digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
C. TAHFIDZUL QURAN
Istilah Tahfidz al- Qur’an merupakan gabungan dari tahfidz dan al-
Qur’an. Tahfidz berarti memelihara, menjaga atau menghafal.
2
Tahfidzul Qur’an adalah kegiatan menghafal al-Qur’an, kegiatan ini merupakan salah satu aktivitas yang hampir dilakukan di setiap pondok
pesantren tak terkecuali Pondok Pesantren al-Furqon al-Islami. Sebagai Muslim yang baik sudah seharusnya berusaha untuk menghafal al-
Qur’an, karena selain menjadi pedoman hidup al-
Qur’an juga sebagai syafaat pada hari kiamat kelak dan banyak keutamaan-keutamaan bagi pembaca,
penghafal sekaligus pengamal nilai-nilai yang terkandung di dalam al- Qur’an. Hal inilah yang menjadi salah satu motivasi bagi para santri untuk
bisa mengahafal al- Qur’an selain sebab-sebab lain tentunya.
Program tahfidz al- Qur’an mempunyai peran penting dalam upaya
mengembangkan pendidikan agama Islam, baik itu proses dalam pendidikan formal seperti di sekolah maupun non formal seperti di TPA
Taman Pendidikan al- Qur’an maupun di pondok pesantren. Tahfidz al-
Qur’an dapat berperan langsung dalam pembentukan akhlak sejak masih kanak-kanak, program tahfidz mampu meningkatkan kualitas baca tulis al-
Qur’an pada anak dan memperluas pengetahuan anak tentang agama Islam. Selain itu, program tahfidz dapat digunakan untuk memudahkan
para pendidik dalam mengkaji pengetahuan agama yang disampaikan
2
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia Jakarta: Hidakarya Agung, 1999, 105.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kepada anak didik atau santri pada sebuah lembaga pendidikan formal maupun non formal.
3
Menghafal al- Qur’an menjadi sangat penting untuk dilakukan oleh
setiap muslim karena begitu banyaknya pahala bagi yang membacanya. Apalagi berusaha untuk menghafalkannya, akan sering membacanya
hingga kuat hafalannya hingga terus muraja’ah mengulang-ulang
kembali hafalnnya. Menghafal al- Qur’an terutama pada usia pendidikan
anak-anak akan lebih mudah, lebih mulia lagi apabila seorang mukmin yang mengamalkan hafalannya kemudian berdakwah di jalan Allah Azza
wa Jalla. Menghafal al-
Qur’an bukanlah perkara yang mudah dan ringan untuk dilakukan oleh manusia jika tidak meluangkan waktu, usaha dan
segenap kemampuan. Jika segala sesusatu dimulai dengan niat yang sungguh-sungguh inshaAllah akan berbuah keberhasilan. Oleh karena itu,
para penghafal al- Qur’an adalah orang-orang yang memiliki tekad yang
kuat. Penting bagi pendidik untuk memberikan landasan yang kuat betapa pentingnya tekat dan niat yang ikhlas untuk menghafal al-
Qur’an terutama untuk anak-anak.
Setiap santri di Pondok Pesantren al-Furqon al-Islami menghafal al-
Qur’an. Mereka menghafal al-Qur’an minimal satu juz dalam setiap semesternya, jadi setiap santri dalam satu tahun minimal dapat menghafal
3
Muhammad Shofwan ,”Penerapan Program Tahfidz Al-Qur’an Pada Pembelajaran Materi Al-
Qur’an di Madrasah Diniyah Al-KArim Ngeni Kepuhkiriman Waru, Sidoarjo” Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Tarbiyah, Surabaya, 2013, 22.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dua juz. Namun, ada juga santri yang menghafal lebih banyak juz dalam satu tahunnya. Para santri tidak hanya membaca kemudian menghafal al-
Qur’an saja tetapi juga harus memperhatikan kaidah-kaidah dalam membaca al-
Qur’an seperti tajwidnya dan lain-lain.
4
Aktivitas menghafal al- Qur’an para santri tidak terbats waktunya
dalam satu hari, biasanya setiap santri berbeda-beda waktunya dalam menghafal. Dalam sehari terdapat waktu-waktu yang dimana dapat
dimanfaatkan setiap santri untuk menghafal al- Qur’an seperti waktu
setelah sekolah, sebelum dan setelah sholat, waktu-waktu istirahat, bahkan sebelum para santri tidur malam mereka menyempatkan untuk menghafal
al- Qur’an.
5
Santri yang mengahafal al- Qur’an mulai jenjang setingkat SD, hal
ini dilakukan karena anak-anak masih mudah dalam menghafal dan membiasakan anak-anak untuk sering berinteraksi dengan al-
Qur’an sehingga mereka akan cinta dengan al-
Qur’an bahkan tidak sedikit dari mereka yang telah hafal 30 juz. Dengan demikian mereka akan terbiasa
untuk terhindar dari kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat, karena memang mereka harus terus mengingat hafalan dengan cara mengulang-
ulang bacaan al- Qur’an mereka.
Metode yang dilakukan dalam menghafal al- Qur’an di Pondok
Pesantren al-Furqon al-Islami ini menggunakan sistem halaqoh yakni kelompok-kelompok sesuai kelas hafalan mereka masing-masing. Untuk
4
Muzi, Wawancara, Gresik, 19 April 2016.
5
Hasil Observasi di Pondok Pesantren Al-Furqon, Gresik, 19 April 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
jenjang setingkat SD misalnya mereka membentuk kelompok-kelompok yang dimana setiap kelompok ada ustadznya. Setiap kelompok dibedakan
dengan tingkat hafalan bukan dari tingkat kelas mereka dalam sekolah formal, tidak semua yang duduk di kelas 6 SD hafal 30 juz dan adapula
santri yang di bawah kelas 6 namun sudah hafal 30 juz.
6
6
Ustadz Rahmad, Wawancara, Gresik, 19 April 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN