Dukungan pendanaan pendidikan Komitmen Pemda terhadap Pendidikan

pembentukannya tetap memberi kemungkinan bagi orang-orang di luar yang diundang, yang dianggap layak menjadi anggota Dewan Pendidikan. Dewan Pendidikan sebagai wadah peran serta masyarakat yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkhis dengan lembaga pemerintah daerah. Tata hubungan antara Dewan Pendidikan dengan Pemerintah Daerah, DPRD, Dinas Pendidikan serta Komite-Komite Sekolah di Kota Salatiga bersifat koordinatif. Peran Dewan Pendidikan adalah: a memberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, b mendukung, baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan, c mengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, dan d sebagai mediator antara pemerintah dan DPRD legislatif dengan masyarakat. Fungsi Dewan Pendidikan meliputi: a mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, b melakukan kerjasama dengan masyarakat peroranganorganisasi, pemerintah, dan DPRD berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, c menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat, d memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada pemerintah daerah DPRD mengenai: kebijakan dan program pendidikan, dan melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan. Agar peran dan fungsi tersebut dapat terwujud, pemerintah daerah wajib memberikan hibah pendanaan kepada Dewan Pendidikan sesuai ketentuan yang berlaku Perda,2009. Adanya regulasi itu menunjukkan adanya komitmen Pemerintah Daerah terhadap pendidikan. Selain itu, dalam rangka menjalankan peran dan fungsinya, Dewan Pendidikan mengadakan pertemuan rutin. Kendala yang dihadapi adalah sulitnya mengumpulkan anggota untuk pertemuan, terutama anggota yang berasal dari unsur birokrasi. Umumnya mereka hanya berpartisipasi ketika ada acara keluar, seperti studi banding misalnya, sedangkan apabila sekedar rapat mereka jarang hadir dengan alasan kesibukan. Oleh karenanya, praktis kinerja Dewan Pendidikan lebih banyak digerakkan oleh sebagian anggota yang memiliki kemampuan, komitmen dan kepedulian yang tinggi untuk melakukan perubahan di bidang pendidikan.

b. Dukungan pendanaan pendidikan

Komitmen Pemerintah Daerah lainnya adalah dalam bentuk dukungan pendanaan pendidikan. Dalam Perda Perda, 2007 disebutkan bahwa arah kebijakan umum pembangunan pendidikan Kota Salatiga adalah bahwa ”pelayanan pendidikan akan diberikan melalui anggaran yang proporsional sebagai bentuk perhatian terhadap pentingnya pendidikan bagi masyarakat”. Sementara itu, dalam Perda Perda, 2009 disebutkan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Ditetapkan bahwa Pemerintah Daerah menjamin terselenggarakannya kegiatan wajib belajar pendidikan dasar sesuai standar pelayanan minimal tanpa memungut biaya bagi sekolah yang diselenggarakan pemerintah. Sementara bagi satuan pendidikan yang mengembangkan mutu pendidikan di atas standar pelayanan minimal, dapat menggali sumber daya pendidikan dari partisipasi masyarakat, kecuali bagi masyarakat miskin. Selain itu, pemerintah daerah diwajibkan memberikan subsidi bagi terselenggaranya kegiatan wajib belajar pendidikan dasar bagi sekolah yang diselenggarakan masyarakat dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah. Ada pula regulasi yang mengatur prinsip pengalokasian dan pengelolaan dana pendidikan bahwa dana pendidikan dialokasikan minimal 20 dua puluh perseratus dari APBD, yang pemenuhannya dilakukan secara bertahap. Sementara itu mengenai dukungan pendanaan pendidikan ke sekolah ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan dan berkelanjutan. Yang dimaksud adalah bahwa dukungan pendanaan pendidikan ditentukan dengan memperhatikan status atau kategori sekolah, jumlah rombongan belajar dan atau jumlah peserta didik, serta sarana dan prasarana atau fasilitas sekolah yang ada. Berikut adalah gambaran perkembangan presentase alokasi anggaran fungsi pendidikan dalam APBD Kota Salatiga, yang menggambarkan tingkat komitmen pemerintah daerah terhadap penyelenggaraan pendidikan pasca reformasi. 5 Gambar 2. Alokasi Anggaran Fungsi Pendidikan dalam APBD Kota Salatiga Pasca Reformasi Lain dari itu, pemerintah daerah juga memiliki komitmen pendanaan pendidikan bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin pasal 69-71 Perda, 2009. Anak usia sekolah dari keluarga miskin berhak untuk mendapatkan layanan pendidikan dasar yang bermutu dan pemenuhan kebutuhan biaya pendidikan oleh pemerintah daerah. Bahkan anak usia sekolah dari keluarga miskin yang berprestasi berhak mendapatkan bantuan biaya pendidikan dari pemerintah daerah sampai jenjang pendidikan tinggi. Biaya pendidikan bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin, meliputi biaya pribadi peserta didik dan pungutan satuan pendidikan. Sementara biaya pendidikan anak dari keluarga miskin yang menempuh pendidikan tinggi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan. Sebagai bentuk komitmen untuk mewujudkan pendanaan pendidikan bagi anak usia sekolah dari keluarga miskin, diatur skema tindakan pembiayaan pendidikan sebagai berikut pasal 72 Perda, 2009: a pemerintah daerah melakukan pendataan siswa dan atau anak usia sekolah dari keluarga miskin secara periodik; b data siswa danatau anak usia sekolah dari keluarga miskin diverifikasi kebenarannya oleh Tim Verifikasi, c data siswa dan atau anak usia sekolah dari keluarga miskin yang telah diverifikasi ditetapkan oleh Walikota, d perangkat daerah terkait bertugas menyalurkan biaya pendidikan, bantuan danatau beasiswa kepada siswa dari keluarga miskin sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Dalam hal ini, masyarakat berperan serta dalam pelaksanaan skema pembiayaan pendidikan bagi siswa dari keluarga miskin mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. c. Perumusan kebijakan yang menguntungkan perkembangan pendidikan. Komitmen lainnya adalah dalam bentuk perumusan kebijakan yang menguntungkan perkembangan pendidikan. Pada masa reformasi, telah dirumuskan kebijakan umum, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis pendidikan. Kebijakan umum pendidikan menunjuk pada kebijakan Pemda tentang pendidikan sebagai pelaksanaan asas desentralisasi, yang merupakan ketentuan yang bersifat makro dan strategis daerah, yang produknya berupa peraturan daerah. Kebijakan umum tersebut memuat arah kebijakan dan program pembangunan pendidikan, digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dan segenap anggota masyarakat Kota Salatiga dalam melaksanakan pembangunan pendidikan di daerah. Sementara kebijakan pelaksanaan dan teknis pendidikan dibuat oleh Dinas Pendidikan sebagai operasionalisasi dari kebijakan umum tersebut. Kebijakan umum pendidikan ditetapkan bersama oleh Pemerintah Daerah dengan DPRD, yang substansinya dapat mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu. Dalam Perda Nomor 4 Tahun 2007 tentang RPJMD Kota Salatiga tahun 2007-2012, ditegaskan mengenai arah kebijakan umum pembangunan Kota Salatiga khususnya pada fungsi pendidikan, bahwa: kebijakan pada fungsi pendidikan diarahkan pada upaya-upaya pemenuhan pelayanan dasar dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas melalui peningkatan kualitas pendidikan berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi agar menjadi dinamis, serta peningkatan profesionalisme. Lebih lanjut, dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar pendidikan tersebut, pada tahun 2008 disusun Masterplan Pendidikan Kota Salatiga, yang dapat memberi gambaran kebijakan jangka menengah dan panjang 6 sektor pendidikan secara sistematis dalam mencapai visi dan misi Kota Salatiga. Masterplan tersebut memuat pentahapan pengembangan pendidikan Kota Salatiga, yang dalam implementasinya terbagi menjadi 4 periode dengan penekanan masing-masing, sebagaimana tampak dalam gambar sebagai berikut. Sementara itu, berdasarkan kebijakan umum tersebut, kemudian dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD yang merupakan dokumen perencanaan teknis operasional bagi aparatur pemerintah dalam melaksanakan pembangunan untuk kurun waktu satu tahun. Mencermati substansi kebijakan pendidikan dan program dalam RKPD selama lima tahun terakhir 2007-2011, tampak bahwa peningkatan kualitas pendidikan selalu menjadi prioritas kebijakan. Dalam pelaksanaannya, kebijakan tersebut diimplementasikan melalui program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, program peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan sehingga dapat menunjang proses pendidikan, dan program manajemen pelayanan pendidikan Selain itu, sebagai wujud komitmen Pemda terhadap pendidikan tercermin dari dukungannya untuk mewujudkan “manajemen pendidikan satu payung”, yang dapat mengintegrasikan peran pemerintah, masyarakat dan orang tua dalam penyelenggaraan pendidikan. Ketiga pihak tersebut berperan dan bertanggung jawab secara profesional dalam penyelenggaraan pendidikan. Aspirasi ini, meskipun sempat tenggelam, tetapi akhirnya menjadi semacam “embrio” bagi adanya Raperda tentang penyelenggaraan pendidikan di Kota Salatiga. Raperda ini merupakan usulan inisiatif para pelaku pendidikan di Kota Salatiga yang menyadari perlunya landasan yang kuat bagi stakeholders dalam penyelenggaraan pendidikan. Lebih lanjut, sebagai wujud komitmen Pemda terhadap pendidikan, Walikota berpendapat bahwa: pembentukan Raperda Penyelenggaraan Pendidikan Kota Salatiga yang merupakan tindak lanjut penyelesaian Raperda inisiatif DPRD Kota Salatiga pada tahun 2002 yang sempat terhenti karena menunggu diundangkannya UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sangatlah tepat karena dengan adanya landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan pendidikan diharapkan akan mampu mewujudkan layanan pendidikan yang bermutu, transparan, akomodatif dan akuntabel, serta partisipatif. Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa dengan dibentuknya Raperda tersebut diharapkan dapat menopang perwujudan visi dan misi Kota Salatiga sebagai Kota Pendidikan sebagaimana tertuang Periode 4 : 2024-2028: Puncak dari bangunan sistem pendidikan Kota Salatiga: memiliki daya saing di tingkat global internasional Periode 3 : 2019-2023: Kemampuan menghadapai dan memenangkan daya saing di kawasan regional dan nasional Periode 2 : 2014-2018: Penguatan pelayanan yang kompetitif, penguatan semua pondasi bangunan sistem pendidikan Kota Salatiga Periode 1 : 2008-2013: Optimalisasi pelayanan dan modernisasi sebagai pondasi bagi bangunan sistem pendidikan Kota Salatiga secara menyeluruh Gambar 3. Masterplan Pendidikan Kota Salatiga 7 dalam Perda No. 4 Tahun 2007 tentang RPJM Kota Salatiga Tahun 2007- 2012. Untuk itu, ia berharap agar dalam pembentukan perda ini memperhatikan amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas mengenai beberapa hal pokok dalam penyelenggaraan pendidikan, yaitu peningkatan mutu pendidikan, aksesibilitas pendidikan, perbaikan tata kelola pendidikan, dan desentralisasi serta dekonsentrasi penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya, Walikota memerintahkan Tim Asistensi Penyusunan Raperda dan perangkat daerah terkait untuk bersama-sama dengan Panitia Khusus DPRD segera melakukan pembahasan dalam rangka kesatuan pola pikir dan pola tindak sehingga harmonisasi dan finalisasi penyusunan Raperda penyelenggaraan pendidikan dapat diselesaikan dengan baik. Atas pendapat Walikota tersebut, semua fraksi menyetujui dan menyarankan agar supaya eksekutif segera melakukan pembahasan-pembahasan dengan pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itu, guna mendapatkan masukan materi atas Raperda tersebut, diadakan studi banding ke berbagai Pemda. Selain itu, juga dilakukan public hearing yang dihadiri para stakeholders bidang pendidikan Kota Salatiga. Dalam public hearing tersebut ditekankan bahwa Kota Salatiga sebagai kota pendidikan sudah selayaknya memiliki dasar hukum penyelenggaraan pendidikan. Sementara itu, dilaksanakan pula kegiatan workshop dalam rangka finalisasi, harmonisasi, dan penyelarasan terhadap Raperda penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya, diadakan rapat paripurna DPRD dalam rangka persetujuan bersama terhadap Raperda tersebut. Menurut pendapat fraksi: dengan diterapkannya perda tentang penyelenggaraan pendidikan, diharapkan dapat lebih meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan di Salatiga, serta terjangkaunya pendidikan bagi orang yang kurang mampu, sehingga mendukung terwujudnya Kota Salatiga sebagai Kota Pendidikan. Sebagai kota pendidikan, Kota Salatiga sudah seharusnya memiliki Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Pendidikan, sebagai pedoman bagi pemerintah dan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan pendidikan. Dalam rapat paripurna DPRD tersebut, Walikota menyatakan bahwa Perda tersebut merupakan karya yang monumental dan strategis. Melalui Perda tentang penyelenggaraan pendidikan, diharapkan dapat: 1 mendorong dan memperkuat kepastian hukum dalam penyelenggaraan pendidikan di Kota Salatiga, 2 mendorong tumbuh dan berkembangnya penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas, 3 mendorong terciptanya pencitraan publik dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan, 4 memperjelas dan mempertegas wewenang dan kewajiban pemerintah daerah, 5 mempertegas dan memperjelas hak dan kewajiban masyarakat, dan 6 mendorong terwujudnya tertib penyelenggaraan pendidikan di sekolah sejak dari proses penerimaan, proses pembelajaran, sampai tamat sekolah. Dalam kebijakan umum mengenai penyelenggaraan pendidikan tersebut, ditegaskan mengenai prinsip- prinsip penyelenggaraan pendidikan yang merupakan operasionalisasi sekaligus modifikasi atas prinsip penyelenggaraan pendidikan yang tertuang dalam UU Sisdiknas. Berbeda dengan UU Sisdiknas, dalam Perda tentang penyelenggaraan pendidikan Kota Salatiga ditambahkan satu prinsip berkenaan dengan good governance, sehingga selain yang tercantum dalam pasal 4 UU Sisdiknas, juga menyebutkan bahwa ”Pendidikan diselenggarakan berdasarkan asas-asas umum pemerintahan yang baik yang mencakup asas kepastian hukum, tertib penyelenggara, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas” Perda, 2009. Berdasarkan kebijakan umum pendidikan tersebut, Disdikpora sebagai salah satu unsur pelaksana pemerintah daerah merumuskan kebijakan pelaksanaan dan teknis pendidikan sebagai operasionalisasi dari kebijakan umum tersebut. Kebijakan umum pendidikan dipakai sebagai dasar dan pedoman dalam melaksanakan tugas sebagai penanggungjawab utama teknis penyelenggaraan pendidikan di daerah. Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Disdikpora merumuskan rencana strategis bidang pendidikan pada tingkatan yang lebih operasional, dan membentuk kebijakan-kebijakan pelaksanaan dan teknis pendidikan di beberapa aspek Renstra Dinas Pendidikan, 2002-2006; Renstra Disdikpora, 2009-20012. Renstra Disdikpora memuat arah dan tujuan sebagai acuan dan pedoman bagi seluruh jajaran penyelenggara pendidikan di Kota Salatiga, baik pemerintah maupun masyarakat. Renstra dibuat secara bersama-sama, melibatkan subbagian-subbagian dan bidang-bidang dan seksi-seksi yang ada. Tiap subbagian, bidang, dan seksi membuat konsep awal berkaitan dengan kewenangan dan tanggung jawab masing-masing, berdasarkan masukan dari stakeholders. Konsep awal tersebut kemudian direkap oleh “Tim Perumus Renstra ” untuk mengolah lebih lanjut bahan awal tersebut. Tim perumus terdiri atas unsur kepala Dinas Pendidikan, kepala-kepala subbagian dan bidang, baik bidang pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan non formal, bidang pendidik dan tenaga kependidikan, bidang pemuda dan olah raga, unit pelaksana teknis dinas dan kelompok jabatan fungsional. Hasil kerja tim kemudian dikirim ke pemerintah daerah untuk mendapatkan tanggapan, setelah itu direvisi dan disahkan. Dalam renstra disebutkan bahwa visi Disdikpora tahun 2009-2012 adalah “terwujudnya masyarakat Kota Salatiga yang mandiri, menguasai iptek, cinta tanah air, berwawasan kebangsaan, berprestasi dan berakhlak mulia”. Sedangkan misi untuk mewujudkan visi tersebut, antara lain: a mewujudkan sistem pendidikan yang demokratis dan bermutu, b meningkatkan kualitas hasil dan kemandirian pendidikan, dan c meningkatkan 8 pengamalan ajaran pendidikan agama, IMTAQ dalam kehidupan sehari-hari, mewujudkan sekolah bertaraf internasional pada masing-masing jenjang minimal 1 sekolah, meningkatkan pencapaian kesempatan memperoleh pendidikan dan memperluas akses pendidikan, dan meningkatkan akuntabilitas dan pencitraan publik di bidang pendidikan.Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, ditetapkan tujuan dan sasaran. Salah satu tujuannya adalah “tercapainya peningkatan kualitas akademik dan non akademik pada semua jenjang pendidikan”. Sedangkan sasarannya, antara lain: penuntasan Wajar Diknas 9 tahun yang bermutu, tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, menekan angka putus sekolah dan tinggal kelas, peningkatan kualifikasi tenaga pendidik dan kependidikan, peningkatan prestasi siswa, pengembangan kurikulum, peningkatan mutu pendidikan dan kecakapan hidup, dan terwujudnya pelajar yang berakhlak mulia.

2. Pembahasan Hasil Penelitian