Residu Klorpirifos Pada Tapak Bangunan Gedung Yang Mendapat Aplikasi Pengendalian Rayap Di Provinsi Dki Jakarta

RESIDU KLORPIRIFOS PADA TAPAK BANGUNAN GEDUNG
YANG MENDAPAT APLIKASI PENGENDALIAN RAYAP
DI PROVINSI DKI JAKARTA

SITI ROSIDAH

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Residu Klorpirifos
pada Tapak Bangunan Gedung yang Mendapat Aplikasi Pengendalian Rayap di
Provinsi DKI Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Siti Rosidah
NIM E24110090

ABSTRAK
SITI ROSIDAH. Residu Klorpirifos pada Tapak Bangunan Gedung yang
Mendapat Aplikasi Pengendalian Rayap di Provinsi DKI Jakarta. Dibimbing oleh
DODI NANDIKA.
Klorpirifos merupakan salah satu termitisida tanah yang banyak digunakan
dalam aplikasi perlakuan tanah untuk pengendalian rayap di Indonesia. Namun
sampai saat ini belum ada standar kadar residu senyawa tersebut pada tapak
bangunan gedung yang telah mendapat aplikasi perlakuan tanah. Suatu penelitian
telah dilakukan untuk mengetahui kadar residu klorpirifos pada tanah di bawah
lantai simulasi yang menyerupai tapak bangunan gedung di Jakarta Timur, Jakarta
Utara, dan Jakarta Selatan. Contoh tanah diambil dari kedalaman ± 0-10 cm di
bawah lantai simulasi satu minggu dan satu bulan setelah aplikasi termitisida.
Residu klorpirifos dianalisis menggunakan Gas Chromatography Varian 450.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar residu klorpirifos di Jakarta Timur,

Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan satu minggu setelah aplikasi masing-masing
mencapai 6.555 ± 0.933 ppm, 4.244 ± 1.862 ppm, dan 8.701 ± 0.597 ppm.
Sementara itu kadar residu klorpirifos di tiga lokasi tersebut satu bulan setelah
aplikasi menurun masing-masing menjadi 3.745 ± 0.400 ppm, 0.885 ± 0.362 ppm,
dan 3.565 ± 0.730 ppm. Kadar residu klorpirifos satu bulan setelah aplikasi di
Jakarta Utara lebih rendah dibandingkan dengan Jakarta Timur dan Jakarta
Selatan (p