PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI (Tectona grandis L.f) TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN DAYA SERAP AIR PADA MORTAR SEMEN

(1)

ABSTRAK

EFFECT OF ADDITION OF SAWDUTS TEAK (Tectona grandis L.f) OF COMPRESSIVE STRENGTH, TENSILE STRENGTH AND WATER

ABSORTION IN CEMENT MORTAR

By

HARI BARKAH

Using of wood as the building material in construction or other building elements produced the waste wood that has not been fully exploited, in the form of sawdust. One way of utilization of industrial waste is by using wood as a building material. In this research, industrial waste wood (wood powder) will be used as a partial replacement of cement and sand on building materials such as cement mortar.

This research aimed to study and determine the effect of the addition of teak wood sawdust in cement mortar for compressive strength, split tensile strength, and water absorption. The comparison of the mixture composition of cement and sand used is 1: 5, with cement water factor (FAS) is 0.5. Whereas variations in the usage of sawdust is used in the mixture is at 0%, 10%, 15%, and 20% of the weight of the weight of cement and sand.

The results showed that the testing of compressive strength and tensile strength sides with cement mortar composition of sawdust in substitution of cement and sand substitution results are decreases. For the test results of water absorption, showed that the water absorption value increases. The use of sawdust


(2)

as stuffing material in cement mortar, will greatly influence the reduction in compressive strength, tensile strength sides and increase the absorption of water produced.


(3)

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI (Tectona grandis L.f) TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN

DAYA SERAP AIR PADA MORTAR SEMEN

Oleh

HARI BARKAH

Pemakaian kayu sebagai bahan bangunan pada konstruksi ataupun elemen bangunan lainnya mengakibatkan timbulnya limbah kayu yang belum sepenuhnya dimanfaatkan, yaitu berupa serbuk gergaji. Salah satu cara pemanfaatan limbah industri kayu adalah dengan memanfaatkannya sebagai bahan bangunan. Pada penelitian ini, limbah industri kayu (serbuk gergaji) dimanfaatkan sebagai bahan pengganti sebagian semen dan pasir pada bahan bangunan berupa mortar semen.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui pengaruh dari penambahan serbuk gergaji kayu jati pada mortar semen terhadap kuat tekan, kuat tarik belah, dan daya serap air. Perbandingan komposisi campuran antara semen dan pasir yang digunakan adalah 1 : 5, dengan faktor air semen (FAS) adalah 0,5. Sedangkan variasi penggunaan serbuk gergaji yang digunakan dalam campuran sebesar 0%, 10%, 15%, dan 20% dari berat semen dan berat pasir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah mortar semen dengan komposisi serbuk gergaji dalam subtitusi semen dan


(4)

subtitusi pasir hasilnya menurun. Untuk hasil uji daya serap air, menunjukkan bahwa nilai daya serap air memiliki nilai meningkat. Pemakaian serbuk gergaji sebagai bahan isian pada mortar semen, akan sangat mempengaruhi terhadap penurunan kuat tekan, kuat tarik belah dan meningkatkan daya serap air yang dihasilkan.


(5)

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI (Tectona grandis L.f) TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN

DAYA SERAP AIR PADA MORTAR SEMEN

Oleh HARI BARKAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(6)

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI (Tectona grandis L.f) TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK, DAN

DAYA SERAP AIR PADA MORTAR SEMEN

(Skripsi)

Oleh HARI BARKAH

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(7)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Skema penekanan benda uji ... 41

3.2. Diagram alir penelitian ... 45

4.1. Grafik gradasi agregat halus ... 48

4.1. Grafik gradasi agregat halus ... 48

4.2. Grafik gradasi agregat halus ... 52

4.3. Pengujian kuat tekan mortar semen ... 54

4.4. Grafik hubungan antara kuat tekan mortar semen subtitusi terhadap semen… ... 55

4.5. Grafik hubungan antara kuat tekan mortar semen subtitusi terhadap pasir…… ... 56

4.6. Pengujian kuat tarik belah mortar semen ... 59

4.7. Grafik hubungan antara kuat tarik belah mortar semen subtitusi terhadap semen… ... 60

4.8. Grafik hubungan antara kuat tarik belah mortar semen subtitusi terhadap pasir…… ... 61

4.9. Grafik hubungan antara daya serap air mortar semen subtitusi terhadap semen… ... 65

4.10. Grafik hubungan antara daya serap air mortar semen subtitusi terhadap pasir…… ... 66


(8)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Batasan Masalah ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mortar ... 6

B. Semen ... 13

C. Agregat Halus ... 17

D. Air ... 18

E. Serbuk Gergaji Kayu Jati ... 19

F. Penelitian Terdahulu...22

III. METODE PENELITIAN A. Umum ... 27

B. Material ... 27

C. Peralatan ... 28

D. Pelaksanaan Penelitian ... 31

E. Pengujian Mortar Semen... 41

F. Diagram Alir Penelitian...45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisik Material ... 46

1. Hasil Pengujian Agregat Halus ... 46

2. Hasil Pengujian Semen ... 50

3. Hasil Pengujian Serbuk Gergaji ... 51

B. Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Semen... 53

C. Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Mortar Semen... 58


(9)

ii V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 68 B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA


(10)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Jenis-jenis semen Portland dengan sifat-sifatnya ... 15

2.2. Gradasi agregat halus untuk adukan/mortar ... 17

2.3. Sifat-sifat kayu jati... 20

2.4. Kembang susut kayu pada berbagai arah ... 21

3.1 Ukuran saringan pada penelitian agrgat halus ... 29

3.2. Jumlah benda uji mortar ... 39

4.1. Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus ... 46

4.2. Hasil pengujian kadar air agregat halus ... 47

4.3. Hasil pengujian gradasi agregat halus ... 48

4.4. Hasil pengujian kadar lumpur agregat halus ... 48

4.5. Hasil pengujian berat volume agregat halus ... 49

4.6. Hasil pengujian berat jenis semen ... 50

4.7. Hasil pengujian waktu pengikatan semen ... 50

4.8. Hasil pengujian kadar air serbuk gergaji sebelum di rendam ... 51

4.9. Hasil pengujian kadar air serbuk gergaji setelah di rendam ... 51

4.10. Hasil pengujian gradasi serbuk gergaji ... 52


(11)

iv

4.12. Kuat tekan mortar semen ... 54 4.13. Kuat tarik belah mortar semen ... 59 4.14. Hasil daya serap air mortar semen ... 65


(12)

(13)

(14)

(15)

“Sungguh... atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada

kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”

(QS. Al-Kahfi : 39)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

.

(QS. Alam Nasyroh : 6)

MOTO


(16)

i

PERSEMBAHAN

Langkah

ini akan memberiku jalan

bukan jalan untuk mengagungkan diri

bukan jalan untuk membiarkan keangkuhan

melainkan untuk memberi manfaat

menjadi berguna bagi sesama

jalan yang akan kuhadapi

…. demi menjaga orang

-orang yang kucinta

Karya sederhana ini kupersembahkan bagi semua yang ada di alam

ini dan pernah menjadi bagian dalam hidupku.

Mama dan Papa tercinta,

seandainya kalian tau, betapa sulit mimpi ini kuraih,

betapa berat semua ini kulalui, doa kalianlah yang bisa membuatku hingga sekarang bertahan walau amat terasa sulit

Kakak dan Adik-adikku tersayang,

Terimakasih atas perhatian dan pengertiannya.

Sahabat-sahabatku yang telah memberiku inspirasi untuk selalu optimis dan percaya diri,

dan Almamater tercinta.

Tanpa kalian semua, karya ini mungkin hanya ada dalam angan

I Love You..


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 8 Januari 1993. Penulis merupakan putra dari pasangan Bapak Sudrajat dan Ibu Hapsah (Alm), anak ke enam dari enam bersaudara.

Dengan rahmat Allah SWT penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Al-Muhajirin pada tahun 1999, pendidikan Sekolah Dasar Negeri Panunggangan 2 pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Kota Tangerang pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Kota Tangerang pada tahun 2011. Terakhir penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung melalui Seleksi Jalur Mandiri pada tahun 2011.

Pada tahun 2013, penulis melakukan Kerja Praktek di Gedung Extension Sekolah Darma Bangsa Bandar Lampung selama 3 bulan. Penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di pekon Way Agung, Kecamatan Buay Bahuga, Kabupaten Way Kanan selama 40 hari pada periode Januari-Maret 2015. Penulis mengambil tugas akhir dengan judul Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona grandis L.f) terhadap Kuat Tekan, Kuat Tarik, dan Daya Serap Air pada Mortar Semen.

Selama menjalani perkuliahan penulis pernah menjadi Asisten Menggambar Rekayasa, Struktur Beton I, Struktur Bangunan Gedung pada tahun 2014-2015, dan Asisten Menggambar Rekayasa pada tahun 2015-2016. Selama menjadi


(18)

mahasiswa penulis aktif dalam organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Taekwondo periode 2011-2012 sebagai Kepala Divisi Kepelatihan, periode 2012-2013 sebagai Ketua Umum dan UKMF Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (HIMATEKS) periode 2012-2013.


(19)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.

Melalui kesempatan ini, Penulis hendak mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril, maupun spiritual. Banyak pengalaman dan masukan yang didapat Penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, baik hal-hal yang bersifat mendidik dan kritikan yang berguna bagi Penulis.

Dengan teriring salam dan doa serta ucapan terima kasih yang tak terhingga Penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lampung.

2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung.

3. Ibu Hasti Riakara Husni, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah banyak memberi bimbingan , masukan, dan nasehat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Dosen Pembimbing 2 atas masukan dan bimbingan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.


(20)

5. Bapak Ir. Eddy Purwanto, M.T., selaku Dosen Penguji dan selaku Kepala Laboratorium Bahan dan Konstruksi Teknik, Universitas Lampung yang turut memberikan kesempatannya untuk menguji sekaligus membimbing Penulis dalam seminar skripsi.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lampung atas ilmu bidang sipil yang telah diberikan selama perkuliahan. 7. Keluargaku terutama orangtuaku tercinta, Bapak Sudraja dan Hapsah (Alm),

serta Kakakku M.Komarudin, M.Agus Ramdhan, M.Umar Maulana, Maulani Olivia, dan Jajang Rahmat beserta keluarga atas doanya untuk Penulis.

8. Rekan – rekan Kerja Praktek dan rekan – rekan Kuliah Kerja Nyata (KKN). 9. Serta teman – teman dan rekan – rekan sipil, kakak – kakak, adik – adik yang

telah banyak membantu dan mendukung dalam pengerjaan skripsi ini serta yang paling utama angkatan 2011 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu untuk bantuan moril, tempat, waktu, doa dan dukungannya selama ini. Saya ucapkan terima kasih banyak semoga sukses selalu mengiringi kita semua.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga Tuhan membalas semua kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bandar Lampung, November 2015 Penulis,


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri konstruksi merupakan bagian utama dalam kelancaran dan perkembangan pembangunan di suatu negara maju maupun negara berkembang. Semakin meningkatnya pembangunan di suatu negara maka penggunaan akan material konstruksi menjadi meningkat. Hal tersebut mengharuskan terciptanya material konstruksi yang efektif dan efisien dalam penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

Bahan bangunan yaitu semua bahan olahan yang mempunyai bentuk beraturan dan ukuran tertentu yang digunakan sebagai bahan untuk membuat elemen bangunan. Elemen bangunan merupakan suatu bagian fungsional dari suatu bangunan yang terbuat dari bahan bangunan atau komponen bangunan yang merupakan bagian dari suatu bangunan, seperti lantai, atap, maupun dinding (SK S-02-1989-F).

Menurut Sugianto dan Sebayang, S (2005), mortar adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat halus, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan. Mortar mempunyai fungsi yang penting dalam suatu bangunan seperti pada pekerjaan pasangan pondasi, ataupun pada


(22)

2

pekerjaan dinding. Untuk saat ini campuran mortar yang banyak dipakai untuk plesteran dinding menggunakan perbandingan semen dan pasir adalah 1 : 2, hingga 1 : 7, tetapi dengan campuran yang ada ini masih terdapat banyak kelemahannya. Khusus untuk pekerjaan di lapangan mortar dengan proporsi perbandingan campuran semen dan pasir 1 : 2 paling baik digunakan karena mempunyai nilai kuat tekan dan kuat tarik lentur yang lebih tinggi dari proporsi lain (1 : 3 – 1 : 7). Bila menggunakan mortar dengan perbandingan semen dan pasir 1 : 4 – 1 : 7 sebaiknya FAS yang di pakai lebih dari 0,4 karena dengan volume campuran yang banyak FAS kurang dari 0,4 tidak bisa mencampur secara homogen campuran tersebut yang mengakibatkan rendahnya kuat tekan dan kuat tarik lentur mortar.

Di satu sisi kebutuhan manusia akan bangunan meningkat dan di sisi lain semakin mahalnya harga bangunan, sementara limbah industri kayu yang begitu besar belum sepenuhnya dimanfaatkan. dan diketahui bahwa limbah industri ini bisa dimanfaatkan dalam bidang konstruksi, salah satunya serbuk gergaji diketahui dapat digunakan sebagai bahan tambah perekat pasta semen pada campuran mortar.

Pada saat ini serbuk gergaji merupakan permasalahan aktual yang sering kali menjadi beban bagi industri perkayuan karena selain membutuhkan tempat juga kurang sedap dipandang dan hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan yaitu sebagai bahan bakar di pedesaan. keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan serbuk gergaji ini, antara lain:


(23)

3

1. Memiliki berat relatif ringan sehingga cocok digunakan untuk bahan bangunan.

2. Memiliki daya hantar panas dan listrik relatif rendah.

3. Mempunyai sifat isolasi dan akustik sehingga bahan ini cocok untuk bahan kedap suara.

4. Relatif lebih tahan terhadap rayap dan jamur dibanding dengan papan kayu. Dengan memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan tambah pada campuran mortar diharapkan diperoleh keuntungan dan dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai guna bahan, sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis, menunjang pengadaan bahan dan dapat mengatasi dampak negatif limbah industri kayu terhadap lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas, permasalahan yang diajukan pada penelitian ini adalah seberapa besar pengaruh penambahan serbuk gergaji kayu jati (Tectona grandis L.f ) terhadap subsitusi berat semen dan subtitusi berat pasir pada mortar semen ditinjau dari kuat tekan, kuat tarik belah dan daya serap air.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini, antara lain :

1. Mengetahui pengaruh dari penambahan serbuk gergaji kayu jati pada mortar semen terhadap kuat tekan, kuat tarik, dan daya serap air.

2. Meningkatkan nilai tambah dan nilai guna bahan sehingga meningkatkan nilai ekonominya, diversifikasi jenis bahan konstruksi, menunjang


(24)

4

pengadaan bahan dan sedikit banyak dapat mengatasi dampak negatif limbah industri kayu terhadap lingkungan.

3. Secara ekonomis dapat diperoleh mortar yang lebih murah dan praktis serta memiliki berat yang relatif ringan.

D. Batasan Masalah

Masalah pada penelitian ini dibatasi pada analisis pengaruh penambahan serbuk gergaji terhadap kuat tekan, kuat tarik, dan daya serap air pada mortar semen. Beberapa batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dimensi benda uji berupa kubus beton dengan ukuran diameter 50 mm x

50 mm x 50 mm. Benda uji kubus tersebut digunakan untuk pengujian kuat tekan mortar dan daya serap air sebanyak 3 buah.

2. Serta benda uji berupa silinder dengan diameter 50 mm dan tinggi 100 mm. Benda uji tesebut digunakan untuk pengujian kuat tarik mortar

3. Pengujian mortar dilakukan pada umur 14 hari dan 28 hari.

4. Komposisi serbuk kayu yang digunakan sebesar 0 %, 10 %, 15 %, 20 % (dari berat semen dan berat pasir).

5. Berat jenis PCC (Portland Composite Cement) yaitu 2,807 gr/cm3.

6. Komposisi bahan campuran yang digunakan adalah 1 Pc : 5 Ps. Dengan faktor air semen (FAS) adalah 0,5.

7. Perawatan benda uji (curing) dilakukan dengan cara perendaman di dalam bak yang berisi air tawar selama 14 hari dan 28 hari.

8. Pengujian yang dilakukan meliputi kuat tekan, kuat tarik belah, dan daya serap air.


(25)

5

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi mengenai pengaruh penambahan serbuk gergaji kayu jati terhadap mortar semen.

2. Dapat diketahui pengaruh dari penggunaan serbuk gergaji kayu jati dan mortar semen terhadap kuat tekan, kuat tarik, dan daya serap air.

3. Penelitian mengenai penggunaan serbuk gergaji sebagai bahan tambah atau bahan ikat akan membantu mengurangi limbah sehingga berkontribusi terhadap pemeliharaan lingkungan.

4. Dari hasil penilitian diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu penggunaan serbuk gergaji kayu jati sebagai bahan ikat yang dapat mengurangi penggunaan semen portland yang harganya mahal. 5. Memberikan refrensi mengenai pengaruh penambahan serbuk gergaji kayu

jati terhadap kuat tekan, kuat tarik belah, dan daya serap air pada mortar semen.

6. Memperdalam pengetahuan dan wawasan mengenai teknologi beton pada umumnya dan mortar pada khususnya.


(26)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mortar

Mortar (sering disebut juga mortel atau spesi) adalah bahan bangunan terdiri dari agregat halus, bahan perekat serta air, dan diaduk sampai homogen. Adukan mortar dibuat kelecekannya cukup baik sehingga mudah dikerjakan (diaduk, dibawa ke tempat pembuatan dengan “uji sebar” dengan alat berupa “meja sebar”. Mortar sebagai bahan bangunan, biasa diukur sifat-sifatnya, misalnya kuat tekan, berat jenis, kuat tarik, daya serap air, kuat rekat dengan bata merah, susutan, dan sebagainya. (Tjokrodimuljo, K 2012)

1. Jenis mortar

Tjokrodimuljo, K (2012) membagi mortar berdasarkan jenis bahan ikatnya menjadi empat jenis, yaitu mortar lumpur, mortar kapur, mortar semen dan mortar khusus.

1.1. Mortar lumpur

Mortar lumpur dibuat dari campuran air, tanah liat/lumpur, dan agregat halus. Perbandingan campuran bahan-bahan tersebut harus tepat untuk memperoleh adukan yang kelecakannya baik dan mendapatkan mortar (setelah keras) yang baik pula. Terlalu sedikit pasir menghasilkan mortar yang retak-retak setelah mengeras


(27)

7

sebagai akibat besarnya susutan pengeringan. Terlalu banyak pasir menyebabkan adukan kurang dapat melekat dengan baik. Mortar lumpur ini dipakai untuk bahan dinding tembok atau bahan tungku api di pedesaan.

1.2. Mortar kapur

Mortar kapur dibuat dari campuran pasir, kapur, semen merah dan air. Kapur dan pasir mula-mula dicampur dalam keadaan kering kemudian ditambahkan air. Air diberikan secukupnya untuk memperoleh adukan dengan kelecakan yang baik. Selama proses pelekatan kapur mengalami susutan sehingga jumlah pasir yang umum digunakan adalah tiga kali volume kapur. Mortar ini biasa dipakai untuk perekat bata merah pada dinding tembok bata, atau perekat antar batu pada pasangan batu.

1.3. Mortar semen

Mortar semen dibuat dari campuran air, semen Portland, dan agregat halus dalam per-bandingan campuran yang tepat. Perbandingan antara volume semen dan volume agregat halus berkisar antara 1 : 2 dan 1 : 8. Mortar ini lebih besar daripada mortar lumpur atau mortar kapur, oleh karena itu biasa dipakai untuk tembok, pilar, kolom, atau bagian bangunan lain yang menahan beban. Karena mortar semen ini lebih rapat air (dibandingkan dengan mortar lain sebelumnya) maka juga dipakai untuk bagian luar bangunan dan atau bagian bangunan yang berada dibawah tanah (terkena air).


(28)

8

1.4. Mortar khusus

Mortar khusus ini dibuat dengan menambahkan bahan khusus pada mortar 1.2) dan 1.3) di atas dengan tujuan tertentu. Mortar ringan diperoleh dengan menambahkan asbestos fibres, jutes fibres

(serat alami), butir – butir kayu, serbuk gergaji kayu, serbuk kaca dan lain sebagainya. Mortar khusus digunakan dengan tujuan dan maksud tertentu, contohnya mortar tahan api diperoleh dengan penambahan serbuk bata merah dengan aluminous cement, dengan perbandingan satu aluminous cement dan dua serbuk batu api. Mortar ini biasanya di pakai untuk tungku api dan sebagainya.

2. Sifat-sifat mortar

Menurut Tjokrodimuljo, K (2012) mortar yang baik harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

a. Murah. b. Tahan lama.

c. Mudah dikerjakan (diaduk, diangkat, dipasang dan diratakan). d. Melekat dengan baik dengan bata, batu dan sebagainya. e. Cepat kering dan mengeras.

f. Tahan terhadap rembesan air.

g. Tidak timbul retak-retak setelah dipasang.

Pemakaian mortar pada kondisi bangunan tertentu disyaratkan untuk memenuhi mutu adukan yang tertentu pula. Sebagai contoh untuk bangunan gedung bertingkat banyak diisyaratkan menggunakan mortar yang kuat tekan minimumnya 3,0 MPa.


(29)

9

3. Kuat tekan mortar

Kekuatan tekan adalah kemampuan pasta dan mortar menerima gaya tekan persatuan luas. Seperti pada beton, kekuatan pasta dan mortar ditentukan oleh kandungan semen dan faktor air semen dari campuran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan pasta dan mortar diantaranya adalah faktor air semen, jumlah semen, umur mortar, dan sifat agregat. (Asia, N.2014)

3.1 . Faktor air semen (f a s)

Faktor air semen adalah angka perbandingan antara berat air dan berat semen dalam campuran pasta atau mortar. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai f.a.s maka semakin rendah mutu kekuatan beton. Namun demikian, nilai f.a.s. yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai f.a.s. yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun. (Asia,N.2014)

3.2 . Jumlah Semen

Pada mortar dengan f.a.s sama, mortar dengan kandungan semen lebih banyak belum tentu mempunyai kekuatan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena jumlah air yang banyak, demikian pula pastanya, menyebabkan kandungan pori lebih banyak daripada mortar dengan kandungan semen yang lebih sedikit. Kandungan pori inilah yang mengurangi kekuatan mortar. Jumlah semen


(30)

10

dalam mortar mempunyai nilai optimum tertentu yang memberikan kuat tekan tinggi. (Asia, N.2014)

3.3. Umur Mortar

Kekuatan mortar akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur dimana pada umur 28 hari pasta dan mortar akan memperoleh kekuatan yang diinginkan. (Asia, N.2014)

3.4. Sifat Agregat

Sifat agregat yang berpengaruh terhadap kekuatan ialah bentuk, kekasaran permukaan, kekerasan dan ukuran maksimum butir agregat. Bentuk dari agregat akan berpengaruh terhadap interlocking antar agregat. (Asia, N.2014)

4. Kuat tarik belah mortar

Kuat tarik belah adalah ukuran kuat tarik belah mortar yang diakibatkan oleh suatu gaya untuk mengetahui batas kuat tarik belah dari benda uji. Benda uji mortar ini setelah keras kemudian diletakkan mendatar sejajar dengan permukaan meja penekan mesin uji ditekan. Nilai kuat tarik yang diperoleh dihitung dari besar beban tarik maksimum (N) dikalikan dua dibagi dengan panjang dan diameter benda uji (mm2). (Tjokrodimuljo,

K. 2012)

5. Penyerapan air mortar

Daya serap air adalah persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu agregat jika direndam dalam air. Pori dalam butir agregat mempunyai ukuran dengan variasi cukup besar. Pori-pori tersebar di


(31)

11

seluruh butiran, beberapa merupakan pori-pori yang tertutup dalam materi, beberapa yang lain terbuka terhadap permukaan butiran. Beberapa jenis agragat yang sering dipakai mempunyai volume pori tertutup sekitar 0 % sampai 20 % dari volume butirnya. (Tjokrodimulyo, K 2012)

Menurut Tjokrodimuljo, K (2012) menyatakan bahwa dalam adukan beton atau mortar, air, dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen. Pasta semen ini selain mengisi pori-pori diantara butir-butir agregat halus, juga bersifat sebagai perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butir-butiran agregat saling terikat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak atau padat.

6. Tipe mortar

Berdasarkan ASTM C270,Standard Specification for Mortar for Unit Masonry, mortar untuk adukan pasangan dapat dibedakan atas 5 tipe, yaitu :

6.1. Mortar Tipe M

Mortar tipe M merupakan campuran dengan kuat tekan yang tinggi yang direkomendasikan untuk pasangan bertulang maupun pasangan tidak bertulang yang akan memikul beban tekan yang besar.

6.2. Mortar Tipe S

Mortar tipe ini direkomendasikan untuk struktur yang akan memikul beban tekan normal tetapi dengan kuat lekat lentur yang diperlukan


(32)

12

untuk menahan beban lateral besar yang berasal dari tekanan tanah, angin dan beban gempa. Karena keawetannya yang tinggi, mortar tipe S juga direkomendasikan untuk struktur pada atau di bawah tanah, serta yang selalu berhubungan dengan tanah, seperti pondasi, dinding penahan tanah, perkerasan, saluran pembuangan dan mainhole.

6.3. Mortar Tipe N

Tipe N merupakan mortar yang umum digunakan untuk konstruksi pasangan di atas tanah. Mortar ini direkomendasikan untuk dinding penahan beban interior maupun eksterior. Mortar dengan kekuatan sedang ini memberikan kesesuaian yang paling baik antara kuat tekan dan kuat lentur, workabilitas, dan dari segi ekonomi yang direkomendasikan untuk aplikasi konstruksi pasangan umumnya. 6.4. Mortar Tipe O

Mortar tipe O merupakan mortar dengan kandungan kapur tinggi dan kuat tekan yang rendah. Mortar tipe ini direkomendasikan untuk dinding interior dan eksterior yang tidak menahan beban struktur, yang tidak menjadi beku dalam keadaan lembab atau jenuh. Mortar tipe ini sering digunakan untuk pekerjaan setempat, memiliki workabilitas yang baik dan biaya yang ekonomis.

6.5. Mortar Tipe K

Mortar tipe K memiliki kuat tekan dan kuat lekat lentur yang sangat rendah. Mortar tipe ini jarang digunakan untuk konstruksi baru, dan direkomendasikan dalam ASTM C270 hanya untuk


(33)

13

konstruksi bangunan lama yang umumnya menggunakan mortar kapur.

7. Metode Pengujian

a. Proporsi campuran bahan untuk benda uji Mortar yang dibuat dilaboratorium yang digunakan untuk menentukan sifat – sifat menurut spesifikasi ini harus berisi bahan – bahan konstruksi dalam susunan campuran yang telah ditetapkan dalam spesifikasi proyek. (SNI 03- 6882-2002).

b. Pencampuran Mortar Semua bahan bersifat semen dan agregat harus dicampur dengan sejumlah air secukupnya selama 3–5 menit dengan menggunakan alat pengaduk mekanis untuk menghasilkan mortar yang mudah dikerjakan. (SNI 03-6882-2002).

c. Pemeliharaan Kelecekan

Mortar yang telah mengeras harus diaduk kembali dengan tangan untuk mempertahankan kelecekannya, dan mortar yang telah mencapai lebih dari 2,5 jam sejak dicampur tidak boleh dipakai lagi. (SNI 03-6882-2002).

B. Semen

Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif, yaitu bahan pengikat. Menurut Standar Industri Indonesia, SII 0013-1981, definisi semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidarulis bersama bahan-bahan yang biasa digunakan, yaitu gypsum. Ada dua


(34)

14

macam semen, yaitu semen hidraulis dan semen hidraulis. Semen non-hidraulis adalah semen (perekat) yang dapat mengeras tetapi tidak stabil dalam air. Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras bila bereaksi dengan air, tahan terhadap air (water resistance) dan stabil di dalam air setelah mengeras.

Semen Portland diperoleh dengan membakar suatu campuran dari calcareous

(yang mengandung kalsium karbonat) dan algillaceaus (yang mengandung alumina) dengan suatu perbandingan tertentu serta silikat-silikat kalsium. Bahan-bahan tersebut dibakar dengan suhu 1550°C dan menjadi klinker. Kemudian didinginkan dan dihaluskan menjadi bubuk. Pada campuran ini umumnya ditambahkan lagi gips atau kalsium sulfat (CaSO4) kira-kira 2-4% sebagai bahan pengontrol waktu ikat. Bahan-bahan lain juga ditambahkan untuk membuat semen dengan sifat-sifat khususSemen merupakan bahan pengikat yang paling terkenal dan paling banyak digunakan dalam konstruksi beton. Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting, yaitu :

1. Tricalsium silikat (C3S) atau CaO SiO2

2. Dicalsium silikat (C2S) atau 2CaO SiO2

3. Tricalsium aluminat (C3A) atau 3CaO Al2O3

4. Tetracalsium aluminoferit (C4AF) atau Al2O3Fe2O3

Semen dapat membuat berbagai macam jenis semen hanya dengan mengubah kadar masing-masing komponennya. Misalnya ingin mendapatkan semen yang mempunyai kekuatan awal yang tinggi maka semen perlu menambah


(35)

15

kadar C3S dan mengurangi kadar C2S. ASTM (American Standard for

Testing Material) menentukan komposisi semen berbagai tipe sebagaimana tampak pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Jenis-jenis semen portland dengan sifat-sifatnya.

Tipe Semen

Sifat Pemakaian

Kadar senyawa (%) Kehalusan blaine (kg/m2)

Kuat 1 hari (kg/cm2)

Panas hidrasi

(J/g) C3S C2S C3A C4AF

I Umum 50 24 11 8 350 1000 330

II Modifikasi 42 33 5 13 350 900 250

III Kekuatan

awal tinggi 60 13 9 8 450 2000 500

IV

Panas hidrasi rendah

25 50 8 12 300 450 210

V Tahan

sulfat 40 40 9 `9 350 900 250

Sumber : Nugraha, P dan Antoni, 2007

1. Tipe I adalah semen portland untuk tujuan umum. Jenis ini paling banyak diproduksi karena digunakan untuk hampir semua jenis konstruksi..

2. Tipe II adalah semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang. Untuk mencegah serangan sulfat maka pada semen tipe ini, senyawa C3A harus dikurangi. Semen tipe ini

biasa digunakan pada bangunan seperti pelabuhan, pondasi, bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa, dan saluran-saluran air buangan. 3. Tipe III adalah semen porland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan 28

hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum dipakai ketika harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur harus dapat cepat dipakai. Semen tipe ini biasa digunakan pada bangunan-bangunan seperti pembuatan beton pracetak, perbaikan pavment, dan pembetonan di daerah cuaca dingin.


(36)

16

persyaratan panas hidrasi yang rendah. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi, maka semen tipe ini senyawa C3S dan C3A dikurangi. Semen tipe ini

memiliki kuat tekan yang lebih rendah dari semen tipe I. Semen tipe ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan seperti konstruksi DAM,

basement¸ dan pembetonan pada daerah bercuaca panas.

5. Tipe V adalah semen porland tahan sulfat, yang dipakai untuk menghadapi aksi sulfat yang ganas. Umumnya dipakai di daerah dimana tanah atau airnya memiliki kandungan sulfat yang tinggi. (Nugraha, P dan Antoni, 2007)

Selain tipe semen diatas, semen yang banyak dijual dipasaran adalah semen PCC (Portland Composite Cement). Jenis semen portland yang digunakan pada penelitian ini adalah semen portland tipe PCC (Portland Composite Cement). PCC (Portland Composite Cement) adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silika, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35% dari masa semen portland komposit. (SNI 15-7064-2004)

Semen jenis PCC dapat digunakan pada konstruksi umum seperti pekerjaan beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton, bata beton (paving block) dan sebagainya.


(37)

17

C. Agregat halus

Agregat halus untuk beton/mortar adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang diasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm. (Sugianto dan Sebayang, S. 2005)

Agregat yang dipakai untuk campuran adukan atau mortar harus memenuhi syarat yang ditetapkan dengan batasan ukuran agregat halus yang dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2. Gradasi agregat halus untuk adukan/mortar Saringan Persen lolos (%) No. Diameter (mm) Pasir alam Pasir olahan

4 4,76 100 100

8 2,36 90-100 95-100

16 1,18 70-100 70-100

30 0,6 40-75 40-75

50 0,3 10-35 20-40

100 0,15 2-15 10-25

200 0,075 0 0-10

Sumber: SNI 03-6820-2002

Unsur perusak yang terkandung dalam agregat halus dibatasi sebagai berikut: 1. Partikel yang mudah pecah maksimum 1,0 %

2. Tidak mengandung zat organik

3. Partikel ringan yang terapung pada cairan dengan berat jenis 2,0 maksimum 0,5 %

4. Kadar lumpur maksimum 5 %


(38)

18

D. Air

Air merupakan komponen penting dari campuran pasta dan mortar yang memegang salah satu faktor penting, karena air dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Kualitas air mempengaruhi kekuatan pasta dan mortar, maka kemurnian dan kualitas air untuk campuran pasta dan mortar perlu mendapat perhatian. Air untuk pembuatan dan perawatan pasta dan mortar tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, bahan-bahan organic, atau bahan lain yang dapat merusak pasta dan mortar. Sebaiknya digunakan air bersih, air tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh, tidak berasa, dan dapat diminum.. Air sebagai bahan bangunan sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut: (Standar SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A)

1. Air harus bersih.

2. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda melayang lainnya yang dapat dilihat secara visual dan tidak boleh lebih dari 2 gram per liter. 3. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak

(asam, zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram per liter. 4. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram per liter..

5. Tidak mengandung senyawa sulfat (sebagai SO3) lebih dari 1 gram per liter.

Kualitas mortar akan berkurang bila air mengandung kotoran. Pengaruh pada mortar diantaranya pada lamanya waktu ikatan awal adukan mortar, kekuatannya, serta kekedapan airnya setelah mortar mengeras. Adanya


(39)

19

butiran melayang (lumpur) dalam air di atas 2 gram/liter dapat mengurangi kekuatan mortar.

E. Serbuk gergaji kayu jati

Serbuk gergaji adalah serbuk kayu berasal dari kayu yang dipotong dengan gergaji. Kayu jati memiliki nama botani Tectona grandits L.f. Di Indonesia kayu jati memiliki berbagai jenis nama daerah yaitu delek, dodolan, jate, jatih, jatos, kiati, kulidawa, dan lain-lain. Kayu ini merupakan salah satu kayu terbaik di dunia.

Pohon jati tumbuh baik pada tanah sarang terutama tanah yang mengandung kapur pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, di daerah dengan musim kering yang nyata dan jumlah curah hujan rata-rata 1200-2000 mm per-tahun. Banyak terdapat di seluruh Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara Barat, Maluku dan Lampung.

Kayu jati memiliki serat yang halus dengan warna kayu mula-mula sawo kelabu, kemudian berwarna sawo matang apabila lama terkena cahaya matahari dan udara. Serat kayu memiliki arah yang lurus dan kadang-kadang terpadu. Pada industri pengolahan kayu, jati diolah menjadi kayu gergajian,

plywood, blackbord, particleboard, mebel air dan sebagainya. Karena sifat-sifatnya yang baik, kayu jati merupakan jenis kayu yang paling banyak dipakai untuk berbagai keperluan. Sifat-sifat kayu jati secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.3.


(40)

20

Tabel. 2.3. Sifat-sifat Kayu Jati

No Sifat Satuan Nilai

1 Berat jenis gr/cm2 0,62-0,75 (rata-rata 0,67)

2 Tegangan pada batas proporsi gr/cm2 718

3 Tegangan pada batas patah gr/cm2 1031

4 Modulus elastisitas gr/cm2 127700

5 Tegangan tekan sejajar serat gr/cm2 550

6 Tegangan geser arah radial gr/cm2 80

7 Tegangan geser arah tangensial gr/cm2 89

8 Kadar selulosa % 47,5

9 Kadar lignin % 29,9

10 Kadar pentose % 14,4

11 Kadar abu % 1,4

12 Kadar silica % 0,4

13 Serabut % 66,3

14 Kelarutan dalam alcohol Bensena

% 4,6

15 Kelarutan dalam air dingin % 1,2

16 Kelarutan dalam air panas % 11,1

17 Kelarutan dalam NaOH 1 % % 19,8

18 Kadar air saat titik jenuh serat % 28

19 Nilai kalor Cal/gram 5081

20 Kerapatan Cal/gram 0,44

Sumber : Wirjomartono, K. 1991

Serbuk gergaji mengandung komponen utama selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif kayu. Serbuk gergaji kayu merupakan bahan berpori, sehingga air mudah terserap dan mengisi pori-pori tersebut. Dimana sifat serbuk gergaji yang higroskopik atau mudah menyerap air.

1. Sifat fisik

Sifat-sifat ini antara lain daya hantar panas, daya hantar lisrik, angka muai dan berat jenis. Perambatan panas pada kayu akan tertahan oleh pori-pori dan rongga-rongga pada sel kayu. Karena itu kayu bersifat sebagai penyekat panas. Semakin banyak pori dan rongga udaranya kayu semakin kurang penghantar panasnya. Selain itu daya hantar panas juga


(41)

21

dipengaruhi oleh kadar air kayu, pada kadar air yang tinggi daya hantar panasnya juga semakin besar.

2. Sifat higroskopik

Akibat air yang keluar dari rongga sel dan dinding sel, kayu akan menyusut dan sebaliknya kayu akan mengembang apabila kadar airnya bertambah. Sifat kembang susut kayu dipengaruhi oleh kadar air, angka rapat kayu dan kelembaban udara. Akan kembang susut pada berbagai arah disajikan pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Kembang Susut Kayu pada Berbagai Arah

Arah Persentase susut

Tangensial (searah garis singgung) 4–14 Radial (menuju ke pusat) 2–10 Aksial (sejajar serat) 0,1–0,2

Volumetric 7–21

Sumber : Wirjomartono 1991

3. Sifat Mekanik

Kayu bersifat anisotrop (non isotropic material), dengan kekuatan yang berbeda-beda pada berbagai arah. Sel kayu jika mendapat gaya tarik sejajar serat akan mengalami patah tarik sehingga kulit sel hancur dan patah. Jika gaya tarik terjadi pada arah tegak lulus serat, maka gaya tarik menyebabkan zat lekat lignin akan rusak. Dukungan gaya tarik pada arah tegak lurus serat jauh lebih kecil dibandingkan dengan pada arah sejajar serat. Sel kayu yang mengalami gaya desak dengan arah sejajar serat, menyebabkan sel kayu tertekuk. Sel-sel kayu disampingnya akan


(42)

22

menghalangi tekuk ke arah luar, sehingga sel kayu patah karena tekuk ke dalam.

Jika daya desak terjadi pada arah tegak lurus serat, sel kayu akan tertekan. Jadi dukungan gaya desak pada arah tegak lurus serat akan lebih besar dibandingkan dengan pada arah serat sejajar. Gaya geser sejajar serat pada sel kayu akan menyebabkan rusaknya zat lekat lignin. Jika gaya geser terjadi pada arah tegak lurus serat, maka gaya seolah-olah memotong dinding-dinding sel. Gaya untuk memotong dinding sel lebih besar daripada gaya untuk mematahkan zat lekat lignin. Jadi dukungan gaya geser pada arah tegak lurus serat akan lebih besar dibandingkan dengan pada arah sejajar serat.

F. Penelitian terdahulu

Sihotang, E (2009), telah melakukan pengujian mortar dengan tujuan penelitiannya adalah untuk membandingkan kekuatan mortar yang terbuat dari campuran abu ampas tebu dengan kekuatan mortar normal dan untuk mengetahui karakteristik mortar yang meliputi kuat tekan, kuat tari, dan penyerapan air. Komposisi penggantian semen dengan abu ampas tebu sebanyak 3%, 6%, 9%, 12%, dan 15% dari berat semen. Semen menggunakan semen Portland tipe I dan bahan tambah yang digunakan adalah abu ampas tebu. Sampel yang digunakan adalah kubus (5cmx 5cmx 5cm) dan angka berbentuk angka 8 (7,5cmx 4,15cmx 2,5cm). dari hasil penelitian diperoleh bahwa kuat tekan mortar dengan menggunakan abu ampas tebu akan meningkat dari kuat tekan normal yaitu pada variasi campuran berkisar 3%


(43)

-23

6% dari jumlah semen. Sedangkan pencampuran lebih dari 6% akan mengurangi kuat tekan mortar. Dengan demikian penggunaan abu ampas tebu dengan kadar 6% yaitu 19,8 MPa merupakan campuran optimum pada campuran ini. Sementara pada kuat tarik mortar meningkat pada variasi campuran 3% - 6%, sedangkan lebih dari 6% akan menurun. Dan pada penyerapan air dengan menggunakan abu ampas tebu akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya variasi campuran abu ampas tebu.

Andoyo (2006), telah melakukan pengujian mortar dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penggunaan abu terbang, semen Portland dan kapur terhadap kuat tekan dan serapan air pada mortar. Semen yang digunakan adalah semen Portland jenis I produksi PT. Semen Gresik. Penelitian ini menggunakan sampel yang berupa benda uji kubus berukuran 5cmx 5cmx 5cm untuk uji kuat tekan dan uji serapan air, sedangkan yang terdiri atas satu kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol adalah mortar yang menggunakan bahan ikat semen dan kapur (1PC : 0AT : 1KP), sedangkan kelompok perlakuan dibagi menjadi empat, yaitu: (1) mortar yang menggunakan komposisi abu terbang sebesar 10% (0,9PC : 0,1AT : 1KP); (2) mortar yang menggunakan komposisi abu terbang sebesar 20% (0,8PC : 0,2AT : 1KP); (3) mortar yang menggunakan komposisi abu terbang 30% (0,7PC : 0,3AT : 1KP); (4) mortar yang menggunakan komposisi abu terbang 40% (0,6PC : 0,4AT : 1KP). Dari hasil penelitian peningkatan kuat tekan terjadi pada prosentase abu terbang sebesar 10% dengan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 100,72 kg/cm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari (fc’) = 66,69 kg/cm2, pada prosentase abu terbang sebesar 20%


(44)

24

dengan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 93,96 kg/cm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari (fc’) = 62,16 kg/cm2, pada presentase abu terbang sebesar 30% dengan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 83,41 kg/cm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari (fc’) = 55,17 kg/cm2 dan pada prosentase abu terbang sebesar 40% dengan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 70,12 kg/cm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari (fc’) = 46,42 kg/cm2. Sedangkan pada mortardengan kadar abu terbang 0% didapatkan kuat tekan pada umur 56 hari sebesar 59,89 kg/cm2 dan proyeksi kuat tekan karakteristik pada umur 28 hari (fc’) = 42,34kg/cm2. Penambahan abu terbang pada bahan ikat semen portland dan kapur juga membuat mortar menjadi lebih kedap air karena nilai serapan air mortar menjadi semakin rendah. Serapan air pada mortar dengan abu terbang 0% adalah sebesar 12,912%, pada prosentase 10% sebesar 12,119%, pada prosentase 20% sebesar 11,868%, pada prosentase 30% sebesar 9,31% dan pada prosentase abu terbang sebesar 40% nilai serapan airnya adalah 10,886%

Ibnu, M.B.S (2006), telah melakukan pengujian pada mortar semen dengan menambahkan serbuk gergaji kayu jati. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan serbuk gergaji kayu jati terhadap subtitusi berat pasir dan subtitusi berat semen. Pada penelitian ini mortar dibuat dari pasir muntilan, Semen Nusantara tipe I dan serbuk gergaji kayu jati dari pabrik penggergajian kayu di Desa Sarip Kecamatan Wirosari, Purwodadi. Komposisi penggantian semen dan penggantian pasir dengan serbuk gergaji kayu jati sebanyak 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20% dari berat semen dan berat pasir. Sampel yang digunakan adalah kubus (5cm x 5cm x


(45)

25

5cm) dan bentuk seperti angka delapan (7,5cm x 5cm x 2,5cm). Sampel diuji pada umur 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sebar dilapangan sebesar 95% - 103,5%, sedangkan pengujian kuat tekan dan kuat tarik dari mortar semen dengan bahan tambah serbuk gergaji kayu jati subsitusi pasir dan subsitusi semen hasilnya menurun (dibandingkan dengan mortar normal). Penurunan nilai kuat tekan mortar semen subsitusi berat pasir dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 128,740 kg/cm2menjadi 15,279 kg/cm2sedangkan nilai

kuat tekan mortar semen subsitusi berat semen dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 113,84 kg/cm2menjadi 45,070 kg/cm2, untuk nilai kuat tarik mortar

semen subsitusi berat pasir dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 71,86 kg/cm2

menjadi 5,937 kg/cm2 sedangakan nilai kuat tarik mortar semen subsitusi berat

semen dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 78.42 kg/cm2 menjadi 24,56

kg/cm2. Berbeda dari nilai daya serap airnya yang memiliki nilai meningkat

(dibandingkan dengan mortar control yaitu tanpa persentase serbuk gergaji). Peningkatan daya serap air mortar semen subsitusi berat pasir dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 9,569 % menjadi 46,481 % sedangakan nilai daya serap air mortar semen subsitusi berat semen dari 0% hingga 20% serbuk gergaji dari 11,013% menjadi 16,015%.

Sutrisna, D (2012), telah melakukan pengujian pada mortar semen dengan menambahkan serbuk gergaji kayu jati. Penelitian tentang mortar ini bertujuan untuk: 1) Meningkatkan nilai tambah dan nilai guna bahan sehingga meningkatkan nilai ekonomis, diversifikasi jenis bahan konstruksi, dan dapat mengatasi dampak negatif limbah industri kayu terhadap lingkungan, 2) Secara ekonomis dapat dihasilkan mortar yang lebih efisien dan praktis serta


(46)

26

memiliki berat yang relatif ringan. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen, penelitian ini dirancang dengan 5 perlakuan untuk uji kuat tekan, kuat lekat dan absorfsi. Masing– masing perlakuan diulangi 3 kali. Benda uji yang dibuat dalam penelitian ini terdiri dari 3 macam bentuk yaitu bentuk kubus dengan ukuran 50 mm x 50 mm x 50 mm digunakan untuk pengujian absorfsi, 50 mm x 100 mm x 250 mm untuk uji kuat lekat dan 150 mm x 150 mm x 150 mm untuk uji kuat tekan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penambahan serbuk gergaji kayu jati pada campuran mortar sangat berpengaruh, sehingga kuat tekan dan kuat lekat meningkat pada penambahan serbuk gergaji 5 % dari berat semen, dan terjadi penurunan pada semua persentase berat pasir, sedangkan untuk absorfsi terjadi kenaikan yang semakin tinggi pada persentase 5% - 20% dari penambahan persentase berat semen dan pasir. Penambahan serbuk kayu jati yang optimum dari persentase berat semen yaitu sebesar 6,7% yang menghasilkan kuat tekan sebesar 10,3 MPa, sedangkan untuk penambahan 3,1 % menghasilkan kuat tekan 8,51 MPa. Untuk kuat lekat campuran mortar yang optimum didapat dari persentase berat semen yaitu penambahan serbuk sebesar 3% dan menghasilkan kuat lekat 3,37 MPa.


(47)

27

III. METODE PENELITIAN

A. Umum

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen di Laboratorium Struktur dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji pada penelitian ini berupa kubus dengan ukuran 5cm x 5cm x 5cm.. Dan benda uji berupa silinder dengan ukuran diameter 5 cm dan tinggi 10 cm. Sedangkan pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah mortar dilakukan setelah benda uji berumur 14 hari dan 28 hari.

B. Material

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen portland

Penelitian ini menggunakan semen jenis PCC (Portland Composite Cement) dari PT. Semen Padang. Berat jenis semen adalah 2,8070 gram/cm2.

2. Agregat Halus

Agregat halus yang digunakan terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap kadar air, berat jenis dan penyerapan, gradasi, kadar lumpur, kandungan zat organik dan berat volume yang sesuai dengan ASTM.


(48)

28 Dalam penelitian ini agregat halus yang digunakan yaitu pasir yang berasal dari daerah Gunung Sugih Lampung Tengah.

3. Air

Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan tidak mengandung garam serta zat-zat lain yang dapat larut dan dapat merusak beton. Air yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung.

4. Serbuk gergaji

Serbuk gergaji Kayu Jati (Tectona grandis L.f) yang digunakan adalah jenis Jati Plus Perhutani berasal dari Lampung Timur didatangkan dari pabrik penggergajian kayu di daerah Antasari Bandar Lampung.

C. Peralatan

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Timbangan

Timbangan digunakan untuk memeriksa berat masing-masing bahan penyusun mortar berdasarkan komposisi campuran yang telah direncanakan. Timbangan yang digunakan yaitu timbangan dengan kapasitas 4 kg dengan ketelitian 0,1 gram

2. Satu set saringan

Peralatan ini digunakan untuk mengukur gradasi agregat sehingga dapat ditentukan nilai modulus kehalusan butir agregat halus. Untuk penelitian


(49)

29 ini gradasi agregat halus berdasarkan standar ASTM C33-78 dengan batasan ukuran agregat halus yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1. Ukuran saringan pada penelitian agregat halus

Jenis Ukuran Saringan (mm)

Agregat Halus 4,75 2,36 1,18 0,6 0,3 0,15 Pan

3. Oven

Alat ini digunakan untuk mengeringkan bahan-bahan dasar campuran mortar yang perlu dikeringkan terlebih dahulu pada saat pengujian. Oven yang digunakan mempunyai kapasitas panas maksimum 210°C dengan daya 110 Watt.

4. Baskom dan cawan

Baskom digunakan sebagai tempat untuk penyimpanan bahan penyusun adukan mortar (pasir,semen,air dan serbuk gergaji)

5. Piknometer

Alat ini digunakan untuk mengetahui berat jenis SSD (Surface Saturated Dry), berat jenis kering, berat jenis semu, dan penyerapan agregat halus. 6. Mangkuk dan kaca

Mangkuk dan kaca digunakan dalam pemeriksaan berat jenis kayu. 7. Cetakan benda uji

Alat ini digunakan untuk mencetak mortar dengan bentuk kubus ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm dan bentuk silinder ukuran diameter 5 cm dan tinggi 10 cm.


(50)

30 8. Cetok semen

Cetok digunakan untuk memindahkan adukan ke dalam cetakan dan juga untuk meratakan permukaan benda uji yang baru dicetak.

9. Ember tempat air

Ember digunakan untuk menampung air yang dibutuhkan dan juga untuk merendam benda uji mortar semen.

10. Gelas Ukur

Gelas ukur volume 250 ml digunakan pada pemeriksaan kandungan zat organis dalam pasir. Gelas ukur volume 50 ml, 100 ml, 250 ml, 1000 ml digunakan untuk mengukur volume air yang dibutuhkan untuk adukan mortar semen dan juga untuk memeriksa karekteristik pasir.

11. Kaliper (Jangka sorong)

Kaliper digunakan untuk mengukur semua benda uji. 12. Kerucut Kronik

Kerucut kronik digunakan untuk menentukan kondisi jenuh kering muka (Saturated Surface Dry) pasir. Kerucut kronik terbuat dari kuningan dengan diameter bawah 890 mm, diameter atas 380 mm, tinggi 760 mm dilengkapi dengan penumbuk berupa tongkat baja diameter 25 mm berat 336 gram.

13.Compressing Testing Machine(CTM)

CTM merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah. CTM yang digunakan berkapasitas beban maksimum 150 ton dengan ketelitian 0,5 ton serta penambahanDial To


(51)

31

Load(Proving Ring10 Ton). Digunakan untuk pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah mortar semen pada umur 14 hari dan 28 hari.

D. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahap sebagai berikut: 1. Persiapan bahan

Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu agar penelitian berjalan dengan baik dan lancar. Semua bahan yang diperlukan dalam penelitian ini dipersiapkan. Mulai dari semen portland, agregat halus, serbuk gergaji kayu jati dan air.

2. Tahap pengujian bahan penyusun mortar

Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap bahan yang digunakan. Tahap ini dilakukan pengujian terhadap :

a. Berat jenis dan penyerapan agregat halus

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis dan penyerapan pada agregat halus untuk kondisi SSD (Surface Saturated Dry). Contoh pasir dimasukkan pada cetakan kerucut pasir. Benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (stamper). Pemadatan dilakukan pada 3 lapisan, tipa lapisan dipadatkan dengan 25 kali tumbukan dengan tinggi jatuh tongkat pemadat ±1 cm. kondisi SSD contoh diperoleh, jika cetakan diangkat butiran-butiran pasir longsor atau runtuh ± 1/3 dari tinggi kerucut. Mengambil contoh pasir SSD sebanyak 500 gram (B), dimasukkan kedalam


(52)

32 picnometer dan tambahkan air sampai batas 500 cc. Mengeluarkan udara sedikit demi sedikit dengan cara piknometer diputar. Lalu merendam picnometer dalam bak air pada temperature 20oC selama

1 jam. Menimbang picnometer, air, dan sampel (C). Setelah itu mengeluarkan sampel dari dalam picnometer kemudian memasukkan kedalam kontainer dan dioven pada suhu 105oC-110oC selama 24

jam. Mencatat berat contoh setelah dioven (E), kemudian menimbang berat picnometer dan air (D). Berat jenis dan penyerapan agregat halus dihitung dengan rumus :

1). Berat jenis semu = …..………..……(3.1) 2). Berat jenis kering = …..………..….. (3.2)

3). Berat jenis kondisi SSD = …..………..… (3.3)

3). PresentaseAbsorbsi = x 100%….………..…. (3.4)

b. Berat jenis kayu

Contoh diambil dari potongan kayu gergajian yang berukuran 50 x 50 x 20 mm dan ditimbang beratnya (B1). Air raksa dimaksukkan kedalam mangkok dan diratakan dengan cara menekan permukaannya dengan kaca. Selanjutnya potongan kayu ditekan masuk ke dalam air raksa dengan meggunakan kaca sampai seluruh potongan kayu terendam. Air raksa yang tumpah ditimbang beratnya (Bar). Kemudian memasukkan benda uji ke dalam oven selama 24 jam. Setelah kering di timbang kembali benda uji (B2). berat jenis kayu atauserbuk gergaji (γsbk) dihitung dengan rumus :


(53)

33

γ

( , )

..….……… (3.5)

c. Berat satuan

Pemeriksaan berat satuan serbuk gergaji dan pasir langkah pengujiannya sama. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat isi agregat halus per satuan volume. Pengujian dilakukan dengan mengunakan silinder baja/mould. Langkah pertama menimbang dan mencatat berat silinder baja/mould (w1), kemudian

Mengisi silinder baja yang diketahui berat dan volumenya (v) dengan benda dalam tiga lapis tang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Meratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata. Menimbang dan mencatat berat silinder baja beserta benda uji (w2).

Untuk mendapatkan berat benda uji , berat silinder baja beserta benda uji dikurangkan dengan berat silinder baja (w3). Berat satuan

dihitung dengan rumus :

= ….………(3.6)

d. Gradasi

Pemeriksaan gradasi serbuk gergaji dan pasir langkah pengujiannya sama. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan susunan pembagian butir (gradasi) dari agregat halus. Pasir dan serbuk gergaji yang akan diperiksa dikeringkan dalam oven dengan suhu 105° sampai beratnya tetap dan ditimbang beratnya. Ayakan di susun sesuai dengan urutannya, ukuran terbesar diletakkan pada bagian paling atas, yaitu :


(54)

34 4,8 mm, diikuti dengan ukuran ayakan yang lebih kecil yaitu berturut-turut 2,4 mm, 1,2 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15 mm, 0 mm (sisa), kemudian di getarkan selam kurang lebih 10 menit. Pasir atau serbuk gergaji yang tertinggal pada masing-masing saringan ditimbang dan dicatat beratnya. Dari hasil ini dapat dihitung jumlah komulatif persentase butir-butir yang lolos pada masing-masing ayakan. Nilai modulus halus butir dihitung dengan menjumlahkan persentase komulatif butir tertinggal, kemudian dibagi seratus sehingga dapat digambar grafik distribusi ukuran butir agregat. Selanjutnya dilakukan analisis perhitungan gradasi saringan agregat halus untuk mendapatkan nilai modulus kehalusan (Fineness Modulus) dari agregat halus tersebut.

e. Kadar air

Pemeriksaan kadar air serbuk gergaji dan pasir langkah pengujiannya sama. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air yang terdapat pada pasir dan serbuk gergaji sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pasir (SSD) atau serbuk gergaji ditimbang dan dicatat beratnya (w1), kemudian dimasukkan ke dalam oven. Pasir

atau serbuk gergaji yang sudah kering didinginkan, ditimbang dan dicatat beratnya (w2). kadar air pasir atau serbuk gergaji dihitung

dengan rumus :


(55)

35 f. Kadar lumpur agregat halus

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar lumpur yang terdapat pada agregat halus. Nilai kadar lumpur yang dimiliki agregat halus ini harus kurang dari 5%. Penentuan kadar lumpur pasir dilakukan dengan cara membandingkan berat (dalam kondisi kering mutlak) sebelum dan sesudah dicuci. Selisih berat antara pasir sesudah dicuci dan sebelumnya dibagi berat semula adalah merupakan kandungan lumpur pasir. Pasir yang kering oven ditimbang beratnya (w1), kemudian dicuci di atas ayakan No. 200.

Pasir yang tertinggal di atas ayakan dipindahkan pada piring dan dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam, pasir dikeluarkan dari oven dan ditimbang (w2). Kadar lumpur pasir dapat dihitung dengan

rumus :

= 100%...………..(3.8)

g. Kandungan zat organis dalam pasir

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya kandungan bahan organik dalam agregat halus. Benda uji (pasir) sebanyak 115 ml dimasukkan kedalam botol, kemudian ditambahkan larutan NaOH 3% dan setelah dikocok isinya harus mencapai kira-kira 2/3 isi botol (230 ml). menutup botol itu, kemudian kocok kuat-kuat sampai betul-betul teraduk. Kemudian gelas ukur didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan diatas dengan warna standar. Jika warnanya lebih tua daripada warna standar maka sebaiknya tidak dipakai untuk bahan beton/mortar.


(56)

36 h. Pengujian semen

Pengujian yang dilakuakan pada semen yaitu : 1) Berat jenis semen

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat jenis semen dengan perbandingan antara berat volume kering semen pada suhu kamar dengan berat volume air suling pada 4 C yang volumenya sama dengan volume semen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan botol La Chatelier. Langkah pertama botol

La Chatelierdiisi dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1. Kemudian masukkan botol ke dalam bak air sebagai usaha menjaga suhu yang konstan untuk menghindari variasi suhu botol yang lebih besar dari 0,2 C selama ± 30 menit. Setelah itu, botol diangkat dan dilakukan pembacaan skala pada botol (V1).

Selanjutnya masukkan sampel semen sebanyak 64 gram sedikit demi sedikit ke dalam botol. Ketika proses pemasukkan semen ke dalam botol, diusahakan semen tidak menempel pada dinding botol diatas cairan kerosin atau naptha. Setelah semen dimasukkan ke dalam botol kemudian dilakukan pemutaran botol dengan posisi miring secara perlahan-lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan cairan. Selanjutnya rendam kembali botol yang telah terisi semen ke dalam bak air agar suhu air dan suhu dalam botol sama. Kemudian angkat botol


(57)

37 2) Waktu pengikatan semen

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan waktu pengikatan permulaan semen dalam keadaan konsistensi normal. Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat Vicat. Langkah pertama dilakukan persiapan pembuatan pasta semen, yaitu campuran antara semen sebanyak 300 gram dengan air sebanyak 23% - 30% dari berat semen. Kemudian pasta semen yang telah diaduk secara merata tersebut dimasukkan dalam cetakan berbentuk kerucut dengan diameter atas 60 mm, diameter bawah 70 mm, dan tinggi 40 mm. Biarkan selama 30 menit di dalam ruangan yang memiliki kelambaban relatif minimum 90 %. Setelah itu tempatkan benda uji tersebut pada alat Vicat. Turunkan jarum penetrasi yang berdiameter 1 mm dan panjang 50 mm sampai menyentuh permukaan pasta semen. Kemudian keraskan skrup dan geser jarum penunjuk pada bagian atas skala. Percobaan awal yaitu dengan melepaskan skrup dan membiarkan jarum jatuh ke permukaan pasta selama 30 detik. Kemudian lakukan pembacaan skala untuk menentukan dalamnya penetrasi. Jarak anatara penetrasi pada pasta tidak boleh kurang dari 6,4 mm, sedangkan jarak dari pinggir cincin tidak boleh kurang dari 9,4 mm. Percobaan dilakukan segera setiap 15 menit. Waktu pengikatan awal tercapai ketika hasil penetrasi lebih kecil sama dengan 25 mm, dan waktu pengikatan akhir tercapai bila jarum tidak membekas pada benda uji.


(58)

38 3. Tahap rencana perhitungan kebutuhan susun adukan mortar semen

Pada penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan kadar serbuk gergaji kayu dilakukan dengan cara membuat sejumlah bahan susun sebanyak 0%, 10%, 15% dan 20%. Dalam penelitian ini dipilih campuran semen : agregat halus berdasarkan perbandingan berat 1 : 5. Dalam rencana variasi adukan diatas, faktor air semen (fas) awal direncanakan 0,5. Sehingga didapatkan perbandingan bahan susun mortar untuk campuran 1 : 5 adalah sebagai berikut :

a. S : P : Se = 1 : 5 : 0% (kadar serbuk kayu) b. S : P : Se = 1 : 5 : 10% (kadar serbuk kayu) c. S : P : Se = 1 : 5 : 15% (kadar serbuk kayu) d. S : P : Se = 1 : 5 : 20% (kadar serbuk kayu) Keterangan : S = Semen

P = Pasir

Se = Serbuk kayu

4. Tahap pembuatan benda uji

Pembuatan benda uji dilakukan berdasarkan hasil perhitungan perbandingan berat bahan, yaitu adukan dibuat dari perbandingan semen dan agregat halus sebesar 1 : 5. Masing-masing campuran terdapat penggantian sejumlah bahan susun dengan menggunakan serbuk gergaji sebanyak 0%, 10%, 15% dan 20% dari berat semen dan berat pasir. Uji kuat tekan pada benda uji tersebut dilakukan saat benda uji berumur 14 hari dan 28 hari. Total seluruh benda uji mortar berjumlah 126 buah.


(59)

39 Jumlah benda uji yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.2. berikut ini.

Tabel 3.2. Jumlah Benda Uji Mortar

Pembuatan campuran dimulai dari persiapan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan material pada saat perhitungan campuran mortar. Campuran tersebut dituangkan pada bak penampungan adukan (concrete mixer) dan ditampung dengan ember untuk dibawa ke tempat cetakan. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan benda uji adalah sebagai berikut:

a. Mempersiapkan semua material penyusun mortar yang telah ditimbang untuk selanjutnya dimasukan kedalam concrete mixer

secara bertahap. Kemudian membiarkan concrete mixer berputar hingga adukan tercampur rata.

b. Menuang adukan kedalam pan setelah semua material tercampur rata untuk kemudian menuangkan adukan kedalam cetakan mortar.

% Serbuk gergaji

Fas (Rencana)

Macam pengujian dari jumlah benda uji

Jumlah Sampel (buah) kuat tekan

kubus Kuat tariksilinder Daya serapair kubus Uji 14 Hari Uji 28 Hari Uji 14 Hari Uji 28 Hari Uji 14 Hari Uji 28 Hari A. Penambahan serbuk gergaji dari berat semen

0 0,5 3 3 3 3 3 3 18

10 0,5 3 3 3 3 3 3 18

15 0,5 3 3 3 3 3 3 18

20 0,5 3 3 3 3 3 3 18

B. Penambahan serbuk gergaji dari berat pasir

10 0,5 3 3 3 3 3 3 18

15 0,5 3 3 3 3 3 3 18

20 0,5 3 3 3 3 3 3 18


(60)

40 c. Pada langkah ini juga dilakukan pemeriksaan kelecakan adukan dengan cara meremas adukan dengan tangan menjadi bentuk seperti bola. Kelecakan yang baik adalah apabila bola adukan tidak pecah ketika dilepas dari kepalan tangan dan tidak meninggalkan bekas pada tangan, hal ini dimaksudkan agar adukan dapat dicetak dengan baik tanpa menempel pada dinding cetakan apabila terlalu encer atau mortar semen pecah pada saat dikeluarkan dari cetakan apabila adukan terlalu kental. Penuangan adukan ke dalam cetakan dilakukan dengan sekop. Cetakan harus terisi penuh agar pada saat pemadatan seluruh bagian dalam cetakan terisi penuh oleh adukan mortar.

d. Penuangan adukan kedalam cetakan dilakukan dengan sekop. Cetakan harus terisi penuh agar pada saat pemadatan seluruh bagian dalam cetakan terisi penuh oleh adukan mortar semen.

e. Pemukulan atau pemadatan dilakukan sampai adukan mortar semen benar-benar padat agar ketika adukan dikeluarkan dari cetakan, mortar semen yang dibuat tidak runtuh atau rusak

f. Mengeluarkan adukan mortar semen dari cetakan ditempat yang terlindung dari sinar matahari dan hujan. Selanjutnya mendiamkan adukan tersebut selama 14 hari dan 28 hari

5. Tahap perawatan benda uji (Curing)

Benda uji mortar semen yang telah berumur 24 jam, cetakan mortar dilepas dan benda uji diberi tanda, kemudian benda uji direndam dalam kolam perendaman selama 14 hari. Setelah proses tersebut benda uji


(61)

41 dikeluarkan dari dalam air dan dibiarkan dalam ruangan dengan udara terbuka sampai mortar siap diuji sesuai umurnya

E. Pengujian Mortar Semen

Pengujian yang dilakukan pada mortar semen pada penelitian ini adalah pengujian kuat tekan, pengujian kuat tarik, dan daya serap air

1. Pengujian kuat tekan

Pengujian kuat tekan mortar pada penelitian ini menggunakan benda uji berbentuk kubus dengan ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm yang telah berumur 14 hari dan 28 hari dengan memberikan tekanan hingga benda uji tersebut runtuh. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakanCompression Testing Machine (CTM) yang berkapasitas 150 ton serta kecepatan pembebanan 0,14 – 0,34 MPa/detik. Prosedur pengujian dilakukan sebagai berikut :

a. Mengangkat benda uji berbentuk kubus yang telah dianginkan setelah melalui proses perendaman.

b. Menimbang,mencatat dan memberi tanda pada benda uji.

c. Meletakkan kubus uji pada tengah-tengah bidang landasan (pelat) baja penekan dalam mesin tekan Compression Testing Machine. Skema penekanan benda uji dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. skema penekanan benda uji

Pelat baja

Pelat baja Benda uji


(62)

42 d. Memastikan jarum penunjuk tepat pada titik nol, kemudian menghidupkan mesin tekan dan secara perlahan alat menekan benda uji.

e. Mengamati setiap perubahan atau penambahan kuat tekan pada jarum pengukurnya. Bila jarum sudah tidak bergerak lagi maka mesin dimatikan, dengan kata lain benda uji sudah hancur.

f. Membaca dan mencatat angka pada jarum ukur yang merupakan besarnya beban tekan mortar untuk setiap benda uji.

g. Menghitung kuat tekan :

Beban tekan maksimum dicatat. Kuat tekan didapat dengan membagi beban maksimum (F) dengan luas bidang tekan benda uji (A). besarnya kuat tekan mortar semen dihitung dengan rumus :

f’c

=

………..…(3.9)

dengan : f’c=kuat tekan mortar semen (N/mm2)

F = beban tekan (N)

A = luas bidang tekan (mm2)

2. Pengujian kuat tarik belah

Pengujian kuat tarik belah mortar dilakukan untuk mengetahui batas kuat tarik belah dari benda uji tersebut. Benda uji yang dipakai adalah silinder dengan ukuran diameter 5 cm dan tinggi 10 cm. Pengujian kuat tarik mortar dilakukan saat berumur 14 hari dan 28 hari. Jumlah mortar yang di uji yaitu terdiri dari 3 buah sampel untuk masing-masing campuran. Prosedur pengujian dilakukan sebagai berikut :


(63)

43 a. Benda uji dikeluarkan setelah beumur 14 hari dan 28 hari dari bak perendaman lalu dikeringkan dengan lap dan dibiarkan selama 24 jam.

b. Menimbang,mencatat dan memberi tanda pada benda uji.

c. Meletakkan silinder uji pada tengah-tengah bidang landasan (pelat) baja penekan dalam mesin tekanCompression Testing Machine.

d. Nilai kuat tarik yang diperoleh dihitung dari besar beban tarik maksimum (F) dibagi dengan luas penampang yang terkecil (mm2).

Besarnya kuat tarik mortar semen dihitung dengan rumus:

fct

=

. .

………

(3.10)

dengan : fct =kuat tarik belah (N/mm2)

P = beban uji maksimum (N)

L = panjang benda uji (mm)

D =diameter benda uji (mm)

3. Pengujian daya serap air

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang diserap oleh mortar setelah direndam pada waktu tertentu. Pengujian daya serap air dilakukan pada pembuatan benda uji yang berbentuk kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm. Penyerapan mortar dilakukan pada saat mortar berumur 14 hari dan 28 hari, dimana jumlah mortar yang akan diuji terdiri dari 3 sampel untuk masing-masing campuran. Adapun prosedur pengujian adalah sebagai berikut :


(64)

44 a. Benda uji pada umur 14 hari dan 28 hari dari bak perendaman dikeluarkan dan di lap seluruh permukaan benda uji guna menghindari air berlebihan.

b. Kemudian benda uji ditimbang guna mengambil massa basah (A). c. Kemudian benda uji tersebut dimasukkan ke dalam oven yang

bersuhu konstan 100-110oC selama 24 jam.

d. Kemudian benda uji tersebut ditimbang kembali untuk memperoleh massa kering dari benda uji (B).

Besarnya penyerapan air dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Dse= 100%……… (3.11)

Dengan : Dse= daya serap air (%)

A = berat sampel setalah direndam (gram) B = berat sampel setelah dikeringkan (gram)


(65)

45

Mulai

Persiapan Material

Pengujian Material

Lulus Syarat ASTM

Pembuatan Rencana Campuran

Pembuatan Benda Uji

Perawatan Benda Uji

Pengujian Benda Uji

(Uji Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Daya Serap Air)

Analisis & Pembahasan (Grafik & Tabel)

Selesai

Tidak Tidak

Ya

F. Diagram alir penelitian


(66)

68

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penambahan serbuk gergaji kayu jati sebagai subtitusi semen dan subtitusi pasir pada mortar semen akan menyebabkan terjadinya pengaruh penurunan nilai kuat tekan dan kuat tarik, akan tetapi pengaruh kenaikan terjadi pada nilai daya serap airnya.

2. Penambahan serbuk gergaji kayu jati ke dalam campuran mortar semen akan menurunkan kuat tekan mortar sejalan dengan bertambahnya persentase serbuk gergaji kayu jati.

3. Penambahan serbuk gergaji kayu jati ke dalam campuran mortar semen akan menurunkan kuat tarik belah mortar sejalan dengan bertambahnya persentase serbuk gergaji kayu jati.

4. Penyerapan air dipengaruhi oleh kadar air serbuk gergaji kayu jati. Semakin besar persentase serbuk gergaji terhadap subtitusi semen dan subtitusi pasir maka akan semakin tinggi daya serap airnya.

5. Dari hasil penelitian diperoleh nilai kuat tekan, kuat tarik belah akan semakin menurun dan daya serap air akan semakin meningkat seiring


(67)

69 dengan waktu dan bertambahnya persentase serbuk gergaji terhadap subtitusi semen dan subtitusi pasir.

6. Dari hasil penelitian diperoleh dapat diketahui bahwa dengan penambahan serbuk gergaji akan meningkatkan daya serap air yang tinggi sehingga tidak baik untuk konstruksi beton maupun mortar semen.

7. Pada hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pada konsentrasi serbuk gergaji 0% kuat tarik belah mortar pada umur 14 hari lebih besar daripada umur 28 hari. Hal ini disebabkan dari proses produksi dan perawatannya berbeda tidak memenuhi Standard Operating Procedure(SOP).

B. Saran

Untuk penyempurnaan hasil penelitian serta untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan penelitian dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam pembuatan mortar semen diperlukan bahan yang berkualitas. Bahan-bahan yang digunakan harus teruji dengan hasil yang baik. Disamping itu ketelitian dalam perencanaan campuran, ketelitian dalam penimbangan bahan serta keseragaman pemadatan dalam pembuatan mortar semen sangat menentukan kualitas mortar semen yang dihasilkan.

2. Pada saat pengujian kuat tekan mortar semen, benda uji harus dalam keadaan kering baik bagian luar maupun bagian dalam karena benda uji


(68)

70 yang masih basah mempunyai kuat tekan lebih rendah jika dibandingkan dengan benda uji yang telah kering.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai kuat tekan pada mortar semen dengan umur diatas 28 hari.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Andoyo. 2006. Pengaruh Penggunaan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan dan Serapan Air pada Mortar. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Asia, N. 2014. Pengaruh Penambahan Natrium Klorida (NaCl) Terhadap Waktu Ikat, Kuat tekan Mortar dan Pasta. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanudin. Makassar.

Ibnu, M.B.S. 2006. Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Jati pada Mortar Semen ditinjau dari Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Daya Serap Air.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Nugraha, P dan Antoni. 2007. Teknologi Beton. Penerbit ANDI. Yogyakarta

Sugianto. dan Sebayang, S. 2005. Bahan Bangunan. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sihotang, E. 2009. Pemanfaatan Abu Ampas Tebup pada Pembuatan Mortar.

Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan.

SNI 03-6820-2002. 2002. Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plesteran dengan bahan dasar semen. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.

SNI 15-2049-2004. 2004. Semen Portland .Badan Standarisasi Nasional. Bandung.

SNI 03-2491-2002. 2002. Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.


(70)

SNI 03-6825-2002. 2002. Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland untuk Pekerjaan Sipil. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.

Sutrisna, D. 2012. Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Jati Terhadap Kuat Tekan, Kuat Lekat dan Absorbsi pada Mortar Semen. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Galuh. Ciamis.

Tjokrodimuljo, K. 2012. Teknologi Beton. Yogyakarta. Biro Penerbit KMTS FT UGM.

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(1)

Persiapan Material

Pengujian Material

Lulus Syarat ASTM

Pembuatan Rencana Campuran

Pembuatan Benda Uji

Perawatan Benda Uji

Pengujian Benda Uji

(Uji Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Daya Serap Air)

Analisis & Pembahasan (Grafik & Tabel)

Selesai

Tidak Tidak

Ya


(2)

68

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Penambahan serbuk gergaji kayu jati sebagai subtitusi semen dan subtitusi pasir pada mortar semen akan menyebabkan terjadinya pengaruh penurunan nilai kuat tekan dan kuat tarik, akan tetapi pengaruh kenaikan terjadi pada nilai daya serap airnya.

2. Penambahan serbuk gergaji kayu jati ke dalam campuran mortar semen akan menurunkan kuat tekan mortar sejalan dengan bertambahnya persentase serbuk gergaji kayu jati.

3. Penambahan serbuk gergaji kayu jati ke dalam campuran mortar semen akan menurunkan kuat tarik belah mortar sejalan dengan bertambahnya persentase serbuk gergaji kayu jati.

4. Penyerapan air dipengaruhi oleh kadar air serbuk gergaji kayu jati. Semakin besar persentase serbuk gergaji terhadap subtitusi semen dan subtitusi pasir maka akan semakin tinggi daya serap airnya.

5. Dari hasil penelitian diperoleh nilai kuat tekan, kuat tarik belah akan semakin menurun dan daya serap air akan semakin meningkat seiring


(3)

semen.

7. Pada hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pada konsentrasi serbuk gergaji 0% kuat tarik belah mortar pada umur 14 hari lebih besar daripada umur 28 hari. Hal ini disebabkan dari proses produksi dan perawatannya berbeda tidak memenuhi Standard Operating Procedure(SOP).

B. Saran

Untuk penyempurnaan hasil penelitian serta untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan penelitian dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam pembuatan mortar semen diperlukan bahan yang berkualitas. Bahan-bahan yang digunakan harus teruji dengan hasil yang baik. Disamping itu ketelitian dalam perencanaan campuran, ketelitian dalam penimbangan bahan serta keseragaman pemadatan dalam pembuatan mortar semen sangat menentukan kualitas mortar semen yang dihasilkan.

2. Pada saat pengujian kuat tekan mortar semen, benda uji harus dalam keadaan kering baik bagian luar maupun bagian dalam karena benda uji


(4)

70 yang masih basah mempunyai kuat tekan lebih rendah jika dibandingkan dengan benda uji yang telah kering.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai kuat tekan pada mortar semen dengan umur diatas 28 hari.


(5)

Tekan dan Serapan Air pada Mortar. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Asia, N. 2014. Pengaruh Penambahan Natrium Klorida (NaCl) Terhadap Waktu Ikat, Kuat tekan Mortar dan Pasta. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanudin. Makassar.

Ibnu, M.B.S. 2006. Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Jati pada Mortar Semen ditinjau dari Kuat Tekan, Kuat Tarik dan Daya Serap Air. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Nugraha, P dan Antoni. 2007. Teknologi Beton. Penerbit ANDI. Yogyakarta

Sugianto. dan Sebayang, S. 2005. Bahan Bangunan. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sihotang, E. 2009. Pemanfaatan Abu Ampas Tebup pada Pembuatan Mortar. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Medan.

SNI 03-6820-2002. 2002. Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plesteran dengan bahan dasar semen. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.

SNI 15-2049-2004. 2004. Semen Portland .Badan Standarisasi Nasional. Bandung.

SNI 03-2491-2002. 2002. Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.


(6)

SNI 03-6825-2002. 2002. Metode Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland untuk Pekerjaan Sipil. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.

Sutrisna, D. 2012. Pengaruh Penambahan Serbuk Gergaji Kayu Jati Terhadap Kuat Tekan, Kuat Lekat dan Absorbsi pada Mortar Semen. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Galuh. Ciamis.

Tjokrodimuljo, K. 2012. Teknologi Beton. Yogyakarta. Biro Penerbit KMTS FT UGM.

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.