Aspek Ergonomi Aspek Proses

 Warna ke 1 bahan dalam proses pewarnaan yang di lakukan dengan teknik pewarnaan Clup berikut adalah resep pewarnaan yang di gunakan: Napthol Abu-abu 20gr, Hijau 15gr, Violet 3gr  Warna ke 2 Selanjutnya bahan dalam proses pewarnaan yang di lakukan dengan teknik pewarnaan Clup berikut adalah resep pewarnaan yang di gunakan yaitu: Napthol Hijau 20gr dan Abu-abu 20gr.

c. Aspek Estetis

Aspek estetis pada karya batik ratu angsa ini terletak pada penyusunan motifnya. Motif ini merupakan motif yang menggambarkan situasi ratu angsa. Motif ratu angsa tersebut di kombinasikan dengan motif air dan dedaunan yang berukuran lebih kecil sebagai motif tambahan yang telah distilisasi sehingga, menambah nilai estetis pada karya ini. Nilai keindahan lain yang dapat ditemukan pada setiap karya batik ini adalah terdapat pada kombinasi warna abu-abu muda dan warna hijau yang diterapkan pada motif juga backgroudnya, sehingga batik ini tampak lebih indah dan enak di pandang.

d. Aspek Ergonomi

Pembuatan busana ini meliputi aspek ergonomi yaitu kenyamanan dan keamanan. Busana wanita ini sangat cukup untuk dipergunakan wanita remaja pada umumnya. ukuran dalam busana batik ini adalah ukuran kain yang dibuat sesuai dengan standart pada umumnya yaitu ukuran kain 250 cm x 110 cm yang cukup digunakan untuk busana wanita. Sedangkan kain primissima ini sebagai media batik memiliki kenyamanan bagi si pemakai karena memiliki tekstur yang lembut tidak terlalu kasar dan tidak panas ketika digunakan sebagai busana casual atau bersantai.

e. Aspek Proses

Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembuatan karya batik ini adalah: 1 Langkah pertama adalah membuat desain yang merupakan stilasi bentuk dari batik motif ratu angsa secara lengkap. 2 Proses selanjutnya adalah proses memola atau memindahkan pola pada kain. 3 Memulai membatik klowong dan isen isian sesuai dengan konsep penciptaan. Tahap selanjutnya, proses pewarnaan dengan teknik celup dengan zat warna napthol abu-abu dan napthol warna hijau. 4 Tahap berikutnya, proses menutup sebagian warna pada motif yang dikehendaki menggunakan malam dengan di canting kuas. 5 Tahap selanjutnya yaitu proses pencelupan warna kedua dengan menggunakan warna napthol abu-abu dan napthol hijau. 6 Proses selanjutnya adalah proses pelorodan. 7 Finishing menyetrika kain. Gambar 80: “Contoh aplikasi bahan sandang Batik motif Ratu Angsa” Dokumentasi Edy Susanto, 2016 139

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Tugas akhir karya seni dengan judul “Angsa Sebagai Ide Dasar Penciptaan Motif Batik Bahan Sandang Busana Remaja Putri Untuk Pesta Pernikahan ”. Ini telah melalui beberapa tahap proses hingga dapat diselesaikan. Berdasarkan susunan konsep penciptaan karya batik yang telah dirancang, maka dapat diwujudkan menjadi 8 karya dari beberapa alternatif yang sumber ide dasarnya dari angsa untuk kemudian dijadikan beberapa karya dan dapat disimpulkan menjadi beberapa hal yang berkaitan dengan karya, antara lain sebagai berikut eksplorasi dengan studi lapangan mengenai motif-motif batik saat ini, mencari informasi mengenai angsa, batik, dan busana pesta pernikahan melalui studi pustaka, perancangan dengan membuat motif-motif, pola alternatif, pola terpilih, pembuatan pola dan motif tersebut tidak lepas dari studi pustaka mengenai dasar-dasar desain, unsur-unsur desain, motif atau ornamen dan pola, dan perwujudan membahas mengenai aspek-aspek dari batik tulis motif angsa tersebut, mulai dari aspek fungsi, aspek proses, aspek estetis, dan aspek bahan. Motif batik dalam karya tugas akhir ini diterapkan pada bahan sandang busana remaja putri untuk untuk pesta pernikahan. Karya berjumlah delapan lembar dengan motif yang berbeda. Masing-masing karya berjudul 1 Batik Angsa Romantisme, dengan warna ungu yang memberi makna romantisme,