Pemanfaatan Sekam Padi yang Difermentasi Rhizopus oligosporus dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila

PEMANFAATAN SEKAM PADI YANG DIFERMENTASI
Rhizopus oligosporus DALAM PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN NILA

MOH. FARIZ DARMAWAN ESA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemanfaatan Sekam
Padi yang Difermentasi Rhizopus oligosporus dalam Pakan terhadap Pertumbuhan
Ikan Nila” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015

Moh. Fariz Darmawan Esa
NIM C14110069

ABSTRAK
MOHAMMAD FARIZ DARMAWAN ESA. Pemanfaatan Sekam Padi yang
Difermentasi Rhizopus oligosporus dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila.
Dibimbing oleh MIA SETIAWATI dan REZA SAMSUDIN.
Penelitian ini mengevaluasi tingkat penggunaan sekam padi yang
difermentasi Rhizopus oligosporus dalam pakan terhadap pertumbuhan, efisiensi
pakan dan kecernaan pakan pada ikan nila (Oreochromis niloticus). Ikan nila
berukuran 10,00 ± 0,01 g dipelihara selama 60 hari dalam akuarium ukuran
100x40x60 cm3. Ikan diberi lima jenis pakan yang mengandung sekam fermentasi
masing-masing sebesar 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Pemberian pakan secara at
satiation dengan frekuensi tiga kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan sekam fermentasi dalam pakan tidak mempengaruhi bobot rata-rata
akhir, jumlah konsumsi pakan, retensi lemak, laju pertumbuhan harian,

kelangsungan hidup, dan efisiensi pakan (P>0,05). Namun, penambahan sekam
fermentasi ke dalam pakan mempengaruhi kecernaan energi, kecernaan protein, dan
retensi protein (P 0.05). However, the utilization
of fermented rice husk in feed affected energy digestibility, protein digestibility,
and protein retention (P < 0.05). Based on the results, utilization of fermented rice
husk in the feed gave the same result. Utilization of rice husk up to 10% was still
in the range of optimum because it resulted in similar daily growth rate and feed
efficiency as the control of Nile tilapia.
Keywords: rice husk, Rhizopus oligosporus, fermentation, growth, Nile tilapia

PEMANFAATAN SEKAM PADI YANG DIFERMENTASI
Rhizopus oligosporus DALAM PAKAN TERHADAP
PERTUMBUHAN IKAN NILA

MOH. FARIZ DARMAWAN ESA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Budidaya Perairan


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Pemanfaatan Sekam Padi yang Difermentasi Rhizopus oligosporus
dalam Pakan terhadap Pertumbuhan Ikan Nila
Nama
: Mohammad Fariz Darmawan Esa
NIM
: C14110069
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr Ir Mia Setiawati MSi
Pembimbing I


Reza Samsudin SPi MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini berjudul
“Pemanfaatan Sekam Padi yang Difermentasi Rhizopus oligosporus dalam Pakan
terhadap Pertumbuhan Ikan Nila”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada:
1. Dr Ir Mia Setiawati MSi dan Reza Samsudin SPi MSi selaku dosen pembimbing
atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.

2. Rahman SPi MSi selaku dosen penguji tamu atas saran dan arahannya.
3. Dr Julie Ekasari SPi MSc selaku dosen program studi atas arahan dan
koreksiannya.
4. Dr Ir Anang Hari Kristanto selaku Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan
Budidaya Air Tawar beserta staf yang telah membantu selama pengumpulan data.
5. Bapak Hendra, Bapak Bee, dan Kang Maco yang telah memberikan banyak
bantuan kepada penulis.
6. Bapak Ir Rino Esa MSi, Ibu Hj Wirna Hadju SST MKes, adik Moh. Thaariq
Firmansyah Esa, Adik Nabila Romizah Almas Esa, dan Adik Moh. Rofiq
Alamsyah Esa tercinta yang memberikan segalanya kepada penulis.
7. Furqon, Aji, Daus, Mukhlis, Faaza, Mumi, Abda, Wildan, Aci, Dewi, Riska,
Raden, Farida, Hilda, Kak Oci,
8. Bang Adel, Babeh Udin, Mas Ahok, Mas Idris, Bang Torong, Kang Luthfi, Kang
Faiz I, Bang Heri, Kak Anas, Uci, dan Keluarga Besar BDP 48 atas segala
bantuan doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini.
9. Mas Akor, Mas Amir, Bang Husnul, Bang Imam, Daeng Adan, Kang Daus,
Bang Galih, Kang Nurman, Bang Abid, Kang Pito, Daeng Upik, Bang Doni,
Kang Muz, Kang Akmal, Mba Kiki, Mba Riah, Mba Uswah, Neng Hilda, Mba
Emen, Mba Nadra, Mba Nurul, Mba Indah, dan Adik Ayu atas segala bantuan
doa dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini, yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa
depan. Demikian skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.
Bogor, Juli 2015

Moh. Fariz Darmawan Esa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Fermentasi Sekam Padi

2

Pembuatan Pakan Uji

2


Pemeliharaan Ikan uji

3

Analisis Kecernaan

4

Parameter Pengamatan

4

Analisis Data

6

Anilisis Kimia

6


HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Hasil

6

Pembahasan

7

KESIMPULAN

8

DAFTAR PUSTAKA

8


LAMPIRAN

11

RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR TABEL
1 Komposisi nutrien sekam padi sebelum dan sesudah difermentasi dengan
Rhizopus oligosporus dalam presentase bobot kering
2 Formula pakan uji yang digunakan saat perlakuan
3 Komposisi nutrien pakan uji dalam presentase bobot kering
4 Kondisi media pemeliharaan ikan nila yang diberi pakan uji selama 60
hari
5 Bobot awal rata-rata (Wo), bobot akhir rata-rata (Wt), jumlah konsumsi
pakan (JKP), kecernaan energi (KE), kecernaan protein (KP), retensi
protein (RP), retensi lemak (RL), kelangsungan hidup (KH), laju
pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP) ikan nila selama 60 hari

pemeliharaan

2
3
3
4

7

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Anova dan hasil uji Duncan bobot rata-rata awal
Anova dan hasil uji Duncan bobot rata-rata akhir
Anova dan uji Duncan jumlah konsumsi pakan
Anova dan uji Duncan kecernaan energi
Anova dan uji Duncan kecernaan protein
Anova dan uji Duncan retensi protein
Anova dan uji Duncan retensi lemak
Anova dan uji Duncan kelangsungan hidup
Anova dan uji Duncan laju pertumbuhan harian
Anova dan uji Duncan efisiensi pakan
Kandungan nutrien dalam tubuh ikan setelah pemeliharaan 60 hari

11
11
11
11
12
12
12
13
13
13
14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ketersediaan pakan ikan berkualitas dapat meningkatkan produksi hasil
panen ikan. Namun, biaya pakan dalam budidaya ikan menjadi biaya operasional
tertinggi dari biaya produksi lainnya. Oleh sebab itu, adanya bahan baku alternatif
yang berkualitas, murah, dan mudah didapat, serta dapat mengurangi biaya
produksi pakan dapat meningkatkan efisiensi usaha (Amri 2007). Sekam padi
merupakan salah satu hasil sampingan usaha pertanian. Limbah atau hasil
sampingan pertanian ini memiliki potensi yang besar dalam pemanfaatannya.
Ketersediaan sekam padi yang selalu ada sepanjang tahun dan dalam jumlah yang
cukup besar serta tidak dimanfaatkan sebagai bahan pangan utama membuat sekam
padi dapat menjadi salah satu bahan baku alternatif untuk pakan. Formulasi dalam
pembuatan pakan harus memenuhi kebutuhan nutrien ikan yang dipelihara. Oleh
karena itu, bahan baku alternatif yang digunakan untuk membuat pakan harus
memenuhi kebutuhan nutrien dari ikan yang dipelihara (Chandra 2010).
Kendala utama pemanfaatan sekam padi dalam formulasi pakan adalah nilai
gizinya yang rendah. Hal ini disebabkan oleh tingginya serat kasar dan rendahnya
protein sehingga sekam padi tidak dapat digunakan secara langsung (Vadiveloo et
al 2009). Sekam padi ini penggunannya lebih banyak hanya sebagai media untuk
membakar batu bata dibandingkan dalam pakan. Sekam padi memiliki potensi yang
besar untuk digunakan sebagai bahan baku alternatif pakan. Produksi sekam padi
yang tinggi dilihat dari produksi gabah kering giling yang mencapai 70.846.465 ton
untuk tahun 2014 sehingga dapat diperkirakan jumlah sekam padi di Indonesia
sebanyak 17.711.616 ton (BPS 2014). Sekam padi yang memiliki kandungan serat
kasar 77,36% membuat sekam padi tidak bisa digunakan secara langsung sebagai
bahan baku pakan karena kandungan serat kasarnya yang tinggi.
Salah satu bioteknologi yang dapat digunakan untuk mengurangi kandungan
serat kasar pada sekam padi, yaitu dengan proses fermentasi. Proses fermentasi ini
melibatkan aktivitas mikroorganisme yang dapat memperbaiki kualitas suatu bahan
baku yang memiliki gizi rendah (Gunawan 2011). Fermentasi menggunakan
Rhizopus oligosporus ini dapat meningkatkan nilai nutrien yang terdapat dalam
sekam padi sehingga dapat bermanfaat untuk ikan. Hasil fermentasi dari R.
oligosporus akan mengubah protein, lemak, dan karbohidrat yang sulit dicerna
menjadi mudah dicerna sehingga membuat bahan baku akan memiliki nilai gizi
lebih tinggi dari sebelumnya. R. oligosporus menghasilkan enzim selulase (Amri
2007) yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi glukosa. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian untuk mengevaluasi penggunaan sekam padi difermentasi R.
oligosporus dalam pakan terhadap pertumbuhan, efisiensi pakan, dan kecernaan
pakan pada ikan nila.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh tingkat penggunaan
sekam padi yang difermentasi Rhizopus oligosporus dalam pakan terhadap
pertumbuhan, efisiensi pakan dan kecernaan pakan pada ikan nila (Oreochromis
niloticus).

2

METODE
Fermentasi Sekam Padi
Fermentasi sekam padi terdiri dari beberapa tahapan yang diawali sekam padi
ditimbang terlebih dahulu. Selanjutnya, ditambahkan air sebanyak 40% dari total
bobot sekam padi yang dibutuhkan. Pencampuran sekam padi dan air dilakukan
sampai campuran merata kemudian dikukus selama lima menit pada suhu 120°C.
Setelah itu, sekam padi didinginkan kemudian ditambahkan spora Rhizopus
oligosporus sebanyak 100 ml/kg sekam dengan kepadatan 105 - 107 spora/ml.
Selanjutnya, campuran sekam padi dan spora R. oligosporus dimasukkan ke dalam
plastik dengan volume 125 ml dan diberikan lubang agar uap air yang terjadi selama
fermentasi dapat keluar. Proses fermentasi sekam padi diperlukan waktu selama
dua hari. Setelah itu, sekam padi yang telah terfermentasi dikeringkan dengan sinar
matahari selama dua hari. Setelah itu, sekam fermentasi dianalisis proksimat untuk
mengetahui komposisi nutrien (Tabel 1).
Tabel 1. Komposisi nutrien sekam padi sebelum dan sesudah difermentasi dengan
Rhizopus oligosporus dalam presentase bobot kering
Komposisi Nutrien
Protein (%)
Lemak (%)
Serat kasar (%)
Abu (%)
BETN (%)

Sebelum Fermentasi
2.33
0.87
77.36
1.42
18.02

Sesudah Difermentasi
4.32
0.67
59.36
1.54
34.11

Pembuatan Pakan Uji
Pakan uji yang digunakan memiliki nilai iso-protein (27,61±0,19%), iso-lipid
(8,66±0,15%), dan iso-energi (3917±17 kkal/kg pakan). Perlakuan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tingkat penggunaan sekam padi fermentasi sebagai
pengganti dedak halus sebanyak 0 %, 2,5 %, 5 %, 7 % dan 10 %.
Bahan-bahan yang dibutuhkan terlebih dahulu disiapkan sesuai dengan
kebutuhan pembuatan pakan uji selama pemeliharaan berlangsung. Proses
pembuatan dilakukan dengan pencampuran bahan-bahan yang diawali dengan
bahan yang memiliki jumlah paling sedikit hingga yang paling banyak jumlahnya.
Setelah itu, bahan-bahan diaduk sampai tercampur rata kemudian dicetak dengan
mesin pencetak pakan. Pakan yang telah dicetak kemudian dikeringkan dengan
oven selama 12 jam. Pakan yang telah dikeringkan disimpan dalam wadah tertutup
dan siap digunakan untuk pemberian pakan. Formula pakan uji yang disajikan pada
Tabel 2 berikut.

3
Tabel 2. Formula pakan uji yang digunakan saat perlakuan (%)
Bahan (%)
Tepung Ikan
Bungkil kedelai
Tepung darah
Dedak halus
Sekam fermentasi
Minyak ikan
Minyak nabati
Tapioka
Vitamin mix
Mineral mix
Cr2O3 (Marker)
Total

Perlakuan Penambahan Sekam Fermentasi
0%
2,5%
5%
7,5%
10%
15
15
15
15
15
25
25
25
25
25
8
8
8,5
8,5
8,5
40,5
38
35
32,5
30
0
2,5
5
7,5
10
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2
2
2
2
2
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
100% 100%
100% 100%
100%

Setelah pakan dibuat, pakan dianalisis proksimat untuk mengetahui
komposisi nutrien dalam pakan. Berikut ini komposisi nutrien pakan uji dalam
presentase bobot kering (Tabel 3).
Tabel 3. Komposisi nutrien pakan uji dalam presentase bobot kering
Komposisi
Nutrien (%)
Protein
Lemak
Serat kasar
Abu
BETN
GE* (kkal/kg)
*Gross Energy

0%
27,52
8,62
13,66
9,84
40,36
3908

Perlakuan Penambahan Sekam Fermentasi
2,5%
5%
7,5%
10%
27,68
27,39
27,89
27,55
8,73
8,59
8,88
8,48
13,69
13,71
13,77
13,91
9,51
9,88
9,31
9,49
40,39
40,43
40,15
40,57
3927
3901
3941
3907

Pemeliharaan Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan
bobot awal rata-rata 10,00 ± 0,01 g/ekor. Ikan uji diadaptasikan selama tujuh hari
sebelum digunakan dalam penelitian. Wadah yang digunakan adalah akuarium
berukuran 100x40x60 cm3 dengan volume air 200 L. Akuarium dilengkapi dengan
sistem resirkulasi dan aerasi. Seluruh akuarium dan tandon filter didesinfeksi
dengan kaporit dengan dosis 40 mg/L sebelum digunakan sebagai wadah
pemeliharaan ikan. Setelah itu, akuarium diisi air dan didiamkan dengan aerasi
selama satu hari kemudian dilakukan pergantian air sebelum ikan uji ditebar.
Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 60 hari. Padat tebar ikan uji yang
digunakan sebanyak 40 ekor/akuarium. Pemberian pakan uji dilakukan secara at
satiation selama pemeliharaan. Frekuensi pemberian pakan uji dilakukan tiga kali
sehari yaitu pada pukul 08.00, 12.00, dan 16.00. Pengukuran parameter kualitas air
diukur setiap 15 hari sekali yaitu suhu, pH, oksigen terlarut, alkalinitas, CO2 dan
amonia (Tabel 4).

4
Tabel 4. Kondisi media pemeliharaan ikan nila yang diberi pakan uji selama 60 hari
Parameter
Suhu
pH
Oksigen terlarut
Alkalinitas
CO2
Amonia

Satuan

Nilai terukur

Nilai optimum

°C
Unit
mg/l
mg/l CaCO3
mg/l
mg/l

27,4-28,2
6,98-7,40
5,47-6,36
85,30-90,34
2,10-2,56
0,000-0,025

26,9-28,3 (Boyd 1998)
6,85-7,68 (Boyd 1998)
5,5-7,4 (Boyd 1998)
80,32-88,77 (Boyd 1998)
1,84-2,43 (Boyd 1998)
0,012-0,07 (Boyd 1998)

Analisis Kecernaan
Pengamatan nilai kecernaan pakan uji dilakukan berdasarkan metode yang
dikembangkan Takeuchi (1988). Penanda yang digunakan adalah Cr2O3 sebanyak
0,5% dari bobot total formulasi pakan. Sampel kecernaan pakan diperoleh dari feses
ikan. Feses ikan diambil dengan selang sifon satu jam setelah pemberian pakan
selama 15 hari di akhir pemeliharaan. Setelah itu, feses dimasukkan ke dalam botol
plastik kecil dan disimpan dalam freezer. Feses yang diperoleh kemudian
dikeringkan dengan oven selama 4-6 jam pada suhu 110°C. Nilai absorban dibaca
menggunakan alat spektofotometer dengan panjang gelombang 350 nm. Analisis
nilai kecernaan energi diperoleh dengan menggunakan Bom Adiabatik Kalorimeter.
Parameter Pengamatan
Jumlah Konsumsi Pakan
Jumlah konsumsi pakan adalah banyaknya pakan yang diberikan selama
pemeliharaan ikan. Jumlah konsumsi pakan (JKP) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Watanabe (1988) :
JKP (g) = Jumlah pakan awal (g) – Jumlah pakan akhir (g)
Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian merupakan persentase pertambahan bobot ikan
setiap hari. Laju pertumbuhan harian (LPH) ikan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Huissman (1987) :
n

LPH(%) = [√

Wt

Wo

Keterangan :
LPH
= laju pertumbuhan harian (%)
Wt
= bobot rataan akhir (g)
Wo
= bobot rataan awal (g)
n
= waktu pemeliharaan (hari)

-1] × 100

5
Kecernaan Energi
Kecernaan energi diukur dengan menggunakan rumus yang dikemukakan
oleh Halver & Hardy (2002) :
% krom dalam pakan % energi dalam feses
] ×100
KE(%) = − [
% krom dalam feses
% energi dalam pakan

Kecernaan Protein

Kecernaan protein diukur dengan menggunakan rumus yang dikemukakan
ole Watanabe (1988) :
−[

KP (%) =
Retensi Protein

% krom dalam pakan
% protein dalam pakan

-

% protein dalam feses
% krom dalam feses

] ×100

Retensi protein merupakan persentase protein yang meningkat per satuan
protein yang dikonsumsi pada organisme. Nilai retensi protein dihitung dari
persamaan yang dikemukakan oleh Takeuchi (1988), yaitu:
RP(%) =

J

a

Retensi Lemak

J

a

a

−J

ya

a

awa

×

Retensi lemak merupakan persentase lemak yang meningkat per satuan lemak
yang dikonsumsi pada organisme. Nilai retensi lemak dihitung dari persamaan yang
dikemukakan oleh Takeuchi (1988), yaitu:
RL(%) =
Efisiensi Pakan

J

a

J

a a

a

a ya

−J

a

a awa

×

Efisiensi pakan adalah pertambahan bobot per jumlah konsumsi pakan per
satuan unit. Perhitungan efisiensi pakan menggunakan rumus yang dikemukakan
oleh Takeuchi (1988)
EP(%) =

Bt+Bm -Bo
F

×100

Keterangan :
Bt
= Biomassa akhir (g)
Bm
= Biomassa mati (g)
Bo
= Biomassa awal (g)
F
= Jumlah konsumsi pakan (g)
Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup (KH) merupakan persentase jumlah ikan yang hidup
pada akhir pemeliharaan. KH dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh
Huissman (1987):

6
KH(%) =

Nt
x100
No

Keterangan:
Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)
N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Analisis Data
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Data dianalisis menggunakan SPSS versi
2.2 dan Microsoft Excel 2013. Parameter yang diamati antara lain jumlah konsumsi
pakan, laju pertumbuhan harian, kecernaan energi, kecernaan protein, retensi
protein, retensi lemak, efisiensi pakan, dan kelangsungan hidup. Untuk melihat
perbedaan perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan.
Analisa Kimia
Analisa kimia dilakukan dengan menganalisis dari data proksimat pakan uji.
Analisis kadar air dengan pengeringan yang menggunakan oven dengan suhu 105110°C selama 6 jam (Takeuchi 1988). Serat kasar dianalisis menggunakan metode
pelarutan asam dan basa serta pemanasan, kadar abu dengan pemanasan dalam
tanur dengan suhu 600°C (Takeuchi 1988). Setelah itu, dilakukan uji proksimat
tubuh ikan dengan mengambil ikan sebanyak 5 ekor untuk tiap perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Parameter yang diamati selama pemeliharaan 60 hari, yaitu jumlah konsumsi
pakan (JKP), kecernaan protein (KP), kecernaan energi (KE), retensi protein (RP),
retensi lemak (RL), kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), dan
efisiensi pakan (EP) yang disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan tabel tersebut dapat
diketahui bahwa penggunaan sekam fermentasi dalam pakan tidak mempengaruhi
bobot rata-rata awal, bobot rata-rata akhir, jumlah konsumsi pakan, retensi lemak,
laju pertumbuhan harian, kelangsungan hidup, dan efisiensi pakan (P>0,05).
Namun, penambahan sekam fermentasi ke dalam pakan mempengaruhi kecernaan
energi, kecernaan protein, dan retensi protein (P0,05), analisis statistik dapat dilihat pada lampiran 1-10.
2. Bobot awal rata-rata (Wo), bobot akhir rata-rata (Wt), jumlah konsumsi pakan (JKP),
kecernaan energi (KE), kecernaan protein (KP), retensi protein (RP), retensi lemak
(RL), kelangsungan hidup (KH), laju pertumbuhan harian (LPH), dan efisiensi
pakan (EP).

Pembahasan
Penelitian penambahan sekam fermentasi dengan tingkat berbeda pada pakan
ikan menunjukkan bahwa ada peningkatan pertumbuhan pada ikan nila. Namun,
jumlah konsumsi pakan yang diperoleh pada setiap penambahan sekam fermentasi
tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal ini disebabkan daya terima ikan nila terhadap
palatabilitas pakan sama.
Handajani & Widodo (2010) menyatakan bahwa nilai kecernaan dapat
menggambarkan kemampuan ikan dalam mencerna pakan yang diberikan. Nilai ini
juga yang akan memberikan informasi suatu bahan baku pakan yang memiliki mutu
yang baik dan berguna juga dalam penentuan formulasi pakan. Kecernaan ikan
terhadap pakan dapat dilihat dari nilai kecernaan protein, kecernaan energi dan
kecernaan total bahan (Mulyasari et al 2013). Nilai kecernaan energi dan kecernaan
protein menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P0,05) dengan penambahan sekam fermentasi 0%
(kontrol) dan nilai kecernaan protein dengan penambahan sekam fermentasi 7,5%
berbeda nyata (P0,05) diakibatkan kadar lemak, karbohidrat, dan
protein yang relatif sama (Chandra 2010).
Laju pertumbuhan harian yang diperoleh tidak beda nyata (P>0,05) dari setiap
perlakuan. Hal ini diduga akibat pakan uji tiap perlakuan memiliki nilai nutrien
yang relatif sama. Pertumbuhan ikan yang sama disebabkan kualitas pakan uji dan
nilai nutrien seperti protein, lemak dan kandungan energi yang relatif sama
(Chandra 2010). Penambahan sekam fermentasi sampai 10% tidak mempengaruhi
laju pertumbuhan harian tetapi dapat menurunkan nilai kecernaan pada ikan
disebabkan serat kasar yang tinggi dan diduga adanya faktor zat antinutrisi.
Berdasarkan nilai efisiensi pakan dapat diketahui bahwa efisiensi pakan tidak
dipengaruhi oleh adanya penambahan sekam fermentasi (P>0,05). Efisiensi pakan
berkorelasi positif terhadap pertumbuhan (Anggraeni 2011). Penambahan sekam
fermentasi pada pakan sampai 10% masih dapat dicerna dan diterima oleh ikan.
Penambahan sekam fermentasi dengan penambahan yang berbeda tidak
mempengaruhi kelangsungan hidup ikan nila (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
setiap penambahan sekam fermentasi tidak memberikan efek yang berbahaya
terhadap ikan.
KESIMPULAN
Penambahan sekam fermentasi hingga 10% dalam pakan memberikan hasil
laju pertumbuhan harian dan efisiensi pakan yang sama dengan kontrol pada ikan
nila.

9
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, S. 2011. Penggunaan Wheat Bran Sebagai Bahan Baku Alternatif
Pengganti Jagung Pada Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus. [skripsi].
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Amri, M. 2007. Pengaruh Bungkil Inti Sawit Fermentasi Dalam Pakan Terhadap
Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia 9 : 71-76.
[BPS]. 2014. Padi : Tanaman Pangan Nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia.
Boyd C E. 1998. Pond Aquaculture Water Quality Management. Kluwer Academic
Publisher. Dordrecht.
Chandra, M.J. 2010. Pengaruh Penambahan Tepung Elot Dalam Pakan Sebagai
Pengganti Jagung Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Oreochromis niloticus.
[skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Dongmeza, E., Steinbronn, S., Francis, G., Focken, U., Becker, K. 2008.
Investigation on The Nutrient and Antinutrient Content of Typical Plants
Used as Fish Feed in Small Scale Aquaculture in The Mountainous Regions
of Northern Vietnam. Animal Feed Science and Technology 149 : 162-178.
Suprayudi, A., Edriani, G., Ekasari, J. 2012. Evaluasi Kualitas Produk Fermentasi
Berbagai Bahan Baku Hasil Samping Agroindustri Lokal: Pengaruhnya
Terhadap Kecernaan Serta Kinerja Pertumbuhan Juvenil Ikan Mas. Jurnal
Akuakultur Indonesia 11 : 1-10.
Gunawan, Y. 2011. Organ Dalam Ayam Kampung Umur 10 Minggu yang Diberi
Ransum Mengandung Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L)
Terfermentasi Rhizopus oligosporus. [skripsi]. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor
Halver, J. E. & Hardy, R. W. 2002. Third Edition : Fish Nutrition. Academic Press.
California, USA.
Handajani, H & Widodo, W. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press. Malang
Huissman E. A. 1987. Principles Of Fish Production. Department of Fish Culture
and Fisheries. Wageningen Agricultural University Wageningen/The
Netherlands.
Mulyasari., Kurniawati, F., Setiawati, M. 2013. Peningkatan Kecernaan Kulit Ubi
Kayu Manihot utilissima melalui Perendaman NaOH, Fermentasi Kapang,
dan Bakteri Sebagai Bahan Baku Pakan Ikan Nila Oreochromis niloticus.
Jurnal Akuakultur Indonesia 12 : 179-186.
Rachmawati, D & Hutabarat, J. 2009. Efek Ronozyme P dalam Pakan Buatan
Terhadap Pemanfaatan Pakan dan Pertumbuhan Ikan Kerapu Macan
(Ephinephelus fuscoguttatus). Ilmu Kelautan 11 : 193-200.
Rachmawati, D & Samidjan, I. 2014. Penambahan Fitase Dalam Pakan Buatan
Sebagai Upaya Peningkatan Kecernaan, Laju Pertumbuhan Spesifik dan
Kelulushidupan Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Saintek
Perikanan 10 : 48-55.
Soedibya, P. H. T. 2013. Retensi Protein Pada Ikan Nila GIFT (Oreochromis
niloticus) yang Diberi Pakan Azola pinnata dengan Diperkaya Mikroba
Probiotik. Jurnal Akuakultur Indonesia 12 : 109-113.
Takeuchi T. 1988. Laboratory Work-Chemical Evaluation of Dietary Nutrients, p.
179-223. In Watanabe T. (ed): Fish Nutrition and Mariculture, JICA

10
Textbook, the General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa
International Fish Training Center.
Vadiveloo, J., Nurfariza, B., Fadel, J.G. 2009. Nutritional Improvement of Rice
Husks. Animal Feed Science and Technology 151 : 299-305.
Watanabe T. 1988. Fish Nutriotion And Mariculture. Kanagawa international
fisheries training centre. Japan International Cooperation Agency (JICA).

11
Lampiran 1. Anova dan hasil uji Duncan bobot rata-rata awal
Jumlah kuadrat
,000
,000
,001

Antar kelompok
Dalam kelompok
Total
Perlakuan

N

2,00
4,00
3,00
5,00
1,00
Sig.

3
3
3
3
3

Df
4
10
14

Rataan kuadrat
,000
,000

Untuk alpha = 0.05
1
10,0000
10,0000
10,0067
10,0067
10,0100
,080

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.
Lampiran 2 Anova dan hasil uji Duncan bobot rata-rata akhir
Jumlah kuadrat
4,384
59,340
63,724

Antar kelompok
Dalam kelompok
Total

Perlakuan

Rataan kuadrat
1,096
5,934

Untuk alpha = 0.05
1
34,2267
34,6000
35,1033
35,2300
35,8000
,481

N

2,00
5,00
3,00
4,00
1,00
Sig.

Df
4
10
14

3
3
3
3
3

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.
Lampiran 3 Anova dan uji Duncan jumlah konsumsi pakan
Antar kelompok
Dalam kelompok
Total

Jumlah kuadrat
51578,036
73060,873
124638,909

Perlakuan

N

2,00
3,00
4,00
1,00
5,00
Sig.

3
3
3
3
3

Df
4
10
14

Rataan kuadrat
12894,509
7306,087

Untuk alpha = 0.05
1
1838,6667
1905,8333
1959,2667
1971,1667
2006,9333
,051

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.
Lampiran 4 Anova dan uji Duncan kecernaan energi
Antar kelompok
Dalam kelompok
Total

Jumlah
kuadrat
6,470
8,035

Df
4
10
14

Rataan kuadrat
1,618
,156

12

Perlakuan
5,00
2,00
1,00
3,00
4,00
Sig.

N

Untuk alpha = 0.05
2

1
77,3700
77,7567

3
3
3
3
3

77,7567
78,4600

,259

3

78,4600
78,7500
79,1767
,060

,054

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.
Lampiran 5 Anova dan uji Duncan kecernaan protein
Jumlah kuadrat
3,676

Antar kelompok
Dalam kelompok
Total

Df

5,342

Perlakuan

N

2,00
5,00
1,00
3,00
4,00
Sig.

3
3
3
3
3

Rataan kuadrat
,919
,167

4
10
14

Untuk alpha = 0.05
1
2
86,2700
86,2833
86,9700
86,9700
87,0200
87,0200
87,5767
,062
,112

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.
Lampiran 6 Anova dan uji Duncan retensi protein
Jumlah kuadrat
76,750

Antar kelompok
Dalam kelompok
Total
Perlakuan
5,00
3,00
4,00
2,00
1,00
Sig.

Df
4
10
14

147,207

Rataan kuadrat
19,187
7,046

Untuk alpha = 0.05

N

1
16,0833
18,6433
19,0100
19,8100

3
3
3
3
3

2
18,6433
19,0100
19,8100
23,1033
,084

,140

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.
Lampiran 7 Anova dan uji Duncan retensi lemak
Antar kelompok
Dalam kelompok
Total

Jumlah kuadrat
15,032
68,384

Df
4
10
14

Rataan kuadrat
3,758
5,335

13
Perlakuan

N

5,00
2,00
3,00
4,00
1,00
Sig.

3
3
3
3
3

Untuk alpha = 0.05
1
24,2400
25,8767
26,4500
26,7867
27,0533
,199

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.
Lampiran 8 Anova dan uji Duncan kelangsungan hidup
Jumlah kuadrat
27,500

Antar kelompok
Dalam kelompok
Total

Df
4
10
14

202,500

Perlakuan

N

2,00
4,00
3,00
5,00
1,00
Sig.

3
3
3
3
3

Rataan kuadrat
6,875
17,500

Untuk alpha = 0.05
1
94,1667
94,1667
95,0000
96,6667
97,5000
,388

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.
Lampiran 9 Anova dan uji Duncan laju pertumbuhan harian
Jumlah kuadrat
,011

Antar kelompok
Dalam kelompok
Total

Df
4
10
14

,154

Perlakuan

N

2,00
5,00
3,00
4,00
1,00
Sig.

3
3
3
3
3

Rataan kuadrat
,003
,014

Untuk alpha = 0.05
1
2,0667
2,0900
2,1100
2,1200
2,1467
,467

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan.
Lampiran 10 Anova dan uji Duncan efisiensi pakan
Antar kelompok
Dalam kelompok
Total

Jumlah kuadrat
38,349
337,402

Df Rataan kuadrat
4
9,587
10
29,905
14

14

Perlakuan

N

4,00
5,00
2,00
3,00
1,00
Sig.

3
3
3
3
3

Untuk alpha = 0.05
1
45,1000
45,8833
46,4800
47,4200
49,7400
,360

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan
Lampiran 11 Kandungan nutrien dalam tubuh ikan setelah pemeliharaan 60 hari
Parameter
Protein (%)
Lemak (%)
Kadar Air (%)

Perlakuan sekam fermentasi (SF)

Ikan Awal
0%

2,5%

5%

7,5%

10%

56,32

57,86±0,21

57,31±0,11

56,71±0,36

57,49±0,20

56,18±0,15

20,27

20,61±0,42

21,42±0,08

22,48±0,30

22,54±0,13

23,24±0,40

78,36

79,52±0,38

80,30±0,04

81,26±0,44

80,46±0,10

82,40±0,29

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palu pada tanggal 4 September 1993 dari ayah Ir Rino
Esa MSi dan ibu Hj Wirna Hadju SST MKes. Penulis merupakan anak pertama dari
empat bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh penulis di SDN 8 Inpres
Luwuk pada tahun 1999 hingga 2005. Penulis melanjutkan pendidikan pada tahun
yang sama di MTS Pondok Pesantren Hubulo Gorontalo hingga tahun 2008.
Pendidikan formal selanjutnya ditempuh di MAN Insan Cendekia Gorontalo pada
tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis diterima sebagai
Mahasiswa di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Tertulis.
Selama perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah
Penyakit Organisme Akuatik dan mata kuliah Teknik Pembuatan dan Pemberian
Pakan Ikan, Departemen Budidaya Perairan pada tahun ajaran 2014/2015. Pada
tahun 2013 penulis juga pernah mengikuti magang di Balai Budidaya Air Laut,
Lampung. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan kegiatan praktik lapangan
akuakultur di PT. Surya Windu Kartika, Banyuwangi. Penulis aktif dibidang
organisasi Himpunan Mahasiswa Akuakultur, organisasi Ikatan Alumni Insan
Cendekia Gorontalo wilayah Jabodetabek-LN dan organisasi Himpunan Pelajar dan
Mahasiswa Gorontalo wilayah Bogor. Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan
Pekan Olahraga Perikanan dan Ilmu Kelautan 2012-2013, kepanitiaan ACRA (Art
Collaboration and Revolutionary Act) 2012-2013, kepanitiaan Bakti Sosial “IAICG
Berbagi” 2013, dan kepanitiaan Aquaculture Festival 2014.
Penulis menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemanfaatan Sekam Padi yang
Difermentasi Rhizopus oligosporus dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila
untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan di bawah bimbingan Dr Ir Mia
Setiawati MSi dan Reza Samsudin SPi MSi pada tahun 2015.