BAB 11 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu. - Potensi Masyarakat Dalam Mengelola Koperasi Pertambangan Emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu. Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan

  pengaruh kehadiran pertambangan emas terhadap kehidupan sosial masyarakat: Penelitian yang dilakukan oleh (Suriansyah: 2009) melakukan penelitian dengan judul DampakPertambangan Terhadap Fungsi Ekonomi Lingkungan dan PendapatanMasyarakat Kabupaten Aceh Barat Daya. Penelitian ini dilakukan dengan metodesurvey yang merupakan kombinasi dari “descriptive research” dan “problemsolving research”. Jumlah responden sebanyak 91 orang yaitu populasimenggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwapertambangan yang telah mengubah manfaat sumberdaya bersifat common

  poolgoods yaitu sumberdaya yang dikuasai bersama yang mampu

  menghasilkantambahan pendapatan yang cukup nyata, menjadi sumberdaya alam bersifatprivate goods yaitu sumberdaya apabila dimanfaatkan oleh individu- individu secara sendiri akan mengurangi jumlah yang tersedia bagi orang lain. Denganberubahnya pemanfaatan sumberdaya alam tersebut sangat berpengaruh terhadappendapatan masyarakat, hal ini terbukti sebelum adanya pertambanganpendapatan rata-rata masyarakat Rp1.253.571/KK/bulan setelah adanyapertambangan menjadi Rp1.193.565/KK/bulan, penurunan pendapatanmasyarakat dikarenakan oleh hilangnya lahan perkebunan dan pertanian sertaakses pemanfaatan hutan.

  Kenyataan menunjukkan bahwa konversi lahanperkebunan dan hutan untuk KP Mining bagi masyarakat yang berdomisili di sekitar pertambangan tidakmenguntungkan.Demikian juga dapat dilihat dari segi persepsi terhadap kehadiranpertambangan, sebesar 56,1% masyarakat menunjukkan sikap setuju dan 35,2%masyarakat tidak setuju. Persepsi yang dikemukakan oleh masyarakat sangattergantung pada dampak yang dirasakan dari hadirnya pertambangan.

  Masyarakatyang setuju karena merasakan dampak positif, atau tidak merasa dirugikan dengankehadiran pertambangan.Sedangkan yang tidak setuju karena besarnya dampaknegatif yang mereka rasakan seperti hilangnya lahan perkebunan dan pertanian,lapangan kerja serta akses ke hutan akibat dari kegiatan pertambangan.

  (Siregar: 2007) melakukan penelitian dengan judul Persepsi MasyarakatTerhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Piningdan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentangpertambangan dan hutan. Masyarakat juga memandang positif keberadaanpertambangan di Kecamatan Batang Toru karena mampu meningkatkanpendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran meskipun hal tersebut barudirasakan sebagian masyarakat

  (Silton, Ali:2011) yang melakukan penelitian mengenai dampak aktifitas pertambangan bahan galian C terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa.

  Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif didukung oleh pendekatan kualitatif. Kehadiran industri pertambangan pada umumnya memberikan dampak negatif pada aspek sosio-ekonomi. Pada aspek sosio-ekonomi, tingkat kesempatan kerja pertanian mengalami penurunan seiring dengan semakin menurunnya luas lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat, sedangkan kesempatan kerja non pertanian meningkat seiring dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pihak industri pertambangan. Namun, kesempatan kerja dibidang pertambangan belum mampu dijangkau oleh masyarakat lokal karena rendahnya pendidikan. Masyarakat lokal hanya bekerja sebagai buruh kasar pertambangan, sementara posisi karyawan swasta ditempati oleh penduduk pendatang.

  Hal ini menimbulakan tingkat persaingan dan memicu terjadinya konflik antara pihak masyarakat dengan perusahan pertambangan. Aspek sosio-ekologi aktifitas pertambangan menyebabkan penurunan kualitas hidup seperti terjadinya perubahan pada kondisi udara yang terasa semakin panas, berdebu dan terlihat garsang. Umber air mengalami kekeringan pada saat kemarau aktifitas blasting dan kendaraan truk menimbulkan kebisingan dan keretakan pada bangun rumah.

  Selain itu menimbulkan penyakit saluran pernafasanpada masyaraka.

2.2. Potensi Desa dan Koperasi Desa.

2.2.1. Potensi Desa.

  Desa Keudee Krueng Sabee memiliki potensi yang dapat dikembangkan dengan baik sehingga dapat memberikan mamfaat yang baik bagi masyarakatnya.

  Potensi desa dibagi menjadi 2 macam yaitu: 1.

  Potensi fisik yang meliputi, tanah air, iklim dan cuaca, flora dan fauna, sumber daya mineral dll.

  2. Potensi non fisik, meliputi; masyarakat desa, lembaga-lembaga sosial desa, dan aparatur desa, jika potensi dimanfaatkan dengan baik, desa akan berkembang dan desa akan memiliki fungsi, bagi daerah lain maupun bagi kota.

  (sumber: http;//e-journal.org/desa/potensi/fisik non fisik/th6/6u../66.html) Secara umum tingkat kemajuan suatu desa ditentukan oleh:

  1. Potensi desa, yang mencakup potensi sumber daya alam, masyarakat desa, dan aparatur desa.

  2. Interaksi antara desa dan kota, antara desa satu dan desa yang lainnya, serta perkembangan sarana trasportasi dan komunikasi antar wilayah.

  3. Lokasi suatu desa terhadap daerah sekitarnya yang lebih maju (sumber:http://www.ut.ac.id/html/suplemen/sosi4303/potensi_desa_dap at_terbagi_dalam.ht)

  Potensi fisik atau potensi alam yang dimiliki suatu daerah dapat dijelaskan sebagai berikut: a.

  Tanah mencakup berbagai macam kandungan kekayaan yang terdapat di dalamnyamisalnya kesuburantanah,bahan tambangdan mineral.

  b.

  Air meliputi sumber air dan fungsinya sebagai pendukung kehidupan manusia.air sangat dibutuhkan oleh setiap mahkluk hidup untuk bertahan hidup dan juga aktivitas sehari-hari.

  c.

  Iklim sangat erat kaitannya dengan temperatur dan curah hujan yang sangat mempengaruhi setiap daerah, sehingga corak iklim sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat desa agraris.

  d.

  Ternak berfungsi sebagai sumber tenaga dan sumber gizi bagi masyarakat pedesaan.pada desa agraris, ternak juga dapat menjadi investasi dan sumber pupuk. e.

  Flora fauna sebagai kekayaan dan keanekaragaman hewan/tumbuhan yang menjadi daya tarik keindahan dan keseimbagan alam.

  f.

  Laut dan hasilnya mencakup hasil ikan sebagai sumber gizi, tumbuhan karang sebagai keindahan dasar laut.

  g.

  Sumber daya minaral (tambang emas, batu bara dll) Bedasarkan potensi yang disebutkan di atas, Sebenarnya desa kede

  Krueng Sabee banyak memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dimamfaatkan untuk pengembangan desa seperti tanah, ikan laut, ternak dan mineral. Disini peneliti hanya memfokuskan sumber daya mineral yaitu tambang emas. Untuk mendukung sumber daya alam yang ada dibutuhkan sumber daya non-fisik atau potensi sumber daya manusia (masyarakat lokal), antara lain: a).Lembaga-lembaga sosial, pendidikan, serta organisasi sosial desa.

  Lembaga-lembag tersebut antara lain yaitu lembaga: 1. kepemerintahan/kepemimpinan.

  • Geuchik adalah sebagai pemimpin desa dapat mengarahkan dan berkerja sama dengan aparatur desa lainnya seperti tuha peut kepala urusan dan lembaga-lembaga lainnya.
  • Tuha Peut yaitu terdiri dari 4 golongan yang berjumlah 9 orang(1 orang ketua, 2 tokoh adat, 2 tokoh cendikiawan, 2 tokoh tokoh alim ulama dan 2 tokoh pemuda dan perempuan).

   Ketua yaitu orang yang mengatur atau mengarahkan tugas dari tokoh adat. Tokoh cendikiawan, tokoh-tokoh alim ulama, tokoh pemuda dan perempuan.

   Tokoh adat adalah yang menangani adat istiada dalam suatu desa seperti adat perkawinan, meninggal dan kenduri jeurat (acara berdoa bersama di pemkaman).

   Cendikiawan adalah orang yang pandai, inteleg yang memiliki sikap hidup yang terus menerus meningkatkan kemampuan berfikirnya untuk mengetahui atau memahami sesuatu. Orang seperti ini sangat di butuhkan dalam memajukan sebuah desa. Misalnya dalam memikirkan pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak warga yang kurang mampu.

   Tokoh alim ulama yaitu berperan sebagai penetapan peraturan desa sesuai dengan sari’at islam.

   Tokoh pemuda dan perempuan sebagai penerus bangsa sangat perlu di ikut sertakan dalam menentukan kegiatan desa, karena anak muda ini memiliki wawasan yang luas dan lagi giat-giatnya belajar. Misalnya remaja mesjid dan kelompok kesenian.

  • Secara umum tugas-tugas tuha peut sebagai berikut

  1. Menetapkan peraturan desa bersama geuchik, menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBD).

  2. Memberi persetujuan kerja sama antar desa atau dengan pihak ketiga.

  3. Mengawasi pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan desa atau geuchik.

  • Kaur (kepala urusan) terdiri dari 3 orang : 1 kaur pembangunan, 1 kaur pemerintahan, dan 1 orang kaur kesra

  2. lembaga pendidikan: Sekolah, pustaka desa dan kelompok belajar 3. lembaga kesehatan : Pukesmas dan posyandu 4. lembaga Ekonomiseperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan Bank.

  b) adat istiadat, kebiasaan, atau prilaku.

  c) kondisi sosial budaya

  d) semangat kegotongroyongan yang tinggi dalam ikatan kekeluargaan yang erat (gemeinschaft) 2.2.2. Koperasi.

  Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi Peusaho Rakan yang ada di Desa Keude Kreung Sabee merupakan koperasi yang dibentuk atas inisitif masyarakat yang tergabung pada kelompok penambnag emas.

  Idealnya sebuah koperasi harus memiliki stuktur organisasi Sebagai beriku.

  Pada koperasi pesahoe rakan hanya memiliki stuktur pada tingkat kepengurusan saja seperti: ketua, seketaris dan bendahara(Yudi,Informan awal).

  Agar koperasi dapat berkembang ke arah yang lebih baik maka koperasi harus memiliki stuktur yanglengakap dan memiliki bebabagai macam bidang usaha.

  Wahyu adji(2005) mengatakan bahwa bidang usha terdiri dari 6 bidang yaitu: 1.

  Koperasi kosumsi yaitu koperasi yang bergebrak di bidang pemenuhan barang-barang kebutuhan sehari-hari bagi anggotanya.

  2. Koperasi produksi yaitu koperasi yang melakukan kegiatan dibidang pembuatan barang seperti koperasi kerajinan, peternakan dan lain-lain

  3. Koperasi simpan pinjam(KSP) yaitu koperasi yang bergerak dibidang simpan pinjam sepeti KSP beranggotakan Petani, KSP beranggotangakan Nelayan, Karyawan, Penambang emas dan lain-lain.

  RAPAT ANGGOTA PENASEHAT PENGAWAS PEMBINA PENGURUS BAGIAN ADMINISTRASI BAGIAN USAHA BAGIAN KEUANGAN

4. Koperasi jasa yaitu koperasi yang bergerak dibidang pelayanna jasa seperti koperasi angkuatan umum.

  5. Koperasi pemasaran yaitu koperasi yang bergerak pada pemasaran barang yang beranggotakan orang yang melakukan pemasaran seperti koperasi pemasaran elektronim, alat tulis kantor dan lain-lain.

6. Koperasi serba usaha yaitu koperasi yang memiliki usaha bermacam- macam baik kosumsi, produksi, jasa simpan-pinjam dan lain-lain.

  Dari bidang usaha koperasi yang ada ini, koperasi Pesahoe Rakan dapat memilih salah satu bidang usaha yang perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Dikarenakan koperasi pesahoe rakan tidak memiliki bidang-bidang usaha selayaknya koperasi pada umumnya. Di mana seharusnya koperasi yang ideal itu harus memiliki bidang usaha sebagai sumber dana untuk anggota yang pada setiap akhir tahun mereka membagikan hasil tersebut, apakah bentuk usaha simpan pinjam, konsumsi produksi, jasa pemasaran, dan serba usaha.

  Sebuah koperasi yang baik disamping memiliki bidang usaha, koperasi juga sangat perlu mengadakan Rapat Akhir Tahun (RAT). Salah satu agenda RAT adalah menyampaikan pertanggungjawabaan pengurus tentang pelaporan keuangan koperasi. Laporan keuangan ini pada dasarnya terdiri dari; laporan perhitungan sisa hasil usaha(SHU), laporan perubahan posisi kekayaan bersih dan neraca.

  SHU merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan beban-beban, penyusutan dan kewajiban lain termasuk pajak. Pendapatan koperasi adalah penerimaan koperasi atas kontribusi anggota koperasi terhadap beban-beban koperasi. SHU dikatakan positif bila kontribusi anggota koperasi kepada pendapatan melebihi kebutuhan akan beban koperasi. Kelebihan ini akan dikembalikan oleh koperasi kepada para anggotanya. SHU dikatan negatif bila kontribusi anggota koperasi pada pendapatan koperasi lebih kecil dari beban koperasi. Kekurangan kontribusi anggota tersebut akan ditutup dengan dana cadangan. Dana cadanagn diperoleh dari penyisihan SHU untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan

  SHU harus dibagikan kepada para anggota sesuai dengan ketentuan yang tecantum dalam Anggran Dasar Koperasi berdasarkan hasil rapat Anggota Tahunan(RAT). SHU merupakan salah satu hal penting dalam pegelolaan koperasi karena dibagikan kepadaanggota. Perhitungan SHU haruslah jelas dan trasparan sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

  Pembahagian Shupada anggotakoperasi mencakup dua bahagian, sebagai berikut:

  1. Jasa modal/simpanan adalah bahgian SHU untuk diberikan kepada anggota menurut besar simpanan mereka, semakin besar simpann sesorang anggota koperasi maka semakin besar pula SHU yang mereka perolehnantinya. Simpanan dalam hal ini adalah simpanan wajib dan simpanan pokok.

  2. Jasa anggota adalahbagian SHU untuk diberikan pada anggota menurut jasa anggota yang diberikan kepada koperasi. Jasa anggota kepada koperasi dapat dibedakan menurut jenis koperasi sebagai berikut, contohnya: a.

  Koperasi kosumsi. Jasa anggota ditentukan oleh jumlah belanja tiap anggota pada koperasi.semakin sering berbelanja kepada koperasi maka semakin besar pula anggota itu mendapat jasa anggota. b.

  Koperasi simpan pinjam: jas anggota ditentukan oleh jumlah pinjaman anggota pada koperasi. Semakin sering dan bayak meminjam pada koperasi maka semakin besar pula anggota itu mendapatkankan jasa.

  /

  SHU jasa anggota peminjaman= × pinjaman anggota Perhitungan SHU ini sangat penting dilakukan karena kemajuan koperasi dalam mencapai tujuannya sangat tergantung pada kesungguan pengurus koperasi dalam melaporkan masalah keuangan koperasi. Untuk itu peneliti mencoba untuk melakukan observasi tentang pelaksanaan ini di lapangan.

  Selain dari penjelasan SHU juga perlu dijelaskan mengenai: a.

  Bidang aadminitrasi dan pembukuaan

  b. Bidang keanggotaan c.

  Bidang pembinaan koperasi d.

  Mamfaat koperasi 2.3. Proses Sosial.

  Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu, sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Secara garis besar, proses sosial bisa dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu proses sosial yang asosiatif, dan proses sosial yang disosiatif.

  Dari kedua bentuk proses sosial tersebut, yang dibahas dalam penelitian ini hanya proses sosial asosiatif karena proses asosiatif merupakan proses yang mengindikasikan adanya gerak pendekatan dan penyatuan. Gerak pendekatan atau penyatuan ini sangat dibutuhkan dalam kerja sama mengelola potensi alam yang ada di Desa keude Kreung Sabee selain itu kerja sama antara lembaga-lembaga yang ada dalam stuktur masyarakat desa tersebut juga merupakan hal yang penting dalam mengelola koperasi Pesahoe Rakan.

  Proses sosial yang asosiatif yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu kooperasi atau kerja sama (bentuk kelembagaan). Kooperasi merupakan perwujudan minat dan perhatian orang untuk berkerja bersama-sama dalam suatu kesepahaman, sekalipun motifnya sering atau bisa tertuju kepada kepentingan diri sendiri.

  Bentuk-bentuk kerja sama dapat kita jumpai dalam kelompok dan masyarakat manusia mana pun, baik pada kelompok-kelompok yang kecil maupun pada satuan-satuan kehidupan yang besar. Pada dasarnya, proses sosial yang namanya kooperasi itu selalu sudah diperkenalkan kepada setiap anak manusia sejak kecil, ketika dia masih hidup dalam keluarga orang tuanya. Dalam keluarga-keluarga, dan juga dalam komunitas-komunitas tradisional yang keci- kecil, bentuk-bentuk usaha kooperasi itu mungkin masih sederhana saja. Akan tetapi, didalam masyarakat nasional atau kota yang serba kompleks, jalinan kooperasi itu tidak bisa lagi di bilang sederhana.

  Di dalam kelompok-kelompok kecil seperti keluarga dan komunitas- komunitas tradisional proses sosial yang namanya kooperasi ini cenderung bersifat spontan. Inilah kooperasi yang terbentuk secara wajar di dalam kelompok - kelompok yang disebut kelompok primer. Di dalam kelompok-kelompok ini individu-individu cenderung membaur diri dengan sesamanya di dalam kelompoknya. Di dalam kelompok-kelompok primer yang kecil dan bersifat tatap muka seperti ini, orang perorangan cenderung lebih senang bekerja dalam tim selaku anggota tim daripada bekerja sendiri sebagai perorangan.

  Berbeda halnya dengan kooperasi yang terjadi di dalam kelompok- kelompok skunder, kooperasi yang ada di dalam kelompok sekunder itu lebih bersifat di rencanakan secara rasional dan sengaja daripada bersifat spontan atau berlandaskan emosi solidaritas. Kelompok-kelompok yang sedikit banyaknya bersifat terencana dan diatur, dan pada umumnya bersifat tatap muka. Segala bentuk kerja sama antara lembaga-lembaga yang ada dalam stuktur sosial masyarakat Desa Keude Krueng Sabee merupakan contoh kerja sama kelompok sekunder seperti: organisasi pemerintahan, organisasi sosial, pendidikan dan agama. Kerja sama dalam organisasi-organisasi ini tidak hanya akan melibatkan beberapa individu setempat saja, akan tetapi karena luas dan meluasnya akan melibatkan individu-individu lain di tempat-tempat yang jauh yang melintasi batas-batas daerah seperti kerjasaa dalam mengelola pertambangan emas di Desa Keude Krueng Sabee yang terdiri dari individu-individu dari daerah lain yang punya pengalam dalam mengelola tambang emas tersebut.

2.4. Interaksi Sosial.

  Hubungan antara sesama dalam istilah sosiologi disebut relasi atau

  relation. Interaksi sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih.

  Relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi. Suatu relasi sosial atau hubungan sosial akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat macam tindakan yang akan datang dari pihak lain terhadap dirinya. Dikatakan sistematik karena terjadinya secara teratur dan berulang kali dengan pola yang sama. Menurut Spradley dan McCurdy dalam Ramadhan, relasi sosial atau hubungan sosial yang terjalin antara individu yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama akan membentuk suatu pola, hubungan ini juga disebut sebagai pola interaksi sosial. (Spradley dan McCurdy, 1975 dalam Ramadhan, 2009 :11).

  Hubungan sosial yang terjadi antara anggota penambang emas dan antar anggota koperasi juga membentuk pola interaksi sosial.

  Manusia ditakdirkan sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhlik sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berusaha mencakupi semua kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhannya manusia tidak mampu berusaha sendiri, mereka membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia perlu berelasi atau berhubungan dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial dalam rangka menjalani kehidupannya selalu melakukan relasi yang melibatkan dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Hubungan sosial merupakan interaksi sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, ataupun antar individu dengan kelompok.

  Dalam melakukan relasi antar masyarakat pendatang dan masyarakat lokal baik relasi antar individu, individu dengan kelompok atau antar kelompok tentu yang diingikan dalam bentuk interaksi sosial yang positif(asosiatif). Untuk mencapai satu kesatuan pendapat sehingga tujuan bersama dapat tercapai dengan baik.

  Interaksi sosial terdiri dari stimulan, respon, aksi dan reaksi.(Budiati Atik, 2009). Interaksi sosial sebagai aksi dan reaksi yang timbal balik dipengaruhi oleh faktor yang menjadi dasar terbentuknya proses interaksi sosial seperti imitasi, sugesti, identifiksi, simpati dan empati. Diantara faktor tersebut baik dalam kegiatan penambang emas atau dalam kerja sama koperasi berpengaruh terhadap sikap dan prilaku mereka. Stimulan dalam proses interaksi sosial pada masyarakat tersebut juga diperlukan karena stimulan merupakan sesuatu yang menjadi perangsang bagi peningkatan prestasi kerja atau semangat kerja, sehingga respon(tanggapan) terhadap stimulan dapat dijadikan sebagai pengerak ke arah yang lebih baik.

  Masyarakat sebagai suatu sistem sosial memiliki stuktur sosial (adanya status dan peran) dan proses sosial(adanya sosialisasi dan pengendalian). Interaksi sosila yang terjadi dalam stuktur sosial dalam masyarakat biasanya tidak terlepas dari status dan peranan sosial yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Status sosial atau kedudukan sosial adalah tempat dimana seseorang anggota masyarakat berada dalam stuktur sosial atau lembaga sosial, seperti lembaga desa, organisasi koperasi, sedangkankan peranan sosial adalah tingkah lakuyang diharapkan oleh anggota masyarakat yang menduduki suatu jabatan dalam suatu lembaga atau organisasi. Interaksi yang terjadi sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang lebih baik karena tidak semua orang dapat memberi harapannya sesuai yang diinginkan anggota masyarakat lainnya. Oleh sebab itu sangat diharapkan dalam stuktur sosial akan terjadi proses sosial yang menunjukan pola hubungan(interaksi) dalam membentuk kemajuan sosial yang bersifat asosiatif baik antar masyarakat penambang emas, antar anggota koperasi, atau antar lembaga –lembaga sosial.

  Proses sosial ini dapat mewujudkan bentuk interaksi sosial asosiatif yang dasar pembentukannya memerlukan sikap dan tinggkah laku seseorang, dimulai dari proses sosialisasi dan pengendalian sosial. Proses sosialisasi sosial adalah proses pembelajaran nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang dimulai sejak lahir sampai akhir hayat. Jadi seseorang belajar norma(aturan) bukan haya waktu kecil atau remaja tetapi sampai tua. Proses pembelajaran ini terus berlansung hingga seseorang bisa bermamfaat bagi dirinya dan juga bagi orang lain.

  Dalam proses pebelajaran nilai dan norma ini juga dibutuhkan pengendalian sosial untuk mengendalikan tingkah laku seseorang sehingga apa yang diharapkan orag lain dapat sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Sejauh mana masyarakat Keude Krueng Sabee menyadari pentingnya proses pembelajaran ini dapat diamati dari proses-proses sosial yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Untuk itu peneliti merasa perlu membahas tentang masyarakat sebagai suatu sistem sosial.

2.5. Solidaritas Sosial.

  Dalam hubungan atau organisasi yang menganut solidaritas mekanik, yang diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap. Persamaan prilaku dan sikap ini sangat ditentukan oleh proses sosialisasi dalam pembelajaran nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Persamaan prilaku dan sikap sanggat mendukung kerjasama yang baik dalam mengelola pertambangan emas dan koperasi pesahoe rakan. Apabila prilaku dan sikap yang baik sudah dipelajari atau dibiasakan semenjak kecil, maka apa yang di harapkan masyarakat akan lebih mudah terwujud, karena proses pembelajaran prilaku dan sikap ini tidak dimulai saat berkerja. Jadi kerjasama mengelola pertambangan emas dan koperasi yang ada di desa Keude Krueng Sabee sebaiknya menganut solidaritas mekanik.

  Para anggota organisasi yang diikat oleh apa yang dinamakan kesadaran kolektif atau hati nurani kolektif (collective conscience) yang merupakan suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok atau organisasi yang bersifat ekstren serta memaksa. Sedangkan solidaritas organik merupakan solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesalingtergantungan antara bagian. Tiap anggota menjalankan peran berbeda dan diantara berbagai peran yang ada terdapat kesalingtergantungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, karena adanya kesalingtergantungan ini maka ketidak hadiran pemegang peran tertentu akan mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup masyarakat (Kamanto Sunarto, 2001 hal 134).

  Masyarakat desa Keude Krueng Sabee belum termaksud masyarakat yang modern (kompleks), maka kerjasama dalam mengelola pertambangan emas dan koperasi ini tidak sepenuhnya menganut solidaritas organik tetapi sungguhpun demikian pengaruh solidaritas organik ini juga ada, karena dari pembahagian kerja dalam mengelola kegiatan tersebut, walaupun tidak serinci pembagian kerja yang ada di masyarakat modern, kita juga melihat adanya saling ketergantungan diantara mereka dalam bekerja, jadi jika ada ketidak hadiran (ketidak seriusan) mengelola kegiatan tersebut dpt juga mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup proses pengendalian sosial (mengendalikan kemnali prilaku dan sikap) itu perlu, agar gangguan (kekacauan, tidak berkepanjangan.

  Pengendalian sosial ini bisa ditempuh melalui bentuk-bentuk akomodasi, bentuk akomodasi yang diambil disesuaikan dengan akibat-akibat dari gangguan atau kekacauan yang terjadi dalam masyarakat.

  Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat masyaratkat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern.

  Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan solidaritas sosial yang ada pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan pada masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi, berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk, yaitu: (1) solidaritas sosial mekanik, dan (2) solidaritas sosial organik.

  Menurut Durkheim, berdasarkan hasilnya solidaritas dapat dibedakan antara solidaritas positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak menghasilkan integrasi apapun dan dengan demikian tidak memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas positif dpat dibedakan berdsarkan ciri-ciri:

  1. Solidaritas positif meningkat individu pada masyarakat secara langsung, tanpa perantara,. Pada solidaritas positif yang lainnya, individu tergantung dari masyarakat tersebut.

  2. Solidaritas positif yang kedua adalah suatu sistem fungsi-fungsi yang berbeda dan khusus yang menyatukan hubungan-hubungan yang tetap, walaupun sebenarnya kedua masyarakat tersebut hanya satu saja. Keduanya hanya merupakan dua wajah dari satu kenyataan yang sama, namun perlu dibedakan,

  3. Dari perbedaan yang kedua itu muncul perbedaan yang ketiga yang akan memberi ciri dan nama kepada kedua solidaritas itu. Ciri-ciri tipe kolektif tersebut adalah individu meruopakan bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan fungsinya didalam masyarakat, namun masih tetap dalam satu kesatuan.

  Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi sehingga timbul rasa kebersamaan diantara mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif, selanjutnya, prasaan kolektif yang merupakan akibat (resultant) dari kebersamaan merupakan hasil aksi dari reaksi diantara kesadaran individu. Jika setiap kesadaran individual itu menggembangkan perasaan kolektif, hal itu bersumber dari dorongan khusus yang berasal dari kesadaran kolektif tersebut. Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri individu lagi, melainkan hanya sekedar makhliuk sosial kolektif. Jadi, masing-masing individu diserap dalam kepribadian kolektif.

  Hal semacam ini sangat dibutuhkan dalam kerja sama mengelola suatu usaha. Oleh karena itu solidaritas mekanik perlu dibentuk dalam kerja sama tersebut agar timbul rasa kebersamaan dan rasa memiliki yang besar, sehingga kepribadian atau perbedaan tiap individu dapat diperkecil dan bila perlu dihilangkan , supaya gangguan-gangguan dapat diatasi.

  Kesadaran kolektif itu mempunyai sifat keagamaan, karena mengharuskan rasa hormat serta ketaatan. Individu-individu selalu tunduk kepada kolektivitas.

  Isinya yang kongret berbeda-beda dari masyarakat satu dan masyarakat lainya sesuai dengan keadaan dimana masyarakat itu ada. Melanggar keyakinan- keyakinan bersama akan menimbulkan reaksi yang hebat dan emosional. Untuk yang bersalah akan dihukum, ini termasuk contoh pengendalian sosial yang bersifat represif yaitu mencegah setelah terjadinya pelanggaran agar dapat memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadi, sebaiknya pengendalian sosial yang diambil dalam kerja sama ini adalah pengendalian sosial yang bersifat preventif yaitu salah satu cara yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran atau mencegah sebelum terjadi. dengan cara mensosialisasikan norma-norma yang ada kepada anggota masyarakat, perlu diingat bahwa proses sosialisasi ini bukan pada saat anggota masyarakat mulai bekerja, tapi jauh sebelum yang mulai sejak lahir sudah dibiasakan hal-hal yang baik untuk di pelajari dan di jadikan sebagai prilaku dan sikap sehari-hari.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I.4 Sistem Transportasi II.1.1 Pengertian - Analisis Pemilihan Moda Antara Bus dan Kereta Api (Studi Kasus : Medan – Tanjungbalai)

0 3 37

BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum - Analisis Pemilihan Moda Antara Bus dan Kereta Api (Studi Kasus : Medan – Tanjungbalai)

0 0 12

INKORPORASI DENGAN PELESAPAN VERBA DALAM BAHASA MANDAILING Deli Kesuma SD Negeri 067690 Medan Johor kesuma_deliyahoo.com Abstract - Inkorporasi Dengan Pelesapan Verba Dalam Bahasa Mandailing

0 1 11

INDONESIAN – ENGLISH CODE SWITCHING AND CODE MIXING FOUND IN THE NOVEL ―KAMAR CEWEK‖ Dian Marisha Putri Fakultas Ilmu Budaya USU caca_milanoyahoo.com Abstrak - Indonesian – English Code Switching And Code Mixing Found In The Novel ―Kamar Cewek‖

0 0 8

BAB II TINJAUAN UMUM MASYARAKAT DAN KESENIAN BATAK TOBA 2.1 Geografi Batak Toba - Trio Pada Musik Populer Batak Toba: Analisis Sejarah, Fungsi, Dan Struktur Musik

1 3 52

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Trio Pada Musik Populer Batak Toba: Analisis Sejarah, Fungsi, Dan Struktur Musik

0 2 69

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN EKSPRESIF DALAM DIALOG FILM ―ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI‖ KARYA DEDDY MIZWAR Dina Mariana br Tarigan dinamarianabrtariganyahoo.com Abstract - Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Dialog Film ―Alangkah Lucunya Negeri Ini‖ Kar

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Wirausaha - Pengaruh Perilaku Wirausaha dan Dukungan Keluarga Terhadap Keberhasilan Pengusaha Kain (Studi Kasus Pada Pedagang Kain di Jl. Perniagaan Pasar Ikan Lama Medan)

0 1 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Perilaku Wirausaha dan Dukungan Keluarga Terhadap Keberhasilan Pengusaha Kain (Studi Kasus Pada Pedagang Kain di Jl. Perniagaan Pasar Ikan Lama Medan)

0 0 7

Pengaruh Perilaku Wirausaha dan Dukungan Keluarga Terhadap Keberhasilan Pengusaha Kain (Studi Kasus Pada Pedagang Kain di Jl. Perniagaan Pasar Ikan Lama Medan)

0 0 10