Persamaan Laursen 1980, dalam Hanwar 1999 Persamaan Froehlich 1987, dalam Hanwar 1999 Persamaan Garde dan Raju 1977 dalam Hanwar 1999

2.2.5. Persamaaan Empiris untuk Kedalaman Gerusan

2.2.5.1. Persamaan Laursen 1980, dalam Hanwar 1999

Untuk menentukan kedalaman gerusan pada kondisi clear water scour pada vertical wall abutment dengan o τ c τ dipakai persamaan berikut : 1 1 5 , 11 . . 75 , 2 6 7 − + = c do ds do ds do La τ τ 10 dengan : La = panjang abutment, m do = kedalaman aliran, m ds = kedalaman gerusan, m o τ = tegangan geser dasar saluran, Nm2 c τ = tegangan geser kritik, Nm2

2.2.5.2. Persamaan Froehlich 1987, dalam Hanwar 1999

Untuk menentukan kedalaman gerusan pada kondisi clear water scour pada abutmen, Froehlich 1987, menggunakan analisa dimensi dan analisa multiple regresi terhadap 164 percobaan pada saluran air flume laboratorium, sehingga diperoleh persamaan berikut : 87 . 1 43 . 50 16 . 1 63 , 2 1 . . . . . 78 , σ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = d do Fr do La K K do ds 11 dengan : K 1 = koefisien untuk bentuk abutmen K 2 = koefisien untuk sudut embankment terhadap aliran La = panjang abutmen, m Fr = bilangan Froude dari aliran upstream pada abutmen σ = deviasi standar geometri dari material dasar do = kedalaman aliran, m ds = kedalaman gerusan, m Tabel 1 . Koefisien untuk bentuk abutmen sedangkan nilai 13 , 2 90 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = θ K dengan : θ = sudut embankment terhadap aliran. σ = 5 . 16 84 ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ d d , 84 d dan 16 d ukuran dari material dasar.

2.2.5.3. Persamaan Garde dan Raju 1977 dalam Hanwar 1999

Persamaan Garde dan Raju 1977 digunakan pada gerusan lokal di sekitar pilar jembatan, spur dan abutmen jembatan untuk aliran transportasi Bentuk Abutmen nilai K 1 Abutmen vertikal 1,0 Abutmen vertikal dengan ujung wing-wall 0,82 Abutmen spill through 0,55 sedimen dan clear water. Kedalaman gerusan tak berdimensi dd o dinyatakan sebagai berikut : 4 3 2 1 , 4 n o o gd U d d ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ = η η η η α 12 dengan : d = kedalaman gerusan maksimum diukur dari muka air d o +d s , m d o = kedalaman aliran, m d s = kedalaman gerusan, m U = kecepatan rata-rata aliran, ms α = perbandingan bukaan B-LB n = eksponen, fungsi ukuran sedimen dan geometri halangan 4 3 2 1 η η η η = koefisien

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Urutan penelitian dilakukan menjadi dua bagian utama, yaitu : 1. Penelitian secara fisik, dilakukan di Laboratorium Hidraulika Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang dengan pengamatan dan pencatatan fenomena yang ada di model, dan 2. Penelitian secara hipotetik dan analitik, dilaksanakan dengan tujuan menemukan beberapa variable yang saling berpengaruh. Penelitian fisik di laboratorium yang menyangkut tahapan studi literatur, persiapan alat, persiapan bahan, pembuatan model dan pengumpulan data dari penyajian model. Sedangkan penelitian hipotetik dan analitik berupa analisis data dan membuat kesimpulan hasil penelitian secara ringkas.

3.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pasir Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir yang sebelumnya sudah disaring dan lolos ayakan no.10 dan tertahan di ayakan no.200. Hal ini dimaksudkan agar material yang dipakai tidak mengandung banyak