ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN MONETER MELALUI BASE MONEY TARGETING FRAMEWORK (2000:01-2005:06) DAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK (2005:07-2013:12) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN LAJU INFLASI DI INDONESIA

ABSTRAK

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN MONETER MELALUI BASE MONEY
TARGETING FRAMEWORK (2000:01-2005:06) DAN INFLATION
TARGETING FRAMEWORK (2005:07-2013:12) TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN LAJU INFLASI DI INDONESIA
Oleh

DWI ELYATIKA
Pertumbuhan ekonomi dan kestabilan harga merupakan tujuan yang ingin dicapai
dalam pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia. Tercapainya kestabilan harga
akan berdampak pada pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak kebijakan moneter pada
periode penerapan Base Money Targeting Framework (2000:01-2005:06) dan
Inflation Targeting Framework (2005:07-2013:12) terhadap pertumbuhan
ekonomi dan laju inflasi di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Vector Error Correction Model (VECM). Variabel yang digunakan
meliputi inflasi, produk domestik bruto, uang primer, BI rate, Kurs tengah
IDR/USD dan suku bunga kredit investasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa: 1). Selama penerapan base money targeting
framework uang primer berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan

ekonomi, namun tidak signifikan terhadap laju inflasi di Indonesia. 2). Selama
penerapan inflation targeting framework BI rate berpengaruh signifikan negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi di Indonesia. 3). Pertumbuhan
ekonomi dan laju inflasi merespon positif adanya pergerakan dari variabel uang
primer, kurs, dam suku bunga kredit investasi selama penerapan base money
targeting framework. 4). Pertumbuhan ekonomi merespon positif adanya
guncangan yang berasal dari variabel BI rate, kurs, dan suku bunga kredit
investasi. Inflasi merespon secara negatif adanya guncangan yang berasal dari
variabel BI rate, kurs, dan suku bunga kredit investasi selama penerapan inflation
targeting framework. 5). Dampak kebijakan moneter selama penerapan base
money targeting terhadap pertumbuhan ekonomi sebagian besar dijelaskan oleh
variabel PDB dengan persentase sebesar 40%, variabel suku bunga kredit
investasi 34,8%, kurs 16,6%, dan uang primer 8,4%. Selama penerapan base
money targeting terhadap laju inflasi sebagian besar dijelaskan oleh variabel
inflasi sebesar 71,3%, kurs 23,1%, suku bunga kredit investasi 4,9%, dan uang
primer 0,57%. 6). Dampak kebijakan moneter selama penerapan inflation
targeting framework terhadap pertumbuhan ekonomi sebagian besar dijelaskan
oleh variabel PDB dengan persentase sebesar 69,4%, BI rate 29,4%, kurs 0,60%,

dan suku bunga kredit investasi 0,4%. Selama penerapan inflation targeting

framework terhadap inflasi sebagian besar dijelaskan oleh variabel inflasi dengan
persentase sebesar 72,7%, suku bunga kredit investasi 19,0%, BI rate sebesar
7,8%, dan kurs 0,4%.
Kata kunci: Inflasi, PDB, uang primer, BI rate, kurs, suku bunga kredit investasi
dan VECM
JEL Klasifikasi: E51, E52, E41, E430, E420

Abstract

AN ANALYSIS OF MONETER POLICY IMPACT THROUGH BASE MONEY AND
INFLATION TARGETING FRAMEWORKS ON THE GROWTH OF ECONOMY AND
THE RATE OF INFLATION IN INDONESIA
By
Dwi Elyatika

The growth of economy and stability of price are the aim which would like to be reached on
conducting the monetary policy in Indonesia. Targeting price stability will have an impact on the
reach of continuous economy growth.
The purpose of research is to analyze an impact of monetary policy at the implementation of
base money targeting framework (2000: 01-2005:06) and inflation targeting framework (2005:

07-2013:12) on the growth of economy and the rate of inflation in Indonesia. The method which
used in the research was vector error correction (VECM). The variable implemented were
inflation, gross domestic product, base money, BI rate, the ID/USD middle kurs and investment
credit interest.
The results of analysis were: 1). Along the implementation of base money targeting framework
base money significantly had a positive influence to the growth of economy, however, hadn’t
been significant on the rate of inflation in Indonesia. 2). Along the implementation of inflation
targeting framework BI rate significantly influential negative to the growth of economy and the
rate of inflation in Indonesia. 3). The growth of economy and the rate of inflation gave a positive
response for movement of base money variable, kurs and investment credit interest along the
implementation base money targeting framework. 4). The growth of economy gave a positive
response about a shock on the rate of BI variable, kurs and investment credit interest. The
inflation gave a negative response about a shock on the rate of BI variable, kurs and investment
credit interest along the implementation of implementation of inflation targeting framework.
5). The impact of monetary policy along the implementation of base money targeting on
economy growth mostly explained by PDB variable in the amount of 40%, 34.8 of investment
credit interest, 16.6% of kurs and 8.4%base money. Along the implementation of base money
targeting on the rate of inflation mostly explained by inflation variable in the amount of 71.3%,
23.1% of kurs, 4.9% of investment credit interest and 0.57% base money. 6). The impact of
monetary policy along inflation targeting framework implementation on economy growth mostly

explained by PDB variable in the amount of 69.4%, 29.4% of BI rate, 0.60% of kurs and 0.4%

investment credit interest. Along the implementation of inflation targeting framework on
inflation mostly explained by 72.7% inflation variable, 19.0% of investment credit interest, 7.8%
BI rate and 0.4 of kurs.
Key words: Inflation, PDB, Base money, BI rate, Kurs, Investment Credit Interest, and
VECMJEL classification: E51, E52, E41, E430, E420

MOTO

SANWACANA

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Alhamdulillahi rabbalalamin.
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat sehat,
berkah, ridho dan hidayah-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan sebuah karya sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.


Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung berserta jajarannya.

2.

Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P sebagai Ketua dan Ibu Asih Murwiati selaku
sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.

3.

Bapak Dr. Hi. Yoke Muelgini, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, motivasi, dan ilmu yang sangat bermanfaat bagi Penulis selama
penyusunan skripsi ini.

4.

Ibu Nurbetty Herlina Sitorus, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing yang juga telah banyak
memberikan pelajaran, dan masukan selama proses penyusunan skripsi ini bagi Penulis.


5.

Bapak Nairobi, S.E., M.Si atas bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

6.

Bapak Dr. Hi.Saimul, S.E., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan nasehatnasehat yang sangat bermanfaat untuk Penulis.

7.

Bapak Irsan Dalimunthe, S.E., selaku Pembimbing Akademik.

8.

Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama menuntut ilmu di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

9.


Kedua orang tuaku, Papa Mariman dan Mama Suratmi yang telah memberikan segalanya
demi kebaikanku.

10. Tante AIPTU Esther Mahidin, S.H. yang selalu memberikan dukungan dan kasih sayang
demi kebaikanku
11. Adikku Desi Puspita Sari terimakasih selalu memberikan do’a dan keceriaan semoga
langkah kita selalu dimudahkan oleh-Nya.
12. Sahabat -sahabatku Noventi Ersa Putri, Dita Purnama S.IP., Fitri Liani S.Ked., Rully
Yudhasena S.Sos., M. Fachrurozi, S.H., Adimas R. Suryadharma S.TP, Refyna Anindya
Wirawan, B.Sc., Rizky Putri Ramadhani, Astri Nurul Insani, Desitarani Kusuma Awalina
dan Imaniar Isti Pratiwi.
13. IPDA A. Maulana, S.IK terimakasih atas segala dukungan dan kebersamaan.
14. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2010.

Akhir kata, Penulis berharap Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis selanjutnya.
Bandarlampung, 3 Juni 2014

Dwi Elyatika


i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................
DAFTAR TABEL .....................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................

i
iii
v

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................
B. Permasalahan ....................................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................
D. Kerangka Pemikiran .........................................................................
E. Hipotesis ...........................................................................................
F. Sistematika Penulisan .......................................................................


1
13
14
16
18
20

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebijakan Moneter ...........................................................................
a. Instrumen Kebijakan Moneter ..................................................
1. Operasi Pasar Terbuka .......................................................
2. Cadangan Wajib Minimum ................................................
3. Fasilitas Diskonto ...............................................................
4. Moral Suasion ....................................................................
B. Perkembangan Kebijakan Moneter BI (2000-2013) ........................
a. Base Money Targeting ..............................................................
b. Inflation Targeting.....................................................................
C. Teori Kuantitas Uang .......................................................................
D. Produk Domestik Bruto ....................................................................
E. Inflasi ................................................................................................

F. Uang Primer .....................................................................................
G. Suku Bunga Bank Indonesia ............................................................
H. Nilai Tukar .......................................................................................
I. Suku Bunga Kredit Investasi ............................................................
J. Tinjauan Empiris ..............................................................................

21
24
24
26
26
27
28
28
29
32
34
35
39
42

44
45
50

ii

III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Data dan Sumber Data .....................................................................
B. Batasan Ukuran Variabel ................................................................
1. Uang Primer ..............................................................................
2. Suku Bunga Bank Indonesia .....................................................
3. Nilai Tukar ................................................................................
4. Suku Bunga Kredit Investasi .....................................................
5. Produk Domestik Bruto .............................................................
6. Inflasi .........................................................................................
C. Metode Pengolahan Data ................................................................
1. Interpolasi ..................................................................................
D. Metode Analisis...............................................................................
E. Proses dan Identifikasi Model .........................................................
a. Uji Stasioneritas ........................................................................
b. Uji Kointegrasi ..........................................................................
c. Penentuan Lag Optimum ...........................................................
d. Model Estimasi VECM .............................................................
e. Impulse Response Function ......................................................
f. Variance Decomposition ...........................................................
F. Prosedur Teknik Analisis ................................................................

63
64
64
64
65
65
65
66
66
66
67
70
71
72
73
73
74
75
76

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Stasioneritas....................................................................
a. Hasil Uji Stasioneritas pada Penerapan BMTF........................
b. Hasil Uji Stasioneritas pada Penerapan ITF ............................
B. Hasil Uji Kointegrasi .....................................................................
C. Hasil Lag Optimum........................................................................
D. Hasil Estimasi VECM ....................................................................
a. Hasil Estimasi VECM pada Penereapan BMTF ......................
b. Hasil Estimasi VECM pada Penerapan ITF .............................
E. Hasil Uji Impulse Response Function ............................................
a. Hasil Uji Impulse Response Function pada Penerapan BMTF
b. Hasil Uji Impulse Response Function pada Penerapan ITF ....
F. Hasil Uji Analisis Variance Decomposition .................................
a. Hasil Uji Analisis Variance Decomposition pada BMTF ........
b. Hasil Uji Analisis Variance Decomposition pada ITF ............
G. Implikasi Hasil Penelitian ..............................................................

78
78
82
85
88
90
90
96
102
102
112
119
119
121
123

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................
B. Saran ..............................................................................................

130
131

iii

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi uang primer dalam neraca
permbayaran .................................................................................... 41
2.
Hasil Ringkasan Penelitian The Real Effects of Monetary Policy
in China ........................................................................................... 50
3.
Hasil Ringkasan Penelitian “Economic Fluctuation, Macro
Control and Monetary Policy in Transitional Chinese Economi” . 51
4.
Hasil Ringkasan Penelitian “Kejutan Nilai Tukar riil terhadap
inflasi, output, dan neraca Transaksi Berjalan di Indonesia ............ 53
5.
Hasil Ringkasan Penelitian “Dampak Instrumen Kebijakan
MoneterTerhadap Perekonomian: Suatu Analsis Mekanisme Jalur
Kebijakan Moneter .......................................................................... 54
6.
Hasil Ringkasan Penelitian “Dampak Kebijakan Moneter
terhadap performance Makro Ekonomi di Indonesia” .................... 56
7.
Hasil Ringkasan “Analisis Damoak Kebijakan Moneter melalui
Nilai Tukar Rupiah” ........................................................................ 57
8.
Hasil Ringkasan “Dampak Kebijakan Moneter terhadap Variabel
Makroekonomi Indonesia periode 1983:01-2003:02” .................... 58
9.
Hasil Ringkasan “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi
Inflasi di Indonesia dan China” ....................................................... 59
10. Ringkasan Hasil Penelitian “Analisis Dampak Kebijjakan
Moneter terhadap variabel ekonomi di Indonesia (1989:012006:04)” ......................................................................................... 60
11. Deskripsi Data Input ........................................................................ 62

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Halaman

Perkembangan Uang Primer (M0), PDB Riil, dan Laju Inflasi
selama Penerapan BMTF Periode 2000:01-205:06.........................
Perkembangan BI Rate, PDB Riil, dan Laju inflasi selama
Penerapan ITF Periode 2005:07-2013:12 .......................................
Kerangka Pemikiran ........................................................................
Kebijakan Moneter (Analisis ISL-LM dan AD-AS) .......................
Kerangka Kebijakan Moneter melalui pendekatan Kuantitas selama
Penerapan BMTF ............................................................................
Kerangka Kebijakan Moneter melalui Pnedekatan Harga Selama
penerapan ITF .................................................................................
Teori Kuantitas Uang ......................................................................
Keseimbangan dalam Permintaan dan Penawaran Kredit ...............

6
10
16
23
28
31
33
47

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian ini dipersiapkan dan dilaksanakan untuk menganalisis penerapan
kebijakan moneter berdasarkan dua kerangka perumusan dan pelaksanaan
kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, pasca krisis moneter
Indonesia tahun 1997-1999.

Kondisi krisis moneter pada 1997-1999 menunjukan bahwa pembangunan
yang dilaksanakan pada masa sebelum terjadinya krisis mengandung banyak
kelemahan pada struktur dan sistem perekonomian, karena pada pra krisis
moneter sesuai dengan UU No. 13 Tahun 1968 BI memiliki tujuan yang
bersifat multiple objectives diantaranya mengatur, menjaga, dan memelihara
stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan,
serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Dalam pelaksanaan kebijakan monter yang memiliki beberapa tujuan tersebut
pada akhirnya menimbulkan distorsi ekonomi sehingga perlu diadakan
penyesuaian kebijakan ekonomi yang selama ini ditempuh Indonesia.

Pada dasarnya, kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter
dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan

2

kegiatan perekonomian yang diinginkan (Solikin dan Warjiyo, 2004).
Sedangkan kerangka kebijakan moneter merupakan suatu aturan sederhana
dan sistematis yang dapat digunakan untuk merumuskan bagaimana otoritas
moneter menetapkan atau menyesuaikan instrumen-instrumen kebijakannya
sebagai suatu fungsi reaksi dari hubungan antar variabel-variabel ekonomi
moneter, keuangan, perbankan, dan sektor riil yang terjadi dalam
perekonomian suatu negara (Simons, 1936).

Sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang tujuan
Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Hal
yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi yang rendah
dan stabil, dan kestabilan harga yang tercermin pada kestabilan nilai tukar
Rupiah terhadap mata uang negara-negara mitra dagang Indonesia yang
selanjutnya akan berdampak pada pencapaian pertumbuhan ekonomi yang
secara umum dapat diukur melalui peningkatan pada Produk Domestik Bruto
(PDB).

Bank Indonesia dalam mencapai tujuan kebijakan moneter yang telah
ditetapkan memiliki kewenangan yaitu melakukan penetapan sasaran-sasaran
moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) melalui kerangka kebijakan
moneternya. Secara operasional dalam pelaksanaan kebijakan moneter,
pengendalian sasaran-sasaran moneter dapat dilakukan menggunakan
instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik
rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan

3

wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga
dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah
(Bank Indonesia, 2014).

Rentang waktu dalam penelitian ini mencakup pada dua periode kebijakan
moneter yang digunakan Bank Indonesia pasca krisis moneter yaitu kebijakan
moneter berdasarkan kerangka penetapan sasaran jumlah uang beredar (Base
Money Targeting Framework, selanjutnya disebut BMTF) yang diterapkan BI
selama periode 2000:1-2005:6 dan kebijakan moneter berdasarkan kerangka
penetapan sasaran Inflasi (Inflation Targeting Framework, selanjutnya disebut
ITF) yang diterapkan BI sejak 2005:07 hingga saat ini.

Sejak tahun 2000 berdasarkan rekomendasi IMF (International Monetary
Funding) Bank Indonesia menerapkan BMTF dalam pelaksanaan kebijakan
moneternya. Selama penerapan BMTF hingga Juni 2005, uang primer
digunakan sebagai sasaran operasional dalam pelaksanaan kebijakan moneter
oleh BI, yang dilakukan melalui pengetatan atau pelonggaran kebijakan
moneter dengan tujuan untuk mengontrol jumlah uang beredar di masyarakat.
Pengontrolan penawaran uang dilakukan agar jumlah uang beredar di
masyarakat cukup untuk memenuhi aktivitas ekonomi, sehingga tidak terjadi
kelebihan permintaan. Dengan mengontrol uang primer pada tingkatan
tertentu maka BI berupaya untuk mencapai sasaran akhir yaitu kestabilan
harga, pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja lebih (Alamsyah, 2001).

Pada dasarnya, pelaksanaan BMTF menekankan beberapa hal. Pertama,
penargetan base money memungkinkan bank sentral menetapkan target inflasi.

4

Kedua, penargetan base money memberikan sinyal kepada pasar mengenai
posisi kebijakan moneter dalam kedudukannya sebagai alat kendali inflasi.
Ketiga, Bank Indonesia dalam upaya mencapai tujuannya berupaya
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dalam pelaksanaan kebijakan moneter (Warjiyo,2003).

BMTF diterapkan berdasarkan pada teori kuantitas uang (quantity theory of
money), yaitu MV=PY. Efektivitas kerangka ini sangat tergantung pada
stabilitas velocity uang beredar baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Selain itu, framework ini akan berjalan baik apabila hubungan antara
base money dan inflasi stabil, sehingga bank sentral dapat mengendalikan
jumlah uang beredar di masyarakat.

Secara teoritis jika jumlah output lebih besar daripada target output, maka
bank sentral harus mengurangi pertumbuhan uang untuk menekan permintaan
agregat. Jika output yang dihasilkan berada di bawah target, maka bank
sentral harus meningkatkan pertumbuhan uang untuk mendorong permintaan
agregat. Adanya pertumbuhan ekonomi memungkinkan kebijakan moneter
untuk menyesuaikan perubahan perputaran uang, karena hal tersebut akan
mengarah pada stabilitas yang lebih besar dalam output dan harga.

Pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengurangi jumlah uang beredar akan berdampak pada peningkatan suku
bunga kredit. Dimana, kenaikan suku bunga kredit akan menyebabkan
penurunan pada konsumsi dan investasi yang berdampak pada penurunan

5

permintaan agregat yang selanjutnya akan menurunkan laju inflasi (Astuti,
2009).

Di dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter, pergerakan kurs akan
mempengaruhi sektor riil yang selanjutnya akan berdampak pada laju inflasi.
Kebijakan moneter yang ekspansif yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah
uang beredar di masyarakat akan berdampak pada peningkatan konsumsi akan
barang dan jasa baik impor ataupun ekspor. Peningkatan permintaan akan
barang impor akan berdampak pada terdepresiasinya nilai tukar rupiah yang
dalam jangka panjang akan berpengaruh pada tekanan laju inflasi (Siagian,
2010).

Gambar 1 menunjukan hubungan antara perkembangan jumlah uang beredar
(M0) dengan pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi di Indonesia selama
periode BMTF.

Dalam Satuan Persen (%)

Perkembangan Jumlah Uang Beredar , Pertumbuhan
Ekonomi dan Laju Inflasi pada Penerapan Base
Money Targeting Framework Periode 2000:01-2013:12
18.00
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
-

PDB Riil
Inflasi
M0

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

Sumber
: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Gambar 1 Perkembangan Uang Primer, PDB Riil, dan Laju Inflasi pada
penerapan BMTF periode 2000:01-2005:06

6

Pada Gambar 1 menunjukan bahwa sejak tahun 2000 hingga 2002 penerapan
BMTF belum berjalan dengan baik dimana pergerakan uang primer hanya
berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat namun tidak
didukung oleh penurunan laju inflasi. Hal ini disebabkan karena
perekonomian Indonesia masih dalam pemulihan pasca krisis moneter yang
terjadi (Setiawan, 2011).

Pada tahun 2003 uang primer berada pada 1,20 persen menurun dari kondisi
sebelumnya yaitu 1,48 persen, yang mana hal ini didukung oleh peningkatan
pada PDB yaitu sebesar 3,90 persen dan inflasi mencapai 5,15 persen.
Inflasi 2003 merupakan inflasi terendah yang dialami Indonesia pasca krisis,
hal ini disebabkan karena menurunnya harga komoditas pangan pada periode
tersebut dan pada 2003 BI berhasil mengendalikan jumlah uang beredar di
bawah target indikatif yang telah ditetapkan pada awal tahun yang mana jika
uang beredar berada di bawah target indikatif, diperkirakan pertumbuhan uang
beredar tidak akan menimbulkan tekanan inflasi yang berlebihan.

Peningkatan uang primer selalu diikuti dengan peningkatan pada PDB Riil
namun tidak selalu diikuti dengan penurunan dan kestabilan pada laju inflasi.
Seperti pada tahun 2005 laju inflasi sebesar 17,12% meningkat tajam dari
kondisi sebelumnya yaitu sebesar 6,40%. Kejutan (shocks) ini disebabkan oleh
kenaikan harga BBM yang berdampak pada lonjakan laju inflasi. Penerapan
BMTF hanya dilakukakan oleh BI hingga Juni 2005, karena pada gambar 1
dapat dilihat pertumbuhan uang primer hanya berdampak pada penguatan

7

pertumbuhan ekonomi namun tidak diikuti dengan penurunan dan kestabilan
laju inflasi.

Namun, dalam praktiknya, penerapan BMTF juga tidak terlepas dari berbagai
kelemhan. Pertama, ketidakstabilan hubungan M0 dengan P dan Y.
Hubungan itu sendiri bertolak dari asumsi akan adanya fungsi permintaan
uang atau velositas sirkulasinya yang bersifat stabil. Karena, jika hubungan ini
menjadi tidak stabil, maka penargetan base money dianggap gagal mencapai
tujuannya. Kedua, hubungan antara pertumbuhan uang dan inflasi yang
semakin melemah, sehingga penetapan jumlah uang beredar tidak dapat
memberikan sinyal apapun kepada pasar mengenai posisi kebijakan moneter
yang sedang dijalankan. Ketiga, ketidakstabilan antara pertumbuhan uang dan
inflasi, akuntabilitas bank sentral tidak dapat dipastikan hanya dengan
mengamati kinerjanya dalam mengupayakan base money sesuai dengan target
yang telah ditetapkan, karena itu BI pun menjadi kurang akuntabel di mata
publik (Hossain, 2010).

Upaya untuk mengatasi permasalahan pada penerapan BMTF, pemerintah
bekerjasama dengan BI melalui kebijakan makroekonomi yang terintegrasi
dari sisi moneter dengan menetapkan sasaran tunggal dalam kebijakan
moneternya yaitu stabilitas harga. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan
trade-off antara sasaran-sasaran yang hendak dicapai, akan tetapi juga dapat
meningkatkan accountability dan credibility dari Bank Indonesia (Maimun
Sholeh, 2004).

8

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dituntut untuk berkomitmen dalam
mencapai target kestabilan nilai rupiah sebagai tujuan akhir atau tujuan jangka
panjang kebijakan moneter. Maka, untuk mencapai tujuan tersebut sejak Juli
2005, BI menerapkan Inflation Targeting Framerwork (ITF) menggantikan
Base Money Targeting Framework (BMTF). Perbedaan mendasar dari
penerapan BMTF dan ITF adalah sasaran operasional yang digunakan dalam
mencapai sasaran akhir yang ditetapkan BI, BMTF menggunakan uang primer
sebagai sasaran kebijakan moneternya dan BI rate digunakan sebagai sasaran
pada penerapan ITF.

ITF merupakan sebuah kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan
pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai
dalam beberapa periode kedepan, karena secara eksplisit, dinyatakan bahwa
inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama dari kebijakan
moneter. Pada penerapan ITF kebijakan moneter dilakukan secara forward
looking, artinya perubahan stance kebijakan moneter dilakukan melaui
evaluasi apakah perkembangan inflasi ke depan masih sesuai dengan sasaran
inflasi yang telah dicanangkan. (Bank Indonesia, 2013).

Pergantian kerangka ini dilakukan oleh BI berdasarkan beberapa
pertimbangan. Pertama, pencapaian tujuan BI dalam pelaksanaan kebijakan
moneter adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kedua,
cukup sulit mengendalikan base money. Ketiga, ITF lebih memenuhi prinsipprinsip kebijakan moneter yang sehat. Keempat, meningkatkan akuntabilitas
dan kredibilitas BI sebagai pengendali inflasi melalui komitmen pencapaian

9

target. Kelima, banyak negara yang menerapkan ITF berhasil menurunkan
inflasi tanpa meningkatkan volatilitas output (Bank Indonesia, 2006).

Dalam pelaksanaan ITF kebijakan moneter bekerja melalui pasar uang untuk
mempengaruhi output. Besarnya output yang dihasilkan tergantung pada suku
bunga. Ketika suku bunga rendah, permintaan akan barang dan jasa akan
meningkat yang akan berdampak pada penguatan pertumbuhan ekonomi. Hal
ini juga dapat dilihat dari sisi perbankan dalam penyaluran kredit, dimana
kredit yang disalurkan akan menurun seiring dengan penurunan pada BI rate.
Kenaikan atau penurunan pada BI rate akan berpengaruh pada nilai tukar.
Dimana, ketika BI rate meningkat dan suku bunga luar negeri tetap maka akan
menyebabkan terapresiasinya nilai tukar yang berdampak pada menurunnya
ekspor, namun disisi lain impor atas barang dan jasa yang dilakukan akan
menjadi lebih murah dalam mata uang domestik sehingga menyebabkan
peningkatan pada impor.

Gambar 2 menunjukan hubungan antara perkembangan BI rate dengan PDB
riil dan laju inflasi di Indonesia selama penerapan ITF.

10

Dalam Satuan Persen (%)

Hubungan antara BI rate, PDB Riil, dan laju inflasi
pada Penerapan Inflation Targeting Framework
periode 2005:07-2013:12
18.00
16.00
14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
-

PDB Riil
Inflasi
BI Rate

2004

2006

2008

2010

2012

2014

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Gambar 2 Perkembangan BI Rate, PDB Riil dan Laju Inflasi pada
Penerapan ITF periode 2005:07-2013:12
Pada gambar 2, dapat dilihat bahwa pada penerapan ITF variabel BI rate
bergerak seiring sejalan dengan laju inflasi dan kondisi tersebut didukung
oleh penguatan pada pertumbuhan ekonomi.

Pada awal penerapan ITF tahun 2005 BI rate sebesar 12,75 persen meningkat
dari kondisi sebelumnya yaitu 9,75 persen. Namun, pada awal penerapan ITF
inflasi tidak mengalami penurunan justru mengalami lonjakan dari 6,40%
pada 2004 menjadi 17,12% pada 2005 . Inflasi 2005 merupakan inflasi
tertinggi pasca krisis moneter 1997-1999, tekanan akan penyesuaian harga
bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan menjadi faktor utama tingginya
inflasi tahun 2005. Tingginya harga minyak di pasar internasional
menyebakan Pemerintah berusaha untuk menghapuskan subsidi BBM yang
mana tersebut sangat mempengaruhi kondisi makro ekonomi Indonesia.

Keberhasilan ITF ditunjukan pada kondisi yang berangsur membaik hingga
desember 2007. Peningkatan pada BI Rate yaitu 8% selalu diikuti dengan

11

peningkatan pada pertumbuhan ekonomi 4,93% dan laju inflasi yaitu 7,40%.
Namun pada 2008 terjadi kenaikan harga pangan dunia ini akan berdampak
langsung bagi kondisi pangan Indonesia karena tingkat ketergantungan
masyarakat masih tinggi khususnya impor bahan pangan, kondisi ini
menyebabkan peningkatan laju inflasi menjadi 11,06%, kondisi ini diikuti
oleh peningkatan pada BI Rate menjadi 9,25% dan pertumbuhan ekonomi
yaitu 5,19%.

Hingga Desember 2013 penerapan ITF di Indoensia terus menunjukan
keberhasilannya. Hal ini dapat dilihat dari kondisi tiga variabel terus menerus
membaik dari tahun-tahun sebelumnya dimana peningkatan pada BI Rate dan
PBD Riil diikuti oleh kestabilan laju inflasi yaitu 7,50%, 7,09%, dan 8%.

Hingga saat ini penerapan ITF lebih diminati oleh otoritas moneter karena
ITF memiliki beberapa keunggulan dibandingkan BMTF. Pertama, sukses
membantu banyak Negara dalam menurunkan dan mengarahkan ekspektasi
laju inflasi di banyak Negara. Kedua, kebijakan moneter lebih fokus dan
independen. Ketiga, lebih kuatnya komunikasi, transparansi, dan akuntabilitas
bank sentral. Keempat, membantu dalam menurunkan volatilitas output dalam
jangka menengah. Kelima, teruji dalam mengatasi kejutan inflasi yang kurang
menguntungkan. Keenam, kebijakan moneter relative fleksibel dalam
mengendalikan kejutan inflasi temporer agar tidak mengganggu pencapaian
target inflasi (Mishkin F.S. dan K. Schmidt-Hebbel, 2001).

Pelaksanaan kebijakan moneter yang berfungsi dan berjalan dengan baik
dalam rangka mencapai tujuan Bank Indonesia, akan berdampak pada

12

pencapaian kestabilan harga yang pada akhirnya dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Inflasi sebagai sasaran akhir
kebijakan moneter merupakan fokus utama, dimana pengendaliannya
dilakukan melalui pengontrolan pada output dan memantau pergerakan inflasi
kedepan tetap berada dalam sasaran yang telah ditetapkan.

Kinerja moneter yang efektif dan efisien mampu mendukung ketahanan
perekonomian nasional dari dampak krisis global. Namun, tetap dibutuhkan
beragam penguatan dan koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (Bank
Indonesia, 2013). Sejak didirikannya OJK saat ini kewenangan BI hanya
terkait pengaturan dan pengawasaan macroprudential seperti menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan lembaga negara memiliki fungsi
untuk menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Sesuai
dengan UU No.21 Tahun 2011, OJK bertanggung jawab membantu BI di
bidang microprudential, seperti pemantauan dan penilaian terhadap kesehatan
sistem perbankan serta melakukan himbauan moral (moral suasion) kepada
perbankan.

Pada dasarnya, BMTF menekankan sebuah kerangka kebijakan moneter
melalui sasaran operasional uang primer, dimana Indonesia pernah
menerapkan kebijakan ini sebelum Juli 2005. Sedangkan ITF menekankan
sebuah kerangka kebijakan moneter berbasiskan penetapan suku bunga

13

nominal sebagai sasaran operasionalnya. Penelitian ini berupaya untuk
menganalisis bagaimana penerapan kebijakan moneter Indonesia berdasarkan
pada Based Money Targeting Framework (2000:1-2005:6) dan Inflation
Targeting Framework (2006:1-2013:12) serta mengetahui dampak dari
perubahan kerangka kebijakan moneter tersebut terhadap pertumbuhan
ekonomi dan laju inflasi di Indonesia.

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pergerakan Uang Primer (M0), Nilai Tukar Rupiah
terhadap Dolar AS, dan Suku bunga kredit investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi dan laju inflasi di Indonesia selama penerapan Base Money
Targeting Framework (BMTF) periode 2000:1-2005:6?

2. Bagaimana pengaruh pergerakaan BI Rate, Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dolar AS, dan Suku bunga kredit investasi terhadap pertumbuhan ekonomi
dan laju inflasi di Indonesia selama penerapan Inflation Targeting
Framework (ITF) periode 2005:7-2013:12?

3. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi terhadap
perubahan yang terjadi pada variabel uang primer, nilai tukar Rupiah per
Dolar AS, dan suku bunga kredit investasi pada penerapan Base Money
Targeting Framework (BMTF) periode 2000:01-2005:06?

14

4. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi terhadap
perubahan yang terjadi pada variabel BI Rate, nilai tukar Rupiah per Dolar
AS, dan suku bunga kredit investasi pada penerapan Inflation Targeting
Framework (ITF) periode 2005:07-2013:12?

5. Berapa besar kontribusi presentase varian setiap variabel uang primer,
nilai tukar Rupiah per Dolar AS, dan suku bunga kredit investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi pada penerapan Base Money
Targeting Framework (ITF) periode 2000:01-2005:06?

6. Berapa besar kontribusi presentase varian setiap variabel BI Rate, nilai
tukar Rupiah per Dolar AS, dan suku bunga kredit investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi pada penerapan Inflation Targeting
Framework (ITF) periode 2005:07-2013:12?

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka penelitian ini
bertujuan:
1. Mengetahui pengaruh pergerakan Uang Primer (M0), Nilai Tukar Rupiah
terhadap Dolar AS, dan Suku bunga kredit investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi dan laju inflasi di Indonesia selama penerapan Base Money
Targeting Framework (BMTF) periode 2000:1-2005:6

2. Mengetahui pengaruh pergerakaan BI Rate, Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dolar AS, dan Suku bunga kredit investasi terhadap pertumbuhan ekonomi

15

dan laju inflasi di Indonesia selama penerapan Inflation Targeting
Framework (ITF) periode 2005:7-2013:12

3. Mengetahui respon pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi terhadap
perubahan yang terjadi pada variabel uang primer, nilai tukar Rupiah per
Dolar AS, dan suku bunga kredit investasi pada penerapan Base Money
Targeting Framework (BMTF) periode 2000:01-2005:06
4. Mengetahui respon pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi terhadap
perubahan yang terjadi pada variabel BI Rate, nilai tukar Rupiah per Dolar
AS, dan suku bunga kredit investasi pada penerapan Inflation Targeting
Framework (ITF) periode 2005:07-2013:12

5. Mengetahui besarnya kontribusi presentase varian setiap variabel uang
primer, nilai tukar Rupiah per Dolar AS, dan suku bunga kredit investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi pada penerapan Base
Money Targeting Framework (ITF) periode 2000:01-2005:06

6. Mengetahui berapa besarnya kontribusi presentase varian setiap variabel
BI Rate, nilai tukar Rupiah per Dolar AS, dan suku bunga kredit investasi
terhadap pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi pada penerapan Inflation
Targeting Framework (ITF) periode 2005:07-2013:12

16

D. Kerangka Pemikiran
Secara skematis, kerangka pemikiran dalam pelaksanaan penelitian ini dapat
dipaparkan dalam Gambar 3 berikut ini.

KEBIJAKAN MONETER

Base Money Targeting
Framework (BMTF)





Uang Primer
Nilai Tukar Rupiah per
Dolar AS
Suku Bunga Kredit

PERTUMBUHAN
EKONOMI

LAJU
INFLASI

Inflation Targeting
Framework (ITF)





BI Rate
Nilai Tukar Rupiah per
Dolar AS
Suku Bunga Kredit

PERTUMBUHAN
EKONOMI

LAJU
INFLASI

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral
dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan
kegiatan perekonomian yang diinginkan. Perkembangan kegiatan
perekonomian yang diinginkan tersebut adalah stabilitas ekonomi makro yang
dicerminkan oleh stabilitas harga (rendah dan stabilnya laju inflsi),
membaiknya perkembangan output riil (pertumbuhan ekonomi), serta cukup
luasnya kesempatan kerja yang tersedia.

17

Dalam melaksanakan kebijakannya BI menggunakan kerangka operasional
kebijakan moneter untuk mencapai sasaran akhir yang telah ditentukan.
Kerangka operasional kebijakan moneter mencerminkan keterkaitan antara
instrumen, sasaran operasional, sasaran antara, sasaran akhir yang ingin
dicapai oleh BI

Dua kerangka operasional kebijakan moneter yang diterapkan dalam
perekonomian Indonesia adalah Base Money Targeting Framework (BMTF)
yang diterapkan berdasarkan pendekatan kuantitas pada periode 2000:012005:06. Pada BMTF digunakan sasaran operasional uang primer dalam
pelaksanaann kebijakannya serta didukung oleh beberapa variabel lain yaitu
nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS dan suku bunga kredit investasi dalam
mencapai tujuan dari kebijakan moneter Indonesia yaitu tercapainya
pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya berdampak laju inflasi di Indonesia.

Penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) pada periode 2005:72013:12 yang diterapkan berdasarkan pendekatan harga. Pada ITF digunakan
sasaran operasional BI Rate dalam pelaksanaan kebijakannya yang didukung
oleh beberapa variabel lain yaitu nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS dan
suku bunga kredit investasi dalam mencapai tujuan dari kebijakan moneter
yaitu tercapainya pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya berdampak laju
inflasi di Indonesia.

18

E. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
1. Untuk penerapan Base Money Targeting Framework (BMTF) terhadap
pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi Indonesia:
a.

Diduga pergerakan uang primer (M0) berpengaruh secara positif
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

b.

Diduga pergerakan nilai tukar Rupiah per Dollar AS (Kurs)
berpengaruh secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

c.

Diduga pergerakan suku bunga kredit investasi berpengaruh secara
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

d.

Diduga pergerakan uang primer (M0) berpengaruh secara positif
terhadap inflasi Indonesia.

e.

Diduga pergerakan nilai tukar Rupiah per Dollar AS (Kurs)
berpengaruh secara positif terhadap inflasi Indonesia.

f.

Diduga pergerakan suku bunga kredit investasi berpengaruh secara
negatif terhadap inflasi Indonesia.

2. Untuk penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) terhadap
pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi Indonesia:
a.

Diduga pergerakan BI rate berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia.

b.

Diduga pergerakan nilai tukar Rupiah per Dollar AS (Kurs)
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

19

c.

Diduga pergerakan suku bunga kredit investasi berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

d.

Diduga BI rate berpengaruh secara negatif terhadap inflasi Indonesia

e.

Diduga nilai tukar Rupiah per Dollar AS berpengaruh secara positif
terhadap inflasi Indonesia

f.

Diduga suku bunga kredit investasi berpengaruh secara negatif
terhadap inflasi Indonesia.

3. Diduga pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi merespon positif adanya
shock yang terjadi pada variabel uang primer, nilai tukar Rupiah per Dolar
AS, dan suku bunga kredit investasi selama penerapan Base Money
Targeting Framework (BMTF) periode 2000:01-2005:06

4. Diduga pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi merespon positif adanya
shock yang terjadi pada variabel BI Rate, nilai tukar Rupiah per Dolar AS,
dan suku bunga kredit investasi selama penerapan Inflation Targeting
Framework (ITF) periode 2005:07-2013:12

5. Diduga variabel uang primer, nilai tukar Rupiah per Dolar AS, dan suku
bunga kredit investasi memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi dan laju inflasi selama penerapan Base Money Targeting
Framework (ITF) periode 2000:01-2005:06

6. Diduga variabel BI Rate, nilai tukar Rupiah per Dolar AS, dan suku bunga
kredit investasi memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi

20

dan laju inflasi selama penerapan Inflation Targeting Framework (ITF)
periode 2005:07-2013:12

F. Sistematika Penulisan
Bab I.

Pendahuluan. Bagian ini terdiri dari latar belakang,
permasalahan, tujuan penelitian, hipotesis, kerangka pemikiran
dan sistematika penulisan

Bab II.

Tinjauan Pustaka dan penelitian terdahulu. Berisikan teori-teori
ekonomi yang memiliki kaitan dengan penelitian ini serta
penelitian terdahulu yang menjadi rujukan serta acuan dalam
penelitian ini

Bab III.

Metode penelitian. Membahas tentang tahapan penelitian, data
dan sumber data, batasan variabel, alat analisis serta pengujian
hipotesis

Bab IV.

Hasil Perhitungan dan pembahasan. Berisikan analisis hasil
perhitungan secara kuantitatif dan kualitataif

Bab V.

Simpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

21

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter
dalam bentuk pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan
kegiatan perekonomian yang diinginkan (Perry Warjiyo, 2004). Dalam
praktek, perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan tersebut
adalah stabilitas ekonomi makro yang tercermin oleh stabilitas harga,
membaiknya pertumbuhan ekonomi (output riil), serta cukup luasnya
lapangan kerja yang tersedia. Kebijakan moneter ini dilakukan berbeda-beda
dari suatu negara dengan negara lain, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dan mekanisme transmisi yang berlaku pada perekonomian yang
besangkutan.

Terdapat dua jenis kebijakan moneter yaitu kebijakan moneter yang bersifat
ekspansif dan kebijakan moneter yang bersifat kontraktif. Kebijakan moneter
ekspansif dilakukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, antara lain dengan
meningkatkan jumlah uang yang beredar. Sedangkan kebijakan moneter
kontraktif dilakukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi dengan
mengurangi jumlah uang yang beredar.

22

Sesuai dengan UU No.3 Tahun 2004, Bank Indonesia mempunyai tujuan
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. kestabilan nilai
rupiah yang dimaksud yaitu kestabilan pada harga barang dan jasa yang
tercermin pada laju inflasi yang rendah dan stabil, serta kestabilan harga yang
tercermin pada kestabilan nilai tukar Rupiah dengan mata uang negara-negara
mitra dagang Indonesia.

Untuk mencapai tujuan kebijakan moneter, Bank Indonesia melaksanakan
tiga tugas pokok, yaitu: (i) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
(ii) mengatur dan menjaga sistem perbankan, (iii) mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Sistem keuangan yang sehat akan mendukung
efektivitas pelaksanaan pengendalian moneter Karenna mekanisme transmisi
kebijakan moneter ke kegiatan ekonomi riil berlangsung melalui sistem
perbankan. Secara teori dampak kebijakan moneter terhadap perekonomian
dapat dilihat dari kurva keseimbangan pasar uang dan pasar barang (IS-LM)
serta permintaan dan penawaran agregat (AD-AS) pada Gambar 4 dibawah
ini.

23

r

r
LM0

r1

r1

LM1

E0
E1

r0

r0
IS

M
Ms0

Ms1

(a)

Y

0

Y

Y

1

(b

P

)
AS

p1

A2

p0

A1

AD
AD0

Y0

Y

Y1

(c)
Gambar 4. Kebijakan Moneter (Analisis IS-LM dan AD-AS)

Pada gambar 4 menunjukan kurva IS-LM dimana (a) bertambahnya
penawaran (supply) uang dari Ms0 ke Ms1 yang disebabkan penurunan tingkat
bunga dari r1 ke r0 yang berakibat pada penarikan dana oleh masyarakat dari
perbankan. Kebijakan moneter ekspansif ini bertujuan untuk menambah
jumlah uang beredar dimasyarakat untuk men-stimulus perekonomian.
Penurunan suku bunga dari r1 ke r0 menyebabkan jumlah uang beredar
dimasyarakat meningkat dan meningkatkan daya beli masyarakat akan
barang dan jasa sehingga menggeser tingkat pendapatan dari Y0 ke Y1 (b).

Secara teori Y = f(S + C), penurunan pada tingkat suku bunga akan
mengurangi komponen tingkat tabungan (S) dan meningkatkan pendapatan

24

(Y) yang selanjutnya akan meningkatkan konsumsi (C). Dengan asumsi
perekonomian dalam keadaan tenaga kerja penuh (full employment) maka
peningkatan permintaan akan barang dan jasa karena peningkatan pendapatan
(Y) akan membuat harga naik dari p0 ke p1 (c).

Hubungan antara jumlah uang beredar (M), tingkat bunga (r) dan pendapatan
(y) dapat kita lihat pada keseimbangan pasar uang yang dapat digambarkan
melalui kurva LM, penambahan jumlah uang beredar dan atau penurunan
suku bunga akan menggeser kurva LM ke kanan dari LM0 ke LM1.
Dengan asumsi kurva IS tetap maka pergeseran kurva LM0 ke LM1 akan
menyebabkan keseimbangan pasar barang (IS) dan pasar uang (LM) akan
bergeser dari E0 ke E1 (b). Pergeseran LM0 ke LM1 yang menyebabkan
perubahan keseimbangan di pasar barang dan pasar uang dari E0 ke E1 yang
pada gilirannya akan mengeser kurva permintaan agregat (AD) dari AD0 ke
AD1 dan membentuk keseimbangan perekonomian yang baru pada titik A1
dan A2 (c). Dari gambar diatas terlihat bagaimana tingkat suku bunga (r) dan
jumlah uang beredar (M) mempengaruhi tingkat harga (p).

a.

Instrumen Kebijakan Moneter

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan instrumen kebijakan moneter yang
penting, karena melalui OPT bank sentral dapat mempengaruhi sasaran
operasionalnya (jumlah uang beredar atau suku bunga) secara lebih efektif.
Dikatakan demikian karena sinyal arah kebijakan moneter dapat disampaikan

25

melalui OPT, yang pelaksanaannya dilakukan secara terbuka dan
pembentukan suku bunganya dilakukan atas inisiatif bank sentral dengan
frekuensi dan kuantitas sesuai dengan yang diinginkan.

OPT berbentuk kegiatan jual-beli surat-surat berharga oleh bank sentral
melalui mekanisme lelang atau non lelang. Apabila bank sentral akan
mengurangi jumlah uang beredar dimasyarakat, maka bank sentral akan
menjual surat-surat berharganya yang akan berdampak pada pengurangan
alat-alat likuid bank dan selanjutnya akan memperkecil kemampuan sistem
perbankan dalam memberikan pinjaman. Demikian sebaliknya, apabila bank
sentral akan menambah jumlah uang beredar, bank sentral akan membeli
surat-surat berharga yang akan berdampak pada peningkatan alat-alat likuid
sistem perbamkan dan selanjutnya akan berdampak pada peningkatan
kemampuan sistem perbankan dalam memberikan kredit kepada masyarakat.

Di Indonesia Operasi Pasar Terbuka (OPT) dilakukan oleh Bank Indonesia
dengan tiga cara yaitu (i) melalui lelang SBI dimana besarnya lelang SBI ini
dimaksudkan untuk mencapai besarnya target uang primer yang ditetapkan.
(ii) Fasilitas Bank Indonesia (Fasbi) yang dilakukan secara harian, yang
dilakukan melalui penawaran kepada bank-bank untuk menanamkan
kelebihan likuiditasnya di Bank Indonesia, (iii) sterilisasi/intervensi valuta
asing., dimana Bank Indoensia melakukan intervensi di pasar valuta asing
terutama bila pemerintah akan membiayai kegiatan suatu proyek yang
membutuhkan dana besar dengan cara menggunakan dana valuta asing yang
disimpan sebani cadangan devisa di Bank Indoesia.

26

2. Cadangan Wajib Minimun (Reserve Requirment)
Cadangan wajib minimum adalah instrumen yang merupakan ketentuan bank
sentral yang mewajibkan sistem perbankan untuk memelihara sejumlah aset
likuid sebesar presentase tertenntu dari kewajiban lancarnya. Sebagian aset
likuid tersebut harus dipelihara dalam bentuk kas dan sebagian lainnya dalam
bentuk rekening giro pada bank sentral.

Cadangan wajib minimum ini banyak digunakan oleh bank sentral sebagai
instrumen pengendalian moneter disamping sebagai ketentuan prudential
regulation yang berfungsi untuk memastikan bahwa bank-bank memiliki
likuiditas yang cukup setiap saat apabila nasabah melakukan penarikan
simpanannya.

Naik turunnya persentase cadangan aka

Dokumen yang terkait

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

0 14 20

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

0 34 20

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN INFLATION TARGETING TERHADAP KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

3 42 82

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN MONETER MELALUI BASE MONEY TARGETING FRAMEWORK (2000:01-2005:06) DAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK (2005:07-2013:12) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN LAJU INFLASI DI INDONESIA

0 36 104

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER (MONETARY BASE TARGETING FRAMEWORK 2002:01-2005:06 DAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK 2005:07-2013:06) TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA

0 4 113

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER (MONETARY BASE TARGETING FRAMEWORK 2002:01-2005:06 DAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK 2005:07-2013:06) TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA

1 11 112

B.Inggris : ANALYSIS OF THE EFFECT OF MONETARY POLICY (MONETARY BASE TARGETINGFRAMEWORK 2002:01-2005:06 AND INFLATION TARGETING FRAMEWORK 2005:07-2013:06) FOR INVESTMENT IN INDONESIA B.Indonesia : ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER (MONETARY BASE TARGETI

0 7 85

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP SEKTOR RIIL DI INDONESIA (PERIODE MONEY BASE TARGETING FRAMEWORK (2002:01-2005:06) DAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK (2005:07-2013:12))

3 25 92

ANALISIS PENGARUH INDIKATOR KEBIJAKAN MONETER TERHADAP LAJU INFLASI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 2003:Q1 2013:Q4

1 2 18

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PERIODE 2006-2010

0 0 12