Pembentukan dan penataan organisasi pendidikan

maupun para wakil rakyat, melainkan juga menjadi acuan utama kinerja ataupun performance baik wakil rakyat, aparat pemerintah daerah, para pengusaha, rakyat biasa maupun terlebih lebih para praktisi pendidikan. Dimensi “mendidik” diharapkan menjadi acuan setiap sikap, perilaku, ucapan maupun tindakankebijakan setiap warga Kota Salatiga. Ditetapkannya Kota Salatiga sebagai kota pendidikan menunjukkan adanya kesadaran dan komitmen untuk menjadikan pendidikan sebagai strategi dalam mengembangkan dan memajukan Kota Salatiga. Penyusun renstra Kota Salatiga memberi alasan fenomenologis ditetapkannya Salatiga sebagai kota pendidikan, dengan menyatakan bahwa “denyut nadi aktivitas Kota Salatiga selama ini sangat terkait dengan keberadaan dan aktivitas pendidikan baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah” Renstra, 2002. Selain visi menjadikan Kota Salatiga sebagai kota pendidikan Perda, 2009, komitmen tersebut juga berupa peningkatan perhatian Pemda terhadap pendidikan, misalnya dalam pembentukan dan penataan organisasi pendidikan, dukungan pendanaan pendidikan, dan kebijakan lain yang menguntungkan perkembangan pendidikan.

a. Pembentukan dan penataan organisasi pendidikan

Dari segi pembentukan dan penataan organisasi, pada era otonomi telah ditetapkan perda yang mengatur tentang pembentukan organisasi, struktur organisasi serta tugas dan fungsi dinas sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah. Salah satu unsur pelaksana pemerintah daerah adalah Dinas Pendidikan yang dibentuk dengan tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang pendidikan. Dinas Pendidikan merupakan hasil penggabungan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Perda, 2001. Dalam perkembangannya, karena tuntutan kebutuhan, organisasi Dinas Pendidikan tersebut diubah menjadi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Disdikpora. Disdikpora mempunyai tugas pokok membantu Walikota melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pendidikan, pemuda dan olah raga berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam rangka menjalankan tugas pokok tersebut, Disdikpora mengkoordinasikan keseluruhan program dan kegiatan yang ada agar pelaksanaannya dapat berjalan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Selain itu, untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Disdikpora menyelenggarakan fungsi Perda, 2008: 1. perumusan kebijakan teknis di bidang pendidikan, pemuda dan olah raga; 2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pendidikan, pemuda dan olah raga; 3. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendidikan, pemuda dan olah raga yang meliputi prasekolah dan pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan nonformal, dan pendidik dan tenaga kependidikan, pemuda dan olah raga; 4. pelaksanaan pelayanan kesekretariatan Dinas; dan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dalam peraturan Walikota tersebut ditegaskan bahwa untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi tersebut, susunan organisasi Disdikpora terdiri atas: Kepala Dinas, Sekretariat, bidang Pendidikan Dasar, bidang Pendidikan Menengah, bidang Pendidikan non Formal, bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, bidang Pemuda dan Olah Raga, Unit Pelaksana Teknis Dinas, dan Kelompok Jabatan Fungsional, yang masing-masing mempunyai uraian tugas dan fungsi pokok tertentu. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, masing-masing wajib menerapkan prinsip “koordinasi, sinkronisasi, integrasi dan simplifikasi” secara vertikal dan horisontal baik dalam lingkungan masing-masing maupun dengan instansi lain sesuai dengan tugas pokoknya. Di samping itu, sebagai bagian dari upaya penataan organisasi dibentuk pula Dewan Pendidikan sebagai wadah partisipasi masyarakat Salatiga dalam bidang pendidikan. Dewan Pendidikan dibentuk atas inisiatif Dinas Pendidikan Kota Salatiga. Pembentukannya dimotivasi oleh keinginan untuk menggalang dukungan dan peran serta masyarakat yang lebih optimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam penyelenggaraan pendidikan, masyarakat dapat berperanserta dalam peningkatan mutu, pemerataan, efisiensi penyelenggaraan pendidikan, dan tercapainya demokrasi pendidikan, dengan memberi pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan. Di samping itu, pembentukannya juga didorong agar memperoleh bantuan dana dari pemerintah, yang usulannya mengharuskan mendapat persetujuan dari Dewan Pendidikan Kota Salatiga. Dengan motivasi seperti itu, dalam beberapa hal prosedur pembentukannya tidak sesuai dengan panduan dalam Keputusan Mendiknas Nomor 044U2002, seperti: a tidak melalui pembentukan panitia persiapan terlebih dahulu, yang keanggotaannya terdiri atas kalangan praktisi pendidikan dan pemerhati pendidikan, b tidak mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat terlebih dahulu, c tidak menyusun kriteria, mengidentifikasi calon dan menyeleksi anggota berdasarkan usulan dari masyarakat, dan d tidak mengumumkan nama-nama calon anggota kepada masyarakat, selain hanya menetapkannya dalam SK Walikota. Dalam pembentukannya, Dinas Pendidikan langsung mengundang orang-orang yang dinilai mempunyai kemampuan dan kepedulian untuk meningkatkan mutu pendidikan di Kota Salatiga, dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang dipersyaratkan dalam keanggotaan Dewan Pendidikan. Kemampuan dan kepedulian itu dapat dilihat dari partisipasi aktif orang tersebut di berbagai kegiatan yang diadakan Dinas Pendidikan baik seminar, pelatihan maupun program-program sosialisasi kebijakan baru di bidang pendidikan. Selain itu, dalam proses 4 pembentukannya tetap memberi kemungkinan bagi orang-orang di luar yang diundang, yang dianggap layak menjadi anggota Dewan Pendidikan. Dewan Pendidikan sebagai wadah peran serta masyarakat yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkhis dengan lembaga pemerintah daerah. Tata hubungan antara Dewan Pendidikan dengan Pemerintah Daerah, DPRD, Dinas Pendidikan serta Komite-Komite Sekolah di Kota Salatiga bersifat koordinatif. Peran Dewan Pendidikan adalah: a memberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, b mendukung, baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan, c mengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, dan d sebagai mediator antara pemerintah dan DPRD legislatif dengan masyarakat. Fungsi Dewan Pendidikan meliputi: a mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, b melakukan kerjasama dengan masyarakat peroranganorganisasi, pemerintah, dan DPRD berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, c menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat, d memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada pemerintah daerah DPRD mengenai: kebijakan dan program pendidikan, dan melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan. Agar peran dan fungsi tersebut dapat terwujud, pemerintah daerah wajib memberikan hibah pendanaan kepada Dewan Pendidikan sesuai ketentuan yang berlaku Perda,2009. Adanya regulasi itu menunjukkan adanya komitmen Pemerintah Daerah terhadap pendidikan. Selain itu, dalam rangka menjalankan peran dan fungsinya, Dewan Pendidikan mengadakan pertemuan rutin. Kendala yang dihadapi adalah sulitnya mengumpulkan anggota untuk pertemuan, terutama anggota yang berasal dari unsur birokrasi. Umumnya mereka hanya berpartisipasi ketika ada acara keluar, seperti studi banding misalnya, sedangkan apabila sekedar rapat mereka jarang hadir dengan alasan kesibukan. Oleh karenanya, praktis kinerja Dewan Pendidikan lebih banyak digerakkan oleh sebagian anggota yang memiliki kemampuan, komitmen dan kepedulian yang tinggi untuk melakukan perubahan di bidang pendidikan.

b. Dukungan pendanaan pendidikan