Agregat Karakterisasi Mortar Polimer

P = beban tekan maksimum N A = luas penampang silinder beton = mm 2 Kuat tekan beton yang disyaratkan karakteristik ditentukan dengan rumus f c = fcr – 1,64 S ............................................... 2 dengan : f c = kuat tekan beton yang disyaratkan MPa fcr = kuat tekan beton rata-rata MPa ∑ ................................................ 3 √ ∑ ....................................... 4 dengan : S = deviasi standar n = banyak benda uji b Kuat Tarik Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai kuat tarik yang sangat kecil dibandingkan dengan kuat tekannya yaitu sekitar 10 - 15 dari kuat tekannya. Kuat tarik beton merupakan sifat yang penting untuk memprediksi retak dan defleksi balok. Kuat tarik belah dihitung dengan menggunakan rumus: σt = .................................................................................................. 5 dengan : σ t = kuat tarik belah beton Nmm 2 P = beban tekan maksimum saat silinder beton terbelahruntuh N = konstanta 3,14 L = tinggipanjang silinder beton mm D = diameter silinder beton mm c Daya Serap Air Penyerapan air dalam mortar adalah untuk mengetahui sampai dimana batas air pada sampel mortar polimer dapat menyerap. Untuk mengetahui besarnya nilai penyerapan air dari sampel mortar polimer dapat dihitung menggunakan persamaan berikut: Penyerapan air = Dimana: M j = masa sampel jenuh gram M k = masa sampel kering gram d Analisis Mikrostruktur Mortar Analisis mikrostruktur sampel mortar polimer dilakukan dengan menggunakan Scanning Elektron Microscope SEM, dimana Scanning Elektron Microscope adalah untuk melihat bentuk dan ukuran partikel penyusun. Scanning Elektron Microscope SEM merupakan mikroskop yang banyak digunakan untuk analisis permukaan mikrograf material. SEM juga dapat digunakan untuk menganalisis data kristalografi, sehingga dapat dikembangkan untuk menentukan elemen atau senyawa. Pengujian SEM dilakukan di Laboratoriun Terpadu Universitas Lampung. Menurut referensi Siregar, 2009, menyatakan bahwa beton yang dikeringkan secara alami mempunyai permukaan yang lebih kasar dan ukuran pori lebih besar, jumlah lebih sedikit dan terdistribusi tidak merata. Adanya cacat mikro micro crack pada beton menyebabkan kekuatan mekanik turun, karena memudahkan terjadinya keretakan atau patahan. Pada beton yang permukaannya lebih halus, ukuran partikelnya kecil, umumnya tanpa cacat dan relatif lebih padat, maka cenderung memiliki kekuatan mekanik yang lebih tinggi. Pada Gambar 2.1 ditunjukkan foto SEM dari beton dengan komposisi 80 volume serbuk kulit kerang dengan 20 volume resin epoksi yang dikeringkan selama 8 jam dengan suhu 60 C. Siregar, 2009 Gambar 2.1 Foto SEM dari beton yang dikeringkan selama 8 jam pada suhu 60 C dengan komposisi 80 volume serbuk kulit kerang dan 20 volume resin epoksi Dari Gambar 2.1 terlihat bahwa pada beton terdapat rongga-ronga yang ditandai dengan warna hitam atau gelap, sedangkan warna abu-abu merupakan gumpalan kulit kerang yang sudah tercampur dengan pasir di dalam adukan beton. Warna putih atau terang merupakan gumpalan resin epoksi. Rongga-ronga di dalam beton terdistribusi tidak merata dengan ukuran sekitar 5 - 40 μm, ukuran gumpalan resin epoksi sekitar 20 μm. Sedangkan bentuk partikel pasir dan serbuk kulit kerang tidak terlihat batas butirnya Siregar, 2009. Gambar 2.2 Foto Scanning Eletron Microscope SEM beton polimer untuk kode BP3 yaitu 80 agregat total, 20 filler abu batu, dan 25 resin epoksi. aryandi, 2012 Gambar 2.2. Foto Scanning Eletron Microscope SEM beton polimer untuk kode BP3 yaitu 80 agregat total, 20 filler abu batu, dan 25 resin epoksi. aryandi, 20ss12 Pada Gambar 2.2. terlihat bahwa rongga-rongga pada beton terdistribusi secara merata antara agregat halus, agregat kasar, abu batu, dan resin epoksi, hal ini berbanding lurus dengan nilai penyerapan air sebesar 0,0790 pada beton polimer variasi BP3 yaitu 80:20 antara agregat total dan abu batu sebagai filler. Warna abu-abu kehitaman terlihat pada lingkaran merah pada Gambar 2.2 merupakan gumpalan agregat yang sudah tercampur dengan filler di dalam adukan beton dengan ukuran partikel 1 – 10 μm. Sedangkan epoxy resin dinyatakan dengan warna putih terlihat pada lingkaran kuning pada Gambar 2.2 yang menyelimuti gumpalan agregat yang ukuran keseluruhannya kurang dari 2 - 20 μm. aryandi, 2012

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Umum Pelaksanaan penelitian dilakukan secara eksperimental, yang dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan, Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik dan Laboratorium Biomasa Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Obyek dalam penelitian ini adalah mortar polimer yang menggunakan epoksi sebagai pengganti semen dan air dengan varian campuran 20 , 25 , 30 , 35 , dan 40 dari berat total volume selinder + berat jenis pasir.

B. Alat Dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian beserta penjelasan singkatnya akan diuraikan di bawah ini. 1. Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian beserta penjelasan singkat tentang kegunaan akan diuraikan di bawah ini. a Baskom dan cawan 21 Baskom digunakan sebagai tempat untuk penyimpanan bahan penyususn adukan mortar. b Ayakan Alat ini digunakan untuk mengukur gradasi agregat sehingga dapat ditentukan nilai modulus kehalusan butir agregat kasar dan agregat halus. Untuk penelitian ini gradasi agregat halus berdasarkan standar ASTM C-33. Tabel 3.1. Ukuran saringan pada penelitian gradasi agregat halus. Jenis Ukuran Saringan mm Agregat 4.7 2,36 1,1 0,6 0,3 0,1 P c Timbangan Mechanical Balances Timbangan digunakan untuk menimbang bahan – bahan dasar pembentuk beton. Timbangan yang digunakan yaitu timbangan digital merk Nagata dengan kapasitas 30 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan merk Laju buatan Indonesia yang berkapasitas 150 kg dengan ketelitian 1 gram. d Piknometer Piknometer dengan kapasitas 500 gram digunakan untuk mencari berat jenis pasir. e Oven Oven merek Gallen Kamp Size Two Oven BS untuk mengeringkan pecahan benda uji pada pengujian daya serap air dan pemeriksaan bahan. 22 f Desikator Desikator digunakan untuk mendinginkan sampel setelah mengalami proses pengeringan dalam oven. g Bejana baja Bejana baja dengan diameter 225 mm, tinggi 244 mm, digunakan untuk mengetahui berat satuan pasir dalam kondisi dipadatkan maupun tidak dipadatkan dilengkapi dengan tongkat penumbuk panjang 60 cm, diameter 15 mm. h Cetok dan talam baja Cetok digunakan untuk memindahkan adukan ke dalam cetakan dan juga untuk meratakan permukaan benda uji yang baru dicetak. Talam baja digunakan untuk tempat pasir dan adukan mortar polimer. i Cetakan mortar Cetakan selinder mortar dengan diameter 50 mm dan tinggi 100 mm untuk uji kuat tekan dan kuat tarik j Stopwatch Stopwatch digunakan untuk megukur waktu yang diperlukan dalam pengadukan. k Mesin pengaduk beton atau mortar mesin pengaduk Standar ASTM C 305 yang kecepatan perputarannya dapat diatur,dilengkapi dengan mangkok pengaduk kapasitas 2500 cc, 23 l Kerucut kronik Kerucut kronik digunakan untuk menentukan kondisi jenuh kering muka Saturated Surface Dry pasir. Kerucut kronik terbuat dari kuningan dengan diameter bawah 890 mm, diameter atas 380 mm, tinggi 760 mm dilengkapi dengan penumbuk berupa tongkat baja diameter 25 mm berat 336 gram. m Jangka sorong vernier caliper Jangka sorong vernier caliper digunakan untuk mengukur benda uji. n Ember tempat pengadukan Ember digunakan untuk pengadukan mortar polimer o Alat uji tekan dan uji tarik Alat uji tekan dan tarik yang digunakan adalah mesin uji desak Compression Tension Machine merk indotest dengan kapasitas kuat tekan 150 ton dengan kecepatan pembebanan 100 KNmenit dan mesin dengan kapasitas 6.000 ml. digunakan untuk mengujian kuat tekan dan kuat tarik mortar polimer. Pengujian dilakukan di Laboratorium Bahan dan konstruksi, Jurusan Sipil Universitas Lampung . 2. Bahan a Agregat halus pasir Pasir yang digunakan adalah yang terdapat di Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah b Resin epoksi