Rumusan dan Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran

3 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN OLEH ANGGOTA KOPASSUS.

B. Rumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peraturan hukum tentang tindak pidana kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh anggota kopassus? 2. Bagaimanakah penegakan hukum tindak kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh anggota kopassus?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui peraturan hukum tentang tindak pidana kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh anggota kopassus. b. Untuk mengetahui penegakan hukum tindak kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh anggota kopassus. 2. Tujuan Subjektif a. Untuk menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis dalam karya ilmiah dalam rangka memenuhi syarat mencapai gelar sarjana di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah surakarta. 4 b. Untuk mampu mendorong dan mengembangkan cara berfikir yang kritis dan kreatif terhadap perkembangan penegakan hukum di Indonesia.

D. Manfaat Hasil penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan di atas, manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum di Indonesia dan khususnya hukum pidana, terutama mengenai penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anggota kopassus. 2. Manfaat Praktis a. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. b. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul serta berusaha untuk memberikan masukan dalam bentuk pemikiran mengenai penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anggota kopassus.

E. Kerangka Pemikiran

Terjadinya tindak pembunuhan yang dilakukan oleh anggota kopassus merupakan salah suatu tindakan kejahatan yang sangat kejam. Keberadaan 5 aparat keamanan seperti kopassus seharusnya mampu menjadi panutan, dimana keberadaanya seharusnya mampu menjaga dan mengayomi masyarakat secara umum. Pada dasarnya perbuatan anggota kopassus yang menghilangkan nyawa tersebut telah melanggar hak asasi manusia, yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 1 Poin 1 tentang Hak Asasi Manusia yaitu: “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia” Sedangkan secara umum ketentuan mengenai perlindungan atas tindak pidana pembunuhan diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Pasal 338- 350. Hukum pidana militer dan hukum acara pidana militer, adalah hukum khusus, disebut hukum khusus dengan pengertian untuk membedakanya dengan hukum pidana umum dan hukum acara pidana umum yang berlaku untuk setiap orang. 4 Keberadaan hukum pidana militer dan hukum acara pidana militer mengatur ketentuan dan keberlakuan terhadap anggota militer yang melakukan suatu tindak pidana. Dengan adanya hukum pidana militer, bukan berarti hukum pidana umum tidak berlaku bagi militer, akan tetapi bagi militer berlaku bagi hukum pidana umum maupun hukum pidana militer. 5 Penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan- keinginan hukum yaitu pikiran-pikiran badan pem b uat undang-undang yang 4 Moch. Faisal Salam, Peradilan Militer Indonesia, Bandung: Mandar Maju, 1994, hal. 27. 5 Ibid,. 6 dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum. 6 Penegakan hukum merupakan salah satu upaya untuk menciptakan keadilan secara umum. Keadilan dalam lingkup yang luas memberikan pemahaman bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di depan hukum, tanpa membedakan status, jabatan, maupun golongan. Jaminan tersebut tertuang dalam ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 1, yang berbunyi: “ Segala warga negara bersamaan kedudukanya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Penegakan hukum dalam upaya menciptakan nilai keadilan, tidak hanya mencangkup keadilan pada korban, maupun keluarga korban, melainkan juga terhadap pelaku kejahatan pembunuhan. Penegakan hukum harus mempunyai tujuan yang baik, yang di dalamnya tidak hanya untuk menghukum pelaku, melainkan juga memberikan pembelajaran agar pelaku kejahatan tidak melakukan atau mengulangi perbuatan yang sama. Nilai keadilan yang diciptakan dalam penegakan hukum seharusnya tidak hanya bisa dirasakan oleh salah satu pihak, melainkan juga untuk semua kalangan masyarakat secara umum.

F. Metode Penelitian