Sistem Ekonomi Islam bagi Sebuah Negara

Sistem Ekonomi Islam bagi Suatu Negara
Abstraksi
Makalah ini dibuat dengan mengangkat judul Sistem Ekonomi Islam bagi
Suatu Negara. Makalah ini bertujuan untuk mengenalkan konsep ekonomi islam
dan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam sistem yang terdapat di dalamnya
untuk dapat diterapakan dalam sistem ekonomi di suatu negara. Data bahan acuan
pembelajaran bersumber dari buku-buku. Selain itu, informasi lebih luas diperoleh
dari penelusuran di internet. Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah
deskriptif kualitatif. Dari makalah ini diketahui bahwa sistem ekonomi islam
adalah sistem ekonomi yang paling efektif yang dapat diterapkan pada suatu
negara.
Kata kunci: sistem ekonomi islam, kapitalisme, sosialisme, negara

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sistem Ekonomi Islam akhir-akhir ini sedang hangat diperbincangkan.
Banyak dari negara-negara di dunia mulai tertarik untuk menerapkan sistem
ekonomi ini. Tak hanya negara-negara islam ataupun negara yang memiliki
penduduk mayoritas islam, tetapi juga negara-negara barat yang ada di
dunia. Hal ini adalah faktor utama penulis mengangkat judul Sistem
Ekonomi Islam bagi Suatu Negara, yaitu untuk memperkenalkan sistem

ekonomi secara teoritis. Hal-hal yang disebutkan dalam makalah ini salah
satunya adalah karakteristik ekonomi Islam yang akan menjelaskan faktorfaktor apa saja yang membangun ekonomi Islam. Lebih lanjutnya penulis
memaparkan identitas-identitas lain tentang ekonomi islam yang akan
menjelaskan lebih jauh tentang ekonomi islam
2. .Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari Sistem Ekonomi Islam?
b. Bagaimana sejarah ekonomi islam di dunia?
c. Apa saja pokok-pokok dari ekonomi Islam?
d. Mengapa sebuah negara perlu menerapkan sistem ekonomi Islam?
3. Tujuan

1

Mengenalkan kepada masyarakat luas bahwa ekonomi Islam adalah sistem
ekonomi yang paling baik untuk diterapkan di suatu negara, karena ekonomi
Islam telah memiliki landasan mutlak dalam teori maupu prakteknya yaitu AlQur’an dan Hadits Nabi.

B. Pembahasan
1. Pengertian Ekonomi Islam
Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada

ajaran dan nilai-nilai islam. Sumber dari keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al
Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Nilai-nilai sistem ekonomi Islam ini
merupakan bagian integral dari keseluruhan ajaran islam yang komprehensif dan
telah dinyatakan Allah SWT. sebagai ajaran yag sempurna pada QS. Al-maidah:3 1.
Sistem ekonomi islam berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis,
sistem ekonomi islam memiliki sifat-sifat baik dari sistem ekonomi sosialis dan
kapitalis, namun terlepas dari sifat buruknya. Ilmu ekonomi islam merupakan
ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang
diilhami oleh nilai-nilai islam.2
Saat ini negara-negara barat mulai melirik kinerja Sistem Ekonomi Islam.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang terdapat di dalamnya. Salah satu faktor
utama

yang

mendorong

ketertarikan

negara-negara


barat

untuk

mulai

mempelajarinya adalah sistem pokok dari ekonomi Islam yang meniadakan
bunga, baik bunga pinjaman maupun bunga bunga simpanan. Sistem Ekonomi
Islam diformulasikan berdasarkan pandangan Islam tentang kehidupan ekonomi.
Hal ini berarti mengkaji proses dan penanggulangan kegiatan manusia yang
berkaitan dengan produksi, konsumsi dan distribusi dalam masyarakat muslim.
1 Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. (Jakarta:Kencana, 2007) hlm.
11

2 http://yuesuf.wordpress.com/2013/04/15/makalah-sistim-ekonomi-islam/ diakses 24-12-2013

2

2. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Pada perkembangannya ekonomi Islam memiliki latar belakang
tersendiri dalam sejarah. Ada empat fase yang merupakan steps dari
berdirinya sistem ekonomi Islam itu sendiri. Empat fase tersebut adalah
fase pertumbuhan, fase keemasan, fase kemunduran dan fase kontemporer.
Berikut adalah rincian dari fase-fase tersebut:
a. Fase Pertumbuhan (450-1058 M)
Masa pertumbuhan terjadi pada awal masa berdirinya
negara Islam di Madinah. Meskipun belum dikatakan
sempurna, tapi masa itu merupakan tonggak awal timbulnya
dasar ekonomi Islam. Dalam prakteknya ekonomi Islam telah
diterapkan dalam kehidupan bernegara, terbukti dengan
didirikannya sebuah lembaga pemerintahan yang mengatur
keuangan negara dalam bentuk pajak dan zakat yang berdiri
pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khathab. Lembaga
ini disebut dengan Baitul Mal. Perusahaan (PT) pun telah
terbentuk walaupun masih dalam skala kecil yang disebut
dengan Musyarakah.

b. Fase Keemasan (1058 M-1446 M)
Fase ini dikenal dengan fase yang cemerlang karena

meninggalkan warisan intelektual yang sangat kaya. Para
cendikiawan muslim di masa ini mampu menyusun konsep
tentang bagaimana umat muslim melaksanakan kegiatan
ekonomi dengan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul.

Terbukti

perekonomian

dengan

seperti

ditetapkannya

cara-cara

kaidah-kaidah


bertransaksi

(akad),

pengharaman riba, penentuan harga, hukum syarikah (PT),

3

pengaturan pasar dan lain sebagainya. Kaidah-kaidah tersebut
tersebut telah dibukukan dalam kitab-kitab karya para
cendekiawan pada masa itu walaupun masih tercecer dalam
buku-buku fiqih dan belum menjadi sebuah buku dengan judul
Ekonomi Islam. Tokoh-tokoh yang terkeal pada masa itu adalah
Al-Ghazali (w. 505 H/1111 M), Ibnu Taimiyah (w. 728/1328
M), Ibnu Khaldun (1332-1404M) dan lain-lain. Ide-ide AlGhazali menjelaskan tentang fungsi uang jauh sebelum
lahirnya Adam Smith, 700 tahun sebelum bapak ekonomi
konvensional menulis bunya yang berjudul The Wealth of
Nation.

c. Fase Kemunduran (1446 M-1932 M)

Fase ini merupakan masa tertutupnya pintu ijtihad
(independent judgement) yang mengakibatkan fase ini disebut
dengan fase Stagnasi. Pada fase ini fuqaha hanya menulis
catatan-catatan para pendahulunya dan mengeluarkan fatwafatwa yang sesuai dengan aturan yang ditentukan dalam
masing-masing madzhab, sehingga ilmu-ilmu keislaman hanya
bersifat pengulangan daripada bersifat penemuan. Namun,
terdapat sebuah gerakan pembaharu selama dua abad terakhir
yang menyeru untuk kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan AsSunnah sebagai sumber pedoman hidup. Tokoh-tokoh pada
masa ini adalah Shah Waliullah (wafat: 1762 M), M. Abduh
(wafat: 1905), M. Iqbal (wafat: 1938 M) dan lain-lain.

d. Fase Kontemporer (1932 M – sekarang)

4

Baqr Sadr, salah satu tokoh ekonomi Islam pada fase
kontemporer menyatakan bahwa ada ketidaksesuaian antara
definisi ilmu ekonomi dengan ideologi Islam. Ilmu ekonomi
menyatakan bahwa masalah ekonomi timbul karena adanya
masalah kelangkaan sumber daya ekonomi (scarcity) bukan

karena adanya kebutuhan manusia yang sifatnya tidak terbatas.
Tokoh lain dalam fase ini adalah Abdul Mannan, Monzer Kahf,
M.Umer Chapra, dan lain-lain.

3. Pokok-Pokok Ekonomi Islam
Islam memiliki sistem ekonomi yang secara fundamental berbeda
dari sistem-sistem yang sedang berjalan. Ia memiliki akar dalam syariat
yang membentuk pandangan dunia sekaligus sasaran-sasaran dan strategi
(maqashid syariah) yang berbeda dari sistem-sistem sekuler yang
menguasai dunia pada masa ini. Sasaran-sasaran yang dikehendaki Islam
secara mendasar bukan materiil, tetapi didasarkan atas konsep-konsep
Islam sendiri yaitu tentang kebahagiaan manusia (falah) dan kehidupan
yang baik (hayyatan thayyibah).
Ekonomi Islam bukan hanya ekspresi syariah yang memberikan
eksistensi sistem islam di tengah-tengah eksistensi berbagai sistem
ekonomi modern. Tapi sistem ekonomi islam lebih dari hanya sebagai
pandangan islam yang kompleks hasil ekspresi akidah islam dengan
nuansa yang luas dan target yang jelas. Ekspresi akidah melahirkan corak
pemikiran dan metode aplikasinya, baik dalam konteks undang-undang
kemasyarakatan, perpolitikan, atau perekonomian.

Dalam pengkajian tentang ekonomi Islam, hal yang tidak boleh
diabaikan ialah melihat peran individu dan praktik kehidupan masyarakat.
Hal ini dapat kita mulai dengan memandang penting sumber nurani
(intuisi), faktor alam, akidah dan perilaku masyarakat. 3
4. Acuan Pandangan Islam Tentang Azas Dasar Syariah

3 Sistem ekonomi Islam, M. Faruq Annabahan, (Yogyakarta: UII Press , 2002) hlm. 13.

5

Landasan ekonomi islam jelas berbeda dengan landasan sistem
ekonomi modern. Islam memiliki acuan dasar yaitu Al-Qur’an dan Hadist.
Ada sebagian orang yang berpikir, bahwa adanya sistem ekonomi islam
yang abadi akan melahirkan stagnansi dan tidak menerima reformasi.
Pemikiran demikian mulanya jelas karena ketidaktahuan sumber acuan
islam dan karakteristiknya. Sebab dalam islam yang tidak mungkin
berubah dan bersifat abadi hanyalah kaidah dasar-dasar syariah dan
berbagai pondasi dasar. Dalam hal-hal yang bersifat kondisional, islam
memang tetap mengacu dan merujuk sumber asalnya. Namun demikian,
dilibatkan pula peran akal. Peran ini yang kemudian disebut ijtihad. Agar

praktik ijtihad tidak keluat dari rel islam, maka untuk itubdisyaratkan
banyak hal dan berbagai kriteria kelayakan, agar si mujtahid tidak
menyimpang. Fungsi lain dari ketatnya ijtihad ialah untuk meminimalkan
sekecil mungkin kesalahan.4
5. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Dari berbagai aspek yang berhubungan langsung dengan ekonomi
islam, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa prinsip dasar dalam
ekonomi islam, yaitu:
a) Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari
Allah swt kepada manusia.
b) Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
c) Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama.
d) Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai
oleh segelintir orang saja.
e) Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya
direncanakan untuk kepentingan banyak orang.

4 Ibid., hlm 19.

6


f) Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di
akhirat nanti.
g) Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas
(nisab)
h) Islam melarang riba dalam segala bentuk.
Itulah cara bagaimana Islam memandang segala aspek dalam
kehidupan. Semuanya terukur dan dapat diterima oleh semua kalangan.
Tidak ada satupun aturan yang memberatkan salah satu pihak dan
meninggikan pihak yang lain. Islam sangat mementingkan kemaslahatan
umum di setiap aspeknya. Hukum yang terkandung di dalamnya
merupakan hukum yang tidak bisa diganggu gugat karena hukum tersebut
merupakan hukum yang dibuat oleh Sang Pencipta langit dan bumi beserta
seluruh isinya, bukan buatan manusia belaka. Maka tidak ada hukum
maupun aturan yang diragukan di dalamnya.
6. Ciri-ciri Ekonomi Islam
Seperti halnya sistem ekonomi kapitalis dana sosialis, sistem ekonomi
islam juga memiliki ciri khusus yang embedakannya dengan sistem
ekonomi yang lain. Berikut adalahh ciri-ciri dari sistem ekonomi Islam:
1. Aqidah sebagai substansi (inti) yang menggerakkan dan mengarahkan
kegiatan ekonomi
2. Syari’ah sebagai batasan untuk memformulasi keputusan ekonomi
3. Akhlak berfungsi sebagai parameter dalam proses optimalisasi kegiatan
ekonomi
Perbedaan Konsep Ekonomi Kapitalis, Islam dan Sosialis

Konsep

Kapitalis

Islam

Sosialis
7

Sumber kekayaan

Kepemilikan

Sumber kekayaan

Sumber Kekayaan

Sumber kekayaan

sangat langka( scarcity alam semesta dari

sangat langka( scarcity

of resources)

ALLAH SWT

of resources)

Setiap pribadi di

Sumber kekayayan

Sumber kekayaan di

bebaskan untuk

yang kita miliki adalah dapat dari

memiliki semua

titipan dari ALLAH

pemberdayaan tenaga

kekayaan yang di

SWT

kerja (buruh)

Untuk mencapai ke

Ke setaraan

peroleh nya

Tujuan Gaya hidup
perorangan

Kepuasan pribadi

makmuran (Al-Falah), penghasilan di antara
di dunia dan akhirat

kaum buruh

Konsep dari ekonomi kapitalis adalah kekayaan itu sangat langka dan
harus di peroleh dengan cara bekerja keras, dan setiap pribadi boleh
memiliki kekayaan yang tiada batas untuk mencapai tujuan hidupnya.
Dalam sistem ekonomi kapitalis perusahaan di miliki oleh perorangan.
Terjadinya pasar (market) dan terjadinya demand and supply adalah ciri
khas dari ekonomi kapitalis. Keputusan yang diambil atas isu yang terjadi
seputar masalah ekonomi sumbernya adalah dari kalangan kelas bawah
yang membawa masalah tersebut ke level yang lebih atas.
Sementara itu, Islam mempunyai suatu konsep yang berbeda mengenai
kekayaan. Semua kekayaan di dunia adalah milik Allah SWT yang
dititipkan kepada kita, dan kekayaan yang kita miliki harus di peroleh
dengan cara yang halal, untuk mencapai Al-falah (makmur dan sukses)
dan Sa’ada Haqiqiyah (kebahagian yang abadi baik di dunia maupun
akhirat). Dalam Islam yang ingin punya properti atau perusahaan harus
mendapat kan nya dengan usaha yang keras untuk mencapai yang nama
8

nya Islamic Legal Maxim, yaitu mencari keuntungan yang sebanyak
banyak nya yang sesuai dengan ketentuan dari prinsip prinsip syariah.
Yang sangat penting dalam transaksi Ekonomi Islam adalah tidak ada nya
unsur Riba (interest) Maisir (judi) dan Gharar (ke tidak pastian).
Lain halnya dengan konsep ekonomi sosialis, di mana sumber kekayaan
itu sangat langka dan harus di peroleh lewat pemberdayaan tenaga kerja
(buruh), di semua bidang, pertambangan, pertanian, dan lainnya. Dalam
sistem Sosialis, semua bidang usaha dimiliki dan diproduksi oleh negara.
Tidak terciptanya market (pasar) dan tidak terjadinya supply dan demand,
karena negara yang menyediakan semua kebutuhan rakyatnya secara
merata. Perumusan masalah dan keputusan ditangani langsung oleh
negara.5
Maka dapat kita simpulkan bahwa kesadaran diri merupakan objek
utama dalam fondasi ekonomi Islam. Kesadaran diri yang bersandar pada
kepercayaan bahwa Tuhan melihat kita dalam situasi dan kondisi apapun.
Jika kita bandingkan dengan konsep ekonomi kapitalis, maka konsep
kapitalis akan membiarkan “yang berkuasa yang dapat ikut bermain”, sang
pemilik hartalah yang memiliki andil terbesar di dalamnya. Sehingga
memberikan efek negatif bagi kemaslahatan umum, sebab hal ini
mendorong yang lemah untuk terus tergusur, tersingkir dari peradaban.
Pemerintah tidak bisa membatasi hal tersebut, karena konsep ekonomi
konvensional merupakan konsep yang liberal, yang berarti free act, free
will merupakan “santapan” sehari-hari. Lain halnya dengan sistem
ekonomi sosialis, yang memiliki andil paling besar adalah pemerintah.
Negara dan kemaslahatan

masyarakat mungkin akan terjamin jika

pemerintahan yang berdaulat benar-benar peduli kepada rakyatnya. Tapi
jika kita kaji lebih dalam, maka sifat dasar manusialah yang dapat
memperburuk keadaan. Kerakusan dapat menodai pemerintahan yang
beraulat sekalipun. Selin itu, campur tangan pemerintah secara terus

5 Op cit. http.
9

menerus dan di dalam segala bidang dapat mematikan kreatifitas
masyarakat. Segalanya harus menurut pada keputusan pemerintah. Tidak
ada kebebasan rakyat untuk ters berinovasi dalam berkarya.
Untuk itu suatu negara membutuhkan sebuah sistem yang benar-benar
seimbang antara kreatifitas masyarakat dan campur tangan pemerintah.
Maka sistem ekonomi Islamlah yang negara butuhkan, karena sistem
ekonomi Islam memiliki kedua aspek tersebut dalam menjalakan
perekonomian dalam bernegara yang menjunjung tinggi kemaslahatan
umum.
7. Strategi
Tidak seperti kapitalisme dan sosialisme, sasaran Islam bersifat mutlak
dan merupakan hasil logis dari falsafah yang mendasarinya. Mereka
bukanlah elemen campuran dari perjuangan untuk mempertahankan hidup
dan dominasi antara kelompok pluralis atau kelas-kelas sosial. Mereka
sangat menyatu dalam sistem islam sehingga realisasinya merupakan
kriteria untuk mengukur tingkatan islamisasi sebuah masyarakat muslim.
Tentu saja perpaduan antara sasaran dan pandangan dunia tidak
mencukupi. Diperlukan pula suatu strategi yang juga merupakan hasil
logis dan falsafah yang mendasarinya. Jika dijalankan secara serius, hal ini
memungkinkan masyarakat muslim mengaktualisasikan sasaran-sasaran
yang telah disepakati sebelumnya. Islam memang memiliki strategi, yang
meliputi reorganisasi keseluruhan sistem ekonomi dengan empat elemen
yang saling memperkuat:
a) Sebuah mekanisme filter yang secara sosial disepakati
b) Sebuah sistem motivasi yang mendorong individu untuk melakukan
yang terbaik untuk dirinya dan masyarakatnya

10

c) Restrukturisasi perekonomian secara keseluruhn dengan tujuan
mewujudkan maqashid meskipun menghadapi kelangkaan sumbersumber daya
d) Sebuah peran pemerintah yang positif dan kuat6

F. Referensi
Annabahan, M. Faruq, Sistem Ekonomi Islam. Yogyakarta : UII Press
Yogyakarta, 2002
Chapra, M. Umer, Islam dan Tantangan Ekonomi. Jakarta : Gema Insani
Press, 2000.
http://www.usepsaefurrohman.com/2013/3-perbandingan-sistem-ekonomi
html. Diakses pada 15 Oktober 2013, 15.23.
Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam.
(Jakarta:Kencana, 2007) hlm. 11

6 Op cit., hlm 215.

11