3. Kuat tekan mortar
Kekuatan tekan adalah kemampuan pasta dan mortar menerima gaya tekan persatuan luas. Seperti pada beton, kekuatan pasta dan mortar
ditentukan oleh kandungan semen dan faktor air semen dari campuran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan pasta dan mortar
diantaranya adalah faktor air semen, jumlah semen, umur mortar, dan sifat agregat. Asia, N.2014
3.1 . Faktor air semen f a s
Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air dan berat semen dalam campuran pasta atau mortar. Secara umum
diketahui bahwa semakin tinggi nilai f.a.s maka semakin rendah mutu kekuatan beton. Namun demikian, nilai f.a.s. yang semakin
rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai f.a.s. yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam
pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada
akhirnya akan menyebabkan mutu
beton menurun. Asia,N.2014
3.2 . Jumlah Semen
Pada mortar dengan f.a.s sama, mortar dengan kandungan semen lebih banyak belum tentu mempunyai kekuatan lebih tinggi. Hal
ini disebabkan karena jumlah air yang banyak, demikian pula pastanya, menyebabkan kandungan pori lebih banyak daripada
mortar dengan kandungan semen yang lebih sedikit. Kandungan pori
inilah yang mengurangi kekuatan mortar. Jumlah semen
dalam mortar mempunyai nilai optimum tertentu yang memberikan kuat tekan tinggi. Asia, N.2014
3.3. Umur Mortar
Kekuatan mortar akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur dimana pada umur 28 hari pasta dan mortar akan
memperoleh kekuatan yang diinginkan. Asia, N.2014
3.4. Sifat Agregat
Sifat agregat yang berpengaruh terhadap kekuatan ialah bentuk, kekasaran permukaan, kekerasan dan ukuran maksimum butir
agregat. Bentuk dari agregat
akan berpengaruh terhadap interlocking antar agregat. Asia, N.2014
4. Kuat tarik belah mortar
Kuat tarik belah adalah ukuran kuat tarik belah mortar yang diakibatkan oleh suatu gaya untuk mengetahui batas kuat tarik belah dari benda uji.
Benda uji mortar ini setelah keras kemudian diletakkan mendatar sejajar dengan permukaan meja penekan mesin uji ditekan. Nilai kuat tarik yang
diperoleh dihitung dari besar beban tarik maksimum N dikalikan dua dibagi dengan panjang dan diameter benda uji mm
2
. Tjokrodimuljo, K. 2012
5. Penyerapan air mortar
Daya serap air adalah persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu agregat jika direndam dalam air. Pori dalam butir agregat
mempunyai ukuran dengan variasi cukup besar. Pori-pori tersebar di
seluruh butiran, beberapa merupakan pori-pori yang tertutup dalam materi, beberapa yang lain terbuka terhadap permukaan butiran.
Beberapa jenis agragat yang sering dipakai mempunyai volume pori tertutup sekitar 0 sampai 20 dari volume butirnya. Tjokrodimulyo,
K 2012
Menurut Tjokrodimuljo, K 2012 menyatakan bahwa dalam adukan beton atau mortar, air, dan semen membentuk pasta yang disebut pasta
semen. Pasta semen ini selain mengisi pori-pori diantara butir-butir agregat halus, juga bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses
pengerasan, sehingga butir-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak atau padat.
6. Tipe mortar
Berdasarkan ASTM C270, Standard Specification for Mortar for Unit Masonry, mortar untuk adukan pasangan dapat dibedakan atas 5 tipe,
yaitu :
6.1. Mortar Tipe M
Mortar tipe M merupakan campuran dengan kuat tekan yang tinggi yang
direkomendasikan untuk pasangan bertulang maupun
pasangan tidak bertulang yang akan memikul beban tekan yang besar.
6.2. Mortar Tipe S
Mortar tipe ini direkomendasikan untuk struktur yang akan memikul beban tekan normal tetapi dengan kuat lekat lentur yang diperlukan
untuk menahan beban lateral besar yang berasal dari tekanan tanah, angin dan beban gempa. Karena keawetannya yang tinggi, mortar
tipe S juga direkomendasikan untuk struktur pada atau di bawah tanah, serta yang selalu berhubungan dengan tanah, seperti pondasi,
dinding penahan tanah, perkerasan, saluran pembuangan dan
mainhole.
6.3. Mortar Tipe N
Tipe N merupakan mortar yang umum digunakan untuk konstruksi pasangan di atas tanah. Mortar ini direkomendasikan untuk dinding
penahan beban interior maupun eksterior. Mortar dengan kekuatan sedang ini memberikan kesesuaian yang paling baik antara kuat
tekan dan kuat lentur, workabilitas, dan dari segi ekonomi yang direkomendasikan untuk aplikasi konstruksi pasangan umumnya.
6.4. Mortar Tipe O
Mortar tipe O merupakan mortar dengan kandungan kapur tinggi dan kuat tekan yang rendah. Mortar tipe ini direkomendasikan
untuk dinding interior dan eksterior yang tidak menahan beban struktur, yang tidak
menjadi beku dalam keadaan lembab atau
jenuh. Mortar tipe ini sering digunakan untuk pekerjaan setempat, memiliki workabilitas yang baik dan biaya yang ekonomis.
6.5. Mortar Tipe K
Mortar tipe K memiliki kuat
tekan dan kuat lekat lentur yang sangat rendah. Mortar tipe ini jarang digunakan untuk konstruksi
baru, dan direkomendasikan dalam ASTM C270 hanya untuk
konstruksi bangunan lama yang umumnya menggunakan mortar kapur.
7. Metode Pengujian
a. Proporsi campuran bahan untuk benda uji Mortar yang dibuat dilaboratorium yang digunakan untuk menentukan sifat – sifat
menurut spesifikasi ini harus berisi bahan – bahan konstruksi dalam susunan campuran yang telah ditetapkan dalam spesifikasi proyek.
SNI 03- 6882-2002. b. Pencampuran Mortar Semua bahan bersifat semen dan agregat harus
dicampur dengan sejumlah air secukupnya selama 3 – 5 menit dengan menggunakan alat pengaduk mekanis untuk menghasilkan mortar
yang mudah dikerjakan. SNI 03-6882-2002. c. Pemeliharaan Kelecekan
Mortar yang telah mengeras harus diaduk kembali dengan tangan untuk mempertahankan kelecekannya, dan mortar yang telah
mencapai lebih dari 2,5 jam sejak dicampur tidak boleh dipakai lagi. SNI 03-6882-2002.
B. Semen
Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif, yaitu bahan pengikat. Menurut Standar Industri Indonesia, SII 0013-1981, definisi
semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidarulis bersama bahan-bahan yang biasa digunakan, yaitu gypsum. Ada dua
macam semen, yaitu semen hidraulis dan semen non-hidraulis. Semen non- hidraulis adalah semen perekat yang dapat mengeras tetapi tidak stabil
dalam air. Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras bila bereaksi dengan air, tahan terhadap air water resistance dan stabil di dalam air
setelah mengeras.
Semen Portland diperoleh dengan membakar suatu campuran dari calcareous yang mengandung kalsium karbonat dan algillaceaus yang mengandung
alumina dengan suatu perbandingan tertentu serta silikat-silikat kalsium. Bahan-bahan tersebut dibakar dengan suhu 1550°C dan menjadi klinker.
Kemudian didinginkan dan dihaluskan menjadi bubuk. Pada campuran ini umumnya ditambahkan lagi gips atau kalsium sulfat CaSO4 kira-kira 2-4
sebagai bahan pengontrol waktu ikat. Bahan-bahan lain juga ditambahkan untuk membuat semen dengan sifat-sifat khususSemen merupakan bahan
pengikat yang paling terkenal dan paling banyak digunakan dalam konstruksi beton. Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting,
yaitu : 1. Tricalsium silikat C3S atau CaO SiO
2
2. Dicalsium silikat C2S atau 2CaO SiO
2
3. Tricalsium aluminat C3A atau 3CaO Al
2
O
3
4. Tetracalsium aluminoferit C4AF atau Al
2
O
3
Fe
2
O
3
Semen dapat membuat berbagai macam jenis semen hanya dengan mengubah kadar masing-masing komponennya. Misalnya ingin mendapatkan semen
yang mempunyai kekuatan awal yang tinggi maka semen perlu menambah
kadar C
3
S dan mengurangi kadar C
2
S. ASTM American Standard for Testing Material menentukan komposisi semen berbagai tipe sebagaimana
tampak pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1. Jenis-jenis semen portland dengan sifat-sifatnya.
Tipe Semen
Sifat Pemakaian
Kadar senyawa Kehalusan
blaine kgm
2
Kuat 1 hari
kgcm
2
Panas hidrasi
Jg C
3
S C
2
S C
3
A C
4
AF I
Umum 50
24 11
8 350
1000 330
II Modifikasi
42 33
5 13
350 900
250 III
Kekuatan awal tinggi
60 13
9 8
450 2000
500 IV
Panas hidrasi
rendah 25
50 8
12 300
450 210
V Tahan
sulfat 40
40 9
`9 350
900 250
Sumber : Nugraha, P dan Antoni, 2007 1. Tipe I adalah semen portland untuk tujuan umum. Jenis ini paling banyak
diproduksi karena digunakan untuk hampir semua jenis konstruksi.. 2. Tipe II adalah semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Untuk mencegah serangan sulfat maka pada semen tipe ini, senyawa C
3
A harus dikurangi. Semen tipe ini biasa digunakan pada bangunan seperti pelabuhan, pondasi, bangunan-
bangunan yang berhubungan dengan rawa, dan saluran-saluran air buangan. 3. Tipe III adalah semen porland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan 28
hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum dipakai ketika harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus
dapat cepat dipakai. Semen tipe ini biasa digunakan pada bangunan- bangunan seperti pembuatan beton pracetak, perbaikan pavment, dan
pembetonan di daerah cuaca dingin. 4. Tipe IV adalah semen portland yang dalam penggunaannya menurut
persyaratan panas hidrasi yang rendah. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi, maka semen tipe ini senyawa C
3
S dan C
3
A dikurangi. Semen tipe ini memiliki kuat tekan yang lebih rendah dari semen tipe I. Semen tipe ini
biasanya digunakan pada bangunan-bangunan seperti konstruksi DAM, basement¸ dan pembetonan pada daerah bercuaca panas.
5. Tipe V adalah semen porland tahan sulfat, yang dipakai untuk menghadapi aksi sulfat yang ganas. Umumnya dipakai di daerah dimana tanah atau
airnya memiliki kandungan sulfat yang tinggi. Nugraha, P dan Antoni, 2007
Selain tipe semen diatas, semen yang banyak dijual dipasaran adalah semen PCC Portland Composite Cement. Jenis semen portland yang digunakan
pada penelitian ini adalah semen portland tipe PCC Portland Composite Cement. PCC Portland Composite Cement adalah bahan pengikat hidrolis
hasil penggilingan bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen
portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi blast furnace slag, pozolan, senyawa silika, batu kapur,
dengan kadar total bahan anorganik 6 - 35 dari masa semen portland komposit. SNI 15-7064-2004
Semen jenis PCC dapat digunakan pada konstruksi umum seperti pekerjaan beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan pembuatan elemen
bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton, bata beton paving block dan sebagainya.
C. Agregat halus
Agregat halus untuk betonmortar adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang
diasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm. Sugianto dan Sebayang, S. 2005
Agregat yang dipakai untuk campuran adukan atau mortar harus memenuhi syarat yang ditetapkan dengan batasan ukuran agregat halus yang dapat
dilihat pada Tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2. Gradasi agregat halus untuk adukanmortar
Saringan Persen lolos
No. Diameter mm
Pasir alam Pasir olahan
4 4,76
100 100
8 2,36
90-100 95-100
16 1,18
70-100 70-100
30 0,6
40-75 40-75
50 0,3
10-35 20-40
100 0,15
2-15 10-25
200 0,075
0-10 Sumber: SNI 03-6820-2002
Unsur perusak yang terkandung dalam agregat halus dibatasi sebagai berikut: 1. Partikel yang mudah pecah maksimum 1,0
2. Tidak mengandung zat organik 3. Partikel ringan yang terapung pada cairan dengan berat jenis 2,0
maksimum 0,5 4. Kadar lumpur maksimum 5
5. Bebas dari kotoran. SNI 03-6820-2002
D. Air
Air merupakan komponen penting dari campuran pasta dan mortar yang memegang salah satu faktor penting, karena air dapat bereaksi dengan semen,
yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Kualitas air mempengaruhi kekuatan pasta dan mortar, maka kemurnian dan kualitas air untuk campuran
pasta dan mortar perlu mendapat perhatian. Air untuk pembuatan dan perawatan pasta dan mortar tidak boleh mengandung minyak, asam alkali,
garam, bahan-bahan organic, atau bahan lain yang dapat merusak pasta dan mortar. Sebaiknya digunakan air bersih, air tawar, tidak berbau, bila
dihembuskan dengan udara tidak keruh, tidak berasa, dan dapat diminum.. Air sebagai bahan bangunan sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut:
Standar SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A
1. Air harus bersih. 2. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda melayang lainnya yang
dapat dilihat secara visual dan tidak boleh lebih dari 2 gram per liter. 3. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak
asam, zat organik, dan sebagainya lebih dari 15 gram per liter. 4. Tidak mengandung klorida Cl lebih dari 0,5 gram per liter..
5. Tidak mengandung senyawa sulfat sebagai SO3 lebih dari 1 gram per liter.
Kualitas mortar akan berkurang bila air mengandung kotoran. Pengaruh pada mortar diantaranya pada lamanya waktu ikatan awal adukan mortar,
kekuatannya, serta kekedapan airnya setelah mortar mengeras. Adanya
butiran melayang lumpur dalam air di atas 2 gramliter dapat mengurangi kekuatan mortar.
E. Serbuk gergaji kayu jati
Serbuk gergaji adalah serbuk kayu berasal dari kayu yang dipotong dengan gergaji. Kayu jati memiliki nama botani Tectona grandits L.f. Di Indonesia
kayu jati memiliki berbagai jenis nama daerah yaitu delek, dodolan, jate, jatih, jatos, kiati, kulidawa, dan lain-lain. Kayu ini merupakan salah satu
kayu terbaik di dunia.
Pohon jati tumbuh baik pada tanah sarang terutama tanah yang mengandung kapur pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, di daerah dengan
musim kering yang nyata dan jumlah curah hujan rata-rata 1200-2000 mm per-tahun. Banyak terdapat di seluruh Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara Barat,
Maluku dan Lampung.
Kayu jati memiliki serat yang halus dengan warna kayu mula-mula sawo kelabu, kemudian berwarna sawo matang apabila lama terkena cahaya
matahari dan udara. Serat kayu memiliki arah yang lurus dan kadang-kadang terpadu. Pada industri pengolahan kayu, jati diolah menjadi kayu gergajian,
plywood, blackbord, particleboard, mebel air dan sebagainya. Karena sifat- sifatnya yang baik, kayu jati merupakan jenis kayu yang paling banyak
dipakai untuk berbagai keperluan. Sifat-sifat kayu jati secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel. 2.3. Sifat-sifat Kayu Jati No
Sifat Satuan
Nilai 1
Berat jenis grcm
2
0,62-0,75 rata-rata 0,67 2
Tegangan pada batas proporsi grcm
2
718 3
Tegangan pada batas patah grcm
2
1031 4
Modulus elastisitas grcm
2
127700 5
Tegangan tekan sejajar serat grcm
2
550 6
Tegangan geser arah radial grcm
2
80 7
Tegangan geser arah tangensial grcm
2
89 8
Kadar selulosa 47,5
9 Kadar lignin
29,9 10
Kadar pentose 14,4
11 Kadar abu
1,4 12
Kadar silica 0,4
13 Serabut
66,3 14
Kelarutan dalam alcohol Bensena
4,6 15
Kelarutan dalam air dingin 1,2
16 Kelarutan dalam air panas
11,1 17
Kelarutan dalam NaOH 1 19,8
18 Kadar air saat titik jenuh serat
28 19
Nilai kalor Calgram
5081 20
Kerapatan Calgram
0,44 Sumber : Wirjomartono, K. 1991
Serbuk gergaji mengandung komponen utama selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif kayu. Serbuk gergaji kayu merupakan bahan berpori,
sehingga air mudah terserap dan mengisi pori-pori tersebut. Dimana sifat serbuk gergaji yang higroskopik atau mudah menyerap air.
1. Sifat fisik
Sifat-sifat ini antara lain daya hantar panas, daya hantar lisrik, angka muai dan berat jenis. Perambatan panas pada kayu akan tertahan oleh pori-pori
dan rongga-rongga pada sel kayu. Karena itu kayu bersifat sebagai penyekat panas. Semakin banyak pori dan rongga udaranya kayu semakin
kurang penghantar panasnya. Selain itu daya hantar panas juga
dipengaruhi oleh kadar air kayu, pada kadar air yang tinggi daya hantar panasnya juga semakin besar.
2. Sifat higroskopik
Akibat air yang keluar dari rongga sel dan dinding sel, kayu akan menyusut dan sebaliknya kayu akan mengembang apabila kadar airnya
bertambah. Sifat kembang susut kayu dipengaruhi oleh kadar air, angka rapat kayu dan kelembaban udara. Akan kembang susut pada berbagai
arah disajikan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Kembang Susut Kayu pada Berbagai Arah
Arah Persentase susut
Tangensial searah garis singgung 4 – 14
Radial menuju ke pusat 2 – 10
Aksial sejajar serat 0,1 – 0,2
Volumetric 7 – 21
Sumber : Wirjomartono 1991
3. Sifat Mekanik
Kayu bersifat anisotrop non isotropic material, dengan kekuatan yang berbeda-beda pada berbagai arah. Sel kayu jika mendapat gaya tarik
sejajar serat akan mengalami patah tarik sehingga kulit sel hancur dan patah. Jika gaya tarik terjadi pada arah tegak lulus serat, maka gaya tarik
menyebabkan zat lekat lignin akan rusak. Dukungan gaya tarik pada arah tegak lurus serat jauh lebih kecil dibandingkan dengan pada arah sejajar
serat. Sel kayu yang mengalami gaya desak dengan arah sejajar serat, menyebabkan sel kayu tertekuk. Sel-sel kayu disampingnya akan
menghalangi tekuk ke arah luar, sehingga sel kayu patah karena tekuk ke dalam.
Jika daya desak terjadi pada arah tegak lurus serat, sel kayu akan tertekan. Jadi dukungan gaya desak pada arah tegak lurus serat akan
lebih besar dibandingkan dengan pada arah serat sejajar. Gaya geser sejajar serat pada sel kayu akan menyebabkan rusaknya zat lekat lignin.
Jika gaya geser terjadi pada arah tegak lurus serat, maka gaya seolah- olah memotong dinding-dinding sel. Gaya untuk memotong dinding sel
lebih besar daripada gaya untuk mematahkan zat lekat lignin. Jadi dukungan gaya geser pada arah tegak lurus serat akan lebih besar
dibandingkan dengan pada arah sejajar serat.
F. Penelitian terdahulu
Sihotang, E 2009 , telah melakukan pengujian mortar dengan tujuan
penelitiannya adalah untuk membandingkan kekuatan mortar yang terbuat dari campuran abu ampas tebu dengan kekuatan mortar normal dan untuk
mengetahui karakteristik mortar yang meliputi kuat tekan, kuat tari, dan penyerapan air. Komposisi penggantian semen dengan abu ampas tebu
sebanyak 3, 6, 9, 12, dan 15 dari berat semen. Semen menggunakan semen Portland tipe I dan bahan tambah yang digunakan adalah abu ampas
tebu. Sampel yang digunakan adalah kubus 5cmx 5cmx 5cm dan angka berbentuk angka 8 7,5cmx 4,15cmx 2,5cm. dari hasil penelitian diperoleh
bahwa kuat tekan mortar dengan menggunakan abu ampas tebu akan meningkat dari kuat tekan normal yaitu pada variasi campuran berkisar 3 -
6 dari jumlah semen. Sedangkan pencampuran lebih dari 6 akan mengurangi kuat tekan mortar. Dengan demikian penggunaan abu ampas tebu
dengan kadar 6 yaitu 19,8 MPa merupakan campuran optimum pada campuran ini. Sementara pada kuat tarik mortar meningkat pada variasi
campuran 3 - 6, sedangkan lebih dari 6 akan menurun. Dan pada penyerapan air dengan menggunakan abu ampas tebu akan semakin menurun
seiring dengan bertambahnya variasi campuran abu ampas tebu.
Andoyo 2006 , telah melakukan pengujian mortar dengan tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui penggunaan abu terbang, semen Portland dan kapur terhadap kuat tekan dan serapan air pada mortar. Semen yang digunakan
adalah semen Portland jenis I produksi PT. Semen Gresik. Penelitian ini menggunakan sampel yang berupa benda uji kubus berukuran 5cmx 5cmx
5cm untuk uji kuat tekan dan uji serapan air, sedangkan yang terdiri atas satu kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol adalah
mortar yang menggunakan bahan ikat semen dan kapur 1PC : 0AT : 1KP, sedangkan kelompok perlakuan dibagi menjadi empat, yaitu: 1 mortar yang
menggunakan komposisi abu terbang sebesar 10 0,9PC : 0,1AT : 1KP; 2 mortar yang menggunakan komposisi abu terbang sebesar 20 0,8PC :
0,2AT : 1KP; 3 mortar yang menggunakan komposisi abu terbang 30 0,7PC : 0,3AT : 1KP; 4 mortar yang menggunakan komposisi abu terbang
40 0,6PC : 0,4AT : 1KP. Dari hasil penelitian peningkatan kuat tekan terjadi pada prosentase abu terbang sebesar 10 dengan kuat tekan pada umur
56 hari sebesar 100,72 kgcm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari fc’ = 66,69 kgcm2, pada prosentase abu terbang sebesar 20
dengan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 93,96 kgcm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari fc’ = 62,16 kgcm2, pada presentase
abu terbang sebesar 30 dengan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 83,41 kgcm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari fc’ = 55,17
kgcm2 dan pada prosentase abu terbang sebesar 40 dengan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 70,12 kgcm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada
umur 28 hari fc’ = 46,42 kgcm2. Sedangkan pada mortar dengan kadar abu terbang 0 didapatkan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 59,89 kgcm2
dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari fc’ = 42,34kgcm2. Penambahan abu terbang pada bahan ikat semen portland dan kapur juga
membuat mortar menjadi lebih kedap air karena nilai serapan air mortar menjadi semakin rendah. Serapan air pada mortar dengan abu terbang 0
adalah sebesar 12,912, pada prosentase 10 sebesar 12,119, pada prosentase 20 sebesar 11,868, pada prosentase 30 sebesar 9,31 dan
pada prosentase abu terbang sebesar 40 nilai serapan airnya adalah 10,886
Ibnu, M.B.S 2006 , telah melakukan pengujian pada mortar semen dengan
menambahkan serbuk gergaji kayu jati. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan serbuk gergaji kayu jati
terhadap subtitusi berat pasir dan subtitusi berat semen. Pada penelitian ini mortar dibuat dari pasir muntilan, Semen Nusantara tipe I dan serbuk gergaji
kayu jati dari pabrik penggergajian kayu di Desa Sarip Kecamatan Wirosari, Purwodadi. Komposisi penggantian semen dan penggantian pasir dengan
serbuk gergaji kayu jati sebanyak 0, 5, 10, 15, dan 20 dari berat semen dan berat pasir. Sampel yang digunakan adalah kubus 5cm x 5cm x
5cm dan bentuk seperti angka delapan 7,5cm x 5cm x 2,5cm. Sampel diuji pada umur 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sebar dilapangan
sebesar 95 - 103,5, sedangkan pengujian kuat tekan dan kuat tarik dari mortar semen dengan bahan tambah serbuk gergaji kayu jati subsitusi pasir dan
subsitusi semen hasilnya menurun dibandingkan dengan mortar normal. Penurunan nilai kuat tekan mortar semen subsitusi berat pasir dari 0 hingga
20 serbuk gergaji dari 128,740 kgcm
2
menjadi 15,279 kgcm
2
sedangkan nilai kuat tekan mortar semen subsitusi berat semen dari 0 hingga 20 serbuk
gergaji dari 113,84 kgcm
2
menjadi 45,070 kgcm
2
, untuk nilai kuat tarik mortar semen subsitusi berat pasir dari 0 hingga 20 serbuk gergaji dari 71,86 kgcm
2
menjadi 5,937 kgcm
2
sedangakan nilai kuat tarik mortar semen subsitusi berat semen dari 0 hingga 20 serbuk gergaji dari 78.42 kgcm
2
menjadi 24,56 kgcm
2
. Berbeda dari nilai daya serap airnya yang memiliki nilai meningkat dibandingkan dengan mortar control yaitu tanpa persentase serbuk gergaji.
Peningkatan daya serap air mortar semen subsitusi berat pasir dari 0 hingga 20 serbuk gergaji dari 9,569 menjadi 46,481 sedangakan nilai daya serap
air mortar semen subsitusi berat semen dari 0 hingga 20 serbuk gergaji dari 11,013 menjadi 16,015.
Sutrisna, D 2012, telah melakukan pengujian pada mortar semen dengan
menambahkan serbuk gergaji kayu jati. Penelitian tentang mortar ini bertujuan untuk: 1 Meningkatkan nilai tambah dan nilai guna bahan sehingga
meningkatkan nilai ekonomis, diversifikasi jenis bahan konstruksi, dan dapat mengatasi dampak negatif limbah industri kayu terhadap lingkungan, 2
Secara ekonomis dapat dihasilkan mortar yang lebih efisien dan praktis serta
memiliki berat yang relatif ringan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen, penelitian ini dirancang dengan 5 perlakuan untuk uji kuat tekan,
kuat lekat dan absorfsi. Masing – masing perlakuan diulangi 3 kali. Benda uji yang dibuat dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam bentuk yaitu bentuk
kubus dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm digunakan untuk pengujian absorfsi, 50 mm x 100 mm x 250 mm untuk uji kuat lekat dan 150 mm x 150
mm x 150 mm untuk uji kuat tekan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan serbuk gergaji kayu jati pada campuran mortar sangat
berpengaruh, sehingga kuat tekan dan kuat lekat meningkat pada penambahan serbuk gergaji 5 dari berat semen, dan terjadi penurunan pada semua
persentase berat pasir, sedangkan untuk absorfsi terjadi kenaikan yang semakin tinggi pada persentase 5 - 20 dari penambahan persentase berat
semen dan pasir. Penambahan serbuk kayu jati yang optimum dari persentase berat semen yaitu sebesar 6,7 yang menghasilkan kuat tekan sebesar 10,3
MPa, sedangkan untuk penambahan 3,1 menghasilkan kuat tekan 8,51 MPa. Untuk kuat lekat campuran mortar yang optimum didapat dari
persentase berat semen yaitu penambahan serbuk sebesar 3 dan menghasilkan kuat lekat 3,37 MPa.
27
III. METODE PENELITIAN
A. Umum
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen di Laboratorium Struktur dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas
Lampung. Benda uji pada penelitian ini berupa kubus dengan ukuran 5cm x 5cm x 5cm.. Dan benda uji berupa silinder dengan ukuran diameter 5 cm
dan tinggi 10 cm. Sedangkan pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah mortar dilakukan setelah benda uji berumur 14 hari dan 28 hari.
B. Material
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen portland
Penelitian ini menggunakan semen jenis PCC Portland Composite Cement dari
PT. Semen Padang. Berat jenis semen adalah 2,8070 gramcm
2
. 2. Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap kadar air, berat jenis dan penyerapan, gradasi, kadar lumpur,
kandungan zat organik dan berat volume yang sesuai dengan ASTM.
28 Dalam penelitian ini agregat halus yang digunakan yaitu pasir yang
berasal dari daerah Gunung Sugih Lampung Tengah. 3. Air
Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan tidak mengandung garam serta zat-zat lain yang dapat larut
dan dapat merusak beton. Air yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas
Teknik Universitas Lampung. 4. Serbuk gergaji
Serbuk gergaji Kayu Jati Tectona grandis L.f yang digunakan adalah jenis Jati Plus Perhutani berasal dari Lampung Timur didatangkan dari
pabrik penggergajian kayu di daerah Antasari Bandar Lampung.
C. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Timbangan
Timbangan digunakan untuk memeriksa berat masing-masing bahan penyusun
mortar berdasarkan komposisi campuran yang telah
direncanakan. Timbangan yang digunakan yaitu timbangan dengan kapasitas 4 kg dengan ketelitian 0,1 gram
2. Satu set saringan Peralatan ini digunakan untuk mengukur gradasi agregat sehingga dapat
ditentukan nilai modulus kehalusan butir agregat halus. Untuk penelitian
29 ini gradasi agregat halus berdasarkan standar ASTM C33-78 dengan
batasan ukuran agregat halus yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1. Ukuran saringan pada penelitian agregat halus
Jenis Ukuran Saringan mm
Agregat Halus 4,75
2,36 1,18
0,6 0,3
0,15 Pan
3. Oven Alat ini digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan dasar campuran
mortar yang perlu dikeringkan terlebih dahulu pada saat pengujian. Oven yang digunakan mempunyai kapasitas panas maksimum 210°C
dengan daya 110 Watt. 4. Baskom dan cawan
Baskom digunakan sebagai tempat untuk penyimpanan bahan penyusun adukan mortar pasir,semen,air dan serbuk gergaji
5. Piknometer Alat ini digunakan untuk mengetahui berat jenis SSD Surface Saturated
Dry, berat jenis kering, berat jenis semu, dan penyerapan agregat halus. 6. Mangkuk dan kaca
Mangkuk dan kaca digunakan dalam pemeriksaan berat jenis kayu. 7. Cetakan benda uji
Alat ini digunakan untuk mencetak mortar dengan bentuk kubus ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm dan bentuk silinder ukuran diameter 5 cm dan tinggi
10 cm.
30 8. Cetok semen
Cetok digunakan untuk memindahkan adukan ke dalam cetakan dan juga untuk meratakan permukaan benda uji yang baru dicetak.
9. Ember tempat air Ember digunakan untuk menampung air yang dibutuhkan dan juga
untuk merendam benda uji mortar semen. 10. Gelas Ukur
Gelas ukur volume 250 ml digunakan pada pemeriksaan kandungan zat organis dalam pasir. Gelas ukur volume 50 ml, 100 ml, 250 ml, 1000 ml
digunakan untuk mengukur volume air yang dibutuhkan untuk adukan mortar semen dan juga untuk memeriksa karekteristik pasir.
11. Kaliper Jangka sorong Kaliper digunakan untuk mengukur semua benda uji.
12. Kerucut Kronik Kerucut kronik digunakan untuk menentukan kondisi jenuh kering muka
Saturated Surface Dry pasir. Kerucut kronik terbuat dari kuningan dengan diameter bawah 890 mm, diameter atas 380 mm, tinggi 760 mm
dilengkapi dengan penumbuk berupa tongkat baja diameter 25 mm berat 336 gram.
13. Compressing Testing Machine CTM CTM merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kuat
tekan dan kuat tarik belah. CTM yang digunakan berkapasitas beban maksimum 150 ton dengan ketelitian 0,5 ton serta penambahan Dial To