Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium

33

LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Penelitian
I II

III

IV

V

N1

N0

N0

N1

N2


N3

N2

N3

N3

N3

N0

N1

N1

N0

N0


N2

N3

N2

N2

N1

Universitas Sumatera Utara

34

Lampiran 2. Data Pengamatan Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada
6 JSI
Perlakuan

6 Jsi


N0
N1
N2
N3

Rataan

I
0
0
10
15
6,25

II
0
0
5
10

3,75

Ulangan
III
0
0
10
15
6,25

IV
0
0
5
10
3,75

V
0
0

10
5
3,75

Rataan
0b
0b
8a
11a
4,75

Lampiran 3. Daftar Sidik Ragam Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.
pada 6 JSI
Anova
SK
db
JK
KT
Fhit
F05

Ket
Perlakuan
3
473,75
157,92
25,27
3,24
*
Galat
16
100,00
6,25
Total
19
573,75
Keterangan :
FK=
451,25
KK=
52,63

tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%

Universitas Sumatera Utara

35

Lampiran 4. Data Transformasi Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada
6 JSI √X+0.5
Perlakuan

6 Jsi

N0
N1
N2
N3

Rataan


I
4,05
4,05
18,43
22,79
12,33

II
4,05
4,05
12,92
18,43
9,87

Ulangan
III
4,05
4,05
18,43
22,79

12,33

IV
4,05
4,05
12,92
18,43
9,87

V
4,05
4,05
18,43
12,92
9,87

Rataan
4,05b
4,05b
16,23a

19,07a
10,85

Lampiran 5. DaftarTransformasi Sidik Ragam Mortalitas
Hypothenemus hampei Ferr. pada 6 JSI √X+0.5
SK
Perlakuan
Galat
Total

db
3
16
19

JK
944,50
102,73
1047,23


KT
314,83
6,42

Fhit
49,04

F05
3,24

Ket
*

Keterangan :
FK=
2355,724
KK=
23,35
tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%

Universitas Sumatera Utara

36

Lampiran 6. Data Pengamatan Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada
12 JSI
Perlakuan

12 Jsi

N0
N1
N2
N3

Rataan

I
0
10
25
25
15

II
0
5
20
25
12,5

Ulangan
III
0
5
20
35
15

IV
0
5
20
25
12,5

Rataan

V
0
10
30
25
16,25

0c
7b
23a
27a
14,25

Lampiran 7. Daftar Sidik Ragam Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.
pada 12 JSI
SK
Perlakuan
Galat
Total

db
3
16
19

JK
2473,75
190,00
2663,75

KT
824,58
11,88

Fhit
69,44

F05
3,24

Ket
*

Keterangan :
FK=
4061,25
KK=
24,18
tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%

Universitas Sumatera Utara

37

Lampiran 8. Data Transformasi Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada
12 JSI√X+0.5
Perlakuan

12 Jsi

N0
N1
N2
N3

Rataan

I
4,05
18,43
30,00
30,00
20,62

II
4,05
12,92
26,57
30,00
18,39

Ulangan
III
4,05
12,92
26,57
36,27
19,95

IV
4,05
12,92
26,57
30,00
18,39

V
4,05
18,43
33,21
30,00
21,43

Rataan
4,05c
15,13b
28,58a
31,25a
19,75

Lampiran 9. Daftar Transformasi Sidik Ragam Mortalitas
Hypothenemus hampei Ferr. pada 12 JSI
SK
Perlakuan
Galat
Total

db
3
16
19

JK
2390,27
103,59
2493,85

KT
796,76
6,47

Fhit
123,06

F05
3,24

Ket
*

Keterangan :
FK=
7804,57
KK=
12,88
tn = tidak nyata
*= nyata pada α 5%

Universitas Sumatera Utara

38

Lampiran 10. Data Pengamatan Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. pada
24 JSI
Perlakuan

24 Jsi

N0
N1
N2
N3

Rataan

I
0
25
60
55
35

II
0
20
50
55
31,25

Ulangan
III
0
20
70
65
38,75

IV
0
20
60
60
35

V
0
25
75
60
40

Rataan
0c
22b
63a
59a
36

Lampiran 11. Daftar Sidik RagamMortalitas Hypothenemus hampei Ferr.
pada 24 JSI
SK
db
JK
KT
Fhit
F05
Ket
Perlakuan
3
13750,00 4583,33 152,78
3,24
*
Galat
16
480,00
30,00
Total
19
14230,00
Keterangan :
FK=
25920
KK=
15,21
tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%

Universitas Sumatera Utara

39

Lampiran 12. Data Transformasi Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.
pada 24JSI√X+0.5
Perlakuan

24 Jsi

N0
N1
N2
N3

Rataan

I
4,05
30,00
50,77
47,87
33,17

II
4,05
26,57
45,00
47,87
30,87

Ulangan
III
4,05
26,57
56,79
53,73
35,28

IV
4,05
26,57
50,77
50,77
33,04

V
4,05
30,00
60,00
50,77
36,21

Rataan
4,05c
27,94b
52,67a
50,20a
33,72

Lampiran 13. Daftar Transformasi Sidik Ragam Mortalitas
Hypothenemus hampei Ferr. pada 24JSI
SK
Perlakuan
Galat
Total

db
3
16
19

JK
7719,94
174,88
7894,81

KT
2573,31
10,93

Fhit
235,44

F05
3,24

Ket
*

Keterangan :
FK=
22734
KK=
9,81
tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%

Universitas Sumatera Utara

40

Lampiran 14. Data Pengamatan Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.pada
48 JSI
Perlakuan

48 Jsi

N0
N1
N1
N3

Rataan

I
0
30
65
65
40

II
0
30
60
65
38,75

Ulangan
III
0
25
100
70
48,75

IV
0
20
85
80
46,25

V
0
40
100
85
56,25

Rataan
0c
29b
82a
73a
46

Lampiran 15.Daftar Sidik RagamMortalitas Hypothenemus hampei Ferr.
pada 48 JSI
SK
Perlakuan
Galat
Total

db
3
16
19

JK
KT
22150,00 7383,33
1980,00 123,75
24130,00

Fhit
59,66

F05
3,24

Ket
*

Keterangan :
FK=
42320
KK=
24,18
tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%

Universitas Sumatera Utara

41

Lampiran 16.Data Transformasi Mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.
pada 48JSI√X+0.5
Ulangan
Rataan
Perlakuan
I
II
III
IV
V
4,05c
N0
4,05
4,05
4,05
4,05
4,05
32,44b
N1
33,21
33,21
30,00
26,57
39,23
48 Jsi
70,34a
N2
53,73
50,77
90,00
67,21
90,00
58,98a
N3
53,73
53,73
56,79
63,43
67,21
Rataan
41,45
36,18
35,44
45,21
40,32
50,12
Lampiran 17. Daftar Transformasi Sidik RagamMortalitas
Hypothenemus hampei Ferr. pada 48 JSI
SK
Perlakuan
Galat
Total

db
3
16
19

JK
KT
13107,69 4369,23
1677,15 104,82
14784,84

Fhit
41,68

F05
3,24

Ket
*

Keterangan :
FK=
34370,2
KK=
24,70
tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%

Universitas Sumatera Utara

42

Lampiran 18. Foto Penelitian

Lokasi pengambilan kopi yang terserang PBKo di Kecamatan Sidikalang,
Kab. Dairi

Proses pengambilan sampel buah kopi yang terserang PBKo di Kecamatan
Sidikalang, Kab. Dairi

Universitas Sumatera Utara

43

Proses Rearing Hypothenemus hampeiFerr.

Memisahkan Hypothenemus hampeiFerr.dari dalam biji kopi

Meletakkan PBKo ke wadah petri dan labelisasi

Universitas Sumatera Utara

44

Foto media / lahan penelitian

Proses Ekstraksi Nematoda Steinernemasp. pada media petridish berisikan air

Universitas Sumatera Utara

45

Pengamatan di mikroskop binokular elektron

Universitas Sumatera Utara

30

DAFTAR PUSTAKA
Arief, M. C. W., M. Tarigan, R. Saragih, F. Rahmadani., 2011. Panduan Sekolah
Lapangan Budidaya Kopi Konservasi Berbagi Pengalaman Dari
Kabupaten Dairi Prov. Sumatera Utara. Conservation International
Indonesia.
Brown, S. E., Cao A. T, Dobson P, Hines E. R, Akhurst R. J, and East P. D.,
dalam Safitri, M., E. Ratnasari, R. Ambarwati. 2013. Efektivitas
Steinernema sp. dalam Pengendalian Hama Serangga Tanah pada Berbagai
Tekstur Tanah. Universitas Negeri Surabaya. Lentera Bio Vol. 2 No. 25
Agustus 2014:25–31.
Dadang dan D. Prijono. 2008. Insektisida Nabati : Prinsip, Pemanfaatan dan
Pengembangan. Departemen Proteksi Tanaman. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Hlm. 163
Departemen Pertanian. 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi.
Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi
Perkebunan. Departemen Pertanian.
Ehler,

R.U. dalam Khairunnisa, S. 2014. Uji Efektifitas Nematoda
Entomopatogen Sebagai Pengendali Penggerek Pucuk Kelapa Sawit
(Oryctes rhinoceros L.) (Coleoptera : Scarabaidae) Di Laboratorium.
Jurusan agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara. E-journal.

Hama Penggerek Buah Kopi. Diakses Dari Website : www. nbair. res. In Pada
Tanggal 21 Agustus 2015.
Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampeiFerr.). Diakses Dari Website
: pensoft. net Pada Tanggal 21 Agustus 2015.
Imanadi, L. 2012. Kajian Pengendalian Hama Dengan Nematoda Entomopatogen
Steinernema spp. dan Heterorhabditis spp. Balai Besar Karantina Pertanian
Surabaya: Surabaya.
Irulandi, S., R. Rajendran, C. Channiah and S. D. Samuel. 2007. Influence
of weather factors on the insidence of coffee berry borer,
Hypothenemus hampei (Ferrari) (Scolytidae : Coleoptera) in Pulney hills,
Tamil Nadu. Madras Agric, J., 94 (7-12) : 218-231.
Kadir dalam Laila, M. S., Nurariaty Agus, dan Annie P. Sarangia. 2011. Aplikasi
Konsep Pengendalian Hama Terpadu Untuk Pengendalian Hama Bubuk
Buah Kopi (Hypothenemus hampei). J. Fitomedika 7 (3):162-166 (2011).

Universitas Sumatera Utara

31

Koppenhofer, A.M and H.K. KAA., dalam Khairunnisa, S. 2014. Uji Efektifitas
Nematoda Entomopatogen Sebagai Pengendali Penggerek Pucuk Kelapa
Sawit (Oryctes rhinoceros L.) (Coleoptera : Scarabaidae) Di
Laboratorium. Jurusan agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara. E-journal.
Koppenhofer, A.M and H.K. KAA., dalam Wiratno dan Rohimatun, 2012.
Patogenisitas Nematoda Heterorhabditissp Terhadap Kumbang Daun
Kelapa Brontispa longissimaGestro.. Jurnal Littri 18(4). 5 Desember
2014. Hlm. 137-142.
Kuruseng, N. K. dan Rismayani. 2006. Jurusan Penyuluhan Pertanian STPP.
Intensitas Serangan Kumbang Bubuk Buah (Stephanoderes Hampei) pada
Pertanaman Kopi Di Desa Bulukamase, Kecamatan Sinjai Selatan,
Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan: Sulawesi Selatan.
Laila, M. S., Nurariaty Agus, dan Annie P. Sarangia. 2011. Aplikasi Konsep
Pengendalian Hama Terpadu Untuk Pengendalian Hama Bubuk Buah
Kopi (Hypothenemus hampei). J. Fitomedika 7 (3):162-166.
Manton, J. L., R. G. Hollingsworth and R. Y. M. Cabos. 2012. Potential Of
Steinernema Carpocapsae (Rhabditida: Steinernematidae) Against
Hypothenemus Hampei (Coleoptera: Curculionidae) In Hawai‘I Florida
Entomologist 95(4). Hlm: 1194-1197.
Najiyati, S. dan Danarti. 2002. Kopi Budidaya dan Penanganan Pasca Panen.
Penebar Swadaya : Jakarta.
Nugrohorini. 2010. Eksplorasi Nematode Entomopatogen Pada Berapa Wilayahdi
Jawa Timur. Faklutas Pertanian, UPN “Veteran” Jawa Timur.J. Agri
MAPETA. Vol. XII. No. 2. April 2010 : 72 – 144
Prabowo, H. dan I. Indrayani., 2012. Viabilitas dan Efektivitas Formula Nematoda
steinernema sp. Terhadap hama penggerek buah kapas helicoverpa
armigera hubner. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat. Malang.
Jurnal Littri 18(4), Desember 2012. Hlm. 151-155.
Pracaya. 2007 Hama Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. IKAPI.
Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, S. J. Munarso.
2010. Budidaya dan Pasca Panen KOPI. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Bogor.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2008. Warta Penelitian Dan
Pengembangan Tanaman Industri. Badan Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.

Universitas Sumatera Utara

32

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2010. Budidaya dan Pasca
Panen Kopi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2006. Pedoman Teknis Budidaya
Tanaman Kopi. Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute Jember.
Jawa Timur.p.64
Safitri, M., E. Ratnasari dan R. Ambarwati. 2013. Efektivitas Steinernema sp.
dalam Pengendalian Hama Serangga Tanah pada Berbagai Tekstur Tanah.
Universitas Negeri Surabaya. Lentera Bio Vol. 2 No. 25 Agustus 2014:25–
31.
Shapiro-llan dan Gaugler, 2008. Application technology and environmental
considerations for use of entomopathogenic nematodes in biological
control. Biological Control 38: 124-133.
Simoes, N., Rosa, J. S. 1996.
Pathogenicty and host specifity of
entomopathogenic nematodes. J Biocontrol Sci and technol. 6 : 403 – 411.
Sucipto. 2008. Persistensi Nematoda Entomopatogen Heterorhabditis (All Strain)
Isolat Lokal Madura terhadap Pengendalian Rayap Tanah Macrotermes sp.
(Isoptera : Termitidae) di Lapang. J Embryo. 5(2): 138- 155.
Susillo, F. X., 2007. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Musuh Alami
Hama Tanaman. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Swibawa, I. G. dan H. Sudarsono, 2011. Serangan Hama Bubuk Buah Kopi
(Hypothenemus hampei, Coleoptera: Scolytidae) Pada Sistem Agroforestri
Sederhana vs. Sistem agroforestri kompleks di lampoon. Jurusan Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. E-journal.
Untung, K., 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Wardiana, R. 2012. Teknis Budidaya Kopi Robusta (Coffea canephora) Serta
Potensi Pasar Lokal Dan Internasional di PT. Perkebunan Nusantara IX
(Persero) Semarang. Jawa Tengah.
Wiratno dan Rohimatun, 2012. Patogenisitas Nematoda Heterorhabditissp
Terhadap Kumbang Daun Kelapa Brontispa longissimaGestro.. Jurnal
Littri 18(4). 5 Desember 2014. Hlm. 137-142.
Wiryadiputra, S. 2007. Pengelolaan Hama Terpadu Pada Hama Penggerek Buah
Kopi, Hypothenemus hampei (Ferr.) Dengan Komponen Utama Pada
Penggunaan Perangkap Brocap Trap. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia. Jember, Jawa Timur p : 2-9.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tanaman
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ± 25
meter di atas permukaan laut. Penelitian tersebut dilakukan pada bulan November
2014 s/d April 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah biakan Steinernemasp. dalam bentuk spons,
buah kopi yang terserang PBKo, aquadest, hand gloves, masker dan bahan lain
yang bersifat mendukung.
Alat yang digunakan adalahmikroskop stereo, insecting set, scalpel,
pinset,sprayer, tabung reaksi, object glass, cawan petri, kain kasa,luv/kaca
pembesar,termometer, cooling box, erlenmeyer ukuran 1000 ml, tissue, plastik
dan alat lain yang bersifat mendukung.
Prosedur Percobaan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) non faktorial dengan perlakuan sebagai berikut :
N0 = Penyemprotan dengan aquadest + 20 PBKo
N1 = Taraf1 x Penyemprotan (68 Juvenil Infektif) + 20 PBKo
N2 = Taraf 2 x Penyemprotan (138 Juvenil Infektif) + 20 PBKo
N3 = Taraf 3 x Penyemprotan (208 Juvenil Infektif) + 20 PBKo
Dalam hal ini, dilakukan pengulangan dengan rumus:
t (r - 1)

>15

4 (r-1) >15

Universitas Sumatera Utara

4r- 4≥ 15
4r ≥ 15 + 4 = 19
Maka r = 19/4 = 4,7 ≈5x pengulangan

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan

model linear aditif sebagai berikut :
Y ij = µ + T i + ε ij
i = 1,2,3,4j = 1,2,3,4,5
Dimana:
Y ij

: Respon

atau nilai pengamatan dari perlakuan konsentrasi nematoda

entomopatogen ke-i dan ulangan ke-j.
µ

: Nilai tengah umum

Ti

: Pengaruh perlakuan ke-i

ε ij

: Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan
menggunakan DMRT dengan taraf 5 % .

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Penelitian
Persiapan awal dengan melakukan pengadaan peralatan, pengadaan bahan,
dan persiapan rencana kerja yang akan mempermudah pekerjaan sehingga
diharapkan didapatkan hasil yang maksimal pada saat pengerjaan di lapangan dan
di laboratorium.
Pelaksanaan Pengambilan Biji Kopi
Pengambilan sampel buah yang telah terserang dengan melihat gejala
serangan yakni bintik coklat kehitaman yang belubang di ujung buah. Sampel
diambil di perkebunan kopi di Kabupaten Dairi Kecamatan Sidikalang.
Merearing Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampeiFerr.
Sebelum hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampeiFerr.) di
introduksi ke media penelitian, terlebih dahulu Hypothenemus hampeiFerr.di
rearing dalam media kotak sporalasi dengan membongkar biji kopi yang terserang
dan memisahkan imago jantan dan betina dengan jumlah secukupnya. Kemudian
dimasukkan biji buah kopi bagus dan dibiarkan selama 30 - 42 hari.
Isolasi Nematoda Entomopatogen
Mengambil dan memisahkan koloni Steinernema sp.dengan 3 taraf yakni
1 x Penyemprotan (68 JI), 2 x Penyemprotan (138 JI), 3 x Penyemprotan (208
JI)dengan mentode pengenceran di laboratorium.
Aplikasi Nematoda Entomopatogen
Uji efektifitas nematoda entomopatogen dengan taraf penyemprotan
dengan aquadest + 20 PBKo (kontrol), NEP 1 x Penyemprotan (68 Juvenil
Infektif) + 20 PBKo,NEP 2x Penyemprotan (138 Juvenil Infektif) + 20 dan NEP

Universitas Sumatera Utara

3 x Penyemprotan (208 Juvenil Infektif) + 20 PBKo, kemudian hasil uji
konsentrasi tersebut digunakan untuk menghitung mortalitas. Uji dilakukan
dengan menginokulasikan nematoda entomopatogen fase juvenil infektif pada
media tissue dimana imago tersebutditempatkan pada temperatur ruangan yang
disesuaikan dengan suhu yang dikehendaki PBKo dan diamati selama 6 JSI, 12
JSI, 24 JSI dan 48 JSI.
Peubah Amatan
Parameter pengamatan yang dilakukan adalah mengambil data antara lain :
- Gejala Serangan NEP terhadap Hypothenemus hampei Ferr.
Pengamatan pada serangga inang berfungsi untukmelihat gejala serangan
oleh nematoda Steinernema sp. pada bagian kutikula serangga yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan warna. Uji dilakukan dengan menginokulasikan
nematoda entomopatogen fase juvenil infektif pada media dimana serangga
Hypothenemus hampei Ferr.diletakkan. Kemudian ditempatkan pada temperatur
ruangan yang disesuaikan dengan suhu yang dikehendaki,lalu diamati setiap 6 JSI,
12 JSI, 24 JSI dan 48 JSI. Setelah itu diamatigejala serangan yang ditimbulkan.
Menurut Khairunisa (2014), dalam percobaan ini menggunakan rumus :
- Persentase (%) Mortalitas Jumlah PBKo yang terserang NEP
P

=

a
a+b

x 100 %

Keterangan :
P

= Persentasi kematian PBKo

a

= Jumlah PBKo yang mati;

b

= Jumlah PBKo yang hidup

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil analisis data pada setiap perlakuan diperoleh bahwa berbagai
taraf

nematodaentomopatogenSteinernemasp.berpengaruh

nyata

terhadap

parameter mortalitas Hypothenemus hampeiFerr.
Gejala Serangan Nematoda EntomopatogenTerhadap
Hypothenemus hampeiFerr.
Hasil pengamatan parameter gejala serangan menunjukkan bahwa
kematian imago Hypothenemus hampei Ferr. dicirikan dengan melemahnya
aktivitas motorik, berubahnya warna tubuh dari kecoklatan menjadi agak kehitamhitaman hingga tidak merespon apabila disentuh. Selama penelitian dilaksanakan
tidak terjadi kematian imago Hypothenemus hampei Ferr. pada perlakuan kontrol.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa terjadi perubahan perilaku pada
Hypothenemus hampei Ferr.yang terserang nematoda Steinernemasp.menjadi
hiperaktif. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan perlakuan kontrol dimana
Hypothenemus hampei Ferr.berperilaku tidak hiperaktif, terlihat juga bahwa
cadangan makanan yang diberikan lebih cepat berkurang dibandingkan dengan
perlakuan kontrol. Hasil pengamatan ini dapat didukung dengan literatur
Simoes dan Rose (1996) yang menyatakan bahwa serangan nematoda
entomopatogen menyebabkan perubahan perilaku pada serangga inang, sebelum
serangga inang mengalami kematian, serangga akan bergerak secara hiperaktif.
Selain perubahan perilaku, gejala serangan Steinernema sp.dapat dilihat
dari perubahan warna tubuh Hypothenemus hampei Ferr.dari berwarna coklat
karamel menjadi coklat tua dan kehitam-hitaman. Hal ini sesuai dengan

Universitas Sumatera Utara

pernyataan Simoes dan Rose (1996) bahwa gejala serangan yang diakibatkan
Steinernema sp.ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada kutikula
serangga inang, semula kutikula berwarna coklat muda berubah menjadi coklat
karamel atau coklat tua.

Gambar 8.

Gambar 9.

Keterarangan :
Gbr 8. Warna kutikula Hypothenemus hampei Ferr.di awal pengaplikasian
Gbr 9. Warna kutikula Hypothenemus hampei Ferr.di akhir menghitam
Gejala lain dari serangan nematoda entomopatogen yakni tubuh
Hypothenemus hampei Ferr.menjadi lunak namun bentuh tubuh tidak hancur
dengan kata lain tetap utuh serta tidak terdapat aroma busuk. Hal ini sesuai
dengan literatur Nugrohorini (2010) yang menyatakan bahwa gejala serangan
yang diakibatkan nematoda entomopatogen ditandai dengan terjadinya perubahan
warna pada kutikula serangga inang, tubuh serangga menjadi lunak dan apabila
dibedah jaringan tubuh menjadi cair tetapi tidak berbau busuk.

Universitas Sumatera Utara

Persentase (%) Mortalitas Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr.
Yang Terserang Nematoda Entomopatogen Steinernema sp.
Hasil pengamatan parameter mortalitas pada 6 JSI – 24 JSI sertahasil sidik
ragamdapat diketahui bahwa perlakuan pemberian Steinernema sp.tersebut
berpengaruh nyata terhadap mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. Rataan
mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.6 JSI– 48JSI dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf Nematoda
Steinernema sp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur 6-48 JSI.
Ulangan

Perlakuan

6 Jsi

I

II

III

IV

V

N0

0

0

0

0

0

0b

N1

0

0

0

0

0

0b

N2

10

5

10

5

10

8a

N3

15

10

15

10

5

11a

6,25

3,75

6,25

3,75

3,75

4,75

N0

0

0

0

0

0

0c

N1

10

5

5

5

10

7b

N2

25

20

20

20

30

23a

N3

25

25

35

25

25

27a

15

12,5

15

12,5

16,25

14,25

N0

0

0

0

0

0

0c

N1

25

20

20

20

25

22b

N2

60

50

70

60

75

63a

N3

55

55

65

60

60

59a

35

31,25

38,75

35

40

N0

0

0

0

0

0

36
0c

N1

30

30

25

20

40

29b

N2

65

60

100

85

100

82a

N3

65

65

70

80

85

73a

40

38,75

48,75

46,25

56,25

46

Rataan

12 Jsi

Rataan

24 Jsi

Rataan

48 Jsi

Rataan

Rataan

Ket : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan
berbeda tidak nyata dengan uji DMRT 5 %.

Universitas Sumatera Utara

Pada

Tabel

2.

dapat

dilihat

bahwa

pada

perlakuan

nematoda

entomopatogen berpengaruh nyata umur 6 JSI, rataan persentasemortalitas
tertinggi terdapat pada taraf perlakuan N3 (208 JI/ml) yaitu sebesar 11 dan
terendah pada taraf perlakuan N0 (kontrol) dan N1 (68JI/ml) yaitu sebesar 0.
Taraf perlakuan N2 dan N3 berbeda nyata dengan perlakuan N0 dan N1.
Tabel 2. Rataan Persentase Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf
Nematoda Steinernema sp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur
6JSI.
Ulangan
Perlakuan
Rataan
I
II
III
IV
V
N0
0
0
0
0
0
0b
N1
0
0
0
0
0
0b
6 Jsi
N2
10
5
10
5
10
8a
N3
15
10
15
10
5
11a
Rataan
6,25
3,75
6,25
3,75
3,75
4,75
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf 5%
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Steinernema sp. mulai
menginfeksi imago Hypothenemus hampei Ferr.pada taraf perlakuan N2 (138
JI/ml) danN3 (208 JI/ml) persentase mortalitas tertinggi sebesar 10 % dan 15 %.
Hal ini disebabkan karena serangga memiliki kutikula yang keras serta kondisi
dari serangga tersebut masih sangat aktiv dalam mempertahankan diri sehingga
sulit untuk NEP dalam menembus tubuh serangga. Hal ini sesuia dengan literatur
Ehler (1996) menyatakan bahwa kemampuan nematoda menyebabkan kematian
dari hubungan parasitasi nematoda entomopatogen dengan inang tidak hanya
ditentukan oleh tingkat patogenesitas nematoda-bakteri kompleks, tetapi juga oleh
seberapa besar kemampuan serangga inang untuk mempertahankan diri melawan
parasit yang menyerang.

Universitas Sumatera Utara

Pada

Tabel

3.

dapat

dilihat

bahwa

pada

perlakuan

nematoda

entomopatogen berpengaruh nyata umur 12 JSI, rataan persentase mortalitas
tertinggi terdapat pada taraf perlakuan N3 (208 JI/ml) yaitu sebesar 27 dan
terendah pada taraf perlakuan N0 (kontrol) dan N1 (68JI/ml) yaitu sebesar 0
dan 7. Taraf perlakuan N2 dan N3 berbeda nyata dengan perlakuan N0 dan N1.
Tabel 3. Rataan Persentase Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf
Nematoda Steinernema sp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur
12JSI.
Ulangan
Perlakuan
Rataan
I
II
III
IV
V
N0
0
0
0
0
0
0c
N1
10
5
5
5
10
7b
12 Jsi
N2
25
20
20
20
30
23a
N3
25
25
35
25
25
27a
Rataan
15
12,5
15
12,5
16,25
14,25
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf 5%
Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa nematoda entomopatogen berpengaruh
nyata umur 12 JSI. Rataan mortalitas terendah terdapat pada taraf perlakuan N0
(kontrol) dan N1 (68 JI/ml) sebesar 0 dan 7. Rataan persentase mortalitas tertinggi
terdapat

pada

N3

(208

JI/ml)

sebesar

27.

Hal

ini

disebabkan

Hypothenemus hampei Ferr. memiliki kemampuan dalam menyingkirkan bahan
racun dari tubuhnya pada saat serangga sangat terancam. Menurut Dadang dan
Prijono (2008) menjelaskan bahwa perbedaan kepekaan antar spesies serangga
terhadap senyawa bioaktif tertentu, dalam penelitian ini adalah racun yang
dikeluarkan bakteri simbion, dapat disebabkan oleh perbedaan sifat sistem
penghalang masuknya senyawa tersebut kedalam tubuh serangga (misalnya
perbedaan ketebalan kutikula), ketahanan bagian sasaran, atau kemampuan

Universitas Sumatera Utara

metabolik serangga dalam menguraikan atau menyingkirkan bahan racun dari
dalam tubuhnya.
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa nematoda entomopatogen
Steinernema

sp.berpengaruh

nyata

terhadap

persentase

mortalitas

Hypothenemus hampei Ferr. pada taraf perlakuan N2 (138 JI/ml) dan N3
(208 JI/ml) pada umur 24 JSI.
Pada

Tabel

4.

dapat

dilihat

bahwa

pada

perlakuan

nematodaentomopatogen berpengaruh nyata umur 24 JSI, rataan mortalitas
tertinggi terdapat pada taraf perlakuan N2 (138 JI/ml) yaitu sebesar 63 dan
terendah pada taraf perlakuan N0 (kontrol) dan N1 (68JI/ml) yaitu sebesar 0 dan
22. Taraf perlakuan N2 dan N3 berbeda nyata dengan perlakuan N0 dan N1.
Tabel 4. Rataan Persentase Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf
Nematoda Steinernema sp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur
24JSI.
Ulangan
Perlakuan
Rataan
I
II
II
IV
V
N0
0
0
0
0
0
0c
N1
25
20
20
20
25
22b
24 Jsi
N2
60
50
70
60
75
63a
N3
55
55
65
60
60
59a
Rataan
35
31,25
38,75
35
40
36
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf 5%
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4
bahwa pada perlakuan nematodaentomopatogen berpengaruh nyata umur 24 JSI,
Rataan persentase mortalitas tertinggi terdapat pada taraf perlakuan N2 (138
JI/ml) yaitu sebesar 63. Hal ini disebabkan pada waktu tersebut sistem pencernaan
daripada Hypothenemus hampei Ferr.sedang berlangsung dalam mencerna
makanan dan proses perombakan makanan yang ada di dalam abdomen. Sehingga

Universitas Sumatera Utara

Hypothenemus hampei Ferr.sebagai inang mengeluarkan tanda-tanda biokimia
yang menyebabkan tingginya rangsangan Steinernema sp.dalam mencari
inangnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiratno dan Rohimatun (2012) yang
menjelaskan bahwa dalam mengenali dan menemukan inangnya, NPS
menggunakan tanda-tanda biokimia yang dikeluarkan oleh inangnya, seperti CO2,
feses, amoniak, asam urik, dan asam organik.
Pada

Tabel

5.

dapat

dilihat

bahwa

pada

perlakuan

nematoda

entomopatogen berpengaruh nyata umur 48 JSI, rataan mortalitas tertinggi
terdapat pada taraf perlakuan N2 (138 JI/ml) yaitu sebesar 82 dan terendah pada
taraf perlakuan N0 (kontrol) dan N1 (68JI/ml) yaitu sebesar 0 dan 29. Taraf
perlakuan N2 dan N3 berbeda nyata dengan perlakuan N0 dan N1.
Rataan mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.terhadap taraf perlakuan
nematoda entomopatogen Steinernema sp.pada umur 48 JSI dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5. Rataan Mortalitas Akibat Pemberian Berbagai Taraf Nematoda
Steinernema sp. Terhadap Hypothenemus hampei Ferr. Pada Umur 48 JSI.
Ulangan
Perlakuan
Rataan
I
II
III
IV
V
0c
N0
0
0
0
0
0
29b
N1
30
30
25
20
40
48 Jsi
82a
N2
65
60
100
85
100
73a
N3
65
65
70
80
85
Rataan

40

38,75

48,75

46,25

56,25

46

Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata pada taraf 5%
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa nematoda entomopatogen
Steinernema

sp.berpengaruh

nyata

terhadap

persentase

mortalitas

Hypothenemus hampei Ferr.pada umur 48 JSI.Pada taraf N2 (208 JI/ml)
memberikan persentase mortalitas tersebar sebesar 100% dengan rataan mortalitas

Universitas Sumatera Utara

sebesar 82. Namun berbeda nyata dengan taraf N0 (kontro) dan N1 (68 JI/ml)
dengan persentase mortalitas tertinggi sebesar 0% dan 40%. Hal ini dikarenakan
serangga memiliki kutikula yang keras sehingga Steinernema sp. membutuhkan
waktu yang lama. Selain itu, Steinernema sp.menyerang secara sistematik dengan
mengeluarkan enzim untuk melunakkan kutikula Hypothenemus hampei Ferr.
sehingga diperlukan banyak populasi Steinernema sp.untuk mempercepat
kematian Hypothenemus hampei Ferr. Lebih lanjut Koppenhofer dan Kaya (2002)
menyatakan

bahwa

NPS

menyerang

serangga

secara

enzimatis,

yaitu

menghasilkan enzim proteolitik yang mampu mendegradasi struktur kutikula
inangnya.
Persentase mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.pada 48 JSI dapat dilihat
pada gambar 10.
90

Rataan Mortalitas PBKo

80
70
N0 (Kontrol)

60
50

N1 (68 JI/ml)

40
N2 (138 JI/ml)

30
20

N3 (208 JI/ml)

10
0
N0
N0

N1
N1

N2
N2

N3
N3

Taraf Perlakuan
Gambar 10. Persentase mortalitas Hypothenemus hampei Ferr.pada umur 48 JSI
Dari gambar 10. Dapat dilihat bahwa persentase mortalitas kumbang
penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) ditunjukkan dalam grafik

Universitas Sumatera Utara

histogram. Dengan taraf perlakuan N2 (138 JI/ml) di umur 48JSI menujukkan
tingkat optimum sebesar 82 atau dalam persentase tertinggi sebesar 100%. Hal ini
disebabkan semakin tinggi jumlah populasi NEP maka tingkat patogenitasnya
juga akan meningkat demikian sebaliknya semakin rendah jumlah populasi NEP
maka tingkat patogenitas terhadap serangga inangnya juga rendah, Hal ini sesuai
dengan pernyataan Wiratno dan Rohimatun (2012) yang menjelaskan bahwa
patogenitas NPS sangat bergantung pada kepadatan populasinya.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
1. Gejala

serangan

yang

ditimbulkan

nematoda

entomopatogen

Steinernema sp. terhadap Hypothenemus hampei Ferr. antara lain
melemahnya aktifitas motorik serangga, aktifitas memakan, perubahan
warna kutikula serta tubuh melunak dan tidak menimbulkan bau busuk.
2. Tingkat serangan optimum Steinernema sp. terlihat dengan meningkatnya
mortalitas PBKo terdapat pada taraf N2 (138 JI/ml) pada 24 JSI.
3. Persentase mortalitas tertinggi (100%) terdapat pada tarafN2 (138 JI/ml)
dan terendah (0%) terdapat pada taraf N0 (kontrol). Perlakuan paling
efektif yaitu pada perlakuan N2 dan N3 (100% dan 85%) pada 48 JSI.
Saran
Dalam melakukan pengendalian PBKo di lapangan dengan memanfaatkan
Agensia hayati Nematoda entomopatogen, sebaiknya dilaksanakan pada pagi atau
siang hari dimana PBKo sedang tidak beraktifitas di luar buah dan pengaplikasian
dilakukan pada buah yang berada di atas tanah.

Universitas Sumatera Utara

7

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Kumbang Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.)
Menurut Pracaya (2007), kumbang penggerek buah kopi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :Kingdom

:

Animalia;

Filum:

Arthropoda;

Kelas: Insekta; Ordo: Coleoptera; Family: Scolytidae; Genus: Hypothenemus ;
Spesies: Hypothenemus hampei Ferr.
Telur

Gambar 2. Telur Hypothenemus hampei Ferr.
Sumber : www. nbair. res. In
Setelah kawin didalam biji kopi, kumbang betina keluar dan terbang untuk
mencari makanan. Mula-mula yang dimasukinya buah yang masih muda. Setelah
habis isinya, kumbang terbang mencari buah yang lebih tua dan bertelur. Jumlah
telur dapat mencapai 70 butir. Kadang satu buah kopi dapat dimasuki lebih dari
satu kumbang sehingga jumlah telur bisa sampai 80 butir. Telur ini akan menetas
setelah 5-9 hari (Departemen Pertanian, 2002).
Larva
Penggerek buah kopi merupakan kumbang berukuran 0,7-1,7 mm,
berbadan bulat dengan kepala berbentuk segitiga yang ditutupi oleh rambutrambut halus. Kumbang ini biasanya akan bertelur dalam lubang gerekan.

Universitas Sumatera Utara

8

Telurnya menetas dalam waktu sekitar 8 hari, lalu berubah menjadi larva
berwarna putih dan bermulut coklat (Najiyati dan Danarti, 2002).

Gambar 3. Larva Hypothenemus hampei Ferr.
Sumber : www. nbair. res. In
Pupa
Pupa memiliki struktur kulit cukup keras, berwarna putih susu. Stadium
larva 10-26 hari dan stadium pupa 4-9 hari.

Gambar 4. Pupa Hypothenemus hampei Ferr.
Sumber : www. nbair. res. In
Imago
H. hampei perkembangannya dengan metamorfosa sempurna dengan
tahapan telur, larva, pupa dan imago atau serangga dewasa. Kumbang betina lebih
besar dari kumbang jantan. Panjang kumbang betina lebih kurang 1,7 mm dan
lebar 0,7 mm, sedangkan panjang kumbang jantan 1,2 mm dan 0,6-0,7 mm.

Universitas Sumatera Utara

9

Serangga dewasa atau imago, perbandingan antara serangga betina dengan
serangga jantan rata-rata 10 : 1. Pada kondisi demikian perbandingan serangga
betina dan jantan hanya 103 hari, sedangkan serangga betina dapat mencapai 282
hari dengan rata-rata 156 hari. Serangga betina mengadakan penerbangan pada
sore hari, yaitu sekitar pukul 16.00 sampai dengan 18.00 (Wiryadiputra, 2007).

Gambar 5. Penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei Ferr.)
Sumber : pensoft. net
Gejala Serangan Hypothenemus hampei Ferr.
Pada umumnya H. hampei Ferr.menyerang buah dengan endosperma yang
telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah
kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan
makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak berkembang,
warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada
buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi karena biji
berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap susunan
senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang
merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa
kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang
terkandung dalam biji (Tobing et al., 2011).

Universitas Sumatera Utara

10

Kumbang dan larva ini menyerang buah kopi yang sudah cukup keras
dengan cara membuat liang gerekan dan hidup di dalamnya sehingga
menimbulkan kerusakan yang cukup parah. Hama ini tidak hanya menyerang
buah

di

kebun,

tetapi

juga

menyerang

buah

di

penyimpanan

(Najiyati dan Danarti, 2002).

Gambar 6. Gejala serangan Hypothenemus hampei Ferr. terhadap buah kopi
Sumber : Foto Langsung
Serangan H. hampei Ferr. pada buah muda menyebabkan gugur buah.
Serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubanglubang dan bermutu rendah (PPKKI, 2006). H. hampei Ferr. diketahui makan dan
berkembang biak hanya di dalam buah kopi saja. Kumbang betina masuk ke
dalam buah kopi dengan membuat lubang dari ujung buah dan berkembang biak
dalam buah (Irulandi et al., 2007).
PBKo mengarahkan serangan pertamanya pada bagian kebun kopi yang
bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan,
serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Dalam buah tua dan kering yang
tertinggal

setelah

panen,

dapat

ditemukan

lebih

dari

100

PBKo

(Departemen Pertanian, 2002.).

Universitas Sumatera Utara

11

Kondisi saat ini menunjukan bahwa hama penggerek buah kopi merupakan
hama yang sangat merugikan petani kopi, serangan PBKo dapat menurunkan
mutu kopi dan penurunan produksi hingga 20 – 30% bahkan tidak jarang petani
yang gagal panen. Hama PBKo merupakan serangga menyerupai kumbang yang
berukuran kecil dengan warna hitam. Kumbang tersebut umumnya menyerang
buah yang mulai masak dan meninggalkan telur di dalamnya hingga telur tersebut
menjadi ulat yang akan menyerang buah kopi (Arief et al., 2011).
Pengendalian
Pencegahan hama ini dilakukan dengan pemangkasan kopi dan naungan
untuk memberikan cahaya yang cukup bagi tanaman kopi, kemudian lakukan
panen secara teratur untuk memotong siklus dari pertumbuhan kumbang, panen
habis tanaman kopi yang terserang PBKo (Arief et al., 2011).
PBKo mengarahkan serangan pertamanya pada bagian kebun kopi yang
bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan,
serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Dalam buah tua dan kering yang
tertinggal setelah panen, dapat ditemukan lebih dari 100 PBKo. Karena itu penting
sekali

membersihkan

kebun

dari

semua

buah

yang

tertinggal

(Departemen Pertanian, 2002).
Pengendalian hayati merupakan salah satu metode pengendalian hama
yang semakin diminati akhir-akhir ini karena memiliki keunggulan, diantaranya
adalah sifatnya yang ramah lingkungan. Dalam konteks ini musul alami adalah
agens pengendali (control agens) yang dapat berkecukupan diri (self-sustenance)
sehingga hemat karena mereka dapat berkembang

biak di alam. Selain itu,

popolasi musuh alami digarapkan dapat bereaksi secara terpaut kepadatan

Universitas Sumatera Utara

12

(density depence) dengan populasi hama, artinya daya kendali oleh musuh alami
itu semakin tinggi pada populasi hama yang semakin padat.Dengan demikian
pengendalian hayati diharapkan dapat memncegah peledakan populasi hama.
Sifat-sifat baik pengendalian hayati itu sering ditandingkan dengan sifat buruk
yang dimiliki oleh metode pengendalian kimiawi (meracuni lingkungan, boros,
menimbulkan resistensi dan resurjensi hama, dan sebagainya) (Susillo, 2007).
Nematoda Entomopatogen Steinernema sp.

Gambar 7. Nematoda entomopatogen Steinernema sp.
Sumber : Foto Langsung
Nematoda adalah mikroorganisme berbentuk cacing berukuran 700-1200
mikron dan berada di dalamtanah. Nematoda yang ada di dalam tanah, ada yang
tergolong free living, nematode parasit tanaman dan nematoda entomopatogen.
Nematoda entomopatogen telah dipergunakan untukmengendalikan serangga
hama pada tanaman pangan, perkebunan, rumput lapangan golf serta tanaman
hortikultura. Nematoda entomopatogen dapat diisolasi dari berbagai tempatdi
seluruh

belahan

dunia,

khususnya

dari

golongan

Steinernematidae

danHeterorhabditidae baru dapat digunakan untukmengendalikan hama-hama
golongan

Lepidoptera,

seperti

:

Galleria

mellonella

(L.),

Universitas Sumatera Utara

13

Spodoptera exigua Hubner., Agrotis ipsilon Hufnayel. yang virulensinya
mencapai 100 persen (Nugrohorini, 2010).
Nematoda Entomopatogen selain digunakan untuk mengendalikan hama
yang menyerang kuncup bunga, bunga, buah, biji, daun dan batang, juga
dimanfaatkan untuk mengendalikan hama yang hidup dalam tanah. Sucipto (2008)
melaporkan potensi penggunaan NEP tersebut untuk mengendalikan rayap tanah
(Macrotermes spp.). NEP dengan dosis aplikasi 12.500 juvenil infektif/tanaman
berpotensi untuk membasmi uret (larva Lepidiota stigma) instar 3 menunjukkan
tingkat kematian larva hingga 80% setelah 3 minggu aplikasi (Safitriet al., 2013).
Dari percobaan yang penah dilakukan Wiratno dan Rohimatun
(2012)membuktikan bahwa Kematian larva B. longissima pada pengamatan 72
JSI, tingkat kematian larva pada perlakuan 3.500 JI/ml air meningkat sebesar 70%
dari pengamatan 48 JSI. Rata-rata kematian larva pada perlakuan 7.000 JI/ml air
berbeda tidak nyata dengan perlakuan 3.500 JI/ml air meskipun mengalami
peningkatan kematian sebesar 80% dari pengamatan 48 JSI. Kematian pupaB.
longissima pada perlakuan 7.000 JI/ml air pada 72 JSI sangat rendah
dibandingkan stadia larva dan imago, yaitu hanya mencapai 16,7%. Kematian
imago B.longissima sudah terjadi pada pengamatan 24 JSI yaitu berkisar antara
3,33 sampai dengan 6,67% dan meningkat pada periode-periode pengamatan
berikutnya. Pada 72 JSI tingkat kematian imago pada kepadatan 3.500 JI/ml air
lebih tinggi 6,66% dan berbeda tidak nyata dengan perlakuan tingkat kepadatan
7.000 JI/ml air.
Konsentrasi nematoda entomopatogen (termasuk Steinernema sp.) yang
digunakan harus sesuai dengan batas konsentrasi optimalnya. Apabila konsentrasi

Universitas Sumatera Utara

14

yang digunakan melebihi batas optimal,maka akan menciptakan suatu kompetisi
dalam hal ruang dan makanan antar nematode entomopatogen itu sendiri.
Kompetisi ini yang menyebabkan nematoda entomopatogen kurang efektif apabila
diaplikasikan melebihi batas konsentrasi optimalnya (Nugrohorini, 2010).
Penggunaan Steinernema sp. sebagai agensia hayati semakin banyak
dikembangkan di berbagai belahan dunia karena berbagai keunggulannya, yaitu
mudah diperoleh, ramah lingkungan, mudah diproduksi massal, toleran terhadap
berbagai macam pestisida, dapat aktif mencari serangga sasaran, tidak menyerang
vertebrata, dan dapat diaplikasikan dengan alat semprot standar. Namun,
kendalanya adalah Steinernema sp.tidak dapat disimpan lama karena tidak
mempunyai struktur istirahat (Shapiro-Ilan et al., 2002). Untuk mendukung
kelangsungan hidup di luar habitatalaminya, Steinernema sp.Sangat pada air dan
cadangan makanan sebagai sumber energi (Prabowo dan Indrayani, 2012).
Efektivitas dan persistensi NEP juga dipengaruhi oleh faktor abiotik.
faktok abiotik yang memengaruhi persistensi nematode entomopatogen di dalam
tanah ialah oksigen, derajat keasaman (pH), kelembapan, dan temperatur tanah.
Faktor abiotik lain yang diduga berpengaruh dalam efektivitas NEP adalah tekstur
tanah (SuciptodalamSafitriet al., 2013).
Efektivitas Steinernema sp.dalam pengendalian hama berbeda tergantung
patogenitasnya, sedangkan patogenitas dipengaruhi oleh mekanisme infeksi.
Infeksi Steinernema sp. dilakukan oleh stadium larva instar III atau Juvenil
Infektif (JI) terjadi melalui mulut, anus, spirakel, atau penetrasi langsung
membran intersegmental integumen yang lunak. Setelah mencapai haemocoel
serangga, bakteri simbion yang dibawa akan dilepaskan ke dalam hemolimfa

Universitas Sumatera Utara

15

untuk berkembang biak dan memproduksi toksin yang mematikan serangga.
Steinernema sp. sendiri juga mampu menghasilkan toksin yang mematikan. Dua
faktor ini yang menyebabkan Steinernema sp. mempunyai daya bunuh yang
sangat cepat. Serangga yang terinfeksi Steinernema sp. dapat mati dalam waktu
24–48 jam setelah infeksi (Brown et aldalam Safitriet al., 2013).
Tingginya tingkat ketergantungan petani terhadap pestisida kimia akan
membawa dampak negatif pada upaya ekspansi komoditas pertanian di pasar
bebas, yang seringkali menghendaki produk bermutu dengan tingkat penggunaan
pestisida yang rendah. Dengan demikian secara berangsur-angsur harus segera
diupayakan pengurangan penggunaan pestisida kimiawi dan mulai beralih kepada
pengendalian dengan agen hayati Nematoda Entomopatogen yang aman bagi
lingkungan (Sucipto, 2009).
Hypothenemus hamperi (Ferr.), hama penggerek buah kopi merupakan
hama utama pada tanaman kopi. Nematoda Entomopatogen (NEP) merupakan
tipe dari musuh alami, yang memiliki kemampuan sebagai biopestisida komersial
untuk mengendalikan Hama Penggerek Buah Kopi (PBKo). Untuk perlakuan
control terhadap hama penggerek buah kopi, NEP sebaiknya disemprotkan ke
hama penggerek kopi sementara hama tersebut masih di batang tanaman kopi,
atau ke hama yang telah jatuh ke permukaan tanah. Penelitian terakhir
menyebutkan bahwa secara intensif NEP ini berada di atas atau di dalam tanah
atau pasir (Mantonet al., 2012).

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari
Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara
senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$
9,740,453.00. Di luar dan di dalam negeri kopi juga sudah sejak lama dikenal oleh
masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

Gambar 1. Buah Kopi Utuh
Sumber : Foto Langsung
Budidaya kopi merupakan usaha tani yang dapat memberikan sumbangan
besar dalam peningkatan pendapatan petani dan permintaan pasar (domestik dan
luar negeri) yang makin meningkat. Dalam upaya memenuhi permintaan,
peningkatan produksi komunitas perlu di tingkatkan baik dari segi kuantitas
maupun dari segi kualitas. Namun selama ini yang terjadi adalah rendahnya
produktivitas biji kopi yang ada dipasaran baik dalam negeri maupun luar negeri.

Universitas Sumatera Utara

2

Beberapa abad lamanya kopi menjadi bahan perdagangan. Hal ini
dikarenakan kopi dapat diolah menjadi minuman yang mempunyai cita rasa yang
khas, dengan kata lain kopi adalah sebagai penyegar badan dan pikiran. Teknik
budidaya tanaman kopi cukup mudah apabila tanaman kopi berada pada kondisi
yang sesuai dengan syarat tumbuhnya dan yang terpenting hama serta penyakit
dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga tanaman kopi tidak mengalami
kerusakan. Dalam pengembangan usaha khususnya kopi, baik pasar lokal
(domestik) dan internasional sangat potensial. Bertambahnya jumlah penduduk
dan kecenderungan produsen tetap dan kemajuan teknologi kopi tidak hanya
diolah sebagai minuman saja akan tetapi dapat digunakan untuk produk kosmetik
(Wardiana, 2012).
Rendahnya produktivitas kopi adalah adanya serangan hama dan penyakit.
Kuruseng dan Rismayani (2006) juga menyatakan bahwa gejala serangandari
hama penggerek buah kopi (Hyphotenemus hampei Ferr.) (Coleoptera: Scolytidae)
yaitu kopi yang terserang kelihatan ada satu atau dua lubang, yang terdapat dekat
dasar buah. Pada biji kopi yang masih hijau terdapat bubuk-bubuk yang berwarna
cokelat dan hitam. Sedang pada biji kopi yang telah masak terdapat larva-larva
yang berwarna putih yang jumlahnya sampai 20 ekor. Oleh karena itu perlu usaha
pencegahan maupun pengendalian hama dan penyakit dengan menerapkan konsep
PHT yang berdasarkan atas, konsepsi agroekosistem dan kelestarian lingkungan.
Salah satu hama utama tanaman kopi adalah hama penggerek buah kopi.
Ketika harga kopi membaik dan seranganhama ini meningkat, petani kopi di
Lampung cenderung menggunakan insektisidauntuk pengendaliannya. Akibatnya,
pernah terjadi kasus penolakan ekspor kopidari Lampung di Jepang pada tahun

Universitas Sumatera Utara

3

2010 akibat adanya indikasi kontaminasi insektisida berbahan aktif carbaryl. Oleh
karena itu, sudah saatnya teknikpengendalian hama secara konvensional pada
tanaman kopi diganti dengan teknikpengendalian yang lebih ramah lingkungan
dan lebih terintegrasi dengan system budidaya kopi secara keseluruhan
(Swibawa dan Sudarsono, 2011).
Pengendalian hayati pada dasarnya adalah pemanfaatan dan penggunaan
musuh alami untuk mengendalikan populasi hama yang merugikan. Pengendalian
hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi terutama
teori tentang pengetahuan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan
ekosistem. Musuh alami yang terdiri dari parasitoid, predator danpatogen
merupakan pengendali alami utama hama yang bekerja secara “densitydependent”sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan
hama (Untung, 1996).
Hama bubuk buah kopi merupakan hama utama yang sangat meresahkan
petani kopi. Persentase serangan dapat mencapai 30-60 % yang menyebabkan
kehilangan hasil serta menurunnya mutu produksi (Laila et al., 2011).
Tindakan pemangkasan pada tanaman kopi akan menghindari kelembaban
kebun yang tinggi, memperlancar aliran udara sehingga proses penyerbukan dapat
berlangsung secara intensif, membuka kanopi agar tanaman mendapat penyinaran
merata guna merangsang pembungaan dan membuang cabang tua yang kurang
produktif atau terserang hama atau penyakit sehingga hara dapat di distribusikan
ke cabang muda yang perlakuan pemangkasan, sanitasi, dan lebih produktif.
(Kadir et al.dalam Jurnal Laila et al., 2011).

Universitas Sumatera Utara

4

Musuh alami yang berupa parasitoid, predator dan patogen dikenal sebagai
pengatur dan pengatur populasi serangga yang efektif karena sifat pengaturannya
yang tergantng kepadatan. Sebagai agen pengendali hayati arasitoid sangat baik
digunakan dan selama ini yang paling sering berhasil mengendalikan hama
dibandingkan dengan kelompok agen agensia lainnya (Untung, 1996).
Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu
teknik penyediaan sarana produksi, proses produksi/budidaya, teknik penanganan
pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan system pemasarannya. Keempat
empatnya merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan
dengan baik dan benar (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2008).
H. hampei Ferr.pada buah muda menyebabkan gugur buah. Serangan pada
buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-lubang dan bermutu
rendah. H. hampei Ferr.diketahui makan dan berkembang biak hanya di dalam
buah kopi saja. Kumbang betina masuk ke dalam buah kopi dengan membuat
lubang dari ujung buah dan berkembang biak dalam buah.Mantonet al. (2012)
menyatakan bahwa Nematoda Entomopatogen (NEP) merupakan tipe dari musuh
alami, yang memiliki kemampuan sebagai biopestisida komersial untuk
mengendalikan Hama Penggerek Buah Kopi (PBKo).
Pengendalian kimiawi merupakan salah satu cara yang sering dilakukan
petani, membutuhkan biaya yang besar tetapi hama tersebut sudah resistenserta
memberikan dampak negative terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh
karena itu, pengendalian ramah lingkungan sangat diharapkan. Menurut
Imanadi (2012) bahwa teknik pengendalian hama dengan entomopatogen

Universitas Sumatera Utara

5

berpotensi mengurangi ketergantungan pada insektisida kimia yaitu dengan
memanfaatkan biopestisida.
Nematoda

yang

dapat

mengendalikan

hama

serangga

adalah

nematodaentomopatogen yaitu dari genus Steinernema dan Heterorhadditis
(Shapiro-llan dan Gaugler, 2008). Nematoda entomopatogen umumnya tidak
memiliki

stilet.

Imanadi

(2012)

juga

mengatakan

bahwa

Nematoda

Steinernema sp. adalah agensia hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
alternative pengendalian hama. Nematoda ini memiliki kelebihan-kelebihan
tertentu dibandingkan dengan bahan-bahan kimia sebagai agen pengendali. Selain
itu mudah dikembangbiakkan dan memiliki kemampuan menginfeksi yang tinggi
(daya bunuhnya sangat cepat), kisaran inangnya yang luas, aktif mencari inang
sehingga untuk mengendalikan serangga dalam jaringan, tidak menimbulkan
resistensi, mudah diperbanyak dan aman terhadap lingkungan.
Pemanfaatan agens hayati dengan nematoda entomopatogen sebagai
pengendali hama utama pertanian yang ramah lingkungan sangat diharapkan.
Pemanfaatan nematoda entomopatogen sebagai agens hayati hama utama pada
tanaman perkebunan masih merupakan hal baru di Indonesia. Oleh karena itu,
saya tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Uji efektivitas Nematoda
entomopatogen pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei Ferr. di
Laboratorium.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas
Nematoda

Entomopatogen

(NEP)

pada

Hama

Penggerek

Buah

Kopi

Hypothenemus hampeiFerr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium.

Universitas Sumatera Utara

6

Hipotesis Penelitian
Adanya tingkat mortalitas Hypothenemus hampei Ferr. yang berbeda
terhadap beberapa taraf dan waktu pengaplikasian nematoda entomopatogen
Steinernema sp.
Kegunaan Penulisan
-

Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan

-

Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkannya.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
TEGUH E. PUTERA : Effectiveness Test entomopathogenic nematodes
Steinernema sp. At the Coffee Berry Borer pest (Hypothenemus hampei Ferr.)
(Coleoptera: Scolytidae) in the laboratory. Supervised by Syahrial Oemry and
Mukhtar Pinem Iskandar.
The aimed of research to determine the effect of application
of
entomopathogenic
nematodes
Steinernema
sp.
to
control
Hypothenemus hampei Ferr. wi

Dokumen yang terkait

Uji Efektifitas Nematoda Steinernema sp. Isolat Lokal Untuk Mengendalikan Ulat kantong (Metisa plana) (Lepidoptera: Psychidae) di Laboratorium dan Lapangan

1 57 75

EFEKTIVITAS CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. PADA FORMULA GRANULAR TERHADAP HAMA PENGGEREK BUAH KOPI, Hypothenemus hampei Ferr.

0 4 6

EFEKTIVITAS CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. PADA FORMULA GRANULAR TERHADAP HAMA PENGGEREK BUAH KOPI, Hypothenemus hampei Ferr.

0 5 14

Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium

0 0 12

Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium

0 0 2

Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium

0 0 6

Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium

0 0 9

Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium

0 0 3

Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium

0 0 13

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.)

0 1 9