Potensi Masyarakat Dalam Mengelola Koperasi Pertambangan Emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya

(1)

POTENSI MASYARAKAT DALAM MENGELOLA KOPERASI PERTAMBANGAN EMAS DESA KEUDE KRUENG SABEE, KEC.

KRUENG SABEE, KAB. ACEH JAYA SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Oleh : Riya Badriyah

090901016

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

Koperasi pertambangan yaitu koperasi yang melakukan usaha dengan menggali atau memanfaatkan sumber-sumber alam secara langsung tanpa atau dengan sedikit mengubah bentuk dan sifat sumber-sumber alam tersebut. Termasuk dalam kelompok koperasi ini adalah koperasi yang melakukan usaha pendulangan emas dan koperasi yang melakukan usaha pengumpulan batu gunung. Koperasi pertambangan yang didirikan oleh masyarakat Desa Keude Krueng sabee, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat desa dan ingin membantu pembangunan infrastruktur Desa Keude Krueng Sabee kearah yang lebih baik. Sebelum adanya koperasi pertambangan emas ini, pada tahun 2006 di Desa Keude Krueng Sabee pernah berdiri sebuah koperasi yang bergerak dibidang usaha simpan pinjam, koperasi tersebut bernama koperasi Komaksa dan setelah beberapa tahun koperasi komaksa berdiri, pada awal tahun 2012 akhirnya koperasi tersebut terpaksa dibubarkan. Penyebab dari dibubarkan koperasi komaksa karena para pengurus tidak sanggup untuk menagih tagihan kepada anggota koperasi. Menurut para petugas anggota koperasi komaksa sangat sulit untuk diminta setoran, dengan berbagai alasan, sehingga para pengurus membubarkan koperasi tersebut. Dalam hal ini, tujuan peneliti adalah untuk mengetahui dan menganalisa potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengelola koperasi pertambangan emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Kreung Sabee, Kabupaten Aceh Jaya..

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untukmengetahui sejauh mana kontribusi koperasi Pesaho Rakan terhadap perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabee. Adapun teknik pengambilan data dalam penelitan ini yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian data dari ketiga sumber tersebut, diinterprestasikan ke dalam bentuk narasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari, pengurus koperasi 3 orang, anggota koperasi 3 orang, toke pertambangan emas 2 orang dan ketua adat 1 orang yang berada di Desa Keude Krueng Sabee.

Berdasarkan hasil penelitian, koperasi pertambangan rakyat saat ini ditutup sementara. Dikarenakan hasil dari pertambangan emas berkurang secara drastis. Sehingga anggota koperasi tidak bisa menyetor sumbangan sukarela untuk koperasi. Koperasi pertambangan rakyat juga tidak membuka bidang-bidang usaha lainnya untuk mendukung perkembangan koperasi kearah yang lebih baik. Alasan para penggurus koperasi tidak membuka salah satu bidang usaha koperasi yaitu tidak ingin mengulang kejadian seperti koperasi komaksa, padahal mereka sangat ingin membuka salah satu bidang usaha untuk memajukan koperasi pertambangan emas, apalagi seperti keadaan saat ini dimana koperasi tidak berjalan karena tidak adanya hasil dari gunung emas, seandainya koperasi memiliki salah satu bidang usaha, tentunya koperasi tidak akan tutup sementara waktu. Potensi penggurus dalam hal menggurus dan menggelola koperasi masih sangat kurang. Kurangnya potensi penggurus dalam menggelola koperasi tidak hanya dilihat dalam pendidikan mereka, jika dilihat dari pendidikan penggurus, mereka rata-rata tamatan SMP dan SMA. Pengengetahuan mereka mengenai


(3)

berani menggambil keputusan dan kurang tegas terhadap para anggota koperasi atas peraturan-peraturan yang telah mereka buat dan sepakati bersama. Koperasi pertambangan pesahoe rakan juga tidak memberikan pendidikan khusus untuk para pengurus dan anggota koperasi, padahal di dalam akta pendirian koperasi ada menyebutkan bagi para pengurus dan anggota koperasi wajib diberikan pendidikan tentang perkoperasian. Sebelum koperasi pesahoe rakan ditutup sementara, koperasi pesahoe rakan telah membantu pembangunan infrastrukter Desa Keude Krueng Sabee dengan membantu pembangunan mesjid, membangun prasantren untuk anak-anak desa yang kurang mampu dan memperbaiki jalan menuju ke gunung emas, walaupun jalan yang diperbaiki belum menggunakan aspal setidak itu sudah mempermudah para penambang dalam menuju ke gunung emas.


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Potensi Masyarakat Dalam Mengelola Koperasi Pertambangan emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU.

3. Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si, selaku dosen wali pembimbing. 4. Ibu Dra. Linda Elida, M.Si, selaku Dosen Pembimbing, mengucapkan

terima kasih kepada beliau atas kesediaannya dalam memberikan pengarahan-pengarahan ataupun masukkan bagi skripsi penulis.

5. Bapak Drs. Junjungan SBP. Simanjuntak, M.Si selaku dosen penguji penulis.


(5)

6. Bapak dan Ibu Dosen FISIP USU, khususnya Dosen Departemen Sosiologi atas ilmu yang selama ini telah diberikan kepada penulis. 7. Kepada kedua orang tua ku tersayang mamak Dra. Misran Idris dan

ayah Syamsul Bahri terimakasi atas kasisayang yang tulus kepada saya dari kecil sampai saat ini, tidak henti-hentinya memberikan semangat, tidak pernah putus asa untuk mendorong saya menyelesaikan skripsi yang sudah lama ini, terimakasi juga atas dukungannya, do’anya dan dananya selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga penulis dapat membanggakan kedua orangtua penulis.

8. Kepada kedua adik-adik saya tersayang Ridha Rouzah Sulmi dan Siti Ayu pratiwi yang selalu memberikan semangatnya dan selalu mengingatkan saya untuk mengerjakan skripsi ini.

9. Kepada Geuchik Keude Krueng Sabee yakni Bapak Julianto, yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di Desa Keude Krueng Sabee.

10.Para Informan yang ada di Desa Keude Krueng Sabee yang bersedia memberikan waktunya, untuk memberikan informasi mengenai Potensi Masyarakat Dalam Mengelola Koperasi Pertambangan Emas, terimakasih untuk pengertiannya yang telah bersedia menerima kehadiran penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

11.Kepada teman dekat penulis M. Ridho Riyansyah dan keluarga, yang selalu membantu dan memberikan semangat, motivasi kepada penulis.


(6)

12.Kepada wanita-wanita ku tersayang yakni Mai Yuliarti dan Nova Puspita Sari yang selalu menemani penulis untuk mencari referensi dalam penulis skripsi ini dan membantu dalam segala hal..

13.Buat teman-teman stambuk penulis di Departeman Sosiologi FISIP USU yakni Mega Sari EKA, Siti Rukmana, Winda Kataren, Winda purwani, Sauma Rahma, Elisabet Sitohang, Bertha, Irvin, Dede, Bima, Dewi, Kiki, Nasrul, Tian dan semua teman-teman Sosiologi 09 yang tidak biasa saya sebutkan namanya satu-persatu, yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelasaikan skripsi ini.

14.Semua pihak yang turut membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Atas dukungan berbagai pihak tersebut, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan.

Medan, 24 April 2015

Penulis Riya Badriyah


(7)

DAFTAR ISI

Abstrak … ... i

Kata Pengantar… ... iii

Daftar Tabel… ... vi

Daftar Isi… ... vii

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Penelitian ... 12

1.3.Tujuan Penelitian ... 13

1.4.Manfaat penelitian ... 13

1.5.Definisi Konsep ... 14

Bab II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu ... 18

2.2.Potensi Desa dan Koperasi Desa... 20

2.3. Proses Sosial ... 29

2.4. Interaksi Sosial… ... 31

2.5. Solidaritas Sosial... 34

Bab III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 39

3.2. Lokasi Penelitian... 40

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 40

3.4. Teknik pengumpulan Data ... 41

3.5. Interprestasi Data ... 43

3.6. Jadwal Penelitan... 44

3.7. Keterbatasan Peneliti ... 44

Bab IV Deskripsi Lokasi dan Informan Penelitian 4.1. Gambaran umum Desa Keude Kruweng Sabee… ... 46

4.2. Karakteristik Informan… ... 61

Bab V Hasil dan Pembahasan 5.1. Sejarah Penemuan Gunung Emas di Desa Panggong … ... 76

5.2. Sejarah Pendirian Koperasi Pertambangan Emas Pesahoe Rakan.. ... 82

5.3. Potensi Masyarakat Dalam Menggelola KPPR… ... 89

5.4.PotensiPengurusDalamPembinaanKoperasi ………...102

5.5.PengelolaanBadanUsahaKoperasiJadwal ………...114

5.6.PemanfaatanSisaHasilUsaha(SHU)……….122

5.7.Nilai-NilaiSosial………...124

Bab VI Kesimpulan dan Saran 6.1.Kesimpulan………..131

6.2.Saran……….133


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Kelompok Sosial Masyarakat… ... 48

Tabel 4.2. Kegiatan Sosial Masyarakat... 49

Tabel 4.3. Fasilitas Umum… ... 50

Tabel 4.4. Potensi Sumber Daya Alam… ... 55


(9)

ABSTRAK

Koperasi pertambangan yaitu koperasi yang melakukan usaha dengan menggali atau memanfaatkan sumber-sumber alam secara langsung tanpa atau dengan sedikit mengubah bentuk dan sifat sumber-sumber alam tersebut. Termasuk dalam kelompok koperasi ini adalah koperasi yang melakukan usaha pendulangan emas dan koperasi yang melakukan usaha pengumpulan batu gunung. Koperasi pertambangan yang didirikan oleh masyarakat Desa Keude Krueng sabee, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat desa dan ingin membantu pembangunan infrastruktur Desa Keude Krueng Sabee kearah yang lebih baik. Sebelum adanya koperasi pertambangan emas ini, pada tahun 2006 di Desa Keude Krueng Sabee pernah berdiri sebuah koperasi yang bergerak dibidang usaha simpan pinjam, koperasi tersebut bernama koperasi Komaksa dan setelah beberapa tahun koperasi komaksa berdiri, pada awal tahun 2012 akhirnya koperasi tersebut terpaksa dibubarkan. Penyebab dari dibubarkan koperasi komaksa karena para pengurus tidak sanggup untuk menagih tagihan kepada anggota koperasi. Menurut para petugas anggota koperasi komaksa sangat sulit untuk diminta setoran, dengan berbagai alasan, sehingga para pengurus membubarkan koperasi tersebut. Dalam hal ini, tujuan peneliti adalah untuk mengetahui dan menganalisa potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengelola koperasi pertambangan emas di Desa Keude Krueng Sabee, Kecamatan Kreung Sabee, Kabupaten Aceh Jaya..

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untukmengetahui sejauh mana kontribusi koperasi Pesaho Rakan terhadap perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabee. Adapun teknik pengambilan data dalam penelitan ini yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, yang kemudian data dari ketiga sumber tersebut, diinterprestasikan ke dalam bentuk narasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari, pengurus koperasi 3 orang, anggota koperasi 3 orang, toke pertambangan emas 2 orang dan ketua adat 1 orang yang berada di Desa Keude Krueng Sabee.

Berdasarkan hasil penelitian, koperasi pertambangan rakyat saat ini ditutup sementara. Dikarenakan hasil dari pertambangan emas berkurang secara drastis. Sehingga anggota koperasi tidak bisa menyetor sumbangan sukarela untuk koperasi. Koperasi pertambangan rakyat juga tidak membuka bidang-bidang usaha lainnya untuk mendukung perkembangan koperasi kearah yang lebih baik. Alasan para penggurus koperasi tidak membuka salah satu bidang usaha koperasi yaitu tidak ingin mengulang kejadian seperti koperasi komaksa, padahal mereka sangat ingin membuka salah satu bidang usaha untuk memajukan koperasi pertambangan emas, apalagi seperti keadaan saat ini dimana koperasi tidak berjalan karena tidak adanya hasil dari gunung emas, seandainya koperasi memiliki salah satu bidang usaha, tentunya koperasi tidak akan tutup sementara waktu. Potensi penggurus dalam hal menggurus dan menggelola koperasi masih sangat kurang. Kurangnya potensi penggurus dalam menggelola koperasi tidak hanya dilihat dalam pendidikan mereka, jika dilihat dari pendidikan penggurus, mereka rata-rata tamatan SMP dan SMA. Pengengetahuan mereka mengenai


(10)

berani menggambil keputusan dan kurang tegas terhadap para anggota koperasi atas peraturan-peraturan yang telah mereka buat dan sepakati bersama. Koperasi pertambangan pesahoe rakan juga tidak memberikan pendidikan khusus untuk para pengurus dan anggota koperasi, padahal di dalam akta pendirian koperasi ada menyebutkan bagi para pengurus dan anggota koperasi wajib diberikan pendidikan tentang perkoperasian. Sebelum koperasi pesahoe rakan ditutup sementara, koperasi pesahoe rakan telah membantu pembangunan infrastrukter Desa Keude Krueng Sabee dengan membantu pembangunan mesjid, membangun prasantren untuk anak-anak desa yang kurang mampu dan memperbaiki jalan menuju ke gunung emas, walaupun jalan yang diperbaiki belum menggunakan aspal setidak itu sudah mempermudah para penambang dalam menuju ke gunung emas.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

Salah satu bentuk usaha pertambangan yang dinyatakan legal di Indonesia adalah pertambangan yang di lakukan masyarakat melalui pertambangan skala kecil (Small Scale Mining). Menurut Wiriousudarmo (1990), pertambangan skala kecil (PSK) diartikan sebagai operasi dan investor pertambangan dimana investor maupun, operatornya adalah rakyat kecil atau masyarakat secara bersama-sama (kolektif). Jadi, suatu operasi pertambangan yang secara fisik kecil, namun kalau di miliki oleh pengusaha besar maka pertambangan tersebut tidak dapat digolongkan sebagai PSK.

Pembentukan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan mineral dan batubara adalah karena adanya kebutuhan masyarakat akan perlindungan hak-hak mereka di dalam pengelolaan mineral dan batubara. Karena dalam undang-undang Nomor 4 Tahun 2009, masyarakat, terutama penduduk setempat diberi ruang yang cukup untuk mengelola pertambangan mineral dan batubara. Masyarakat diberikan hak untuk mengajukan izin pertambangan rakyat (IPR) dan izin usaha pertambangan (IUP). Dengan adanya izin tersebut, mereka dapat melakukan kegiatan pertambangan dengan baik. Dan dengan adanya kegiatan ini, maka masyarakat tersebut menjadi sejahtera, lahir dan batin.

Namun, dalam realitanya, kegiatan yang dilakukan oleh penduduk setempat kurang mendapat perhatian dari pemerintah, terutama pemerintah daerah karena banyak penduduk yang melakukan kegiatan pertambangan secara tidak sah (illegal mining) dibiarkan saja mereka tanpa melakukan pembinaan dan


(12)

pengawasan. Akibatnya, penduduk setempat yang melakukan illegal mining banyak yang meninggal karena tertimbun longsor. Bahkan, dalam pelaksanaan illegal mining tersebut berlaku hukum rimba, artinya siapa yang kuat, maka dialah yang menguasai sumur-sumur tambang yang telah digali oleh orang lain. Apabila hal itu dibiarkan, maka akan menimbulkan persoalan dan kerugian yang cukup besar, baik bagi masyarakat maupun pemerintah daerah (Salim 2012: 47).

Kehadiran pertambangan emas di suatu daerah dapat membawa dampak positif dan dampak negatif bagi masyarakatnya. Dampak positifnya adalah kehadiran pertambangan emas diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah lingkar tambang. Peningkatan ini akibat keberadaan pertambangan emas yang mampu mendorong dan menggerakkan sendi-sendi ekonomi masyarakat. Struktur sosial di dalam masyarakat juga akan mengalami perubahan, karena masyarakat sekitar pertambangan emas termotivasi untuk mampu menyesuaikan perubahan struktur sosial yang disebabkan banyaknya masyarakat pendatang yang berkerja sebagai penambang. Dampak negatif juga terjadi diberbagai segi kehidupan masyarakat baik itu pada perubahan struktur sosial, budaya, ekonomi masyarakat maupun pada kualitas lingkungan.

Begitu juga dengan penemuan tambang emas di Provinsi Aceh yang terletak di Gunong Ujen Desa Panggong, Kab. Aceh Jaya. Sejak ditemukan pertambangan emas di Provinsi Aceh ini, telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat setempat. Seperti perubahan pada aspek kondisi perekonomian masyarakat, adanya lapangan pekerjaan baru (bagi masyarakat daerah tersebut dan mayarakat dari luar daerah seperti masyarakat Jawa, Bogor, Bengkulu dan lain-lain).


(13)

Gunong Ujen terletak di Desa Panggong Kec. Krueng Sabee, Kab. Aceh Jaya. Sebelum terjadinya tsunami di Aceh pada tahun 2004, kondisi perekonomian masyarakat Desa Panggong rata-rata menengah ke bawah dan jarang sekali yang menengah ke atas. Kebanyakan masyarakat Desa Panggong berkerja sebagai wirausaha, bertani dan sangat jarang yang berkerja di pemerintahan.

Desa Panggong adalah salah satu desa diantara 17 Desa yang ada dalam wilayah Kec. Krueng Sabee, Kab. Aceh Jaya. Terletak di sebelah Barat pusat pemerintahan. Masyarakat Desa Panggong memiliki banyak sektor usaha ekonomi misalnya, usaha warung kopi, jual beli sembako/kelontong, usaha peternakan, penjual ikan keliling (mugee), usaha menjahit, usaha kue basah/kering, pertukangan, lahan pertanian (sawah tadah hujan) dengan luas 500 Ha tanaman keras dan lain-lain. Dari banyaknya usaha ekonomi masyarakat yang paling banyak dijadikan sebagai mata pencarian adalah sebagai petani.

Bagi masyarakat Desa Panggong dan desa-desa lainnya menjadi penambang emas adalah pekerjaan yang sangat menjanjikan. Apalagi setelah terjadinya tsunami banyak lahan-lahan pertanian yang rusak, kecuali lahan pertanian yang ada di atas gunung. Kabupaten Aceh Jaya adalah salah satu Kabupaten yang sangat parah kerusakannya akibat tsunami, sehingga banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya. Tetapi semenjak masyarakat mengetahui bahwa di kampungnya terdapat pertambangan emas maka masyarakat berlomba-lomba mengambilnya dengan harapan mendapatkan hasil yang banyak sehingga dapat merubah perekonomian keluarga mereka. Hasil yang diperoleh dari pertambangan emas tersebut cukup menguntungkan bagi sebagian orang,


(14)

tetapi bagi yang tidak beruntung bisa mengalami kerugian yang sangat besar karena emas yang didapatkan tidak sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan.

Pada tahun 1990 masuklah orang asing mendirikan sebuah perusahaan yang diberi nama PT.KTR (Kuta Raja Rakyat). Sekitar tahun 1997 pengeboran dilakukan oleh PT.KTR dengan memperkerjakan penduduk setempat. Pada tahun 2000 bergejolaklah kembali konflik antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintahan R.I yang menimbulkan korban jiwa dari kedua belah pihak. Saat itu banyak masyarakat setempat bergabung dengan GAM termasuk Pimpinan daerah saat ini. Masyarakat yang berpihak kepada GAM tidak bebas beraktifitas untuk mencari nafkah, bahkan ada yang bersembunyi di hutan karena takut ditangkap oleh aparat keamanan. Hal tersebut membuat kondisi mencekam dan tidak kondusif sehingga PT.KTR tersebut berhenti beroperasi dan mundur. Konflik tersebut akhirnya berhenti setelah kedua belah pihak menandatangani nota kesepakatan damai di Helsinki, Swiss pada tahun 2005. Nota kesepakatan damai tersebut dikenal dengan nama MoU Helsinki.

Dalam mengelola pertambangan emas, masyarakat daerah sekitar dan masyarakat Aceh lainnya bekerja sama dengan masyarakat luar kota. Hal ini dikarenakan masyarakat lokal kurang berpengalaman dan tidak mengerti tentang cara mengelola pertambangan emas yang baik sehingga mereka membutuhkan bantuan dari masyarakat luar kota. Oleh sebab itulah penambang emas di Gunong Ujen tersebut tidak hanya berasal dari penduduk setempat namun juga berasal dari luar daerah seperti dari Bogor, Banten dan Bengkulu.

Untuk mendapatkan hasil yang baik mereka harus bersatu dalam mengelola pertambangan emas tersebut. Walaupun dalam berkerja sering terjadi


(15)

kesalahpahaman dan perbedaan pendapat di antara mereka, mereka tetap berusaha menahan emosi atau keegoisan dari diri masing-masing dan mencoba menyatukan pikiran. Walaupun sulit, semua itu tetap mereka lakukan untuk kelancaran dalam mengelola pertambangan emas agar mendapatkan hasil seperti yang diinginkan (informan awal).

Pembagian keuntungan dan pembayaran dilakukan dengan cara bagi hasil antara toke(pemberi dan pemilik modal) dan pekerja. Untuk toke mendapat sebesar 60% persen dan para pekerja mendapat 40% persen dari keuntungan hasil tambang. Beberapa tahun setelah di kelola secara pribadi oleh beberapa toke, sekarang pengambilan emas di wilayah tersebut di ambil alih dan di kelola oleh koperasi Gunong Ujen. Ini dilakukan untuk melegalkan/mensahkan usaha masyarakat setempat dalam mengelola tambang emas yang ada di wilayah mereka sesuai dengan UU No.11 tahun1967 tentang Pertambangan dan Qanun Provinsi Aceh tahun 2002 tentang Pertambangan Umum, Minyak Bumi dan Gas Pasal 3.

Sebenarnya pada tahun 2006 di desa ini pernah di didirikan koperasi yang bernama Komaksa yaitu koperasi masyarakat Krueng Sabee dengan jumlah anggota 32 orang, dalam bentuk simpan pinjam. Setiap anggota koperasi harus menyetor simpanan pokok sebesar 100 ribu simpanan wajib sebesar 20 ribu perbulan. Setiap peminjam akan memberikan jasa pinjaman kepada koperasi sebesar 1% dalam tempo pengembalian 1.5 tahun.

Sisa hasil usaha (SHU) yang pernah deberikan pada anggota yaitu akhir tahun 2007, 2008, dan 2009, sedangkan 2010 sudah ada anggota koperasi yang tidak menyetor, pengembalian pinjamannya kekoperasi. Menurut informasi pengurus koperasi tersebut, “kalaupun diminta cicilannya malah mereka yang


(16)

marah-marah”. Dan anggota yang tidak mau membayar pada akhir 2010 bertambah lagi sehingga SHU untuk 2010 tidak dapat dibagikan dan pada tahun 2011 anggota yang aktif hanya 7 orang sehingga pada awal tahun 2012 koperasi Komaksa di bubarkan dengan mengembalikan uang kepada anggota yang aktif.

Sedangkan koperasi yang mengelola pertambangan emas di gunong ujen didirikan pada tahun 2010 dan disahkan pada tahun 2011 oleh Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah R.I Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Aceh Jaya. Jumlah koperasi yang mengelola pertambangan emas di Desa Panggong sebanyak 19 unit koperasi yang tersebar di dua Kecamatan yaitu di Kecamatan Krueng Sabee ada 11 unit koperasi dan di Kecamatan Pangga ada 9 unit koperasi. Dari 11 unit koperasi yang ada di kecamatan Krueng Sabee hanya 3 koperasi yang menjadi anggota dari koperasi pesahoe rakan yaitu koperasi Keude Krueng Sabee dengan jumlah anggotanya 50 orang, koperasi Kabong beranggota 45 orang dan koperasi Paya Semantok beranggotakan 48 orang. Jadi jumlah anggota koperasi pesahoe rakan sebanyak 143 orang.

Jika masyarakat yang menggambil emas di pertambangan tersebut ingin bergabung menjadi anggota koperasi ini, masyarakat tersebut harus membayar kartu anggota pertama Rp.100 ribu dengan masa aktif tiga bulan. Jika masa aktifnya tidak berlaku lagi atau habis dan ingin memperpanjangnya, anggota tinggal membayaran Rp.50 ribu. Uang tersebut digunakan untuk uang kas daerah dan keperluan infrastruktur daerah seperti perbaikan jalan-jalan yang rusak, membantu pembangunan mesjid, membangun prasantren, dan membangun yayasan bukit tursina di Desa Kabong. Kalau dilihat dari jumlah uang yang


(17)

diterima koperasi melalui kartu anggota dengan jumlah anggota 143 orang, tidak mungkin koperasi mampu membangun daerahnya, di karenakan dana untuk membangun semua itu bukan hanya diperoleh dari kartu anggota tetapi dari pengurus atau anggota yang mendapatkan rezeki yang banyak dari gunung emas juga menyumbangkan melalui koperasi pesahoe rakan ini untuk dijadikan sumber dana koperasi. Ini dilakukan karena koperasi pesahoe rakan belum ada bidang usaha seperti koperasi pada umumnya untuk memperoleh dana.

Dari pengalaman dua koperasi ini, kita melihat adanya pesan-pesan moral yang dapat di ambil untuk dijadikan sebagai pembelajaran bagi kita semua agar setiap kegiatan yang dilakukan dapat bermanfaat untuk semua pihak. Masyarakat sangat mengharapkan dengan adanya koperasi ini dapat terjadi pengembangan masyarakat kearah yang lebih baik, sekaligus dapat membangun daerahnya kearah yang lebih maju dan modern.

Sebagaimana kita ketahui bahwa moral itu merupakan ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban. Maka pesan moral pada koperasi komaksa adalah ajaran yang kurang baik dikarenakan para anggotanya tidak melaksanakan kewajibannya sebagai anggota koperasi yang baik, jujur, dan disiplin. Ini baru dilihat dari pihak anggotanya saja yang berdasarkan informasi dari seorang pengurus koperasi tersebut. Dan mungkin kekurangan kekurangan dari pihak penguruspun bisa terjadi kalau digali lagi dari informasi anggota yang masi aktif sampai koperasi di bubarkan.

Selanjutnya pada koperasi pesahoe rakan pesan moral yang bisa dilihat adalah adanya ajaran tentang kebaikan dimana dalam memperoleh dana koperasi, tidak hanya dari kartu anggota, tetapi siapapun yang mendapatkan hasil dari


(18)

gunung emas tersebut. Mereka mau menyumbangkan ke koperasi agar dana yang disumbangkan itu dapat membangun desa kearah yang lebih baik. Disamping pesan moral yang baik, yang kurang baik (buruk) pun bisa dilihat dimana koperasi pesahoe rakan belum ada bidang-bidang usahanya, sehingga SHU belum bisa diberikan kepada setiap anggota sampai akhir tahun 2013 yang lalu. Mudah-mudahan dengan adanya penelitian ini, koperasi pesahoe rakan sudah memiliki salah satu bidang usaha, sehingga dana yang diperoleh dapat dibagikan kepada para anggota pada setiap akhir tahun. Dan dapat membantu para anggota yang kurang beruntung dalam memperoleh hasil dari pertambangan emas tersebut.

Sebenarnya baik pengurus maupun anggota sangat diperlukan sikap jujur dan tidak mementingkan diri sendiri dalam setiap kegiatan sebagai contoh apabila mereka memilih salah satu bidang usaha misalnya konsumsi yaitu menyediakan kebutuhan pokok anggota maka pembukuannya harus jelas, karena semakin banyak anggota balanja di koperasi semakin besar jasa yang di dapat anggota tersebut. Demikian juga dengan bidang-bidang usaha lainnya sikap jujur dan iklas dalam berkerja sangat diperlukan. Kegiatan perekonomian rakyat ini (koperasi pesahoe rakan) salah satu potensi yang ada pada masyarakat desa Keude Krueng Sabee, usaha perekonomian lainnya yang ada pada masyarakat desa tersebut seperti, usaha perkebunan kelapa sawit, kelapa (copra), coklat, perbengkelan, perdagangan, nelayan, pertanian dan sebagai pemborong dalam perbaikan infrastruktur, rumah ibadah ( mesjid/mushola), sekolah yang di kerjakan oleh masyarakat desa itu sendiri.

Koperasi yang ada di Desa Keude Krueng Sabee yang beranggotakan masyarakat yang terkait dalam aktifitas pertambang emas, pertambangan emas


(19)

inimemiliki luas area yang dikelola ± 1000 hektar yang sudah dibagikan kepada setiap koperasi yang ada di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Krueng Sabee sebanyak 11 unit koperasi desa dan di Kecamatan Panga sebanyak 9 unit koperasi desa yang tunduk pada koperasi induk. Setiap koperasi desa mendapatkankan lahan seluas 25 Ha. Jadi luas area yang sudah di ekploitasi sebesar 475 Ha. Sisa area yang belum di ekploitasi atau area cadangan sebesar 525 Ha. Selain itu menurut keterangan masyarakat setempat, masih ada area lain yang berpotensi mengandung cadangan emas namun belum diketahui luas areanya karena belum di teliti.

Dalam kegiatan mengelola koperasi dibutuhkan potensi-potensi yang dapat digunakan sebagai kekuatan dan pendukung keberhasilan kegiatan tersebut. Potensi merupakan suatu keadaan yang terdapat pada suatu daerah, dimana keadaan tersebut dapat dikembangkan sehingga dapat memberikan mamfaat bagi masyarakat dan daerah itu sendiri. Potensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh sumber daya yang tersimpan dalam masyarakat dan lingkungannya yang dapat digunakan untuk kelangsungan hidup masyarakat dan pembangunan desa. Hal ini menunjukan bahwa sebuah desa sangat tergantung pada potensi sumber daya yang ada.

Potensi sumber daya yang dimaksud mencakup sumber daya alam yang disebut dengan potensi fisik dan sumber daya manusia yang disebut potensi non-fisik. Kedua potensi sumber daya tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Potensi sumber daya alam adalah sumber daya yang berasal dari lingkungan goegrafisnya seperti pertambangan emas, minyak, batu bara, nikel, keberagaman flora dan fauna, tanah yang subur, hasil ikan yang melimpah di laut dan


(20)

pemandangan alam yang indah. Sedangkan potensi sumber daya manusia adalah keseluruhan sumber daya yang berasal dari manusia itu sendiri seperti: pengetahuan, kemampuan, keahlian, kecakapan, prilaku, norma dan nilai, lembaga atau organisasi yang dibentuk, adat istiadat atau kondisi sosial-budayanya.

Desa Keude Krueng Sabee sendiri memiliki potensi sumber daya alam yang cukup baik seperti pertambangan emas, hasil ikan yang melimpah di laut, tanah yang subur dan hewan ternak. Dari sekian banyak potensi sumber daya alam yang ada di Desa Krueng Sabee, pertambangan emas merupakan salah satu potensi daerah yang sedang dikembangkan melalui pembentukan koperasi Pesahoe Rakan.

Berkembangnya potensi sumber daya alam dan koperasi tambang emas di daerah ini sangat di dukung oleh potensi sumber daya manusia termasuk peran manusia sebagai sumber tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, kemampuan, keahlian, kecakapan, keterampilan dan nilai-nilai moral. Lembaga-lembaga sosial yang ada dalam masyarakat dapat memberikan pembinaan dan arah bagi pengembangan koperasi Pesahoe Rakan dan perkembangan serta pelaksanaan pembangunan desa dalam meningkatkan taraf hidup warganya. Lembaga-lembaga sosial tersebut antara lain: lembaga sosial pemerintahan desa; tokoh masyarakat, Tuha Peut, lembaga pendidikan seperti; perpustakaan desa dan kelompok belajar, lembaga agama; Alim ulama, kelompok pengajian, lembaga kesehatan seperti; pukesmas , posyandu, lembaga keuangan seperti; koperasi dan bank.

Seperti yang kita ketahui bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang memiliki semangat gotong royong yang tinggi dalam ikatan kekeluargaan yang erat (Gemain schaft) merupakan landasan yang kokoh bagi kelangsungan progam


(21)

pembangunan. Gotong royong ini merupakan suatu kebiasaan (culture lokal) dari dulu sampai sekarang yang menjadi salah satu ciri dari masyarakat desa ini, begitu juga desa-desa lain di aceh, yang di dorong oleh masyarakat desa itu sendiri seperti tokoh adat, cindikiawan alim ulama, dan pemuda. Masyarakat yang mudah menerima kedatangan masyarakat lain dan mampu bekerja sama (kooperatif) dengan pendatang baru serta kemampuan mengelola emosi juga sangat berperan penting dalam proses pengelolaan koperasi. Salah satu landasan pengambilan keputusan dalam koperasi adalah melalui proses musyarawarah. Sikap-sikap masyarakat yang disebutkan di atas sangat mendukung proses musyawarah tersebut.

Dengan jumlah penduduk yang seluruhnya beragama islam dan mempunyai kesamaan suku serta adat, kebiasaan yang disebut dengan homogenitas etnik juga diasumsikanmemudahkan pegembangkan dan pengelolalaan koperasi. Diharapkan hasil pertambangan emas tersebut selain dapat mensejahterakan masyarakat secara pribadi dapat juga digunakan untuk keperluan infrastruktur daerah serta membangun dan memperbaiki tempat ibadah dan pelayanan kesehatan.

Dilihat dari potensi sumber daya alam, emas yang ada cukup banyak untuk dikelola dan juga dari sumber daya manusia termasuk lembaga-lembaga sosial yang dibentuk pemerintah, maka dapat dijadikan sebagai pendorong untuk peningkatan semangat kerja, baik bagi pekerja penambang emas, bagi toke, pengurus koperasi dan juga bagi individu atau kelompok-kelompok yang menduduki lembaga-lembaga sosial yang ada. Namun sejauh mana masyarakat tersebut dapat memamfaatkan potensi-potensi yang ada ini juga tergantung pada


(22)

pengetahuan (baik pengetahuan dalam mengelola koperasi, pengetahuan dalam mengelola pertambangan emas, dan mengelola kelembagaan yang ada), kemampuan, keahlian serta semangat kerja yang mereka miliki. Kurangnya pengetahuan, kemampuan, keahlian serta semangat kerja ini bisa mengakibatkan usaha mensejahterakan masyarakat kurang berhasil sebagaimana yang diharapkan. Berdasarkan hal-hal di atas peneliti ingin mengetahui apakah pengetahuan, kemampuan dan keahlian serta semangat kerja yang ada pada masyarakat desa tersebut sudah mampu untuk mendukung pengembangan koperasi petambangan Pesahoe Rakan ke arah yang lebih baik. Dari penjelasan yang dikemukakan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai potensi-potensi yang ada pada masyarakat desa Keude Kreung Sabee dalam mengelola koperasi pertambangan emas Pesahoe Rakan.

1.2.Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah potensi yang ada pada masyarakat Desa Keude Krueng Sabe Kabupaten Aceh Jaya dapat mendukung pengembangan koperasi Pertambangan Pesaho Rakan ?

2. Bagaimana pengaruh koperasi pertambangan Pesaho Rakan terhadap perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabe, Kabupaten Aceh Jaya?


(23)

1.3.Tujuan Penelitian.

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa potensi yang dimiliki oleh masyarakat dalam mengelola koperasi pertambangan emas di Kecamatan Kreung Sabee.

2. Untuk mengetahui sejauh mana kontribusi koperasi Pesaho Rakan terhadap perkembangan masyarakat di Desa Keude Krueng Sabee, Kab. Aceh Jaya..

1.4.Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari peneliti ini adalah sebagai berikut: 1.4.1. Manfaat Teoritis.

1. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu sosiologi seperti kajian perubahan dan sosiologi lingkungan.

2. Menambah hasil referensi hasil penelitian yang juga di jadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta di harapkan dapat memberikan sumbang pemikiran dan memperluas cakrawala pengetahuan.

1.4.2. Manfaat praktis

1. Menambah pengetahuan bagi penulis mengenai permasalahan yang di teliti dan kemampuan untuk membuat karya tulis ilmiah.

2. Menjadi sumbangan pemikiran dan informasi kepada masyarakat yang menggambil emas di pertambangan emas di Desa Panggong Kecamatan krueng Sabee Kabupaten Aceh Jaya dan masyarakat di lingkar tambang mengenai pengaruh kehadiran Koporasi


(24)

Pertambangan Emas terhadap Proses sosial masyarakat di Desa Keude Krueng Sabe Kecamatan Krueng Sabe Kabupaten Aceh Jaya. 1.5.Definisi Konsep.

1. Potensi Masyarakat

Merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan pada suatu masyarakat. Potensi ini berupa pengetahuan masyarakat, prilaku, adat istiadat, kebiasaan, norma dan nilai, lembaga yang di bentuk (pemerintah/kepemimpinan, keagamaan, keuangan, dan organisasi lokal ). Dalam penelitian ini potensi sumber daya alam yang dimaksud adalah pertambangan emas dan potensi sumber daya manusia berupa lembaga-lemabga yang dibentuk pemerintah/kepemimpinan, organisasi sosial termasuk juga pengetahuan, kemampuan dan keahlian yang dimiliki masyarakat Keude Krueng Sabae dalam mengegelola koperasi tersebut.

2. Koperasi

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi Peusaho Rakan yang ada di Desa Keude Kreung Sabee merupakan koperasi menyimpan uang melalui kartu anggota dan uang tersebut digunakan untuk kepentingan masyarakat baik sebagai uangkas daerah dan keperluan infrastuktur daerah. Koperasi tersebut belum memiliki bidang usaha seperti usaha dibidang kosumsi, produksi, simpan-pinjam, jasa, pemasaran dan serba usaha. Sebaiknya


(25)

untuk pengembangan koperasi ke arah yang lebih bermamfaat bagi masyarakat maka kopersi perlu memiliki bidang-bidang usaha tersebut. 3. Proses sosial

Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu, sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Pola hubungan tersebut membentuk kemajuan sosial yang berjalan terus sehingga mempengaruhi interaksi pada masyarakat penambang emas tersebut. Bentuk proses sosial dalam masyarakat ada dua yaitu: asosiatif (penyatuan) dan disosiatif (perpecahan). Pada penelitian ini membahas bentuk proses sosial yang asosiatif.

4. Pengaruh

Pengaruh adalah dampak yang dihasilkan oleh kegiatan pertambangan yang di lakukan oleh para pengambil emas dan dampak koperasi terhadap pengembangan masyarakat di desa tersebut baik secara langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan suatu perubahan terhadap perilaku dan sikap orang atau kelompok. ..

5. Interaksi Sosial.

Interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan timbal balik antara pemilik modal, pekerja dan koperasi-koperasi yang saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi sosial dalam penelitian ini terbagi dalam 3 jenis pola hubungan yaitu; hubungan antara individu dengan individu(pemilik modal dengan pekerja), antara individu dengan


(26)

kelompok(pemilik modal dengan koperasi) dan antara kelompok dengan kelompok (koperasi dengan koperasi).

6. Nilai Sosial.

Nilai atau value adalah keinginan yang relatif permanen tampaknya mempunyai sifat-sifat baik seperti damai atau kehendak baik, bersusila. Dalam kebudayaan, nilai adalah wujud idiil budaya (unsur budaya adalah nilai, norma, hukum dan peraturan). Nilai yang berkaitan dengan koperasi pertambangan pesahoe rakan yaitu nilai, norma, hukum dan peraturan dalam mengambil batu emas digunung emas, dimana didalam menengambil batu emas ada nilai, norma, hukum dan peraturan yang tidak boleh dilanggar oleh para penambang.

7. Pertambangan Emas di Desa Panggong

Pertambangan Emas di Desa Panggong merupakan pertambangan emas yang terletak di Gunong Ujeen Kab. Aceh Jaya, Prov. Aceh. Pertambangan emas ini baru di ekploitasi secara bersama-sama oleh masyarakat pada tahun 2008 setalah tsunami. Sebelumnya pertambangan tersebut hanya diketahui kehadirannya dan diekploitasi oleh perusahaan milik asing dari Belanda. Tetapi pada saat itu perusahaan tersebut tidak memberitahu kepada warga atau masyarakat lokal tentang keberadaan gunung yang mengandung emas tersebut. Pertambangan emas ini merupakan salah satu usaha pemberdayaan sumber daya alam yang dikelola melalui koperasi dengan tujuan mensejahterakan masyarakat.


(27)

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu.

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan pengaruh kehadiran pertambangan emas terhadap kehidupan sosial masyarakat: Penelitian yang dilakukan oleh (Suriansyah: 2009) melakukan penelitian dengan judul DampakPertambangan Terhadap Fungsi Ekonomi Lingkungan dan PendapatanMasyarakat Kabupaten Aceh Barat Daya. Penelitian ini dilakukan dengan metodesurvey yang merupakan kombinasi dari “descriptive research” dan “problemsolving research”. Jumlah responden sebanyak 91 orang yaitu populasimenggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwapertambangan yang telah mengubah manfaat sumberdaya bersifat common poolgoods yaitu sumberdaya yang dikuasai bersama yang mampu menghasilkantambahan pendapatan yang cukup nyata, menjadi sumberdaya alam bersifatprivate goods yaitu sumberdaya apabila dimanfaatkan oleh individu-individu secara sendiri akan mengurangi jumlah yang tersedia bagi orang lain. Denganberubahnya pemanfaatan sumberdaya alam tersebut sangat berpengaruh terhadappendapatan masyarakat, hal ini terbukti sebelum adanya pertambanganpendapatan rata-rata masyarakat Rp1.253.571/KK/bulan setelah adanyapertambangan menjadi Rp1.193.565/KK/bulan, penurunan pendapatanmasyarakat dikarenakan oleh hilangnya lahan perkebunan dan pertanian sertaakses pemanfaatan hutan.


(28)

Kenyataan menunjukkan bahwa konversi lahanperkebunan dan hutan untuk KP Mining bagi masyarakat yang berdomisili di sekitar pertambangan tidakmenguntungkan.Demikian juga dapat dilihat dari segi persepsi terhadap kehadiranpertambangan, sebesar 56,1% masyarakat menunjukkan sikap setuju dan 35,2%masyarakat tidak setuju. Persepsi yang dikemukakan oleh masyarakat sangattergantung pada dampak yang dirasakan dari hadirnya pertambangan. Masyarakatyang setuju karena merasakan dampak positif, atau tidak merasa dirugikan dengankehadiran pertambangan.Sedangkan yang tidak setuju karena besarnya dampaknegatif yang mereka rasakan seperti hilangnya lahan perkebunan dan pertanian,lapangan kerja serta akses ke hutan akibat dari kegiatan pertambangan.

(Siregar: 2007) melakukan penelitian dengan judul Persepsi MasyarakatTerhadap Pembukaan Pertambangan Emas di Hutan Batang Toru Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Desa Aek Piningdan Desa Napa belum memiliki pengetahuan yang cukup baik tentangpertambangan dan hutan. Masyarakat juga memandang positif keberadaanpertambangan di Kecamatan Batang Toru karena mampu meningkatkanpendapatan masyarakat, mengurangi pengangguran meskipun hal tersebut barudirasakan sebagian masyarakat

(Silton, Ali:2011) yang melakukan penelitian mengenai dampak aktifitas pertambangan bahan galian C terhadap kondisi kehidupan masyarakat desa. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif didukung oleh pendekatan kualitatif. Kehadiran industri pertambangan pada umumnya memberikan dampak negatif pada aspek sosio-ekonomi. Pada aspek sosio-ekonomi, tingkat kesempatan


(29)

kerja pertanian mengalami penurunan seiring dengan semakin menurunnya luas lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat, sedangkan kesempatan kerja non pertanian meningkat seiring dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pihak industri pertambangan. Namun, kesempatan kerja dibidang pertambangan belum mampu dijangkau oleh masyarakat lokal karena rendahnya pendidikan. Masyarakat lokal hanya bekerja sebagai buruh kasar pertambangan, sementara posisi karyawan swasta ditempati oleh penduduk pendatang.

Hal ini menimbulakan tingkat persaingan dan memicu terjadinya konflik antara pihak masyarakat dengan perusahan pertambangan. Aspek sosio-ekologi aktifitas pertambangan menyebabkan penurunan kualitas hidup seperti terjadinya perubahan pada kondisi udara yang terasa semakin panas, berdebu dan terlihat garsang. Umber air mengalami kekeringan pada saat kemarau aktifitas blasting dan kendaraan truk menimbulkan kebisingan dan keretakan pada bangun rumah. Selain itu menimbulkan penyakit saluran pernafasanpada masyaraka.

2.2. Potensi Desa dan Koperasi Desa. 2.2.1. Potensi Desa.

Desa Keudee Krueng Sabee memiliki potensi yang dapat dikembangkan dengan baik sehingga dapat memberikan mamfaat yang baik bagi masyarakatnya. Potensi desa dibagi menjadi 2 macam yaitu:

1. Potensi fisik yang meliputi, tanah air, iklim dan cuaca, flora dan fauna, sumber daya mineral dll.

2. Potensi non fisik, meliputi; masyarakat desa, lembaga-lembaga sosial desa, dan aparatur desa, jika potensi dimanfaatkan dengan baik, desa akan


(30)

berkembang dan desa akan memiliki fungsi, bagi daerah lain maupun bagi kota.

(sumber: http;//e-journal.org/desa/potensi/fisik non fisik/th6/6u../66.html) Secara umum tingkat kemajuan suatu desa ditentukan oleh:

1. Potensi desa, yang mencakup potensi sumber daya alam, masyarakat desa, dan aparatur desa.

2. Interaksi antara desa dan kota, antara desa satu dan desa yang lainnya, serta perkembangan sarana trasportasi dan komunikasi antar wilayah. 3. Lokasi suatu desa terhadap daerah sekitarnya yang lebih maju

(sumber:http://www.ut.ac.id/html/suplemen/sosi4303/potensi_desa_dap at_terbagi_dalam.ht)

Potensi fisik atau potensi alam yang dimiliki suatu daerah dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tanah mencakup berbagai macam kandungan kekayaan yang terdapat di dalamnyamisalnya kesuburantanah,bahan tambangdan mineral.

b. Air meliputi sumber air dan fungsinya sebagai pendukung kehidupan manusia.air sangat dibutuhkan oleh setiap mahkluk hidup untuk bertahan hidup dan juga aktivitas sehari-hari.

c. Iklim sangat erat kaitannya dengan temperatur dan curah hujan yang sangat mempengaruhi setiap daerah, sehingga corak iklim sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat desa agraris.

d. Ternak berfungsi sebagai sumber tenaga dan sumber gizi bagi masyarakat pedesaan.pada desa agraris, ternak juga dapat menjadi investasi dan sumber pupuk.


(31)

e. Flora fauna sebagai kekayaan dan keanekaragaman hewan/tumbuhan yang menjadi daya tarik keindahan dan keseimbagan alam.

f. Laut dan hasilnya mencakup hasil ikan sebagai sumber gizi, tumbuhan karang sebagai keindahan dasar laut.

g. Sumber daya minaral (tambang emas, batu bara dll)

Bedasarkan potensi yang disebutkan di atas, Sebenarnya desa kede Krueng Sabee banyak memiliki potensi sumber daya alam yang dapat dimamfaatkan untuk pengembangan desa seperti tanah, ikan laut, ternak dan mineral. Disini peneliti hanya memfokuskan sumber daya mineral yaitu tambang emas. Untuk mendukung sumber daya alam yang ada dibutuhkan sumber daya non-fisik atau potensi sumber daya manusia (masyarakat lokal), antara lain:

a).Lembaga-lembaga sosial, pendidikan, serta organisasi sosial desa. Lembaga-lembag

tersebut antara lain yaitu lembaga: 1. kepemerintahan/kepemimpinan.

-Geuchik adalah sebagai pemimpin desa dapat mengarahkan dan berkerja sama dengan aparatur desa lainnya seperti tuha peut kepala urusan dan lembaga-lembaga lainnya.

-Tuha Peut yaitu terdiri dari 4 golongan yang berjumlah 9 orang(1 orang ketua, 2 tokoh adat, 2 tokoh cendikiawan, 2 tokoh tokoh alim ulama dan 2 tokoh pemuda dan perempuan).


(32)

 Ketua yaitu orang yang mengatur atau mengarahkan tugas dari tokoh adat. Tokoh cendikiawan, tokoh-tokoh alim ulama, tokoh pemuda dan perempuan.

 Tokoh adat adalah yang menangani adat istiada dalam suatu desa seperti adat perkawinan, meninggal dan kenduri jeurat (acara berdoa bersama di pemkaman).

 Cendikiawan adalah orang yang pandai, inteleg yang memiliki sikap hidup yang terus menerus meningkatkan kemampuan berfikirnya untuk mengetahui atau memahami sesuatu. Orang seperti ini sangat di butuhkan dalam memajukan sebuah desa. Misalnya dalam memikirkan pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak warga yang kurang mampu.

 Tokoh alim ulama yaitu berperan sebagai penetapan peraturan desa sesuai dengan sari’at islam.

 Tokoh pemuda dan perempuan sebagai penerus bangsa sangat perlu di ikut sertakan dalam menentukan kegiatan desa, karena anak muda ini memiliki wawasan yang luas dan lagi giat-giatnya belajar. Misalnya remaja mesjid dan kelompok kesenian.

- Secara umum tugas-tugas tuha peut sebagai berikut

1. Menetapkan peraturan desa bersama geuchik, menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBD).


(33)

2. Memberi persetujuan kerja sama antar desa atau dengan pihak ketiga.

3. Mengawasi pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan desa atau geuchik.

-Kaur (kepala urusan) terdiri dari 3 orang : 1 kaur pembangunan, 1 kaur pemerintahan, dan 1 orang kaur kesra

2. lembaga pendidikan: Sekolah, pustaka desa dan kelompok belajar 3. lembaga kesehatan : Pukesmas dan posyandu

4. lembaga Ekonomiseperti Koperasi Unit Desa (KUD) dan Bank. b) adat istiadat, kebiasaan, atau prilaku.

c) kondisi sosial budaya

d) semangat kegotongroyongan yang tinggi dalam ikatan kekeluargaan yang erat

(gemeinschaft) 2.2.2. Koperasi.

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi Peusaho Rakan yang ada di Desa Keude Kreung Sabee merupakan koperasi yang dibentuk atas inisitif masyarakat yang tergabung pada kelompok penambnag emas.


(34)

Idealnya sebuah koperasi harus memiliki stuktur organisasi Sebagai beriku.

Pada koperasi pesahoe rakan hanya memiliki stuktur pada tingkat kepengurusan saja seperti: ketua, seketaris dan bendahara(Yudi,Informan awal). Agar koperasi dapat berkembang ke arah yang lebih baik maka koperasi harus memiliki stuktur yanglengakap dan memiliki bebabagai macam bidang usaha. Wahyu adji(2005) mengatakan bahwa bidang usha terdiri dari 6 bidang yaitu:

1. Koperasi kosumsi yaitu koperasi yang bergebrak di bidang pemenuhan barang-barang kebutuhan sehari-hari bagi anggotanya.

2. Koperasi produksi yaitu koperasi yang melakukan kegiatan dibidang pembuatan barang seperti koperasi kerajinan, peternakan dan lain-lain 3. Koperasi simpan pinjam(KSP) yaitu koperasi yang bergerak dibidang

simpan pinjam sepeti KSP beranggotakan Petani, KSP beranggotangakan Nelayan, Karyawan, Penambang emas dan lain-lain.

4. Koperasi jasa yaitu koperasi yang bergerak dibidang pelayanna jasa seperti koperasi angkuatan umum.

RAPAT ANGGOTA PENASEHAT

PENGAWAS

PEMBINA PENGURUS


(35)

5. Koperasi pemasaran yaitu koperasi yang bergerak pada pemasaran barang yang beranggotakan orang yang melakukan pemasaran seperti koperasi pemasaran elektronim, alat tulis kantor dan lain-lain.

6. Koperasi serba usaha yaitu koperasi yang memiliki usaha bermacam-macam baik kosumsi, produksi, jasa simpan-pinjam dan lain-lain.

Dari bidang usaha koperasi yang ada ini, koperasi Pesahoe Rakan dapat memilih salah satu bidang usaha yang perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Dikarenakan koperasi pesahoe rakan tidak memiliki bidang-bidang usaha selayaknya koperasi pada umumnya. Di mana seharusnya koperasi yang ideal itu harus memiliki bidang usaha sebagai sumber dana untuk anggota yang pada setiap akhir tahun mereka membagikan hasil tersebut, apakah bentuk usaha simpan pinjam, konsumsi produksi, jasa pemasaran, dan serba usaha.

Sebuah koperasi yang baik disamping memiliki bidang usaha, koperasi juga sangat perlu mengadakan Rapat Akhir Tahun (RAT). Salah satu agenda RAT adalah menyampaikan pertanggungjawabaan pengurus tentang pelaporan keuangan koperasi. Laporan keuangan ini pada dasarnya terdiri dari; laporan perhitungan sisa hasil usaha(SHU), laporan perubahan posisi kekayaan bersih dan neraca.

SHU merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan beban-beban, penyusutan dan kewajiban lain termasuk pajak. Pendapatan koperasi adalah penerimaan koperasi atas kontribusi anggota koperasi terhadap beban-beban koperasi. SHU dikatakan positif bila kontribusi anggota koperasi kepada pendapatan melebihi kebutuhan akan beban koperasi.


(36)

Kelebihan ini akan dikembalikan oleh koperasi kepada para anggotanya. SHU dikatan negatif bila kontribusi anggota koperasi pada pendapatan koperasi lebih kecil dari beban koperasi. Kekurangan kontribusi anggota tersebut akan ditutup dengan dana cadangan. Dana cadanagn diperoleh dari penyisihan SHU untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan

SHU harus dibagikan kepada para anggota sesuai dengan ketentuan yang tecantum dalam Anggran Dasar Koperasi berdasarkan hasil rapat Anggota Tahunan(RAT). SHU merupakan salah satu hal penting dalam pegelolaan koperasi karena dibagikan kepadaanggota. Perhitungan SHU haruslah jelas dan trasparan sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Pembahagian Shupada anggotakoperasi mencakup dua bahagian, sebagai berikut:

1. Jasa modal/simpanan adalah bahgian SHU untuk diberikan kepada anggota menurut besar simpanan mereka, semakin besar simpann sesorang anggota koperasi maka semakin besar pula SHU yang mereka perolehnantinya. Simpanan dalam hal ini adalah simpanan wajib dan simpanan pokok.

2. Jasa anggota adalahbagian SHU untuk diberikan pada anggota menurut jasa anggota yang diberikan kepada koperasi. Jasa anggota kepada koperasi dapat dibedakan menurut jenis koperasi sebagai berikut, contohnya:

a. Koperasi kosumsi. Jasa anggota ditentukan oleh jumlah belanja tiap anggota pada koperasi.semakin sering berbelanja kepada koperasi maka semakin besar pula anggota itu mendapat jasa anggota.


(37)

b. Koperasi simpan pinjam: jas anggota ditentukan oleh jumlah pinjaman anggota pada koperasi. Semakin sering dan bayak meminjam pada koperasi maka semakin besar pula anggota itu mendapatkankan jasa. SHU jasa anggota peminjaman=

� �� �� �/ � � �

� � � � × pinjaman anggota Perhitungan SHU ini sangat penting dilakukan karena kemajuan koperasi dalam mencapai tujuannya sangat tergantung pada kesungguan pengurus koperasi dalam melaporkan masalah keuangan koperasi. Untuk itu peneliti mencoba untuk melakukan observasi tentang pelaksanaan ini di lapangan.

Selain dari penjelasan SHU juga perlu dijelaskan mengenai: a. Bidang aadminitrasi dan pembukuaan

b. Bidang keanggotaan c. Bidang pembinaan koperasi d. Mamfaat koperasi

2.3. Proses Sosial.

Proses sosial adalah setiap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu, sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Secara garis besar, proses sosial bisa dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu proses sosial yang asosiatif, dan proses sosial yang disosiatif.

Dari kedua bentuk proses sosial tersebut, yang dibahas dalam penelitian ini hanya proses sosial asosiatif karena proses asosiatif merupakan proses yang mengindikasikan adanya gerak pendekatan dan penyatuan. Gerak pendekatan atau


(38)

ada di Desa keude Kreung Sabee selain itu kerja sama antara lembaga-lembaga yang ada dalam stuktur masyarakat desa tersebut juga merupakan hal yang penting dalam mengelola koperasi Pesahoe Rakan.

Proses sosial yang asosiatif yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu kooperasi atau kerja sama (bentuk kelembagaan). Kooperasi merupakan perwujudan minat dan perhatian orang untuk berkerja bersama-sama dalam suatu kesepahaman, sekalipun motifnya sering atau bisa tertuju kepada kepentingan diri sendiri.

Bentuk-bentuk kerja sama dapat kita jumpai dalam kelompok dan masyarakat manusia mana pun, baik pada kelompok-kelompok yang kecil maupun pada satuan-satuan kehidupan yang besar. Pada dasarnya, proses sosial yang namanya kooperasi itu selalu sudah diperkenalkan kepada setiap anak manusia sejak kecil, ketika dia masih hidup dalam keluarga orang tuanya. Dalam keluarga-keluarga, dan juga dalam komunitas-komunitas tradisional yang keci-kecil, bentuk-bentuk usaha kooperasi itu mungkin masih sederhana saja. Akan tetapi, didalam masyarakat nasional atau kota yang serba kompleks, jalinan kooperasi itu tidak bisa lagi di bilang sederhana.

Di dalam kelompok-kelompok kecil seperti keluarga dan komunitas-komunitas tradisional proses sosial yang namanya kooperasi ini cenderung bersifat spontan. Inilah kooperasi yang terbentuk secara wajar di dalam kelompok-kelompok yang disebut kelompok-kelompok primer. Di dalam kelompok-kelompok-kelompok-kelompok ini individu-individu cenderung membaur diri dengan sesamanya di dalam kelompoknya. Di dalam kelompok-kelompok primer yang kecil dan bersifat tatap


(39)

muka seperti ini, orang perorangan cenderung lebih senang bekerja dalam tim selaku anggota tim daripada bekerja sendiri sebagai perorangan.

Berbeda halnya dengan kooperasi yang terjadi di dalam kelompok-kelompok skunder, kooperasi yang ada di dalam kelompok-kelompok sekunder itu lebih bersifat di rencanakan secara rasional dan sengaja daripada bersifat spontan atau berlandaskan emosi solidaritas. Kelompok-kelompok yang sedikit banyaknya bersifat terencana dan diatur, dan pada umumnya bersifat tatap muka. Segala bentuk kerja sama antara lembaga-lembaga yang ada dalam stuktur sosial masyarakat Desa Keude Krueng Sabee merupakan contoh kerja sama kelompok sekunder seperti: organisasi pemerintahan, organisasi sosial, pendidikan dan agama. Kerja sama dalam organisasi-organisasi ini tidak hanya akan melibatkan beberapa individu setempat saja, akan tetapi karena luas dan meluasnya akan melibatkan individu-individu lain di tempat-tempat yang jauh yang melintasi batas-batas daerah seperti kerjasaa dalam mengelola pertambangan emas di Desa Keude Krueng Sabee yang terdiri dari individu-individu dari daerah lain yang punya pengalam dalam mengelola tambang emas tersebut.

2.4.Interaksi Sosial.

Hubungan antara sesama dalam istilah sosiologi disebut relasi atau relation. Interaksi sosial juga disebut hubungan sosial merupakan hasil dari interaksi (rangkaian tingkah laku) yang sistematik antara dua orang atau lebih. Relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu yang satu dengan individu yang lain dan saling mempengaruhi. Suatu relasi sosial atau hubungan sosial akan ada jika tiap-tiap orang dapat meramalkan secara tepat macam tindakan yang akan datang dari pihak lain terhadap dirinya. Dikatakan sistematik


(40)

karena terjadinya secara teratur dan berulang kali dengan pola yang sama. Menurut Spradley dan McCurdy dalam Ramadhan, relasi sosial atau hubungan sosial yang terjalin antara individu yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama akan membentuk suatu pola, hubungan ini juga disebut sebagai pola interaksi sosial. (Spradley dan McCurdy, 1975 dalam Ramadhan, 2009 :11). Hubungan sosial yang terjadi antara anggota penambang emas dan antar anggota koperasi juga membentuk pola interaksi sosial.

Manusia ditakdirkan sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhlik sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berusaha mencakupi semua kebutuhannya untuk kelangsungan hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhannya manusia tidak mampu berusaha sendiri, mereka membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia perlu berelasi atau berhubungan dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial dalam rangka menjalani kehidupannya selalu melakukan relasi yang melibatkan dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Hubungan sosial merupakan interaksi sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok, ataupun antar individu dengan kelompok.

Dalam melakukan relasi antar masyarakat pendatang dan masyarakat lokal baik relasi antar individu, individu dengan kelompok atau antar kelompok tentu yang diingikan dalam bentuk interaksi sosial yang positif(asosiatif). Untuk mencapai satu kesatuan pendapat sehingga tujuan bersama dapat tercapai dengan baik.

Interaksi sosial terdiri dari stimulan, respon, aksi dan reaksi.(Budiati Atik, 2009). Interaksi sosial sebagai aksi dan reaksi yang timbal balik dipengaruhi oleh


(41)

faktor yang menjadi dasar terbentuknya proses interaksi sosial seperti imitasi, sugesti, identifiksi, simpati dan empati. Diantara faktor tersebut baik dalam kegiatan penambang emas atau dalam kerja sama koperasi berpengaruh terhadap sikap dan prilaku mereka. Stimulan dalam proses interaksi sosial pada masyarakat tersebut juga diperlukan karena stimulan merupakan sesuatu yang menjadi perangsang bagi peningkatan prestasi kerja atau semangat kerja, sehingga respon(tanggapan) terhadap stimulan dapat dijadikan sebagai pengerak ke arah yang lebih baik.

Masyarakat sebagai suatu sistem sosial memiliki stuktur sosial (adanya status dan peran) dan proses sosial(adanya sosialisasi dan pengendalian). Interaksi sosila yang terjadi dalam stuktur sosial dalam masyarakat biasanya tidak terlepas dari status dan peranan sosial yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Status sosial atau kedudukan sosial adalah tempat dimana seseorang anggota masyarakat berada dalam stuktur sosial atau lembaga sosial, seperti lembaga desa, organisasi koperasi, sedangkankan peranan sosial adalah tingkah lakuyang diharapkan oleh anggota masyarakat yang menduduki suatu jabatan dalam suatu lembaga atau organisasi. Interaksi yang terjadi sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan yang lebih baik karena tidak semua orang dapat memberi harapannya sesuai yang diinginkan anggota masyarakat lainnya. Oleh sebab itu sangat diharapkan dalam stuktur sosial akan terjadi proses sosial yang menunjukan pola hubungan(interaksi) dalam membentuk kemajuan sosial yang bersifat asosiatif baik antar masyarakat penambang emas, antar anggota koperasi, atau antar lembaga–lembaga sosial.


(42)

Proses sosial ini dapat mewujudkan bentuk interaksi sosial asosiatif yang dasar pembentukannya memerlukan sikap dan tinggkah laku seseorang, dimulai dari proses sosialisasi dan pengendalian sosial. Proses sosialisasi sosial adalah proses pembelajaran nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang dimulai sejak lahir sampai akhir hayat. Jadi seseorang belajar norma(aturan) bukan haya waktu kecil atau remaja tetapi sampai tua. Proses pembelajaran ini terus berlansung hingga seseorang bisa bermamfaat bagi dirinya dan juga bagi orang lain.

Dalam proses pebelajaran nilai dan norma ini juga dibutuhkan pengendalian sosial untuk mengendalikan tingkah laku seseorang sehingga apa yang diharapkan orag lain dapat sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Sejauh mana masyarakat Keude Krueng Sabee menyadari pentingnya proses pembelajaran ini dapat diamati dari proses-proses sosial yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Untuk itu peneliti merasa perlu membahas tentang masyarakat sebagai suatu sistem sosial.

2.5.Solidaritas Sosial.

Dalam hubungan atau organisasi yang menganut solidaritas mekanik, yang diutamakan adalah persamaan perilaku dan sikap. Persamaan prilaku dan sikap ini sangat ditentukan oleh proses sosialisasi dalam pembelajaran nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Persamaan prilaku dan sikap sanggat mendukung kerjasama yang baik dalam mengelola pertambangan emas dan koperasi pesahoe rakan. Apabila prilaku dan sikap yang baik sudah dipelajari atau dibiasakan semenjak kecil, maka apa yang di harapkan masyarakat akan lebih mudah terwujud, karena proses pembelajaran prilaku dan sikap ini tidak dimulai saat


(43)

berkerja. Jadi kerjasama mengelola pertambangan emas dan koperasi yang ada di desa Keude Krueng Sabee sebaiknya menganut solidaritas mekanik.

Para anggota organisasi yang diikat oleh apa yang dinamakan kesadaran kolektif atau hati nurani kolektif (collective conscience) yang merupakan suatu kesadaran bersama yang mencakup keseluruhan kepercayaan dan perasaan kelompok atau organisasi yang bersifat ekstren serta memaksa. Sedangkan solidaritas organik merupakan solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks yang telah mengenal pembagian kerja yang rinci dan dipersatukan oleh kesalingtergantungan antara bagian. Tiap anggota menjalankan peran berbeda dan diantara berbagai peran yang ada terdapat kesalingtergantungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, karena adanya kesalingtergantungan ini maka ketidak hadiran pemegang peran tertentu akan mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup masyarakat (Kamanto Sunarto, 2001 hal 134).

Masyarakat desa Keude Krueng Sabee belum termaksud masyarakat yang modern (kompleks), maka kerjasama dalam mengelola pertambangan emas dan koperasi ini tidak sepenuhnya menganut solidaritas organik tetapi sungguhpun demikian pengaruh solidaritas organik ini juga ada, karena dari pembahagian kerja dalam mengelola kegiatan tersebut, walaupun tidak serinci pembagian kerja yang ada di masyarakat modern, kita juga melihat adanya saling ketergantungan diantara mereka dalam bekerja, jadi jika ada ketidak hadiran (ketidak seriusan) mengelola kegiatan tersebut dpt juga mengakibatkan gangguan pada kelangsungan hidup proses pengendalian sosial (mengendalikan kemnali prilaku dan sikap) itu perlu, agar gangguan (kekacauan, tidak berkepanjangan. Pengendalian sosial ini bisa ditempuh melalui bentuk-bentuk akomodasi, bentuk


(44)

akomodasi yang diambil disesuaikan dengan akibat-akibat dari gangguan atau kekacauan yang terjadi dalam masyarakat.

Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat masyaratkat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern. Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan solidaritas sosial yang ada pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan pada masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi, berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk, yaitu: (1) solidaritas sosial mekanik, dan (2) solidaritas sosial organik.

Menurut Durkheim, berdasarkan hasilnya solidaritas dapat dibedakan antara solidaritas positif dan solidaritas negatif. Solidaritas negatif tidak menghasilkan integrasi apapun dan dengan demikian tidak memiliki kekhususan, sedangkan solidaritas positif dpat dibedakan berdsarkan ciri-ciri:

1. Solidaritas positif meningkat individu pada masyarakat secara langsung, tanpa perantara,. Pada solidaritas positif yang lainnya, individu tergantung dari masyarakat tersebut.

2. Solidaritas positif yang kedua adalah suatu sistem fungsi-fungsi yang berbeda dan khusus yang menyatukan hubungan-hubungan yang tetap, walaupun sebenarnya kedua masyarakat tersebut hanya satu saja. Keduanya hanya merupakan dua wajah dari satu kenyataan yang sama, namun perlu dibedakan,


(45)

3. Dari perbedaan yang kedua itu muncul perbedaan yang ketiga yang akan memberi ciri dan nama kepada kedua solidaritas itu. Ciri-ciri tipe kolektif tersebut adalah individu meruopakan bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan, tetapi berbeda peranan dan fungsinya didalam masyarakat, namun masih tetap dalam satu kesatuan.

Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi sehingga timbul rasa kebersamaan diantara mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif, selanjutnya, prasaan kolektif yang merupakan akibat (resultant) dari kebersamaan merupakan hasil aksi dari reaksi diantara kesadaran individu. Jika setiap kesadaran individual itu menggembangkan perasaan kolektif, hal itu bersumber dari dorongan khusus yang berasal dari kesadaran kolektif tersebut. Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri individu lagi, melainkan hanya sekedar makhliuk sosial kolektif. Jadi, masing-masing individu diserap dalam kepribadian kolektif.

Hal semacam ini sangat dibutuhkan dalam kerja sama mengelola suatu usaha. Oleh karena itu solidaritas mekanik perlu dibentuk dalam kerja sama tersebut agar timbul rasa kebersamaan dan rasa memiliki yang besar, sehingga kepribadian atau perbedaan tiap individu dapat diperkecil dan bila perlu dihilangkan , supaya gangguan-gangguan dapat diatasi.

Kesadaran kolektif itu mempunyai sifat keagamaan, karena mengharuskan rasa hormat serta ketaatan. Individu-individu selalu tunduk kepada kolektivitas. Isinya yang kongret berbeda-beda dari masyarakat satu dan masyarakat lainya


(46)

sesuai dengan keadaan dimana masyarakat itu ada. Melanggar keyakinan-keyakinan bersama akan menimbulkan reaksi yang hebat dan emosional. Untuk yang bersalah akan dihukum, ini termasuk contoh pengendalian sosial yang bersifat represif yaitu mencegah setelah terjadinya pelanggaran agar dapat memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadi, sebaiknya pengendalian sosial yang diambil dalam kerja sama ini adalah pengendalian sosial yang bersifat preventif yaitu salah satu cara yang dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran atau mencegah sebelum terjadi. dengan cara mensosialisasikan norma-norma yang ada kepada anggota masyarakat, perlu diingat bahwa proses sosialisasi ini bukan pada saat anggota masyarakat mulai bekerja, tapi jauh sebelum yang mulai sejak lahir sudah dibiasakan hal-hal yang baik untuk di pelajari dan di jadikan sebagai prilaku dan sikap sehari-hari.


(47)

BAB IIl

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan nilai-nilai, secara holistik dan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2006: 1). Penelitian kualitatif digunakan untuk melihat secara utuh serta berusaha untuk menggambarkan fenomena yang terjadi. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif maka peneliti akan lebih mudah mendapatkan informasi dan data yang jelas serta terperinci mengenai Potensi Integrasi Sosial Masyarakat Dalam Mengelola Potensi Pertambangan Emas di Desa Keude Krueng Sabe Kecamatan Krueng Sabe Kabupaten Aceh Jaya.

Penelitian studi kasus atau case study adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dari terorganisasi baik mengenai unit tersebut. Tergantung pada tujuannya, ruang lingkup penelitian itu mungkin mencakup keseluruhan siklus kehidupan atau hanya segmen-segmen tertentu saja. Studi ini mungkin mengkonsentrasikan diri pada faktor khusus tertentu atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor kejadian. Tujuan dari penelitian kasus adalah untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial


(48)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Keude Krueng Sabe, Kecamatan Krueng Sabe, Kabupaten Aceh Jaya. Alasan peneliti memilih lokasi daerah ini adalah dikarenakan daerah ini masih dekat dengan pertambangan emas rakyat yang berada di daerah Desa Panggong. Koperasi yang mengelola Pertambangan emas juga berada di Desa ini dan banyak dari masyarakat daerah ini yang mengambil emas di pertambangan tersebut. Di daerah Desa Keude Krueng Sabe dapat dilihat masyarakat yang sudah berhasil dalam mengabil emas di pertambangan tersebut ada juga masyarakat yang tidak berhasil dalam mengambil emas tersebut. Di daerah ini juga banyak pendatang dari luar dan di tempati oleh para pekerja yang dari luar.

3.3. Unit Analisis dan Informan ll.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Adapun unit analisis dalam penelitian pengaruh koperasi dalam mengelola pertambangan emas yaitu ketua koperasi pesahoe rakan, para penambang, tokoh desa, dan kepala desa.

ll.3.2. Informan

Informan adalah orang-orang yang masuk dalam karakteristik unit analisis dan dipilih menjadi sumber data yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti ( Arikunto, 2006). Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

1. Informan kunci, yaitu para anggota koperasi sebanyak 3 orang, toke 2 orang dan pengurus koperasi terdiri dari kepala, sekretaris, dan


(49)

menggali informasi mengenai potensi masyarakat dalam mengelola koperasi pertambangan emas.

2. Informan biasa

a. Tokoh desa/tokoh adat 1 orang, untuk mendapatkan informasi mengenai keberadaan gunung emas.

b. Kepala desa, untuk mendapatkan informasi mengenai struktur penduduk di Desa Keude Krueng Sabe.

3.4. Teknik Pengumpulan Data.

Data sebuah penelitian dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

a) Data Primer

Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maupun wawancara secara mendalan, oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara mendalam, yaitu proses tanya jawab secara langsung di tunjukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara atau panduan wawancara serta menggunakan alat bantu perekam atau tape recorder jika memang dibutuhkan untuk memudahkan peneliti menangkap keseluruhan informasi yang di berikan informan. Wawancara terhadap informan di tunjukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang potensi integrasi sosial masyarakat dalam mengelola pertambangan emas.


(50)

2. Partisipasi observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara penelitian ikut serta dan turut aktif dalam masyarakat secara langsung agar peneliti dapat secara nyata merasakan dan mengambarkan situasi yang ada di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti secara langsung di lokasi penelitian yaitu Desa Keude Krueng Sabe Kec. Krueng Sabe Kab. Aceh Jaya untuk mengumpul data yang diperlukan. Observasi dilakukan untuk mengamati objek di lapangan yaitu masyarakat di daerah tersebut yang mengalami pengaruh atas kehadiran pertambangan emas. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat merasakan dan menggambarkan situasi yang ada di lapangan sesuai dengan kondisi objektifnya. Tujuannya adalah untuk mendapat data-data mengenai masyarakat di daerah tersebut adakah terjadinya proses Sosial.

3. Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan menggunakan kamera foto untuk mengabdikan hal-hal yang tidak terobservasi seperti aktifitas masyarakat yang mengambil emas di pertambangan emas dalam mengelolanya dan sebagai penegas data yang diperoleh di lapangan. b) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal dan bahan dari situs-situs internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini tentunya yang


(51)

berkaitan dengan Potensi integrasi sosial masyarakat dalam mengelola pertambangan emas .

3.5. Interprestasi Data.

Data yang dikerjakan sejak penelitian mengumpulkan data dilakukan secara insentif setelah pengumpulan data selesai dilaksanakan. Merujuk pada Lexy J. Moleong (2002:190), pengolahan data ini di mulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan (observasi) yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya.

Data tersebut telah dibaca, dipelajari dan telaah maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan cara abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang terperinci, merujuk ke inti dengan menelaah pernyataan-pernyataan yang di perlukan sehingga tetap berada dalam fokus penelitian.

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan itu kemudian dikatagorisasikan. Berbagai katagori tersebut dilihat kaitannya satu dengan lainnya dan diinterprestasikan secara kualitatif. Proses analisis dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal penulisan proposal, sehingga selesainya penelitian ini yang menjadi ciri khas dari analisis kualitatif.


(52)

3.6. Jadwal Kegiatan.

No Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Survey V

2 Acc Judul Penelitian V

3 Pemyusunan Proposal v V

4 Seminar Proposal V

5 Reivisi Proposal V

6 Peneliti Lapangan V

7 Pengumpulan dan Analisis Data

V

8 Bimbingan Skripsi V v V V

9 Penulisan Laporan V V

10 Sidang Meja Hijau v

3.7. Keterbatasan Penelitian.

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Terutama di dalam melakukan wawancara mendalam kepada informan. Selain itu kendala lain adalah keterbatasan waktu saat melakukan wawancara dengan informan. Hal ini di ebabkan kegiatan informan yang sangat padat. Karena informan peneliti adalah penambang emas yang cukup sibuk dalam melakukan aktivitasnya di gunung dari pagi hingga sore, maka peneliti harus mampu melihat waktu yang tepat untuk melakukan wawancara. Selain itu keterbatasan waktu karena wawancara baru dapat dilakukan pada waktu para penambang pulang dari gunung.


(1)

berekonomi. Semua hal ini memang harus diwujudkan dalam perkoperasian dengan prinsip manajemen dikelola bersama, keanggotaan bersifat terbuka dan prinsip-prisip lainnya yang relevan atau sesuai dengan nilai-nilai masyarakat kita akan menjadi unsur penting dalam pembentukan karakter berekonomi didalam masyarakat, seperti yang diketahui bahwa “prinsip pengelolaan bersama ini merupakan dasar yang paling penting dari demokrasi ekonomi yang telah menjadi dasar dari perekonomian nasional indonesia sebagaimana telah termaksud dalam UUD 33”. (Budianto, 2002).

Keserakahan ekonomi yang kini berkembang dimasyarakat akan dapat dihambat apabila kita dapat menciptakan orang-orang yang terdidik dengan kesantunan berekonomi melalui perkoperasian (Sri Edi Swarsono, 1990). Koperasi pertambangan pesahoe rakan ini sebagaimana juga dengan berbagai bentuk koperasi lain hendaknya mampu melaksanakan secara terencana program pendidikan ekonomi dengan nilai-nilai positif kepada anggota guna menumbuhkan semangat kemandirian. Manajemen koperasi ini harus menjadi contoh yang baik dalam mengelola koperasi dan dalam menjalankan usahanya.”Berkaitan dengan penciptaan kelas masyarakat yang mandiri melalui kelompok usaha bersama telah terbukti diberbagai negara mampu memperbanyak kelas masyarakatberjiwa bisnis yang sehat tidak rakus dan tidak terlalu mementingkan kepentingan individu (Mukmer, 1997).


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Kecamatan Krueng Sabee, Desa Keude Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya, peneliti telah merumuskan beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Koperasi Pesahoe Rakan adalah sebuah koperasi yang bergerak di bidang penggelola pertambangan emas. Koperasi pesahoe rakan tidak membuka bidang-bidang usaha lainnya seperti usaha kosumsi, produksi, simpan pinjam, jasa, pemasaran, dan serba usaha.

2. Pertambangan emas yang berada di gunong ujen tidak hanya dikelola oleh koperasi pertambangan pesahoe rakan, melainkan banyak koperasi-koperasi yang mengelola pertambangan emas tersebut. Koperasi-koperasi tersebut ada juga berada diluar kecamatan Krueng Sabee, seperti di Kecamatan Pangga. 3. Dari hasil penelitian dilapangan, bahwasannya pengurus koperasi memiliki

potensi dalam menggelola koperasi pesahoe rakan, biarpun latar belakang pendidikan mereka rata-rata tamatan SMP dan SMA. Walaupun mereka hanya tamatan SMP dan tertinggi tamatan SMA, mereka cukup paham tentang menggurus sebuah koperasi. Hanya saja mereka tidak menggelola koperasi pesahoe rakan dengan baik, dimana mereka kurang bijaksana dalam menggambil sebuah keputusan terhadap anggota yang tidak mematuhi peraturan di dalam koperasi. Seperti pertaturan dalam hal menjadi anggota koperasi, dimana setiap masyarakat yang ingin menjadi anggota koperasi wajib membayar simpanan pokok sebesar 1.500.000, tetapi ada dari mereka yang tidak membayarnya dan penggurus koperasi tidak memberikan sangsi tegas


(3)

terhadap mereka yang tidak membayar simpanan pokok. Padahal uang dari simpanan pokok tersebut dapat digunakan untuk membantu pembangunan desa atau pun dapat dikembalikan kepada anggota koperasi di saat pembagian SHU. 4. Kepengurusan koperasi pesahoe rakan bisa dikataan kurang bagus, dikarenakan

mereka tidak bisa mengembangkan koperasi pesahoe rakan kearah yang lebih baik dan penggurus koperasi tidak melaksanakan peraturan-peraturan yang ada di dalam akta pengesahan koperasi, seperti melaksanakan pendidikan bagi para anggota koperasi dan penggurus koperasi, padahal semua itu sangat penting, agar penggurus dan anggota dapat menggembangkan koperasi kearah yang lebih baik.

5. pada tahun 2013 koperasi pesahoe rakan harus tutup sementara akibat berkurangnya hasil dari gunung emas. Dengan berkurangnya hasil dari gunung emas anggota koperasi tidak dapat memberikan sumbangan sukarela untuk koperasi. Sebelum koperasi pertambangan ditutup sementara, koperasi telah membagikan sisa hasil usaha (SHU) terakhir pada akhir 2012 setelah itu tidak ada lagi pembagian SHU.

6. Adanya pengaruh koperasi pertambangan pesahoe rakan untuk masyarakat Desa Keude Krueng Sabee yaitu sebelum koperasi di tutup sementara, koperasi pertambangan telah membangun infrastruktur desa. Dimana pada tahun 2009-2011 disaat hasil dari pertambangan emas lagi banyak-banyaknya koperasi melalui dana dari penambang telah membangun sebuah prasantren untuk anak-anak didesa, membantu pembangunan mesjid dan memperbaiki jalan menuju gunung emas untuk mempermudah penambang dalam menuju ke gunung emas.


(4)

6.2. SARAN

Adapun saran yang diberikan peneliti yaitu:

1. Diharapkan bagi para penggurus koperasi pesahoe rakan untuk mengembangkan koperasi kearah yang lebih baik. Misalnya koperasi pesahoe rakan membuka salah satu bidang-bidang usaha untuk mengembangkan koperasi dan menambah pemasukan koperasi bukan hanya dari hasil sumbangan suka rela dari para anggota. 2. Seharusnya penggurus koperasi bertindak tegas dalam melaksanakan tugas sebagai pengurus koperasi. Apalagi dalam hal dana pemasukan untuk koperasi yaitu tegas kepada anggota yang tidak membayar dana yang menjadi salah satu syarat untuk menjadi anggota koperasi.

3. Dan penggurus koperasi seharusnya melaksanakan pendidikan untuk penggurus sendiri dan anggota koperasi agar ada pembekalan diri untuk membangun sebuah koperasi yang baik. Apalagi sebagian dari penggurus baru pertamakali menjadi sebagai penggurus koperasi tanpa adanya pengalaman dalam menggelola koperasi sebelumnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Sulisarsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipt.

Budiman, Arif. 1992. Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya : usaha Nasional.

Budiyanti Atik Catur.2009. Sosiologi Kontekstual. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. 2009 Tentang Cadangan Emas. 2009. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Hatta, Mohammad. 1951. “Amanat Hari Koperasi 1: Membangun Koperasi dan Koperassi Membangun” dalam Hatta. 1954. Kumpulan Karangan Jilid lll. Jakarta : Balai Buku Indonesia.

K. Dwi Susilo, Rachmad. 2008. Sosiologi Lingkungan. Malang : Rajawali Pers.

Koentjaradinigrat. 2000. Pembangunan Masyarakat Tinjauan Aspek : Sosiolologi, Ekonomi dan Perencanaan. Bandung : Liberty.

Laning Vina Dw. 2007. Sosiologi untuk kelas X. Jakarta: Cempaka Putih. Moleong, Lexy. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Karya.

Narwoko J. Dwi, Bagong Suryanto. 2007. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Refles.2012, Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat dan Implikasinya Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kenagarian Mundam Sakti Kecamatan lV Nagari, Kabupaten Sijunjung. Skripsi, Tidak Diterbitkan. Padang Program Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas Andalas.

Salim. 2004. Hukum Pertambangan Di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. . 2012. Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta: Sinar Grafika. Sunarto, Kamanto. 2003. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Indonesia Universitas Press.


(6)

Sumadi, Suryabrata. 2002. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Soekanto, Surjono. 2002. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sumber Jurnal:

Rahmadhan, Muhammad.2009, Hubungan Sosial Tengkulak dan Petani (studi kasus : Hubungan Patron Clien Pada Masyarakat Petani Di Desa Kampung Mesjid, Kecamatan Kualuh Hilir, Kabupaten Labuhan batu). Skripsi, tidak Diterbitkan. Medan Departemen Sosiologi Uniersitas Sumatra Utara.

Silton, Ali. 2011. Dampak Aktifitas Pertambangan Bahan Galian Golongan C Terhadap Kondisi Kehidupan Masyarakat Desa. Skripsi (S1) Tidak Diterbitkan. Bogor. Program Studi Ekologi Lingkungan Institut Teknologi Bogor.

Siregar , Fachruddin Fahmy. 2009. Persepsi Masyarakat Terhadap Pembukaan Pertambangan Emas Di Hutan Batang Toru. Skripsi (S1) tidak Diterbitkan. USU Repository Â

Suriansyah, Erlan Aan. 2009. Dampak Pertambangan Terhadap Fungsi Ekonomi Lingkungan dan Pendapatan Masyarakat. Skripsi (S1) Tidak Diterbitkan. Institut pertanian Bogor.

Website:

http://e-journal.org/desa/potensi/fisik_non_fisik/th6/6u../66.html, diakses pada tanggal 23 Desember 2013 pukul 22.30 wib

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/sosi4303/potensi_desa_dapat_terbagi_dalam.t.23 November 2013 pukul 20.00 wib