PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI Rhizopus sp SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

(1)

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG

YANG DIFERMENTASI

Rhizopus sp

SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH

(

Oreochromis niloticus

)

Oleh

RENI ANTIKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI Rhizopus sp

SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

Oleh

RENI ANTIKA

Onggok singkong merupakan hasil samping pengolahan tepung tapioca dan berpotensi menjadi bahan baku alternatif pakan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung onggok singkong yang difermentasi sebagai bahan baku pakan ikan terhadap pertumbuhan nila merah (Oreochromis niloticus). Metode percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan berupa penggunaan tepung onggok singkong yang difermentasi Rhizopus sp. dalam berbagai jumlah dan setiap perlakuan diulang 3 kali. Pakan A (tanpa tepung onggol/kontrol), pakan B (tepung onggok fermentasi (TOF) 10%), pakan C (TOF 15%), pakan D (TOF 20%) dan pakan E (tepung onggok tanpa fermentasi 20%). Pakan diujikan pada nila merah dengan bobot 4,0±0,7 gram, yang dipelihara dalam bak beton berukuran 150x150x50cm dengan kepadatan 50 ekor/bak. Ikan dipelihara selama 50 hari dengan feeding rate 3% dan diberikan 3 kali setiap hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan C (TOF 15%) memberikan hasil yang terbaik untuk pertumbuhan nila merah. Pertumbuhan mutlak sebesar 13,7±0,4 gram, tingkat kelangsungan hidup mencapai 95,33%. Kualitas air pada tiap perlakuan berada dalam kondisi optimum untuk budidaya ikan.


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : tepung onggok singkong yang difermentasi rhizopus sp sebagai bahan baku pakan ikan nila merah (Oreochromis niloticus)

Nama : Reni Antika

NPM : 0714111052

Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. LiminSantoso, S.Pi., M.Si. NIP. 196402151996032001 NIP. 197703272005011001

Ketua Program Studi BudidayaPerairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP. 196402151996032001


(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : tepung onggok singkong yang difermentasi rhizopus sp sebagai bahan baku pakan ikan nila merah (Oreochromis niloticus)

Nama : Reni Antika

NPM : 0714111052

Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. LiminSantoso, S.Pi., M.Si. NIP. 196402151996032001 NIP. 197703272005011001

Ketua Program Studi BudidayaPerairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP. 196402151996032001


(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : tepung onggok singkong yang difermentasi rhizopus sp sebagai bahan baku pakan ikan nila merah (Oreochromis niloticus)

Nama : Reni Antika

NPM : 0714111052

Jurusan/Program Studi : Budidaya Perairan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI, Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. LiminSantoso, S.Pi., M.Si. NIP. 196402151996032001 NIP. 197703272005011001

Ketua Program Studi BudidayaPerairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. NIP. 196402151996032001


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 5

C. Manfaat Penelitian ... 5

D. Kerangka Pemikiran ... 5

E. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ikan Nila Merah ... 9

B. Kebutuhan Nutrien Ikan Nila ... 11

1. Kebutuhan Protein ... 12

2. Kebutuhan Karbohidrat ... 13

3. Kebutuhan Lemak ... 13

4. Kebutuhan Vitamin dan Mineral ... 13

C. Onggok Singkong ... 14

D. Fermentasi ... 16

E. Rhizopus sp ... 17

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ... 19

B. Alat dan Bahan Penelitian ... 19

C. Desain Penelitian ... 19

D. Prosedur Penelitian ... 21

1. Persiapan ... 21

2. Pemeliharaan dan Pemberian Pakan ... 22

3. Pengolahan Kualitas Air ... 22

E. Parameter Penelitian ... 22

1. Pertumbuhan Mutlak ... 22


(7)

3. Kualitas Air... 23

F. Analisis Data ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 24

1. Fermentasi Tepung Onggok Singkong ... 24

2. Kandungan Nutrien Tiap Jenis Pakan ... 25

3. Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Ikan Nila Merah ... 25

4. Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah ... 27

5. Kualitas Air ... 27

B. Pembahasan ... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN


(8)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring dengan bertambahnya kegiatan budidaya ikan serta meningkatnya teknologi budidaya. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan yang dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis tinggi.Sifat makan ikan nila yang omnivora menyebabkan bergantungnya kebutuhan akan pakan buatan relatif tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ikan nila,maka bahan baku pakan yang lazim digunakan sebagai penyusun nutrisi pakan komersil seperti tepung ikan, tepung kedelai, jagung, minyak ikan, mineral dan vitamin masih didatangkan dari luar negeri. Harga bahan baku pakan impor tersebut cukup mahal sehingga menyebabkan harga pakan ikan menjadi tinggi.

Tepung jagung merupakan salah satu bahan pakan sumber karbohidrat yang sering digunakan untuk menyusun pakan. Hingga saat ini sebagian besar pemenuhan tepung jagung untuk pakan masih tergantung pada impor. Indonesia menempati peringkat ke tujuh dunia dalam hal impor jagung pada tahun 2011 (Kemendag, 2012). Khususnya di provinsi Lampung hanya dapat memproduksi jagung tidak lebih dari 1,8 juta ton saja. Jumlah ini tidak mampu mencukupi


(9)

kebutuhan jagunguntuk berbagai macam keperluan industri pangan dan pakan (BPS, 2011). Jagung diperlukan dalam formulasi pakan ikan karena merupakan sumber karbohidrat yang penting sebagai penyuplai energi untuk aktivitas tumbuh kembang ikan. Namun semakin melambungnya harga bahan baku impor khususnya tepung jagung dan bahan lainnya turut mempengaruhi harga pakan ikan di pasar dalam negeri.

Salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor khususnya jagung adalah penggunaan bahan baku lokal yang lebih murah serta dapat disediakan dalam jumlah yang besar dan berkesinambungan. Salah satu bahan alternatif tersebut adalah onggok singkong.

Indonesia merupakan salah satu negara agroindustri dengan jumlah produk sampingan yang melimpah. Menurut BPS (2012), di propinsi Lampung mencapai 8,3 juta ton produksi ubi kayu yang diolah untuk berbagai keperluan pangan dan industri. Hasil penelitian menunjukkan dalam 1000 kg ubi kayu dihasilkan 250 kg tapioka, 114 kg onggok, dan 636 kg air (Supriati, 2003). Dengan demikian potensi onggok di provinsi Lampung sebesar 946.200 ton/tahun. Salah satu bahan produk sampingan dari proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka adalah onggok. Onggok yang telah diolah menjadi tepung onggok diharapkan dapat dijadikan komponen dalam bahan baku pakan pengganti fungsi tepung jagung sebagai penyedia sumber karbohidrat atau sumber energi dalam pakan ikan. Penggunaan onggok dalam pakan ikan diharapkan dapat mengurangi bahkan menggantikan penggunaan bahan baku impor yaitu tepung jagung sehingga dapat


(10)

menurunkan harga pakan dengan catatan onggok yang digunakan lebih dahulu ditingkatkan kualitasnya dan terjamin ketersediaannya sepanjang tahun.

Penggunaan tepung onggok dalam pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kandungan karbohidrat dan serat kasar yang tinggi sehingga sulit dicerna oleh tubuh ikan, serta protein yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian Supriyati et al (1998) kandungan nutrisi onggok adalah sebagai berikut: karbohidrat 51,8 %, protein 2,2 %, serat kasar 31,6 %, dan abu 2,4 %. Sedangkan berdasarkan hasil pengujian laboratorium uji BPPBAT Sempur, Bogor, kandungan nutrisi onggok adalah sebagai berikut: karbohidrat 87,24%, protein 1,28%, serat kasar 8,92%, dan abu 2,01%.

Peningkatan kualitas tepung onggok singkong perlu diupayakan dengan proses fermentasi. Pendegradasian serat kasar dengan jenis kapang Rhizhopus sp diharapkan sebagai solusi yang berdampak baik untuk peningkatan nutrien dalam pakan yang dihasilkan serta meningkatkan performa pada saat diaplikasikan pada ikan.

Ikan nila merah merupakan ikan yang bersifat omnivora yang cenderung herbivora (Pompma 1982; Wilson and Poe 1981; Widyanti 2009). Tinggi rendahnya kandungan protein optimum yang terdapat dalam pakan dipengaruhi oleh kandungan energi non protein yang berasal dari karbohidrat dan lemak. Kandungan energi non protein tersebut mempengaruhi jumlah protein yang digunakan untuk proses pertumbuhan. Jika pakan kekurangan energi yang berasal dari bahan non protein, maka sebagian besar protein yang seharusnya digunakan


(11)

untuk pertumbuhan akan dimanfaatkan sebagai sumber energi. Sebaliknya jika energi dalam pakan terlalu besar, maka keadaan ini akan membatasi jumlah pakan yang dimakan oleh ikan yang selanjutnya akan membatasi jumlah protein yang dimakan sehingga laju pertumbuhan rendah (Stickney 1974; Widyanti 2009).

Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting, namun pada umumnya kadar dari karbohidrat memiliki jumlah yang relatif rendah dalam pakan. Karbohidrat yang terkandung dalam pakan dapat berupa serat kasar serta bahan ekstrak tanpa nitrogen atau BETN (NRC 1993; Widyanti 2009). Karbohidrat dan lemak memiliki keefektifan yang sama sebagai sumber energi (Piferrer 1980: Widyanti 2009). Tingkat energi optimum sangat penting, hal tersebut dikarenakan kelebihan dan kekurangan energi dapat menurunkan pertumbuhan (Lovell 1989; Widyanti 2009). Karbohidrat sama dengan protein yang kebutuhannya bergantung pada spesies dan dipengaruhi oleh kompleksitas karbohidrat. Ikan-ikan omnivora dan herbivora dapat mencerna karbohidrat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (Yamada 1983; Widyanti 2009). Ikan-ikan omnivora mampu memanfaatkan karbohidrat optimum sebesar 30 sampai 40% dalam pakan (Furuichi 1988; Fatmawati 2010). Pernyataan tersebut di atas sangat mendukung penggunaan tepung onggok singkong sebagai bahan baku pakan ikan nila merah.

B.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh penggunaan tepung onggok singkong yang difermentasi sebagai komponen pakan pengganti tepung jagung terhadap pertumbuhan benih ikan nila merah.


(12)

C.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu menambah pengetahuan terkait bagaimana proses fermentasi tepung onggok singkong serta mendapatkan informasi tentang peningkatan kualitas onggok singkong yang difermentasi dalam pakan sehingga serat kasar pada onggok dapat dicerna dengan baik sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pembudidaya ikan untuk mengembangkan usaha budidaya yang dilakukan.

D.Kerangka Pemikiran

Tingginya konsumsi masyarakat terhadap hasil olahan perikanan tidak diimbangi dengan berkembangnya budidaya intensif yang dilakukan. Permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan mencakup ketersediaan modal, lahan yang terbatas, perijinan yang berbelit-belit serta pemenuhan pakan ikan berkualitas yang bahan baku pembuatannya masih didatangkan dari luar negeri sehingga mempengaruhi harga akhir pakan tersebut. Pakan komersil yang diproduksi pabrik memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Namun penggunaan bahan baku impor dalam formulasinya dinilai menyebabkan harganya menjadi mahal dipasaran. Salah satu upaya mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan tepung jagung sebagai sumber energi pada pakan adalah dengan menggunakan sumber energi alternatif yang mudah didapat tetapi memiliki kandungan nutrisi yang cukup dan mudah dicerna oleh ikan.

Onggok yang berasal dari hasil pengolahan tepung tapioka jumlahnya melimpah, memiliki harga yang relatif murah, ketersediaannya berkelanjutan, dan sampai saat ini masih belum dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan. Penggunaan tepung


(13)

onggok singkong dalam pakan dibatasi oleh beberapa hal, yaitu kandungan protein yang rendah (2-5%), kandungan serat kasar yang cukup tinggi (12-20%), serta adanya zat anti nutrisi yaitu asam sianida (Kristian, 2007). Batas aman kandungan sianida untuk peternakan dan perikanan harus di bawah 0,02ppm (Kantor Kementerian Kependudukan dan Lingkungan Hidup, 1991).

Untuk umbi dan kulit umbi yang diolah dalam pembuatan tapioka perlu dipotong/dicacah terlebih dahulu untuk memperluas permukaan dan mempercepat kontak antara sianogen dan enzim sehingga mempercepat proses hidrolisis (pelepasan) sianida. Setelah pencacahan, ubi kayu dikeringkan di bawah sinar matahari (pengeringan secara tradisional) untuk mempercepat pelepasan sianida. Pengeringan sangat diperlukan terutama untuk jenis ubi kayu pahit yang pelepasan sianidanya sangat lambat dibandingkan dengan jenis ubi kayu lainnya (Yuningsih, 2009).

Untuk mengatasi faktor pembatas dalam penggunaan onggok singkong, maka dilakukan proses fermentasi menggunakan jenis kapang Rhizopus sp yang diharapkan dapat menurunkan kandungan serat kasar, menurunkan kandungan lemak, serta menaikkan kandungan protein. Rhizopus sp memiliki kemampuan menghasilkan enzim salah satunya selulase. Enzim ini berfungsi sebagai agen pengurai yang spesifik untuk menghidrolisis ikatan kimia dari selulosa dan turunannya. Menurut Mandels et al. (1976) selulase merupakan enzim yang sangatpenting peranannya dalam proses biokonversi limbah-limbah organik berselulosa menjadi glukosa, makanan ternak dan etanol. Prinsip utama produksi selulase yaitu dihasilkan oleh mikroorganisme yang diinkubasi dalam substrat


(14)

yang diperkaya dengan nutrien pendukung seperti nitrogen dan fosfat. Mikroorganisme berperan sebagai pemecah glukosa yang terdapat dalam substrat. Aktivitas mikroorganisme sangat dipengaruhi kondisi lingkungan pada saat inkubasi seperti kandungan nutrien, oksigen bagi organisme aerob dan derajat keasaman (pH).

Gambar 1. Kerangka Penelitian Limbah Pertanian Sebagai Bahan Baku

Pakan Ikan

 Ketersediaan melimpah

 Tidak bersaing dengan

bahan pangan manusia  Berpotensi sebagai

sumber energi

 Nilai nutrisi rendah Protein: 1,28% Lemak: 0,55% Karbohidrat: 87,24%  Serat kasar tinggi  Adanya zat antinutrisi

yaitu HCN

Bahan baku pakan Ikan

Pengolahan secara biologis (Fermentasi oleh kapang

Rhizopus sp) Peningkatan kualitas

nutrisi pada bahan pakan (Protein, Karbohidrat, Lemak) Onggok fermentasi Onggok singkong


(15)

E.Hipotesis

Adapun hipotesis perlakuan yang digunakan yaitu :

H0: Tidak ada pengaruh penggunaan tepung onggok singkong yang difermentasi sebagai pengganti tepung jagung dalam pakan terhadap pertumbuhan benih ikan nila merah (Oreochromis niloticus).

H1: Minimal ada satu penggunaan tepung onggok singkong yang difermentasi sebagai pengganti tepung jagung dalam pakan yang mempengaruhi pertumbuhan benih ikan nila merah (Oreochromis niloticus).


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Nila Merah

Nila NIFI (National Inland Fish Institute) dikenal juga sebagai nila merah atau nirah. Nila merah adalah varietas tersendiri. Nila merah merupakan hasil hibridisasi antara ikan nila betina reddish-orange mossambique (Oreochromis mossambicus) dengan ikan nila jantan normal (Oreochromis niloticus) (Pompma dan Maseer, 1999). Hal ini mematahkan dugaan bahwa nila merah merupakan ikan yang mengalami penyimpangan genetik karena warna tubuhnya albino. Ikan nila merah hidup dengan toleransi salinitas yang cukup besar yaitu berkisar antara 6–8,5 namun pertumbuhannya akan optimal pada pH 7–8 dan suhu 25–300C (Suyanto, 2003). Ikan nila merah mempunyai bentuk badan yang relatif pipih. Gurat sisi atau Linea lateralis pada ikan lengkap atau tidak terputus. Sirip berwarna kemerah-merahan. Permukaan tubuh ikan tertutup sisik tipe ctenoid. Morfologi ikan nila merah dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Sumber: (Rukmana, 2001)


(17)

Klasifikasi ikan nila merah menurut Trewavas (1982) dalam Suyanto (2003) : Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata Klass : Osteichthyes Subkelas : Acanthoptherygii Ordo : Percomorphi Subordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Secara alami ikan nila ditemukan di negara Syria hingga Afrika timur, Kongo, Liberia, Danau Tanganyika, Chad, Nigeria, dan Kenya. Pada tahun 1969, Nila merah diintroduksi pertama kali ke Indonesia oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (BPPAT) dan menjadi salah satu ikan air tawar yang populer. Rochdianto (1993) melaporkan bahwa nila merah (Oreochromis sp) menjadi salah satu komoditas ekspor yang merambah pasaran luar negeri khususnya Singapura dan Jepang. Nila merah juga dapat tumbuh cepat di perairan payau, tak kalah dengan kerabatnya yang dibudidayakan di perairan tawar. Kemal (2002) menyatakan bahwa komoditas ikan nila merah memiliki keunggulan, yaitu: (a) pertumbuhan cepat, (b) sangat respon terhadap pakan buatan, (c) dapat hidup dalam kondisi kepadatan tinggi, (d) nilai FCR lebih rendah serta (e) tahan terhadap penyakit dan lingkungan perairan yang tidak memadai. Menurut Chervinski (1982) bahwa nila


(18)

merah (tilapia) merupakan salah satu komoditi yang dapat dikembangkan karena dapat tumbuh dengan cepat, toleran terhadap suhu rendah maupun tinggi dan bersifat euryhalin.

Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora) karena jenis makanannya dapat berupa hewan atau tumbuhan. Di habitat alaminya ikan nila memakan jenis plankton, alga, crustacea, insecta, dan organisme benthos. Ikan nila diketahui memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, antara lain: sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam, dan tambak. Beberapa spesies ikan nila khususnya nila merah telah berhasil dibudidayakan secara komersial. Hal ini karena mudahnya ikan ini untuk dipelihara dan dikembangbiakkan (Anonim, 2012).

B.Kebutuhan Nutrisi Pada Ikan Nila

Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan serta kelangsungan hidupnya ikan memerlukan pakan yang cukup dari segi kualitas dan kuantitas. Pakan yang bermutu baik, salah satunya ditentukan oleh kandungan gizi (protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan serat kasar) dalam komposisi yang tepat (seimbang) dapat menunjang pertumbuhan ikan nila (Fitzsimmons, 1997). Ikan Nila adalah ikan omnivora yang cenderung herbivora sehingga lebih mudah beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur dengan sumber bahan nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung enceng gondok (Sayed 1999). Komposisi yang seimbang dari bahan baku penyusun pakan serta kecernaan pakan


(19)

adalah dasar untuk menyusun formulasi pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi pada ikan (Watanabe, 1997).

Ikan nila membutuhkan nutrien yang diperlukan guna menunjang selama proses pertumbuhan dan reproduksinya, antara lain: protein, asam amino, lemak, asam lemak, karbohidrat, posfor, dan lain-lain. Kebutuhan nutrisi pada ikan nila disajikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Nutrien Jumlah yang dibutuhkan Sumber referensi

Protein Larva 35 %

Benih 23-30%

Santiago et al (1982) Santiago et al (1986) Asam amino  Arginin  Histidin  Isoleusin  Leusin  Lysin  Metionin+Cystin  Phenilalanin+Tyrosin  Threonin  Triptopan  Valin

 4,2 %

 1,7 %

 3,1 %

 3,4 %

 5,1 %

 3,2 % (Cys 1,5)

 5,5 % (Tyr 0,8)

 3,8 %

 1,0 %

 2,8 %

Santiago dan Lovell (1988)

Lemak 6-10 %

Asam lemak esensial 0,5 % - 18:2n-6 Jauncey dan Ross (1982)

Pospor <0,9 % Takeuchi et al (1982)

Karbohidrat 25 % Watanabe et al (1980)

Digestbility Energy (DE) 2500 – 4300 kkal/kg Jauncey dan Ross (1982) Sumber : BBAT Sukabumi (2005)

Protein merupakan nutrien yang sangat dibutuhkan oleh ikan untuk perbaikan jaringan tubuh yang rusak, pemeliharaan protein tubuh untuk pertumbuhan, materi


(20)

untuk pembentukan enzim dan beberapa jenis hormon dan juga sebagai sumber energi (NRC, 1993). Menurut Watanabe (1988) kebutuhan ikan akan protein dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran ikan, suhu air, kadar pemberian pakan, energi dalam pakan dan kualitas protein. Kebutuhan protein pada ikan nila berdasarkan bobot tubuh ikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan protein berdasarkan bobot tubuh pada ikan nila

Spesies Bobot Ikan (g) Kebutuhan Protein (%) Referensi Oreochromis

niloticus

0,012 45 El-Sayed dan

Teshima (1992)

0,838 40 Siddiqui et al

(1988)

1,5-7,5 36 Kubaryk (1980)

3,2-3,7 30 Wang et al

(1985)

24 27,5-35 Wee dan Tuan

(1988)

40 30 Siddiqui et al

(1988) Sumber : Webster dan C.Lim (2002) dalam Widyanti (2009)

Karbohidrat merupakan salah satu sumber energi dalam makanan ikan. Karbohidrat sebagian besar didapat dari bahan nabati, sedangkan kadarnya dalam makanan ikan berkisar antara 10-50%. Karbohidrat dalam pakan disebut dengan (BETN) Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen atau (NFE) Nitrogen Free Extract. BETN ini mengandung karbohidrat, gula, pati dan sebagian besar berasal dari hemiselulosa. Daya cerna karbohidrat sangat bervariasi tergantung dari kelengkapan molekul penyusunnya. Kandungan karbohidrat dalam pakan yang


(21)

dapat dimanfaatkan secara optimal untuk ikan omnivora pada kisaran 30-40%, dan untuk ikan karnivora berkisar 10-20% (Furuichi, 1988).

Lemak merupakan salah satu makronutrien bagi ikan. Hal tersebut sebagai sumber energi non protein dan asam lemak essensial yang berfungsi memelihara bentuk dan fungsi fosfolipid, membantu dalam absorbsi vitamin yang larut dalam lemak dan mempertahankan daya apung tubuh (NRC, 1993; Widyanti, 2009). Komponen lain yang dibutuhkan dalam pakan ikan yaitu vitamin dan mineral. NRC (1993) dalam Widyanti(2009) menjelaskan bahwa mineral merupakan senyawa yang digunakan untuk proses respirasi, osmoregulasi, dan pembentukan kerangka tulang. Vitamin merupakan senyawa kompleks yang diperlukan untuk tumbuh secara normal, bereproduksi, kesehatan, dan metabolisme secara umum.

C.Onggok Singkong

Onggok adalah hasil samping pengolahan singkong menjadi tapioka yang berupa limbah padat utama setelah proses pengepresan. Limbah padat industri tapioka berasal dari proses pengupasan yaitu berupa kulit ubi kayu dan dari proses pengepresan berupa ampas ubi kayu. Tjiptadi dan Nasution (1978) membagi limbah padat dari industri tapioka menjadi beberapa macam yaitu:

1) Kulit yang berasal dari pengupasan ubi kayu

2) Sisa-sisa potongan ubi kayu yang tidak terparut berasal dari proses pemarutan 3) Ampas onggok merupakan sisa dari proses ekstraksi pati, terdiri atas sisa-sisa


(22)

Persentase jumlah limbah kulit ubi kayu bagian luar sebesar 0,5-2% dari berat total ubi kayu segar dan limbah kulit ubi kayu bagian dalam sebesar 8-15% (Hikmiyati et al.,2009). Komposisi onggok murni tersaji dalam Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi onggok murni

Komponen Kandungan bahan (%)

1 2 3 4 5 6

Air 12,7 0 0 - - -

Abu 9,1 2,7 1,89 1,30 0,47 1,44

Serat kasar 8,1 35,9 11,73 10,94 11,59 15,44

Lemak 1,0 0,1 0,26 0,23 0,18 0,26

Protein 2,5 5,3 1,92 1,45 1,04 0,75

Pati 65,9 56,0 83,57 - - -

Sumber: 1,2,3 dalam Hasbullah (1985) dan 4,5,6 dalam Kristian (2007) Keterangan:

1) Sundhagul (1972)

2) Grace (1977)

3) Aiman dan Poesponegoro (1983)

4) Nur (1993)

5) Taram (1995)

6) Halid (1991)

Komposisi nutrisi onggok dipengaruhi oleh varietas singkong, kandungan mineral, kadar air media tanam dan cara ekstraksi pati singkong. Kadar air onggok yang tinggi menyebabkan onggok perlu segera diolah lebih lanjut sebelum mengalami pembusukan (Golief, 2002). Selain itu onggok sebagai bahan pakan ikan memiliki zat antinutrisi yaitu kandungan asam sianida (HCN). Berdasarkan hasil penelitian Kristian (2007) kandungan asam sianida (HCN) pada onggok dapat diminimalisir dengan melakukan proses pengeringan sebelum diproses lebih


(23)

lanjut. Onggok hasil samping pengolahan tapioka disajikan pada Gambar 3 di bawah ini:

Gambar 3. Onggok sebagai produk samping pengolahan tapioka

D.Fermentasi

Fermentasi merupakan suatu proses yang terjadi melalui kerja mikroorganisme atau enzim untuk mengubah bahan-bahan organik komplek seperti protein, karbohidrat dan lemak menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana. Pada prinsipnya fermentasi dapat mengaktifkan pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme yang dibutuhkan sehingga dapat membentuk produk yang berbeda dengan bahan bakunya. Tetapi jenis mikroba yang digunakan sangat terbatas yaitu disesuaikan dengan hasil akhir yang dikehendaki (Winarno dan Fariaz, 1980).

Manfaat yang diperoleh dengan dilakukannya fermentasi antara lain dapat mengubah senyawa senyawa komplek menjadi lebih sederhana, bahan makanan dapat lebih tahan lama disimpan, memiliki kandungan nilai gizi yang lebih tinggi daripada bahan asalnya.


(24)

Prinsip dasar fermentasi adalah mengaktifkan kegiatan mikroba tertentu untuk tujuan mengubah sifat bahan agar dihasilkan sesuatu yang bermanfaat (Widayati dan Widalestari, 1996). Faktor utama yang mempengaruhi proses fermentasi meliputi suhu, O2, pH, air dan substrat (Suwaryono dan Ismaini, 1988). Basuki dan Wiryasasmita (1987) menyatakan bahwa tujuan dari fermentasi adalah memecah ikatan komplek lignoselulosa dan menghasilkan kandungan selulosa untuk dipecah oleh enzim selulase yang dihasilkan mikroba. Proses fermentasi dapat menyebabkan perubahan sifat pada bahan pangan sebagai akibat pemecahan kandungan bahan pakan tersebut (Winarno dan Fariaz, 1980).

Menurut Rusdi (1992) dalam Kristian (2007), hasil akhir fermentasi sangat bergantung pada bahan dasarnya (substrat), macam mikroba atau inokulum, dan kondisi lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut.

E.Rhizopus sp

Kapang dari grup Rhizopus sp yang banyak berperan penting dalam fermentasi: Rhizopus arrhizus dengan ciri-ciri mempunyai aktifitas pektinase, aktivitas amilase kedua setelah R.oryzae; Rhizopus stolonifer dengan ciri-ciri tidak memiliki aktifitas amilase, bagus untuk tempe serelia/kedelei, aktifitas protease paling rendah, tumbuh pada suhu rendah (25˚C); Rhizopus oligosporus dengan ciri-ciri aktifitas protease dan lipase paling kuat, aktifitas amilase paling lemah, baik untuk tempe serelia atau campuran kedelei-serelia; Rhizopus oryzae dengan


(25)

ciri-ciri aktifitas amilase paling kuat, tidak baik untuk tempe serelia, aktifitas protease di bawah R.oligosporus.

R. oligosporus dapat tumbuh optimum pada suhu 30-35 °C, dengan suhu minimum 12 °C, dan suhu maksimum 42 °C. R. oligosporus mempunyai koloni abu-abu kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau lebih. Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari 1000 mikro meter dan diameter 10-18 mikro meter. Sporangia globosa yang pada saat masak berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 mikro meter. Klamidospora banyak, tunggal atau rantaian pendek, tidak berwarna, dengan berisi granula, terbentuk pada hifa, sporangiofor dan sporangia. Bentuk klamidospora globosa, elip atau silindris dengan ukuran 7-30 mikro meter atau 12-45 mikro meter x 7-35 mikro meter. Morfologi kapang Rhizopus oligosporus tersaji pada Gambar 4 di bawah ini:

Gambar 4. Rhizopus oligosporus (Sumber:www./fermentasi/Rhizopus.htm)


(26)

III. METODOLOGI

A.Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2013 di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Lampung Selatan. Analisis proksimat bahan dan pakan uji dilakukan di Laboratorium uji Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Sempur, Bogor.

B.Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian yaitu 15 unit bak beton ukuran 150 x 150 x 50 cm3, alat pengukur kualitas air (termometer, DO meter,pH meter), timbangan digital, penggaris, mesin pencetak pakan, alat pengukus, kompor, baki, ember plastik, scoopnet, selang sipon, kertas label, plastik dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan nila merah ukuran 4 ± 0,7 gram/ekor berasal dari BBI Natar Lampung Selatan, tepung onggok singkong berasal dari CV. Sinar Abadi Daya Lampung Tengah, tepung ikan dan premix berasal dari Laboratorium Perikanan IPB Bogor, tepung jagung, tepung kedelai,tepung terigu, minyak ikan, minyak jagung, dan ragi tempe komersil berasal dari pasar tradisional.


(27)

C.Desain Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas lima perlakuan dan tiga ulangan.

Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Perlakuan A : Pakan dengan 20% tepung jagung

2. Perlakuan B : Pakan dengan 10% tepung onggok singkong fermentasi 3. Perlakuan C : Pakan dengan 15% tepung onggok singkong fermentasi 4. Perlakuan D : Pakan dengan 20% tepung onggok singkong fermentasi 5. Perlakuan E : Pakan dengan 20% tepung onggok singkong tanpa fermentasi

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

Model linear yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan uji Annova yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + ∑ij Keterangan :

i : Perlakuan A, B, C, dan D j : Ulangan 1, 2, dan 3

Yij : Nilai pengamatan dari pemberian pakan dengan penambahan onggok difermentasi jenis kapang yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan ikan nila pada ulangan ke-j

µ : Nilai tengah umum populasi benih ikan nila

τi : Pengaruh pemberian pakan dengan penambahan onggok difermentasi kapang Rhizopus sp dengan proporsi yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan benih ikan nila

∑ij : Pengaruh galat percobaan pada pakan dengan penambahan onggok difermentasi kapang Rhizopus sp dengan proporsi yang berbeda ke-i terhadap pertumbuhan benih ikan nila pada ulangan ke-j


(28)

Komposisi bahan-bahan baku yang akan dijadikan formulasi pakan meliputi tepung kedelai, tepung ikan, tepung onggok fermentasi, tepung jagung, tepung tapioka, minyak ikan, minyak jagung, dan premix disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Bahan Baku Pakan

Bahan Baku (%) A B C D E

Tepung ikan Kedelai Jagung

Onggok terfermentasi Onggok non fermentasi Vitamin/premix Tepung terigu(binder) Minyak Ikan Minyak Jagung 30 % 30 % 20 % - - 5 % 10 % 3 % 2 % 30 % 30 % 10 % 10 % - 5 % 10% 3 % 2 % 30 % 30 % 5 % 15 % - 5 % 10 % 3 % 2 % 30 % 30 % - 20% - 5 % 10 % 3 % 2 % 30% 30% - - 20% 5% 10% 3% 2%

Total 100% 100% 100% 100% 100%

D.Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan adalah persiapan wadah dan media, persiapan ikan uji serta pembuatan pakan.

a) Persiapan tempat pemeliharaan meliputi pembersihan dan pengeringan bak beton, pengaturan letak wadah, penyiapan aerasi dan pengisian air.Setiap bak beton diisi air sebanyak 50 liter dan diberi aerasi.

b) Persiapan ikan uji meliputi pengambilan ikan nila merahdengan padat tebar pemeliharaan ikan yaitu 50 ekor/bak beton.


(29)

c) Uji proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi onggok singkong dilakukan di Laboratorium Uji Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor.

d) Pembuatan pakan meliputi penggilingan masing-masing bahan baku, pencampuran bahan baku sesuai komposisi pada perlakuan, pencetakan pakan, pengeringan pakan, dan pengujian proksimat pakan.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksaan penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

a) Pemeliharaan benih ikan dilakukan selama 50 hari dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari dengan FR sebesar 3%. Kegiatan penyiponan dilakukan sebelum pemberian pakan setiap 10 hari sekali. Penggantian air sebanyak 20 % dari total volume pemeliharaan.

b) Penghitungan terhadap pertumbuhan mutlak dilakukan tiap 10 hari sekali, sedangkan penghitungan kelangsungan hidup ikan diambil data setiap hari hingga akhir penelitian. Pengumpulan data kualitas air selama pemeliharaan dilakukan tiap 5 hari.

E.Parameter pengamatan

Selama penelitian parameter yang diamati yaitu 1. Pertumbuhan Mutlak

Pertumbuhan berat mutlak adalah selisih berat total tubuh ikan pada akhir pemeliharaan dan awal pemeliharaan.


(30)

Pengukuran pertumbuhan berat mutlak dihitung dengan rumus Effendi (1997).

– Keterangan :

Wm : Pertumbuhan berat mutlak (g) Wt : Bobot rata-rata akhir (g) Wo : Bobot rata-rata awal (g)

2. Sintasan/Kelangsungan hidup

Kelangsungan hidup adalah tingkat perbandingan jumlah ikan yang hidup dari awal hingga akhir penelitian. Kelangsungan hidup dihitung dengan rumus Effendie (1997) :

Keterangan :

SR : Kelangsungan hidup (%) Nt : Jumlah ikan akhir (ekor) No : Jumlah ikan awal (ekor)

3. Kualitas Air

Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah pH, Suhu, DO (oksigen terlarut) diukur setiap 10 hari.

F. Analisis Data

Data yang didapat dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (Anova). Apabila hasil uji antar perlakuan berbeda nyata, maka akan dilakukan uji Duncan dengan selang kepercayaan 95%.


(31)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penambahan tepung onggok singkong yang difermentasi dalam pakan sebesar 15% memberikan hasil paling baik terhadap pertumbuhan mutlak ikan nila merah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan mengenai pemanfaatan tepung onggok singkong yang difermentasi oleh jenis kapang dan spesies ikan yang berbeda.


(32)

1. Pembuatan pakan

a. Tepung onggok singkong diambil 1 kg lalu dikukus selama 30 menit, kemudian difermentasi denganRhizopus spyang telah lebih dulu

dilarutkan dalm 1 liter air dengan campuran mineral sbb: 40 g urea, 1,5 g KCl , 8 gr biakanRhizopus spdan 1 gr glukosa

b. Tepung onggok ditempatkan dalam wadah plastik yang telah dilubangi lalu difermentasi selama 4 hari dalam suhu 28oC.

c. Pencampuran bahan-bahan pakan disesuaikan dengan perlakuan sebagai berikut:

A = Pakan + tepung jagung (20%)

B = Pakan + onggok difermentasiRhizopus sp(10%) C = Pakan + onggok difermentasiRhizopus sp(15%) D = Pakan + onggok difermentasiRhizopus sp (20%) E = Pakan + onggok tanpa fermentasi (20%)

d. Pencetakan pakan

Persiapan Penelitian Pelaksanaan Penelitian

1. Pemeliharaan ikan a. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 50 hari b. Pemberian pakan

Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari pukul 08.00, 13.00, 17.00 WIB denganfeeding rate3% dari bobot ikan

c. Penyiponan setiap 7 hari sebelum pemberian pakan d. Penggantian air 20% dari total volume media pemeliharaan

2. Persiapan wadah dan media

2. Parameter Pengamatan a. Kandungan nutrisi onggok sebelum dan sesudah

difermentasi

b. Pertumbuhan berat mutlak c. Sintasan/Kelangsungan hidup d. Kualitas air

Penyusunan Laporan a. Pembersihan bak beton

(pencucian dan pengeringan) b. Pengisian air dan pemberian aerasi

a. Airsumur tanah b. Air diendapkan di dalam

tendon dan diaerasi

Data dianalisis dengan Annova, jika uji antar perlakuan berbeda nyata dilanjutkan dengan

3.Persiapan ikan uji uji DUNCAN (SK 95%) memakaisoftware

SPSS ver 17.00 a. Strain nila merah

b. Ikan uji berasal dari Balai Benih Ikan Natar, Lampung Selatan. c. Bobot ikan uji 4 ± 0,5 gram

d. Padat tebar 50 ekor/bak beton


(33)

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Kebutuhan Nutrisi Ikan. Diakses dari http://www.o-fish.com/Akuarium/KebutuhanNutrisi.htm. Diakses pada tanggal 28 September 2013

Anonim. 2012. Petunjuk Teknis Budidaya Ikan Nila. Direktorat Jendral Perikanan. Departemen Pertanian. 47 halaman.

Aprizal. 1997. Nilai Energi Metabolis Onggok Fermentasi pada Ayam Broiler. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Jambi.

Basuki T dan R. Wiryasasmita dalam Nasoetion M H dan Sumarsih, Sri. 2002. Pengaruh Konsentrasi Inokulan dan Lama Fermentasi Aspergillus niger Terhadap Kadar Tanin dan Protein Kasar. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro; Bandung.

Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Tanaman Ubi Kayu Seluruh Provinsi. Diakses pada tanggal 10 Februari 2013.

Boyd, C.E., 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing Co. Birmingham, Alabama.

Chou,B.S., dan Shiau, S.Y.1996. Optimal Dietary Lipid Level for Growth of Juvenile Hybrid Tilapia Oreochromis niloticus x Oreochromis aureus in Nutrien Requirement and Feeding of Finfish for Aquaculture. CABI Publishing. New York. USA .

Effendi, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 157 Hal.

Fatmawati, F. 2010. Substitusi Tepung Kedelai dengan Tepung Biji Koro Benguk (Mucuna pruriens) Pada Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.

Fitzsimmons, K.1997. Introduction to Tilapia Nutrition in Tilapian Aquaculture. Proceeding From the Fourth Internetional Symposium on Tilapia Aquaculture. Orlando, Florida Vol (1) : 9 – 12 Guillaume, Jean. et al. 1999. Nutrition and Feeding of Fish and Crustaceans. Praxis Publishing Ltd. INRA,IFREMER. Chichester,UK.


(35)

Furuichi, M. 1988. Dietary Activity of Carbohydrates. In Fish nutition and Mariculture. Watanabe, T. Departement of Aquatic Biosciences Tokyo University of Fishes, Pp.1-77. Tokyo.

Ghufran, M. 2009. Budidaya Perairan.PT Citra Aditya Bakti: Bandung .964 hal. Gusrina. 2008. Budidaya ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta 355 hal. Hasbullah. 1985. Pengaruh jenis kapang, kadar air dan proses inkubasi lanjutan

pada fermentasi onggok tanpa gelatinisasi pati. Institut Pertanian Bogor. Hendalia, E., A. Latief dan Adrizal. 1998. Upaya Peningkatan Nilai Nutrisi

Onggok Basah Melalui Bioproses Meggunakan Probiotik Starbio. Jurnal ilmu peternakan. Universitas Jambi. Jambi.

Kantor Kementerian Kependudukan dan Lingkungan Hidup. 1991. Himpunan Peraturan di Bidang Lingkungan hidup. Kementerian Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Jakarta

Kantor Kementerian Perdagangan. 2013. Data impor jagung. Dikutip dari http://www.itpc.or.jp. Diakses pada 28 september 2013

Kemal. 2002. Teknologi Tepat Guna (Budidaya Ikan Nila). Dikutip dari http://www.iptek.net.id/warintek/budidaya_perikanan. Diakses pada 18 Desember 2012.

Kristian, A. 2007. Pengaruh Tingkat Penambahan Onggok Terfermentasi yang Diperkaya Ures dalam Ransum Terhadap KCBK, KCBO, Produksi VFA dan Kadar NH3 Cairan Rumen secara in Vitro. Skripsi. Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Lovell, T. 1988. Nutrition and feeding of fish. Van Nostrand Reinhold, p.11-91. New York.

Maeda. 1985. Studies on the physiology of shell formation in molluscan larvae, with special ´reference to Crepidula fornicata. PhD Thesis, University of Southampton, UK, 155 pp.

Mandels, M., F. W. Parrish, dan E. T. Reese. 1961. Sophorose As An Inducer Of Cellulase in Trichodermaviride. Received for Publication Pioneering Research Division, Quartermaster Research and Engeneering Center, Natick, Massachusetts.

National Research Council [NRC]. 1993. Nutrient Requirements of Fish Subcomittee on Fish Nutrition, National Research Council. National Academies Press (USA). 124 pp. http://www.nap.edu/catalog/2115.html.


(36)

Pompma, T. and M. Maseer. 1999. Tilapia life history and biology. Southern Regional Aquaculture Center. SRCA Publication. No. 283

Supriyati, D. Zaenudin, dan I.P Kompiang. 2003. Onggok Untuk Bahan Pakan. Journal Poultry Indonesia. Jakarta.

Steel GD, Torrie J.H. 2001. Principles and Procedure of Statistics. A BiometricalApproach, Mc Graw-Hill Inc. New York.

Yuningsih. 2009. Perlakuan penurunan kandungan sianida pada ubi kayu. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 28(1): 58-61.

Watanabe T. 1988. Fish nutrition and mariculture. JICA. The General Aquaculture Course.Dept of Agriculture Bioscience.Tokyo University. Webster, C. D.,and C.E. Lim. 2002. Nutrien Requirements and Feeding of Finfish

for Aquaculture. CABI Publishing, New York.

Winarno, F.G., dan S. Fariaz. 1980. Biofermentasi dan Biosintesa Protein. Angkasa, Bandung.

Widayati dan Widalestari. 1996. Limbah untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisana, Surabaya.

Widyanti, W. 2009. KinerjaPertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Yang Diberi Berbagai Dosis Enzim Cairan Rumen Pada Pakan Berbasis Daun Lamtorogung (Leucaena leucocephala). Institut Pertanian Bogor.


(37)

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Diambil 1 kg tepung onggok singkong yang telah lebih dulu dimasukkan dalam plastik transparan lalu dikukus selama 30 menit

Disiapkan 1 liter air mineral dan ditambahkan mineral yang tersusun dari40 g urea, 1,5 g KCl lalu 8 gr Rhizopus sp (Balitnak, 2003) dan 1 gr

glukosa (Ningsih, D.R., 2010).

Adonan tepung onggok ditempatkan pada plastik ukuran seperempat kilo lalu dilubangi

Proses fermentasi dilakukan selama4 hari pada suhu 28oC kemudian dianalisis proksimat bahan

Tepung onggok yang telah dikukus dan didinginkan lalu dicampurkan dengan larutan mineral dan Rhizopus sp (ragi tempe komersil)


(38)

Lampiran 2. Prosedur Pembuatan Pakan Ikan

Bahan baku dalam pembuatan pakan disiapkan

Tepung Ikan

Bungkil Kedelai

Jagung Onggok fermentasi

Tiap bahan baku ditimbang sesuai dengan yang diperlukan dalam perlakuan penelitian

Pencampuran dilakukan dengan cara bahan baku dicampur sesuai persentase yang kecil, kemudian disusul dengan persentase yang

besar, ditambah air ± 10 %

Bahanbakutercampur(homogen)dilakukanpencetakansesuaideng anukuran yang diinginkan

Pakan yang sudah jadi dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari selama 3 hari

Pakan siap diberikan pada ikan uji

Premix Tepung Terigu

Minyak jagung Minyak


(39)

Lampiran 3. Prosedur analisis proksimat

1. Prosedur Analisis Kadar Protein (Metoda Gunning)

10 X Contoh gr. 14,008 X NaOH N X ) contoh NaOH ml -blanko NaOH ml ( N %  Konversi Faktor x N % Protein % 

Sumber : Laboratorium THP Politeknik Negeri Lampung

Ditimbang 0,5 – 1,0 gr bahan (A) 10 gr K2S atau Na2SO4anhidrat 10 – 15 ml H2SO4

Masukkan ke dalam labu Kjeldahl, dilakukan distruksi diatas pemanas listrik dalam lemari asam. Mula-mula dengan api kecil, setelah asap hilang api dibesarkan,

pemanasan diakhiri setelah cairan menjadi jernih tak berwarna lagi

Setelah dingin tambahkan kedalam labu kjeldahl aquades 100 ml, serta larutan NaOH 45 % sampai cairan bersifat basis

Panaskan labuKjeldahl sampai ammonia menguap semua, distilat ditampung dalam Erlenmeyer berisi 25 ml HCL 0,1N

Tambahkan indikator PhenolPtalein 1 % beberapa tetes. Kelebihan HCl 0,1 N dalam distilat dititrasi dengan larutan basa standar (larutan NaOH 0,1 N)


(40)

2. Prosedur Analisis Kadar Serat Kasar 100% A C -B Kasar Serat

%  x

Ket : A = BeratContoh

B = Kertas Saring + Serat C = Kertas Saring

Sumber : Laboratorium THP Politeknik Negeri Lampung Timbang 2 gr bahan kering dan ekstraksi

lemaknya dengan soxhlet

Pindahkan dalam labu Erlenmeyer 600 ml, tambahkan 200 ml larutan H2 SO4

mendidih

Saring suspense melalui kertas saring dan residu yang tertinggalp ada kertas saring dicuci dengan air panas hingga

tidak bersifat asam lagi

Panaskan kertas saring dalam oven, dinginkan dan timbang (x1)

Pindahkan residu dari kertas saring kedalam erlenmeyer kembali dengan

spatula

Sisa dibersihkan dengan NaOH mendidih (1,25 gr NaOH/100ml = 0,313 N NaOH) sebanyak 200 ml sampai semua residu masuk ke dalam erlenmeyer.

Dicuci dengan larutan K2SO4 10

Cuci lagi residu dengan aquades mendidih dan kemudian dengan 15 ml Alkohol 95%

Keringkan kertas saring atau krus dengan isinya pada 110C sampai berat konstan ( 1-2 jam ) dinginkan dalam desikator dan timbang.


(41)

3. Prosedur Analisis Kadar Lemak dan Minyak (Metoda soxhlet)

100% A

C -B Lemak

%  x

Ket : A = BeratContoh B = Cawan + Lemak C = Cawan Kosong

Sumber : Laboratorium THP Politeknik Negeri Lampung

Ditimbang dengan teliti 2-5 g sampel dihaluskan, bungkus dengan kertas saring. Di masukkan dalam tabung Ekstraksi Soxhlet

Pasangkan cawan lemak yang telah diketahui beratnya

Ekstraksi dilakukan selama 4-5 jam. Pisahkan pelarut dengan lemak

Keringkan cawan yang berisi lemak pada Oven dengan suhu 100-105C selama 30 menit

Pasang tabung ekstraksi pada alat distilasi Soxhlet, isikan pelarut hingga turun ke cawan lemak

Berat residu dalam cawan lemak dinyatakan sebagai berat lemak atau minyak


(42)

4. ProsedurAnalisis Kadar Air dan Abu

a. Kadar Air (Metoda Oven/AOAC1970, Ranggana 1979)

100% A

C -B Air

%  x

Ket : A = Berat Contoh

B = Cawan + Contoh Basah C = Cawan + Contoh Kering

Ditimbang 2-5 g sampel masukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya

Dikeringkan dalam Oven pada suhu 105C selama 3-5 jam

Dinginkan dalam Eksikator dan timbang, panaskan lagi dalam Oven selama 30 menit, dinginkan dalam Eksikator

dan timbang, perlakuan ini diulang hingga berat konstan

Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan.


(43)

b. Kadar Abu

100% A

C -B Abu

%  x

Ket : A = Berat Contoh B = Cawan + Abu C = Cawan Kosong

Sumber : Laboratorium THP Politeknik Negeri Lampung Ditimbang 2-5 g sampel masukkan ke dalam cawan

porselin yang telah diketahui beratnya

Pijarkan dalam Tanur pada suhu 500-600C selama 3-4 jam (hingga diperoleh abu berwarna keputih-putihan)


(44)

Lampiran 4. Penempatan bak beton secara acak selama penelitian:

Keterangan : A1 : Perlakuan A ulangan 1 A2 : Perlakuan Aulangan 2 A3 : Perlakuan A ulangan 3 B1 : Perlakuan B ulangan 1 B2 : Perlakuan B ulangan 2 B3 : Perlakuan B ulangan 3 C1 : Perlakuan C ulangan 1 C2 : Perlakuan C ulangan 2 C3 : Perlakuan C ulangan 3 D1 : Perlakuan D ulangan 1 D2: Perlakuan D ulangan 2 D3 : Perlakuan D ulangan 3 E1 : Perlakuan E ulangan 1 E2 : Perlakuan E ulangan 2 E3 : Perlakuan E ulangan 3

B2 D1 B3

xxxxx C1 xxxxx D3 xxxxx A2 xxxxx E3 A3 C3 E1 A1

C2 D2

E2 B1


(45)

Lampiran 5.Data Rata-Rata Pertumbuhan Mutlak Ikan Nila Merah Data Rata-Rata Pertumbuhan Ikan Nila Merah Setiap Sampling (gram)

Perlakuan Periode per 10 hari

Pertumbuhan Mutlak (gram)

D0 D1 D2 D3 D4 D5

A 4.13 5.50 7.61 9.73 11.47 14.43 10.3

B 4.13 5.31 7.86 9.94 11.41 15.01 10.88

C 4.17 5.74 8.02 10.3 13.27 16.94 12.76

D 4.13 5.34 7.60 9.25 10.18 13.45 9.32


(46)

Lampiran 6. Data Kelangsungan Hidup Ikan Nila Merah Data Kelangsungan Hidup Ikan Nila Merah (%)

Perlakuan Periode per 10 hari Kelangsungan hidup (%) D0 D1 D2 D3 D4 D5

A 150 150 150 146 137 137 91.33

B 150 150 150 145 140 140 93.33

C 150 150 150 145 138 138 92

D 150 150 145 145 143 143 95.33


(47)

(48)

(49)

(50)

Lampiran 8. Foto Dokumentasi Penelitian

1. Bak Wadah Penelitian

2. Timbangan Digital

3. Water Quality Checker

4. pH meter

5. Scoopnet


(51)

7. Timbangan

8. Ikan Uji Nila Merah

9. Tepung Onggok Fermentasi


(1)

49 Lampiran 6. Data Kelangsungan Hidup Ikan Nila Merah

Data Kelangsungan Hidup Ikan Nila Merah (%)

Perlakuan Periode per 10 hari Kelangsungan hidup (%) D0 D1 D2 D3 D4 D5

A 150 150 150 146 137 137 91.33

B 150 150 150 145 140 140 93.33

C 150 150 150 145 138 138 92

D 150 150 145 145 143 143 95.33


(2)

(3)

(4)

(5)

53 Lampiran 8. Foto Dokumentasi Penelitian

1. Bak Wadah Penelitian

2. Timbangan Digital

3. Water Quality Checker

4. pH meter

5. Scoopnet


(6)

54 7. Timbangan

8. Ikan Uji Nila Merah

9. Tepung Onggok Fermentasi