Spesies diversity and habitat characteristic of Anopheles in Datar Luas Village, Krueng Sabee, Aceh Jaya, Aceh Province

KERAGAMAN JENIS DAN KARAKTERISTIK HABITAT
ANOPHELES DI DESA DATAR LUAS, KRUENG SABEE,
ACEH JAYA, PROVINSI ACEH

RISKI MUHAMMAD

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keragaman Jenis dan
Karakteristik Habitat Anopheles Di Desa Datar Luas, Krueng Sabe, Aceh Jaya,
Provinsi Aceh adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013

Riski Muhammad
B252110011

RINGKASAN
RISKI MUHAMMAD. Keragaman jenis dan karakteristik habitat Anopheles di
Desa Datar Luas, Krueng Sabee, Aceh Jaya, Provinsi Aceh. Dibimbing oleh SUSI
SOVIANA dan UPIK KESUMAWATI HADI.
Desa Datar Luas merupakan satu diantara desa di Kecamatan Krueng
Sabee Kabupaten Aceh Jaya yang menjadi wilayah endemis malaria. Kasus
malaria di desa ini masih tinggi. Kecamatan Krueng Sabee memiliki API dari
tahun 2010-2011 sebesar 62,79 ‰ dan 7,85 ‰, sedangkan Desa Datar Luas
memiliki API dari tahun 2010-2011 yaitu 127,1 ‰, dan 2,27 ‰. Informasi
tentang perilaku dan karakteristik habitat nyamuk Anopheles spp sangat penting
dipelajari untuk menentukan strategi pengendalian malaria. Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari keragaman kepadatan dan perilaku nyamuk
Anopheles
spp,

menganalisis
pemetaan
dan
karakteristik
habitat
perkembangbiakan larva Anopheles spp, serta mempelajari pengetahuan, sikap
dan perilaku masyarakat setempat terhadap risiko penyakit malaria.
Penelitian dilakukan di Desa Datar Luas, Kecamatan Krueng Sabee
Kabupaten Aceh Jaya Provinsi Aceh selama empat bulan (Oktober 2012-Januari
2013). Penangkapan nyamuk dewasa dilakukan selama empat malam setiap bulan
dengan frekuensi satu minggu sekali dari pukul 18.00-06.00 WIB. Larva dikoleksi
menggunakan cidukan plastik dengan volume 300 ml pada setiap habitat potensial.
Karakteristik habitat potensial yang diamati meliputi jenis habitat
perkembangbiakan, suhu air, salinitas air, pH air, kekeruhan air, arus air, luas
habitat, kedalaman habitat, dasar habitat, tanaman air, predator larva dan
pengambilan titik koordinat untuk pemetaan jenis habitat larva Anopheles spp
dengan menggunakan alat GPS Garmin 60. Selain itu, dilakukan survei terhadap
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dengan menggunakan kuesioner dan
wawancara
Terdapat tiga belas spesies Anopheles yang ditemukan. Koleksi Anopheles

dengan metode human landing and resting collection diperoleh An. kochi, An.
barbirostris, An. maculatus, An. letifer, An. tesselatus, An. sinensis, An. vagus, An.
separatus, An. sundaicus, An. minimus, dan An. subpictus, sedangkan An. aconitus
dan An. barumbrosus ditemukan dari habitat perkembangbiakan larva. Spesies
yang paling dominan adalah An. kochi yang ditemukan mengisap darah di luar
rumah (eksofagik) serta memiliki perilaku mencari tempat istirahat juga di luar
rumah (eksofilik). Kelimpahan nisbi nyamuk jenis ini mencapai 45,9% yang
merupakan kelimpahan nisbi tertinggi.
An. kochi merupakan jenis yang sering berkontak dengan orang dengan total
Man Hour Density (MHD) 0,22 nyamuk/orang/jam. Aktivitas mengisap darah An.
kochi menunjukkan fluktuasi yang tidak begitu teratur, dengan puncak aktivitas
terjadi pada pukul 00.00-01.00 WIB disaat orang melakukan aktivitas di luar
rumah.
Habitat potensial larva Anopheles spp yang ditemukan adalah sebanyak 22
habitat terdiri atas enam jenis yaitu kolam, genangan air hujan, rawa-rawa, parit,
sumur tua, dan bekas tapak ban. Larva Anopheles ditemukan pada empat tipe
habitat yang terdiri atas An. letifer yang ditemukan di kolam dengan kepadatan
0,10 larva/cidukan, An. barumbrosus dan An. kochi yang ditemukan di genangan

air hujan dengan kepadatan 0,20 larva/cidukan, An. kochi, An. aconitus, dan An.

vagus yang ditemukan di rawa-rawa dengan kepadatan 0,20 larva/cidukan, serta
An. separatus yang ditemukan di sumur tua dengan kepadatan 0,10 larva/cidukan.
Sebaran tingkat pekerjaan penduduk di Desa Datar luas didominasi oleh
pendulang emas 81,2%, disusul pekerja lepas 12,5%, dan sebagian kecil bekerja
sebagai PNS/ABRI 3,1%. Pekerjaan masyarakat yang didominansi sebagai
pendulang emas yang lebih banyak beraktivitas di luar rumah pada tengah malam
meningkatkan risiko terpapar malaria.

Kata Kunci : Anopheles, keragaman nyamuk, habitat larva, malaria

SUMMARY
RISKI MUHAMMAD. Spesies diversity and habitat characteristic of Anopheles
in Datar Luas Village, Krueng Sabee, Aceh Jaya, Aceh Province. Under direction
of SUSI SOVIANA and UPIK KESUMAWATI HADI.
Datar Luas village was one of villages in Krueng Sabee subdistrict at Aceh
Jaya Regency known as malaria endemic area. This village has API (Annual
Parasite Incidence) value on 2010- 2011 were 127,1% and 2.27%. The aims of
this research are to study the diversity, density and behaviour of Anopheles as
malaria vector, mapping its larvae habitat, and to measure the
knowledge, attitudes and practices of the community at Datar Luas Village.

This research was conducted from October 2012 to January 2013.
Mosquitoes trapping was done by human landing and resting collection
technique inside and outside the house from 06.00 p.m to 06.00 a.m WIB. In
addition, larvae were collected and the coordinates of potential larva habitats were
marked. Characteristic of habitats potential breeding, observed covering of
habitats this water temperature, salinity water, pH water, water turbidity, water
flow, broad habitats, the depth of habitats, basic of habitats, aquatic plant,
predatory larvae and select the coordinate point for mapping a kind of habitats of
an Anopheles larvae spp with by using a Garmin GPS 60. Furthermore, it was also
conducted a survey of knowledge, attitudes and practices of the community by
using questionnaire.
There were thirteen spesies of Anopheles, which were An. kochi, An.
barbirostris, An. minimus, An. maculatus, An. letifer, An. teselatus, An. sinensis,
An. vagus, An. separatus, An. sundaicus, An. subpictus, and 2 spesies (An.
aconitus and An. barumbrosus) were found in their larvae habitat. An. kochi was
found biting outdoor (eksofagik) as well as having resting behavior outdoor
(eksofilik). This mosquito species was 45,9% as the highest relative abundance.
An. kochi that often come into contact with people with a total man hour
density (MHD) 0,22 (mosquito/people/hours). The highest blood feed activity of
An. kochi happened on 00.00-01.00 a.m WIB.

A habitat of potential of an Anopheles larvae spp was found total of 22
habitats are comprised of six types that was in the pond, rain puddle, marshes,
moats, old well, and former tire tread. Anopheles larvae were found on four types
of habitat comprised which An. letifer was found in pond with a density of 0.10
larvae/dipper, An. barumbrosus and An. kochi were in rain puddles with a density
of 0.20 larvae/dipper, An. kochi, An. aconitus, An. vagus were in the marshes with
a density of 0.20 larvae/dipper, and An. separatus was in old well with a density
of 0.10 larvae/dipper.
Distribution of the population employment in the rural of Datar Luas
village was dominated by 81,2% gold miners, followed by 12,5% freelancers, and
small portion (3,1%) as official goverment. People which work in dominance as
gold miners have activities outdoor in the middle of the night increases the risk of
exposure to malaria.

Keywords : Anopheles, diversity of mosquitoe, larvae habitat, malaria.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KERAGAMAN JENIS DAN KARAKTERISTIK HABITAT
ANOPHELES DI DESA DATAR LUAS, KRUENG SABEE,
ACEH JAYA, PROVINSI ACEH

RISKI MUHAMMAD

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. drh. Dwi Jayanti Gunandini, M. Si

Judul Tesis : Keragaman Jenis dan Karakteristik Habitat Anopheles Di Desa
Datar Luas, Kru eng Sabee, Aceh Ja ya Provinsi Aceh
: Ri ski Muhammad
Nama
: B25211 0011
NIM

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS
Anggota

Dr. drh.


Diketahui oleh

Ketua ProgramStudi/Mayor
Parasitologi dan Entornologi
Kesehatan

Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi , MS

Tanggal Ujian:
8 Juli 2013

Tanggal Lulus:

0 2 AUG ZOU

Judul Tesis : Keragaman Jenis dan Karakteristik Habitat Anopheles Di Desa
Datar Luas, Krueng Sabee, Aceh Jaya Provinsi Aceh
Nama
: Riski Muhammad
NIM

: B252110011

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr. drh. Susi Soviana, MSi
Ketua

Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua ProgramStudi/Mayor
Parasitologi dan Entomologi
Kesehatan

Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS

Tanggal Ujian:

8 Juli 2013

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 sampai
dengan Januari 2013 ini ialah “Keragaman Jenis dan Karakteristik Habitat
Anopheles Di Desa Datar Luas, Krueng Sabee, Aceh Jaya, Provinsi Aceh”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Dr. drh. Susi Soviana, M.Si sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu DR. drh.
Upik Kesumawati Hadi, MS sebagai anggota komisi pembimbing atas masukan,
saran dan bimbingan, serta Ibu Dr. drh. Dwi Jayanti Gunandini, M.Si atas
kesediaannya menguji dalam sidang tesis penulis.
Ucapan yang sama penulis sampaikan kepada seluruh staf pengajar di
Program Studi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan yang telah memberikan
Ilmu Pengetahuan selama penulis menuntut ilmu di Program Studi Parasitologi
dan Entomologi Kesehatan IPB, dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada seluruh staf dan pegawai Laboratorium Bagian Parasitologi dan
Entomologi Kesehatan di FKH IPB.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa
Pascasarjana Program Studi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan angkatan
2011 (Supriyono, Resa Pratomo, Nissa, Siti, Zahara, dan Dewi Djungu) yang telah
memberikan dukungan, kehangatan dan kebahagiaan pertemanan.
Tulisan ini Penulis persembahkan khusus kepada Ayahanda H. Saiful Bahri
dan Ibunda Hj. Mardiana, serta keluarga besar yang selalu memberikan kasih
sayang dan doa yang tidak pernah ada akhirnya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan pendidikan ini.
Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juli 2013

Riski Muhammad

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
xi
xiii
xv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Nyamuk Anopheles spp
Morfologi Anopheles spp

1
1
2
2
3
.3
3

Keragaman Anopheles spp

4

Perilaku Anopheles spp

5

Nyamuk Anopheles spp. Sebagai Vektor Malaria

6

Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp
Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp.

6
6

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

12

3 METODE
Lokasi Penelitian
Waktu Penelitian
Metode Penelitian
Penangkapan Nyamuk Anopheles spp

13
. 13
14
14
14

Identifikasi Nyamuk Anopheles spp.

15

Pengumpulan Larva dan Karakteristik Habitat

15

Pengumpulan Larva

15

Pengukuran Karakteristik Habitat Anopheles spp

16

Pemetaan Habitat Larva Anopheles spp

17

Wawancara dan Observasi Pengetahuan, Sikap, Perilaku Masyarakat
(PSP)

17

Pengumpulan Data Pendukung

17

Analisis Data
Kepadatan dan Perilaku Nyamuk Anopheles spp

18
18

Kelimpahan Nisbi

18

Frekuensi Nyamuk Tertangkap

18

Dominansi Spesies (%)

19

Karakteristik Habitat Larva Anopheles spp.

19

Titik Koordinat Habitat Larva Anopheles spp.

19

Hubungan MBR Anopheles spp dengan Kasus Malaria

19

Hubungan MBR Anopheles spp dengan Curah Hujan

19

Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP)

19

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaman Nyamuk Anopheles spp
Perilaku Mengisap Darah Nyamuk Anopheles spp
Hubungan MBR Anopheles spp. dengan Kasus Malaria
Hubungan MBR Anopheles spp. Dengan ICH
Karakteristik Habitat Larva Anopheles spp
Jenis Habitat Potensial

20
20
25
28
30
32
32

Pengukuran Karakteristik Fisik, Kimia dan Biologi Habitat Potensial
Perkembangbiakan Larva Anopheles spp.

37

Pemetaan Habitat Potensial Perkembangbiakan Larva Anopheles spp

40

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Pengetahuan

41
43

Sikap

45

Perilaku

45

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

48
48
48

Daftar Pustaka
Lampiran

49
53

DAFTAR TABEL
Tabel
1
2

3

4

5
6

7

Halaman

Keragaman jenis Anopheles yang tertangkap periode Oktober
2012 - Januari 2013 di Desa Datar Luas
Kelimpahan nisbi, frekuensi dan dominansi Anopheles yang
tertangkap dengan landing collection di dalam dan di luar
rumah di Desa Datar Luas, Oktober 2012-Januari 2013
Total kepadatan Anopheles yang mengisap darah
(nyamuk/orang/jam)bulanan di Desa Datar Luas, Oktober
2012-Januari 2013
Rata-rata
kepadatan
Anopheles
yang
tertangkap
(nyamuk/orang/jam) di Desa Datar Luas pada bulan Oktober
2012-Januari 2013
Data kasus penyakit malaria di Desa Datar Luas, Kecamatan
Krueng Sabee Oktober 2012-Januari 2013
Rata-rata kepadatan Anopheles yang mengisap darah orang
per malam (Man Biting Rate) di Desa Datar Luas, Oktober
2012-Januari 2013
Jenis habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles
spp di Desa Datar, Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012Januari 2013

23

25

25

27
29

29

32

DAFTAR GAMBAR
Gambar
1
2
3

4
5
6

7
8
9

a) Telur Anopheles spp, b) Larva Anopheles spp, c) Morfologi
Anopheles spp
Lokasi penelitian di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee
Metode penangkapan nyamuk dengan landing dan resting
collection di Desa Datar Luas, Kecamatan Krueng Sabee,
Oktober 2012-Januari 2013
Identifikasi Anopheles di bawah mikroskop
Pengumpulan larva Anopheles
Keragaman jenis Anopheles di Desa Datar Luas Kecamatan
Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2012-Januari
2013
Kepadatan Anopheles (nyamuk/orang/jam) yang mengisap
darah di Desa Datar Luas, Oktober 2012-Januari 2013
Aktivitas Anopheles mengisap darah (nyamuk/orang/jam) di
Desa Datar Luas dari Oktober 2012-Januari 2013
Hubungan angka kesakitan malaria bulanan (MoPI) dengan
kepadatan An. kochi (MBR) di Desa Datar Luas, Kecamatan

Halaman

4
13

14
15
15

21
26
27

10

11

12

13

14

15

16

17

18
19
20

21

22

23

24

Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2012-Januari
2013
Hubungan indeks curah hujan (mm/bulan) dengan kepadatan
Anopheles (MBR) di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng
Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2013- Januari 2013
Berbagai tipe kolam sebagai habitat perkembangbiakan An.
letifer di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee, Oktober
2012-Januari 2013
Berbagai tipe rawa-rawa sebagai habitat perkembangbiakan An.
kochi, An. aconitus dan An. vagus di Desa Datar Luas
Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012-Januari 2013
Tipe sumur sebagai habitat perkembangbiakan An. separatus di
Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012Januari 2013
Berbagai tipe genangan air hujan sebagai habitat
perkembangbiakan An. barumbrosus, dan An. kochi di Desa
Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012 -Januari
2013
Berbagai tipe parit sebagai habitat potensial perkembangbiakan
Anopheles di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee,
Oktober 2012-Januari 2013
Tipe bekas tapak ban sebagai habitat potensial
perkembangbiakan Anopheles spp di Desa Datar Luas
Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012-Januari 2013
Titik koordinat habitat potensial perkembangbiakan larva
Anopheles spp di Desa Datar Luas, Kecamatan Krueng Sabee,
Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2012-Januari 2013
Persentase tingkat pendidikan responden di Desa Datar Luas,
Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012-Januari 2013
Persentase pekerjaan penduduk Desa Datar Luas, Kecamatan
Krueng Sabee, Oktober 2012-Januari 2013
Persentase pengetahuan responden tentang Anopheles spp di
Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012Januari 2013
Persentase pengetahuan responden tentang waktu Anopheles
mengisap darah di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee,
Oktober 2012- Januari 2013
Persentase pengetahuan penduduk tentang habitat Anopheles di
Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012Januari 2013
Persentase perilaku penduduk untuk mencari pengobatan
penyakit malaria di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee,
Oktober 2012 -Januari 2013
Persentase perilaku penduduk menghindari gigitan Anopheles
di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012Januari 2013

29

31

33

34

34

35

36

36

41
42
42

43

44

44

46

47

25 Persentase perilaku penduduk untuk mengurangi populasi
Anopheles di sekitar lingkungan di Desa Datar Luas
Kecamatan Krueng Sabee, Oktober 2012-Januari 2013

47

DAFTAR LAMPIRAN
No.
1 Kuesioner penelitian tentang pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee
Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2012-Januari 2013
2 Hasil uji korelasi antara kepadatan An. kochi (MBR) dengan
angka kesakitan malaria bulanan (MoPI) di Desa Datar Luas
Kecamatan Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, Oktober
2012-Januari 2013
3 Hasil uji korelasi antara indeks curah hujan (ICH) dengan
kepadatan An. kochi (MBR) di Desa Datar Luas Kecamatan
Krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya, Oktober 2012-Januari
2013
4 Karakteristik habitat potensial perkembangbiakan larva
Anopheles spp di Desa Datar Luas Kecamatan Krueng Sabee,
Oktober 2012- Januari 2013

Halaman

53

58

58

59

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Malaria merupakan satu penyakit tular vektor yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia. Hampir 50% penduduk berisiko terjangkit
penyakit malaria, dengan insiden malaria pada ibu hamil berkisar 7-24%
tergantung pada tingkat endemisitas suatu daerah. Risiko Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) pada ibu dengan malaria meningkat dua kali lipat dibandingkan terhadap
ibu hamil tanpa malaria. Penyakit malaria juga mengenai semua usia mulai dari
bayi, balita, anak-anak, usia remaja bahkan pada usia produktif. Selain itu,
penyakit malaria juga berdampak pada sektor ekonomi seperti kehilangan waktu
bekerja, biaya pengobatan sampai terjadinya penurunan kecerdasan dan
produktivitas kerja (Kemenkes RI 2011).
Nyamuk merupakan kelompok serangga yang paling banyak menimbulkan
masalah kesehatan masyarakat. Kondisi ini disebabkan oleh keragaman, distribusi,
populasi dan banyaknya spesies yang berperan sebagai pengganggu dan vektor
penyakit (Becker et al. 2003). Setiap jenis nyamuk juga mempunyai jarak terbang
yang paling efektif antara tempat perkembangbiakan dan sumber makanan darah.
Nyamuk sangat tertarik kepada cahaya, pakaian berwarna gelap, manusia dan
hewan, terutama CO 2 dan beberapa asam amino, lokasi dan suhu hangat serta
kelembaban. Beberapa spesies nyamuk bersifat antropofilik, zoofilik atau
ornitofilik (Hadi & Soviana 2010).
Faktor-faktor yang bertanggung jawab terhadap naik turunnya insiden
malaria dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu aktivitas pengendalian vektor
malaria, intervensi medis, dan perubahan lingkungan (Henley 2001). Berbeda
dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat disembuhkan meskipun
dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Pengendalian dapat
dilakukan secara langsung, yaitu dengan mengendalikan nyamuk Anopheles spp
yang menjadi vektor penyakit. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari
gigitan nyamuk adalah dengan menggunakan pakaian lengkap (tangan dan kaki
tertutup), tidur menggunakan kelambu, memakai obat penolak nyamuk, dan
menghindari lokasi-lokasi yang rawan malaria.
Malaria menjadi masalah di Indonesia termasuk di Provinsi Aceh.
Kejadian malaria tidak begitu bermasalah di Kabupaten Aceh Jaya dibandingkan
terhadap empat kabupaten endemis seperti (Simeulu, Sabang, Aceh Besar, Aceh
Barat), akan tetapi setelah terjadinya tsunami pada tahun 2004 angka malaria di
Kabupaten Aceh Jaya menjadi sangat tinggi dibandingkan terhadap empat
kabupaten endemis tersebut di atas. Hal ini terjadi karena lingkungan telah
berubah akibat masuknya air laut ke darat, sehingga air di darat menjadi payau
dan berpotensial terbentuknya tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk
Anopheles spp.
Berdasarkan nilai API (Annual Parasite Incidence) di Aceh Jaya tahun
2007 yaitu sebesar 5,976 ‰, tahun 2008 API 10,78 ‰ dan tahun 2009 turun
menjadi 4,040 ‰. Pada tahun 2010 API kembali mengalami peningkatan yang
signifikan sebesar 13,24 ‰. Akan tetapi pada tahun 2011 kembali turun menjadi
1,370 ‰. Dilihat dari angka API di Aceh Jaya yang masih diatas 1‰

2
menunjukkan angka penularan setempat masih tinggi. Selain itu masih ditemui
anak yang berumur di bawah 9 tahun yang terpapar malaria. Hal ini menunjukkan
masih terdapat nyamuk vektor malaria di wilayah tersebut (Dinkes. Prov. Aceh
2011).
Desa Datar Luas merupakan satu di antara desa di Kecamatan Krueng
Sabee Kabupaten Aceh Jaya yang merupakan wilayah endemis malaria. Kasus
malaria di desa ini masih tinggi. Kecamatan Krueng Sabee memiliki API dari
tahun 2010-2011 sebesar 62,79 ‰ dan 7,85 ‰, sedangkan Desa Datar luas
memiliki API dari tahun 2010-2011 yaitu 127,1 ‰, dan 2,27 ‰ (Dinkes. Prov.
Aceh 2011).
Pengendalian penyakit malaria membutuhkan informasi yang memadai
tentang faktor-faktor risiko kejadian penyakit, biologi dan perilaku nyamuk vektor,
tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk yang potensial dan hubungan antara
suatu spesies vektor dengan lingkungannya.
Sehubungan dengan insiden malaria yang tinggi di Desa Datar Luas dan
ditemukannya tempat-tempat perkembangbiakan yang potensial bagi nyamuk
vektor serta belum pernah dilakukan penelitian yang berhubungan dengan
bioekologi nyamuk vektor di wilayah tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Keragaman Jenis dan Karakteristik Habitat
Anopheles Di Desa Datar Luas, Krueng Sabee, Aceh Jaya, Provinsi Aceh”.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari keragaman nyamuk, kepadatan
dan perilaku nyamuk Anopheles spp.; menganalisis pemetaan dan karakteristik
habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp.; serta mempelajari pengetahuan,
sikap dan tindakan masyarakat terhadap risiko penyakit malaria
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dasar dalam
menentukan strategi pengendalian di Desa Datar Luas dan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengendalikan vektor.

3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Nyamuk Anopheles spp
Nyamuk merupakan bagian dari kelompok serangga dari phylum
Arthropoda, kelas Insecta (Hexapoda), ordo Diptera, famili Culicidae, yang paling
banyak menimbulkan masalah kesehatan. Nyamuk tersebar luas di seluruh dunia
mulai dari daerah kutub sampai daerah tropika. Di seluruh dunia terdapat 457
jenis spesies yang menjadi vektor utama, di antaranya yaitu 80 spesies Anopheles,
82 spesies Culex, 125 spesies Aedes, dan 8 spesies Mansonia. Sisanya merupakan
anggota dari genera yang tidak penting dalam penularan suatu penyakit (Hadi &
Soviana 2010).
Nyamuk merupakan serangga terbang yang bertubuh kecil. Tahap
pradewasa hidup di akuatik, di sumber air yang tidak mengalir pada setiap
biogeografi di dunia. Nyamuk betina dewasa memiliki kebiasaan untuk mengisap
darah hewan vertebrata, termasuk manusia, dan kebiasaan ini mengakibatkan
kelompok serangga ini menjadi penting dalam ekonomi dan kesehatan bagi
masyarakat (Becker 2003).
Keberadaan nyamuk Anopheles spp yang memiliki ketertarikan dengan
manusia dan akhirnya diketahui sebagai vektor malaria ada sekitar 60 spesies.
Selain itu nyamuk Anopheles spp juga bisa menjadi vektor penyakit filariasis dan
viral (Rozendal 1997).
Morfologi Anopheles spp
Nyamuk Anopheles spp memiliki ciri yang sangat terlihat yaitu pada posisi
tubuh saat istirahat di dinding atau di objek lainnya dengan posisi toraks dan
abdomen yang sejajar atau dapat dikatakan dengan istilah menungging (Becker et
al. 2003).
Anopheles spp memiliki tubuh yang kecil dan ramping dengan kaki yang
panjang dan ramping. Warnanya bervariasi dari abu-abu, coklat, kehitaman
sampai putih pucat. Ciri khas yang dapat dilihat secara langsung yaitu pada saat
istirahat nyamuk ini memiliki posisi tubuh dengan kepala dan abdomen yang
berorientasi pada satu garis lurus. Anopheles spp memiliki palpus maksila yang
sama panjang pada kedua jenis kelamin (jantan dan betina), probosis pada jantan
membulat pada bagian ujungnya. klipeus biasanya lebih panjang dan besar dan
berbentuk triangular. Oksiput diselimuti oleh sisik-sisik berbentuk garpu,
abdomennya terlihat sejajar dengan toraks, dan memiliki ujung yang membulat.
Sersi pada nyamuk betina pendek, membulat dan tidak menonjol dan hanya
memiliki satu spermateka. Hipopigidium pada jantan dilengkapi dengan conical
gonocoxite, biasanya tidak dilengkapi dengan lobus apikal dan lobus basal
(Becker et al. 2003).
Larva Anopheles spp tidak memiliki sifon, pada bagian kiri dan kanan
segmen abdomen dan kadang-kadang toraks dilengkapi dengan rambut palmat,
serta bagian dorsal abdomen memiliki pelat tergal. Telurnya diletakkan satupersatu, menyerupai perahu dengan pelampung dari korion yang berlekuk-lekuk di
sebelah lateral (Hadi & Soviana 2010).

4

a.

b.

Anopheles

tarsus
kepala
antena

Palpus
maksila
antena

femur

toraks

abdomen
tibia

mesonotum

2 sayap dengan
vena dan titik
hitam
Ruas abdomen

probosis

3 pasang Sisik
pada
2 mata kaki
toraks
majemuk

c.
Gambar 1 a) Telur Anopheles spp (Sumber: http://impact-malaria),
b) Larva Anopheles spp (Sumber: http://fme1.ifas.ufl.edu),
c) Morfologi Anopheles spp (Sumber:http://www. enchanted
learning.com)
Keragaman Anopheles spp
Nyamuk Anopheles spp sering disebut nyamuk malaria karena banyak dari
jenis nyamuk ini dapat menularkan penyakit malaria. Spesies Anopheles spp yang
berbeda sering menunjukkan tingkah laku yang berbeda dan kemampuan
menularkan penyakit yang berbeda. Jenis nyamuk Anopheles spp yang
menularkan penyakit di suatu daerah sering berbeda dengan Anopheles spp yang
menularkan penyakit malaria di daerah yang lain.
Provinsi Sumatera Selatan mempunyai keragaman Anopheles spp yang
tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Udin (2005) bahwa di Desa Segara
Kembang Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogankomering Ulu Sumatera Selatan
terdapat 8 jenis nyamuk Anopheles, yaitu An. aconitus, An. annularis, An.
barbirostris, An. kochi, An. nigerrimus, An. scuefneri, An. umbrosus, dan An.
vagus. Suwito (2010) menyatakan di Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung
Selatan ditemukan 10 spesies Anopheles yaitu An. sundaicus, An. subpictus. An.
vagus, An. kochi, An. annularis, An. aconitus, An. barbirostris, An. tesselatus, An.
minimus, dan An. indefinitus.

5
Keragaman Anopheles spp di berbagai daerah lainnya di Indonesia antara
lain A. kochi, An. letifer, An. nigerrimus, An. barbirostris, An. umbrosus, An.
flavirostris, An. peditaeniatus, An. sinensis, An. vagus, An. aconitus yang
ditemukan di Desa Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan
(Salam 2005). Berikutnya Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara
terdapat An. barbumbrosis, An. farauti, An. hackeri, An. indefinitus, An. kochi, An.
koliensis, An. punctulatus, An. subpictus, An. tesselatus, dan An. vagus (Amirullah
2012).
Shinta (2003) menemukan 7 spesies Anopheles di Daerah Pantai
Banyuwangi Jawa Timur yaitu An. sundaicus, An. vagus, An. subpictus, An.
flavirostris, An. barbirostris, An. annularis dan An. indefinitus. Selanjutnya
Mardiana et al. (2007) menyatakan di Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang
ditemukan 7 spesies yaitu An. annularis, An. aconitus, An. barbirostris, An. kochi,
An. sundaicus, An. tesselatus dan An. vagus. Munif et al. (2008) menyatakan di
Kabupaten Sukabumi terdapat An. aconitus, An. annularis, An. baezai, An.
barbirostris, An. indefinitus, An. kochi, An. maculatus, An. sundaicus dan An.
vagus.
Perilaku Anopheles spp
Perilaku serangga akan berubah apabila ada rangsangan atau pengaruh dari
luar seperti terjadi perubahan pada lingkungan baik perubahan oleh alam ataupun
perubahan oleh manusia. Nyamuk memerlukan tiga macam tempat untuk
meneruskan kelangsungan hidupnya, yaitu adanya tempat untuk beristirahat,
adanya tempat untuk berkembang-biak, dan tempat untuk mencari darah.
Nyamuk Anopheles spp pada umumnya aktif mencari darah pada waktu
malam hari. Perilaku mengisap darah dimulai dari senja hingga tengah malam,
dan ada pula yang mulai tengah malam hingga menjelang pagi. Kebiasaan
mengisap darah dari nyamuk dewasa ada yang eksofagik (mencari mangsa di luar
rumah) dan ada pula yang endofagik (mencari mangsa di dalam rumah). Kesukaan
mengisap darah dari nyamuk juga ada yang bersifat antropofilik (menyukai darah
manusia), dan ada pula yang bersifat zoofilik (menyukai darah hewan). Sedangkan
untuk perilaku istirahat nyamuk Anopheles spp mempunyai dua cara untuk
beristirahat yaitu istirahat yang sebenarnya untuk proses perkembangan telur dan
istirahat sementara pada waktu sebelum dan sesudah mencari darah. Dalam siklus
hidupnya, nyamuk Anopheles spp mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur,
larva (jentik), pupa dan dewasa. Untuk jarak terbangnya, Anopheles spp
mempunyai jarak terbang maksimum 1-3 mil (Hadi & Koesharto 2006).
Nyamuk Anopheles spp di setiap daerah memiliki perilaku yang berbedabeda. Mardiana et al. (2007) di Kabupaten Pandeglang menemukan An. annularis,
An. sundaicus, dan An. vagus bersifat eksofagik dan ditemukan di sekitar kandang
ternak, sedangkan Suwardi (2011) menyatakan di wilayah Bangka Belitung
nyamuk An. letifer cenderung bersifat eksofagik dan eksofilik, sedangkan nyamuk
An. barbirostris bersifat endofagik. Hal ini berbeda pula dengan yang ditemukan
di Desa Lengkong Sukabumi, An. barbirostris bersifat eksofagik (Munif et al.
2007).
Perilaku mengisap darah dan istirahat di Kabupaten Jepara Jawa tengah juga
menunjukkan bahwa An. aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. indefinitus,
An. vagus, An. kochi, An. tesselatus, dan An. subpictus ditemukan istirahat di

6
sekitar kandang sapi, di dalam rumah dan di luar rumah. Sedangkan pada An.
aconitus cenderung bersifat eksofagik dan eksofilik (Barodji et al. 1992).
Nyamuk Anopheles spp. Sebagai Vektor Malaria
Nyamuk penular malaria adalah berbagai jenis Anopheles spp. Jenis-jenis
nyamuk ini antara lain An. maculatus, An. sundaicus, An. aconitus, An.
barbirostris, An. vagus, An. balabacencis. Habitatnya juga bervariasi tergantung
spesies, mulai dari lingkungan pegunungan sampai pantai (Hadi & Koesharto
2006).
Di Indonesia konfirmasi vektor telah dilakukan sejak tahun 1991 sampai
dengan tahun 2009, dan selama periode tersebut terdapat 25 spesies ditemukan
positif membawa parasit malaria. Jenis nyamuk yang termasuk vektor malaria di
Indonesia adalah An. aconitus, An. balabacensis, An. bancrofti, An. barbirostris,
An. farauti, An. tesselatus, An. annularis, An. flavirostris, An. koliensis, An. letifer,
An. leucosphyrus, An. karwari, An. parangensis, An. ludlowi, An. maculatus, An.
minimus, An. nigerrimus, An. punctulatus, An. kochi, An. sinensis, An. subpictus,
An. sundaicus, An. vagus, An. umbrosus (Depkes RI 2009).
Hadi & Soviana (2010) menyatakan bahwa vektor malaria di Aceh terdiri
atas empat spesies Anopheles yaitu An. nigerrimus, An. balabacensis, An.
sundaicus, An. sinensis. Di daerah Sumatera utara vektor malaria terdiri atas An.
sundaicus, An. letifer, An. maculatus, An. nigerrimus, dan An. umbrosus. Daerah
Sumatera Barat terdapat lima spesies yaitu An. sundaicus, An. maculatus, An.
nigerrimus, An. sinensis, An. umbrosus. Daerah Jambi terdapat enam spesies yaitu
An. sundaicus, An. letifer, An. maculatus, An. nigerrimus, An. balabacensis, An.
sinensis. Daerah Bengkulu terdapat An. sundaicus, An. maculatus, An. nigerrimus,
An. subpictus, An. sinensis, An. umbrosus. Selain itu, nyamuk An. barbirostris
menjadi vektor malaria di daerah NTB, NTT, Sultra, Sulut, Sulteng, Sulsel.
Sedangkan An. farauti, An. bancrofti, An. punctulatus, An. koliensis menjadi
vektor malaria di daerah Maluku dan Papua (Irian Jaya).
Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp
Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Anopheles spp.
Nyamuk Anopheles spp ada yang senang hidup di dalam rumah dan ada
yang aktif di luar rumah. Anopheles spp dapat berkembang biak dalam kolamkolam air tawar yang bersih, air kotor, air payau, maupun air-air yang tergenang di
pinggiran laut. Pemilihan tempat peletakan telur yang kemudian akan menetas
menjadi jentik dilakukan oleh nyamuk betina dewasa. Pemilihan tempat yang
disenangi dari berbagai macam tempat perkembangbiakan hampir dilakukan
secara turun-temurun oleh seleksi alam (Depkes RI 1987).
Vektor malaria dapat berkembang biak di persawahan, perbukitan/hutan dan
pantai/aliran sungai. Vektor malaria yang berkembang di daerah persawahan
adalah An. aconitus, An. annularis, An. barbirostris, An. kochi, An. karwari, An.
nigerrimus, An. sinensis, An. tesselatus, An. vagus, dan An. letifer. Vektor malaria
yang berkembang biak di daerah perbukitan/hutan adalah An. balabacensis, An.
bancrofti, An. punctulatus, An. umbrosus. Sementara itu, untuk daerah
pantai/aliran sungai jenis vektor malaria adalah An. flavirostris, An. koliensis, An.

7
ludlowi, An. minimus, An. punctulatus, An. parangensis, An. sundaicus, dan An.
subpictus (Kemenkes RI 2011).
Karakteristik habitat Anopheles spp berbeda-beda tergantung dari jenis
nyamuknya, air itu tidak boleh tercemar atau terpolusi dan harus selalu
berhubungan dengan tanah. Tempat perkembangbiakan nyamuk juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti kadar garam, kejernihan dan flora. Tempat
perkembangbiakan di air payau yang terdapat di muara-muara sungai yang
tertutup hubungannya ke laut dan rawa-rawa adalah tempat yang cocok untuk
tempat perkembangbiakan An. sundaicus dan An. subpictus. Tempat
perkembangbiakan air tawar berupa sawah, mata air, kanal, terusan, genangan tepi
sungai, bekas jejak kaki, bekas roda kendaraan dan bekas lobang galian adalah
cocok untuk tempat berkembangbiak An. aconitus, An. maculatus, dan An.
balabacensis (Depkes RI 1999).
Tempat atau lokasi terjadinya penularan suatu penyakit dipengaruhi oleh
vektor ditentukan oleh kekhususan topografi tempat, adanya vektor dengan
lingkungan yang cocok serta tingkat cara hidup masyarakatnya (Depkes RI 1987).
Selain itu, beberapa parameter fisik dan biologis yang mempengaruhi
perkembangan larva nyamuk adalah suhu, pH, salinitas, arus air, luas habitat,
kedalaman habitat, kekeruhan, jenis predator, tanaman air, dan dasar habitat,
diuraikan sebagai berikut ;
Suhu
Suhu air pada habitat nyamuk mempunyai peranan yang sangat penting di
dalam kelangsungan dan pertumbuhan untuk telur, larva dan pupa. Larva tidak
dapat hidup pada suhu yang terlalu tinggi, dan pertumbuhannya larva akan lebih
cepat pada air yang hangat bila dibandingkan dengan air yang lebih dingin. Suhu
yang tinggi dapat merangsang pertumbuhan plankton dan terdapat lebih banyak
makanan bagi larva dibandingkan dengan suhu yang rendah. Muirhead Thomson
(1965) dalam Rao (1981) menunjukkan bahwa pada suhu kritis terdapat beberapa
spesies yang berbeda, seperti An. minimus 41.0 ºC, An. vagus 44.5 ºC, An.
culicifacies 44.0 ºC, An nigerrimus 43.0 ºC sampai 43.5 ºC, An. barbirostris 43.5
ºC.
Kondisi suhu di lingkungan perairan, pada umumnya lebih stabil dari pada
lingkungan udara. Namun, kondisi ini tidak berlaku pada stadium larva karena
larva yang terdapat pada air yang jumlahnya sedikit menunjukkan perubahan suhu
berkaitan dengan perubahan suhu udara, sedangkan pada air yang jumlahnya
banyak yang terdapat larva di permukaan air perubahan suhu dapat berubah secara
tiba-tiba (Bates 1970).
Ernamaiyanti et al. (2009) menyatakan suhu perairan di Kabupaten siak
Provinsi Riau yakni di selokan mengalir dengan rata-rata suhu 34 ºC, di selokan
tenang rata-rata 33,83 ºC dan di perairan rawa-rawa dengan rata-rata 34 ºC.
Menurut Suwardi (2011) suhu perairan wilayah bangka Belitung di parit kisaran
suhu 27-28 ºC, Kubangan berkisar 24-27 ºC, rawa-rawa berkisar 28 ºC, dan kolam
25-27 ºC. WHO (1982) menyatakan suhu optimum untuk pertumbuhan larva di
daerah tropis adalah 23-27 ºC, pada suhu tersebut stadium pra dewasa nyamuk
akan selesai dalam waktu kurang lebih dua minggu.

8
Derajat keasaman (pH) air
Derajat keasaman (pH) air mempunyai peranan penting dalam proses
biologis di tempat perkembangbiakan nyamuk. Hopkins (1936) dalam Bates
(1970) menekankan adanya faktor pH yang mempengaruhi tempat
perkembangbiakan nyamuk dan jumlah akumulasi air yang dapat membuat
nyamuk tidak dapat berkembang biak.
Beberapa jenis larva nyamuk Anopheles spp mampu hidup dengan
konsentrasi alkali yang tinggi dan kondisi air yang asam. Larva nyamuk An.
plumbeus mampu hidup pada kisaran pH 4,4 – 9,3, dan larva An. culicifacies
hidup pada kisaran pH 5,4 – 9,8 (Clement 1992). Sementara itu, Suwardi (2011)
di Desa Riau Silip Kabupaten Bangka larva Anopheles spp ditemukan pada air
dengan kisaran pH mencapai 6,0-6,1.
Santoso (2002) menyatakan rata-rata pH air yang terdapat di sungai Desa
Hargotirto Kabupaten Kulonprogo berkisar antara 6.78 – 7.12, sedangkan pH air
yang ada di mata air berkisar antara 6.70 – 7.24. Puncak kepadatan tertinggi baik
An. maculatus maupun An. balabacensis adalah pada bulan Agustus dengan pH di
sungai 7.12 dan pH di mata air 7.24.
Salinitas air
Kesukaan nyamuk untuk berkembangbiak berbeda-beda, ada yang menyukai
berkembangbiak di air tawar dan ada pula nyamuk yang suka berkembang biak di
air payau (Depkes RI 1987). Beberapa spesies seperti An. stephensi, An. subpictus
dan An. annularis dapat mentoleransi tingkat NaCl yang tinggi. An. stephensi dan
An. varuna berkembangbiak di sumur yang dalam, beberapa yang lain ada di
aliran air yang deras, namun tingkat salinitas mungkin tidak dipengaruhi oleh
natrium klorida tetapi dipengaruhi oleh mineral garam lainnya (Rao 1981).
Di Desa Senggigi Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat larva An.
sundaicus dapat ditemukan pada air dengan tingkat salinitas mencapai 0,002,00‰ (Sulistio 2010). Ernamaiyanti et al. (2009) menyatakan bahwa salinitas
perairan di Kabupaten Siak Provinsi Riau yaitu di selokan mengalir, selokan
tenang dan rawa adalah 0 ‰. Larva An. sundaicus mempunyai sifat yang lebih
toleran terhadap salinitas yang lebih tinggi karena memiliki mekanisme yang
dapat menetralisir tekanan osmotik di dalam hemofile.
Arus aliran air
Jenis-jenis nyamuk tertentu senang berkembangbiak pada air yang mengalir
perlahan-lahan seperti An. karwari, serta ada pula yang senang pada genangan air
yang mengalir agak kuat seperti An. minimus, sedangkan pada Ae. aegypti dan Ae.
albopictus lebih senang hidup pada air yang tidak mengalir (Depkes RI 1987).
Ernamaiyanti et al. (2009) menyatakan di Kabupaten Siak Provinsi Riau
Pada kecepatan arus 0 cm/dt pada selokan tenang dan rawa, dan 0,25 cm/dt pada
perairan mengalir larva nyamuk Anopheles spp masih dapat tumbuh dan
berkembang biak. Larva nyamuk Anopheles spp pada perairan tersebut banyak
ditemukan di perairan tenang dibandingkan perairan mengalir dan rawa. Tempat
yang paling banyak dikunjungi nyamuk malaria untuk berkembang biak adalah
tempat dengan air jernih yang tidak mengalir. Harijanto (2000) dalam
Ernamaiyanti et al. (2009) mengatakan bahwa nyamuk An. letifer menyukai air

9
tergenang. Amirullah (2012) menyatakan di Kabupaten Halmahera Selatan An.
farauti lebih memilih tipe habitat yang airnya tidak mengalir dan jernih.
Luas habitat
Kepadatan populasi Anopheles spp sangat dipengaruhi oleh luas habitat
perkembangbiakan. Semakin luas suatu habitat perkembangbiakan maka semakin
tinggi kepadatan populasinya. Larva Anopheles spp dapat berkembang biak di
habitat dengan luasan yang besar maupun luasan kecil.
Ariati et al. (2007) menyatakan luas habitat perkembangbiakan Anopheles
spp di Kepulauan Seribu yang terdapat di kolam perendaman rumput laut yaitu 4
m², dan di sumur dengan luas habitat 1 m². Shinta (2012) juga melaporkan di
Kecamatan Belakang Padang, Batam Kepulauan Riau, larva Anopheles spp
ditemukan pada parit dengan luas habitat 2,5 x 50 m, sumur tua 50 x 50 cm,
kobakan air tawar 4 x 6 m, kobakan air payau 1 x 20 m, dan kobakan rawa-rawa
dengan luas berkisar 1 m² hingga 24 m².
Kedalaman habitat
Tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp adalah genangangenangan air, baik air tawar maupun air payau tergantung dari jenis spesies
nyamuknya dan air tidak boleh tercemar atau terpolusi serta harus selalu
berhubungan dengan tanah. Tempat perkembangbiakan air payau terdapat di
muara-muara sungai dan rawa-rawa yang tertutup hubungannya dengan laut cocok
untuk tempat perkembangbiakan An. sundaicus dan An. subpictus (Harijanto 2000
dalam Kazwani 2006).
Kedalaman air secara tidak langsung berpengaruh terhadap produksi sumber
makanan larva Anopheles spp dari intensitas cahaya. Larva nyamuk sebagian
besar ditemukan diperairan dangkal. Perairan yang dangkal akan menyebabkan
besarnya produktivitas makhluk air dan tumbuhan air. Hal ini erat kaitannya
dengan beberapa cara makan ataupun frekuensi pernapasan dari larva tersebut,
dan hal ini sangat penting dengan kedalaman suatu perairan tempat larva
berkembang biak (Modeong 2012).
Di Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang di temukan kobakan bekas
kubangan kerbau yang telah lama tidak digunakan, sehingga terlantar bila musim
hujan dan digenangi oleh air, di sekitar kobakan ditumbuhi tanaman semak
belukar dengan kedalaman air 10 cm dan positif ditemukan larva An. kochi dan An.
vagus (Mardiana et al. 2007). Suwardi (2011) menyatakan di Desa Riau Silip
Kabupaten Bangka An. letifer ditemukan pada habitat tipe dangkal dan tidak
permanen karena air habitat akan kering bila tidak turun hujan selama satu minggu,
sedangkan Setyaningrum et al. (2008) melaporkan di Desa Way Muli, Lampung
Selatan larva Anopheles spp ditemukan pada kedalaman 15 cm pada habitat
selokan air mengalir, 100 cm pada rawa-rawa, dan 25 cm pada selokan air
tergenang.
Kekeruhan
Setiap jenis nyamuk memilih habitat yang berbeda berdasarkan kekeruhan
air. Nyamuk betina biasanya memilih tipe air tertentu untuk meletakkan telurnya
di permukaan air. Ada yang meletakkan telur di air bersih, air kotor, air payau.
Bahkan ada nyamuk yang meletakkan telurnya pada axil tanaman, lubang kayu,

10
tanaman yang berkantung yang dapat menampung air atau dalam kontainerkontainer bekas.
Larva Anopheles spp di Desa Doro Kabupaten Halmahera Selatan Maluku
utara di temukan di air jernih walaupun beberapa spesies seperti An. farauti, An.
punctulatus, An. vagus, dan An. kochi juga dapat menyesuaikan diri terhadap air
yang keruh (Mulyadi 2010). Adapun Santoso (2002) menyatakan di Desa
Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Yogyakarta rata-rata tingkat
kekeruhan air di sungai antara 5,31-7,82 Natelson Turbidity units (NTU), di mata
air 5,30-7,82 NTU. Puncak kepadatan tertinggi nyamuk An. maculatus dan An.
balabacensis di sungai dengan tingkat kekeruhan 5,31 NTU, dan yang terdapat
pada mata air 5,11 NTU.
Santoso (2002) menyatakan di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap
Kabupaten Kulonprogo hasil pengukuran rata-rata kekeruhan air pada habitat
yang terdapat di sungai antara 5,31-7,02 NTU, sedangkan kekeruhan di mata iar
antara 5,30-7,82 NTU. Puncak kepadatan tertinggi ditemukan An. maculatus
maupun An. balabacensis adalah pada kekeruhan 5, 11-5,31 NTU.
Predator
Predator adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu
populasi nyamuk. Predator memiliki peranan yang penting untuk menurunkan
kepadatan jentik vektor, sehingga kepadatan vektor dewasa dapat ditekan dan
dipertahankan untuk jangka waktu yang lama (Depkes RI 1999).
Beberapa ikan pemakan jentik nyamuk yang telah lama digunakan sebagai
pengendali nyamuk adalah sejenis ikan guppy, poecilia reticulate yang bersifat
lebih toleran terhadap perairan yang tercemar polutan organik, dan ikan kepala
timah (panchax panchax). Selain itu ada juga jenis ikan yang menjadi predator
larva yaitu ikan mas, ikan mujahir, ikan nila di persawahan, dan ada pula larva
nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk Toxorrhynchites (Hadi &
Koesharto 2006).
Larva Dytiscidae dan Hydrophilidae (coleoptera) merupakan musuh jentik
nyamuk. Larva capung juga memakan jentik nyamuk tetapi kurang efisien
dibandingkan dengan coleoptera air. Jentik Culex trigripes, Culex halifaxii, dan
Aedes juga memangsa jentik nyamuk Anopheles spp. Kanibalisme juga bisa
terjadi apabila di suatu tempat perkembangbiakan jentik Anopheles spp terlalu
padat, jentik stadium IV bisa memakan jentik dari jenis lain yang sama atau jentik
Anopheles spp lain yang lebih muda (Depkes RI 1987).
Ernamiyanti et al. (2009) menyatakan di Kabupaten Siak Provinsi Riau pada
selokan mengalir dan rawa terdapat ikan cereh (gambusia afficinis). Mulyadi
(2010) menemukan di Desa Doro Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku
Utara yaitu ikan kecil, udang, nimfa capung dan berudu. Jenis predator yang
ditemukan tergantung pada jenis habitat tempat perkembangbiakan. Sementara itu,
di Desa Lifuleo Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang larva An.
barbirostris dan An. subpictus hidup bersamaan dengan ikan bandeng dan ikan
mujahir (Rahmawati 2010).
Flora
Pengaruh adanya flora pada tempat perkembangbiakan antara lain sebagai
tempat peletakan telur, tempat mencari makan jentik nyamuk serta tempat

11
berlindung dan tempat hinggap istirahat nyamuk dewasa selama menunggu siklus
gonotropik. Selain itu adanya suatu jenis tumbuhan atau berbagai jenis tumbuhan
pada suatu tempat dapat pula dipakai sebagai indikator memperkirakan adanya
jenis-jenis nyamuk tertentu.
Genangan air di dasar sungai seringkali ditumbuhi berbagai macam
organisme dari jenis plankton seperti Chlorella, Chlamydomonas, Volvox, dan
Euglena. Keberadaan ganggang biru hijau di tempat perkembangbiakan dapat
menurunkan keberadaan larva An. culicifacies, sedangkan An. ramsay dan An.
nigerrimus lebih suka hidup dekat dengan tumbuhan air seperti Pistia stratiotes
(Rao 1981).
Penyebaran jentik nyamuk Anopheles spp biasanya disekitar tumbuhtumbuhan yang ada di air. Perkiraan jenis-jenis nyamuk yang ada di flora yang
berbeda yaitu sawah dengan pohon padi diperkirakan ada An. aconitus, tambak
dengan rumput-rumputan dan lumut diperkirakan ada An. subpictus, lagun dengan
lumut sutera dan lumut perut ayam diperkirakan ada An. sundaicus, rawa dengan
rumput-rumputan tinggi diperkirakan ada An. hyrcanus group, rawa sagu di Irian
Jaya diperkirakan ada An. koliensis, dan rawa dengan hutan lebat di Kalimantan
diperkirakan ada An. umbrosus (Depkes RI 1987).
Mulyadi (2010) menyatakan di daerah Desa Doro Kabupaten Halmahera
Selatan Provinsi Maluku Utara larva Anopheles spp ditemukan pada perairan yang
terdapat tanaman air seperti ganggang, tanaman permukaan air dan tanaman bakau
didaerah rawa-rawa, sedangkan Sulistio (2010) di Desa Senggigi Kecamatan
Batulayar Kabupaten Lombok Barat menyatakan bahwa penyebaran larva nyamuk
di habitatnya tidak merata di permukaan air, larva nyamuk berkumpul pada tempat
yang tertutup tanaman air yang mengapung seperti ganggang, sampah yang
terapung dan pinggiran habitat yang berumput. Hasil observasi pada ketiga habitat
dijumpai adanya ganggang Enteromorpha spp serta sampah yang mengapung
berupa plastik, daun dan ranting.
Dasar habitat
Dasar habitat juga merupakan pilihan bagi nyamuk-nyamuk dewasa untuk
meletakkan telur-telurnya. Nyamuk Ae. aegypti lebih menyukai genangan air
dengan dasar tempat air yang bukan tanah tetapi lebih menyukai genangan air
pada tempat-tempat penampungan air (kontainer), sedangkan An. aconitus lebih
menyukai genangan air dengan dasar tanah. An. farauti lebih menyukai genangan
air dengan dasar habitat berpasir dan An. punctulatus lebih menyukai genangan air
dengan dasar habitat lumpur ( Depkes RI 1987).
Saputro (2010) melaporkan di Desa Dulanpokpok Kabupaten Fakfak, Papua
Barat An. punctulatus mempunyai habitat berupa genangan air sementara buatan
manusia yakni kobakan batu, kubangan, parit, dan bekas roda mobil dengan dasar
habitat berupa tanah liat atau lumpur. Mulyadi (2010) menyatakan di Desa Doro
Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara habitat perkembangbiakan
larva An. farauti, An. punctulatus, An. vagus, dan An. kochi sebagian besar
memiliki dasar habitat lumpur

12
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Perilaku merupakan suatu faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan
yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Perilaku
adalah tindakan aktivitas manusia itu sendiri yang dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung oleh pihak luar. Selain itu, perilaku individu juga sangat
dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang dapat membentuk tindakan seseorang
sehingga dapat mengambil suatu tindakan terhadap suatu objek dengan cara-cara
tertentu (Notoatmodjo 2007).
Berbagai teori atau konsep yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap
dan perilaku masyarakat diperlukan dalam menganalisis, menjelaskan dan
memprediksi fenomena yang terjadi dimasyarakat sehingga lebih memudahkan
dalam pemecahan masalah penyebaran suatu penyakit.
Sukowati et al. (2003) menyatakan masyarakat di Lombok Timur
mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) yang kurang mendukung
terhadap pemberantasan malaria. Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan
dan sosial-ekonomi yang rendah.