Frekuensi dan Intensitas Serangan Rayap Tanah pada Bangunan Gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN RAYAP TANAH
PADA BANGUNAN GEDUNG
MILIK PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

YOGIE ZULNI PRATAMA

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Frekuensi dan Intensitas
Serangan Rayap Tanah pada Bangunan Gedung milik Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Yogie Zulni Pratama
NIM E24100070

ABSTRAK
YOGIE ZULNI PRATAMA. Frekuensi dan Intensitas Serangan Rayap Tanah pada
Bangunan Gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dibimbing oleh DODI
NANDIKA.
Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah dengan pembangunan infrastuktur,
termasuk bangunan gedung yang paling tinggi di Indonesia. Sejalan dengan itu kasus
serangan rayap pada bangunan gedung di wilayah tersebut sangat sering terjadi. Suatu
penelitian telah dilakukan untuk mengetahui frekuensi dan intensitas serangan rayap tanah
pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan bangunan
gedung contoh dilakukan dengan teknik pengambilan contoh acak berlapis empat tahap.
Spesimen rayap tanah yang ditemukan diidentifikasi dengan kunci pengenalan spesies
rayap (Ahmad 1958). Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi serangan rayap tanah

pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencapai 16.67% dengan
intensitas serangan berkategori ringan. Komponen bangunan gedung yang banyak
terserang rayap tanah adalah kusen jendela (14.58%), disusul oleh kusen pintu (8.34%),
dan rangka atap (4.16%). Adapun spesies rayap tanah yang ditemukan menyerang
bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah Microtermes inspiratus
Kemner (Isoptera : Termitidae) dengan frekuensi serangan 77.78%, disusul oleh
Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae) dengan frekuensi
serangan 22.22%. Intensitas serangan rayap rayap tanah paling tinggi terjadi di Kelurahan
Cililitan, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Kata kunci: bangunan gedung, Jakarta, rayap tanah.
ABSTRACT
YOGIE ZULNI PRATAMA. Frequency and Intensity of Termites Attack on DKI Jakarta’s
Government Buildings. Supervised by DODI NANDIKA.
Jakarta is a province with the most developed infrastructure in Indonesia, including
its building constructions. However, termites attack were often found on the buildings in
this region. This study was conducted to investigate the frequency and intensity of termites
attack on Jakarta Government’s buildings. The targeted buildings in this research were
selected by four stage stratified random sampling technique. Termites speciemens were
collected from attacked buildings, then identified according to (Ahmad 1958). The results
of this research showed that the frequency of termites attack on Jakarta Government’s

buildings reaches 16.67% with the degree of infestation could classified as light infestation.
Compared to other building components, windows sills has the highest termites attack rate
(14.58%), followed by door sills (8.34%), and roof truss (4.16%). In addition, Microtermes
inspiratus Kemner (Isoptera: Termitidae) have been found as the most frequent termite
species attacking the buildings in Jakarta Province with infestation frequency reaches
77.8%, followed by Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) with
infestation frequency of 22.22%. The highest intensity of termites attack occurred in
Cililitan Village, Subdistrict Kramat Jati, East Jakarta.
Keywords: buildings, Jakarta, termites.

FREKUENSI DAN INTENSITAS SERANGAN RAYAP TANAH
PADA BANGUNAN GEDUNG
MILIK PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA

YOGIE ZULNI PRATAMA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada

Departemen Hasil Hutan

DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Frekuensi dan Intensitas Serangan Rayap Tanah pada Bangunan
Gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Nama
: Yogie Zulni Pratama
NIM
: E24100070

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Dodi Nandika, MS
Dosen Pembimbing


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi berjudul Frekuensi dan Intensitas Serangan
Rayap Tanah pada Bangunan Gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini
berhasil diselesaikan. Skripsi ini dibuat dalam rangka memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof Dr Ir Dodi Nandika, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak membantu dalam memberi masukan, motivasi, dan saran bagi
penulis.
2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, doa, dan kasih
sayang yang menjadi sumber motivasi penulis.

3. Ririn Nurul Hidayah yang selalu mendukung, menemani, dan memberikan
semangat.
4. Teman-teman THH 47 yang banyak membantu dan memberikan semangat.
5. Seluruh staf Tata Usaha dan Laboran di Departemen Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan IPB yang sangat sabar dalam membantu penulis melakukan
penelitian.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena
itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
mendatang. Penulis berharap bahwa skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan
teknologi pengendalian rayap pada bangunan gedung di Indonesia. Semoga karya
ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Yogie Zulni Pratama

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


METODE

2

Tempat dan Waktu

2

Bahan

2

Alat

2

Prosedur

2


Pemilihan Bangunan Gedung Contoh

2

Karakterisasi Bangunan Gedung Contoh

3

Pengukuran Frekuensi Serangan Rayap

3

Pengukuran Intensitas Serangan Rayap

3

Identifikasi Spesies Rayap

4


Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Frekuensi Serangan Rayap

5

Intensitas Serangan Rayap

8

Spesies Rayap Penyerang

9


SIMPULAN DAN SARAN

11

Simpulan

11

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

29

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah pada banguna gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masing-masing
kelurahan contoh
Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masing-masing
kecamatan contoh
Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah pada komponen
bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
di Jakarta Barat dan Jakarta Timur
Serangan Rayap tanah pada rangka atap di salah satu bangunan
gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Timur
Serangan Rayap tanah pada kusen pintu di salah satu bangunan
gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Timur
Serangan Rayap tanah pada kusen jendela di salah satu bangunan
gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Barat
Rata-rata intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Barat dan
Jakarta Timur
Rata-rata intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masing-masing
kelurahan contoh
Kasta prajurt C. curvignathus Holmgren (a) dan M. inspiratus
Kemner (b) yang ditemukan menyerang bangunan gedung milik
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (perbesaran 10x)

5

6

6
7
7
7

8

9

10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama, posisi geografis, dan karakteristik bangunan contoh
di setiap kelurahan contoh
Sebaran geografis kelurahan contoh dan bangunan contoh
Sebaran geografis kejadian serangan rayap tanah pada bangunan
gedung contoh
Frekuensi serangan rayap tanah pada komponen bangunan
gedung contoh di setiap kelurahan contoh
Sebaran lokasi serangan rayap tanah pada bangunan gedung
menurut spesies
Frekuensi serangan rayap tanah pada komponen bangunan
gedung di setiap kelurahan contoh
Frekuensi serangan masing-masing spesies rayap tanah terhadap
bangunan gedung contoh
Intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung di setiap
kelurahan contoh
Hubungan antara umur bangunan gedung contoh dengan kejadian
serangan rayap
Kuesioner Kondisi Bangunan Gedung Pemerintah Contoh

14
16
17
18
20
21
22
23
25
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada tanggal 2 Mei 2013 Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI)
Jakarta menerbitkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 35 tahun
2013 tentang Pedoman Penanggulangan Bahaya Rayap Pada Bangunan Gedung
Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penerbitan Peraturan Gubernur tersebut
dapat dimengerti mengingat:
(1) Aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sangat besar (sekitar 400 Triliyun,
tahun 2010) dan perlu dilindungi dari kerusakan, termasuk akibat serangan
rayap,
(2) Kasus serangan rayap terhadap bangunan gedung di Provinsi DKI Jakarta,
khususnya rumah tinggal cukup banyak, serta
(3) Belum ada norma hukum yang dapat dijadikan acuan untuk mengatur upaya
pengendalian serangan rayap pada bangunan gedung milik Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta.
Nandika et al. (2003) melaporkan bahwa rata-rata frekuensi serangan rayap
pada bangunan perumahan di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Batam mencapai
lebih dari 70%. Robinson (1996) menyatakan bahwa tingginya frekuensi serangan
rayap di wilayah perkotaan ditunjang oleh kemampuan rayap yang mampu
beradaptasi pada lingkungan kota (urban environment). Fenomena tersebut
dijumpai pada beberapa kota di Indonesia yang sedang berkembang, khususnya di
kawasan Jabodetabek. Rayap tidak saja menyerang bangunan gedung sederhana
yang berfungsi sebagai hunian tetapi juga pada bangunan gedung bertingkat yang
berfungsi sebagai kantor, sekolah, hotel, apartement, dan pusat perbelanjaan.
Rakhmawati (1996) menduga bahwa kerugian ekonomis akibat serangan rayap
pada bangunan perumahan di Indonesia pada tahun 1995 mencapai 1.67 trilyun.
Sementara itu Prasetiyo dan Yusuf (2005) melaporkan bahwa kerugian akibat
serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia mencapai 224-238 milyar per
tahun. Kerugian ekonomis yang diakibatkan serangan rayap pada tahun 1994 di
Jakarta Barat dan Jakarta Timur mencapai Rp 67.57 milyar (Safaruddin 1994).
Tingkat serangan rayap terhadap bangunan di Kotamadya Jakarta Timur dan
Jakarta Barat mencapai kisaran antara 77.35% dan 78.75% (Tarsoen 2004).
Di pihak lain kenyataan menunjukkan bahwa informasi mutakhir tentang
besarnya ancaman atau resiko serangan rayap terhadap bangunan gedung milik
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum tersedia. Belum ada penelitian yang
komprehensif tentang peta bahaya serangan rayap (termite hazard class) terhadap
bangunan gedung di Provinsi DKI Jakarta, termasuk bangunan gedung milik
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Bahkan informasi tentang keragaman spesies
rayap perusak bangunan gedung di Provinsi DKI Jakarta belum pernah dilaporkan
secara komprehensif. Demikian juga kerentanan (susceptibility) bangunan gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum pernah dievaluasi secara ilmiah.
Padahal informasi tersebut sangat penting untuk mendukung justifikasi penerbitan
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 35 Tahun 2013, sekaligus
bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pemilihan metode pengendalian
rayap yang tepat guna.

2
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas dirasa perlu dilakukan penelitian
tentang frekuensi dan intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung milik
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan intensitas serangan
rayap tanah pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, khususnya Dinas Perumahan dan Gedung serta
Biro Sarana dan Prasarana Provinsi DKI Jakarta untuk menindaklanjuti Peraturan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 35 Tahun 2013 tentang
Pedoman Penanggulangan Bahaya Rayap pada Bangunan Gedung milik
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sekaligus untuk menstimulasi
tersusunnya standar teknis pengendalian rayap pada banguan gedung milik
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta pada bulan Juni 2014 sampai
dengan September 2014.
Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gergaji kecil, Global
Positioning System (GPS), pinset, kamera, dan botol koleksi.
Prosedur
1. Pemilihan Bangunan Gedung Contoh
Banguan gedung contoh dipilih dengan teknik Pengambilan Contoh Acak
Berlapis Empat Tahap (four stages stratified random sampling) sebagai berikut:
Tahap I
: Pemilihan dua Kota Contoh secara acak dari enam Kota di Provinsi
DKI Jakarta
Tahap II : Pemilihan dua Kecamatan Contoh secara acak di masing-masing
Kota Contoh

3
Tahap III
Tahap IV

: Pemilihan dua Kelurahan Contoh secara acak di masing-masing
Kecamatan Contoh
: Pemilihan enam Bangunan Gedung Contoh di masing-masing
Kelurahan Contoh yang terpilih.

Dengan teknik pengambilan contoh tersebut, Kota Jakarta Barat dan Jakarta
Timur terpilih sebagai kota contoh. Sementara itu empat kecamatan contoh, delapan
kelurahan contoh, dan empat puluh delapan bangunan gedung contoh yang terpilih
disajikan pada Lampiran 1.
2. Karakterisasi Bangunan Gedung Contoh
Posisi geografis setiap bangunan gedung contoh ditentukan dengan alat
Global Positioning System (GPS). Disamping itu dicatat juga umur bangunan, tipe
konstruksi, jumlah ruangan, dan luas bangunan setiap gedung contoh.
3. Pengukuran Frekuensi Serangan Rayap
Pada setiap bangunan gedung contoh di masing-masing kelurahan contoh
dilakukan pengamatan ada tidaknya serangan rayap tanah pada komponen
bangunan gedung tersebut. Frekuensi serangan rayap pada masing-masing
kelurahan contoh dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Frekuensi Serangan Rayap =

a

a

a

a

a

a

ya

a

a a

aya



a a

x

%

Spesiemen rayap tanah yang ditemukan di bangunan gedung contoh
dikoleksi untuk diidentifikasi di laboratorium.
4. Pengukuran Intensitas Serangan Rayap
Pada setiap bangunan gedung contoh yang terserang rayap dilakukan
pengamatan terhadap derajat kerusakan komponen bangunan, baik pada bagian
upper structure (penutup atap, rangka atap/kuda-kuda, plafon, lispang), main
structure (dinding, tiang/kolom), maupun non structure (jendela, pintu, kusen)1).
Derajat kerusakan masing-masing bagian dinyatakan dengan skor berskala 1-100.
Intensitas serangan rayap pada masing-masing bangunan gedung dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
IK = (40% x SU) + (30% x Sm) + (30% x Sn)2)
dimana :
IK = Intensitas kerusakan akibat serangan rayap pada bangunan gedung contoh
SU = Skor kerusakan akibat serangan rayap upper structure bangunan gedung
contoh (skor 1-100)
Sm = Skor kerusakan akibat serangan rayap main structure bangunan gedung
contoh (skor 1-100)

1)

Ketiga komponen tersebut memiliki bobot penilaian yang berbeda, upper structure
memiliki bobot 40%, main structure berbobot 30%, dan non-structure berbobot 30%.
2)
Dimodifikasi dari Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.45 tahun 2007.

4
Sn = Skor kerusakan akibat serangan rayap non-structure bangunan
gedung contoh (skor 1-100)
5. Identifikasi Spesies Rayap
Spesimen rayap yang ditemukan menyerang bangunan gedung contoh
diidentifikasi di Laboratorium Rayap, Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor dengan menggunakan kunci pengenalan rayap
(Ahmad 1958).
6. Analisis Data
Frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung contoh di Provinsi
DKI Jakarta di hitung dengan rumus:
FSRijk =
dimana :

T

x

%

FSRi

= Frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung milik Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta di kelurahan ke-i, kecamatan ke-j, kota-k yang
terserang rayap tanah
JBT ijk = Jumlah bangunan gedung contoh yang terserang rayap tanah di kelurahan
ke-i, kecamatan ke-j, kota-k
JB ijk = Jumlah bangunan gedung contoh di kelurahan ke-i, kecamatan ke-j,
kota-k

Intensitas kerusakan (IK) akibat serangan rayap pada masing-masing
bangunan gedung contoh dikelompokkan menjadi empat skala ordinal3)2, yaitu:
A. Baik (IK antara 0 sampai 10)
B. Rusak ringan (IK antara 11 sampai 40)
C. Rusak sedang (IK antara 41 sampai 60)
D. Rusak berat (IK > 60)
Keempat skala IK tersebut digunakan sebagai dasar pengelompokkan kondisi
bangunan gedung contoh, baik menurut wilayah kota, kecamatan, maupun
kelurahan.

3)

Dimodifikasi dari Kriteria penilaian tingkat kerusakan bangunan (Suryadi 2005)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Frekuensi Serangan Rayap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi serangan rayap tanah pada
bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencapai 16.67%.
Frekuensi serangan ini tergolong cukup tinggi, mengingat saat ini di Provinsi DKI
Jakarta sekurang-kurangnya terdapat 3115 bangunan gedung milik Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta (BPS 2012), maka diperkirakan hampir 600 bangunan gedung
telah terserang rayap tanah. Kelurahan contoh yang paling besar frekuensi serangan
rayap tanahnya adalah Kelurahan Cililitan (50%), disusul Kelurahan Cawang dan
Kelurahan Cengkareng Timur masing-masing 33.33%, serta Kelurahan Cipinang
Besar dan Kelurahan Tegal Alur masing-masing 16.67%. Sedangkan di Kelurahan
Cipinang Muara, Kelurahan Kamal, dan Kelurahan Kapuk tidak terjadi serangan
rayap tanah (Gambar 1). Hal ini dimungkinkan karena tanah di kelurahan tersebut
sering mengalami erosi dan meluapnya air laut yang mengakibatkan kadar pasir dan
salinitasnya meningkat. Rudidjaja (1995) menyebutkan rayap tanah menyukai
tanah dengan persen liat dan debu cukup tinggi tetapi berkadar pasir rendah.
Frekuensi serangan rayap tanah (%)

60
50
40
30
20
10
0
Cililitan Cengkareng Cawang
Timur

Tegal Alur

Cipinang
Besar

Cipinang
Muara

Kamal

Kapuk

Kelurahan

Gambar 1 Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masing-masing kelurahan
contoh
Tingginya frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung
pemerintah di Kelurahan Cililitan diduga di kelurahan tersebut ditemukan jenis
rayap tanah Coptotermes curvignatus (Isoptera : Rhinotermitidae). Rayap tanah
C. curvignathus (Isoptera : Rhinotermitidae) merupakan jenis rayap perusak kayu
yang paling banyak menyebabkan kerugian di Indonesia (Salbiah dan Puji 2011)
khususnya pada bangunan gedung atau perumahan (Yanti et al. 2012). Takematsu
et al. (2006) menyatakan genus Coptotermes spp. merupakan spesies rayap yang
sangat merusak kayu di berbagai belahan dunia. Lantera (2014) melaporkan bahwa
di Jakarta Timur (khususnya di Kelurahan Cililitan) juga ditemukan spesies rayap
tanah yang dikenal sebagai spesies terpenting sebagai perusak kayu dan bangunan
di Indonesia yaitu Coptotermes curvignathus. Ditinjau dari skala wilayah

6

Frekuensi serangan rayap tanah (%)

kecamatan, frekuensi serangan rayap tanah yang paling tinggi terjadi di Kecamatan
Kramat jati (41.66%), Kecamatan Cengkareng (16.67%), dan Kecamatan Kalideres
serta Kecamatan Jatinegara masing-masing 8.33% (Gambar 2).
50
40
30
20
10
0
Kramat Jati

Cengkareng

Kalideres

Jatinegara

Kecamatan

Frekuensi Serangan (%)

Gambar 2 Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masing-masing kecamatan
contoh
Komponen bangunan yang sering mengalami serangan rayap tanah adalah
kusen jendela (14.58%), disusul dengan kusen pintu (8.33%), dan rangka atap
4.16% (Gambar 3). Kayu yang diserang rayap tanah terdegradasi karena anggota
koloni rayap tanah relatif lebih banyak dibandingkan rayap kayu kering (Priadi et
al. 2010). Keterbatasan sumber makanan membuat rayap mengkonsumsi struktur
kayu yang telah dibangun sebagai sumber pangan alternatif (Hanis et al. 2014).
Prasetyo dan Yusuf (2005) menyatakan rayap tanah akan merambat ke bagian
bangunan yang tingginya lebih rendah dari 15 cm sehingga pintu dan jendela akan
mudah terserang oleh rayap. Pintu dan jendela merupakan komponen yang
umumnya berhubungan langsung dengan lingkungan luar, sehingga memudahkan
rayap untuk menyerang komponen tersebut sedangkan rangka atap letaknya yang
lumayan tinggi menyebabkan rayap sulit untuk menyerang. Serangan rayap pada
rangka atap, kusen pintu, dan kusen jendela disajikan pada Gambar 4, Gambar 5,
dan Gambar 6.
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Kusen Jendela

Kusen Pintu
Komponen Bangunan

Rangka Atap

Gambar 3 Rata-rata frekuensi serangan rayap tanah pada komponen bangunan
gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Barat dan
Jakarta Timur

7

Gambar 4 Serangan rayap tanah pada rangka atap di salah satu bangunan
gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Timur

Gambar 5 Serangan rayap tanah pada kusen pintu di salah satu bangunan
gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Timur

Gambar 6 Serangan rayap tanah pada kusen jendela di salah satu bangunan
gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Barat

8
Hasil analisis Cross-tabulation dan Chi-square Test (Lampiran 8)
menunjukkan bahwa tidak terlihat adanya hubungan antara umur bangunan dengan
kondisi bangunan (P-Value > 0.05). Sebagai contoh pada bangunan gedung sekolah
SDN 02 Tegal Alur yang berumur 28 tahun termasuk dalam kategori kondisi rusak
ringan. Sementara itu bangunan gedung sekolah SDN 01 Kamal yang berumur 48
tahun termasuk dalam kategori kondisi yang baik. Hal ini diduga karena pada
bangunan gedung contoh banyak yang telah diganti menggunakan bahan non-kayu
akibat renovasi. Pada dasarnya sifat bahan bangunan baik batu, semen, logam,
alumunium, maupun kayu bila tidak ada faktor penganggu maka akan mencapai
umur tak terbatas atau 50 tahun lebih (Sulaiman 2005).

Intensitas Serangan Rayap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas bangunan gedung milik
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang terserang adalah 23.7. Intensitas serangan
rayap pada bangunan contoh di Jakarta Barat lebih besar (24.33) dibandingkan
Jakarta Timur (23.33) (Gambar 7). Hal ini dimungkinkan karena bangunan gedung
contoh di Jakarta Timur banyak yang telah mengalami renovasi sehingga
komponen yang umumnya menggunakan bahan kayu telah diganti dengan bahan
lain. Kegiatan tersebut menyebabkan berkurangnya intensitas serangan rayap di
bangunan gedung tersebut. Nandika et al. (2003) menyebutkan bahwa faktor yang
mendorong serangan rayap pada bangunan antara lain adalah banyaknya kayu yang
tertimbun di dalam tanah pada waktu pembangunan, adanya celah pada pondasi
tembok, sistem ventilasi kurang baik, kayu yang berhubungan langsung dengan
tanah dan kondisi fisik tapak bangunan itu sendiri yang menguntungkan kehidupan
rayap. Tarumingkeng (2001) menyatakan serangan rayap C. curvignathus lebih
tinggi dan lebih parah apabila yang diserang lebih basah atau kelembaban yang
tinggi.

Intensitas serangan

26
25
24
23
22
21
20
Jakarta Barat

Jakarta Timur

Gambar 7 Rata-rata intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Barat dan Jakarta
Timur
Ditinjau dari skala wilayah kelurahan, kelurahan yang paling besar
intensitas serangan rayap tanah adalah Kelurahan Cililitan (34.33), disusul
Kelurahan Cengkareng Timur (27), Kelurahan Tegal Alur (19), Kelurahan Cawang
(13), dan Kelurahan Cipinang besar (11) (Gambar 8). Tingginya serangan rayap

9
tanah pada bangunan gedung di Kelurahan Cililitan disebabkan di kelurahan
tersebut tergolong Kelas Bahaya I (skor 24) karena terdapat spesies rayap
C. curvignathus yang merupakan rayap yang sangat agresif menyerang bangunan
gedung (Lantera 2014).
40
Intensitas serangan rayap

35
30
25
20
15
10
5
0
Cililitan

Cengkareng Tegal Alur
Timur

Cawang

Cipinang
Besar

Cipinang
Muara

Kamal

Kapuk

Kelurahan

Gambar 8 Rata-rata intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di masing-masing kelurahan
contoh

Spesies Rayap Penyerang
Spesies rayap tanah yang ditemukan menyerang komponen kayu bangunan
gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu Microtermes inspiratus
Kemner (Isoptera : Termitidae) dan Coptotermes curvignathus Holmgren
(Isoptera : Rhinotermitidae) (Gambar 9). Spesies rayap C. curvignatus merupakan
jenis yang paling umum ditemukan di Indonesia dan sangat merugikan (Badaruddin
2007). Spesies rayap yang termasuk dalam famili Rhinotermitidae ini juga sangat
umum ditemukan di Asia Tenggara, bahkan sampai ke Jepang (Nandika 2014).
Rayap ini umumnya menyerang perumahan, gedung, serta perabotan rumah tangga
di Indonesia dan mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat signifikan
(Syaukani 2013). Di samping itu kemampuannya dalam menyerang bangunan
ditunjang oleh kemampuan jelajahnya yang tinggi baik pada arah jelajah horisontal
maupun vertikal (Tarsidoh 2014). Nandika et al. (2003) melaporkan spesies rayap
C. curvignathus mampu menyerang bangunan gedung bertingkat hingga lantai 26,
bahkan mampu menyerang gedung apartemen dan hotel sampai dengan lantai 33
(Rilatupa 2007). Serangan tersebut bisa terjadi walaupun tidak ada hubungan
langsung dengan tanah dengan cara membuat sarang antara didalam bangunan yang
jauh dari tanah dan memanfaatkan sumber-sumber kelembaban dan makanan yang
tersedia dalam bangunan tersebut. Subekti (2012) menyebutkan bahwa faktor
lingkungan seperti curah hujan, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, kemiringan
lereng, ketinggian tempat, jenis tanah, dan makanan yang tersedia dapat
mempengaruhi kegiatan dan perilaku rayap. Curah hujan merupakan pemicu
perkembangan eksternal dan mampu merangsang keluarnya kasta reproduksi dari

10
sarang. Perubahan kelembaban mempengaruhi aktivitas penjelajahan rayap,
kelembaban rendah membuat rayap bergerak menuju daerah yang suhunya lebih
rendah. Suhu lingkungan dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup rayap, suhu
optimum bagi kehidupannya sekitar 15- 38ºC. Berdasarkan data Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika melaporkan curah hujan, kelembaban relatif, dan suhu
udara di Jakarta Barat dan Jakarta Timur secara berurut-urut sebesar >2000
mm/tahun, 54-93 %, dan >25ºC. Rayap tanah dapat ditemukan mulai ketinggian 0–
1500 m dpl (Subekti et al. 2009). Kehadiran rayap C. curvignathus pada bangunan
gedung merupakan indikasi bahaya rayap yang potensial atau hama bangunan yang
utama, karena mampu menyerang bagian-bagian komponen bangunan yang tinggi
seperti rangka atap dengan tingkat kerusakan yang tinggi (Tarsidoh 2014)
sedangkan Rayap M. inspiratus memang tidak seganas C. curvignathus namun
keberadaanya tidak dapat diabaikan begitu saja karena rayap ini juga termasuk
rayap perusak yang cukup berbahaya. Frekuensi serangan spesies rayap M.
inspiratus sebesar 77.78% sedangkan C. curvignathus sebesar 22.22% terhadap
bangunan gedung contoh (Lampiran 7). Hal ini dikarenakan spesies rayap M.
Inspiratus mudah beradaptasi dengan lingkungan terutama pada dataran rendah
sehingga penyebaran geografis rayap ini menjadi tinggi di wilayah DKI Jakarta.
Lesmana (2010) menyatakan rayap ini banyak beradaptasi di daerah dataran rendah.
Sarangnya berada pada tanah yang dekat dengan pohon-pohon atau bangunanbangunan. Luas wilayah jelajah dan jarak jelajah M. Inspiratus lebih sempit dan
pendek dibandingkan spesies rayap C. curvignathus sehingga intensitas serangan
M. Inspiratus lebih rendah daripada C. curvignathus. Luas wilayah jelajah koloni
rayap tanah M. Inspiratus hanya mencapai 24 m2 dengan jarak jelajah maksimum 6
m sedangkan luas wilayah jelajah koloni rayap tanah C. curvignathus mencapai 480
m2 dengan jarak jelajah maksimum 51 m (Nandika et al. 2003).

Gambar 9 Kasta Prajurit C. curvignathus Holmgren (a) dan M. inspiratus
Kemner (b) yang ditemukan menyerang bangunan gedung milik
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (perbesaran 10x)

11

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung milik Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta rata-rata mencapai 16.67% dengan intensitas serangan
berkategori ringan (skor 23.7). Komponen bangunan gedung yang banyak terserang
rayap tanah adalah kusen jendela (14.58%), disusul oleh kusen pintu (8.34%), dan
rangka atap (4.13%). Adapun spesies rayap penyerang yang ditemukan aktif
menyerang bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah
Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera : Termitidae) dengan frekuensi serangan
mencapai 77.78%, disusul oleh Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera :
Rhinotermitidae) dengan frekuensi penyerangan 22.22%. Hasil analisis Crosstabulation dan Chi-square Test menunjukkan bahwa umur bangunan dan kondisi
bangunan tidak berpengaruh terhadap frekuensi serangan rayap tanah.
Saran
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu meningkatkan perhatian terhadap
upaya pengendalian serangan rayap tanah pada bangunan gedung. Dalam hal ini
perhatian khusus diberikan kepada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta di Kelurahan Cililitan, mengingat di kelurahan tersebut ditemukan
rayap tanah C. curvignathus. Implementasi Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 35 tahun 2013 tentang Pedoman Penanggulangan Bahaya Rayap
pada Bangunan Gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta perlu
ditunjang oleh sistem pengendalian yang kredibel.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad M. 1958. Key to The Indomalayan Termites dalam Biologia. Lahore. Vol:
4:1-2.
Badaruddin. 2007. Identifikasi rayap dan serangannya di Hutan Pendidikan Unlam
Mandiangin Kalimantan Selatan. J Hut Trop Born. 20(18):56-70.
[BMKG] Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. 2014. Data curah hujan
DKI Jakarta bulan Maret hingga Juni tahun 2014. Jakarta (ID):BMKG.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Jakarta Dalam Angka. Jakarta (ID):BPS.
Hanis AJ, Hasan AA, Nurita AT, Salmah C. 2014. Community Structure of termites
in a hill dipterocarp forest of Belum–Temengor Forest Complex, Malaysia:
emergence of pest species. Vol: 62:3-11.
Lantera KG. 2014. Keragaman Spesies Rayap Tanah di Jakarta Barat dan Jakarta
Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Lesmana Y. 2010. Analisis Kerugian dan Pemetaan Sebaran Serangan Rayap pada
Bangunan SMP Swasta di Kota Medan [Skripsi]. Medan (ID). Universitas
Sumatera Utara.

12
Nandika D. 2014. Rayap : Hama Baru di Kebun Kelapa Sawit. South East Asia
Regional Centre for Tropical Biology. Bogor.
_________, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap : Biologi dan Pengendaliannya.
Muhammadiyah University Press. Surakarta.
[PU] Pekerjaan Umum. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 45 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Jakarta
(ID). PU.
Prasetiyo KW, Yusuf S. 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah
Lingkungan dan Kimiawi. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Priadi T, Nandika D, Sofyan K, Achmad, Witarto AB. 2010. Biodeteriorasi
Komponen Kayu Rumah di beberapa Daerah yang Berbeda Suhu dan
Kelembabannya. J ITHH. 3(1):26-31.
Rakhmawati D. 1996. Prakiraan kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada
bangunan perumahan di Indonesia [Skripsi]. Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor (ID). Tidak dipublikasikan.
Rilatupa J. 2007. Pendugaan indeks kondisi konstruksi akibat serangan rayap
pada komponen bahan berkayu bangunan tinggi [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Robinson WH. 1996. Producing and applying termicide foam. Pest Management.
12: 20-22.
Rudidjaja A. 1995. Keandalan umpan rayap Imidacloprid dalam menekan populasi
rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Safarudin. 1994. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan
perumahan di dua wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta
Timur) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Salbiah D, Puji H. 2011. Uji Konsentrasi Nematoda Steinernematidae Lokal
sebagai Pengendali Hama Coptotermes curvignathus Holmgren. Prosiding.
Seminar Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia; 2011 Februari 16-17;
Bandung, Indonesia. Bandung (ID): Panitia Penyelenggara Seminar Nasional
PEI Bandung. hlm 59-62.
Subekti N. 2012. Keragaman jenis rayap tanah di Universitas Negeri Semarang,
Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional Mapeki XV; 2012 November 6-7;
Makassar, Indonesia. Bogor (ID): Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia.
hlm 323-325.
________, Duryadi D, Nandika D, Surjokusumo S, Anwar S. 2009. Sebaran dan
karakter morfologi rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen di habitat hutan alam.
J ITHH 1(1):27-33.
Sulaiman. 2005. Keterandalan konstruksi bangunan pendidikan (studi kasus pada
gedung Sekolah Dasar) [Tesis]. Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor (ID). Tidak dipublikasikan.
Suryadi D. 2005. Kekokohan konstruksi bangunan Sekolah Dasar Negeri (studi
kasus: Kecamatan Cibarusah Kab. Bekasi) [skripsi]. Bogor (ID): Universitas
Pakuan.
Syaukani. 2013. Termites Species Richness and Distribution at Residential Area in
PT Arun Lng. J Nat 13(1):43-39.
Takematsu T, Imamura T, Emezawa T, Hata T. 2005. Termite assemblages in urban
of South East Asia: diversity and economic impact. Report of JSPS-LIPI Core

13
University Program in Field of Wood Science 1996-2005. Kyoto (JPN): Kyoto
University.
Tarsidoh. 2014. Perlindungan investasi konstruksi dari serangan organisme perusak
rayap tanah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tarsoen. 2004. Ekosistem Rayap dan Vektor Demam Berdarah di Lingkungan
Permukiman [Internet]. Bogor (ID): [diunduh 4 Juni 2015]. Tersedia
pada:https://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.waryono/files/.../33-ekosistem-rayap.pdf
Tarumingkeng RC. 2001. Biologi dan Pengendalian Rayap Hama Bangunan di
Indonesia. [Internet]. Bogor (ID): [diunduh pada 2 Juni 2015]. Tersedia pada:
http://www.scribd.com/doc/109729487/Biologi-Dan-Pengendalian-RayapHama-Bangunan-DiIndonesia.
Yanti H, Dirhamsyah M, Idham M, Yani A. 2012. Sifat papan partikel dari
campuran kayu Akasia mangium dan tongkol jagung: uji rayap tanah
Coptotermes curvignathus Holmgren. Prosiding Seminar Nasional Mapeki XV;
2012 November 6-7; Makassar, Indonesia. Bogor (ID): Masyarakat Peneliti
Kayu Indonesia. hlm 357-364.

14

LAMPIRAN
Lampiran 1 Nama, posisi geografis, dan karakteristik bangunan contoh di setiap kelurahan
contoh
Kota/Kecamatan
Contoh

I. Jakarta Barat
1.Kecamatan
Cengkareng

Kelurahan
Contoh

1.1 Kapuk

Bangunan
Contoh

1.1.1 SDN 12
1.1.2 SDN 13
1.1.3 Puskesmas
1.1.4 SDN 03
1.1.5 SDN 14
1.1.6 SDN 05

1.2 Cengkareng
Timur

1.2.1 SDN 07
1.2.2 SDN 20
1.2.3 SMPN 201
1.2.4 SDN 09
1.2.5 SDN 10

2.Kecamatan
Kalideres

2.1 Kamal

1.2.6 SDN 12
2.1.1 SDN 07
2.1.2 SDN 10

2.2 Tegal Alur

II.Jakarta Timur
1. Kecamatan
Jatinegara

1.1 Cipinang
Muara

.

1.2 Cipinang
Besar

Posisi Geografis

Umur
Bangunan
(tahun)

Tipe
Konstruksi

Jumlah
Ruangan

Luas
Bangunan
(m2)

14
7

1232
460

LS

BT

6⁰ 07' 45"
6⁰ 09' 07"

106⁰ 45' 35"
106⁰ 45' 51"

13
33

Permanen
Permanen

6⁰ 08' 32"

106⁰ 46' 11"

32

Permanen

6

240

6⁰ 08' 20"

106⁰ 45' 59"

13

Permanen

14

1232

6⁰ 08' 21"

106⁰ 46' 52"

13

Permanen

13

1542

6⁰ 08' 37"

106⁰ 46' 06"

13

Permanen

13

1541

6⁰ 08' 42"

106⁰ 44' 54"

33

Permanen

7

763

6⁰ 09' 18"

106⁰ 44' 53"

33

Permanen

9

962

6⁰ 08' 42"

106⁰ 44' 05"

36

Permanen

14

1585

6⁰ 08' 40"

106⁰ 44' 54"

33

Permanen

9

962

6⁰ 08' 42"

106⁰ 44' 54"

44

Permanen

8

475

6⁰ 08' 43"

106⁰ 45' 57"

40

Permanen

8

614

6⁰ 05' 32"

106⁰ 42' 10"

38

Permanen

12

474

6⁰ 05' 31"

106⁰ 42' 11"

38

Permanen

12

475

21

Permanen

22

2344

48

Permanen

14

1050

38

Permanen

11

642

39

Permanen

18

1626

47

Permanen

8

560

29

Permanen

7

300

31

Permanen

8

873

28

Permanen

8

26

Permanen

29

Permanen

7

972

36

Permanen

7

840

36

Permanen

9

840

39

Permanen

9

840

39

Permanen

8

840

33

Permanen

7

640

40

Permanen

15

720

37

Permanen

22

2985

33

Permanen

8

600

30

Permanen

9

864

2.1.3 SMPN 278

6⁰ 06' 37"

106⁰ 42' 53"

2.1.4 SDN 01

6⁰ 06' 33"

106⁰ 42' 11"

2.1.5 SDN 02

6⁰ 06' 32"

106⁰ 42' 11"

2.1.6 SMPN 190
2.2.1 SDN 04

6⁰ 05' 29"
6⁰ 07' 07"

106⁰ 42' 10"
106⁰ 43' 49"

2.2.2 Kantor
Dinas PEP

6⁰ 06' 25"

106⁰ 42' 27"

2.2.3 SDN 01

6⁰ 06' 17"

106⁰ 43' 37"

2.2.4 SDN 02
2.2.5 Kantor
Kelurahan

6⁰ 07' 05"
6⁰ 07' 27"

106⁰ 43' 47"
106⁰ 43' 60"

2.2.6 SDN 05

6⁰ 07' 05"

106⁰ 43' 48"

1.1.1 SDN 14

6⁰ 13' 42"

106⁰ 53' 19"

1.1.2 SDN 15

6⁰ 13' 40"

106⁰ 53' 18"

1.1.3 SDN 16

6⁰ 13' 42"

106⁰ 53' 19"

1.1.4 SDN 17

6⁰ 13' 13"

106⁰ 53' 55"

1.1.5 Puskesmas

6⁰ 14' 32"

106⁰ 53' 29"

1.1.6 SMPN 148

6⁰ 13' 08"

106⁰ 53' 42"

1.2.1 SMPN 149

6⁰ 13' 55"

106⁰ 52' 51"

1.2.2 SDN 243

6⁰ 13' 45"

106⁰ 53' 09"

1.2.3 SDN 20

6⁰ 13' 55"

106⁰ 52' 50"

972
2354

15
1.2.4 SDN 16

2. Kecamatan
Kramat Jati

6⁰ 13' 53"

106⁰ 53' 02"

1.2.5 SDN 05

6⁰ 13' 45"

106⁰ 53' 57"

1.2.6 SDN 03

6⁰ 13' 30"

106⁰ 53' 09"

2.1.1 Kantor
Dinas Kebersihan

6⁰ 09' 11"

106⁰ 52' 19"

2.1.2 SDN 01

6⁰ 15' 57"

106⁰ 51' 21"

2.1.3 SDN 02

6⁰ 15' 43"

106⁰ 51' 30"

2.1.4 SDN 03

6⁰ 15' 55"

106⁰ 51' 17"

33

Permanen

8

782

39

Permanen

7

412

43

Permanen

16

1500

34

Permanen

26

4042

33

Permanen

7

302

30

Permanen

14

1944

29

Permanen

12

936

29

Permanen

11

1944

28

Permanen

9

780

4

Permanen

13

660

3

Permanen

15

1327

35

Permanen

11

936

30

Permanen

9

710

30

Permanen

7

582

32

Permanen

10

910

2.1 Cililitan

2.2 Cawang

2.1.5 SDN 04

6⁰ 16' 11"

106⁰ 52' 07"

2.1.6 Puskesmas

6⁰ 15' 55"

106⁰ 51' 18"

2.2.1 SDN 01

6⁰ 15' 37"

106⁰ 51' 56"

2.2.2 SDN 03

6⁰ 16' 27"

106⁰ 53' 26"

2.2.3 SDN 11

6⁰ 15' 01"

106⁰ 52' 13"

2.2.4 SDN 12

6⁰ 15' 01"

106⁰ 52' 13"

2.2.5 SDN 13

6⁰ 15' 38"

106⁰ 52' 21"

2.2.6 Puskesmas

6⁰ 15' 08"

106⁰ 52' 12"

Catatan :
Dinas PEP : Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta
LS : Lintang Selatan
BT : Bujur Timur

16
Lampiran 2 Sebaran geografis kelurahan contoh dan bangunan contoh

17
Lampiran 3 Sebaran geografis kejadian serangan rayap tanah pada bangunan gedung
contoh

18
Lampiran 4 Frekuensi serangan rayap tanah pada bangunan gedung di setiap
kelurahan contoh
Kota/ Kecamatan
Contoh

Kelurahan
Contoh

Bangunan
Contoh

I. Jakarta Barat
1.Kecamatan
Cengkareng

1.1 Kapuk

1.1.1 SDN 12
1.1.2 SDN 13
1.1.3 Puskesmas
1.1.4 SDN 03
1.1.5 SDN 14
1.1.6 SDN 05
1.2.1 SDN 07
1.2.2 SDN 20
1.2.3 SMPN 201
1.2.4 SDN 09
1.2.5 SDN 10
1.2.6 SDN 12
2.1.1 SDN 07
2.1.2 SDN 10
2.1.3 SMPN 278
2.1.4 SDN 01
2.1.5 SDN 02
2.1.6 SMPN 190
2.2.1 SDN 04
2.2.2 Kantor Dinas PEP
2.2.3 SDN 01
2.2.4 SDN 02
2.2.5 Kantor Kelurahan
2.2.6 SDN 05

TT
TT
TT
TT
TT
TT
TT
T
T
TT
TT
TT
TT
TT
TT
TT
TT
TT
TT
TT
TT
T
TT
TT

1.1.1 SDN 14
1.1.2 SDN 15
1.1.3 SDN 16
1.1.4 SDN 17
1.1.5 Puskesmas
1.1.6 SMPN 148
1.2.1 SMPN 149
1.2.2 SDN 243
1.2.3 SDN 20
1.2.4 SDN 16
1.2.5 SDN 05
1.2.6 SDN 03

TT
TT
TT
TT
TT
TT
TT
TT
TT
T
TT
TT

1.2 Cengkareng
Timur

2. Kecamatan
Kalideres

2.1 Kamal

2.2 Tegal Alur

II.Jakarta Timur
1. Kecamatan
Jatinegara

1.1 Cipinang
Muara

1.2 Cipinang
Besar Selatan

Terserang/
Tidak
terserang
rayap

Frekuensi
Serangan
Rayap (%)

0

33.33

0

16.67

0

16.67

19
2. Kecamatan
Kramat Jati

2.1 Cililitan

2.2 Cawang

Catatan :
TT : Tidak Terserang
T : Terserang

2.1.1 Dinas Kebersihan
2.1.2 SDN 01
2.1.3 SDN 02
2.1.4 SDN 03
2.1.5 SDN 04
2.1.6 Puskesmas
2.2.1 SDN 01
2.2.2 SDN 03
2.2.3 SDN 11
2.2.4 SDN 12
2.2.5 SDN 13
2.2.6 Puskesmas

T
TT
T
TT
T
TT
T
T
TT
TT
TT
TT

50

33.33

20
Lampiran 5 Sebaran lokasi serangan rayap tanah pada bangunan gedung menurut
spesies.

21
Lampiran 6 Frekuensi serangan rayap tanah pada komponen bangunan gedung di
setiap kelurahan contoh
Kota/Kecamatan Contoh

I. Jakarta Barat
1. Cengkareng
2. Kalideres
II. Jakarta Barat
1. Jatinegara
2. Kramat Jati

Kelurahan Contoh

Frekuensi Serangan rayap pada
Komponen Bangunan Gedung (%)
Kusen
Rangka
Kusen
Jendela
Atap
Pintu
16.67

33.33
-

16.67
-

1.1 Cipinang Muara

-

-

-

1.2 Cipinang Besar
1.1 Cawang
1.2 Cililitan

16.67
33.33

16.67

-

33.33
33.33

16.67

1.1 Kapuk
1.2.Cengkareng Timur
2.1 Kamal
2.2 Tegal Alur

22
Lampiran 7 Frekuensi serangan masing-masing spesies rayap tanah terhadap bangunan
gedung contoh
No

Nama Bangunan Contoh
Terserang Rayap

Spesies Rayap Penyerang

1
2
3
4
5
6
7
8
9

SDN 20 Cengkareng Timur
SMPN 201 Cengkareng Timur
SDN 02 Tegal Alur
SDN 16 Cipinang Besar
SDN 02 Cililitan
SDN 01 Cawang
SDN 03 Cawang
SDN 04 Cililitan
Dinas Kebersihan Cililitan

Microtermes inspiratus
Microtermes inspiratus
Microtermes inspiratus
Microtermes inspiratus
Microtermes inspiratus
Microtermes inspiratus
Microtermes inspiratus
Coptotermes curvignathus
Coptotermes curvignathus

Frekuensi
Serangan Rayap (%)

77.78

22.22

23
Lampiran 8 Intensitas serangan rayap tanah pada bangunan gedung di setiap
kelurahan contoh
Kota/ Kecamatan
Contoh

Kelurahan
Contoh

Bangunan
Contoh

I. Jakarta Barat
1.Kecamatan Cengkareng

1.1 Kapuk

1.1.1 SDN 12
1.1.2 SDN 13
1.1.3 Puskesmas
1.1.4 SDN 03
1.1.5 SDN 14
1.1.6 SDN 05
1.2.1 SDN 07
1.2.2 SDN 20
1.2.3 SMPN 201
1.2.4 SDN 09
1.2.5 SDN 10
1.2.6 SDN 12
2.1.1 SDN 07
2.1.2 SDN 10
2.1.3 SMPN 278
2.1.4 SDN 01
2.1.5 SDN 02
2.1.6 SMPN 190
2.2.1 SDN 04
2.2.2 Kantor Dinas PEP
2.2.3 SDN 01
2.2.4 SDN 02
2.2.5 Kantor Kelurahan
2.2.6 SDN 05

0
0
0
0
0
0
0
13
41
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19
0
0

1.1.1 SDN 14
1.1.2 SDN 15
1.1.3 SDN 16
1.1.4 SDN 17
1.1.5 Puskesmas
1.1.6 SMPN 148
1.2.1 SMPN 149
1.2.2 SDN 243
1.2.3 SDN 20
1.2.4 SDN 16
1.2.5 SDN 05
1.2.6 SDN 03
2.1.1 Dinas Kebersihan
2.1.2 SDN 01
2.1.3 SDN 02
2.1.4 SDN 03

0
0
0
0
0
0
0
0
0
11
0
0
45
0
17
0

1.2 Cengkareng
Timur

2. Kecamatan Kalideres

2.1 Kamal

2.2 Tegal Alur

II.Jakarta Timur
1. Kecamatan Jatinegara
.

1.1 Cipinang
Muara

1.2 Cipinang
Besar

2. Kecamatan Kramat Jati

2.1 Cililitan

Skor Intensiatas
Intensitas Serangan
Rayap

24

2.2 Cawang

2.1.5 SDN 04
2.1.6 Puskesmas
2.2.1 SDN 01
2.2.2 SDN 03
2.2.3 SDN 11
2.2.4 SDN 12
2.2.5 SDN 13
2.2.6 Puskesmas

41
0
14
12
0
0
0
0

25
Lampiran 9 Hubungan antara umur bangunan gedung contoh dengan kejadian
serangan rayap
9.1 Hubungan antara umur bangunan gedung contoh dengan intensitas serangan
Umur Bangunan * Kondisi Bangunan Crosstabulation
Count
Kondisi Bangunan
Baik

Ringan

Sedang

Total

4

2

0

6

21-40 thn

31

4

3

38

>40

4

0

0

4

39

6

3

48

Umur Bangunan 0-20 thn

Total

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square

3.822

a

4

.431

Likelihood Ratio

4.279

4

.370

Linear-by-Linear Association

.711

1

.399

N of Valid Cases

48

a. 8 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .25.
9.2 Hubungan antara umur bangunan gedung contoh dengan frekuensi serangan
Umur Bangunan * Kondisi Bangunan Crosstabulation
Count
Kondisi Bangunan
Umur Bangunan

Total

Tidak Terserang

Terserang

Total

0-20 thn

4

2

6

21-40 thn

31

7

38

>40

4

0

4

39

9

48

26
Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square

1.763a

2

.414

Likelihood Ratio

2.383

2

.304

Linear-by-Linear Association

1.711

1

.191

N of Valid Cases

48

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .75.

27
Lampiran 10 Kuesioner Kondisi Bangunan Gedung Pemerintah Contoh
A. Lokasi Bangunan Gedung Contoh
1.
2.
3.
4.

Nama Gedung
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kota

:
:
:
:

B. Data Umum Bangunan Gedung Contoh
1.
2.
3.
4.
5.

Tahun Dibangun
:
Tipe Konstruksi
: Permanen/Semi Permanen
Jumlah Lantai
:
Luas Bangunan Lantai Dasar (LD)
:
Luas Bangunan Total (LB)
:

C. Hasil Pengamatan Serangan Rayap
1. Keberadaaan serangan rayap pada bangunan contoh? a.Ada b.Tidak Ada
2. Bila ada, sejak kapan diketahui:
a. Tahun 2014
b. 1 tahun yang lalu
c. Lebih dari 1 tahun yang lalu
3. Komponen bangunan yang diserang
Kode

Komponen Bangunan
Penutup Atap

Rangka Atap/Kudakuda
(Upper Structure)
Plafon

Lisplang

Kerusakan
a. Lapuk
b. Bocor
c. Retak/Pecah
d. Lembab/Perubahan Warna
e. Serangan Rayap
a. Lapuk
b. Bocor
c. Retak/Pecah
d. Lembab/Perubahan Warna
e. Serangan Rayap
a. Lapuk
b. Bocor
c. Retak/Pecah
d. Lembab/Perubahan Warna
e. Serangan Rayap
a. Lapuk
b. Bocor
c. Retak/Pecah
d. Lembab/Perubahan Warna
e. Serangan Rayap

28
Dinding

a. Lapuk
b. Bocor
c. Retak/Pecah
(Main Structure)
d. Lembab/Perubahan Warna
e. Serangan Rayap
Tiang/Kolom
a. Lapuk
b. Bocor
c. Retak/Pecah
d. Lembab/Perubahan Warna
e. Serangan Rayap
Jendela
a. Lapuk
b. Bocor
c. Retak/Pecah
d. Lembab/Perubahan Warna
e. Serangan Rayap
Pintu
a. Lapuk
b. Bocor
(Non-Structure)
c. Retak/Pecah
d. Lembab/Perubahan Warna
e. Serangan Rayap
Kusen
a. Lapuk
b. Bocor
c. Retak/Pecah
d. Lembab/Perubahan Warna
e. Serangan Rayap
1)
Diisi dengan pernyataan kondisi komponen bangunan dimaksud dan
skor sebagai berikut:
a. Baik : Komponen bangunan masih berfungsi dan dirawat secara
berskala (skor: 0-10)
b. Rusak Ringan : Komponen bangunan masih berfungsi tetapi