Studi Morfometrik Domba Lokal Jantan Di Unit Pendidikan Dan Penelitian Peternakan Jonggol Sebagai Kriteria Seleksi

STUDI MORFOMETRIK DOMBA LOKAL JANTAN DI UNIT
PENDIDIKAN DAN PENELITIAN PETERNAKAN JONGGOL
SEBAGAI KRITERIA SELEKSI

SKRIPSI
MAWAS ISWAHYUDI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN
MAWAS ISWAHYUDI. D14063216. 2011. Studi Morfometrik Domba Lokal
Jantan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol Sebagai Kriteria
Seleksi. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Moh. Yamin, M. Agr. Sc.
Pembimbing Anggota : Ir. Maman Duldjaman, MS.
Domba lokal sangat potensial untuk dikembangkan di Unit Pendidikan dan
Penelitian Peternakan Jonggol karena telah beradaptasi dengan baik terhadap

lingkungannya seperti cuaca yang panas dan kering, parasit, dan jumlah pakan yang
terbatas. Namun, rataan pertumbuhan domba tersebut masih bervariasi sehingga
seleksi cepat digunakan dalam penelitian ini untuk memilih domba dengan tingkat
kecepatan pertumbuhan yang berbeda.
Pertambahan bobot badan digunakan sebagai standar untuk membedakan
domba tumbuh cepat dan lambat. Domba dengan pertambahan bobot badan harian
diatas 100gr/e/h dikategorikan sebagai domba tumbuh cepat dan dibawah 80gr/e/h
dikategorikan sebagai domba tumbuh lambat. Pengukuran morfometrik dilakukan
untuk mengetahui perbedaan antara domba tumbuh cepat dan lambat dan juga untuk
mengetahui korelasi antara ukuran-ukuran tubuh tersebut.
Parameter morfometrik yang diukur adalah lingkar dada, panjang badan,
tinggi badan, dalam dada, panjang ekor, panjang leher, lingkar leher atas dan bawah,
panjang kepala, lingkar moncong, lingkar atas kaki depan kanan dan kiri, lingkar
tengah kaki depan kanan dan kiri, lingkar bawah kaki depan kanan dan kiri, lingkar
atas kaki belakang kanan dan kiri, lingkar tengah kaki belakang kanan dan kiri,
lingkar bawah kaki belakang kanan dan kiri. Parameter tersebut dibandingkan pada
kedua kriteria domba bertumbuh cepat dan lambat dan dikorelasikan antara
parameter untuk analisis keterkaitannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi pundak, panjang badan, lingkar
dada, lingkar leher atas dan bawah, panjang kepala, dan lingkar moncong berbeda

nyata (P < 0,05) pada domba tumbuh cepat dibandingkan yang lambat sehingga
parameter tersebut bisa digunakan sebagai kriteria seleksi untuk menentukan domba
tumbuh cepat. Hal yang sama juga terjadi pada lingkar tengah kaki depan kanan,
lingkar atas kaki belakang kiri, dan lingkar bawah kaki depan kanan dan kiri berbeda
nyata (P < 0,05) pada domba tumbuh cepat. Sebaliknya, dalam dada, panjang leher,
panjang ekor, lingkar atas kaki depan kanan dan kiri, lingkar tengah kaki depan kiri,
lingkar atas kaki belakang kanan, lingkar tengah kaki belakang kanan dan kiri, serta
lingkar bawah kaki belakang kanan dan kiri menunjukkan hasil yang tidak berbeda
nyata antara domba tumbuh cepat dengan yang lambat sehingga kemungkinan
parameter ini tidak bisa dijadikan sebagai kriteria seleksi domba tumbuh cepat.
Secara umum hampir seluruh ukuran morfometrik tubuh domba mempunyai korelasi
positif terhadap bobot badan dan pertambahan bobot badan domba.
Kata-kata kunci : domba, seleksi, pertumbuhan, morfometrik

ABSTRACT
Morphometric Study of Local Sheep at Jonggol Animal Science
Teaching and Research Unit as Selection Criteria
Iswahyudi, M, M. Yamin and M. Duldjaman
Jonggol local sheep is very potential to be developed at Jonggol Animal
Science Teaching and Research Unit (JASTRU). The sheep have been well adapted

to marginal environments including hot and dry weather, ectoparasites, and limited
feed supply. However their growth rate performances still vary among the sheep. It is
therefore selection needs to be conducted to get fast growing sheep. Daily gain was
used as a standard of differing fast growing sheep and slow growing sheep. Sheep
with daily gain above 100gr/head/day was categorized as fast growing sheep and
daily gain under 80gr/head/day as the slowing group.
The results show that shoulder height, body length, chest circumference,
upper neck circumference, lower neck circumference, head length, and mouth
circumference were significantly higher at fast growing sheep than slow growing
group. Similar results were found that circumference of right foreleg and left upper
hind leg, and circumference of hind pastern either at left or right sides were
significantly higher at fast growing sheep than slow growing group. This may
indicate that the parameters can be used as selection criteria for fast growing sheep.
and the parameters can be used as selection criteria to obtain fast growing sheep. On
the contrary, chest depth, neck length, tail length, circumference of left foreleg and
right upper hind leg, and circumference of neck to thoracic limb and hind pastern
either at left or right sides were similar between the two groups of sheep, indicating
the three parameters might not be used as the selection criteria. Almost all
parameters had positive correlation between one and the other parameters especially
daily gain.

Key words: Sheep, selection, growth, morphometrics

STUDI MORFOMETRIK DOMBA LOKAL JANTAN DI UNIT
PENDIDIKAN DAN PENELITIAN PETERNAKAN JONGGOL
SEBAGAI KRITERIA SELEKSI

MAWAS ISWAHYUDI
D14063216

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanain Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul : Studi Morfometrik Domba Lokal Jantan di Unit Pendidikan dan

Penelitian Peternakan Jonggol sebagai Kriteria Seleksi
Nama : Mawas Iswahyudi
NIM : D14063216

Menyetujui,
Pembimbing Utama,

Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Moh. Yamin, M. Agr. Sc)
NIP: 19630928 198803 1 002

(Ir. Maman Duldjaman, M.S)
NIP: 19460105 197403 1 001

Mengetahui:
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc)

NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian: 4 Maret 2011

Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang 21 September 1987 dari pasangan Bapak Yayat
Hidayat dengan Ibu Empung Sapuroh. Penulis merupakan anak kelima dari enam
bersaudara.
Riwayat pendidikan Penulis dimulai pada saat terdaftar di TK YPWKS II
Cilegon pada tahun 1993 sampai dengan tahun 1994. Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan dasar di SD YPWKS I Cilegon dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya
Penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 3 Cilegon pada tahun 2003 dan
dilanjutkan di SMA Negeri 1 Serang dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian
terdaftar sebagai mahasiswa baru di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 dan kemudian diterima di Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor pada tahun berikutnya.
Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif pada organisasi dan kepanitiaan

dalam lingkungan Fakultas Peternakan yaitu Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi
dan Teknologi Peternakan (Himaproter) selama dua periode dan diamanahkan
sebagai Ketua Umum Himaproter pada periode 2008-2009. Selain itu penulis juga
terdaftar sebagai asisten praktikum mata kuliah Ruminansia Kecil pada tahun 2010.

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillahhirabbil’alamin.
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, karunia, rizki dan nikmat-Nya sehingga Penulis mampu umtuk
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Morfometrik Domba Lokal Jantan di
Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol Sebagai Kriteria Seleksi”.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian ukuran tubuh (morfometrik) domba
lokal jantan di UP3 Jonggol untuk mengetahui kriteria domba bertumbuh cepat dan
lambat. Penulis berharap skripsi ini dapat menginformasikan kriteria seleksi domba
bertumbuh cepat yang direkomendasikan dan dapat dijadikan sebagai referensi yang
baik dan bermanfaat dalam pengembangan ternak domba di UP3 Jonggol.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu
dalam penulisan skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini masih banyak terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna, Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan
khususnya dunia peternakan.

Bogor, Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN .............................................................................................
i
ABSTRACT ................................................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................
iv
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................
v
KATA PENGANTAR .................................................................................

vi
DAFTAR ISI ...............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ............
ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xi
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................
1
Tujuan .............................................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
Domba .............................................................................................
Pemeliharaan Domba .......................................................................
Sistem Ekstensif ...................................................................
Sistem Semi Intensif .............................................................

Sistem Intensif ......................................................................
Pertumbuhan Domba .......................................................... ................
Kondisi Tubuh .................................................................................
Parameter Ukuran Tubuh .................................................................
Bobot Badan .........................................................................
Lingkar Dada ........................................................................
Panjang Badan ......................................................................
Korelasi Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan ....

3
3
4
4
5
5
6
7
7
8
8

9
9

METODE ....................................................................................................
Lokasi dan Waktu ............................................................................
Materi ..............................................................................................
Ternak ...................................................................................
Kandang ................................................................................
Peralatan ...............................................................................
Prosedur ...........................................................................................
Identifikasi Domba ................................................................
Seleksi Domba ......................................................................
Persiapan Kandang ................................................................
Pemeliharaan dan Pengukuran ...............................................
Peubah yang Diamati.............................................................
Rancangan Percobaan .......................................................................
Perbandingan Ukuran Morfometrik pada Domba TC dan TL.
Uji Korelasi Antara Peubah ...................................................
Konsistensi Hasil Analisis Uji T dan Korelasi Terhadap Bobot
Badan dan PBBH ..................................................................

11
11
11
11
11
11
11
11
11
12
12
12
14
14
14
15

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................
Kondisi Umum Lokasi Penelitian .....................................................
Pertumbuhan Domba .......................................................................
Ukuran Morfometrik Domba.............................................................
Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher Domba .........
Ukuran Morfometrik Bagian Badan dan Ekor Domba ...........
Ukuran Morfometrik Bagian Kaki Domba .............................
Korelasi Antara Ukuran-ukuran Tubuh Domba .................................
Korelasi Bagian Badan dan Ekor Domba ...............................
Perbandingan Hasil Analisis Ukuran Morfometrik
Bagian Badan dan Ekor Domba Berdasarkan Uji T
dengan Nilai P pada Bobot Badan dan PBBH ............
Korelasi Bagian Kepala dan Leher Domba .............................
Perbandingan Hasil Analisis Ukuran Morfometrik
Bagian Kepala dan Leher Domba Berdasarkan Uji T
dengan Nilai P pada Bobot Badan dan PBBH ............
Korelasi Bagian Kaki Depan Domba .....................................
Perbandingan Hasil Analisis Ukuran Morfometrik
Bagian Badan dan Ekor Domba Berdasarkan Uji T
dengan Nilai P pada Bobot Badan dan PBBH ............
Korelasi Bagian Kaki Belakang Domba..................................
Perbandingan Hasil Analisis Ukuran Morfometrik
Bagian Kepala dan Leher Domba Berdasarkan Uji T
dengan Nilai P pada Bobot Badan dan PBBH ............
Penerapan Hasil Penelitian di Lapang ...........................................................

16
16
16
17
17
19
20
21
21

KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................
Kesimpulan ......................................................................................
Saran ................................................................................................

30
30
30

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................

31
32
35

23
24

26
26

28
28

30
31

DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Koefisien Korelasi Bobot Badan Domba dan Ukuran Linier Tubuh
pada Pertumbuhan Domba yang Berbeda ........................................
10
2. Ukuran Morfometrik Domba dan Definisinya ..................................

13

3. Rataan Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba
Tumbuh Cepat dan Lambat ...............................................................

17

4. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher Domba .........

18

5. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Badan dan Ekor Domba ...........

19

6. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Kaki Domba ............................

21

7. Korelasi Bagian Badan dan Ekor dengan Ukuran-ukuran Tubuh
Domba ..............................................................................................
8. Perbandingan Nilai P antara Uji T dengan Korelasi BB dan PBBH
pada Bagian Badan dan Ekor Domba ................................................

22
24

9. Korelasi Bagian Kepala dan Leher dengan Ukuran-ukuran Tubuh
Domba ..............................................................................................
10. Perbandingan Nilai P antara Uji T dengan Korelasi BB dan PBBH
pada Bagian Kepala dan Leher Domba .............................................

26

11. Korelasi Bagian Kaki Depan dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba .

27

12. Perbandingan Nilai P antara Uji T dengan Korelasi BB dan PBBH
pada Bagian Kaki Depan Domba ......................................................

28

25

13. Korelasi Bagian Kaki Belakang dengan Ukuran-ukuran Tubuh
Domba ..............................................................................................
14. Perbandingan Nilai P antara Uji T dengan Korelasi BB dan PBBH
pada Bagian Kaki Belakang Domba ..................................................

29
30

DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Pengukuran Bagian Tubuh Domba ....................................................
12
2. Kandang Domba Penelitian ...............................................................

16

3. Bentuk Kepala Domba Tumbuh Cepat (TC) dan Lambat (TL) ..........

18

4. Bentuk Badan Domba TC dan TL ....................................................

20

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Dada Domba ................................
38
2. Data Hasil Statistik Uji t Panjang Badan Domba ..............................

38

3. Data Hasil Statistik Uji t Tinggi Badan Domba ................................

39

4. Data Hasil Statistik Uji t Panjang Kepala Domba .............................

39

5. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Moncong Domba .........................

40

6. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Leher Atas Domba .......................

40

7. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Leher Bawah Domba ...................

41

8. Data Hasil Statistik Uji t Panjang Leher Domba ...............................

42

9. Data Hasil Statistik Uji t Dalam Dada Domba ..................................

42

10. Data Hasil Statistik Uji t Panjang Ekor Domba ................................

43

11. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Atas Kaki Depan Kanan Domba ...

43

12. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Tengah Kaki Depan Kanan
Domba .............................................................................................

44

13. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Bawah Kaki Depan Kanan Domba

45

14. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Atas Kaki Depan Kiri Domba ......

45

15. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Tengah Kaki Depan Kiri Domba ...

46

16. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Bawah Kaki Depan Kiri Domba ...

46

17. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Atas Kaki Belakang Kanan Domba

47

18. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Tengah Kaki Belakang Kanan
Domba .............................................................................................

48

19. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Bawah Kaki Belakang Kanan
Domba .............................................................................................

48

20. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Atas Kaki Belakang Kiri Domba ..

49

21. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Tengah Kaki Belakang Kiri
Domba .............................................................................................
22. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Bawah Kaki Belakang Kiri Domba

50
50

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan ternak ruminansia yang potensial untuk dikembangkan
dan permintaannya selalu tinggi. Salah satu jenis domba yang pemeliharaannya
belum maksimal adalah domba lokal. Domba lokal adalah domba asli Indonesia yang
mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan dapat beranak
sepanjang

tahun

(Murtidjo,

1993).

Hal

ini

merupakan

peluang

untuk

mengembangkan potensi domba lokal di Indonesia.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ternak domba
adalah pembibitan. Pembibitan ternak domba saat ini belum komersial dan masih di
tingkat peternak, padahal pembibitan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
usaha peternakan domba. Selama ini usaha pengembangan ternak domba masih
tertuju pada usaha penggemukan, padahal saat ini ketersediaan domba bakalan
berkualitas sudah cukup sulit ditemukan. Salah satu cara untuk mendapatkan domba
bakalan yang berkualitas adalah melalui pengembangan indukan dan domba pejantan
yang berkualitas.
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah performa domba lokal yang masih
beragam. Hal ini disebabkan oleh keragaman genetik yang terdapat pada domba
lokal sehingga perlu dilakukan seleksi untuk mendapatkan domba lokal yang unggul.
Salah satu cara seleksi yang mudah dan aplikatif di tingkat peternak adalah melalui
kondisi fisik dan ukuran morfometrik domba. Kriteria seleksi melalui ukuran
morfometrik perlu dicari dan diidentifikasi agar proses penyeleksian dapat berjalan
dengan efektif dan efisien. Melalui pengukuran morfometrik ini diharapkan dapat
mengetahui ukuran-ukuran tubuh domba mana saja yang dapat menjadi kriteria
seleksi untuk menentukan domba unggul.
Proses seleksi melalui ukuran morfometrik ini belum banyak dilakukan di
Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3 Jonggol) sebagai salah satu
wilayah yang memiliki potensi domba lokal cukup tinggi. Melalui proses seleksi ini
diharapkan dapat diperoleh domba-domba lokal unggul yang dapat dikembangkan
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas domba lokal di UP3 Jonggol pada
khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan ukuran morfometrik
domba lokal jantan yang mempunyai tingkat kecepatan pertumbuhan yang berbeda
di UP3 Jonggol untuk digunakan sebagai kriteria seleksi sehingga kriteria seleksi
terhadap domba tumbuh cepat dan lambat dapat diidentifikasi.

TINJAUAN PUSTAKA
Domba
Domba sejak dahulu sudah mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada
saat ini merupakan hasil domestikasi dan seleksi berpuluh-puluh tahun. Pusat
domestikasinya diperkirakan berada dekat laut Kaspia yang tepatnya berada di
daerah Stepa Aralo-Caspian sejak massa neolitik. Peternakan domba ini kemudian
berkembang kearah timur yaitu sub-kontinen India dan Asia Tenggara, ke Barat yaitu
kearah Asia Barat, Eropa dan Afrika, kemudian ke Amerika, Australia dan kepulauan
tropik Oceania (Tomaszewska et al., 1993). Domba yang dikenal di seluruh dunia
sekarang ini berasal dari keturunan domba liar, yaitu Moufflon atau Ovis musimon;
Argali atau Ovis ammon; Urial atau Ovis vignei dan Ovis arkel (Sumoprastowo,
1987). Domba-domba tersebut didomestikasi, tetapi menurut Tomaszewska et al
(1993) yang didomestikasi terlebih dahulu adalah kambing kemudian baru domba.
Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal
tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada
tidaknya tanduk atau berdasarkan asal ternak (Kammlade dan Kammlade, 1955).
Klasifikasi Domba menurut Blakely dan Bade (1992) adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Artiodactyla

Famili

: Bovidae

Genus

: Ovis

Spesies

: Ovis aries

Domba yang ada di Indonesia pada saat ini asal-usulnya diperkirakan dibawa
oleh pedagang-pedagang yang melakukan aktivitas membeli rempah-rempah di
Indonesia pada zaman dahulu. Pedagang tersebut pada umumnya berasal dari Asia
Baratdaya, dan domba yang dibawa pada umumnya termasuk bangsa ekor Gemuk.
Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang mampu beradaptasi
dengan baik pada kondisi iklim tropis dan memiliki sifat seasonal polyestroes
sehingga dapat beranak sepanjang tahun. Karakteristik domba lokal diantaranya
bertubuh kecil, lambat dewasa, berbulu kasar, tidak seragam dan hasil daging relatif

sedikit (Murtidjo, 1993), dengan rataan bobot potong 20 kg (Edey, 1983). Pendapat
lain menyatakan bahwa bobot dewasa mencapai 30-40 kg pada domba jantan dan
betina 20-25 kg dengan persentase karkas 44-49% (Tiesnamurti, 1992). Sifat lain
dari domba lokal tampak dari warna bulu umumnya putih dengan bercak hitam
sekitar mata, hidung dan bagian lainnya (Edey, 1983; Mulyaningsih, 2006; Davendra
dan McLeroy, 1992). Selain memiliki bentuk tubuh yang ramping, pola warna bulu
sangat beragam dari bercak putih, coklat, hitam atau warna polos putih dan hitam
(Tiesnamurti, 1992).
Ekor pada domba lokal umumnya pendek (Davendra dan McLeroy, 1992),
bentuk tipis dan tidak menimbulkan adanya timbunan lemak (Mulyaningsih, 2006).
Ukuran panjang ekor rata-rata 19,3 cm, lebar pangkal ekor 5,6 cm dan tebal 2,7 cm
(Tiesnamurti, 1992). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil sedangkan
betina biasanya tidak bertanduk (Edey, 1983; Davendra dan McLeroy, 1992).
Jenis domba lokal yang ada di Indonesia menurut Iniguez et al. (1991)
terdapat tiga jenis, yaitu Jawa ekor tipis, Jawa ekor gemuk dan Sumatra ekor tipis.
Berdasarkan Inounu dan Diwyanto (1996) terdapat dua tipe domba yang paling
menonjol di Indonesia, yaitu domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG)
dengan perbedaan galur dari masing-masing tipe. Menurut Salamena (2003), domba
terkelompok menjadi domba ekor tipis (Javanese thin tailed), domba ekor gemuk
(Javanese fat tailed) dan domba Priangan atau dikenal juga sebagai domba Garut.
Asal-usul domba ini tidak diketahui secara pasti, namun diduga DET berasal dari
India dan DEG berasal dari Asia Barat (Williamson dan Payne, 1993).
Pemeliharaan Domba
Sistem pemeliharaan domba pada umumnya terdapat dua cara, yaitu sistem
diumbar (di padang penggembalaan) dan dikandangkan, sedangkan menurut
Parakkasi (1999) terdapat tiga cara yaitu, sistem ekstensif, semi intensif dan intensif.
Sistem Ekstensif
Sistem ekstensif

ini seluruh

aktivitas

pengawinannya,

pembesaran,

pertumbuhan dan penggemukan dilakukan di padang penggembalaan. Domba dilepas
di padang penggembalaan dengan rumput yang cukup subur, dan pertumbuhan
domba ini sangat tergantung dari kualitas padangnya. Padang penggembalaan yang
subur akan berpengaruh cepat terhadap penggemukan, dan begitu pula sebaliknya.

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa
mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan domba yang hidup digemukkan diatasnya, sehingga
keadaan domba mengalami pertumbuhan yang lambat maka dapat diatasi dengan
penambahan pakan konsentrat sebanyak 225 gram berupa dedak halus atau bahan
makanan lainnya, dan jika padang penggembalaan sangat kering karena iklim maka
penambahan jumlah konsentrat dapat diperbanyak menjadi 450-675 gr per ekor per
hari (Sumoprastowo, 1987).
Sistem Semi Intensif
Sistem ini merupakan perpaduan antara sistem ekstensif dan intensif, dan
sering disebut juga dengan sistem pertanian campuran (mixed farming). Sistem ini
banyak dilakukan oleh petani tradisional yang mempunyai lahan pertanian sambil
memelihara ternak. Ternak pada siang hari dapat diumbar di padang penggembalaan
sepuasnya dan pada malam hari ternak dikandangkan dan pakan diberikan di dalam
kandang.
Sistem Intensif
Pemeliharaan dengan sistem ini biasanya ternak dikandangkan terus menerus
(sepanjang hari) (Tomaszewska et al., 1993), dan biasanya sistem ini dilakukan di
pedesaan yang padat penduduknya. Pemeliharaan sistem intensif ini sering
disamakan dengan pemeliharaan dengan ransum yang bernutrisi tinggi (penguat).
Menurut Sumoprastowo (1987), ternak yang dipelihara secara intensif ini biasanya
menggunakan pakan berupa rumput secukupnya sedangkan sisa kebutuhannya
dipenuhi dengan memberikan konsentrat. Penambahan konsentrat dalam pakan
domba yang terdiri dari banyak campuran jagung giling, pertambahan berat badan
pernah tercatat 200 gr/hari/ekor.
Daerah tropis terutama pada peternakan rakyat cenderung lebih banyak
menggunakan sistem ekstensif, karena ketersediaan pakan yang terbatas serta tujuan
dari beternak yang hanya sebagai sambilan dan tabungan keluarga saja. Menurut
Sumoprastowo (1987) bahwa sistem pemeliharaan domba sangat dipengaruhi oleh
keterbatasan pakan yang ada. Daerah yang iklimnya cenderung tidak baik untuk
pertumbuhan hijauan, maka lebih banyak menggunakan sistem intensif atau
digembalakan dengan disertai kandang yang sederhana.

Pertumbuhan Domba
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup,
bentuk, dimensi linier dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponenkomponen tubuh seperti otot, lemak, protein dan abu pada karkas (Soeparno, 1994).
Soeparno (1994) melanjutkan bahwa faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi
laju pertumbuhan. Mulliadi (1996) melaporkan bahwa keragaman ukuran tubuh pada
ternak dapat disebabkan kondisi pemeliharaan, pengaruh pemberian pakan, kondisi
alat pencernaan dan keragaman genetik. Soeparno (1994) menyatakan bahwa faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hewan
antara lain nutrisi, suhu, kelembaban, keracunan, polusi dan penyakit, sehingga dapat
menyebabkan perubahan komposisi tubuh, baik fisik maupun kimiawi.
Menurut Berg dan Butterfield (1976), pertambahan umur berarti juga
peningkatan bobot badan pada ternak. Hal tersebut berpengaruh terhadap kadar laju
pertumbuhan tulang yang lebih lambat dan pertumbuhan otot yang relatif lebih cepat.
Soeparno (1994) menambahkan bahwa berdasarkan laju pertumbuhan maksimum,
jaringan tubuh mempunyai urutan pertumbuhan berdasarkan umur yaitu (1) jaringan
syaraf, (2) tulang, (3) otot dan (4) lemak.
Nurhayati (2004) menyatakan bahwa peningkatan ini relatif tinggi pada umur
muda yaitu pada umur I0 dan I1, yaitu pada saat ternak mulai tumbuh dan membentuk
tubuhnya. Mathius (1989) menambahkan bahwa pada umumnya anak domba
mencapai 75% dari berat dewasa pada umur satu tahun. Pertumbuhan pada tahun
pertama sekitar 50% berat badan dicapai selama tiga bulan pertama, 25% pada tiga
bulan kedua dan 25% dalam enam bulan terakhir. Domba jantan muda memiliki
potensi untuk tumbuh lebih cepat daripada domba betina muda, pertambahan bobot
badan lebih cepat, konsumsi pakan lebih banyak dan penggunaan pakan yang lebih
efisien untuk pertumbuhan badan (Anggorodi, 1990).
Pertumbuhan semua hewan pada awalnya lambat dan meningkat dengan
cepat kemudian lambat pada saat hewan mendekati dewasa tubuh. Pertumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetis atau faktor keturunan dan
faktor lingkungan seperti iklim dan manajemen pelaksanaan. Faktor keturunan lebih
membatasi kemungkinan pertumbuhan dan besarnya tubuh yang dapat dipakai.
Faktor lingkungan yaitu seperti pemberian pakan, pencegahan atau pemberantasan

penyakit serta tata laksana akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam mencapai
kedewasaan (Sugeng, 2002).
Kondisi Tubuh
Menurut Herman (2003), pertumbuhan hewan berlangsung dua kejadian,
yaitu bertambahnya bobot badan sampai dicapainya besar tubuh dewasa
(pertumbuhan) dan terdapatnya perubahan bentuk serta konformasi tubuh hewan
sehingga diperoleh bentuk dewasa (perkembangan). Setelah hewan lahir, perubahan
berlangsung dalam proporsi tubuh. Perkembangan terakhir, daerah loin ditandai oleh
timbunan otot dan lemak yang cukup tebal. Kondisi ini dapat digunakan untuk
menilai kondisi tubuh seekor hewan, baik hasil penggemukan, bibit betina maupun
pejantan.
Nichols (1996) menjelaskan bahwa mendeteksi kondisi tubuh domba dapat
dengan meraba lemak di punggungnya. Ketebalan lemak punggung dipercaya
sebagai indikator kurus atau gemuknya domba. Domba yang gemuk dan sudah tidak
mungkin mengalami pertumbuhan pesat, biasanya lemak punggungnya tebal,
sedangkan domba yang kurus lemak punggungnya tipis, bahkan jika diraba terasa
ada tulang yang menonjol.
Keadaan sangat kurus apabila kedua processus tersebut mudah diraba karena
penimbunan otot dan lemak yang sangat kurang. Nilai 5 dapat diberikan untuk hewan
yang memiliki kondisis sangat gemuk dan nilai 1 dapat diberikan kepada hewan yang
memiliki kondisi tubuh sangat kurus. Hewan yang memiliki kondisi tubuh kurus,
sedang dan gemuk masing-masing dapat diberikan nilai 2, 3 dan 5 (Herman, 2003).
Parameter Ukuran Tubuh
Martojo (1990) menyatakan bahwa pengaruh genetik maupun lingkungan
menyebabkan keragaman pada pengamatan dalam berbagai sifat kuantitatif. Mulliadi
(1996) menyatakan bahwa pengukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang
umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif. Dijelaskan lebih lanjut bahwa hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui morfogenetik dari jenis ternak tertentu, tersebar luas
antara wilayah atau negara. Doho (1994) menyatakan bahwa ukuran permukaan
tubuh hewan mempunyai banyak kegunaan untuk menaksir bobot badan, serta
memberi gambaran bentuk tubuh hewan sebagai cirri khas suatu bangsa.

Bobot Badan
Pertambahan bobot badan pada hewan akan menyebabkannya menjadi lebih
besar dan diikuti dengan pertambahan kekuatan dan perkembangan otot-otot
penggantung yaitu, Musculus serratus ventralis dan Musculus pectoralis yang
terdapat di daerah dada, sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat (Doho,
1994). Darmayanti (2003) menyatakan bahwa bobot badan umumnya mempunyai
hubungan positif dengan semua ukuran linier tubuh. Perbedaan kecepatan
pertumbuhan berpengaruh nyata terhadap panjang dan tinggi badan. Semakin cepat
laju pertumbuhan ukuran lingkar dan lebar dada, maka domba akan semakin besar.
Lingkar Dada
Lingkar dada merupakan bagian tubuh yang diukur dengan cara melingkari
ronga dada di belakang sendi bahu (os scapula). Salahmawati (2004) melaporkan
bahwa rataan lingkar dada pada domba Garut tipe tangkas umur kurang dari satu
tahun adalah 54,97 ± 6,73 cm dan pada umur antara 1-5 tahun adalah 76,68 ± 8,68
cm; sedangkan pada domba Garut tipe pedaging mempunyai rataan lingkar dada
54,30 ± 14,65 cm pada umur kurang dari satu tahun dan pada umur antara 1-5 tahun
adalah 69,33 ± 5,40 cm. Mulliadi (1996) melaporkan bahwa rataan lingkar dada
adalah 61,34 ± 5,75 cm pada domba lokal Garut umur 1-5 tahun.
Nurhayati (2004) menyatakan bahwa hubungan positif antara bobot badan
dan lingkar dada pada domba Priangan tipe pedaging dan tangkas masing-masing
adalah 0,99 dan 0,88. Hasil tersebut sesuai dengan Mulliadi (1996) yang melaporkan
terdapat korelasi positif antara bobot badan dan lingkar dada diatas 0,9 pada domba
Garut tipe tangkas di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Doho (1994) menyatakan
bahwa terdapat korelasi positif antara lingkar dada dan bobot badan pada domba ekor
Gemuk jantan sebesar 0,79. Lebih lanjut, Nurhayati (2004) menyatakan bahwa
lingkar dada mempunyai hubungan yang lebih erat dengan bobot badan
dibandingkan dengan panjang badan, tinggi pundak, serta dalam dan lebar dada pada
domba Priangan jantan tipe pedaging dan tangkas. Menurut Takaendengan (1998),
hal ini disebabkan dengan pertambahan bobot badan seekor hewan, bertambah besar
pula hewan tersebut karena pertambahan bobot badan dan besar badan ke arah
samping nyata. Takaendengan (1998) melanjutkan bahwa lingkar dada merupakan
bagian tubuh domba yang mengalami pembesaran ke arah samping.

Panjang Badan
Panjang badan adalah jarak garis lurus dari tepi tulang processus spinocus
sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk atau os ischium). Salahmawati (2004)
melaporkan bahwa rataan panjang badan domba Garut tipe tangkas pada umur
kurang dari satu tahun adalah 42,52 ± 12,82 cm, dan pada umur 1-5 tahun adalah
62,45 ± 4,48 cm, sedangkan rataan panjang badan domba Garut tipe pedaging pada
umur kurang dari satu tahun adalah 47,91 ± 8,26 cm dan pada umur 1-5 tahun adalah
54,33 ± 3,21 cm. Mulliadi (1996) melaporkan bahwa rataan panjang badan domba
lokal Garut pada umur 1-5 tahun adalah 51,83 ± 4,73 cm.
Nurhayati (2004) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara bobot
badan dan panjang pada domba Priangan tipe pedaging dan tangkas di Kabupaten
Garut, masing-masing bernilai 0,97 dan 0,87. Doho (1994) melaporkan bahwa
terdapat korelasi positif antara panjang dan bobot badan pada domba ekor Gemuk
jantan sebesar 0,69.
Korelasi Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan
Massiara (1986) menyatakan bahwa bobot badan dan lingkar dada merupakan
fungsi umur, maka lingkar dada dan bobot badan semakin meningkat dengan
bertambahnya umur ternak. Selain itu menurut Laidding (1996), ukuran-ukuran
tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain secara bebas, korelasinya dapat disebut
positif apabila peningkatan satu sifat menyebabkan sifat lainnya juga meningkat dan
apabila suatu sifat meningkat dan sifat lain menurun maka korelasinya negatif.
Diwyanto et al. (1984) menyatakan bahwa komponen tubuh yang
berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar dan lebar dada. Ditambahkan
pula oleh Takaendengan (1998) peubah lingkar dada merupakan parameter yang
memiliki nilai koefisien korelasi paling tinggi terhadap bobot badan. Hal ini
disebabkan dengan bertambahnya berat seekor hewan, bertambah besar pula hewan
tersebut karena pertambahan bobot badan dan besar badan nyata kearah samping.
Tabel 1 menunjukkan koefisien korelasi bobot badan dengan ukuran linier tubuh
pada pertumbuhan domba yang berbeda.

Tabel 1. Koefisien Korelasi Bobot Badan Domba dan Ukuran Linier Tubuh pada
Pertumbuhan Domba yang Berbeda
Korelasi

Pertumbuhan Domba

Ukuran Linier Tubuh

Bobot Badan dan
Ukuran Linier Tubuh

Cepat

Lingkar Dada (r = 0,72)
Panjang Badan (r = 0,74)

Bobot Badan dan
Ukuran Linier Tubuh

Sedang

Lingkar Dada (r = 0,61)

Bobot Badan dan
Ukuran Linier Tubuh

Lambat

Lingkar Dada (r = 0,50)
Panjang Badan (r = 0,44)

Sumber: Darmayanti (2003)

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol
(UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan adalah 50 ekor domba lokal jantan umur kurang dari
satu tahun (I0). Domba yang digunakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu domba
tumbuh cepat (TC) dan lambat (TL).
Kandang
Kandang yang digunakan untuk penelitian ini adalah kandang kelompok
dengan sistem pemeliharaan secara semi intensif.
Peralatan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tali

tambang,

selang,

gunting, spidol, label, timbangan, pita ukur, tongkat ukur, dan alat tulis.
Prosedur
Kegiatan dimulai dengan mengidentifikasi dan seleksi domba, persiapan
kandang, pemeliharaan dan pengukuran, dan menentukan peubah yang diamati.
Identifikasi Domba
Identifikasi dilakukan untuk mencari domba lokal yang seragam. Identifikasi
dilakukan dengan penentuan umur, jenis, dan pengukuran ukuran tubuh domba.
Seleksi Domba
Seleksi domba dilakukan untuk menentukan kelompok domba TC dan TL.
Seleksi domba berdasarkan dari hasil identifikasi domba yang telah dilakukan
kemudian dibagi dua kelompok antara kelompok domba TC dan TL berdasarkan
pertambahan bobot badan harian (PBBH) dan penampilannya melalui seleksi cepat
(rapid selection). Domba dengan PBBH diatas 100 g/e/h dikategorikan kedalam
kelompok TC dan domba dengan PBBH di bawah 80g/e/h dikategorikan kedalam
kelompok TL. Berdasarkan hasil seleksi yang dilakukan diperoleh enam ekor domba

TC (Rataan BB = 21,92 kg dan rataan PBBH = 140,15 g/e/h) dan enam ekor domba
TL (Rataan BB = 16,17 kg dan rataan PBBH = 64,98 g/e/h).
Persiapan Kandang
Kandang dan semua peralatan yang digunakan dibersihkan. Tempat pakan
tambahan diperbaiki.
Pemeliharaan dan Pengukuran
Pemeliharaan dilakukan selama empat minggu. Pakan yang diberikan adalah
rumput lapang dan dilakukan penambahan konsentrat KPS sebanyak 50gr/ekor/hari
sebelum domba digembalakan. Setiap minggu dilakukan penimbangan dan
pengukuran domba.
Peubah yang Diamati
Ukuran morfometrik domba yang diamati dan teknik pengukurannya dapat
dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 2.

Gambar 1. Pengukuran Bagian Tubuh Domba

Tabel 2. Ukuran Morfometrik Domba dan Definisinya
No

Ukuran Tubuh

Definisi

1
2

Tinggi Badan
Panjang Badan

3

Lingkar Dada

4

Panjang Ekor

Jarak titik tertinggi pundak sampai alas kandang
Jarak sendi bahu sampai tulang duduk (tuber
ischii)
Jarak melingkar sekeliling dada di belakang sendi
siku
Jarak pangkal ekor sampai ujung ekor

5

Dalam Dada

6

Lingkar Leher Atas

7

Lingkar Leher Bawah

Jarak melingkar sekeliling ujung leher bawah, di
atas tulang dada yang menonjol

8
9
10

Panjang Kepala
Lingkar Moncong
Panjang Leher

Jarak ujung dahi sampai ujung moncong
Jarak melingkar sekeliling moncong
Jarak ujung leher atas (di bawah pangkal kepala)
sampai ujung leher bawah, di atas tulang dada
yang menonjol

11

Lingkar Atas Kaki Depan
Kanan

Jarak melingkar sekeliling pangkal atas kaki
kanan depan

12

Lingkar Atas Kaki Depan Kiri

Jarak melingkar sekeliling pangkal atas kaki kiri
depan

13

Lingkar Tengah Kaki Depan
Kanan

Jarak melingkar bagian tengah (lutut) kaki kanan
depan

14

Lingkar Tengah Kaki Depan
Kiri

Jarak melingkar bagian tengah (lutut) kaki kiri
depan

15

Lingkar Bawah Kaki Depan
Kanan

Jarak melingkar sekeliling ujung bawah kaki
kanan depan di atas kuku

16

Lingkar Bawah Kaki Depan
Kiri

Jarak melingkar sekeliling ujung bawah kaki kiri
depan di atas kuku

17

Lingkar Atas Kaki Belakang
Kanan

Jarak melingkar sekeliling pangkal atas kaki
kanan belakang

18

Lingkar Atas Kaki Belakang
Kiri

Jarak melingkar sekeliling pangkal atas kaki kiri
belakang

19

Lingkar Tengah Kaki
Belakang Kanan

Jarak melingkar bagian tengah (lutut) kaki kanan
belakang

20

Lingkar Tengah Kaki
Belakang Kiri

Jarak melingkar bagian tengah (lutut) kaki kiri
belakang

21

Lingkar Bawah Kaki Belakang Jarak melingkar sekeliling ujung bawah kaki
Kanan
kanan belakang di atas kuku

22

Lingkar Bawah Kaki Belakang Jarak melingkar sekeliling ujung bawah kaki kiri
Kiri
belakang di atas kuku

Jarak titik tertinggi tulang pundak sampai tulang
dada bagian bawah belakang kaki depan
Jarak melingkar sekeliling leher atas, di bawah
pangkal kepala

Rancangan Percobaan
Perlakuan
Perlakuan yang yang diamati dalam penelitian ini adalah domba lokal jantan
dengan tingkat kecepatan tumbuh yang cepat (TC) dan domba lokal dengan
kecepatan tumbuh yang lambat (TL).
Analisis Data
Perbandingan Ukuran Morfometrik pada Domba TC dan TL.

Data yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t dan membandingkan dua perlakuan
tersebut yaitu kelompok domba TC dan TL untuk melihat pengaruh perlakuan
terhadap peubah yang diamati. Perlakuan untuk domba TC dan TL masing-masing
dengan enam ulangan. Adapun rumus uji t adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie,
1997) :

t=

i - j – d0
s 1+s 1
n
n

Keterangan:
Xi

= Rataan perlakuan ke-i; i = 1, 2,.......6

Xj

= Rataan perlakuan ke-j; j = 1, 2,.......6

s

= Simpangan baku

n

= Jumlah individu sampel

Do

=0

Uji Korelasi Antara Peubah. Analisis korelasi juga dilakukan untuk mengetahui
hubungan antar ukuran-ukuran tubuh yang diamati. Model matematis yang
digunakan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1997) :

Konsistensi Hasil Analisis Uji T dan Korelasi Terhadap Bobot Badan dan
PBBH.

Hasil analisis uji t dan korelasi terhadap bobot badan dan PBBH

dibandingkan untuk mengetahui konsistensi dari setiap peubah. Peubah yang paling
konsisten dapat direkomendasikan sebagai kriteria seleksi domba TC.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas
Peternakan IPB terletak di Desa Singasari Kecamatan Jonggol Bogor. Lokasi UP3
Jonggol terletak antara 106,53° BT dan 06,53° LS dengan ketinggian 145 m di atas
permukaan laut. Suhu rata-rata 30,4°C dengan kelembaban rata-rata 79%. Daerah ini
memiliki batas-batas wilayah, sebelah Utara Kampung Pasir, sebelah Barat Kampung
Pangakalan Jemben, sebelah Selatan Kampung Pedes, dan sebelah Timur Kampung
Melati. Jarak UP3 Jonggol dengan kota Bogor sekitar 75 km.

Gambar 2. Kandang Domba Penelitian
Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol Fakultas Peternakan IPB
memiliki lahan peternakan seluas 169 ha terdiri atas kebun rumput, padang rumput,
bangunan kandang, kantor, ruang kelas, laboratorium, gudang dan perumahan.
Ternak di UP3 Jonggol terdiri dari domba, kerbau, dan sapi. Populasi terbanyak
adalah ternak domba yang digembalakan sebanyak 670 ekor. Domba diberi kandang
untuk melindungi dari predator (Gambar 2). Domba dikeluarkan sekitar pukul 10.00
dan dimasukkan kembali ke dalam kandang sekitar pukul 16.00. Domba terbagi atas
tiga kandang. Dua kandang diisi oleh domba betina dan anak dan satu kandang untuk
domba jantan. Kandang domba di UP3 Jonggol merupakan kandang koloni yang
didesain untuk pemeliharaan semi intensif dengan model panggung sehingga
memudahkan dalam proses pembersihan kandang karena kotoran dapat langsung
jatuh ke bawah kandang.

Pertumbuhan Domba
Domba lokal jantan yang terdapat di UP3 Jonggol mempunyai kecepatan
pertumbuhan yang berbeda. Berdasarkan hasil penyeleksian terhadap 50 ekor domba
lokal jantan di UP3 Jonggol diperoleh domba dengan kategori TC dan TL masingmasing enam ekor. Bobot badan domba lokal jantan di UP3 Jonggol umumnya tidak
begitu besar, namun pertambahan bobot badan harian yang diperlihatkan oleh domba
TC cukup tinggi (Tabel 3). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor genetik dan
kondisi lingkungan dengan ketersediaan pakan yang terbatas sehingga menyebabkan
pertumbuhan yang kurang optimal.
Soeparno (1994) menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan
mempengaruhi laju pertumbuhan. Mulliadi (1996) melaporkan bahwa keragaman
ukuran tubuh pada ternak dapat disebabkan kondisi pemeliharaan, pengaruh
pemberian pakan, kondisi alat pencernaan dan keragaman genetik. Keragaman
ukuran tubuh juga dapat dipengaruhi oleh jumlah anak per kelahiran (litter size) yang
tidak diketahui pada penelitian ini karena tidak ada catatan data di UP3 Jonggol
tentang hal tersebut.
Tabel 3. Rataan Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba
Tumbuh Cepat dan Lambat
Peubah
Bobot Badan

(kg)

Pertambahan Bobot Badan Harian (g)

Perlakuan
Tumbuh Cepat
Tumbuh Lambat
(TC)
(TL)
a
21.92 ± 3.07
16.17 ± 2.48b
140.15 ± 36.41a

64.98 ± 21.13b

Keterangan: Tanda superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata (P < 0,05)

Ukuran Morfometrik Domba
Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher Domba
Hasil pengamatan ukuran morfometik domba pada bagian kepala dan leher
menunjukkan bahwa peubah panjang kepala, lingkar moncong, lingkar leher atas,
dan lingkar leher bawah berbeda nyata (P < 0,05). Peubah panjang kepala, lingkar
moncong, lingkar leher atas dan lingkar leher bawah yang lebih tinggi pada domba
TC kemungkinan berkaitan dengan konsumsi pakan yang lebih besar sehingga harus

didukung oleh kapasitas ukuran mulut, kepala, dan leher yang lebih tinggi
dibandingkan domba TL. Bentuk kepala pada bagian atas domba TC juga cenderung
lebih cembung dibandingkan TL. Lingkar moncong yang besar memungkinkan
kapasitas tampung pakan yang besar. Ukuran lingkar moncong yang besar ini perlu
didukung oleh ukuran panjang kepala yang proporsional dan ukuran lingkar leher
yang besar pula. Hasil ini didukung oleh penelitian Aji (2010) yang menyatakan
bahwa panjang kepala, lingkar leher atas dan lingkar leher bawah domba TC berbeda
nyata (P< 0,05) dengan domba TL. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran morfometrik
lingkar moncong, panjang kepala, lingkar leher atas dan lingkar leher bawah bisa
dijadikan kriteria seleksi domba tumbuh cepat. Rataan dan perbandingan ukuran
morfometrik bagian kepala dan leher dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 3.
Tabel 4. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher Domba
Perlakuan
Peubah
Tumbuh Cepat (cm)

Tumbuh Lambat (cm)

Panjang Kepala

19,33 ± 0,82a

18,00 ± 1,10b

Lingkar Moncong

18,67 ± 0,82a

16,75 ± 1,47b

Lingkar Leher Atas

25,67 ± 2,16a

22,67 ± 1,37b

Lingkar Leher Bawah

32,67 ± 2,80a

29,17 ± 2,48b

Panjang Leher

20,33 ± 1,37

19,67 ± 1,21

Keterangan: tanda superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda
nyata (P < 0,05)

(a)

(b)

Gambar 3. Bentuk Kepala Domba (a) TC dan (b) TL

Ukuran Morfometrik Bagian Badan dan Ekor Domba
Bagian morfometrik ini meliputi lingkar dada, panjang badan, tinggi badan,
dalam dada, dan panjang ekor. Bagian-bagian ini merupakan bagian yang umum
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan domba. Rataan ukuran morfometrik
bagian badan dan ekor dapat dilihat pada (Tabel 5).
Tabel 5. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Badan dan Ekor Domba
Perlakuan
Peubah
Tumbuh Cepat (cm)

Tumbuh Lambat (cm)

Lingkar Dada

61,06 ± 3,22a

56,39 ± 3,21b

Panjang Badan

56,33 ± 3,61a

51,61 ± 2,38b

Tinggi Badan

55,67 ± 3,27a

50,61 ± 1,95b

Dalam Dada

26,33 ± 1,97

24,33 ± 1,63

Panjang Ekor

21,00 ± 2,00

20,50 ± 1,76

Keterangan: tanda superscript pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata
(P < 0,05)

Hasil pengamatan ukuran morfometrik pada bagian badan dan ekor diketahui
bahwa secara keseluruhan domba TC memiliki nilai yang lebih tingi dibandingkan
dengan domba TL. Berdasarkan analisis statistik diperoleh hasil bahwa domba TC
mempunyai nilai yang nyata (P < 0,05) untuk parameter lingkar dada, panjang badan,
dan tinggi badan dibandingkan domba TL. Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan
pertumbuhan domba yang berbeda dapat mempengaruhi ukuran-ukuran morfometrik
tersebut. Hasil ini didukung oleh penelitian Aji (2010) yang menyatakan bahwa
domba TC mempunyai nilai yang nyata (P < 0,05) untuk parameter lingkar dada,
panjang badan dan tinggi badan.
Doho (1994) menyatakan pertambahan bobot badan pada hewan akan
menyebabkan hewan tersebut menjadi lebih besar dan diikuti dengan pertambahan
kekuatan dan perkembangan otot-otot penggantung musculus serratus ventralis dan
musculus pectoralis yang terdapat di daerah dada, sehingga ukuran lingkar dada
semakin meningkat. Menurut Takaendengan (1998), pertambahan bobot badan
seekor hewan, bertambah besar pula hewan tersebut karena pertambahan bobot
badan dan besar badan ke arah samping nyata. Takaendengan (1998) melanjutkan

bahwa lingkar dada merupakan bagian tubuh domba yang mengalami pembesaran ke
arah samping. Bertambahnya besar ternak kearah samping, maka ukuran lingkar
dada dan lebar dada bertambah (Manggung, 1979). Namun bertambahnya ukuran
tubuh kearah samping ini perlu didukung ukuran panjang dan tinggi tubuh yang
proporsional. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran morfometrik lingkar, panjang dan
tinggi badan dapat dijadikan kriteria seleksi domba tumbuh cepat.
Hasil sebaliknya terjadi pada peubah dalam dada dan panjang ekor, secara
statistik tidak berbeda antara dua kelompok domba tersebut, walaupun nilai P untuk
dalam dada relatif mendekati beda nyata (P = 0,09). Hal ini menunjukkan bahwa
ukuran morfometrik dalam dada dan panjang ekor mungkin tidak dapat d