Uji Efektifitas Nematoda Steinernema sp. Isolat Lokal Untuk Mengendalikan Ulat kantong (Metisa plana) (Lepidoptera: Psychidae) di Laboratorium dan Lapangan

(1)

O

ISOLAT LOKAL UNTUK MENGENDALIKAN ULAT

KANTONG (Metisa plana) (Lepidoptera: Psychidae) DI

LABORATORIUM DAN LAPANGAN

TESIS

Oleh

GUNTORO

NIM : 097001007

PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UJI EFEKTIFITAS NEMATODA Steinernema sp.

ISOLAT LOKAL UNTUK MENGENDALIKAN ULAT

KANTONG (Metisa plana) (Lepidoptera: Psychidae) DI

LABORATORIUM DAN LAPANGAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam Program Magister Agroekoteknologi pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.

Oleh

GUNTORO

NIM : 097001007

PROGRAM MAGISTER AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Penelitian : Uji Efektifitas Nematoda Steinernema sp. Isolat

Lokal Untuk Mengendalikan Ulat kantong (Metisa

plana) (Lepidoptera: Psychidae) di Laboratorium

dan Lapangan

Nama : Guntoro

Nim : 097001007

Program Studi : Magister Agroekoteknologi

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS

Anggota

Dr. Lisnawita, SP. M.Si

Ketua Program Studi

Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP

Dekan

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS


(4)

ABSTRACT

Guntoro, 2013. The Test of the effectiveness of local isolate

nematode Steinernema sp. for control bagworm (Metisa plana) (Lepidoptera:

Psychidae) in the Laboratory and in the Field. Under the supervision of

Maryani Cyccu Tobing and Lisnawita. The research in the laboratory was aimed

to identify nematode entomophatogen Steinernema sp. from Langkat District,

Deli Serdang and from Serdang Bedagai and to find the right dosage in control

M.plana larvae in the field. The research conducted in the laboratory used

factorial RAL (Complete random Design) with two factors and four repetitions. The first factor, juvenile infective (ji), consisted of 0, 90,180, and 270 ji and the

second factor, M.plana larvae, consisted of ten instar I, II, and III larvae. The

research conducted in the field used factorial RAK (Cluster Random Design) with two factors and four replications. The first factors consisted of 0, 200, 400, and

600 ji and the second factor, M.plana larvae, consisted of instar I, II, and III

larvae. The result of the research conducted in the laboratory showed that

Steinernema sp. genus was found in the three locations where the samples were

taken, and the result of the research conducted in the field showed that highest mortality rate (100%) was three days after the application with the density of

Steinernema sp. 600 ji.

Keywords: Steinernema sp. Metisa plana, biological control


(5)

Guntoro, 2013. Uji efektifitas nematoda Steinernema sp. isolat lokal

untuk mengendalikan ulat kantong (Metisa plana) (Lepidoptera: Psychidae)

di laboratorium dan lapangan di bawah bimbingan Maryani Cyccu Tobing

dan Lisnawita. Penelitian di laboratorium bertujuan untuk mengidentifikasi

nematoda entomopatogen Steinernema sp. dari Kabupaten Langkat, Deli

Serdang dan Serdang Bedagai dan mencari dosis yang tepat dalam

mengendalikan larva M. plana di lapangan. Penelitian di laboratorium

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor dan empat ulangan. Faktor pertama juvenil infektif (ji) yang terdiri dari 0, 90, 180 ,

270 ji dan faktor kedua larva M. plana (M) yang terdiri dari 10 larva intar I, II

dan III. Penelitian di lapangan menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor dan empat ulangan. Faktor pertama terdiri dari 0,

200, 400, 600 ji dan faktor kedua larva M. plana (M) yang terdiri dari instar I, II

dan III. Hasil penelitian di laboratorium diperoleh dari ke-3 lokasi pengambilan

sampel adalah dari genus Steinernema sp. dan hasil penelitian di lapangan

diperoleh mortalitas tertinggi (100%) adalah 3 hari setelah aplikasi dengan

kerapatan Steinernema sp. 600 ji.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas

kehendakNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang berjudul “UJI

EFEKTIFITAS NEMATODA Steinernema sp. ISOLAT LOKAL UNTUK

MENGENDALIKAN ULAT KANTONG (Metisa plana) (Lepidoptera:

Psychidae) DI LABORATORIUM DAN LAPANGAN” yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Magister Pertanian pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi

Pembimbing Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS. sebagai Ketua dan Dr. Lisnawita, SP. M.Si. sebagai Anggota yang telah memberi saran dan kritik untuk menyelesaikan Tesis ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat.


(7)

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan rahmatNya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis pada Program Studi Agroekoteknologi Sekolah Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi

Pembimbing Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS. sebagai Ketua dan Dr. Lisnawita, SP. M.Si. sebagai Anggota. Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc, Dr. Deni Elfiati, SP. MP. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, masukan dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Sumatera

Utara Bapak Prof. Dr. Ir. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K), Direktur Pascasarjana USU Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., Ketua, Pembantu Ketua I, II dan III Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP), dan Koordinator Kopertis Wilayah I Bapak Prof. Drs, Dian Armanto, M.Pd., MA., M.Sc., Ph.D yang telah memberikan izin belajar kepada penulis. Dekan Fakultas Pertanian USU Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. Serta segenap staf pengajar yang telah membuka wawasan dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga serta seluruh sivitas akademika yang telah mendukung kelancaran studi bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai Karantina

Tumbuhan Polonia yang telah memberikan izin pemakaian mikroskop dan Manajemen dari PTPN4 yang telah memberikan izin tempat penelitian.


(8)

Kepada istri tercinta Karimah Yulie Pohan SP. dan putri-putri tercinta Viona Maharani dan Nafisah Artanti yang banyak memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada rekan-rekan seangkatan yang tidak tersebut satu-persatu, terima

kasih atas segala perhatian yang telah diberikan.

Medan, Januari 2013

Penulis


(9)

Guntoro, lahir di Aek Nabara pada tanggal 01 Maret 1973. Anak ketiga dari lima bersaudara dari Ayahanda Alm. H. Ngadi dan Ibunda Hj. Jariah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri Aek Nabara pada tahun 1985, pendidikan menengah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Aek Nabara pada tahun 1988, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) Negeri 1 Rantau Prapat pada tahun 1991. Pada tahun 1992 diterima di Universitas Sumatera Utara Fakultas Pertanian Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan dan memperoleh gelar Sarjana pada tahun 1998. Pada tahun 1999-2006 penulis bekerja di perusahaan perkebunan swata di Kabupaten Langkat. Sejak tahun 2007 sampai sekarang penulis menjadi staf pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP) Medan.


(10)

DAFTAR ISI

ABTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH……….. RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis ... 5

Manfaat Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Pengendalian Hayati………...………..6

Metisa. plana (Lepidotera: Psychidae) ... 8

Biologi M.plana ... 9

Gejala serangan . ... 10

Nematoda Steinernema sp (Rhapditidae: Steinernematidae) ... 10

Biologi Steinernema sp. ………..11

Ekologi Steinernema sp. ……….. 12

Mekanisme menginfeksi inang ... .12

BAHAN DAN METODE ... 14

Tempat dan waktu penelitian ... 14

Bahan dan alat ... 14

Metode penelitian ... 14

Di laboratorium ... 15

Di lapangan ... 16

Pelaksanaan penelitian ... 17

Pengambilan sampel tanah ... 17

Memerangkap Nematoda ... 17

Identifikasi Nematoda ... 18

Perbanyakan Nematoda ... 18

Uji Lethal Dosis ... 18

Uji efektifitas nematoda Steinernema sp. isolat lokal terhadap larva M. plana di laboratorium ... 19

Uji efektifitas nematoda Steinernema sp. isolat lokal terhadap larva M. plana di lapangan ... 19


(11)

Persentase Mortalitas (P) M. plana ... 20

Populasi Akhir Steinernema sp. ... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

Identifikasi Nemtoda Entomopathogen ... 21

Gejala Kematian T. molitor dan Larva M.plana ... 22

Mortalitas M. plana di laboratorium ... 24

Mortalitas M. plana di lapangan ... 26

Populasi akhir Steinernema sp. ... 27

KESIMPULAN ... 30

Kesimpulan ... 30

Saran ... 30


(12)

DAFTAR TABEL

No Tabel Hal

1. Mortalitas larva M. plana seteralah aplikasi Steinernema sp. pada

kerapatan 0, 90, 180 dan 270 ji ... 25 2. Persentase mortalitas M.plana di lapangan ... 27

3. Rataan penambahan populasi Steinernema sp. pada aplikasi pagi hari……...28


(13)

No Gambar Hal

1. (a) Ulat T. mollitor dimasukkan ke dalam tanah; (b) metode white

Trap ………18

2. Penelitian di laboratorium ... 19

3. Steinernema sp. yang bersumber dari tiga lokasi (a) Langkat, (b) Deli Serdang,

(c) Serdang Bedagai ………....……….. 21

4. Bagian anterior (a) dan ekor (b) Steinernema sp. sp. ………. 22

5. Larva M. plana yang terinfeksi Steinernema sp. (a) gejala awal serangan

ditandai larva berwarna coklat muda (b) gejala serangan lebih lanjut larva sedikit mengkerut dan berwarna coklat tua (c) larva mengekerut dan berwarna kehitaman ……….………. 23

6. Hubungan penambahan populasi Steinernema sp. dengan kerapatan


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Hal

1. Data Persentase mortalitas M.plana 1 HSA di laboratorium pada aplikasi

Steinernema sp. 0, 90, 180 dan 270 juvenil ... 34

2. Data Persentase mortalitas M.plana 2 HSA di laboratorium pada aplikasi

Steinernema sp. 0, 90, 180 dan 270 juvenil ... 36

3. Data Persentase mortalitas M.plana 3 HSA di laboratorium pada aplikasi

Steinernema sp. 0, 90, 180 dan 270 juvenil ... 38

4. Data populasi M. plana di lapangan 1 HSA pada aplikasi Steinernema sp.

pagi hari 0, 200, 400 dan 600 juvenil ... 40

5. Data populasi M. plana di lapangan 2 HSA pada aplikasi Steinernema sp.

pagi hari 0, 200, 400 dan 600 juvenil ... 42 .

6. Data populasi M. plana di lapangan 3 HSA pada aplikasi Steinernema sp.

pagi hari 0, 200, 400 dan 600 juvenil ... 44

7. Data populasi M. plana di lapangan 4 HSA pada aplikasi Steinernema sp.

pagi hari 0, 200, 400 dan 600 juvenil ... 46

8. Data populasi M. plana di lapangan 1 HSA pada aplikasi Steinernema sp.

sore hari 0, 200, 400 dan 600 juvenil ... 48

9. Data populasi M. plana di lapangan 2 HSA pada aplikasi Steinernema sp.

sore hari 0, 200, 400 dan 600 juveni ... 50

10.Data populasi M. plana di lapangan 3 HSA pada aplikasi Steinernema sp.

sore hari 0, 200, 400 dan 600 juveni ... 52

11.Data populasi M. plana di lapangan 4 HSA pada aplikasi Steinernema sp.

sore hari 0, 200, 400 dan 600 juveni ... 54

12.Data penambahan populasi Steinernema sp./ekor M.plana pada aplikasi

pagi hari ... 56

13.Data penambahan populasi Steinernema sp./ekor M.plana pada aplikasi

sore hari ... 57

14.Data suhu dan kelembaban STA. Sampali Medan………. 58


(15)

Guntoro, 2013. The Test of the effectiveness of local isolate

nematode Steinernema sp. for control bagworm (Metisa plana) (Lepidoptera:

Psychidae) in the Laboratory and in the Field. Under the supervision of

Maryani Cyccu Tobing and Lisnawita. The research in the laboratory was aimed

to identify nematode entomophatogen Steinernema sp. from Langkat District,

Deli Serdang and from Serdang Bedagai and to find the right dosage in control

M.plana larvae in the field. The research conducted in the laboratory used

factorial RAL (Complete random Design) with two factors and four repetitions. The first factor, juvenile infective (ji), consisted of 0, 90,180, and 270 ji and the

second factor, M.plana larvae, consisted of ten instar I, II, and III larvae. The

research conducted in the field used factorial RAK (Cluster Random Design) with two factors and four replications. The first factors consisted of 0, 200, 400, and

600 ji and the second factor, M.plana larvae, consisted of instar I, II, and III

larvae. The result of the research conducted in the laboratory showed that

Steinernema sp. genus was found in the three locations where the samples were

taken, and the result of the research conducted in the field showed that highest mortality rate (100%) was three days after the application with the density of

Steinernema sp. 600 ji.


(16)

ABSTRAK

Guntoro, 2013. Uji efektifitas nematoda Steinernema sp. isolat lokal

untuk mengendalikan ulat kantong (Metisa plana) (Lepidoptera: Psychidae)

di laboratorium dan lapangan di bawah bimbingan Maryani Cyccu Tobing

dan Lisnawita. Penelitian di laboratorium bertujuan untuk mengidentifikasi

nematoda entomopatogen Steinernema sp. dari Kabupaten Langkat, Deli

Serdang dan Serdang Bedagai dan mencari dosis yang tepat dalam

mengendalikan larva M. plana di lapangan. Penelitian di laboratorium

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor dan empat ulangan. Faktor pertama juvenil infektif (ji) yang terdiri dari 0, 90, 180 ,

270 ji dan faktor kedua larva M. plana (M) yang terdiri dari 10 larva intar I, II

dan III. Penelitian di lapangan menggunakan Rancangan Acak kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor dan empat ulangan. Faktor pertama terdiri dari 0,

200, 400, 600 ji dan faktor kedua larva M. plana (M) yang terdiri dari instar I, II

dan III. Hasil penelitian di laboratorium diperoleh dari ke-3 lokasi pengambilan

sampel adalah dari genus Steinernema sp. dan hasil penelitian di lapangan

diperoleh mortalitas tertinggi (100%) adalah 3 hari setelah aplikasi dengan

kerapatan Steinernema sp. 600 ji.

Kata kunci : Steinernema sp. Metisa plana, pengendalian hayati


(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengembangan agribisnis kelapa sawit merupakan salah satu langkah yang diperlukan sebagai kegiatan pembangunan subsektor perkebunan dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Perkebunan kelapa sawit saat ini telah berkembang tidak hanya yang diusahakan oleh perusahaan Negara, tetapi juga perkebunan swasta dan rakyat. Di Indonesia luas areal perkebunan kelapa sawit dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup pesat. Pada tahun 2006, Indonesia menggeser Malaysia dari tahta produsen minyak sawit terbesar dunia. Saat ini Indonesia memiliki 7,5 juta hektar perkebunan kelapa sawit dengan 40 persen diantaranya milik rakyat (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).

Budidaya kelapa sawit pada saat ini menghadapi berbagai kendala, salah satu diantaranya yaitu adanya gangguan hama dan penyakit. Beberapa jenis hama penting yang menyerang tanaman kelapa sawit misalnya hama babi, tikus, kumbang tanduk, maupun hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS) (Hakim, 2007).

Ulat pemakan daun kelapa sawit merupakan hama utama pada perkebunan kelapa sawit. Ada dua kelompok UPDKS yang penting yaitu ulat api dan ulat kantong. Beberapa jenis hama ulat api yang menyerang tanaman kelapa sawit sehingga dapat menurunkan produksi secara signifikan antara lain ulat api

Setathosea asigna, Darna trima, Setora nitens, ulat kantong Mahasena corbetti


(18)

Ulat kantong termasuk dalam famili Psychidae. Tujuh spesies yang pernah

ditemukan pada tanaman kelapa sawit adalah M. plana, M. corbetti,

Cremastopsyche pendula, Brachycyttarus griseus, Manatha albipes, Amatissa sp.

dan Cryptothelea cardiophaga Jenis ulat kantong yang paling merugikan di

perkebunan kelapa sawit adalah M. plana dan M. corbetti (Norman dkk, 1998).

Secara umum ulat kantong merupakan serangga perusak yang memakan daun tanaman, terutama tanaman kelapa sawit. Salah satu ciri khas dari ulat kantong yaitu hidup pada sarang yang berbentuk kantong yang terbuat dari potongan-potongan daun yang berada di daerah sekitar serangan (Purba dkk, 2005).

Kerusakan yang diakibatkan oleh hama M. plana yaitu adanya

lubang-lubang transparan berwarna putih kekuningan sampai kecoklatan. Apabila populasi larva tinggi maka menunjukkan gejala daun seperti terbakar (Prawirosukarto dkk, 2007).

Pengendalian yang digunakan selama ini adalah dengan menggunakan bahan kimia. Insektisida kimia selain mengganggu kelangsungan hidup musuh alami, bahan ini juga memberikan efek yang buruk terhadap kesehatan pekerja perkebunan dan lingkungan. Pengendalian hama secara kimiawi akan lebih berbahaya lagi jika pihak perkebunan menerapkan pengendalian ulat dengan metode pengasapan menggunakan sintetik piretroid pada populasi yang rendah. Hal ini dapat menyebabkan populasi hama semakin meningkat baik frekuensi maupun tingkat kerusakannya (Wood, 2008). Selain menyebabkan resistensi terhadap hama sasaran, penggunaan insektisida kimia yang non selektif secara


(19)

terus menerus dapat menyebabkan munculnya hama sekunder yang bukan sasaran sehingga pengendalian akan semakin rumit dan menyebabkan peningkatan biaya pengendalian (Lisanti dan Wood, 2009).

Pengendalian secara terpadu dengan menekankan pada pengendalian

hayati merupakan pilihan yang terbaik sesuai dengan konsep Roundtable on

Sustainable Palm Oil (RSPO). Konsep pengendalian ini berbasis ramah

lingkungan dan merupakan konservasi alam yang selama ini sedang gencar dicanangkan oleh dunia internasional (Lisanti dan Wood, 2009). Berbagai agensia hayati dapat digunakan untuk pengendalian hayati guna mendukung konsep RSPO,

salah satunya adalah nematoda patogen serangga Steinernema sp. Nematoda

Steinernema sp. mempunyai beberapa keunggulan sebagai agensia hayati

serangga hama dibandingkan dengan musuh alami lain. Keunggulan tersebut adalah daya bunuhnya sangat cepat, kisaran inangnya luas, aktif mencari inang sehingga efektif untuk mengendalikan serangga dalam jaringan, tidak menimbulkan resistensi, dan mudah diperbanyak.

Berbagai penelitian tentang pemanfaatan Steinernema sp. sebagai agens

hayati untuk mengendalikan serangga hama telah banyak dilakukan (Mahmoud dan Osman, 2007; Ebsa dkk, 2001; Head dkk, 2004). Namun pemanfaatannya untuk mengendalikan ulat kantong pada tanaman kelapa sawit masih terbatas. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang uji efektifitas

nematoda Steinernema sp. isolat lokal untuk mengendalikan larva M. plana di

laboratorium maupun di lapangan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan harapan untuk melengkapi komponen pengendalian hama ulat kantong secara terpadu pada budidaya kelapa sawit.


(20)

Perumusan Masalah

Budidaya tanaman kelapa sawit sering kali mengalami gangguan dari

serangan hama, seperti misalnya ulat kantong (M. plana). Basri dkk, (1993)

menyatakan akibat serangan ini kehilangan daun oleh hama ini dapat mencapai 46,6%. Semua umur tanaman rentan terhadap serangan ulat kantong khususnya pada tanaman yang berumur lebih dari 8 tahun.

Selama ini pengendalian M. plana dilakukan dengan menggunakan

bahan kimia. Secara teknis penggunaan insektisida kimiawi cukup sederhana, tetapi selain harganya mahal, insektisida kimia memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan sehingga perlu dicari alternatif pengendalian yang lain

seperti dengan menggunakan nematoda entomopatogen Steinernema sp.

Pada banyak literatur disebutkan bahwa nematoda Steinernema sp.

dapat menginfeksi serangga hama dari ordo Lepidoptera, Coleoptera, Orthoptera, Hemiptera, dan beberapa ordo lainnya sehingga menjadi salah satu kandidat yang potensial untuk dikembangkan sebagai bioinsektisida untuk mengendalikan hama ulat kantong.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi nematoda dari tiga lokasi yang berbeda

(Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Serdang Bedagai).

2. Untuk menguji efektifitas nematoda Steinernema sp. dari lokasi yang

terpilih.

3. Untuk mendapatkan dosis Steinernema sp. yang tepat untuk

mengendalikan larva M. plana.


(21)

4. Untuk membandingkan keefektifan Steinernema sp. pada aplikasi pagi dan sore hari.

Hipotesis

1. Diduga terdapat lebih dari satu nematoda dari tiga lokasi yang berbeda.

2. Diduga terdapat perbedaan efektifitas nematoda Steinernema yang

bersumber dari Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Serdang Bedagai

sebagai agens hayati M. plana.

3. Dosis Steinernema sp. yang berbeda memberikan perbedaan pada tingkat

mortalitas larva M. plana.

4. Diduga aplikasi sore lebih efektif dari pagi hari.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian akan berguna bagi dunia perkebunan khususnya kelapa

sawit dalam pengendalian M. plana secara hayati dengan menggunakan nematoda


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian Hayati

Di beberapa perkebunan kelapa sawit masalah UPDKS khususnya ulat

kantong M. plana diatasi dengan menggunakan bahan kimia sintetik yang mampu

menurunkan populasi hama secara cepat, sehingga dapat dihindarkan terjadinya kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia sintetik yang kurang bijaksana dapat menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan, dan justru dapat mengakibatkan permasalahan hama antara lain: meningkatnya resistensi hama terhadap insektisida kimia, terjadinya ledakan populasi serangga hama sekunder, meningkatnya risiko keracunan pada manusia dan hewan ternak, terkontaminasinya air tanah, menurunnya biodiversitas, dan bahaya-bahaya lain yang berkaitan dengan lingkungan (Untung, 1984). Timbulnya masalah-masalah tersebut menjadi stimulan yang meningkatkan kepedulian terhadap upaya pengendalian hama secara hayati maupun pengendalian hama secara terpadu (PHT).

Pertanian berkelanjutan pada abad 21 akan lebih mengedepankan upaya alternatif pengelolaan serangga hama yang ramah lingkungan dan meminimalkan kontak antara manusia dengan insektisida kimia. Patogen serangga (entomopatogen) yang berpeluang untuk mengisi kebutuhan akan alternatif pengendalian hama masih membutuhkan beberapa perbaikan. Perbaikan tersebut termasuk perbaikan potensi, produksi dan formulasi. Dibutuhkan pemahaman yang tepat terhadap kemampuannya berintegrasi dengan ekosistem, dan


(23)

kesesuaiannya dengan lingkungan dan komponen PHT lainnya, serta dapat diterima oleh petani atau pengguna (Nugrohorini dkk, 2009)

Pengendalian hayati dilihat dari aspek ekologi adalah suatu fase dari pengendalian alami. Definisi pengendalian hayati adalah perbuatan parasitoid, predator dan patogen dalam memelihara kepadatan populasi organisme pada tingkat rata-rata yang lebih rendah dari pada apabila perbuatan itu tidak ada. Pengendalian alami mencakup semua pengaturan populasi secara hayati tanpa campur tangan manusia. Sebaliknya jika pengendalian alami secara langsung dan sengaja digunakan untuk pengendalian organisme pengganggu atau jika pemahaman tentang organisme hidup digunakan sebagai dasar untuk strategi atau

taktik pengendalian, maka didefinisikan sebagai pengendalian hayati (biological

control). Jadi pengendalian hayati adalah manipulasi secara langsung dan sengaja

menggunakan musuh alami, pesaing organisme pengganggu, seluruhnya atau

sebagian , atau sumber daya yang diperlukan oleh agensia itu untuk pengendalian

organisme pengganggu atau dampak negatifnya (Tampubolon, 2004).

Organisme yang dapat berperan sebagai agens hayati tersebut dapat berupa jamur, bakteri, virus, nematoda, mikroplasma, protozoa atau jasad renik lainnya yang sering disebut entomopatogen, serta golongan hewan dan serangga yang bersifat predator. Chung dan Narendran (1996) melaporkan bahwa perlakuan

dengan 10 macam insektisida mikroba dengan bahan aktif Bacillus thuringiensis

terhadap ulat kantong M. plana yang dipelihara pada bibit kelapa sawit

mengakibatkan kematian ulat kantong tersebut dapat mencapai 63,86 sampai

100% pada delapan hari setelah aplikasi. Ramlahdkk. (1996) menemukan adanya


(24)

saja mati. Organisme tersebut keberadaannya di alam memegang peran yang sangat penting dan ikut menentukan keseimbangan alam, oleh karena itu sering disebut musuh alami (Prasetijono, 2007). Keberadaan musuh alami ini sering mengalami goncangan bahkan hampir menghilang. Hal ini sebagai konsekuensi logis dari perubahan bioekosistem. Khususnya agroekosistem akibat tindak kelola yang dijalankan manusia atau tata perubahan alami yang terjadi di lingkungan karena pengaruh biotik dan abiotik sehingga potensinya tidak optimal dan jauh tertinggal dari populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Hal ini menjadikan sering munculnya problem OPT dan bumerang bagi manusia itu sendiri.

Metisa plana (Lepidoptera: Psychidae)

Ciri khas ulat kantong adalah hidupnya di dalam sebuah bangunan mirip kantong yang berasal dari potongan-potongan daun, tangkai bunga tanaman inang,

di sekitar daerah serangan (Norman dkk, 1998). Ciri khas yang lain yakni betina

tidak mampu terbang. Jantan memiliki sayap dan akan mencari betina karena feromon yang dikeluarkan betina untuk menarik serangga jantan.

Siklus hidup ulat kantong identik dengan ulat kupu-kupu dan ngengat lainnya. Telur menetas dalam kantong menjadi ulat. Pada stadia ini ulat mampu mengeluarkan benang dan menyebar dibantu oleh angin dan hewan. Pengetahuan tentang siklus hidup secara utuh sangat berguna dalam manajemen pengendalian hama ulat kantong. Adanya informasi ini, maka rantai terlemah dari siklus hidupnya didapat, sehingga akan membantu dalam menentukan waktu tindakan pengendalian yang tepat. Informasi siklus hidup juga akan memberikan pemahaman yang baik dalam pengelolaan hama ini (Purba dkk, 2005)


(25)

Biologi M.plana

Telur

Telur ulat kantong berada di dalam kantong, berukuran kecil berbentuk bulat dan berwarna putih saat diletakkan dan akan berwarna kecoklatan pada saat akan menetas. Telur akan menetas dalam waktu 18 hari (Prawirosukarto dkk, 2007).

Larva

Larva berukuran lebih kecil dibandingkan dengan M. Corbetti. Pada akhir

perkembangannya dapat mencapai panjang sekitar 12 mm, dengan panjang

kantong 15-17 mm. Stadia larva M. plana terdiri atas 4-5 instar dan berlangsung

sekitar 50 hari. Larva yang baru menetas berwarna putih kecoklatan, akan keluar dari kantong dan bergantungan dengan bantuan air liurnya. Kadang-kadang larva

tetap berkelompok membuat masing-masing kantong. Larva M. plana memakan

epidermis daun sehingga pada serangan tinggi daun berwarna kecoklatan seperti terbakar dan akhirnya daun menjadi melidi (Prawirosukarto dkk, 2007).

Kepompong

Waktu berkepompong, kantong kelihatan halus permukaan luarnya. Berukuran panjang sekitar 15 mm dan menggantung seperti kait di permukaan bawah daun. Stadia kepompong berlangsung selama 25 hari (Susanto dkk, 2010)

Ngengat

Ngengat jantan memiliki rentang sayap 17-20 mm, berwarna coklat

kehitaman, antena panjang dan berbulu pada ujung. Ngengatbetina tidak memiliki

sayap dan dapat menghasilkan telur sebanyak 100-300 butir selama hidupnya. Siklus hidup berlangsung selama 100 hari (Borror dkk, 1982; Susanto dkk, 2010).


(26)

Gejala serangan

Gejala serangan ulat kantong ditandai dengan terlihatnya tajuk tanaman yang kering seperti terbakar. Basri dkk, (1993) menyatakan bahwa kehilangan daun akibat serangan ulat ini dapat mencapai 46,6%. Prawirosukarto dkk, (1997) menyatakan kehilangan daun mencapai 50% pada tanaman kelapa sawit yang berumur 1-2 tahun. Tanaman pada semua umur rentan terhadap serangan ulat kantong, tetapi lebih cenderung berbahaya terjadi pada tanaman dengan umur lebih dari 8 tahun. Keadaan ini mungkin ditimbulkan dari kemudahan penyebaran ulat kantong pada tanaman yang lebih tua karena antar pelepah daun saling bersinggungan. Tingkat populasi kritis 20-30 ulat/pelepah (Prawirosukarto dkk, 2007).

Nematoda Steinernema sp. (Rhapditidae: Steinernematidae)

Nematoda adalah hewan yang bergerak aktif, lentur dan berbentuk seperti pipa. Hidup pada permukaan yang lembab dan tidak memiliki sistem peredaran darah. Nematoda entomopatogen hidup sebagai parasit, khususnya bagi serangga hama. Ada dua famili nematoda sebagai entomopatogen (NEP) yaitu Steinernematidae dan Heterohabditidae. Nematoda di dalam suatu ekosistem dapat digolongkan menjadi nematoda entomopatogen, parasit dan predator. Patogen adalah mikroorganisme yang membuat luka atau membunuh inangnya. Beberapa patogen menyebabkan penyakit pada tanaman dan hewan. Nematoda ini membunuh serangga dengan bantuan yang diperoleh dari simbiotik mutualistik

dengan bakteri yang dibawa dalam saluran pencernaannya (Grewaldan Ruisheng,

2007).

Salah satu nematoda entomopatogen dari famili Steinernematidae adalah Steinernema. Nematoda Steinernema telah banyak digunakan sebagai agensia


(27)

hayati bahkan sudah diperdagangkan. Teknik pengendalian hama ini berpotensi mengurangi ketergantungan pada insektisida kimia, yaitu dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida. Selain mudah dikembangbiakkan dan memiliki kemampuan menginfeksi yang tinggi, nematoda ini juga mempunyai kisaran inang yang luas.

Menurut Poinar (1979), Steinernema sp. dapat menginfeksi lebih dari 250 spesies

serangga yang berasal dari 75 famili.

Steinernema sp. dapat menimbulkan penyakit (patogenik) pada serangga.

Patogenisitasnya terhadap serangga dibantu oleh interaksi mutualistik dengan bakteri simbion yang hidup dalam saluran pencernaannya (Smigielsky dan Akhurst, 2004). Hubungan mutualistik ini memberikan beberapa keuntungan bagi nematoda, antara lain membunuh inang dengan cepat serta menyediakan nutrisi dan lingkungan yang sesuai bagi perkembangan dan reproduksi nematoda (Subagiya, 2005).

Pada saat mendapatkan inang yang sesuai, NEP akan memasuki saluran pencernaan larva, kemudian melakukan penetrasi ke dalam hemosel inang. Menurut Prabowo dan Indrayani (2009), NEP dapat masuk ke dalam hemosel melalui spirakel atau dengan melakukan penetrasi langsung melalui kutikula larva. Pada saat masuk ke dalam hemosel, NEP melepaskan bakteri ke dalam hemolimfa. Selanjutnya NEP dan bakteri simbionnya secara cepat membunuh larva serangga.

Biologi Steinernema sp.

Nematoda Steinernema sp. mempunyai siklus hidup yang sederhana,

perkembangannya dari telur, juvenil dan dewasa. Nematoda berkembang dengan cepat menjadi dewasa dan menghasilkan telur. Juvenil instar pertama keluar dari telur dan akan menjadi juvenil infektif yang dapat menginfeksi inangnya. Stadia


(28)

juvenil terdiri dari tiga instar yaitu instar I, II dan III. Stadia infektif nematoda adalah pada instar III yang secara morfologis dan fisiologis dapat hidup untuk waktu yang lama sebelum mendapatkan inang (Poinar, 1979).

Ekologi Steinernema sp.

Lingkungan yang sesuai merupakan faktor utama bagi perkembangbiakan nematoda. Kemampuan nematoda untuk menyebar, mempertahankan diri, menemukan inang, dan bereproduksi dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan temperatur tanah (Gaugler, 2001).

Kelembaban merupakan syarat penting untuk bertahan hidup dalam habitat

mikro nematoda. Pada kelembaban relatif 26-27% pada suhu 220

Mekanisme menginfeksi inang

C, juvenil infektif hanya bertahan selama 3 jam. Kelembaban relatif yang optimum berkisar antara 70-80%, nematoda akan bertahan sampai 20 hari (Poinar, 1979).

Proses infeksi nematoda terhadap inang disebabkan adanya interaksi metabolistik antara nematoda patogen dengan bakteri. Bakteri ini terdapat dalam saluran pencernaan juvenile infektif (Salame dan Glazer, 2000).

Nematoda patogen serangga menginfeksi inangnya dengan cara memasuki lubang-lubang alami seperti spirakel, mulut dan anus serta penetrasi langsung

menembus kutikula. Infeksi nematoda Steinernema sp. sebagian besar melalui

serangga inangnya yakni melalui saluran pencernaan selanjutnya menuju homosel. Kemudian bakteri dilepaskan melalui anus yang menyebabkan keracunan dan kematian inang (Subagiya, 2005).

Nematoda diberi makan oleh bakteri dari jaringan inang dan berkembang dengan cepat hingga dewasa, kemudian nematoda memasuki masa reproduksi dan


(29)

menghasilkan telur. Semua nutrisi yang ada dalam tubuh inang akan menjadi

sumber makanannya (Grewal dan Ruisheng, 2007), selanjutnya nematoda akan

berkembang menjadi generasi kedua dan ketiga yang akan keluar lagi dari bangkai inang dan mencari inang yang baru (Tanada dan Kaya, 1993).

Secara umum gejala dan tanda inang yang terinfeksi oleh nematoda entomopatogen adalah serangga akan berhenti bergerak dan makan, pertama kali terjadi perubahan warna di ujung abdomen dari coklat muda hingga ke abu-abuan kemudian ke seluruh tubuh larva dan lama kelamaan akan menjadi hancur (Kaya, 1996)


(30)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Biologi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan Medan (ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut) dan kebun kelapa sawit Adolina Afdeling II PTPN 4. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai April 2012.

Bahan dan Alat

Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah

perkebunan kelapa sawit yang berasal dari Deli Serdang (03037’06,9”Lintang

Utara (LU) dan 098042’37,8” Bujur Timur (BT)), Langkat (03038’49,3” LU dan

098018’56,4” BT) dan Serdang Bedagai (03035’19,3” LU dan 0980

Alat yang digunakan adalah toples berukuran tinggi 25 cm berdiameter

15 cm, kertas label, mikroskop compound dan stereo, counter disk, hand counter,

cawan petri, gelas ukur, handsprayer, alat tulis, dan alat-alat lain yang mendukung

penelitian.

57’06,3”BT),

nematoda Steinernema sp, akuades, ulat hongkong (Tenebrio molitor) dan larva M.

plana.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di Laboratorium bertujuan untuk mengetahui dosis yang efektif untuk

mengendalikan larva M. plana dan dosis yang didapatkan di laboratorium


(31)

1. Di laboratorium

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yang diulang sebanyak 4 kali.

Faktor pertama : juvenil infektif (ji) nematoda (N) yang terdiri dari : N0

N

= kontrol

1

N

= 90 ji

2

N

= 180 ji

3

Faktor kedua : larva M. plana (M) yang terdiri dari:

= 270 ji

M1

M

= 10 larva instar I

2

M

= 10 larva instar II

3

Dari perlakuan uji efektifitas nematoda Steinernema sp. terhadap larva

M. plana di Laboratorium dianalisis dengan Anova dengan model linier sebagai

berikut:

= 10 larva instar III

Yijk= µ +Ai +Bj + (AB)ij+ Єijk

i=1,2,3,4 j=1,2,3

Yijk

taraf ke-i dan perlakuan instar M. plana ke-j.

: Nilai pengamatan pada ulangan ke-k, perlakuan nematoda pada

µ : Nilai tengah

Ai

B

: Pengaruh perlakuan nematoda pada taraf ke–i

j

(AB)

: Pengaruh perlakuan M. plana ke–j


(32)

Єijk

Apabila hasil sidik ragam menunjukkan hasil yang nyata di lanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 2007).

: Galat percobaan pada ulangan ke-k, perlakuan nematoda pada taraf

ke-i dan perlakuan instar M. plana ke-j.

2. Di lapangan

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yang diulang sebanyak empat kali.

Faktor pertama : juvenil infektif (ji) nematoda (N) yang terdiri dari : N0

N

= kontrol

1

N

= 200 ji

2

N

= 400 ji

3

Faktor kedua : instar larva M. plana (M) yang terdiri dari:

= 600 ji

M1

M

= larva instar I

2

M

= larva instar II

3

Model linier yang digunakan sebagai berikut : = larva instar III

Yijk= µ +Ai +Bj + (AB)ij +ρk+ Єijk

i=1,2,3,4 j=1,2,3

Yijk

taraf ke-i dan perlakuan instar M. plana ke-j.

: Nilai pengamatan pada ulangan ke-k, perlakuan nematoda pada

µ : Nilai tengah

Ai : Pengaruh perlakuan nematoda pada taraf ke–i


(33)

Bj

(AB)

: Pengaruh perlakuan M. plana ke–j

ij

perlakuan M. plana pada taraf ke-j

: Pengaruh interaksi perlakuan nematoda taraf ke-i dengan

ρk

Є

: Pengaruh blok ke-k

ijk

taraf ke-i dan perlakuan instar M. plana ke-j pada blok ke -k.

: Galat percobaan pada ulangan ke-k, perlakuan nematoda pada

Apabila hasil sidik ragam menunjukkan hasil yang nyata di lanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 2007).

Pelaksanaan penelitian

1. Pengambilan sampel tanah

Sampel tanah diambil dari tiga lokasi yang berbeda yaitu tanah areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Tanah diambil dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman lebih kurang 5-30 cm, selanjutnya contoh tanah dimasukkan ke dalam kantong-kantong plastik untuk dibawa ke laboratorium.

2. Memerangkap nematoda

Isolasi Steinernema dari setiap sampel tanah dilakukan dengan metode

baiting oleh Bedding (1981) yaitu larva serangga T. mollitor dimasukkan ke

dalam sampel tanah (Gambar 1a). Setelah larva mati kemudian dilakukan White

Trap untuk mendapatkan nematoda entomopatogen (Gambar 1b) dari larva T.

molitor yang telah mati. Untuk memastikan nematoda tidak ada lagi dalam tubuh

T. molitor, selanjutnya dilakukan pembelahan T. mollitor lalu dibersihkan dengan

akuades steril. Nematoda hasil White Trap selanjutnya diamati di bawah


(34)

(a) (b)

Gambar 1. (a) Ulat T. mollitor dimasukkan ke dalam tanah; (b) metode White

Trap

3. Identifikasi nematoda

Cairan yang mengandung nematoda di ambil dengan pipet tetes selanjutnya di teteskan ke objek glas cembung dan di tutup dengan dek glas. Identifikasi nematoda dilakukan di bawah mikroskop compound fotografi digital

dengan menggunakan buku Entomopathogenic Nematology (Gaugler 2001).

4. Perbanyakan nematoda

Perbanyakan nematoda dilakukan dengan mengambil sepasang

Steinernema sp. kemudian diinokulasikan ke T. molitor. Hal ini dilakukan

berulang-ulang hingga populasi nematoda telah cukup untuk digunakan sebagai inokulum.

5 . Uji lethal dosis

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui dosis yang tepat untuk

mematikan larva M. plana. Pengujian dilakukan dengan meletakkan 10 larva M.

plana instar 1,2 dan 3 pada masing-masing toples yang berisi daun kelapa sawit.

Selanjutnya larva tersebut diaplikasi nematoda berdasarkan masing-masing


(35)

perlakuan (0, 90, 180 dan 270 ji). Pengamatan dilakukan setiap hari sampai

mortalitas M. plana mencapai 100%.

6.Uji efektifitas nematoda Steinernema sp. isolat lokal terhadap larva

M.plana di laboratorium

Penelitian dilakukan dengan meletakkan larva M. plana instar 1, 2, dan 3

pada masing-masing toples sebanyak 10 ekor. Setiap larva pada masing-masing toples diinokulasikan dengan nematoda sesuai dengan perlakuan dengan empat ulangan (Gambar 2).

Gambar 2. Penelitian di Laboratorium

Persentase kematian larva dihitung setiap hari setelah aplikasi.

7. Uji efektifitas nematoda Steinernema sp. terhadap larva M. plana di

lapangan.

Penelitian lapangan dilaksanakan di PTP4 kebun Adolina. Aplikasi dilaksanakan pada pagi hari pukul 06.15 Waktu Indonesia bagian Barat (WIB) dan pada sore hari pukul 17.00 WIB. Sebelum aplikasi, dihitung terlebih dahulu jumlah larva pada masing-masing instar dan selanjutnya digunakan sebagai


(36)

dengan cairan yang mengandung nematoda sesuai perlakuan. Pengamatan dilaksanakan satu hari setelah aplikasi dan diamati setiap hari sampai seluruh larva mati.

Peubah Amatan

1. Identifikasi nematoda

Identifikasi nematoda dilakukan untuk mengetahui jenis nematoda entomopatogen dari setiap sampel tanah yang digunakan.

2. Persentase mortalitas (P)M. plana:

Persentase mortalitas diamati di laboratorium dan di lapangan dengan menggunakan rumus :

P= �

��100%

Keterangan : a = kematian larva akibat perlakuan b = Jumlah larva seluruhnya

(Wahyono dan Tarigan, 2007)

3. Populasi akhir Steinernema sp.

Populasi akhir Steinernema sp. yang terdapat dalam larva M. plana

dihitung sejak kematian awal sampai akhir larva M. plana .dengan menggunakan

metode White Trap


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Identifikasi Nematoda Entomopatogen

. Hasil identifikasi nematoda Steinernema dari tiga lokasi yang diamati

dapat dilihat pada Gambar 3 ( a, b dan c). Dari Gambar terlihat tidak terdapat perbedaan penampilan yang mencolok antara nematoda entomopatogen yang bersumber dari ketiga lokasi.

(a) (b) (c)

Gambar 3. Steinernema sp. yang bersumber dari tiga lokasi (a) Langkat, (b) Deli

Serdang, (c) Serdang Bedagai.

Berdasarkan karakter morofologi ketiga isolat dijumpai beberapa

ciri-ciri yang menunjukkan nematoda entomopatogen tersebut adalah Steinernema sp.

Mulut berbentuk silindris seperti tong atau rongga seperti kerucut yang bagian depannya terus terbuka. Nematoda berbentuk fusiform dan vernivorm, dengan mulut yang letaknya terminal dan berada pada lingkaran kepala dan nematoda ini tidak mempunyai stilet (Gambar 4.a).


(38)

(a) (b)

Gambar 4. Bagian anterior (a) dan ekor (b) Steinernema sp.

Posterior terdapat satu papilla tunggal, preanal dan ventral. Betina lebih besar dari jantan. Stoma berbentuk silinder panjang dan melebar. Vulva menonjol keluar. Spikula relatif besar dan lebar (Gambar 4.b).

Gejala kematian T. molitor dan larva M. plana

Hasil pengamatan menunjukkan terjadi perubahan warna kutikula pada T.

molitor. Kutikula dari warna kuning menjadi coklat caramel. Hal ini disebabkan

adanya reaksi bakteri simbion Xenorhabdus spp. (Grewal dan Ruisheng, 2007).

Hasil penelitian terhadap gejala kematian larva M. plana di laboratorium

diperoleh satu hari setelah aplikasi (HSA) nematoda Steinernema sp. Infeksi oleh

Steinernema sp. ditandai dengan terjadi perubahan perilaku larva M. plana.

Perubahan perilaku ini ditandai dengan M. plana menjadi hiperaktif kemudian

mengalami kematian. Simoes dan Rosa (1996) mengemukakan bahwa serangan

nematoda entomopatogen menyebabkan perubahan perilaku pada serangga inang. Sebelum serangga yang terserang nematoda entomopatogen mengalami kematian,


(39)

serangga akan bergerak hiperaktif selama lebih kurang tujuh menit, kemudian mengalami kematian.

(a) (b) (c)

Gambar 5. Larva M. plana yang terinfeksi Steinernema sp. (a) gejala awal

serangan ditandai larva berwarna coklat muda, (b) gejala serangan lebih lanjut larva sedikit mengkerut dan berwarna coklat tua, (c) larva mengkerut dan berwarna kehitaman

Selain perubahan perilaku, larva yang terinfeksi juga megalami perubahan warna pada tubuhnya. Awalnya larva berwarna coklat muda (Gambar 5a) kemudian berubah menjadi coklat tua dan dengan penampilan agak mengkerut (Gambar 5b). Selanjutnya larva mengkerut dan berwarna kehitaman (Gambar 5c). Gejala lain yang dapat dilihat pada larva yang terinfeksi adalah tubuh larva menjadi lunak namun tidak hancur. Hasil ini sama dengan yang yang dilaporkan oleh Simoes dan Rosa (1996) bahwa gejala serangan yang diakibatkan

Steinernema sp. ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada kutikula


(40)

karamel atau coklat tua, tubuh serangga menjadi lunak dan apabila dibedah jaringan tubuh menjadi cair tetapi tidak berbau busuk.

Penetrasi nematoda diawali dengan penemuan inang yang sesuai. Pada saat mendapatkan inang yang sesuai nematoda akan memasuki saluran pencernaan dari larva serangga kemudian melakukan penetrasi kedalam hemosel inang (Brown dkk, 2006). Nematoda juga dapat masuk melalui lubang-lubang alami seperti spirakel, mulut, anus dan kutikula (Shapiro dan Lewis, 1999). Nematoda juga dapat masuk ke dalam hemosel dengan melakukan penetrasi langsung melalui kutikula larva serangga. Tanada dan Kaya (1993) mengemukakan pada saat nematoda masuk ke dalam hemosel, nematoda melepaskan bakteri ke dalam hemolimfa. Secara bersama-sama nematoda dan bakteri simbionnya secara cepat membunuh larva serangga (Gaugler, 2001; Poinar, 1983). Selanjutnya Boemare dkk. (1996) mengemukakan bahwa bakteri simbion pada nematoda menghasilkan enzim dan toksin yang menyebabkan kematian pada serangga.

2. Mortalitas M. plana di laboratorium

Perlakuan aplikasi Steinernema sp. di laboratorium bertujuan untuk

mendapatkan kerapatan nematoda yang mampu mematikan larva M. plana 100%

dalam waktu 2 hari setelah aplikasi (HSA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

mortalitas larva M. plana yang mencapai 100% dalam waktu 2 hari dijumpai pada

kerapatan nematoda 180 dan 270 ji. Data pengamatan mortalitas M. plana dan

hasil analisis ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 1-3. Hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi nematoda Steinernema berpengaruh nyata

terhadap mortalitas larva M. plana pada semua pengamatan. Data pengamatan


(41)

mortalitas larva M. plana setelah aplikasi Steinernema sp. dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Mortalitas larva M. plana setelah aplikasi Steinernema sp. pada kerapatan

0, 90, 180 dan 270 ji.

Perlakuan

% tase mortalitas (HSA)

1 2 3

…….%...

N0M1 (0 ji instar 1) 0,0 (0,71) d 0,0 (0,71) d 0,0 (0,71) d

N0M2 (0 ji instar 2) 0,0 (0,71)d 0,0 (0,71)d 0,0 (0,71)d

N0M3 (0 ji instar 3) 0,0 (0,71)d 0,0 (0,71)d 0,0 (0,71)d

N1M1 (90 ji instar 1) 67,5 (8,23)b 92.5 (9,62)a 100 (10,02)a

N1M2 (90 ji instar 2) 62,5 (7,92)bc 92.5 (9,62)a 100 (10,02)a

N1M3 (90 ji instar 3) 60,0 (7,77)c 90,0 (9,46)a 100 (10,02)a

N2M1 (180 ji instar 1) 100 (10,02)a 100 (10,02)a 100 (10,02)a N2M2 (180 ji instar 2) 100 (10,02)a 100 (10,02)a 100 (10,02)a N2M3 (180 ji instar 3) 100 (10,02)a 100 (10,02)a 100 (10,02)a N3M1 (270 ji instar 1) 100 (10,02)a 100 (10,02)a 100 (10,02)a N3M2 (270 ji instar 2) 100 (10,02)a 100 (10,02)a 100 (10,02)a N3M3 (270 ji instar 3) 100 (10,02)a 100 (10,02)a 100 (10,02)a Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang

sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata terkecil (BNT)

pada α=5%. Angka yang di dalam kurung adalah hasil transformasi x + 0,5

Tabel 1 menggunakan data transformasi karena data mempunyai angka antara 0 dan 100%. Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara

perlakuan kontrol, 90 ji dan dengan yang diaplikasikan Steinernema pada

perlakuan 180 dan 270 ji. Pada pengamatan 1 HSA terlihat perbedaan antara perlakuan 90 ji dengan perlakuan 180 ji dan 270 ji. Pada perlakuan 90 ji mortalitas larva yang tertinggi baru mencapai 67,5% sedangkan pada perlakuan 180 ji dan 270 ji telah mencapai 100%. Pada pengamatan 2 HSA juga masih terlihat perbedaan antara perlakuan 90 ji dengan perlakuan 180 ji dan 270 ji walaupun perbedaan tersebut tidak nyata secara statistik. Pada perlakuan 90 ji mortalitas


(42)

larva yang tertinggi baru mencapai 92,5% sedangkan pada perlakuan 180 ji dan 270 ji telah mencapai 100%. Pada pengamatan 3 HSA persentase mortalitas telah mencapai 100% pada semua perlakuan aplikasi nematoda sedangkan perlakuan kontrol masih belum menunjukkan adanya kematian. Hasil ini menunjukkan bahwa kematian larva akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya

kerapatan dari nematoda Steinernema sp sehingga nematoda secara cepat

membunuh larva tersebut. Kematian 100% dalam 2 hari dijumpai pada kerapatan mulai dari 180 ji, hasil inilah yang dijadikan dasar dalam menentukan kerapatan yang dipakai untuk aplikasi di lapangan.

3. Mortalitas M. plana di lapangan

Data pengamatan jumlah M. plana sebelum dan sesudah aplikasi dapat

dilihat pada Lampiran 4-11. Hasil analisis ragam data pengamatan di lapangan diperolah bahwa perlakuan aplikasi nematoda menunjukkan perbedaan yang nyata pada setiap pengamatan baik aplikasi pagi maupun sore. Sedangkan perlakuan perbedaan instar tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Data jumlah mortalias

M. plana 1 HSA sampai 4 HSA dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 menunjukkan bahwa hanya terdapat perbedaan yang diaplikasikan nematoda (200, 400, dan 600 ji) dengan kontrol. Sedangkan perlakuan 200, 400 dan 600 ji menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah kematian 100% baru dijumpai pada pengamatan 3 HSA, yaitu pada semua

perlakuan 600 ji. Pada pengamatan 4 HSA semua larva M. plana yang

diaplikasikan Steinernema sp. telah mengalami mortalitas 100% baik pada

aplikasi sore maupun pada pagi hari.


(43)

Tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum mortalitas pada aplikasi sore lebih tinggi dari pagi, tetapi hal tersebut tidak berbeda nyata secara statistik. Hal ini disebabkan karena pada saat aplikasi kondisi suhu pada pagi dan sore hari

relatif sama yaitu 26-270C (Lampiran 14). Sesuai dengan yang dinyatakan oleh

Poinar dan Thomas (1985), bahwa dibutuhkan suhu 15-280

Tabel 2. Persentase mortalitas M. plana di lapangan.

C dan kelembaban 70-80% untuk perkembangan nematoda.

Perlakuan % Mortalitas aplikasi pagi % Mortalitas aplikasi sore

1 HSA 2 HSA 3 HSA 4 HSA 1 HSA 2 HSA 3 HSA 4 HSA

N0M1 0,00f 0,00e 0,00c 0,00b 0,00g 0,00e 0,00c 0,00b

N0M2 0,00f 0,00e 0,00c 0,00b 0,00g 0,00e 0,00c 0,00b

N0M3 0,00f 0,00e 0,00c 0,00b 0,00g 0,00e 0,00a 0,00b

N1M1 51,50ab 64,75bc 84,00b 100,00a 46,25ab 69,75bc 84,00b 100,00a

N1M2 54,50a 65,75bc 77,75b 100,00a 48,25ab 66,50cd 85,25b 100,00a

N1M3 60,00a 67,75bc 80,25b 100,00a 52,25a 66,50cd 81,00b 100,00a

N2M1 36,75cd 67,75bc 95,50a 100,00a 34,25cd 71,75bc 94,25a 100,00a

N2M2 43,50bc 61,00cd 98,25a 100,00a 40,75bc 61,75d 98,25a 100,00a

N2M3 51,25ab 60,50d 93,50a 100,00a 47,50ab 62,25d 92,75a 100,00a

N3M1 23,00e 77,00a 100,00a 100,00a 19,75f 80,25a 100,0a 100,00a

N3M2 30,25de 69,75b 100,00a 100,00a 26,00ef 74,00ab 100,0a 100,00a

N3M3 34,75cd 68,50bc 100,00a 100,00a 28,50de 71,50bc 100,0a 100,00a

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata terkecil (BNT)

pada α=5%.

Populasi akhir Steinernema sp.

Data penambahan populasi Steinernema sp. pada setiap ekor M. plana dan

sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 12 dan 13. Hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi nematoda Steinernema sp. menunjukkan


(44)

terhadap meningkatnya populasi Steinernena sp. baik pada aplikasi pagi maupun

pada sore hari. Rataan meningkatnya populasi Steinernema sp. pada aplikasi pagi

maupun sore dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.

Tabel 3. Rataan penambahan populasi Steinernema sp. pada aplikasi pagi hari.

Perlakuan

Aplikasi pagi

M. plana

(ekor)

Populasi Steinernema sp.

Penambahan/ekor

Awal Akhir

N0M1 28 0 0 0,0g

N0M2 18 0 0 0,0g

N0M3 19 0 0 0,0g

N1M1 26 200 480 10,75f

N1M2 26 200 495 11,25ef

N1M3 27 200 535 12,00e

N2M1 27 400 748 13,25d

N2M2 25 400 808 16,50bc

N2M3 24 400 810 17,00b

N3M1 24 600 978 15,75c

N3M2 28 600 1110 18,50a

N3M3 30 600 1138 18,50a

Ket: *:angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang

sama tidak berbeda nyata menurut uji beda terkeci (BNT) pada α=5%.

Tabel 4. Rataan penambahan populasi Steinernema sp. pada aplikasi sore hari

Perlakuan

Aplikasi sore

M. plana

(ekor)

Populasi Steinernema sp.

Penambahan/ekor

Awal Akhir

N0M1 28 0 0 0,0g

N0M2 18 0 0 0,0g

N0M3 19 0 0 0,0g

N1M1 25 200 513 12,75e

N1M2 27 200 523 12,00e

N1M3 29 200 590 13.75de

N2M1 26 400 775 14,25cd

N2M2 27 400 863 17,25ab

N2M3 25 400 820 17,50ab

N3M1 27 600 1023 16,25bc

N3M2 26 600 1125 17,50ab

N3M3 28 600 1140 19,50a

Ket: *:angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda nyata terkecil (BNT) pada

α=5%.


(45)

Hubungan penambahan populasi Steinernema sp. dengan kerapatan

Steinernema sp. dapat dilihat pada Gambar 6.

Kerapatan populasi Steinernema sp.

Gambar 6. Hubungan penambahan populasi Steinernema sp. dengan

kerapatan Steinernema sp.

Gambar 6 menunjukkan bahwa aplikasi pada sore hari, penambahan

populasi Steinernema sp. lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi pada pagi

hari walau hal tersebut tidak berbeda nyata secara statitik. Hal ini disebabkan pada saat aplikasi kelembaban pada sore hari mengalami peningkatan pada saat menjelang malam sampai pagi hari. Poinar (1979) menyebutkan bahwa kelembaban merupakan syarat utama agar nematoda dapat bertahan hidup. Pada kelembaban relatif yang optimum berkisar antara 70-80%, nematoda akan

bertahan sampai 20 hari. Nutrien yang ada dalam tubuh M. plana akan menjadi

sumber makanan nematoda.

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00

0 200 400 600

P ena m ba ha n P opul as i S tei n er n em a sp. /e kor M .pl ana

y = 0.014 + 8.929 r = 0.96 y = 0.014x + 10.02

r = 0.98

Pagi Sore


(46)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Hasil identifikasi nematoda entomopatogen dari lokasi Langkat, Deli

Serdang dan Serdang Bedagai diperoleh genus Steinernema.

2. Hasil uji laboratorium didapat pada dosis 180 ji Steinernema sp. sudah

mampu mematikan larva M. plana 100% pada 2 HSA.

3. Hasil uji lapangan, Steinernema sp. dapat mematikan larva M. plana

hingga 100% pada 3 HSA yaitu pada perlakuan 600 ji.

4. Aplikasi Steinernema sp. untuk mengendalikan M. plana di lapangan

dapat dilakukan pada pagi atau sore hari.

Saran

Untuk mengendalikan M. plana di lapangan dapat digunakan Steinernema


(47)

Basri, M.W, Norman K., Hamdan A.B., dan Zulkifli M. 1993. Natural enemies of the bahworm Metisa Plana walker (Lepidoptera: Phsycidae) and their impact on host population regulation. PORIM Malaysia.

Bedding, R.A., 1981. Nematodes and the Biological Control of Insect Pest. Australia : CSIRO

Boemare. N.E., Lanmond dan H. Mauleon. 1996. The Ondopathogenic nematodes Bacterium Complex, Biology, Life Cycle and Vertebrate Safety. Biocontrol Science and technologi.

Brown. S.E., A.T. Cao, P.Dopson, E.R. Hines, R.J. Akhurst dan P.D. East. 2006.

A Ubiquitous From Xenorhabdus and Photorhabdus Bacteria. Environ.

Microbial.

Chung, G.F. dan R. Narendran. 1996. Insectiside screening for bagworm control. PORIM International Palm Oil Congress Proc.

Direktorat Jendral Perkebunan, 2009. Sawit Indonesia Untuk Dunia. Diunduh

di

Ebsa, I.,C. Borgemeister, O.Berndt, and H.M. Poehling. 2001. Efficacy of entomopathogenic nematodes against soil-dwelling life stages og western

flower thrips, Frankliniella occidentalis (Thysanoptera: Thripidae). Journal

Invertebrata Pathology. 78: 119-127.

Gaugler. R., 2001. Entomopathogenic Nematology. Department of Entomology Rutgers University New Brunswick, New Jersey. USA. 2 – 20.

Gomez, K.A., dan Gomez, A.A. 2007. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi kedua. Universitas Indonesia Press.

Grewal. P.S and Ruisheng An. 2007. Differences in the virulence of

Heterorhabditis bacteriophora and Steinernema scarabaei to three white

grub species: The relative contribution of the nematodes and their symbiotic bacteria. Department of Entomology, The Ohio State University, 1680 Madison Avenue, Wooster, OH 44691, USA.

DiunduhJuly 2007).

Hakim, M., 2007. Buku Pegangan Agronomis dan Pengusaha Kelapa Sawit. Lembaga Pupuk Indonesia. Jakarta.

Head, J., A. Lauwrence, and K. Walters. 2004. Efficacy of the entomopathogenic

nematode, Steinernema feltie, against Bemisia tabaci in relation to plant


(48)

Kaya. H. K., 1996. Contemporary Issues in Biological Control with Entomophatogenic Nematodes. Department of Nematology. Univ. of California.

Lisanti dan B.J. Wood. 2009. Observasi pengaruh metoda pengendalian selektif dan non selektif pada hama ulat api Setothosea asigna (Lepidoptera: Limacodidae) di Perkebunan kelapa sawit PT Lonsum. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

Mahmoud, M.F. and Osman, M.A.M, 2007. Use of the nematode Steinernema

feltie Cross N 33 as a biological control agent against the Peach Fruit Fly

Bactrocera zonata. Tunism Journal of Plant Protection. 2: 109-115.

Norman, K., Basri, M W and Zulkefli M. (1998). Handbook of Common Parasitoid and Predator Associated with Bagworm and Nettle Caterpillars in oil Palm Plantations. PORIM, Bangi. 29 pp.

Nugrohorini, Wagiyana, dan Mindari, W., 2009. Pengembangan dan pemanfaatan agens hayati (Nematoda Entomopatogen) pada budidaya sayuran di Jawa Timur.

Poinar, G.O. 1979. Nematoda for Biological Control for Insect. CRC Press. Boca Raton, Florida. pp. 129-134

__________ 1983. The natural history of nematodes. Prentice Hall, Englewood Cliffs. 323. Pp

Poinar, G. O. dan G. M. Thomas, 1985. Laboratory Guide to Insect Pathogens and Parasites. College of natural Resources University of California. Plenum Press New York and London. Hal 235-257

Prabowo Heri dan IG.A.A. Indrayani, 2009. Potensi Nematoda Pathogen Serangga Steinernema spp Dalam Pengendalian Hama Utama Tanaman kapas. Balai penelitian tanaman Tembakau dan Serat. Jalan Raya Karangploso km. 4, Malang.

Prasetijono. H. 2007. Optimalisasi Potensi Agens Hayati Dalam Upaya Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan . BBP2TP Surabaya.

Prawirosukarto, S. A. Djamin dan Dj. Pardede., 1997. Pengendalian Ulat Pemakan Daun Kelapa sawit. Pertemuan Teknis kelapa sawit.

Purba R.Y, Susanto A, dan Prawirosukarto S., 2005. Hama-hama tanaman kelapa sawit. Pusat Penelitian Kelapa sawit (PPKS).

Ramlah, A.S., M.W. Basri dan M. Ramlee. 1996. Isolation and amplification baculovirus as biocontrol agent for bagworms and nettle caterpillars of oil palm.


(49)

Salame, L. dan Glazer, I., 2000. Osmotik Survival of The Entomopathogenic

Nematode Steinernema. Department of Nematologi. Volcani Center, Israel.

P. 251-257.

Shapiro, D. I. and Lewis, E. E. 1999. Comparison of entomopathogenic nematodes infectivity from infected hosts versus aqueous suspension. Environ. Entomol. 28: 907-911.

Simoes. N., dan Rosa. 1996. Pathogenecity of the Complex Steinernema

carpacapsae, Xenorhabdusnemathophilus: Molecular Aspect Related with

Virulence. Bio. Sci. Technol. 6:73

Smigielsky, A. J. and R. J. Akhurst. 2004. Megaplasmid in Xenorhabdus and

Photorhabdus spp. Bacterial symbionts of entomophatogenic nematodes.

J. invert. Pathol. 64: 214-220

Subagiya, 2005. Pengendalian Hayati dengan Nematoda Entomogenus

Steinernema carpocapsae (All) Strain Lokal terhadap Hama Crocidolomia

binotalis Zell. di Tawangmangu, Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian,

UNS- Surakarta.

Susanto. A., Purba. R.Y., dan Prasetyo. A.E. 2010. Hama dan Penyakit Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Tampubolon. M.P. 2004. Prospek Pengendalian Penyakit Parasitik dengan Agen Hayati. Bagian Parasitologi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

Tanada, Y. dan H.K. Kaya, 1993. Entomopathogeneous nematodes for insect control in IPM system. Academic Press. New York.

Untung, K. 1984. Pengantar analisis ekonomi pengendalian hama terpadu. Andi offset, Yogyakarta, 92 p.

Wahyono, T.E., dan N. Tarigan, 2007. Uji Patogenitas Beauveria bassiana dan

Metharizium anisopliae Terhadap Ulat Serendang (Xystrocera festivae).

Available at http;//www.putaka-deptan.go.id. Diakses 11 Maret 2008.

Wood, B.J. 2008. Report on Visit by Crop Protection Advisor to Bah Lias Research Station, Sumatra, Indonesia, October 2008.


(50)

Lampiran 1. Data persentase mortalitas M.plana 1 HSA di laboratorium pada aplikasi

Steinernema sp.

0, 90, 180 dan 270 ji.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

N0M1 0 0 0 0 0 0

N0M2 0 0 0 0 0 0

N0M3 0 0 0 0 0 0

N1M1 60 60 80 70 270 67.5

N1M2 50 60 70 70 250 62.5

N1M3 50 60 70 60 240 60

N2M1 100 100 100 100 400 100

N2M2 100 100 100 100 400 100

N2M3 100 100 100 100 400 100

N3M1 100 100 100 100 400 100

M3M2 100 100 100 100 400 100

N3M3 100 100 100 100 400 100

Total 760 780 820 800 3160 790

Rataan 63.33 65.00 68.33 66.67 65.83

Data persentase mortalitas M.plana 1 HSA di laboratorium pada aplikasi Steinernema sp. 0, 90, 180

dan 270 ji. setelah transformasi X+0.5 Perlakuan

1/2

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

N0M1 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 0.71

N0M2 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 0.71

N0M3 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 0.71

N1M1 7.78 7.78 8.97 8.40 32.93 8.23

N1M2 7.11 7.78 8.40 8.40 31.69 7.92

N1M3 7.11 7.78 8.40 7.78 31.07 7.77

N2M1 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N2M2 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N2M3 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N3M1 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N3M2 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N3M3 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

Total 84.25 85.59 88.02 86.83 344.69

Rataan 7.02 7.13 7.34 7.24 7.18


(51)

Tabel dwikasta

Perlakuan M1 M2 M3 Total Rataan

N0 2.84 2.84 2.84 8.52 2.84

N1 32.93 31.69 31.07 95.69 31.90

N2 40.08 40.08 40.08 120.24 40.08

N3 40.08 40.08 40.08 120.24 40.08

Total 115.93 114.69 114.07 344.69 114.90

Rataan 28.98 28.67 28.52

Daftar sidik ragam

SK DB JK KT Fhit. Ket. 5% 0.01

JK BLOK 3 0.66 0.22 3.15 tn 2.89 4.44

JKM 2 0.11 0.06 1.00 tn 3.29 5.32

JKN 3 703.47 234.49 3373.41 * 2.89 4.44

JKNxM 6 0.34 0.06 0.81 tn 2.39 3.40

JK sisa 33 2.29 0.07

JK Total 47 706.87

Keterangan : FK = 2475.23 KK = 3.67% *= nyata tn = tidak nyata


(52)

Lampiran 2. Data persentase mortalitas M.plana 2 HSA di laboratorium pada aplikasi

Steinernema sp.

0, 90, 180 dan 270 ji.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

N0M1 0 0 0 0 0 0

N0M2 0 0 0 0 0 0

N0M3 0 0 0 0 0 0

N1M1 100 70 100 100 370 92.5

N1M2 70 100 100 100 370 92.5

N1M3 60 100 100 100 360 90

N2M1 100 100 100 100 400 100

N2M2 100 100 100 100 400 100

N2M3 100 100 100 100 400 100

N3M1 100 100 100 100 400 100

M3M2 100 100 100 100 400 100

N3M3 100 100 100 100 400 100

Total 830 870 900 900 3500

Rataan 69.16667 72.5 75 75 875

Data persentase mortalitas M.plana 2 HSA di laboratorium pada aplikasi Steinernema sp. 0, 90, 180

dan 270 ji. setelah transformasi X+0.5

Perlakuan

1/2

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

N0M1 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 0.71

N0M2 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 0.71

N0M3 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 0.71

N1M1 10.02 10.02 8.40 10.02 38.46 9.62

N1M2 8.40 10.02 10.02 10.02 38.46 9.62

N1M3 7.78 10.02 10.02 10.02 37.84 9.46

N2M1 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02 N2M2 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02 N2M3 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02 N3M1 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02 N3M2 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02 N3M3 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

Total 88.45 92.31 90.69 92.31 363.76

Rataan 7.37 7.69 7.56 7.69 7.58


(53)

Tabel dwikasta

Perlakuan M1 M2 M3 Total Rataan

N0 2.84 2.84 2.84 8.52 2.84

N1 38.46 38.46 37.84 114.76 38.25 N2 40.08 40.08 40.08 120.24 40.08 N3 40.08 40.08 40.08 120.24 40.08 Total 121.46 121.46 120.84 363.76 121.25

Rataan 30.37 30.37 30.21

Daftar sidik ragam

SK DB JK KT Fhit. Ket 5% 0.01

JK BLOK 3 0.83 0.28 1.34 tn 2.89 4.44

JKM 2 0.02 0.01 1.00 tn 3.29 5.32

JKN 3 756.45 252.15 1212.07 * 2.89 4.44

JKNxM 6 0.05 0.01 0.04 tn 2.39 3.40

JK SISA 33 6.87 0.21

JK TOTAL 47 764.22

Keterangan : FK = 2756.69 KK = 6.02 % *= nyata tn = tidak nyata


(54)

Lampiran 3. Data persentase mortalitas M.plana 3 HSA di laboratorium pada aplikasi

Steinernema sp.

0, 90, 180 dan 270 ji.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

N0M1 0 0 0 0 0 0

N0M2 0 0 0 0 0 0

N0M3 0 0 0 0 0 0

N1M1 100 100 100 100 400 100

N1M2 100 100 100 100 400 100

N1M3 100 100 100 100 400 100

N2M1 100 100 100 100 400 100

N2M2 100 100 100 100 400 100

N2M3 100 100 100 100 400 100

N3M1 100 100 100 100 400 100

M3M2 100 100 100 100 400 100

N3M3 100 100 100 100 400 100

Total 900 900 900 900 3600 900

Rataan 75 75 75 75 300

Data persentase mortalitas M.plana 3 HSA di laboratorium pada aplikasi Steinernema sp. 0, 90, 180

dan 270 ji. setelah transformasi X+0.5 Perlakuan

1/2

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

N0M1 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 0.71

N0M2 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 0.71

N0M3 0.71 0.71 0.71 0.71 2.84 0.71

N1M1 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N1M2 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N1M3 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N2M1 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N2M2 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N2M3 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N3M1 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N3M2 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

N3M3 10.02 10.02 10.02 10.02 40.08 10.02

Total 92.31 92.31 92.31 92.31 369.24

Rataan 7.69 7.69 7.69 7.69 7.69


(55)

Tabel dwikasta

Perlakuan M1 M2 M3 Total Rataan

N0 2.84 2.84 2.84 8.52 2.84

N1 40.08 40.08 40.08 120.24 40.08

N2 40.08 40.08 40.08 120.24 40.08

N3 40.08 40.08 40.08 120.24 40.08

Total 123.08 123.08 123.08 369.24 123.08

Rataan 30.77 30.77 30.77

DAFTAR SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F hit. Ket F tabel

5% 0.01

JK BLOK 3 0.001 0.001 1.00 tn 2.89 4.44

JKM 2 0.001 0.001 1.00 tn 3.29 5.32

JKN 3 780.08 260.03 260028.30 ** 2.89 4.44

JKNxM 6 0.001 0.001 1.00 tn 2.39 3.40

JK SISA 33 0.001 0.001

JK TOTAL 47 780.09

Keterangan : FK = 2840.38 KK = 0.41% tn = tidak nyata **= sangat nyata


(56)

Lampiran 4. Data populasi M.plana di lapangan 1 HSA pada aplikasi Steinernema sp. pagi hari 0, 200,

400, 600 ji

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

N0M1 30 16 30 35 111.00 27.75

N0M2 15 10 25 20 70.00 17.50

N0M3 15 14 20 29 78.00 19.50

N1M1 10 14 12 13 49.00 12.25

N1M2 12 9 14 12 47.00 11.75

N1M3 14 9 16 9 48.00 12.00

N2M1 14 15 22 17 68.00 17.00

N2M2 13 10 20 15 58.00 14.50

N2M3 12 11 16 11 50.00 12.50

N3M1 21 17 19 17 74.00 18.50

N3M2 17 22 21 17 77.00 19.25

N3M3 25 18 24 13 80.00 20.00

Total 198.00 165.00 239.00 208.00 810.00

Rataan 16.50 13.75 19.92 17.33 16.88

Tabel dwikasta

Perlakuan M1 M2 M3 Total Rataan

N0 111.00 70.00 78.00 259.00 86.33

N1 49.00 47.00 48.00 144.00 48.00

N2 68.00 58.00 50.00 176.00 58.67

N3 74.00 77.00 80.00 231.00 77.00

Total 302.00 252.00 256.00 810.00 270.00

Rataan 75.50 63.00 64.00


(57)

DAFTAR SIDIK RAGAM

SK DB JK KT Fhit Ket 5% 0.01

JK BLOK 3 232.42 77.47 4.85 * 2.89 4.44

JKM 2 96.50 48.25 1.56 tn 3.29 5.32

JKN 3 677.42 225.81 14.12 * 2.89 4.44

JKNxM 6 185.33 30.89 1.93 tn 2.39 3.40

JK SISA 33 527.58 15.99

JK TOTAL 47 1719.25

Keterangan : FK = 13668.75 KK = 23.69% tn = tidak nyata *= nyata


(58)

Lampiran 5. Data populasi M.plana di lapangan 2 HSA pada aplikasi Steinernema sp. pagi hari 0, 200,

400, 600 ji

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

N0M1 30 16 30 35 111.00 27.75

N0M2 15 10 25 20 70.00 17.50

N0M3 20 14 20 29 83.00 20.75

N1M1 8 10 7 11 36.00 9.00

N1M2 10 7 8 11 36.00 9.00

N1M3 13 8 8 9 38.00 9.50

N2M1 9 12 8 6 35.00 8.75

N2M2 10 9 10 10 39.00 9.75

N2M3 12 12 7 9 40.00 10.00

N3M1 9 5 6 3 23.00 5.75

N3M2 8 8 9 8 33.00 8.25

N3M3 13 8 11 7 39.00 9.75

Total 157.00 119.00 149.00 158.00 583.00

Rataan 13.08 9.92 12.42 13.17 12.15

Tabel dwikasta

Perlakuan M1 M2 M3 Total Rataan

N0 111.00 70.00 83.00 264.00 88.00

N1 36.00 36.00 38.00 110.00 36.67

N2 35.00 39.00 39.00 113.00 37.67

N3 23.00 33.00 39.00 95.00 31.67

Total 205.00 178.00 199.00 582.00 194.00

Rataan 51.25 44.50 49.75


(59)

DAFTAR SIDIK RAGAM

SK DB JK KT Fhit Ket Ftabel

5% 0.01

JK BLOK 3 83.56 27.85 1.86 tn 2.89 4.44

JKM 2 0.85 0.43 0.01 tn 3.29 5.32

JKN 3 1551.48 517.16 34.59 ** 2.89 4.44

JKNxM 6 254.65 42.44 2.84 tn 2.39 3.40

JK SISA 33 493.44 14.95

JK TOTAL 47 2383.98

Keterangan : FK = 7081.02 KK = 31.84% ** = sangat nyata *= nyata


(60)

Lampiran 6. . Data populasi M.plana di lapangan 3 HSA pada aplikasi Steinernema sp. pagi hari 0, 200,

400, 600 ji

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

N0M1 30 16 30 35 111.00 27.75

N0M2 15 10 25 20 70.00 17.50

N0M3 20 14 20 29 83.00 20.75

N1M1 5 5 1 6 17.00 4.25

N1M2 10 5 2 7 24.00 6.00

N1M3 8 6 2 7 23.00 5.75

N2M1 5 0 0 0 5.00 1.25

N2M2 2 0 0 0 2.00 0.50

N2M3 3 0 4 0 7.00 1.75

N3M1 0 0 0 0 0.00 0.00

N3M2 0 0 0 0 0.00 0.00

N3M3 0 0 0 0 0.00 0.00

Total 98.00 56.00 84.00 104.00 342.00

Rataan 8.17 4.67 7.00 8.67 7.13

Data populasi M.plana di lapangan 3 HSA pada aplikasi Steinernema sp. pagi hari 0,200, 400, 600 ji setelah transformasi X+0.5

Perlakuan

1/2

Ulangan

Total Rataan

I II III IV

N0M1 5.52 4.06 5.52 5.96 21.07 5.27

N0M2 3.94 3.24 5.05 4.53 16.75 4.19

N0M3 4.53 3.81 4.53 5.43 18.29 4.57

N1M1 2.35 2.35 1.22 2.55 8.46 2.12

N1M2 3.24 2.35 1.58 2.74 9.91 2.48

N1M3 2.92 2.55 1.58 2.74 9.78 2.45

N2M1 2.35 0.71 0.71 0.71 4.47 1.12

N2M2 1.58 0.71 0.71 0.71 3.70 0.93

N2M3 1.87 0.71 4.00 0.71 7.29 1.82

N3M1 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

N3M2 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

N3M3 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

Total 30.41 22.59 27.02 28.19 108.21

Rataan 2.53 1.88 2.25 2.35 2.25


(61)

Tabel dwikasta

Perlakuan M1 M2 M3 Total Rataan

N0 21.07 16.75 18.29 56.12 18.71

N1 8.46 9.91 9.78 28.15 9.38

N2 4.47 3.70 7.29 15.45 5.15

N3 2.83 2.83 2.83 8.49 2.83

Total 36.83 33.19 38.19 108.21 36.07

Rataan 9.21 8.30 9.55

DAFTAR SIDIK RAGAM

SK DB JK KT Fhit Ket. Ftabel

0.05 0.01

JK BLOK 3 2.70 0.90 1.86 tn 2.89 4.44

JKM 2 0.84 0.42 0.69 tn 3.29 5.32

JKN 3 110.43 36.81 76.18 ** 2.89 4.44

JKNxM 6 3.65 0.61 1.26 tn 2.39 3.40

JK SISA 33 15.94 0.48

JK TOTAL 47 133.56

Keterangan : FK = 243.94 KK = 30.83% tn = tidak nyata **= sangat nyata


(1)

Lampiran 11. Data populasi M.plana di lapangan 4 HSA pada aplikasi Steinernema sp. sore hari 0,200, 400, 600 ji

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV

N0M1 30 20 30 30 110.00 27.50

N0M2 20 10 20 20 70.00 17.50

N0M3 20 15 15 25 75.00 18.75

N1M1 0 0 0 0 0.00 0.00

N1M2 0 0 0 0 0.00 0.00

N1M3 0 0 0 0 0.00 0.00

N2M1 0 0 0 0 0.00 0.00

N2M2 0 0 0 0 0.00 0.00

N2M3 0 0 0 0 0.00 0.00

N3M1 0 0 0 0 0.00 0.00

N3M2 0 0 0 0 0.00 0.00

N3M3 0 0 10 0 10.00 2.50

Total 70.00 45.00 75.00 75.00 265.00

Rataan 5.83 3.75 6.25 6.25 5.52

Data populasi M.plana di lapangan 4 HSA pada aplikasi Steinernema sp. sore hari 0,200, 400, 600 ji setelah transformasi X+0.5

Perlakuan

1/2 Ulangan

Total Rataan

I II III IV

N0M1 5.48 4.53 5.52 5.52 21.05 5.26

N0M2 4.53 3.24 4.53 4.53 16.82 4.21

N0M3 4.53 3.94 3.94 5.05 17.45 4.36

N1M1 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

N1M2 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

N1M3 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

N2M1 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

N2M2 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

N2M3 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

N3M1 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

N3M2 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

N3M3 0.71 0.71 0.71 0.71 2.83 0.71

Total 20.90 18.07 20.35 21.46 80.79


(2)

Tabel dwikasta

Perlakuan M1 M2 M3 Total Rataan

N0 21.05 16.82 17.45 55.33 18.44

N1 2.83 2.83 2.83 8.49 2.83

N2 2.83 2.83 2.83 8.49 2.83

N3 2.83 2.83 2.83 8.49 2.83

Total 29.54 25.31 25.94 80.79 26.93

rataan 7.39 6.33 6.48

DAFTAR SIDIK RAGAM

SK DB JK KT F hit. Ket F tabel

5% 0.01

JK BLOK 3 0.55 0.18 2.68 tn 2.89 4.44

JKM 2 0.65 0.33 1.00 tn 3.29 5.32

JKN 3 137.15 45.72 663.56 ** 2.89 4.44

JKNxM 6 1.96 0.33 4.73 * 2.39 3.40

JK SISA 33 2.27 0.07

JK TOTAL 47 142.59

Keterangan : FK = 135.96 KK = 15.60% tn = tidak nyata **= sangat nyata *= nyata


(3)

Lampiran 12. Data penambahan populasi Steinernema sp./ekor M.plana pada aplikasi pagi hari

Perlakuan

Blok

Total

Rataan

I

II

III

IV

M1 N1 (200 Ji) 11 10 11 11

44.0

11

N2 (400 Ji) 14 13 13 13

51.4

13

N3 (600 Ji) 16 16 15 16

62.3

16

M2 N1 (200 ji) 12 10 11 12

45.1

11

N2 (400 ji) 17 16 16 17

65.9

16

N3 (600 Ji) 18 18 18 20

74.3

19

M3 N1 (200 Ji) 12 12 12 12

49.2

12

N2 (400 Ji) 17 16 17 18

67.7

17

N3 (600 Ji) 18 17 18 21

73.3

18

Total

134.0

129.2

131.5

138.4

533.1

Rataan

14.9

14.4

14.6

14.8

Sidik Ragam Penambahan populasi Steinernema/ekor

M. plana

pada pagi hari

SK

db

JK

KT

Nilai F

Fhit

ket

F05

Blok

3

5.22

1.74

0.09

tn

3.01

N

2

219.97

109.99

5.86

*

3.4

M

2

50.96

25.48

1.36

tn

3.4

N*M

4

14.53

3.63

0.19

tn

2.76

Error

24

450.31

18.76

_

_

_

Total

35

301.06

_

_

_

_

KK=

29.25%

Keterangan : FK = 7894.16 KK = 29.25% tn = tidak nyata * = nyata


(4)

Lampiran 13. Data penambahan populasi Steinernema sp./ekor M.plana pada aplikasi sore hari

Perlakuan

Blok

Total

Rataan

I

II

III

IV

M1 N1 (200 Ji) 12 14 13 12

50.6

13

N2 (400 Ji) 14 15 15 13

56.9

14

N3 (600 Ji) 15 17 16 17

64.8

16

M2 N1 (200 Ji) 12 12 12 12

48.2

12

N2 (400 Ji) 17 17 17 18

68.7

17

N3 (600 Ji) 20 21 20 20

80.7

20

M3 N1 (200 Ji) 13 14 14 14

54.2

14

N2 (400 Ji) 17 17 18 18

70.1

18

N3 (600 ji) 19 19 18 22

78.2

20

Total

139.3

146.3

141.8

145.0

572.4

Rataan

15.5

16.3

15.8

15.9

Sidik Ragam Penambahan populasi Steinernema/ekor

M. plana

pada sore hari

SK

db

JK

KT

Nilai F

Fhit

ket

F05

Blok

3

3.31

1.10

0.06

tn

3.01

N

2

210.90

105.45

5.79

*

3.4

M

2

43.97

21.99

1.21

tn

3.4

N*M

4

23.64

5.91

0.32

tn

2.76

Error

24

436.94

18.21

_

_

_

Total

35

296.96

_

_

_

_

Keterangan : FK = 9101.79 KK = 26.83% tn = tidak nyata *= nyata


(5)

Lampiran 14.

BULAN : Maret 2012

DATA SUHU DAN KELEMBABAN STA. SAMPALI MEDAN

GARIS LINTANG :

3°37 LU

GARIS BUJUR : 98°42 BT

TINGGI DI ATAS PERMUKAAN

LAUT : 25 M

TGL

TEMPERATUR ( ºC ) KELEMBABAN NISBI ( % )

07.00 13.00 18.00 RATA2 MAX MIN 07.00 13.00 18.00 RATA2

1 2 3 4 5 6 7 12 13 14 15

1 24.2 31.6 28.6 27.2 32.0 23.0 95 58 76 81

2 24.8 29.2 25.8 26.2 30.4 24.4 92 69 92 86

3 24.6 30.8 28.0 27.0 30.8 24.0 93 65 72 81

4 23.8 30.8 28.0 26.6 31.2 23.4 97 71 82 87

5 24.4 31.2 28.4 27.1 32.2 23.2 93 63 81 83

6 24.6 30.2 27.8 26.8 30.8 23.0 97 68 83 86

7 25.8 31.0 26.0 27.2 32.0 24.4 89 66 81 81

8 23.8 29.6 27.8 26.3 30.2 23.2 93 62 73 80

9 24.6 32.2 29.0 27.6 32.6 24.0 93 60 72 80

10 24.6 30.2 28.6 27.0 32.6 23.6 87 68 75 79

11 26.2 32.6 29.8 28.7 33.0 25.2 89 62 74 79

12 24.4 28.2 27.4 26.1 30.0 25.8 93 79 83 87

13 25.4 32.6 29.0 28.1 32.6 24.4 93 62 78 82

14 26.0 31.0 27.4 27.6 31.6 25.8 92 64 79 82

15 24.6 31.6 29.2 27.5 32.2 23.2 90 65 78 81

16 24.6 32.4 29.8 27.9 33.2 23.8 92 57 75 79

17 24.4 32.4 29.8 27.8 33.0 23.8 95 60 75 81

18 25.4 32.0 29.6 28.1 32.4 25.0 92 61 73 80

19 29.8 32.2 29.4 30.3 33.0 23.8 92 63 78 81

20 24.8 32.2 29.2 27.8 32.8 24.0 93 62 71 80

21 25.2 32.6 29.2 28.1 32.8 24.2 87 57 72 76

22 27.0 32.6 29.4 29.0 33.0 25.6 82 60 73 74

23 27.0 32.4 29.0 28.9 32.8 25.6 72 58 74 69

24 24.6 32.4 29.6 27.8 33.4 23.0 88 53 72 75

25 25.8 32.6 30.0 28.6 33.6 22.6 86 57 66 74

26 26.2 32.0 29.4 28.5 33.4 25.6 89 60 75 78

27 25.0 30.4 29.9 27.6 33.4 24.2 77 72 79 76

28 26.4 32.4 30.4 28.9 33.4 25.4 65 83 83 74


(6)

Dokumen yang terkait

Seleksi Beberapa Tanaman Inang Parasitoid Dan Predator Untuk Pengendalian Hayati Ulat Kantong (Metisa Plana) Di Perkebunan Kelapa Sawit

10 107 115

Uji Efektifitas Nematoda Entomopatogen Steinernema sp. Pada Hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hamperi Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) Di Laboratorium

0 10 59

UJI TOKSISITAS NEMATODA Steinernema sp. (ISOLAT TULUNGAGUNG) PADA HAMA TANAMAN SAWI (Brassica juncea) DI LABORATORIUM.

0 0 6

Potensi Pemanfaatan Steinernema sp. Isolat Lokal terhadap Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium dan Lapangan

0 0 15

Potensi Pemanfaatan Steinernema sp. Isolat Lokal terhadap Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium dan Lapangan

0 0 2

Potensi Pemanfaatan Steinernema sp. Isolat Lokal terhadap Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium dan Lapangan

0 0 5

Potensi Pemanfaatan Steinernema sp. Isolat Lokal terhadap Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium dan Lapangan

0 0 18

Potensi Pemanfaatan Steinernema sp. Isolat Lokal terhadap Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium dan Lapangan

1 1 5

Potensi Pemanfaatan Steinernema sp. Isolat Lokal terhadap Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Coleoptera: Curculionidae) di Laboratorium dan Lapangan

0 0 32

Uji Efektifitas Nematoda Steinernema sp. Isolat Lokal Untuk Mengendalikan Ulat kantong (Metisa plana) (Lepidoptera: Psychidae) di Laboratorium dan Lapangan

0 0 14