ANALISIS FUNGSI TAHLILAN MENURUT MASYARAKAT DESA TANGGULANGIN KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(1)

ABSTRAK

ANALISIS FUNGSI TAHLILAN MENURUT MASYARAKAT DESA TANGGULANGIN KECAMATAN PUNGGUR

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh:

Sulistyo Adhi Nugroho

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan fungsi-fungsi yang terdapat dalam acara tahlilan. Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Tanggulangin, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu tokoh masyarakat, tokoh Agama (Ulama/Kyai/Ustad), dan warga masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan, acara tahlilan masih dilaksanakan di Desa Tanggulangin, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah. Acara tahlilan berfungsi sebagai bentuk kirim doa untuk orang yang meninggal. Dalam perkembangannya, acara tahlilan juga difungsikan lain sebagai ajang silaturahmi dan menumbuhkan persaudaraan untuk menghibur ataupun mengurangi beban keluarga yang meninggal, sebagai suatu ibadah dengansedekah, dan sebagai syiar Islam. Keberadaan fungsi-fungsi lain tersebut yang menyebabkan hingga saat ini masyarakat melaksanakan acara tahlilan.


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE FUNCTIONS TAHLILAN VILLAGE DISTRICT TANGGULANGIN PUNGGUR

CENTRAL DISTRICT LAMPUNG

By:

Sulistyo Adhi Nugroho

The purpose of this study is to investigate and explain the functions contained in tahlilan event. This study took place in the Village Tanggulangin Punggur District, Central Lampung regency. This study uses qualitative methods, techniques of collecting data through in-depth interviews. As for the informants in this research that community leaders, religious leaders (Ulama / Kyai / Ustad), and community members.

The results show, the event was held in the Village tahlilan Tanggulangin Punggur District, Central Lampung regency. Tahlilan event serves as a form to send prayers for the dead. During its development, tahlilan event also functioned as a venue for other foster friendship and brotherhood to entertain or reduce the burden on families who died, as a service to the charity, and as symbols of Islam. The existence of these other functions that lead to this community event tahlilan implement.


(3)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan laa ilaaha illa Allah. Sedangkan terminologi mendefinisikannya sebagai sebuah pertemuan yang di dalamnya dibacakan laa ilaaha illa Allah, shalawat kepada Nabi SAW, tasbih, dan sebagian ayat-ayat Al-qur`an serta diakhiri dengan do`a yang berisikan pengiriman pahala bacaan-bacaan tadi kepada seseorang yang sudah meninggal (http://buletinalghadier.blogspot.com, 2012).

Telah diketahui bersama bahwa acara tahlilan merupakan suatu acara yang biasa dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk memperingati hari meninggalnya seseorang. Secara bersama-sama, berkumpul sanak keluarga, handai taulan, dzikir-dzikir, - untuk dikirimkan kepada orang yang meninggal. Karena dari sekian materi bacaannya terdapat kalimat tahlil yang diulang-ulang (ratusan kali bahkan ada yang sampai ribuan kali), maka acara tersebut dikenal dengan (http://www.darussalaf.or.id, 2012).

Acara tahlilan ini biasanya diselenggarakan setelah selesai proses penguburan (terkadang dilakukan sebelum penguburan orang yang meninggal), kemudian terus berlangsung setiap hari sampai hari ketujuh. Lalu diselenggarakan kembali


(4)

2

pada malam ke 40 , ke 100, dan ke 1000. Untuk selanjutnya acara tersebut diadakan tiap tahun dari hari kematian orang yang meninggal.

Tidak lepas dalam acara tersebut penjamuan yang disajikan pada tiap kali acara diselenggarakan. Model penyajian hidangan biasanya selalu variatif, tergantung adat yang berjalan di tempat tersebut. Namun pada dasarnya menu hidangan mirip menu hidangan secara meriah. Dan diberikan pada setiap orang yang datang (www.darussalaf.or.id, 2012).

Keberadaan aktivitas tahlilan tidak dilepaskan dari sejarah berkembangnya tarekat di Indonesia dan perjuangan dakwah Wali Songo. Berdasarkan sejarah Islam di Indonesia banyak dikemukakan bahwa kelompok-kelompok tarekat telah berkembang pesat sejak abad ke 13. Perkiraan bahwa kelompok tarekat merupakan kelompok yang mentradisikan tahlilan didasarkan pada konsep ajaran-ajaran yang dikembangkan. Awal mula acara tahlil tersebut berasal dari acara peribadatan (selamatan) nenek moyang bangsa Indonesia yang mayoritasnya masih menyakini agama sebelum agama Islam datang. Acara tersebut sebagai bentuk penghormatan dan mendo'akan orang yang telah meninggalkan dunia yang diselenggarakan pada waktu seperi halnya tahlilan. Namun acara tahlilan secara praktis di lapangan berbeda dengan prosesi selamatan agama lain yaitu dengan cara mengganti mantra dan do'a-do'a ala agama lain dengan bacaan dari Al-Qur'an, maupun dzikir-dzikir dan do'a-do'a versi Islam. Dapat disebutkan inti ajaran tarekat adalah pelaksanaan zikrullah sebagai jalan untuk mensucikan dan mendekatkan diri kepada Sang Allah Swt. Acara tahlilan hari ke-1, 2, 3, 7, 40, 100 atau seribu hari hingga haul (ulang tahun kematian yang dilaksanakan setiap tahun) dengan kegiatan tahlil adalah suatu tradisi untuk menanamkan tauhid di


(5)

3

tengah suasana keharuan duka yang sentimental dan sugestif. Aktifitas dzikiryang berawal dari ajaran tarekat itulah yang kemudian meluas menjadi tradisi tahlilan (www.thakereen.com, 2011).

Acara tahlil yang biasa di

sudah meninggal dunia, sebenarnya bermula dari perjuangan sunan-sunan Wali Songo, yang mana pada saat itu adat istiadat orang Jawa, ketika ditinggal meninggal oleh sanak keluarganya dilakukan acara selama tujuh hari berturut-turut dan hari ke empat puluh setelah kematian, mereka (orang Jawa) mempercayai bahwa acara ini dapat menebus dosa-dosa orang yang meninggal atau paling tidak bisa menambah kebaikan-kebaikannya.

Dari peristiwa inilah, maka sunan-sunan Wali Songo tergugah untuk merubah adat istiadat mereka dengan acara yang Islami, hanya saja oleh beliau-beliau disadari bahwa adat semacam ini tidak mungkin di rubah secara total, maka muncullah satu pemikiran untuk memanfaatkan tujuh hari atau lainnya, dari apa saja yang telah mereka adatkan, dengan diisi tahlil bersama, sebagaimana yang telah kita rasakan saat ini. Acara ini mengindikasikan adanya fungsi dalam tahlilan. Namun, dalam tahlil ini biasanya terdapat sajian makanan untuk para tamu yang datang. Memang menyajikan hidangan untuk tamu merupakan hal yang terpuji bahkan dianjurkan tetapi bila dihidangkan dalam acara tahlilan oleh keluarga yang

meninggal maka memiliki hukum tersendiri

(http://helmynurindah.wordpress.com, 2012).

Pelaksanaan tahlilan diawali oleh pihak keluarga yang meninggal dengan mengundang tetangga dan sanak familinya secara lisan untuk menghadiri acara itu yang akan diselenggarakan di rumah duka. Acara tahlilan baru dimulai apabila


(6)

4

para undangan sudah banyak yang datang dan dianggap cukup. Yang perlu untuk diketahui adalah bahwa kadang-kadang orang yang tidak diundangpun turut menghadiri acara tahlilan, sebagai ekspresi penyampaian rasa ikut berduka. Acara tahlilan, sebagaimana acara-acara lain, dimulai dengan pembukaan dan diakhiri dengan pembagian makanan kepada para hadirin. Kaitannya dengan masalah makanan dalam acara tersebut, kadang-kadang pihak keluarga yang meninggal ada yang menyajikannya sampai dua kali, yaitu untuk disantap bersama di rumah tempat mereka berkumpul dan untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing,

yang disebu berkat .

Dalam proses berjalannya acara yang sudah menjadi adat kebiasaan, dipimpin oleh seorang tokoh masyarakat, kalau bukan seorang Ulama atau Ustad yang sengaja disiapkan oleh tuan rumah. Dalam acara tahlilan masyarakat Desa Tanggulangin pada umumnya melakukan pembacaan Tahlil dan

Al-- ang khusus ditujukan pada orang yang meninggal sesuai dengan hari waktu dan meninggal. Tidak hanya itu, karena acara tahlilan ini juga diisi dengan tawasul-tawasul kepada Nabi, sahabat dan para Wali serta juga keluarganya yang telah meninggal. Biasanya acara yang dilakukan dimulai dengan pembacaan surat Yasin, pembacaantahlildan ditutup dengan pembaca

Dalam menyambut acara tahlilan, keluarga yang meninggal disamping dibantu oleh para tetangga, bekerja keras mempersiapkan hidangan yang akan diberikan kepada para hadirin. Hidangan terkadang sengaja dibuat sendiri dan terkadang diperoleh dari orang lain dengan cara membelinya.


(7)

5

Hal itu tergantung pada kesanggupan dan kesiapan pihak keluarga. Dalam acara tahlilan pada masyarakat Desa Tanggulangin, penyajian hidangannya selalu disediakan. Penyajian hidangan disini tidak pernah ditentukan, tetapi pada hari-hari ke-3 dan ke-7 biasanya penyajian hidangan makanan. Maksud bahwa orang yang mengadakan acara tahlilan meninggalnya seseorang itu adalah untuk memohon maafkan arwah keluarga dari dosanya semasa masih hidup. Dan ketika acara tahlilan itu menempati hari ke-40, ke-100, ke-1000 dan haul pada tiap tahunnya, maka penyajian hidangan itu sudah berbeda lagi yaitu sesuai dengan kemampuan yang punya hajat.

Masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam khususnya masyarakat Desa Tanggulangin yang sebagian besar memeluk Agama Islam banyak yang menjalankan beberapa amalan yang dianggap sebagai suatu keharusan (syariat). Amalan-amalan itu salah satunya adalah acara keagamaan dalam tradisi tahlilan meninggalnya seseorang yang dijadikan sebagai sebuah simbol dari sesuatu aliran dalam Islam yang pada dasarnya acara keagamaan itu masih menjadi sebuah permasalahan, apakah upacara tersebut merupakan agama (ajaran Islam) atau sebagai budaya. Acara keagamaan dan tradisi memperingati hari meninggalnya seseorang, di zaman modern ini ternyata masih tetap berjalan dan berlangsung dalam masyarakat Indonesia, salah satunya adalah masyarakat di Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

Kebiasaan acara tahlilan meninggalnya seseorang pada masyarakat Desa Tanggulangin ini merupakan salah satu sistem acara keagamaan yang masih dipertahankan hingga kini. Tradisi tahlilan meninggalnya seseorang ini meskipun berangkat dari kristalisasi nilai-nilai budaya yang sedemikian tradisional, namun


(8)

6

pengaruhnya hingga kini masih sedemikian kuat sekaligus di desa-desa sekitarnya terutama di Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Tradisi tahlilan meninggalnya seseorang ini syarat dengan berbagai nilai-nilai atau makna mulai dari hari pertama meninggal hingga 1000 hari dan haulnya, tentu saja seluruh makna yang terkemas dalam suatu sistem acara tahlilan meninggalnya seseorang tersebut jelas mengandung nilai- nilai filosofis tertentu yang terkait dengan karakteristik budaya dari daerah yang bersangkutan.

Berdasarkan pernyataan di atas menjelaskan adanya fungsi dalam acara tahlilan berfungsi sebagai mengirim doa kepada orang yang meninggal. Perkembangannya sekarang tahlilan tidak hanya berfungsi sebagai mengirim doa saja, tetapi tahlilan juga difungsikan lain sebagai ajang silahturahmi untuk menumbuhkan persaudaraan dengan cara menghibur dan mengurangi beban keluarga yang meninggal merupakan suatu ibadah dengan sedekah, syiar Islam.

Berdasarkan analisis tentang fungsi tahlilan di atas, jika dilihat secara sosiologis acara tersebut memiliki unsur solidaritas antar sesama muslim karena warga memberikan pertolongan kepada yang sedang berduka dan membantu keluarga. Tidak hanya sebagai bentuk kirim doa, namun terdapat fungsi-fungsi yang terdapat dalam acara ini, sehingga masyarakat tetap melestarikan tradisi yang sejak nenek moyang dilaksanakan. Hingga saat ini pelaksanaan tahlilan sendiri tidak hanya di laksanakan di desa saja tetapi dilaksanakan di perkotaan hingga seluruh Indonesia, khususnya di Desa Tanggulangin.

Atas dasar kenyataan tersebut, maka penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Untuk diketahui, Desa Tanggulangin dihuni


(9)

7

oleh masyarakat yang heterogen, baik suku, pekerjaan, hingga agama. Selain dari itu, pemilihan lokasi penelitian ini di Desa Tanggulangin dikarenakan terdapatnya pondok pesantren di Desa ini, kemudian adanya informan yang merupakan salah satu Ulama di pondok pesantren yang mayoritas penganut agama Islam di Desa ini masih melaksanakan acara tahlilan meninggalnya seseorang dikarenakan masih dipengaruhi oleh ajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren tersebut.

Permasalahan inilah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini terutama pada kelompok yang masih melestarikan acara tahlilan. Dalam hal ini, penelitian akan difokuskan pada analisis fungsi tahlilan menurut masyarakat. Oleh karena itu peneliti menetapkan judul: Analisis Fungsi Tahlilan Menurut Masyarakat Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung T .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

Apa saja fungsi-fungsi acara tahlilan menurut masyarakat Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui dan menjelaskan fungsi-fungsi yang terdapat dalam acara tahlilan pada masyarakat Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung.


(10)

8

1. Secara teoritis diharapkan dapat berguna bagi upaya pengembangan khasanah Ilmu Sosiologi, khususnya yang berhubungan dengan perkembangan budaya-budaya Islam.

2. Secara praktis diharapkan dapat dijadikan referensi bagi Departemen Agama dalam upaya menjalankan dakwah Islam dan membantu mengatasi perselisihan pendapat mengenai pelaksanaan tradisi tahlilan sesudah peristiwa kematian seseorang.


(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Fungsi Tahlilan 1. Pengertian Tahlilan

Kata "Tahlil" sendiri secara harfiah berarti berdzikir dengan mengucap kalimat tauhid "Laa ilaaha illallah" (tiada yang patut disembah kecuali Allah), yang sesungguhnya bukandzikiryang dikhususkan bagi acara memperingati kematian seseorang. Pada acara ini orang berkumpul-kumpul di rumah orang yang meninggal lalu berdzikir dan membaca sejumlah ayat Al Qur'an, kemudian mendoakan orang yang meninggal.

Tahlilan adalah acara selamatan yang dilakukan sebagian umat Islam, kebanyakan di Indonesia dan kemungkinan di Malaysia, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, dan seterusnya. Ada pula yang melakukan tahlilan pada hari ke-1000 (www.wikipedia.com. 2011).

Acara tersebut umumnya dilaksanakan dalam forum Majelis Tarhim (suatu majelis atau acara yang dilaksanakan untuk memintakan rahmat Allah terhadap orang yang meninggal) dengan membaca kalimat tahlil. Sebelum pembacaan tahlil sebagai inti dari acara, terlebih dahulu dibacakan ayat Al- thayyibah(sepertihamdalah,takbir, shalawat,tasbih, dan sejenisnya) untuk menambah rasa pendekatan diri kepada Allah sebelum berdoa dan bertawajjuh dengan bacaan tahlil. Pada umumnya, bacaan-bacaan surat


(12)

Pada awalnya, acara tahlilan ditengarai merupakan praktik pada masa transisi yang dilakukan oleh masyarakat yang baru memeluk Islam pada zaman Wali Songo, dan tidak meninggalkan kebiasaan mereka yang lama. Berkumpul di rumah orang yang meninggal, acara seperti itu tidak hanya terjadi pada masyarakat pra Islam di Indonesia saja, tetapi di berbagai belahan dunia, termasuk di jazirah Arab. Oleh parada'ipada waktu itu, acara yang sebelumnya diubah menjadi kegiatan yang bernafaskan Islam. Di Indonesia, tahlilan masih membudaya, sehingga istilah "tahlilan" dikonotasikan sebagai memperingati orang yang meninggal.

Tahlil, takbir, tahmid, dan tasbih pada dasarnya merupakan dzikir yang sangat dianjurkan. Mendoakan orang tua termasuktahlil, takbir, tahmid, dantasbihyang dilakukan dijaminmakbul bagi keselamatan orang yang meninggal di akhirat.

Berdasarkan dari sumber di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian dari tahlilan yaitu suatu acara kegiatan pembacaan kalimat Laa illaaha illallahbesertadzikir, ayat suci

Al--sama dalam rangka kirim doa untuk orang yang meninggal. Yang diselenggarakan pada hari pertama, 3, 7, 40, 100, dan 1000. Dan hingga setiap tahun hari meninggalnya. Acara tersebut dilaksanakan pada malam hari setelah shalat Maghrib atau setelahshalatIsya.

2. Proses Tahlilan

Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa acara tahlilan merupakan acara yang biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesaia untuk memperingati hari dan mendoakan orang yang meninggal. Dilakukan secara bersama-sama, berkumpul sanak saudara, handai taulan beserta masyarakat sekitarnya.


(13)

Pertama-tama yang menpunyai hajat menentukan hari pelaksanaan, kemudian mengundang sanak saudara dan masyarakat sekitar untuk menghadiri acara tahlilan untuk mendoakan orang yang meninggal. Waktunya biasanya ditentukan (setelah) shalat Maghrib atau

(setelah)shalat Agama setempat atau Ulama atas permintaan

dari tuan rumah. Tahlilan dimulai dengan membaca Surat Al-Fatihah yang dihadiahkan kepada orang yang meninggal, kaum muslimin dan muslimah, serta warga yang hadir dalam acara tahlilan tersebut. Dilanjutkan dengan membaca Surat Yasin sebanyak 83 ayat, dan dilanjutkan dengan membaca beberapa ayat Al-Qur'an, dzikir-dzikir, dan disertai dengan do'a-do'a tertentu untuk dikirimkan kepada orang yang meninggal. Setelah selesai pembacaan tahlil, tamu undangan dijamu dengan makanan ringan, ketika akan pulang diberikan sedekah berupa

berkat (www.fafaisal.student.umm.ac.id, 2012).

Telah kita maklumi bersama bahwa acara tahlilan merupakan suatu kegiatan yang biasa dilakukan oleh keumuman masyarakat Indonesaia untuk memperingati hari kematian. Secara bersama-sama, berkumpul sanak saudara, handai taulan, beserta masyarakat sekitarnya. Membaca beberapa ayat Al-Qur'an, dzikir-dzikir dan disertai dengan do'a-do'a tertentu untuk dikirimkan kepada orang yang meninggal. Karena dari sekian materi bacaanya terdapat kalimat tahlil yang dilulang-ulang (ratusan kali bahkan ada yang sampai ribuan kali), maka acara tersebut dikenal dengan istilah tahlilan. Dalam masyarakat acara tahlilan ini biasanya ada dua versi dalam pelaksanaanya yaitu; pertama acara tahlilan yang diselenggarakan setelah selesai proses penguburan (terkadang dilakukan sebelum penguburan orang yang meninggal), kemudian terus berlangsung setiap hari sampai hari ketujuh. Lalu diselenggaran kembali pada hari ke- 40, 100, setahun, dan 1000. Untuk selanjutnya acara tersebut diadakan tiap tahun dari hari meninggalnya seseorang, walaupun terkadang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnnya (www.miftakh.com, 2012).


(14)

Pelaksanaan tahlilan, menurut tradisi, diawali oleh pihak keluarga yang meninggal dengan mengundang tetangga dan sanak keluarga secara lisan untuk menghadiri acara tersebut yakan diselenggarakan di rumah duka. Dalam menyambut acara tahlilan, keluarg yang meninggal dibantu oleh para tetangga dan lain sebagainya, bekerja keras mempersiapkan hidangan yang akan disuguhkan kepada para hadirin yang datang. Hidangan terkadang sengaja dibuat sendiri dan terkadang diperoleh dari orang lain dengan cara membelinya. Hal itu tergantung pada kesanggupan dan kesiapan pihak keluarga.

Acara tahlilan baru dimulai apabila para undangan sudah banyak yang datang dan dianggap cukup. Yang perlu untuk diketahui adalah bahwa terkadang-kadang orang yang tidak diundang pun turut menghadiri acara tahlilan, sebagai ekspresi penyampaian rasa ikut berduka. Acara tahlilan, sebagaimana acara-acara yang lain, dimulai dengan pembukaan dan diakhiri dengan pembagian makanan kepada para hadirin. Kaitannya dengan masalah makanan dalam acara tersebut, kadang-kadang pihak keluarga yang meninggal ada yang menyajikannya sampai dua kali, yaitu untuk disantap bersama di rumah tempat mereka berkumpul dan untuk dibawa pulang ke rumah masing-masing, yang dalam istilah Jawa disebutberkat.

Proses berjalannya acara yang sudah menjadi adat kebiasaan, dipimpin oleh seorang tokoh masyarakat, kalau bukan seorang Ulama atau Ustad yang sengaja disiapkan oleh tuan rumah

Berdasarkan sumber di atas, menyimpulkan bahwa proses tahlilan adalah dengan mengundang sanak keluarga, tetangga, dan masyarakat untuk menghadiri tahlilan. Setelah para hadirin datang, acara dimulai oleh Ulama maupun Ustad yang disediakan tuan rumah. Dan para hadirin membaca dan mengirim doa untuk orang yang meninggal dengan membaca ayat suci


(15)

maupun yang dibawa pulang dalam bentuk berkat. Acara tahlilan terselenggarakan pada malam pertama, 3, 7, 40, 100, dan 1000. Bahkan acara tersebut dilaksanakan pada setiap tahun meninggalnya seseorang. Acara tahlilan dilakukan pada malam hari setelah shalat Maghrib maupun setelahshalatIsya.

3. Materi Tahlilan

Umumnya doa yang dibaca oleh mereka yang hadir dalam acara tahlilan meliputi antara lain:

a. SuratYasin:dari ayat 1 sampai ayat 83

SuratYasinmerupakan surat yang ketiga puluh enam padajuzkedua puluh dua, adalah salah satu surat yang sering dibaca sebagian umat Islam di Indonesia pada waktu tertentu. Keutamaan dan kemuliaan yang dikandung dari Surat Yasinadalah suatu surat yang banyak orang menyebutnya dengan sebutan hati al Hal tersebut merupakan salah satu faktor mengapa mayoritas kaum Muslim sering membacanya (Surat Yasin) sama dengan membaca sebanyak al- an sepuluh kali.

Di samping keutamaannya, masih terdapat banyak keutamaan lain yang dimiliki SuratYasin,di antaranya:

1. Membacanya memberi nilai ampunan, 2. Membacanya dapat memudahkan urusan,

3. Membacanya mendapat cahaya dan terpelihara dari godaan setan.

Bacaan Surat Yasindalam peristiwa kematian tidak bermaksud untuk menghilangkan eksistensi surat yang lainnya yang terdapat dalam al- . Tetapi, karena Surat Yasin menurut sebagian Ulama dikatakan tepat dan baik dibaca pada saat kesedihan yang dalam hal ini saat kematian, di samping itu karena adanya keterbatasan waktu pelaksanaan acara tahlilan.


(16)

1) Suratal-Fatihah, sebanyak 5 kali

Katafatihahberasal dari bahasa Arab dengan kata kerjanyafatahayaftahuyang mengandung arti membuka, memulai, membangun, meresmikan, menguasai, menaklukkan, menggali, dan sebagainya (Munawwir, 1997). Kata fatihahadalah bentuk dari yang berarti pembuka atau pemula. Surat al-fatihah (pembukaan) yang diturunkan di Makkah dan terdiri atas tujuh (7) ayat adalah surat yang pertama diturunkan secara lengkap diantara

surat-surat yang ada dalam kitab suci al- Surat Makiyyah.

Surat ini disebut al-fatihah (pembukaan), karena dengan surat ini sebagai awal dibuka dan

dimulainya al- Ummu al- - atau Ummu

Kitab (induk Kitab), karena merupakan induk bagi semua isi dari kitab suci

al-menjadi inti dari kandungan al- n. Maka dari itu, kepada umat Muslim diwajibkan membacanya dalamshalat.

2) Suratal-Ikhlas, sebanyak 3 kali

Adalah surat yang ke 112, terdiri atas 4 ayat dan termasuk dalam golongan suratMakiyyah. Surat ini diturunkan sesudah Surat an-Nas. Namakan Surat Ikhlash, karena surat ini sepenuhnya menegakkan kemurnian ke-Esa-an Allah Swt, yang pokok isi dalam surat ini adalah penegasan tentang kemurnian ke-Esa-an Allah Swt, dan menolak segala macam kemusyrikan, dan menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya.

Sebagaimana telah dijelaskan, surat al-Ikhlash membicarakan tauhid. Tidak salah jika para Ulama menyatakan bahwa surat ini memiliki berbagai keistimewaan. Keistimewaan yang ada pada surat ini di antaranya sebagai berikut:

a. Membacanya diumpamakan membaca sepertiga al-b. Membacanya akan memperoleh rumah di surga, c. Membacanya akan memperoleh istana di surga,


(17)

d. Membacanya memperoleh ampunan selama 50 tahun, e. Membacanya dapat menghindari diri dari api neraka, f. Membacanya akan mendatangkan kebaikan,

g. Membacanya berarti telah membeli jiwanya dari Allah, h. Membacanya dapat menghindarkan diri dari segala kejahatan. 3) Suratal-Falaq, sebanyak 3 kali

Surat al-falah adalah surat yang ke 113, yang terdiri atas 5 ayat. Surat ini termasuk surat Makiyyah, diturunkan sesudah Surat al-Fil. Nama al-falah diambil dari kata al-falah yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya waktu subuh. Pokok isi dalam surat ini adalah perintah agar kita berlindung kepada Allah Swt, dari segala macam kejahatan.

Menurut beberapa sumber, bahwa suratal-falahmempunyai keistimewaan, yang antara lain: a. Membacanya dapat menghindarkan diri dari kejahatan,

b. Membacanya dapat memperoleh ampunan dosa yang terdahulu dan yang akan datang.

4) Suratal-Nas, sebanyak 3 kali

Surat ini terdiri dari 6 ayat, dan termasuk golongan surat Makiyyah. Surat an-Nas diturunkan

sesudah al-Falah. Nama an-Nas an-nas

dalam surat ini adalah perintah kepada manusia agar berlindung kepada Allah dari segala kejahatan yang datang ke dalam jiwa manusia darijindan manusia.

5) Surat al-Baqarah, dari ayat 1 sampai ayat 5 6) Surat al-Baqarah ayat 163

7) Surat al-Baqarah ayat 255 (ayat kursi) 73 8) Surat al-Baqarah dari ayat 284 sampai ayat 286 Surat al-Baqarah dalam

al-diturunkan di Madinah yang sebagian besar al-diturunkan pada permulaan tahun Hijriyah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada (haji Muhammad SAW. yang terakhir). Dinamakan surat al-Baqarah, karena di dalamnya merupakan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan oleh Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74). Dinamakan


(18)

Fusthath al- - Alif lam mim, karena surat ini dimulai dengan ayat tersebut.

Suratal-Baqarahdipilih sebagai bacaan pada saat orang yang meninggal, meskipun tidak semua ayat dibaca, karena surat ini mempunyai keutamaan. Di dalam acara orang yang meninggal, hanya sebagian ayat dalam surat al-baqarah yang dibaca, yaitu (1) ayat 1 samapai 5, (2) ayat 163, (3) ayat 255 yang disebut juga ayat kursi, dan (4) ayat 284 dan 286. Secara keseluruhan, ayat-ayat tersebut merupakan ayat tauhid, yaitu meng-Esa-kan, mengagungkan, memujikan Allah, dan seterusnya.

Dalam acara tahlilan, ayat tersebut dibacakan bermaksud menanamkan benih-benih keimanan bagi orang-orang yang belum beriman dan memperkuat keimanan bagi mereka yang sudah beriman. Pada dasarnya, penggunaan ayat di atas dalam acara tahlilan tidak dapat dilepaskan dari sejarah dan maksud orang yang memprakarsai pelaksanaan kegiatan itu sendiri, yaitu para Ulama terdahulu dalam menyiarkan dan menyosialisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

9) SuratHudayat 73

Surat Hud tergolong surat Makiyyah, surat kesebelas yang terdiri dari 123 ayat, diturunkan setelah surat Yunus. Dalam acara tahlilan yang biasa dilakukan oleh sebagian kaum Muslim Indonesia, ayat yang digunakan dalam acara bacaan tahlilan adalah ayat ke 73, yaitu ayat yang menerangkan kekuasaan, dan kemuliaan Allah Swt sebagai Pencipta alam semesta. Artinya, bahwa acara itu merupakan kegiatan yang sangat terpuji dalam ajaran Islam, karena telah mengakui ke-Esa-an Allah dalam hidupnya.

10) Suratal-Ahzabayat 33 11) Suratal-Ahzabayat 56


(19)

Surat al-Ahzabadalah surat

al-golongan surat Madiniyah. Surat ini diturunkan sesudah surat Ali Imran. Al-Ahzab berarti golongan-golongan yang bersekutu. Dalam surat tersebut terdapat beberapa ayat, yaitu ayat 9 sampai dengan ayat 27 yang berhubungan dengan peperangan al-Ahzab. Yang demikian adalah suatu ujian yang berat dari Allah untuk menguji sampai di mana teguhnya keimanan mereka.

Dalam kaitannnya dengan bacaan pada acara tahlilan, tidak semua ayat pada surat tersebut tidak seluruhnya dibaca, tetapi hanya dua ayat saja, yaitu ayat ke 33 dan ke 56. Ayat pertama menerangkan bahwa Allah Swt. hendak menghilangkan dosa umat manusia serta menyucikannya, sedangkan ayat kedua merupakan suatu anjuran kepada umat manusia untuk mengucapkan shalawat untuk Nabi Muhammad dan sebagai salam penghormatan kepadanya. Kedua ayat tersebut memiliki kaitannya dengan acara tahlilan yang mayoritas bacaannya berupa pujian-pujian kepada Allah dan Rasul-Nya. Pujian yang dimaksud diharapkan dapat mengikis dosa umat manusia, khususnya dosa orang yang meninggal.

12) SuratAli Imranayat 173

Surat Ali Imran yang terdiri dari 200 ayat ini adalah surat ke tiga dari

al-surat Madaniyyah. Namakan al-surat Ali Imran, karena memuat kisah keluarga Imran yang di dalam kisahnya disebutkan kelahiran Nabi Isa a.s, persamaan kejadian dengan Nabi Adam a.s, keNabian dan beberapa mukjizatnya, serta merupakan kelahiran Maryam puteri Imran, ibu dari Nabi Isa a.s.

13) Suratal-Anfalayat 40

Adalah surat yang kedelapan dari al- -Karim yang terdiri atas 75 ayat. Surat ini termasuk surat Madaniyyah, karena seluruh ayatnya diturunkan di Madinah. Dinamakanal-Anfal yang berarti harta rampasan perang berhubung kataal-Anfalterdapat pada permulaan surat ini.


(20)

14) Tahlil

Kata tahlil berasal dari bahasa Arab yang berakar pada kata hallala-yuhallilu-tahlilan. Tahlil (tahlilan) yaitu mengucapan kata-kata yang berbunyi la ilaha illa Allah , artinya tidak ada Tuhan selain Allah (Aceh, 1993). Bertahlil berarti mengakui bahwa Allah Swt. Berkuasa sendiri dan tidak menghendaki pertolongan dari siapa pun, Ia suci dan terkaya. Kalimat tersebut dinamakan sebagai kalimattauhid, karena kandungannya berkaitan dengan ke-Esa-an Allah Swt. Dalam istilah ilmu kalam, kalimat ini disebut juga kalimat nafy isbat, yakni kalimat yang mengandung ungkapan yang meniadakan segala Tuhan dengan menetapkan hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah Swt. dan Tuhan tersebut yang berhak dan wajib disembah.

Kalimat tahlil, yaitu mengucapkan la ilaha illa Allah merupakan kalimat (ucapan) dasar dalam agama Islam. Dikatakan ucapan asar, karena kalimat tersebut diucapkan oleh setiap orang yang mengikrarkan dirinya sebagai seorang Muslim dan Mukmin (orang yang baru masuk Islam). Bahkan bayi yang baru lahir dari rahim ibu pun diucapkan di telinganyaadzandaniqamah,yaitu bacaan yang banyak mengandung kalimattauhid,yang berarti meng-Esa-kan Allah Saw.

Menurut pandangan Islam, kalimat tahlilsecara historis telah diikrarkan oleh Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. dan kandungannya merupakan inti dari kenyakinan mereka. Oleh sebab itu, dalam bidangakidahtidak ada perbedaan antaraakidahumat Islam dan umat Nabi terdahulu yang telah banyak menyeleweng dariakidahyang sebenarnya.

Kalimat tahlil jika ditelusuri lebih dalam lagi mempunyai keistimewaan yang sangat berarti, di antaranya adalah:

a. Orang yang mengucapkan dapat mengharamkan harta dan dirinya,

b. Orang yang yakin atas kebenaran tahlil dapat memasukkannya ke surga, dengan kata lain orang yang mengucapkan tahlil akan dihindarkan dari siksa neraka, c. Orang yang menyebut (mengucapkan) tahlil akan dikeluarkan dari neraka,


(21)

d. Orang yang membaca kalimat tahlil pahalanya dilipatgandakan. Berlipat gandanya pahala membaca tahlil diumpamakan dengan pahala memerdekakan sepuluh budak, dicatat untuknya seratus kebajikan, dan lain sebagainya.

Di Indonesia, pembacaan kalimat tahlil sering dilaksanakan secara bersama-sama di masjid-masjid, mushalla-mushalla, atau di rumah-rumah. Pembacaan tahlil sering dilakukan sesudah shalat Maghrib dan shalat Isya. Di sebagian daerah Indonesia (dan kini hampir menyeluruh di daerah Indonesia) khususnya di Desa Tanggulangin, tahlil sering dibaca secara bersama-sama setelah seseorang meninggal dunia, yang pembacaanya dilakukan dirumah yang meninggal. Kalimat tahlil merupakan bacaan yang paling baik untuk dibaca pada saat kesusahan, seperti dalam peristiwa meninggalnya seseorang.

15) Istighfar

Kata istighfar berasal dari bahasa Arab dengan kata kerja asalnya gha-fa-ra, yang berarti mengampuni. Katais-tigh-fa-ra adalah bentukmashdar dari kata kerjais-tigh-fa-ra yang berarti meminta ampun. Kata kerja asal gha-fa-ra berubah menjadi is-tagh-fa-ra, mempunyai arti permintaan (dalam bahasa Arabnya adalahli thalab).

Dengan demikian, istighfar artinya meminta ampun kepada Allah Swt. Atas segala dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan. Karena manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari kesalahan dan kekhilafan, maka sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baiknya makhluk yang disertai dengan akal pikiran, sehingga dapat mencapai derajat yang sempurna serta mulia, dan juga dapat berada pada posisi yang terendah yang sepatutnya bertaubat atas segala kekhilafan dan kesalahan yang dilakukannya dan meminta ampun kepada Nya. Bertaubat dan meminta ampun atas kesalahan yang pernah dilakukannya merupakan suatu cara untuk membersihkan diri agar kembali fitrah seperti semula.


(22)

Dengan adanya permohonan ampunan dari manusia, maka Allah akan mengampuninya siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dengan demikian, istighfar memiliki beberapa keutamaan, antara lain:

a. Membaca istighfar akan memperoleh ampunan. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan di atas, dan untuk mengetahui lebih dalam tentang itu lihat surat Ali Imran 135, an-Nisa 110, dan sebagainya,

b. Memperbanyak bacaan istighfar menjadikan dada semakin lapang dari setiap kesusahan, menjadikan jalan keluar dari kesempitan, dan mendatangkan rezeki yang tidak terduga,

c. Memperbanyak bacaan istighfar dapat menghindarkan diri dari azab. 16) Shalawat Nabi

Shalawat Nabi adalah membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. dengan lafad-lafad tertentu, karena bershalawat kepadaNya termasuk amal ibadah yang diberi pahala dan ganjaran oleh Allah kepada mereka yang mengerjakannya.

Menurut imam al-Ghazali (dalam Moh Juhri(pent)), shalawat Nabi Saw. mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain:

a. Bershalawat berarti telah menghormati nabi Muhammad, b. Bershalawat atas nabi berarti memperoleh rahmat dari Allah,

c. Bershalawat berarti menjadikan diri utama atau mulia di hadapan nabi, d. Bershalawat berarti menjadikan diri dari kikir,

e. Bershalawat berarti memperoleh sepuluh kebaikan dan menghapus sepuluh kesalahan,

f. Menulis kalimat shalawat berarti memperoleh ampunan.

Begitu pentingnya shalawat Nabi Muhammad Saw. maka dalam acara tahlilan yang biasa dilakukan oleh sebagian umat muslim Indonesia bacaan shalawat menjadi perhatian utama. Kandungan acara tahlilan pada dasarnya merupakan pujian kepada Allah Swt. Yang juga diikuti oleh penghormatan kepada Nabi Muhammad, sebagai utusan-Nya yang terakhir.

17) Tasbih

Kata tasbih berasal dari bahasa Arab dengan kata kerjanya sabbahayusabbihu yang berarti menyucikan atau mengagungkan. Bentuk mashdarnya adalah tasbihan, tasbihatan, tasbahan,


(23)

tisbahan,danmusabbahan. Bentukmashdaryang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalahtasbihan(diIndonesiakan menjaditasbih).

Dimaksudkan dengan membaca tasbih adalah mengucapkan kata-kata subhanallah, artinya Mahasuci Tuhan dan mengingat serta menunjukkan seluruh keyakinan kepada mempersucikan Tuhan. Artinya, kalimattasbih juga dapat diartikan dengandzikir,yaitu mengingat Allah. Dalam literatur laintasbih diartikan menyakini kesucian Allah Swt dari segala sesuatu yang tidak layak bagi-Nya dan dari segala sifat kekurangan.

Dalam acara tahlilan yang intinya adalah mendoakan kaum Muslimin, khususnya orang yang meninggal, dan menurut sopan santun atau tata cara berdoa seperti yang telah dijelaskan oleh Imam Ghazali bahwa jika seorang Mukmin hendak berdoa kepada Allah Swt hendaknya memuji, mengagungkan, menyucikan, dan seterusnya terlebih dahulu. Alangkah tidak sopan seorang hamba terhadap Tuhan-Nya jika meminta tanpa berbuat baik. Begitu juga yang dilakukan oleh kaum Muslimin dalam mendoakan saudara-saudaranya, yang dalam hal ini dikhususkan pada waktu orang yang meninggal, senantiasa diawali dengan pujian-pujian dan sebagainya. Kalimat tasbih dibacakan, karena memiliki beberapa keutamaan, di antaranya sebagai berikut:

a. Membacanya dapat menghapus kesalahan atau dosa,

b. Bacaan tersebut (tasbih) merupakan suatu yang ringan diucapkan dan mempunyai nilai timbangan yang berat,

c. Mengucapkannya akan ditanamkan pohon kurma di surga. 18) Tahmid dan Takbir

Kata tahmid berasal dari bahasa Arab dengan kata kerjanya hammidayuhammidu yang artinya memuji. Bentukmashdarnya tahmidanyang berarti pujian. Dimaksudkan dengan tahmidadalah mengucapkan alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Adapun kata takbir yang berasal dari bahasa Arab dengan kata kerjanya kabbarayukabbiru yang artinya membesarkan, mengagungkan, dan sebagainya. Bentukmashdarnya adalah takbiran.


(24)

Menurut Imam Nawawi, memuji Allah itu mustahabb(sunat) pada permulaan segala pekerjaan, seperti setelah makan, minum, dan bersin, ketika akan menulis, sewaktu akan mulai pelajaran, ketika akan mengajar, dan sebagainya. Imam Nawawi mengatakan sunat mengakhiri doa dengan mengucapkan , seperti yang diisyaratkan oleh ayat

al-surat Yunus ayat 10.

Jika ditelusuri pendapat Imam Nawawi di atas, yang dimaksudkan dengan memuji pada awal pekerjaan adalah berdoa untuk memulai pekerjaan, sedang memuji pada akhir pekerjaan adalah mengucapkan syukur kepadaNya. Hal ini sebagaimana telah menjadi kesepakatan para Ulama bahwa memulai pekerjaan hendaklah mengucapkan bismillah dan mengakhirinya dengan hamdallah.

Bacaantahmiddalam Islam juga mempunyai beberapa keutamaan seperti bacaantasbih.Bahkan antara bacaantasbihdantahmidsering bergandengan, walaupun keduanya mempunyai arti dasar yang berbeda. Akan tetapi, pada hakikatnya kedua bacaan tersebut bermaksud sama, yang memuji, mengagungkan, menyucikan, meng-Esa-kan Allah semata.

Baik tasbih, tahmid, atau takbir yang dibaca dalam acara tahlilan dimaksudkan untuk menghilangkan persekutuan bagi Allah, sehingga doa yang akan dibacakan nantinya dapat diterima oleh-Nya karena pahala dari padanya dihadiahkan pada orang yang meninggal. Artinya, semua bacaan yang ada dalam acara memperingati orang yang meninggal pada hari pertama, ketiga, ketujuh, dan seterusnya sangat baik dan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

19) a

Secara harfiah, kata doa berasal dari kata kerja - dengan bentuk masdarnya


(25)

pengertian keagamaan Islam adalah seruan, pertolongan, dan ibadah kepada Allah Swt. Supaya terhindar dari mara bahaya dan mendapatkan manfaat. Kata doa yang memiliki beberapa pengertian sebagaimana tersebut di atas dalam al- t:

a. Doa berarti permintaan, di antaranya terdapat pada surat Ali Imran 38 dan Ibrahim 40,

b. Doa berarti seruan kepada kebenaran, di antaranya terdapat pada surat Fathir:13-14,

c. Doa berarti ibadah, di antaranya terdapat pada surat Fushshilat:33 dan Yunus:106. Manusia dalam al- insan linisyanihi (karena kelupaannya). Untuk

lupa, yaitu Allah Swt dengan cara berdzikir (mengingat Allah). Salah satu bentuk dzikir kepada Allah Swt. adalah berdoa.

Dalam agama Islam, semua doa harus ditujukan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa tanpa ada sekutu bagi-Nya. Tuhan merintahkan kepada semua hamba-Nya yang beriman untuk meminta pertolongan kepada-Nya, dan Dia menjamin mengabulkan-Nya.

Oleh karena itu, dalam berdoa orang beriman hanya mengharap kepada Allah Yang Maha Esa dengan penuh ketulusan dan keikhlasan serta harus menghindarkan semua perbuatan syirik. Berdoa pada dasarnya merupakan suatu pertanda akan suatu kelemahan dan ketidakberdayaan makhluk. Berdoa merupakan suatu sikap yang menyatakan tentang pentingnya bantuan dari luar diri manusia, yaitu dari Yang Maha Gaib, Allah Yang Maha Esa. Dalam kehidupan umat faidahnya, antara lain menguatkan iman, menghilangkan putus asa yang tidak boleh ada pada orang Islam, mengurangi gundah-gulana, menggiatkan bekerja, menambah kegemaran kepada beribadat dan beramal shaleh, membuat terang hati, membuat mudah rezeki, membuat adab dan akhlak lebih halus, membuat orang sabar, menghilangkankan was-was hati, dan juga menolong dari penyakit.


(26)

Anjuran berdoa dalam Islam pada dasarnya tidak terbatas pada waktu sedih, susah, mendapat musibah, dan sebagainya. Berdoa pun dianjurkan ketika dalam keadaan senang, gembira, dan mendapatkan keberuntungan dalam hidup, dalam hal ini tidak begitu banyak ditemukan, karena sudah menjadi kecenderungan manusia untuk tidak menyempatkan waktunya walaupun sedikit untuk berdoa mengucapkan rasa syukur secara lisan.

Di negara Indonesia, terutama pada warga Desa Tanggulangin, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah acara doa bersama biasa dilakukan oleh sebagian umat Islam pada saat terjadinya hal yang penting, dan salah satunya adalah saat orang yang meninggal. Kematian sebagai keadaan krisis, yang penuh dengan kesedihan dan kedukaan yang mendalam. Doa bersama dimaksudkan untuk mendoakan saudara-saudara muslimin yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia, teristimewa buat yang meninggal.

Di samping itu, doa yang tidak hanya dilakukan oleh anak dari yang meninggal saja. Kalau pun terdapat sebagian umat Islam berpendapat sebaliknya dengan mengatakan bahwa doa yang diterima hanya dari anak yang meninggal yangshalehyang merupakan suatu hadist yang bersifat khusus dan lemah dibandingkan dengan kedudukan ayat itu sendiri. Bagi yang meninggal dengan meninggalkan anak yang shaleh sudah termasuk pahala baginya, meskipun anak tidak mendoakannya, apalagi jika melakukannya untuk kedua orang tuanya. Pelaksanaan doa bersama pada acara meninggal yang dilakukan pada hari-hari tertentu dianggap mempunyai keterkaitan yang cukup erat dengan berbagai peristiwa yang mengandung arti dan makna penting.

Berdoa bersama seperti yang dilakukan pada acara tahlilan, dalam prosesnya tidak langsung dimulai, tetapi didahului oleh berbagai bacaan yang pada intinya mengandung arti meng-Esa-kan, memujikan Allah, mengagungkan Allah, dan sebagainya. Yang demikian, menurut Imam al-Ghazali (dalam Clifford geertz) dinamakan dengan adab berdoa kepada Allah.


(27)

c. Bacaan 1)

2) yang meninggal

d. Hidangan (makanan dan minuman)

Makanan dan minuman yang dihidangkan di dalam berbagai bentuk acara kematian, di Jawa sering kali disebutselametan, yang merupakan inti dari pelaksanaan suatu acara.Selametan(bhs. Indonesia) menyimpan kekuatannya sebuah simbol sakralsejati. Selamatan masih menyediakan sebuah susunan kegiatan yang bermakna untuk menghadapi kematian dan bagi mayoritas orang sebagai satu-satunya kegiatan yang bermakna. Dengan istilah lain, makanan yang terdiri dari hidangan-hidangan yang dipersiapkan secara khusus, masing-masing melambangkan sebuah konsep religius tertentu. Selamatan atau juga kenduri bermaksud memberikan keselamatan diri dari bahaya atau siksaan. Selamatan menurut agama Islam tidak hanya dilakukan pada waktu senang saja, tetapi juga dilakukan pada saat kesedihan seperti pada saat meninggalnya seseorang.

Selamatan yang dilakukan di saat kematian menurut sebagian umat Islam di Indonesia, khususnya dari kalangan nahdhiyyin, merupakan suatu kebajikan yang dianjurkan oleh Islam. Kebaikan ini disebut dengansedekah,yang diharapkan pahala dari sedekahtersebut akan sampai kepada yang meninggal. Selamatan yang biasanya dilakukan oleh keluarga yang meninggal, berasal dari harta yang meninggal itu sendiri, bukan dari harta anak yatim. Bahkan di lingkungan wilayah Indonesia, selamatan sering kali berasal dari para keluarga yang meninggal dan dari berbagai macam bawaan mereka yang bertakziyah (Abbas, 1995). Jika sedikit melihat kebudayaan yang ada pada negara kita, Indonesia, meskipun tidak pada semua wilayah, bahwa orang-orang yang bertakziyah kepada keluarga yang meninggal atas musibah yang menimpa mereka selalu disertai dengan membawa sedikit kebutuhan pokok. Hal tersebut merupakan implikasi dari sebuah hadist yang menganjurkan untuk memberi makan kepada keluarga yang meninggal.


(28)

Sajian dalam pelaksanaan tahlilan tidak harus berupa makanan, tetapi dapat juga berupa lainnya. Hal yang demikian tersebut tergantung pada kadar kemampuan dari pihak keluarga masing-masing yang melakukannya. Bahkan tidak menutup kemungkinan selamatan hanya berupa minuman, untuk sebatas menghilangkan rasa haus selama berada di perjalanan di samping tidak begitu membebani atau menyibukkan keluarga yang meninggal, serta merupakan hal yang terbaik.

Secara keseluruhan dari aktivitas yang ada dalam acara tahlilan menurut sebagian kaum muslim yang melakukannya merupakan suatu kebajikan, dan pahala kebajikan tersebut dimaksudkan untuk diberikan kepada yang meninggal. Hal tersebut didasari oleh suatu kepercayaan mereka bahwa pahala kebajikan yang dihadiahkan kepada yang meninggal akan sampai kepadanya (Chalil, 1993).

Demikian deskripsi dari acara tahlilan yang selama ini dilakukan oleh sebagian umat islam di Indonesia, terutama di Desa Tanggulangin. Tahlilan pada saat meninggal meskipun dipandang banyak menyimpan makna religius, pada dasarnya tidak berarti aktivitas tersebut terlepas dari perdebatan hukumnya. Fenomenologi agama hanya memaparkan kondisi objektif, dalam artian menyampingkan sementara waktu tinjauan normatifnya, yang jika dikaji lebih lanjut dengan pendekatan normatif berarti membenarkan adanya acara keagamaan tersebut yang menyatakan bahwa hal tersebut tidak termasuk sesuatu yang , dan seterusnya.

Dalam masyarakat, acara tahlilan ini biasanya ada dua versi dalam pelaksanaannya, yaitu pertama acara tahlilan yang diselenggarakan setelah selesai proses penguburan (terkadang dilakukan sebelum penguburan yang meninggal), kemudian terus berlangsung setiap hari sampai hari ketujuh. Lalu diselenggarakan kembali pada hari ke- 40, 100, 365, dan 1000. Untuk


(29)

selanjutnya acara tersebut diadakan tiap tahun dari hari orang yang meninggal, walaupun terkadang berbeda antar satu tempat dengan tempat lainnnya.

Kedua, Ada pun tuan rumah yang mengadakan acara tahlian, setelah selesai acara biasanya akan mempersiapkan sajian hidangan berupa makanan kecil/snackatau kadang adaprasmanan. Akan tetapi penyajian hidangan ini tidak ditentukan, jadi menurut kemampuan masing-masing dari tuan rumah. Biasanya, di pedesaan tahlilan diadakan pada malam hari (setelah sholat isya') akan tetapi jika di kota, tahlilan biasanya pada waktu makan siang (setelah sholat dzuhur) ataupun pada malam hari (setelahsholat maghrib) (www.miftakh.com, 2011).

4. Fungsi Tahlilan

Fungsi tahlilan secara sosiologis dibedakan menjadi dua, yaitu dari segi kuantitas dan dari segi kualitas. Teori struktural fungsional Durkheim (dalam Ronald Robertson, 1988:55) menyatakan bahwa masyarakat adalah sesuatu yang nyata dari penghormatan terhadap agama yang merupakan aspek terhadap jumlah dari agama tersebut. Pandangan Durkheim dalam berkaitan dengan aspek integritas yang amat kuat dari sistem simbol agama atau masyarakat dan pola-pola yang bermuatan sanksi oleh sentimen moral yang umum berlaku di antara para anggota komunitas (Ronald Robertson, 1988:55). Dari pendekatan analisa fungsional ini nampak tahlilan telah mengalami kemerosotan fungsi, karena kelompok pendukungnya mengalami penurunan, sedangkan yang kontra semakin berkembang.

Dalam meninjau tahlilan dari segi kualitasnya, secara material yang dapat dilihat dari kualitas tindakan atau perilaku keagamaan. Tahlilan sebagai kebudayaan tentunya mempunyai fungsi untuk masyarakat pendukungnya. Bila fungsi tahlilan dipandang sebagai suatu acara kematian atau inisiasi semata, maka agama Islam menolak karena tidak ada dasarnya, dan inilah yang disebut dengan peratapan. Dalam arti ini tahlilan sebagai kebiasaan yang tidak fungsional lagi.


(30)

Namun bila dilihat dari materialnya yang berupa bacaan tahlilan dan sedekah, kebiasaan tersebut masih ada peluang ijtihatnya. Fungsi tahlilan bukan hanya untuk acara kematian semata, tetapi sebagai usaha menyebarluaskan syiar Islam. Ini berarti sasaran dari tahlilan bukan ditujukan untuk roh-roh manusia yang telah meninggal, akan tetapi ditujukan kepada mereka yang masih hidup. Sedangkan untuk roh yang telah meninggal itu hanya berupa doa-doa. Dalam arti inilah tahlilan mengandung unsur emosi dan sikap emosional.

Fungsi-fungsi yang terdapat dalam masyarakat pada umumnya terutama di Desa Tanggulangin, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah pada acara tahlilan, yaitu sebagai berikut:

1. Menghibur dan mengurangi beban keluarga almarhum atau almarhumah serta selalu bersabar,

Dengan datang ke acara tahlilan yang dilaksanakan keluarga yang meninggal merupakan suatu manfaaat untuk keluarga yang meninggal sebagai bentuk menghibur dan mengurangi beban keluarga yang meninggal sedang berduka serta selalu sabar karena yang hidup pasti akan meninggal

2. Menyambungkan dan mempererat kembali silahturahmi serta menjalin ukhuwah islamiyahyang pernah tersambung dan yang sempat terputus kepada yang meninggal. Disamping mengamalkan berbagai macam bacaan, acara tahlilan juga sering dijadikan sebagai sarana menyambungkan, mempererat, dan menjalin shilaturahim dan ukhuwah islamiyahantar kaum muslimin, baik kerabat, saudara ataupun tetangga sekitar, sehingga tercipta ikatan yang lebih erat, disamping rasa kepedulian sesama muslimin.

3. Menentramkan dan membersihkan hati orang yang membaca maupun keluarga yang meninggal.

Setiap orang yang membaca ayat suci

Al-dapat membersihkan hati serta tidak merasa tegang atau cemas bila melakukan kesalahan dalam hidup.

4. Sebagai saranaS

Tahlilan juga sering dijadikan sebagai sarana penyebaran ajaran Islam yang sangat ampuh, disamping juga dalam menampakkan , sehingga masyarakat muslim terlihat jelas dengan kebiasaan yang ada di lingkungannya.


(31)

Tujuan-tujuan melakukan tahlilan tentunya tidak lepas dari niat shalih, baik dari sisi tuan yang meninggal dunia, menghormati tamu, menshadaqahkan hartanya sendiri yang pahalanya dihadiahkan untuk yang meninggal, dan lain sebagainya. Ataupun dari sisi meninggal, memenuhi undangan, menghibur keluarga almarhum, dan lain sebagainya. Niat baik inilah yang dinilai serta apa yang diucapkan tidak akan pernah sia-sia. Demikianlah sunnah-sunnah yang terdapat dalam tradisi tahlilan yang sudah umum berkembang di nusantara, jadi tidak tepat kalau dikatakan tahlilan itu tidak ada dalilnya dari al-Quran dan as-Sunnah.

Sedangkan dalam tahlilan, tradisikemungkaranseperti itu jelas tidak ada. Dalam tradisi tahlilan, diisi dengan bacaan Al- dzikirbersama kepada

serta sedekah yang pahalanya dihadiahkan kepada mayit. Jadi, antara kedua tradisi tersebut jelas berbeda.

6. Acara seperti ini termasuk ibadah, karena di dalamnya dibacakan Alquran, doa, dan dzikir,

Acara tahlilan merupakan suatu bentuk ibadah dikarenakan dalam acara ini terdapat kalimat-kalimat ayat suci Al- - dzikir-dzikir yang dianjurkan dalam Islam sehingga banyak warga yang senang hati melaksanakan dan mengikuti acara ini karena adanya unsur ibadah.

7. Menumbuhkan persaudaraan sesama Muslim.

Dengan senantiasa bersilahturahmi, apalagi bersama-sama dengan masyarakat muslim, maka akan dengan mudah tercipta persaudaraan di antara kaum muslimin. Hal itu dikarenakan efek dari kebaikan, rasa solidaritas, serta kerelaan seorang muslim untuk akan saudara muslim lainnya. Berbuat demikian, akan semakin menampakkan rasa persaudaraan sesama Muslim, dimana berulangkali ditegaskan bahwa sesama muslim adalah bersaudara. Dengan menyadari hal ini, maka tidak akan mudah menyakiti sesama muslim dengan berbagai tuduhan yang mengiris hati saudaranya.

8. Berdoa untuk yang meninggal dan jama ah tahlilan supaya diampuni segala dosa tanpa kecuali, dihindarkan dari siksa kubur, dihindarkan dari siksa neraka, dihindarkan dari ketakutan pada hari kiamat, dan diberikan tempat terbaik di sisi Allah.

Karena di dalam acara ini terdapat pembacaan do

agar diampuni dosa-dosa dan dihindarkan dari siksa kubur dan siksa neraka.

9. Mengingatkan, mengajak, dan mempersiapkan diri menghadapi kematian yang akan mengakhiri/menjemput kehidupan setiap makhluk yang masih hidup(Sholikhin, 2010). Dikatakan sebagai bentuk mengingat dan mengajak serta mempersiapkan diri menghadapi kematian, dikarenakan setiap makhluk yang hidup di dunia ini suatu saat akan menghadapi apa yang keluarga si mayit hadapi, yaitu kematian. Makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT pasti akan kembali ke Allah SWT, oleh karena itu sebagai


(32)

makhluk yang diciptakan oleh Nya, seharusnya lebih mendekatkan diri kepada Alllah Swt dikarenakan hidup ini hanya sementara yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

10. Shadaqah(menggalakkanshadaqahbagi yang mampu) melalui pembagian makanan

Dalam setiap acara tahlilan, tuan rumah memberikan makanan kepada orang-orang yang mengikuti tahlilan. Selain sebagai sedekah yang pahalanya diberikan kepada orang yang telah meninggal dunia, motivasi tuan rumah adalah sebagai penghormatan kepada para tamu yang turut mendoakan keluarga yang meninggal dunia. Dilihat dari sisisedekah, bahwa dalam bentuk apapun sedekah merupakan sesuatu yang sangat

dianjurkan. Seorang tamu yang keperluannya hanya urusan bisnis atau sekedar

ngobrol dan main catur harus diterima dan dijamu dengan baik, apalagi tamu yang datang untuk mendoakan keluarga kita di akhirat, sudah seharusnya lebih dihormati dan diperhatikan.

Hanya saja, kemampuan ekonomi harus tetap menjadi pertimbangan utama. Tidak boleh memaksakan diri untuk memberikan jamuan dalam acara tahlilan, apalagi sampai berhutang ke sana ke mari atau sampai mengambil harta anak yatim dan ahli waris yang lain. Hal tersebut jelas tidak dibenarkan. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya perjamuan itu diadakan ala kadarnya.

Lain halnya jika memiliki kemampuan ekonomi yang sangat memungkinkan. Selama tidakisraf(berlebih-lebihan dan menghamburkan harta) atau sekedar menjaga gengsi, suguhan istimewa yang dihidangkan dapat diperkenankan sebagai suatu bentuk penghormatan serta kecintaan kepada keluarga yang telah meninggal dunia.

Dalam hal ini, masyarakat yang melakukan tahlilan hendaknya menata niat di dalam hati bahwa apa yang dilakukan itu semata-mata karena Allah SWT. Dan jika ada bagian dari upacara tahlil itu yang menyimpang dari ketentuan syara' maka tugas para ulama untuk meluruskannya dengan penuh bijaksana (Abdusshomad, dalam Tajudin, 2009).

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini ingin menjelaskan apa saja fungsi yang terdapat dalam tahlilan tersebut. Fungsi tersebut memiliki pandangan pro dan kontra sehinga akhirnya banyak yang tidak mengerti arti yang sesungguhnya tentang fungsi yang terkandung dalam tahlilan yang seharusnya dilakukan oleh para umat Islam di Indonesia, khususnya di wilayah Desa Tanggulangin. Proses yang terjadi adalah proses yang pada umumnya berlaku pada masyarakat secara umum yang saling berkaitan dengan tahlilan tersebut. Karena dalam ajaran yang sebenarnya tidak mengenal tahlilan untuk


(33)

acara meninggal dan sebagainya, seperti yang sampai sekarang dilakukan oleh kebanyakan orang, terutama di Desa Tanggulangin yang belum faham tentang Islam sesuai dengan ajaran Al

Permasalahan yang sedang dihadapi saat ini dan yang akan datang adalah bagaimana pemahaman mereka terhadap fungsi tahlilan yang sebenarnya (ajaran Islam yang belum mereka fahami secara mendalam tetapi mereka amalkan dalam kehidupannya). Permasalahan tentang adanya fungsi-fungsi lain dalam acara tahlilan tersebut yang menjadi permasalahan yang tak kunjung diselesaikan sehingga mereka menjadi tidak ingin membagi cerita tentang ajaran yang sebenarnya dan kemudian melestarikan tradisi yang seharusnya tidak dilakukan serta tidak ingin mencari suatu kebenaran yang sebenarnya sesuai dengan syariat Islam.

Bagi keluarga yang telah ditinggalkan tetapi belum mengerti bag

orang yang telah meninggal, selayaknya yang datang untuk melayat, menghibur, membantu serta memiliki ilmu yang cukup dan kurangnya pengetahuan mayoritas orang (yang pasti akan meninggal) terhadap acara tahlilan inilah yang tidak ada dari syariat Islam dan seharusnya mulai menjadi perhatian kita agar tidak berlarut-larut serta semakin terpuruk ke jurang kebodohan,

dankemusyrikan.

Berdasarkan dengan teori fungsi yang dikemukakan oleh Teori struktural fungsional Durkheim (dalam Ronald Robertson, 1988:55) menyatakan bahwa Tahlilan sebagai kebudayaan tentunya mempunyai fungsi untuk masyarakat pendukungnya. Fungsi tahlilan bukan hanya untuk acara kematian semata, tetapi sebagai usaha menyebarluaskan syiar Islam. Ini berarti sasaran dari tahlilan bukan ditujukan untuk roh-roh manusia yang telah meninggal, akan tetapi ditujukan kepada mereka yang masih hidup. Sedangkan untuk roh yang telah meninggal itu hanya berupa doa-doa. Sehingga acara ini di pandang membawa pahala yang banyak dikarenakan tidak hanya


(34)

amal untuk mendoakan meninggalnya seseorang, akan tetapi menjadi ibadah karena adanya unsur sedekah, membaca ayat suci

al-Secara sosiologis acara tahlilan memiliki fungsi yaitu sebagai bentuk kirim doa untuk orang yang meninggal. Terbukti acara tahlilan masih dilestarikan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama pada masyarakat Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah dari nenek moyang yang kemudian turun menurun hingga sekarang. Karena masyarakat Desa acara tahlilan masih banyak memiliki fungsi selain untuk kirim doa. Sehingga masyarakat Desa tetap melaksanakan acara tahlilan hingga sekarang. Permasalahan fungsi-fungsi lain ini yang menjadi pokok dalam penelitian ini terfokus kepada tidak hanya berfungsi sebagai kirim doa tetapi ada fungsi-fungsi lain yang ada di acara tahlilan, sehingga menjadi masukan dan pertimbangan bagi masyarakat umumnya, terutama masyarakat Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.


(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode penelitian tersebut menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang yang menjadi sasaran penelitian. Tipe penelitian deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap obyek penelitian pada suatu saat tertentu (Widodo, Erna dan Mukhtar, 1992).

Metode penelitian kualitatif deskriptif memberikan peluang guna menggali fakta di lapangan dari fenomena yang akan diteliti dan kemudian melakukan analisa deskriptif. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif deskriptif, tidak diperlukan pengujian hipotesis seperti dalam penelitian kuantitatif, akan tetapi memberikan gambaran secara deskriptif berdasarkan temuan-temuan yang kemudian muncul di lapangan dengan didukung oleh data-data penunjang lainnya (Bogdan dan Taylor dalam Moleong., 2001).

Metode kualitatif deskriptif dianggap paling tepat digunakan dalam penelitian ini karena yang menjadi subyek penelitian adalah orang yang sering memimpin (tokoh agama maupun tokoh masyarakat) dan warga sekitar yang mengikuti acara tahlilan. Penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang fungsi-fungsi yang ada di acara tahlilan yang mayoritas warga masih melaksanakan acara tersebut. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu


(36)

yang sulit untuk diketahui dan dipahami. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, maka fungsi-fungsi yang ada di acara tahlilan akan dapat diketahui dan dijelaskan.

Pertimbangan lain dari penggunaan metode penelitian kualitatif deskriptif adalah pertama, metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode kualitatif deskriptif menyajikan secara langsung hakikat peneliti dan informan. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong 2006).Metode kualitatif deskriptif akan dapat menjelaskan fungsi-fungsi yang ada di acara tahlilan berdasarkan pernyataan dari informan yang di wawancarai pada warga Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian akan dapat membatasi studi dalam pengumpulan data sehingga dengan pembatasan ini penelitian akan fokus memahami masalah-masalah yang menjadi tujuan penelitian yang akan diteliti. Karena itu fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi penelitian guna memilih mana data yang relevan dan data yang tidak relevan agar tidak dimasukkan ke dalam sejumlah data yang sedang dikumpulkan walaupun data tersebut menarik.

Pada penelitian ini yang menjadi fokus pengamatan adalah, sebagai berikut:

1. Pengertian tahlilan

2. Proses-proses yang ada di dalam acara tahlilan 3. Fungsi yang terdapat dalam acara tahlilan


(37)

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan pada masyarakat desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah yang masih mengadakan acara tersebut sehingga dapat mengetahui fungsi-fungsi apa yang terdapat dalam acara tahlilan tersebut. Karena lokasi tersebut mayoritas masih melaksanakan acara tahlilan, dihuni oleh masyarakat yang heterogen, baik suku, pekerjaan hingga agama, kemudian dikarenakan lokasi tersebut terdapat pondok pesantren yang harapannya di tempat penelitian tersebut dapat ditemukan informasi serta data pendukung untuk mengkaji jawaban dari masalah penelitian ini.

D. Penentuan Informan

Informan adalah orang yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam penelitian ini, yang dijadikan informan adalah orang-orang yang masih melaksanakan acara peringatan tahlilan pada masyarakat Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

Menurut Spreadley dan Faisal (1990) untuk memperoleh informasi yang akurat, dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan informan, yaitu sebagai berikut:

1. Subjek yang lama dan intensif terlibat dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian.

2. Subjek yang masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian.

3. Subjek yang mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai keterangan.


(38)

4. Subjek yang berada atau tinggal pada sasaran yang diteliti dan mengetahui kejadian yang akan diamati.

Dalam penelitian ini, penetapan informan dilakukan dengan cara purposive, yakni menentukan informan berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut:

1. Tokoh masyarakat yang sering memimpin acara tahlilan

2. Tokoh Agama (Kiai/Ulama/Ustad) yang sering memimpin acara tahlilan 3. Anggota masyarakat yang sering menghadiri acara tahlilan

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatapmuka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara intensif dan berulang-berulang. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam menjadi alat utama yang dikombinasikan dengan observasi partisipasi. Tujuan utama melakukan wawancara adalah untuk dapat menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan, dan sebagainya (Sutopo, 2006).


(39)

Wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya tidak dilakukan secara terstruktur ketat dan dengan pertanyaan tertutup, tetapi dilakukan secara tidak terstruktur sebagai teknik wawancara mendalam. Dengan demikian wawancara ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka (open-ended) dan mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak terstruktur, yaitu dengan menggali pandangan subjek yang diteliti tentang hal-hal yang menjadi dasar bagi penggalian informasi secara lebih jauh, lengkap, dan mendalam (Hadi, 1991:192).

Wawancara mendalam digunakan untuk memperoleh informasi yang sifatnya sangat pribadi yang menuntut interviewer mampu untuk melakukan penyelidikan dalam mendapatkan informasi. Wawancara mendalam akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Hal ini dimaksudkan agar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti akan terarah, tanpa mengurangi kebebasan dalam mengembangkan pertanyaan serta suasana tetap dijaga agar kesan dialogis dan informal nampak. Wawancara mendalam dilakukan kepada setiap informan dengan maksud agar didapat gambaran yang lengkap tentang permasalahan penelitian. Dalam hal ini, wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui apa sajakah fungsi tahlilan pada masyarakat Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang berasal dari bahan-bahan tertulis yang mencakup buku-buku dan/atau dokumen-dokumen yang dianggap penting yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan yang diteliti. Studi kepustakaan merupakan suatu cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material, misalnya buku, naskah-naskah, tulisan-tulisan, makalah, dan


(40)

sebagainya yang relevan dengan penelitian. Dengan studi kepustakaan ini diharapkan dapat membantu penelitian untuk memperoleh data yang mungkin tidak terkaji secara mendalam pada waktu wawancara dan observasi berlangsung (Rahman, 1993:31).

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif yang sifatnya induktif (kesimpulan khusus menjadi umum), yaitu usaha untuk memperoleh kesimpulan berdasarkan pemikiran yang alamiah dari berbagai jawaban yang diperoleh, atau dengan kata lain mencoba mendalami dan meneropong gejala-gejala yang muncul serta mengintepretasikan masalah yang terkandung di dalamnya.

Menurut Miles (1992:15-16), analisa data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggambarkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dari data yang telah direduksi diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan (Miles dan Huberman, 1992).


(41)

Penyajian data adalah kegiatan menampilkan sekumpulan informasi dalam bentuk teks naratif yang dibentuk dengan matrik, tabel, dan bagan yang bertujuan mempertajam pemahaman peneliti terhadap informasi yang diperoleh.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah pencarian arti, pola-pola, penjelasan, alur sebab-akibat, dan proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan sehingga data yang ada teruji validitasnya.


(42)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik dan Profil Informan

Peneliti menggunakan metode wawancara kepada informan yang ditentukan secara purposive sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan. Informan dalam penelitian berjumlah tiga orang, yang terdiri dari tokoh agama, kiai/ulama/ustad, dan masyarakat. Informasi yang didapat digunakan sebagai bahan validasi data. Dari hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui karakteristik informan dan deskripsi jawaban-jawabannya sebagai berikut:

Tabel 2. Karateristik informan

No Nama Umur Pekerjaan

1 Andi 61 tahun Bertani

2 Bagas 82 tahun Bertani

3 Carli 45 tahun Bertani

Tabel 3. Hasil wawancara

Hasil Wawancara Poin 1

Jawaban dari pertanyaan, Apa pengertian dari acara tahlilan bagi anda?

No Sumber Informasi Jawaban Sumber Informasi 1 Bapak Andi Yang telah diketahui ya dik, acara ini

sudah tidak asing bagi kita selaku umat muslim karena hampir sebagian umat kita melakukan acara ini, apalagi untuk mendoakan orang yang meninggal, dapat diartikan bahwa tahlilan itu adalah sebuah nama atau sebutan untuk sebuah acara yang di dalamnya melakukan dzikir dan berdoa atau bermunajat bersama-sama atau berkumpulnya sejumlah orang untuk berdoa atau bermunajat kepada Allah SWT dengan cara membaca kalimat-kalimatthayyibah seperti tahmid, takbir, tahlil, tasbih, dan lain-lain untuk dihadiahkan kepada yang


(43)

meninggal

2 Bapak Bagas Begini ya dek Adi, tahlilan itu adalah istilah yang berasal dari kata "hallala -yuhallilu - tahlilan", artinya membaca kalimat "laa ilaaha illallah". Setiap orang yang sedang berdzikir dzahar (jelas) seringkali suaranya dikeraskan dan pada awalnya membaca tahlil itu dengan bacaan panjang. Dzikir (tahlil) yang dipanjangkan di awal bacaan memiliki maksud penghapusan dosa besar. Tahlilan sendiri sebenarnya merupakan acara memperingati meninggalnya seseorang dan tahlil adalah pembacaan kalimat tahlil itu sendiri dengan mengucapkan laa ilaaha illallah". Disamping itu, tahlil merupakan shadaqah (hadiah) dan syafaat(penolong) bagi orang lain.

3 Bapak Carli Dik adi, saya sebagai masyarakat disini menyampaikan pendapat saya tentang acara tahlilan. menurut saya acara tahlilan sendiri adalah kegiatan yang berisikan acara pembacaan ayat-ayat suci Al- dzikir (tasbih, tahmid, takbir, tahlil, istighfar, dll), Sholawat, dan lain sebagainya yang bertujuan supaya amalan tersebut sampai kepada yang meninggal, selain untuk yang membacanya juga bisa bermanfaat bagi yang meninggal

Sumber: Hasil wawancara tanggal 19, 21, 25 Oktober 2011 Hasil Wawancara Poin 2

Jawaban dari pertanyaan, Proses-proses apa sajakah yang terdapat dalam acara tahlilan di Desa T

No Sumber Informasi Jawaban Sumber Informasi 1 Bapak Andi Selaku orang yang memimpin

acara ini, saya mengutarakan pendapat saya tentang acara tahlilan itu, saya menetapkan hari diadakannya tahlilan bagi keluarga

yang meninggal dengan

mengundang keluarga maupun lingkungan masyarakat sekitar yang di dalamnya terdapat bacaan dzikir-dzikir -itujukan/dihadiahkan


(44)

kepada yang meninggal, kemudian dilanjutkan dengan penyajian hidangan makanan dan kemudian setelah selesai acara, diberikan berkat.

2 Bapak Bagas Setiap acara pastinya memiliki proses sendiri-sendiri, sebagai ulama di sini saya menyarankan kepada keluarga yang meninggal menetapkan hari diadakannya tahlilan, kemudian keluarga yang meninggal mengundang sanak saudara maupun masyarakat sekitar untuk dapat hadir di acara tahlilan. Setelah itu para hadirin yang dan bacaan doa dan dzikir yang dihadiahkan untuk yang meninggal, setelah acara selesai disediakan makanan untuk dibawa pulang yang biasa disebut besek/berkat

3 Bapak Carli Sebagai warga masyarakat yang sering diundang dalam acara tahlilan, proses yang ada dalam acara ini di desa ini sama saja dengan acara tahlilan dikebanyakan daerah lainnya, yaitu menentukan kapan acaranya, mengundang keluarga maupun masyarakat di sekeliling rumah, dan intinya acara ini adalah pembacaaan surat-surat

al- a, dan

dzikir. Selanjutnya setelah acara selesai, diberikan berkat untuk dibawa pulang

Sumber: Hasil wawancara tanggal 19, 21, 25 Oktober 2011

Hasil Wawancara Poin 3

Jawaban dari pertanyaan, Menurut Anda fungsi apakah yang terdapat di dalam acara tahlilan di Desa Tanggulangin?

No Sumber Informasi Jawaban Sumber Informasi 1 Bapak Andi Umumnya setiap acara memiliki fungsi


(45)

fungsi yaitu sebagai suatu bentuk pengiriman doa kepada leluhur, silahturahmi keluarga maupun warga masyarakat, sedekah, sebagai syiar agama Islam, menumbuhkan persaudaraan, mengingat kematian, menghibur keluarga almarhum, serta merupakan suatu ibadah, dan dapat membersihkan hati dan menenteramkan hati setiap yang membacanya

2 Bapak Bagas Jika dilihat dari fungsinya, acara tahlilan ini tidak hanya dilakukan untuk sebuah penghapusan dosa-dosa yang telah meninggal dunia, tetapi juga dapat memperat silahturahmi, menjalin persaudaraan antar warga, merupakan salah satu sarana syiar Islam, memberikan shadaqah, merupakan suatu ibadah dikarenakan membaca ayat al- dzikirdan doa, bisa juga untuk mengingatkan akan adanya kematian, serta menghibur keluarga yang meninggal serta ditinggalkan, dan dapat menenangkan hati maupun membersihkan hati bagi yang membacanya.

3 Bapak Carli Sebagai warga masyarakat, acara ini jelas mengandung banyak manfaat, untuk meringankan beban yang meninggal saat ada di dunia supaya dapat diampuni dosa-dosanya dan dilapangkan di alam kubur, sebagai ajang silahturahmi, menjalin persaudaraan, shadaqah, mengingat akan adanya kematian, menghibur keluarga yang meninggal dari kesedihan, dan sebagai bentuk ibadah karena membaca kalimat ayat suci Al-Sumber: Hasil wawancara tanggal 19, 21, 25 Oktober 2011

Hasil Wawancara Poin 4

Jawaban dari pertanyaan, Apakah acara tahlilan diadakan pada waktu-waktu tertentu?

No Sumber Informasi Jawaban Sumber Informasi 1 Bapak Andi Sebagian umat Islam melaksanakannya

pada malam kematian, malam ke 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, setahun, dan


(46)

malam ke 1000 hari kematian seseorang, begitu juga dengan di desa ini dan diadakan bada Maghrib atau bada Isya

2 Bapak Bagas Kebiasaan umat Islam khususnya di desa ini, acara ini dilaksankan setelah kematian, kemuadian dilanjutkan 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, setahun kematian, 1000 hari, dan seterusnya diadakan setelah shalat Maghrib ada juga yang setelah shalat Isya

3 Bapak Carli Kebiasaan ini sudah ditentukan pada malam hari saat kematian, 3 hari, 7 hari, 40 hari, setahun, 100 hari, dan 1000 hari kematian, dan diadakan setelah shalat Maghrib atau shalat Isya Sumber: Hasil wawancara tanggal 19, 21, 25 Oktober 2011

Dari tabel karakteristik informan di atas, berikut adalah deskripsi dari masing-masing informan:

1. Bapak Andi (Tokoh Masyarakat)

Bapak Andi (61 tahun) menamatkan pendidikan terakhir di SR (Sekolah Rakyat), setara dengan SD (Sekolah Dasar). Sehari-hari Beliau bekerja sebagai petani untuk memenuhi kehidupan keluarganya. Bapak Andi memiliki 5 orang anak, terdiri dari 3 laki-laki dan 2 perempuan. Empat anak sudah berkeluarga dan anak yang terakhir masih berstatus pelajar SD kelas 6. Anak pertama berjenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir SLTA, sudah menikah dan bekerja sebagai ibu rumahtangga. Anak kedua berjenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SLTA, sudah menikah dan bekerja sebagai pedagang kain di pasar desa. Anak ketiga berjenis kelamin laki-laki, tidak tamat SLTA, sudah menikah dan bekerja sebagai pedagang kelontongan di pasar desa. Anak keempat berjenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir SLTP, sudah menikah dan bekerja sebagai ibu rumahtangga. Anak kelima, seorang laki-laki yang masih duduk di bangku kelas 6 SD.


(47)

Informan Bapak Andi adalah seorang tokoh masyarakat di wilayah Desa Tanggulangin dan sering memimpin acara tahlilan di desa ini. Peneliti memilih Bapak Andi sebagai Informan dikarenakan informan ini merupakan salah satu tokoh masyarakat yang telah dikenal baik oleh warga masyarakat di Desa Tanggulangin, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah. Sebagai salah satu tokoh di Desa ini, informan ini sering mengikuti acara tahlilan yang diadakan oleh warga sekitar untuk mendoakan warga masyarakat yang sudah meninggal maupun acara yang dilaksanakan oleh warga Pondok Pesantren sehingga informan ini sering juga mengisi ceramah-ceramah dalam acara pengajian.

2. Bapak Bagas (Tokok Agama)

Bapak Bagas (82 tahun) berpendidikan Sekolah Rakyat (SR), setara dengan Sekolah Dasar, dan bekerja sehari-hari sebagai Petani. Bapak Bagas memiliki 8 (delapan) anak, yaitu 4 (empat) orang laki-laki dan 4 (empat) orang perempuan. Anak pertama seorang perempuan yang berprofesi sebagai guru, anak kedua seorang laki-laki lulusan SLTA yang bekerja di Instansi Pemerintahan, anak ketiga seorang perempuan yang sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi, anak keempat seorang perempuan lulusan SLTA yang bekerja di salah satu Instansi Kepolisian, anak keenam seorang laki-laki menyelesaikan kuliah dan bekerja di sebuah instansi kesehatan, anak ketujuh seorang perempuan lulusan SLTA dan bekerja di sebuah lembaga pendidikan, dan terakhir (kedelapan) seorang laki-laki lulusan SLTA dan bekerja sebagai seorang pedagang.

Peneliti memilih Bapak Bagas sebagai informan dikarenakan informan ini merupakan salah satu tokoh Agama (Ulama) di Desa Tanggulangin. Kegiatan sehari-hari informan ini adalah bertani di sawah dan aktif di acara-acara keagamaan yang diselenggarakan oleh warga Desa Tanggulangin. Bapak Bagas dikenal sebagai seorang Ulama, sehingga informan ini sering diundang untuk


(48)

memimpin acara tahlilan di Desa Tanggulangin. Sebagai seorang Ulama, informan ini juga sering mengisi materi tertentu dalam kegiatan di Pondok Pesantren dan senantiasa memberikan ilmu kepada santri dan santriwati yang menuntut ilmu di Pondok tersebut.

3. Bapak Carli (Warga Masyarakat)

Bapak Carli adalah seorang informan yang berumur 45 tahun, bekerja sebagai petani, dan memiliki 3 orang anak. Anak pertama adalah perempuan yang sedang bersekolah di SMP kelas 2. Anak kedua adalah laki-laki yang sedang bersekolah di SMP kelas 1. Anak ketiga adalah balita laki-laki berumur 6 bulan.

Selain bertani, Bapak Carli juga memiliki kegiatan lain yaitu membuat kandang burung yang dijual ke pengepul untuk mendapatkan penghasilan tambahan agar dapat membiayai kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah anak pertama dan kedua. Peneliti memilih Bapak Carli sebagai informan dikarenakan informan ini termasuk warga masyarakat yang selalu hadir setiap ada tahlilan di Desa Tanggulangin. Warga masyarakat, informan ini aktif dalam kegiatan keagamaan di Desa ini, termasuk dalam acara tahlilan yang diadakan oleh warga sekitar untuk mendoakan warga masyarakat yang telah meninggal dunia. Selain aktif dalam melaksanakan kegiatan keagamaan di Desa ini, informan ini aktif juga di kegiatan pengajian yang diadakan oleh Pondok Pesantren.

B. Pembahasan 1. Pengertian Tahlilan

Acara tahlilan adalah suatu kegiatan membaca kalimat tauhid (tahlil) la illaha illallah (tiada Tuhan selain Allah SWT), dzikir, dan membaca sejumlah ayat

Al-sebagian besar umat Islam di Indonesia. Tahlilan ini diucapkan bersama-sama dalam memperingati hari meninggalnya seseorang pada waktu tertentu untuk mengirim doa agar Allah


(1)

kebiasaan yang harus dilaksanakan. Fungsi yang ada dalam acara tahlilan antar sesama Muslim untuk saling membantu dan memberi pertolongan kepada yang membutuhkannya, sehingga dapat tercipta persaudaraan yang erat antar sesama Muslim dan antar warga masyarakat sekitar.

Acara tahlilan sebagai suatu kebiasaan, tentunya mempunyai fungsi untuk masyarakat yang melaksanakannya. Bila fungsi tahlilan dipandang sebagai suatu acara kirim doa meninggalnya seseorang. Dalam hal ini tahlilan dipandang sebagai kebiasaan yang tidak hanya berfungsi hanya sebagai kirim doa saja. Namun ada fungsi yang lainnya diantaranya bagi yang melaksanakan maupun yang datang di acara tahlilan yang di jelaskan di atas.

Ajaran Islam mengharuskan orang tua mempunyai tugas mendidik anak-anaknya mengaji, berdzikir, membaca tasbih dan tahlil, serta berdoa dengan harapan kelak setelah meninggal si anak mendoakan orang tua. Kenyataannya, baik orang tua maupun anak-anak disibukkan oleh kepentingan masing-masing sehingga lupa dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Bersamaan dengan itu, di luar muncul gerakan paguyuban mengaji, dzikir, tahlil, doa, dan sebagainya. Ketika salah seorang di antara anggota paguyuban meninggal, kebiasaan itu dibawa untuk mengisi acara kematian dan kemudian dikenal dengan tahlilan. Makna tersebut terjadi penyelewengan terhadap kebiasaan dakwah, mengaji, danberdzikir. Tujuan pertama mengaji dan berdzikir dalam paguyuban adalah mendidik mereka agar setelah kembali kerumah masing-masing mereka mengamalkannya.

Kesimpulan dari penjelasan para informan dalam wawancara ini adalah bahwa berbagai aktivitas yang terdapat dalam acara tahlilan di Desa Tanggulangin ini merupakan suatu kegiatan yang baik untuk dilestarikan dikarenakan tujuannya tidak hanya untuk mengirim doa untuk meringankan dosa-dosa yang meninggal, tetapi juga sebagai ajang silaturahmi antar keluarga dan warga yang tidak setiap hari bisa bertemu yang merupakan bentuk menumbuhkan persaudaraan antar sesama


(2)

Muslim maupun warga masyarakat sekitar dengan menghibur dan mengurangi beban keluarga yang meninggal. merupakan suatu ibadah melalui sedekah berupa makanan yang disediakan keluarga yang meninggal, dan sebagai sarana syiar Islam untuk mengembangkan dan memperluas ajaran Islam.

Menurut Teori struktural fungsional Durkheim (dalam Ronald Robertson, 1988:55) menyatakan bahwa masyarakat adalah sesuatu yang nyata dari penghormatan terhadap agama yang merupakan aspek terhadap jumlah dari agama tersebut. Yang artinya adalah acara tahlilan merupakan suatu penghormatan terhadap agama dikarenakan masih berkaitan dengan muatan Islam yang di dalamnya terdapat pembacaan ayat suci

al-melaksanakannya hingga sekarang yang melestarikan dari nenek moyang terdahulu. Sehingga acara ini di anggap sebagai bentuk ibadah amal kepada orang yang meninggal dalam bentuk kirim doa.

Warga Desa Tanggulangin terus melaksanakan acara tahlilan sebagai bentuk melestarikan adat-istiadat yang telah lama dilakukan oleh nenek moyangnya. Permasalahan semacam ini berdampak terhadap mereka yang begitu mengharuskan untuk melaksanakan tahlilan pada saat terjadinya meninggalnya seseorang. Meskipun bacaan tahlil tidak dilarang dalam ajaran Islam, tetapi acara tahlilan yang dilakukan untuk memperingati kematian seseorang yang ada di Desa Tanggulangin. Apalagi ada yang beralasan bahwa acara seperti ini sangat baik dan harus dilaksanakan karena di dalamnya terdapat kalimat ayat-ayat

al-zaman nenek moyang yang dilestarikan hingga sekarang. Jika tidak melakukannya, keluarga yang meninggal masih hidup juga merasa berdosa dikarenakan acara ini merupakan bentuk pengiriman doa kepada yang meninggal agar dosa-dosanya dapat diampuni dan dilapangkan dialam kubur agar diringankan siksa neraka.


(3)

Berdasarkan penjelasan di atas acara tahlilan dipandang dari dua sisi, yaitu sisi secara sosiologis dan dari sisi secara agama. Pertama secara sosiologis, acara tahlilan sebagai suatu budaya yang perlu dilestarikan dan dinilai memiliki fungsi-fungsi yang masyarakat yakini sebagai suatu bentuk kirim doa agar mengurangi dosa-dosa orang yang meninggal, kemudian yang kedua jika dilihat dari sisi secara ajaran agama perlu adannya modal masyarakat untuk memilih mana yang seharusnya dilaksanakan maupun yang tidak dilaksanakan supaya dapat menjadikan referensi bagi warga masyarakat dalam menghadapi segala perbedaan yang terjadi sesama Muslim di Indonesia, terutama di Desa Tanggulangin.

Berdasarkan dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa acara tahlilan yang masih dilaksanakan oleh warga masyarakat Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah masih memiliki fungsi-fungsinya. Fungsinya yaitu untuk mengirim doa kepada orang yang meninggal. Selain fungsi tersebut masih ada fungsi-fungsi lain, sehingga acara ini dianggap masyarakat sekitar memiliki kaitannya sesuai dengan ajaran Islam, sehingga mereka masih melaksanakannya hingga sekarang. Sesuai dengan ajaran sosiologis pada sebuah acara memiliki fungsinya masing-masing, sehingga pada acara tahlilan dipandang oleh sebagian besar masyarakat Indonesia termasuk Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah sebagai suatu bentuk mengamalkan dari salah satu ajaran Islam yang setiap acara memiliki fungsi-fungsi lain selain fungsi yang utama.


(4)

54

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Tahlilan adalah suatu kegiatan mengucapkan kalimat La ilaha illa Allah dengan pembacaan doa,

husna, dll), sholawat, dan ayat suci al- -sama atau berkumpulnya sejumlah orang untuk memperingati dan mendoakan seseorang yang telah meninggal pada waktu tertentu agar amalan yang dihadiahkan dapat mengurangi dosa-dosanya.

2. Proses dalam acara Tahlilan yaitu membaca ayat suci al- dzikir, dan doa, setelah acara selesai disediakan makanan maupun berkat untuk dibawa pulang. Acara ini dilaksanakan pada.malam hari kematian, ke 3, 7, 40, 100, 1000, dan selanjutnya diadakan malam setiap tahun kematian pada malam hari setelahshalat Maghribmaupun setelahshalat Isya.

3. Bahwa acara tahlilan masih dilaksanakan di Desa Tanggulangin Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki fungsi untuk mengirim doa untuk orang yang meninggal agar meringankan dosa-dosanya. Tahlilan juga difungsikan sebagai ajang silahturahmi bagi warga masyarakat sekitar yang jarang bertemu untuk menumbuhkan persaudaraan antar sesama Muslim dengan menghibur dan mengurangi beban keluarga yang meninggal, suatu bentuk ibadah dengan sedekah dengan menyediakan makanan untuk diberikan kepada setiap orang yang datang, dan sebagai syiar Islam.


(5)

55

1. Muatan pendidikan agama Islam agar dilengkapi dengan materi/bahasan tentang tata cara dan perlakuan terhadap orang yang meninggal, sehingga diharapkan masyarakat menjadi tahu tentang tata cara dan fungsinya acara tahlilan yang sesuai dengan ajaran Islam.

2. Perlu adanya studi lanjutan tentang fenomena tahlilan ini dengan menggunakan perspektif sosiologi agama.


(6)

ANALISIS FUNGSI TAHLILAN MENURUT MASYARAKAT

DESA TANGGULANGIN KECAMATAN PUNGGUR

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh

SULISTYO ADHI NUGROHO

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012