, percakapan informal, serta mlakukan survey dalam merancang dan melakukan riset tentang opini publik.


(31)

17 Syarat-Syarat Menjadi Praktisi Public RelationsProfesional

Permintaan akan jasa konsultan public relations dan tenaga public relations officer yang handal sangatlah tinggi baik perusahaan, pemerintahan, maupun instansi. Namun karena bidang public relations sangat luas sehingga tidak mungkin praktisi public relations dapat malakukan semua tugas-tugasnya dengan sempurna. Kemampuan dan kemauan untuk mempelajari hal-hal baru mutlak diperlukan.

Berikut adalah enam kriteria yang merangkum keahlian seorang praktisi public relations yang baik, terlepas dari latar belakang pribadinya:

a. Mampu mengahadapi semua orang yang memiliki aneka ragam karakter dengan baik.

b. Mampu berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tertulis, atau bahkan secara visual.

c. Pandai mengorganisasikan segala sesuatu. Hal ini tentunya menuntut suatu kemampuan perencanaan prima.

d. Memiliki integritas personel, baik profesi maupun di dalam kehidupan pribadinya.

e. Memiliki imajinasi, daya kreatifnya cukup baik serta mampu mencari dan menemukan cara-cara yang semula tak terbayangkan guna memecahkan masalah.


(32)

18

f. Kemampuan mencari tahu. Seorang praktisi public relations dituntut untuk memiliki akses informasi yang seluas-luasnya.

g. Mampu melakukan penelitian dan mengevaluasi hasil-hasil dari suatu kampanye public relations serta belajar dari hasil-hasil tersebut. (Jefkins, 2002:24)

E.3. Public Relations Officer Perguruan Tinggi

Public relations officer yang sering disebut kepala humas atau manajer public relations, merupakan seorang yang menjabat sebagai kepala departemen atau devisi disuatu perusahan, organisasi, maupun pemerintahan. Kepala departemen public relations, meskipun fungsinya kurang lebih sama, memiliki istilah jabatan yang bervariasi. Seorang eksekutif yang mengatur fungsi public relations (PR) dalam suatu organisasi atau perusahaan dengan nama Public Relations Officer atau Public Relations Manajer (manajer PR). Apabila kedudukannya sama dengan dewan direksi maka jabatanya meningkat menjadi direktur PR.

PRO Perguruan tinggi

PRO perguruan tinggi atau bisa disebut kepala humas merupakan seseorang yang menjabat sebagai kepala devisi atau department public relations di sebuah organisasi atau perguruan


(33)

19

tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta. Di setiap perguruan tinggi memiliki devisi humas, hanya saja penemempatan posisi devisi humas yang berbeda. Namun devisi humas selalu memiliki staf humas yang membantu dalam kinerja humas untuk mencapai tujuan umum perguruan tinggi.

Menurut Zulkarnain Nasution (2006:101)menjelaskan fungsi kepala humas di perguruan tinggi yaitu sebagai pengelola bagian humas sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Sedangkan tugas kepala humas adalah sebagai berikut :

1. Bertanggungjawab terhadap tercapainya tujuan humas. 2. Mengadakan konsultasi dengan pimpinan secara teratur. 3. Menyusun dan mengelola program dan pelaksanaan

kegiatan humas.

4. Memberikan masukan tentang opini yang berkembang tentang lembaga pada Rektor dan pimpinan perguruan tinggi lainnya.

5. Menilai setiap sikap dan gerak masyarakat terhadap kebijakan dan kegiatan universitas.

6. Merencanakan konferensi pers, jika dianggap perlu. 7. Menjalin hubungan kerja sama yang harmonis dengan

media massa, humas dari perguruan tinggi, instansi, lembaga lain.


(34)

20

8. Membina hubungan antara sesama warga perguruan tinggi dan masyarakat.

9. Merencanakan dan memonitoring pelaksanaan kerja humas sebagai penggerak dan pendorong kegiatan humas.

10. Melaksanakan evaluasi tentang apa yang telah dikerjakan humas.

E.3.1 Departemen dan Staf Public Relation a. Departemen Public Relations

Menurut Frank Jefkins dalam bukunya “Public Relations” menjelaskan besar kecilnya department PR internal dari suatu orgsanisasi atau perusahaan tergantung pada tiga hal utama, yakni:

1. Ukuran organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. 2. Kebutuhan perusahaan akan PR yang efektif dan nilai atau

arti penting dari fungsi PR bagi pihak manajemen.

3. Kerakteristik khas PR bagi masing-masing organisasi atau perusahaan.

Setiap organisasi pasti memiliki kebutuhan-kebutuhannya sendiri yang tidak bias diseragamkan dengan kebutuhan dari organisasi lainya. Sebuah prusahaan pembuat prodak konsumen yang bersifat massal, lebih banyak mengerakan dana untuk keperluan periklanan dan tidak terlalu mementingkan PR. Sedangkan perusahaan industri atau yang bersifat teknis lebih mementingkan


(35)

21

kagiatan-kegiatan PR demi mendidik pasar daripada urusan periklanan semata.

Dari uraian di atas sudah jelas bahwa kedua perusahaan tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda. Hal yang paling penting untuk diingat disini adalah manajemen harus memperhatikan dan memanfaatkan fungsi-fungsi PR dalam rangka berkomunikasi dengan khalayaknya. Hal ini harus disadari sepenuhnya oleh para pimpinan dari setiap organisasi atau perusahaan yang menginginkan keberhasilan.

b.Staf Public Relations

Komposisi public relations dari masing-masing organisasi tentu saja berbeda, tergantung pada kebutuhannya. Di suatu organisasi mungkin saja departemen PRnya hanya terdiri dari serang manajer dan seorang sekretaris. namun pada beberapa organisasi tertentu misalnya pada yayasan atau lembaga-lembaga nirlaba, fungsi PR langsung dirangkap oleh sang direktur atau sekretaris dewan pimpinan. Berikut struktur kepegawaian departemen PR suatu perusahaan manufaktur raksasa.


(36)

22 Editor

Jurnal Internal

Pengelola Kunjungan Ke Perusahaan

Fotografer Petugas

Publikasi dan Media Cetak

Pejabat Pers

Sekretaris Sekretaris

Gambar.1.1

Struktur Kepegawaian Perusahaan Manufaktur Raksasa

Manajer PR

Sekretaris

Asisten Manajer PR

Sekretaris

Sumber : Frank Jefkin, 2002: 29

E.2.2 Tanggung Jawab PRO

Dari sekian banyak tanggung jawab atau tugas dari seorang manajer PR atau PRO, sebagian dari tugas-tugas utama itu adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan sasaran atau merumuskan tujuan-tujuan dari kegiatan PR.

2. Memperhitungkan jam kerja dan sumber daya lainnya yang akan menjadi biaya atau sumber pengeluaran.


(37)

23

3. Menetapkan skala pioritas guna menendalikan pilihan public, media untuk menyampaikan pesan kepada mereka, waktu operasi, serta optimalisasi penggunaak tenaga kerja dan berbagai sumber daya lainya, seperti peralatan.

4. Menentukan kelayakan pelaksanaan dari setiap upaya yang hendak dilakukan dalam rangka menejar tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan dana, kemampuan para staf dan ketersediaan berbagai macam peralatan. (Frank Jefkins, 2002:31)

E.3.3 Kerjasama Pimpinan dengan PRO

Bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dan akan menghasilkan hal yang positif bagi organisasi jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Manajer PR (PRO) haruslah seorang praktisi professional yang benar-benar kompeten agar sosoknya benar-benar-benar-benar diakui dan dimanfaatkan oleh kalangan manajemen sebagai seorang ahli yang dapat diandalkan serta dipercaya dibidangnya.

2. Seorang manajer PR yang baik harus mampu menciptakan jalur-jalur komunikasi internal (mengenal setiap orang dalam organisasi, dan setiap orang juga mengenalnya) serta mampu memperoleh kepercayaan dari semua orang sehingga ia bisa mendapat informasi setiap saat dari siapa saja dalam perusahaan, dan setiap orang juga mempercayai informasi yang ia sampaikan.


(38)

24

3. Seorang manajer PR yang baik juga dituntut untuk mampu menciptakan jalur-jalur komunikasi eksternal, sehingga ia dikenal oleh public sekaligus dipercaya sebagai sumber informasi yang dapat digunakan sebagai umpan balik dari organisasi atau perusahaan. 4. Manajer PR harus mampu mendukung pihak manajemen agar mereka

senantiasa siap menghadapi wawancara, member pidato atau sambutan resmi, serta tampil dimuka public.

5. Pihak manajemen juga harus terampil dan mau berkomunikasi. Manajer PR akan membantu menyediakan berbagai macam informasi dan masukan yang sekiranya diperlukan. Manajer PR juga mengatur segala masukan yang sekirannya diperlukan. Manajer PR juga mengatur segala sesuatu sebelum pimpinan organisasi atau perusahaan tampil dalam suatu resepsi umum, tatap muka dengan kalangan pers, atau dalam acara televise.

6. Pihak manajemen juga harus bersedia mempercayakan dan menyerahkan informasi-informasi penting mengenai organisasi secara langsung dan dini secara langsung kepada manajer PR. Hal ini berarti pihak manajemen harus bersedia menerima dan berhubungan secara erat dengan manajer PR setiap saat. (Jefkins,2002 : 32-33)

Setelah memahami bentuk kerjasama yang akan menguntungkan organisasi tersebut maka dibutuhkan persepsi untuk menumbuhkan pemahaman sikap dan tindakan antara pimpinan dengan public relations officer. Persepsi menurut Brian Fellows diartikan sebagai proses yang


(39)

25

memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi. Sedangkan menurut peneliti, persepsi merupakan penafsiran atau respon dalam memaknai sebuah pesan yang diterima.

Terjadinya persepsi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu perhatian (attention), factor fungsional, factor struktural. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli menjadi lemah. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Factor structural yang berasal dari stimuli fisik dan efek-efek syarat yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Selain membutuhkan faktor untuk menimbulkan persepsi, juga memiliki proses sehingga menimbulkan persepsi.

E.3.4 Proses Terjadinya Persepsi

Banyak hal yang berpengaruh pada proses terjadinya persepsi. Berikut adalah penjabaran dari proses terbentuknya persepsi.

Gambar 1.2. Skema Proses Tejadinya Persepsi

Sumber : New Comb, 1981:209

Individu Stimulus Pengetahuan

Pengamatan Langsung

Pengamatan Tak Langsung

Ditanggapi dengan dasar kondisi dan

nilai Keputusan positif/

netral/negatif Bersikap dan

bertindak positif atau negatif


(40)

26

Berdasarkan skema di atas, New Comb menggambarkan proses terjadinya persepsi, yaitu proses perceptual dengan sendirinya terjadi pada permulaan interaksi, tetapi proses-proses tersebut tidak berhenti sampai disitu saja. Dalam proses ini, individu selain mengamati juga memperhatikan stimulus yang ada. Untuk memperhatikan stimulus, individu sadar dan berkonsentrasi pada salah satu alat indra saja. Perhatian merupakan faktor psikologis yang mengawali proses terbentuknya persepsi. Karena tanpa perhatian, persepsi tidak akan terjadi.

Pada penelitian ini nantinya individu yaitu PRO perguruan tinggi yang menerima stimulus yaitu penempatan devisi humas dan melalui pengamatan langsung maupun tak langsung yaitu aktivitas PRO dalam menjalankan program kerjanya. Dari pengamatan tersebut PRO mempunyai pengetahuan posisi devisi humas pada struktur organisasi yang kemudian ditanggapi dengan dasar kondisi dan nilai sehingga mempunyai keputusan apakah tanggapan tersebut positif, netral atau negatif yang akhirnya mendorong PRO untuk bersikap dan bertindak positif atau negatif dan menghasilkan sebuah persepsi PRO apakah pandangan pimpinan psitif atau negatif mengenai urgensi PR di perguruan tinggi.


(41)

27 E.4. Pimpinan Perguruan Tinggi

Menurut Abdullah Masmuh dalam bukunya “Komunikasi Organisasi“ (2008:245) menjelaskan pengertian pemimpin adalah orang yang berfungsi memimpin atau orang yang membimbing atau menuntun. Pemimpin adalah pribadi yang memiliki ketrampilan teknis, khususnya dalam satu bidang, hingga ia mampu melakukan aktivitas, demi tercapainya suatu tujuan organisasi. (Kartini Kartono, 2003:74).

Definisi pimpinan menurut peneliti adalah seorang yang memiliki kelebihan khusus di satu bidang sehingga mampu membimbing orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Pimpinan perguruan tinggi adalah seseorang yang memimpin orang lain yang melakukan aktivitas-aktivitas bersama untuk mencapai tujuan bersama dalam sebuah instansi perguruan tinggi. Pimpinan dalam perguruan tinggi biasa disebut dengan rektor baik perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin diraih bergantung pada kepemimpinannya, apakah kepemimpinan tersebut mampu menggerakkan semua sumber daya manusia, sarana, dana, dan waktu secara efektif. Karena itu, kepemimpinan merupakan inti dari organisasi, manajemen, dan administrasi. Dan pola kepemimpinan disetiap organisasi amaupun instansi selalu berbeda-beda. Pola kepemimpinan bisnis selalu berbeda dengan pola kepemimpinan pemerintahan dan juga lembaga pendidikan.


(42)

28 E.4.1 Peran dan Fungsi Kepemimpinan

Menurut Henry Mintzberg, peran pemimpin adalah :

1. Peran huhungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.

2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.

3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator. (http://kepemimpinan-fisipuh.blogspot.com/2009/03)

Jika dikaitkan dengan keberadaan devisi humas dalam sebuah organisasi, maka pemimpin memiliki pengaruh yang kuat dalam member keputusan dimana devisi humas berada. Fungsi public relations menjadi tanggung jawab pimpinan tinggi organisasi sekaligus juga tanggung jawab para staf public relations. Pimpinan eksekutif karyawan dari perusahaan besar sangat menyadari bahwa public relations berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, para pemimpin yang sukses di semua organisasi adalah mereka yang memasukkan kearifan dan perspektif public relations ke dalam pekerjaan mereka. (Lattimore, 2010:15)


(43)

29 E.4.2 Tipe Kepemimpinan

Ada beberapa tipe kepemimpinan yang mendasari karakter pemimpin. Tipe tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tipe kharismatis, tipe ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya. b. Tipe paternalistis dan maternalistis, tipe yang kebapakan, ia

menanggap anak buahnya sebagai manusia yang tidak dewasa sehingga bersikap selalu melindungi, tidak member kesempatan kepada bawahanya untuk mengambil keputusan, bersikap maha-tau dan maha-besar. Tipe yang maternalistis juga mirip dengan tipe paternalistis, hanya dengan perbedaan adanya sikap over-protective yang lebih menonjol, disertai kasih saying yang berlebihan.

c. Tipe militeristis, tipe yang sifatnya kemiliteran. Hanya gaya keluaran saja yang mencontoh gaya militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. d. Tipe otokratis / otoritatif, tipe yang mendasarkan diri kepada

kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai tokoh tunggal, dia berambisi sekali untuk merajai situasi.

e. Tipe laisser faire, tipe kepemimpinan ini sang pemimpin praktis tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang


(44)

30

berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi dalam kegiatan kelompoknya.

f. Tipe populistis, kepemimpinan yang mampu membangun solidaritas rakyat, kepemimpinan ini mengutamakan penghidupan nasionalisme.

g. Tipe administrative, kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif, sehingga dapat dibangun system administrasi dan birokrasi yang efisien untuk memerintah.

h. Tipe demokratis, tipe yang berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan kepada semua bawahan. (Kartini Kartono, 2003:69)

E.5. Teori S-O-R (Stimulus – Organism – Respons)

Sebagai singkatan stimulus – organism – response ini semula berasal dari psikologi, kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dan psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama. Yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.


(45)

31

Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah ; a. Pesan (stimulus S)

b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek :“how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Teori ini sebagai proses pertukaran informasi atau gagasan bersifat timbal balik dan memiliki banyak efek. Komunikasi dianggap sebagai statis, yang menganggap manusia selalu berprilaku karena kekuatan atau kemauan bebasnya.

Gambar 1.3 : Teori S-O-R

Gambar diatas menunjukan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung. Proses berikutnya komunikan mengerti, kemampuan komunikasi inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya. Maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. (Onong, 2000:254 )


(46)

32 E.6 Kerangka Pikir Penelitian

Berikut adalah kerangka pemikiran peneliti dengan mengklasifikasikan hubungan antara kepala humas atau public relations officer (PRO) dengan institusi yaitu perguruan tinggi yang berkaitan dengan urgensi public relations di perguruan tinggi. Hal yang melatarbelakangi PRO dalam life story-nya tentu saja berpengaruh pada bagaimana PRO berargumen dan mempersepsikan mengenai urgensi public relations.

Persepsi PRO akan berbeda – beda jika PRO berada dalam lingkungan institusi dengan peraturan baik formal maupun informalnya yang setiap perguruan tinggi maupun lembaga pendidikan itu berbeda. Begitu pula dengan kebijakan pimpinan, peraturan dari perguruan tinggi, dan peraturan DIKNAS yang mengikat dan sangat berpengaruh pada pembentukan persepsi PRO.

ANALISIS PRO INSTITUSI

Gambar 1.4. Kerangka Pikir Penelitian 1.Pendidikan

2.Organisasi 3.Aktivitas

4.Karya yang Dihasilkan 5.Urgensi public relations

1.Perguruan tinggi 2.Peraturan perguruan

tinggi (informal dan formal organisasi) 3.Kebijakan Pimpinan 4.Peraturan DIKNAS


(47)

33 F. Metode Penelitian

F.1 Pendekatan Penelitian dan Tipe Penelitian

Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yakni metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai awalnya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. (Sugiyono, 2008:9)

Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif. Menurut Ruslan (2010:12), penelitian deskriptif untuk menggambarkan tentang karakteristik (ciri-ciri) individu, situasi atau kelompok tertentu. Dan pada penelitian ini peneliti menggunakan tipe deskriptif guna membuat penjelasan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang dikumpulkan oleh peneliti dari subyek penelitian yaitu anggota PERHUMAS Malang Raya yang menjabat sebagai public relations officer di perguruan tinggi.

F.2 Unit Analisis dan Informan Penelitian F.2.1 Unit Analisis

Unit analisis data adalah satuan terkecil yang diteliti bisa berupa individu, kelompok, benda, atau suatu latar peristiwa sosial seperti aktivitas individu atau kelompok sebagai subyek penelitian (Hamidi, 2008:59). Untuk unit analisis dalam penelitin ini adalah individu karena peneliti akan


(48)

34

mewawancarai kepala humas atau public relations officer di perguruan tinggi dan yang akan dicari adalah persepsi individu.

F.2.2 Informan Penelitian

Informan penelitian ini adalah anggota PERHUMAS Malang Raya yang menjabat sebagai kepala humas atau public relations officer (PRO) di perguruan tinggi. Peneliti menganggap bahwa anggota PERHUMAS Malang Raya memiliki peran dan pengaruh bagi dunia public relations di Malang dan perguruan tinggi di Malang khususnya.

Peneliti menggunakan teknik purposive untuk mendapatkan informan penelitian. Teknik purposive yaitu memilih sumber data yang diwawancarai dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Menurut Kriyantono (2009:156), teknik purposive sampling adalah teknik yang mencangkup orang-orang yang diseleksi atas dasar criteria-kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan criteria tersebut tidak dijadikan sample. Peneliti membatasi jumlah informan penelitian yaitu 10 perguruan tinggi di Malang dan yang nantinya akan disesuaikan kembali berdasarkan criteria penelitian. Peneliti memberikan criteria subyek penelitian sebagai berikut :

1. Menjadi anggota PERHUMAS Malang Raya minimal 3 tahun. 2. Sudah menjabat sebagai kepala humas atau PRO di perguruan


(49)

35 F.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Tempat penelitian menyesuaikan dengan tempat wawancara peneliti dengan nara sumber, yaitu di kantor humas perguruan tinggi dimana public relations officernya bekerja. Yaitu di kantor humas Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Malang, Universitas Kanjuruhan, STIE Malang Kucecwara, Instintut Teknologi Nasional, Universitas Merdeka Malang.

Penelitian ini juga dilakukan di kantor PERHUMAS Malang Raya yang bertempat di Jl. Semarang Gedung A.2 Lat. 2 Malang.

Waktu : Mei 2011– Agustus 2011

F.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Dengan pengumpulan data tersebut diharapkan dapat menunjang dan memberikan data yang maksimal bagi peneliti.

a. Wawancara Mendalam (In Depth Interview)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara mendalam dan tidak terstruktur. Responden yang diambil oleh peneliti adalah anggota PERHUMAS Malang Raya yang menjabat sebagai public relations officer (PRO) perguruan tinggi di Malang.


(50)

36

Wawancara mendalam adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan dinyatakan. (Sugiono, 2005:74)

Wawancara mendalam bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat penunjang wawancara mendalam yaitu tape recorder, alat tulis dan kertas.

b. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini berfungsi untuk memberikan bukti otentik atau penguatan dalam penelitian ini. Dokumen merupakan cacatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. (Sugiyono, 2008:240)

Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data berupa tulisan, gambar maupun gambar kegiatan dari anggota PERHUMAS Malang Raya yang menjabat sebagai public relations officer (PRO) perguruan tinggi di Malang. Dalam hal ini, data yang didapatkan


(51)

37

adalah penggambaran mengenai Perhumas Malang Raya, Humas di perguruan tinggi, serta humas di Kota Malang.

F.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainya, sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. (Sugiyono, 2008:244)

Data pada penelitian kualitatif lebih berwujud kata-kata, beberapa kata, kalimat, beberapa kalimat dan alinea daripada berupa angka. Data-data tersebut dikumpulkan dan dianalisis dengan teknik pengumpulan Data-data seperti wawancara, observasi, dokumentasi dan triangulasi. Peneliti akan menganalisis data sebelum, selama dan sesudah dilapangan.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis data menurut Model Miles and Huberman. Analisis data kualitatif ini dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Tahapan dalam analisis ini meliputi :

a. Data Reductions (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Peneliti akan mereduksi data yang berarti merangkum data yang diperoleh di lapangan. Dengan demikian data yang direduksi akan semakin jelas.


(52)

38

b. Data Disply (Penyajian Data)

Peneliti akan menyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya. c. Verification (Menarik Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti pada saat pengumpulan data. Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. (Sugiyono, 2008:246-252)

Peneliti menggunakan strategi analisis data yaitu ideal type of analysis dimana membandingkan data kualitatif dengan model kehidupan sosial yang ideal. Jadi pada penelitian ini peneliti akan membandingkan data yang didapat dari public relations officer mengenai urgensi humas berdasarkan posisinya di perguruan tinggidengan posisi humas yang ideal berdasarkan buku dan pendapat pakar humas atau public relations.

F.6 Teknik Keabsahan Data

Penelitian menggunakan teknik triangulasi data, dimana triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. (Moleong, 2005:330)


(53)

39

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang valid peneliti menggunakan triangulasi sumber dan metode. Dari hasil wawancara peneliti dengan nara sumber, peneliti akan membandingkan hasil penelitian yang didapat dengan persepsi yang diterima oleh public relations officer. Apabila terjadi persamaan aatara hasil penelitian dengan persepsi beberapa public relations officer maka peneliti mengambil kesimpulan yang sama. Namun jika terjadi perbedaan antara keduanya maka peneliti akan melihat atau menarik benang merah yang mampu menghubungkan keduanya.


(1)

34 mewawancarai kepala humas atau public relations officer di perguruan tinggi dan yang akan dicari adalah persepsi individu.

F.2.2 Informan Penelitian

Informan penelitian ini adalah anggota PERHUMAS Malang Raya yang menjabat sebagai kepala humas atau public relations officer (PRO) di perguruan tinggi. Peneliti menganggap bahwa anggota PERHUMAS Malang Raya memiliki peran dan pengaruh bagi dunia public relations di Malang dan perguruan tinggi di Malang khususnya.

Peneliti menggunakan teknik purposive untuk mendapatkan informan penelitian. Teknik purposive yaitu memilih sumber data yang diwawancarai dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Menurut Kriyantono (2009:156), teknik purposive sampling adalah teknik yang mencangkup orang-orang yang diseleksi atas dasar criteria-kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan criteria tersebut tidak dijadikan sample. Peneliti membatasi jumlah informan penelitian yaitu 10 perguruan tinggi di Malang dan yang nantinya akan disesuaikan kembali berdasarkan criteria penelitian. Peneliti memberikan criteria subyek penelitian sebagai berikut :

1. Menjadi anggota PERHUMAS Malang Raya minimal 3 tahun. 2. Sudah menjabat sebagai kepala humas atau PRO di perguruan


(2)

35

F.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Tempat penelitian menyesuaikan dengan tempat wawancara peneliti dengan nara sumber, yaitu di kantor humas perguruan tinggi dimana public relations officernya bekerja. Yaitu di kantor humas Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Malang, Universitas Kanjuruhan, STIE Malang Kucecwara, Instintut Teknologi Nasional, Universitas Merdeka Malang.

Penelitian ini juga dilakukan di kantor PERHUMAS Malang Raya yang bertempat di Jl. Semarang Gedung A.2 Lat. 2 Malang.

Waktu : Mei 2011– Agustus 2011

F.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Dengan pengumpulan data tersebut diharapkan dapat menunjang dan memberikan data yang maksimal bagi peneliti.

a. Wawancara Mendalam (In Depth Interview)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara mendalam dan tidak terstruktur. Responden yang diambil oleh peneliti adalah anggota PERHUMAS Malang Raya yang menjabat sebagai public relations officer (PRO) perguruan tinggi di Malang.


(3)

36 Wawancara mendalam adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan dinyatakan. (Sugiono, 2005:74)

Wawancara mendalam bersifat luwes, susunan pertanyaan dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat penunjang wawancara mendalam yaitu tape recorder, alat tulis dan kertas.

b. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini berfungsi untuk memberikan bukti otentik atau penguatan dalam penelitian ini. Dokumen merupakan cacatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. (Sugiyono, 2008:240)

Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data berupa tulisan, gambar maupun gambar kegiatan dari anggota PERHUMAS Malang Raya yang menjabat sebagai public relations officer (PRO) perguruan tinggi di Malang. Dalam hal ini, data yang didapatkan


(4)

37 adalah penggambaran mengenai Perhumas Malang Raya, Humas di perguruan tinggi, serta humas di Kota Malang.

F.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainya, sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. (Sugiyono, 2008:244)

Data pada penelitian kualitatif lebih berwujud kata-kata, beberapa kata, kalimat, beberapa kalimat dan alinea daripada berupa angka. Data-data tersebut dikumpulkan dan dianalisis dengan teknik pengumpulan Data-data seperti wawancara, observasi, dokumentasi dan triangulasi. Peneliti akan menganalisis data sebelum, selama dan sesudah dilapangan.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis data menurut Model Miles and Huberman. Analisis data kualitatif ini dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Tahapan dalam analisis ini meliputi :

a. Data Reductions (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Peneliti akan mereduksi data yang berarti merangkum data yang diperoleh di lapangan. Dengan demikian data yang direduksi akan semakin jelas.


(5)

38 b. Data Disply (Penyajian Data)

Peneliti akan menyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya. c. Verification (Menarik Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan yang didukung oleh bukti-bukti pada saat pengumpulan data. Kesimpulan awal masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. (Sugiyono, 2008:246-252)

Peneliti menggunakan strategi analisis data yaitu ideal type of analysis dimana membandingkan data kualitatif dengan model kehidupan sosial yang ideal. Jadi pada penelitian ini peneliti akan membandingkan data yang didapat dari public relations officer mengenai urgensi humas berdasarkan posisinya di perguruan tinggi dengan posisi humas yang ideal berdasarkan buku dan pendapat pakar humas atau public relations.

F.6 Teknik Keabsahan Data

Penelitian menggunakan teknik triangulasi data, dimana triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. (Moleong, 2005:330)


(6)

39 Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang valid peneliti menggunakan triangulasi sumber dan metode. Dari hasil wawancara peneliti dengan nara sumber, peneliti akan membandingkan hasil penelitian yang didapat dengan persepsi yang diterima oleh public relations officer. Apabila terjadi persamaan aatara hasil penelitian dengan persepsi beberapa public relations officer maka peneliti mengambil kesimpulan yang sama. Namun jika terjadi perbedaan antara keduanya maka peneliti akan melihat atau menarik benang merah yang mampu menghubungkan keduanya.