Rendemen Ekstrak Etil Asetat Daun Namnam Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Daun Namnam Cynometra cauliflora

ekstraksi daun namnam belum maksimal sehingga hasil ekstrak yang ada lebih sedikit. Hasil ekstrak yang lebih sedikit dapat disebabkan oleh jenis pelarut yang digunakan berbeda dan metode ekstraksi yang digunakan berbeda.

D. Rendemen Ekstrak Etil Asetat Daun Namnam

Nilai rendemen dari ekstrak asetat daun namnam dapat dicari untuk mengetahui keefektifan proses ekstraksi yang dilakukan Suprianto, 2008. Nilai rendeman ekstrak yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Rendemen Ekstrak Etil Asetat Daun Namnam Cynometra cauliflora Pengulangan Berat g Rendemen Ekstrak Awal Akhir Ekstrak I 36,360 37.702 1,342 6,71 II 30,956 31,742 0,786 3,93 III 34,627 35.529 0,902 4,51 IV 66,394 67,378 0,984 4,92 V 63,886 64,592 0,706 3,53 Rata-rata Rendeman Ekstrak 4,72 Berdasarkan percobaan yang dilakukan, rata-rata rendemen ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etil asetat dan lama maserasi 5 hari adalah 4,72 . Hasil yang didapatkan tersebut dapat dikatakan rendah. Hasil rendeman tersebut didapatkan dari 5 pengulangan dengan berat akhir ekstrak berturut-turut adalah 1,342 gram, 0,786 gram, 0,902 gram, 0,984 gram dan 0,706 gram. Rendemen ekstrak yang dihasilkan berturut-turut adalah 6,71 , 3,93 , 4,51 , 4,92 dan 3,52 .

E. Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Daun Namnam Cynometra cauliflora

Ekstrak yang telah diperoleh selanjutnya diuji kandungan metabolit sekundernya secara kualitatif. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu senyawa pada ekstrak tersebut. Pengujian metabolit sekunder pada bahan meliputi pengujian flavonoid, alkaloid, tanin, saponin dan triterpenoid aau steroid. Hasil pengujian senyawa kimia ekstrak etil asetat daun namnam dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil pengujian senyawa kimia dari ekstrak etil asetat daun namnam menunjukkan adanya alkaloid dengan ditunjukkan hasil endapan coklat, merah dan putih pada saat ditambahkan perekasi Wagner, Dragendorff dan Meyer. Hasil positif alkaloid pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya endapan coklat sampai kuning. Diperkirakan endapan tersebut adalah kalium alkaloid McMurry dan Fay, 2000. Pada pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi dengan ion I - dari kalium iodide menghasilkan ion I 3- yang berwarna coklat. Pada uji Wagner, ion logam K + akan membentuk ikatan kovalen koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-alkaloid yang mengendap. Reaksi yang terjadi pada uji Wagner ditunjukkan pada Gambar 11. Tabel 4. Hasil Pengujian Senyawa Kimia Ekstrak Etil Asetat Daun Namnam Cynometra cauliflora Metabolit Sekunder Hasil Akhir Setelah Pengujian Hasil Alkaloid Meyer, Wagner dan Dragendorff Meyer : terbentuk endapan putih Wagner : terbentuk endapan coklat Dragendorff : terbentuk endapan merah + Saponin Terbentuk buih - Flavonoid Terbentuk warna kuning + Tanin Terbentuk warna biru kehitaman + Steroid Terbentuk warna hijau + Triterpenoid Terbentuk warna merah - Keterangan : + = menunjukkan adanya senyawa tersebut - = menunjukkan tidak adanya senyawa tersebut Hasil positif alkaloid pada uji Dragendorff juga ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Endapan tersebut adalah kalium alkaloid McMurry dan Fay, 2000. Pada pembuatan pereaksi Dragendorff, bismut nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil BiO + , agar ion Bi 3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah asam sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri Fessenden dan Fessenden, 1986. Selanjutnya ion Bi 3+ dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida membentuk endapan hitam BismutIII iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida berlebih membentuk kalium tetraiodobismutat Svehla, 1990. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Dragendorff, nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan K + yang merupakan ion logam. Reaksi pada uji Dragendorff ditunjukkan pada Gambar 12. Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya endapan putih. Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks kalium- alkaloid McMurry dan Fay, 2004. Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkuriumII klorida ditambah kalium iodida akan bereaksi membentuk endapan merah merkuriumII iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkuratII Svehla, 1990. Alkaloid mengandung atom nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam McMurry dan Fay, 2004. Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K + dari kalium tetraiodomerkuratII membentuk kompleks kalium alkaloid yang mengendap McMurry dan Fay, 2004. Reaksi yang terjadi pada uji Mayer ditunjukkan pada Gambar 13. Apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukendar dan Amelia 2013, hasil analisis senyawa alkaloid pada ekstrak etanol daun namnam menunjukkan hasil positif juga. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Hidayati 2015, hasil analisis senyawa alkaloid pada ekstrak etil asetat daun namnam menunjukkan hasil positif juga. Berdasarkan perbandingan tersebut, daun namnam mengandung senyawa alkaloid. Hasil pengujian senyawa alkaloid ekstrak etil asetat daun namnam dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 11. Reaksi Uji Wagner Sumber : McMurry dan Fay, 2004 Keterangan : Nitrogen yang terkandung pada alkaloid akan bereaksi dengan pereaksi Wagner yang membentuk endapan kalium alkaloid yang berwarna coklat. Gambar 12. Reaksi Uji Dragendorff Sumber : Miroslav, 1971. Keterangan : Nitrogen dari alkaloid akan bereaksi dengan kalium tetraiodobismutat yang membentuk endapan kalium alkaloid yang berwarna merah. Gambar 13. Reaksi Uji Meyer Sumber : McMurry dan Fay, 2004 Keterangan : Nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan kalium tetraiodomerkurat II yang membentuk kompleks endapan kalium alkaloid yang berwarna putih Gambar 14. Hasil uji alkaloid ekstrak etil asetat daun namnam Dokumentasi pribadi, 2016 Keterangan : Terdapat endapan setelah ditambahkan pereaksi Meyer, Wagner dan Dragendorff Pengujian saponin ekstrak etil asetat daun namnam menunjukkan adanya senyawa saponin yang dapat dilihat dari hasil terbentuknya busa. Terbentuk endapan kalium alkaloid berwarna coklat pada sampel ekstrak daun namnam Terbentuk endapan kalium alkaloid berwarna merah pada sampel ekstrak daun namnam Terbentuk endapan kalium alkaloid berwarna putih pada sampel ekstrak daun namnam Karakteristik senyawa saponin adalah terkait kemampuannya untuk menghasilkan busa atau buih ketika ekstrak direaksikan dengan air dan dikocok Fessenden dan Fessenden, 1986. Karakteristik tersebut dimiliki saponin karena saponin memiliki gugus hidrofil dan hidrofob yang dapat bertindak sebagai surface agent dalam pembentukan buih. Buih tersebut terbentuk karena saponin memiliki gugus polar dan non-polar Stevens dkk., 1993. Reaksi hidrolisis saponin dalam air dapat dilihat pada Gambar 10. Hasil pengujian saponin ekstrak daun namnam dapat dilihat pada gambar 11. Gambar 15. Reaksi Hidrolisis saponin dalam air Sumber : Miroslav, 1971 Gambar 16. Hasil uji saponin ekstrak etil asetat daun namnam Dokumentasi pribadi, 2016 Keterangan : Terbentuk busa setelah dilakukan pengocokkan Pengujian flavonoid ekstrak etil asetat daun namnam membuktikan bahwa dalam sampel yang diuji positif mengandung metabolit sekunder golongan flavonoid. Hal ini ditunjukkan oleh perubahan warna sampel menjadi merah tua. Penambahan HCl dalam uji kualitatif flavonoid berguna sebagai penghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis O-glikosil Miroslav, 1971. Glikosil akan tergantikan oleh H + dari asam, karena sifatnya yang elektrofilik glikosida berupa gula yang biasa dijumpai yaitu glukosa, galaktosa dan ramnosa. Serbuk Mg menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna merah atau jingga Stevens dkk.,1993. Reaksi yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 12. Terbentuk busa pada sampel Gambar 17. Reaksi Uji Flavonoid Sumber : Miroslav, 1971 Keterangan : Senyawa flavonoid akan berikatan dengan amil alkohol, serbuk Mg dan larutan HCl membentuk garam flavium yang berwarna merah, kuning atau jingga. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, senyawa flavonoid terbukti ada pada daun namnam. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hidayati 2015 yang mendeteksi adanya senyawa flavonoid pada ekstrak etil asetat daun namnam secara kualitatif. Hasil uji flavonoid dapat dilihat pada gambar 13. Pengujian steroid atau triterpenoid ekstrak etil asetat daun namnam menunjukkan adanya senyawa steroid pada sampel. Hasil akhir setelah pengujian yang menunjukkan adanya steroid adalah dengan terbentuknya warna hijau Harborne, 1987. Warna hijau yang muncul merupakan kemampuan steroid yang ada pada ekstrak bila direaksikan dengan H 2 SO 4 pekat dalam pelarut asam asetat anhidrat pereaksi Lieberman Burchard Sangi, dkk, 2008. Reaksinya dapat dilihat pada Gambar 14. Keberadaan senyawa steroid pada daun namnam diperkuat dengan penelitian Hidayati 2015 yang menunjukkan steroid terdapat pada daun namnam ketika dilakukan pengujian secara kualitatif. Hasil pengujian steroid terhadap ekstrak etil asetat daun namnam dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 18. Hasil uji senyawa flavonoid pada ekstrak etil asetat daun namnam Dokumentasi Pribadi, 2016 Keterangan : Terbentuknya warna merah pada akhir reaksi menujukkan adanya senyawa flavonoid Gambar 19. Reaksi Uji Streoid Sumber : Harborne, 1987 Keterangan : Senyawa steroid yang terkandung dalam sampel akan bereaksi dengan asam sulfat pekat membentuk warna hijau. Terbentuk warna merah pada sampel Gambar 20. Hasil Uji Senyawa Steroid pada ekstrak etil asetat daun namnam Dokumentasi pribadi, 2016. Keterangan : Terbentuk warna hijau pekat kehitaman pada ekstrak yang menandakan adanya senyawa steroid Pengujian tanin ekstrak etil asetat daun namnam menunjukkan adanya senyawa tanin dengan menghasilkan warna hijau kehitaman. Warna hijau kehitaman yang terbentuk merupakan hasil reaksi dari tanin dengan garam ferri Stevens dkk.,1993. Pengujian ini menggunakan akuades dan larutan FeCl 3 untuk melarutkan senyawa tanin sedangkan larutan FeCl 3 berperan sebagai penyedia atom pusat bagi tanin. Larutan FeCl 3 akan bersubtitusi dengan gugus hidroksil tanin sehingga membentuk suatu kompleks stabil dengan FeCl 3 sebagai atom pusat dan tanin sebagai ligannya. Kompleks tersebut akan membentuk warna biru atau hijau atau kehitaman dan sekaligus menandai hasil positif tanin tersebut Stevens dkk.,1993. Reaksi antara tanin dan FeCl 3 membentuk kompleks warna yang dapat dilihat pada Gambar 16. Keberadaan tanin pada daun namnam juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Aziz dkk 2013 yang menunjukkan adanya senyawa tanin pada ekstrak daun namnam setelah Terbentuk warna hijau kehitaman pada sampel dilakukan pengujian kualitatif. Hasil pengujian tanin terhadap ekstrak etil asetat daun namnam dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 21. Reaksi Uji antara Tanin dan FeCl 3 Sumber: Stevens dkk.,1993 Keterangan : Senyawa tanin berikatan kovalen dengan FeCl 3 membentuk kompleks stabil yang ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi hijau kehitaman atau biru Gambar 22. Hasil Uji senyawa tanin pada ekstrak etil asetat daun namnam Dokumentasi Pribadi, 2016 Keterangan : Terbentuk warna hijau kehitaman yang menunjukkan adanya senyawa tanin

F. Skrinning Senyawa Daun Namnam Menggunakan GCMS

Dokumen yang terkait

Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Dari Tumbuhan Pacar Air (Impatiens balsamina L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis DAN Pseudomonas aeruginosa

17 134 75

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN NAMNAM (Cynometra cauliflora L.) TERHADAP Staphylococcus epidermidis DAN Pseudomonas aeruginosa.

0 7 16

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN NAMNAM (Cynometra cauliflora L.) TERHADAP Staphylococcus epidermidis DAN Pseudomonas aeruginosa.

0 3 14

I. PENDAHULUAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN NAMNAM (Cynometra cauliflora L.) TERHADAP Staphylococcus epidermidis DAN Pseudomonas aeruginosa.

0 4 6

II. TINJAUAN PUSTAKA AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN NAMNAM (Cynometra cauliflora L.) TERHADAP Staphylococcus epidermidis DAN Pseudomonas aeruginosa.

0 6 22

III. METODE PENELITIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN NAMNAM (Cynometra cauliflora L.) TERHADAP Staphylococcus epidermidis DAN Pseudomonas aeruginosa.

0 7 12

V. SIMPULAN DAN SARAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN NAMNAM (Cynometra cauliflora L.) TERHADAP Staphylococcus epidermidis DAN Pseudomonas aeruginosa.

1 2 16

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, dan Klebsiell

0 1 13

PENDAHULUAN Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, dan Klebsiella pneumoniae Serta Bioautografinya.

0 1 7

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora L.) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, dan Klebsiella

0 1 17