Korupsi .1 Pengertian Korupsi Pendidikan dan Pembangunan
ISSN 2407-9189 The 4
th
University Research Coloquium 2016
252
2.2 Korupsi 2.2.1 Pengertian Korupsi
Kata “Korupsi” berasal dari bahasa latin: „Corruptie‟
yang berarti
penyuapan, perusakan moral, perbuatan yang tidak beres
dalam jawatan, pemalsuan dan sebagainya. Ensiklopedia Indonesia, NV Penerbitan W.
Van Hoeve Bandung‟s –Graven-hage Dalam kamus umum Bahasa Indonesia buah tangan
Poerwadarminta 1976, kata “korupsi” diartikan sebagai perbuatan yang buruk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya Prakoso, dkk, 1987:
391
Dari segi semantik, kata “korupsi” berasal dari bahasa Inggris Corrupt, dari
perpaduan dua kata dalam bahasa latin yaitu Com yang berarti bersama-sama dan rumpere
yang berarti pecah atau jebol. Secara istilah bisa diartikan sebagai suatu tindakan yang
tidak
jujur atau
penyelewengan yang
dilakukan karena adanya suatu pemberian. Pada prakteknya, korupsi dapat dilihat sebagai
penerimaan uang yang berhubungan dengan jabatan tanpa tercatat dalam administrasi.
Berbagai
kamus bahasa
Indonesia mengisyaratkan
korupsi dengan
sangat sederhana, yakni tindakan atau perbuatan
penyelewengan yang dilakukan oleh oknum dan atau aparat negara untuk kepentingan
pribadi dengan memperkaya diri sehingga menyebabkan kerugian pada negara Santoso,
2011: 5-6
Dilihat dari sudut terminologi, istilah korupsi berasal dari kata “corruptio” dalam
bahasa latin yang berarti kerusakan atau kebobrokan, dan dipakai pula untuk menunjuk
suatu keadaan atau perbuatan yang busuk. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah ini
mewarnai perbendaharaan kata dalam bahasa berbagai negara, termasuk bahasa Indonesia.
istilah korupsi sering dikaitkan dengan ketidakjujuran atau kecurangan seseorang
dalam bidang keuangan. Danil, 2012: 3 2.2.2 Ciri-ciri Korupsi
Menurut Santoso 2011: 8-9 tindakan korupsi memiliki ciri khas di antaranya sebagai
berikut: a. Dilakukan secara berjamaah lebih dari
seorang. b. Tidak hanya berlaku bagi pegawai negeri,
birokrat atau aparat negara saja, pihak organisasi swastapun bisa terjangkit penyakit
ini. c. Korupsi tidak selalu dalam bentuk uang
tunai, namun dapat berupa tip, “sogokan”, suap-menyuap, uang dengar, salam tempel,
atau dalam bentuk benda, barang tertentu. d. Biasanya tidak transpararan, kecuali yang
telah membudaya. e.
Melibatkan elemen
kewajiban dan
simbiosis mutualisme kepentingan berbagai pihak terkait.
f. Tindak pidana ini selalu merugikan baik pada badan publik, masyarakat umum maupun
negara. g. Korupsi pasti menyimpang dari norma-
norma
tugas, kewajiban
dan pertanggungjawaban dalam tatanan sosial.
Syed Hussein Alatas menambahkan beberapa ciri dari korupsi, yaitu Danil, 2012: 7-8:
a. Mereka yang mempraktikkan cara-cara korupsi
biasanya berusaha
untuk menyelubungi
perbuatannya dengan
berlindung di balik pembenaran hukum; b. Mereka yang terlibat korupsi adalah mereka
yang menginginkan
keputusan-keputusan yang tegas, dan mereka mampu untuk
mempengaruhi keputusan-keputusan itu; c. Setiap tindakan korupsi mengandung
penipuan; d. Setiap bentuk korupsi adalah suatu
pengkhianatan kepercayaan; e. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi
ganda yang kontradiktif dari mereka yang melakukan tindakan itu;