Strategi Pengembangan Koperasi Guna Menggerakkan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Dua Koperasi Di Kabupaten Bogor).

STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI GUNA MENGGERAKKAN
PEREKONOMIAN MASYARAKAT
(STUDI KASUS DUA KOPERASI DI KABUPATEN BOGOR)

CICI ANGGARA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pengembangan
Koperasi guna Menggerakkan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Dua
Koperasi di Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Nopember 2015
Cici Anggara
NIM H252130015

RINGKASAN
CICI ANGGARA. Strategi Pengembangan Koperasi guna Menggerakkan
Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Dua Koperasi di Kabupaten Bogor).
Dibimbing oleh LUKMAN M. BAGA dan MA’MUN SARMA.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat pemberdayaan koperasi
untuk pengembangan UMKM, mengidentifikasi peran KUD Sumber Alam dan
koperasi Al Banna terhadap peningkatan usaha-usaha produktif UMKM di
Kabupaten Bogor, dan merumuskan strategi dan program dalam upaya
pengembangan koperasi di Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Bantarkambing dan Desa Dramaga, Kabupaten Bogor yang dipilih secara
purposive. Penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Februari
sampai dengan April 2015.
Penentuan responden dalam penelitian ini dipilih melalui multi stage
sampling dengan populasi yaitu koperasi yang berada di Kecamatan Rancabungur

dan Kecamatan Dramaga. Berdasarkan hasil perhitungan, koperasi yang dijadikan
lokasi penelitian yaitu KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna. jumlah
responden yang diambil pada penelitian ini sebanyak 81 anggota UMKM yang
terdiri dari 45 UMKM dari KUD Sumber Alam dan 36 dari koperasi Al Banna.
Penelitian ini juga mengambil data dari responden kualitatif yaitu dari pihak
internal (pengurus koperasi, anggota koperasi dan bagian pengawas koperasi) dan
pihak eksternal (Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor, pemerintah desa
tempat koperasi domisili, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa).
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, Focus Group
Discussion (FGD), studi dokumen, partisipasi anggota koperasi, dan analisis
SWOT. Data yang diambil yaitu indikator tingkat pemberdayaan, sejarah koperasi
dan komunitas, kinerja koperasi, profil anggota dan pengurus koperasi, modal
sosial, kondisi lingkungan, identifikasi potensi, masalah, tujuan, dan alternatif
pemecahan masalah, dan strategi pengembangan koperasi serta rancangan
program. Data yang dihasilkan diolah melalui tabulasi silang, deskriptif, dan
Analisis SWOT.
Penyusunan strategi pengembangan koperasi dilakukan melalui analisis
SWOT. Strategi SWOT dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif,
berdasarkan analisis terhadap kinerja koperasi yang telah dianalisis menjadi
faktor-faktor penentu dalam analisis strategi SWOT. Penelitian ini juga

melakukan arsitektur strategi dengan menggabungkan hasil strategi yang
diperoleh dari tahap pengambilan keputusan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pemberdayaan UMKM
melalui koperasi termasuk tinggi baik pada KUD Sumber Alam maupun koperasi
Al Banna. Tingginya tingkat pemberdayaan tersebut dicirikan oleh sebagian besar
indikator dinyatakan “ya” oleh sebagian besar responden pada kedua koperasi
tersebut pada jawaban berbagai indikator tingkat pemberdayaan yaitu tingkat
partisipasi anggota, dukungan kebijakan pemerintah, tingkat pendapatan, faktor
sosial budaya, kemampuan manajemen, sumber keuangan koperasi, sistem
operasional, pemasaran produk, keberadaan inovasi, dan peran koperasi terhadap
UMKM.

Koperasi memiliki berbagai peran terhadap kemajuan UMKM di Kabupaten
Bogor. Koperasi sangat berperan sebagai pemberi pinjaman modal bagi setiap
UMKM yang tergabung di dalamnya dengan administrasi yang lebih mudah
daripada bank. Koperasi juga memfasilitasi UMKM dalam mengakses teknologi
yang lebih modern serta untuk mendapatkan bahan baku. Koperasi juga berperan
dalam memberi akses informasi serta mempromosikan usaha UMKM kepada
konsumsi secara lebih luas. Peran lainnya yaitu koperasi dapat memberikan
pendampingan usaha serta pelatihan-pelatihan softskill yang diperlukan untuk

perkembangan UMKM.
Berdasarkan analisis SWOT dan arsitektur strategi yang telah dilakukan,
strategi dan program dalam upaya pengembangan koperasi dari tahun 2015-2017
adalah meningkatkan kualitas pemberdayaan koperasi, meningkatkan jumlah
anggota koperasi, mengembangkan jaringan bisnis, menerapkan sistem
penghargaan (reward), mencari mitra pemasaran yang baru, menjalin kerjasama
dengan pemerintah dan akademisi, menyempurnakan kurikulum, memperbaiki
citra koperasi, memberi masukan kepada pemerintah, melakukan konsolidasi
internal dan eksternal, meningkatkan kualitas SDM, membuat SOP yang jelas dan
tersistem, membangun kemitraan dalam hal permodalan, mengembangkan
keunggulan kompetitif, menyelenggarakan promosi produk, memanfaatkan
dukungan pemerintah daerah Kabupaten Bogor untuk mensosialisasikan nilainilai koperasi kepada masyarakat, dan penguatan koperasi.
Kata kunci: Arsitektur strategi, koperasi, pemberdayaan, SWOT

SUMMARY
CICI ANGGARA. The Development’s strategies of Cooperation to Motivate
Economy’s Public (Case Studies of Two Cooperatives in Bogor). Under
Supervisor of LUKMAN BAGA and MA’MUN SARMA.
The purposes of this study are to analyze the level of cooperative’s
empowerment to develop Micro Small Medium Enterprise (MSME) in Bogor, to

identify the roles of KUD Sumber Alam and Al Bana cooperative to increase
MSME’s productive efforts in Bogor, and to formulate the strategies and
programs in order to develop cooperatives in Bogor. This research was conducted
in Bantarkambing village and Dramaga village, Bogor Regency which were
purposively selected method. This research was carried out for 3 months, from
February to April 2015.
The respondent was taken through multi stage sampling method from the
cooperative which is located in the sub-districts Rancabungur and district
Dramaga as the population. Based on the calculation result, the cooperatives that
were used as the study sites are KUD Sumber Alam and Al Banna cooperative.
The number of respondents were taken on this study are 81 members of MSME,
which consists 45 members from KUD Sumber Alam and 36 members from Al
Banna Cooperative. This research also took data from qualitative respondents
from internal side (cooperative’s management, cooperative’s members and
cooperative’s supervisor departement) and external sides (the Department of
Cooperatives and MSME Bogor, the goverment from the cooperative are located,
and the Institute of Rural Community Empowerment).
The data was collected through observations, interviews and Focus Group
Discussion (FGD), the study documents, cooperative’s member participation, and
SWOT analysis. The data which was taken such as the indicator of empowerment,

the history of the cooperative and communities, the cooperative’s performance,
members profile and cooperative’s management, social capital, environmental
conditions, identification of potential, problems, goals, alternative solutions to
problems, and cooperative development’s strategies and program designs. The
result was processed through cross tabulations, descriptive, and SWOT Analysis.
The creation of development strategy of cooperative was done through a
SWOT analysis. SWOT strategy in this study was analyzed qualitatively, based
on the analysis on the cooperative’s performance that has been analyzed into the
determinants in the SWOT strategy analysis. The research was doing architecture
strategy by combining the results of strategy which was obtained from the
decision making’s stage as well.
The results showed that the level of the empowerment of MSME through
cooperative institutional is high on KUD Sumber alam as well Al Banna
cooperative. The high of empowerment’s level can be seen from the respondent’s
answer yes on some indicators of empowerment’s level such as the members
participation’s rate, government’s policies support, income level, social-culture
factors, management capabilities, financial resources cooperatives, operational
systems, products marketing, the existence of innovations, and the role of
cooperatives to MSME.


There are a lot lot of cooperative roles in the development of MSME in
Bogor such as the capital lender for any MSME which is incorporated in it with
easier administration than the bank. Cooperative institutional also facilitating
MSME to access modern technology as well as to get raw materials. Futhermore,
the role of cooperative is in giving access to information as well as promoting
MSME’s business to wider consumption. Another role is to provide business
assistance as well as training soft skill which is needed to the MSME’s
development.
Based on SWOT analysis and architecture strategy that have been done,
strategies and programs in effort to develop cooperatives institutional from 20152017 are improving the empowerment cooperative’s quality, increasing the
number of cooperative members, developing business link, applying the reward
system, looking for new marketing partners, cooperating with local government
and academics, enhancing the cooperatives’s curriculum, improving the image of
cooperatives, providing advises to the goverment, making internal and external
consolidation, improving the quality of human resources, making a clear and
sistematically SOP, making partnership in terms of capital, developing a
competitive advantage, doing product’s promotions, takes advantage of Bogor
District government’s support to socialize the value of cooperatives and
strengthening cooperative institutional.
Keywords: Architecture strategy, the cooperative, empowerment, SWOT


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI GUNA MENGGERAKKAN
PEREKONOMIAN MASYARAKAT
(STUDI KASUS DUA KOPERASI DI KABUPATEN BOGOR)

CICI ANGGARA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional

pada
Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Harianto, MS

Judul Tesis

Nama
NIM

: Strategi Pengembangan Koperasi guna Menggerakkan
Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Dua Koperasi di
Kabupaten Bogor)
: Cici Anggara
: H252130015


Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing

Dr Ir Lukman M Baga, MA, Ec
Ketua

Dr Ir Ma’mun Sarma, MS, M.Ec
Anggota

Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Manajemen Pembangunan Daerah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Ma’mun Sarma, MS. M.Ec

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian: 13 Oktober 2015

Tanggal Lulus :

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah
ini berjudul Strategi Pengembangan Koperasi guna Menggerakkan Perekonomian
Masyarakat (Studi Kasus Dua Koperasi di Kabupaten Bogor).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M. Baga,
MA,Ec dan Bapak Dr Ir Ma’mun Sarma, MS. M.Ec selaku komisi pembimbing,
serta kepada penguji Dr Ir Harianto, MS yang telah banyak memberi saran serta
arahannya kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini. Di samping
itu,ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada istri, bapak, ibu, dan
pengurus koperasi lokasi penelitian, atas segala doa dan bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Nopember 2015
Cici Anggara

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

xv
xv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
5
6
7
7

2 TINJAUAN PUSTAKA
Koperasi
Kelembagaan
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Koperasi dan UMKM
Evaluasi Pemberdayaan
Model Evaluasi Pemberdayaan
Penelitian Terdahulu

7
10
11
13
16
17
19

3 KERANGKA PEMIKIRAN

21

4 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Metode Penelitian
Metode Penentuan Responden
Teknik Pengumpulan Data
Tahapan Penelitian
Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Tabulasi Silang
Analisis Kualitatif Deskriptif
Penyusunan Rencana dan Strategi Program Pengembangan Koperasi
Analisis SWOT
Analisis Road Map

23
23
23
25
26
27
28
30
31
31
32

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Koperasi
KUD Sumber Alam
Koperasi Al Banna
Tingkat Pemberdayaan Kelembagaan Koperasi untuk Pengembangan
UMKM
Peran KUD Sumber Alam dan Koperasi Al Banna terhadap
Upaya Peningkatan Usaha-usaha Produktif UMKM di Kabupaten Bogor
Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Koperasi

34
34
39
42
48
52

Identifikasi Komponen SWOT Koperasi
Rumusan Strategi Matriks SWOT Koperasi
Arsitektur Strategi Koperasi

52
59
64

6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

74
74

DAFTAR PUSTAKA

75

RIWAYAT HIDUP

78

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Teknik penentuan sampel penelitian
24
Rincian pengolahan dan analisis data
27
Indikator penelitian kuantitatif
29
Matriks SWOT
32
Profil KUD Sumber Alam
39
Profil Koperasi Al Banna
42
Jawaban indikator pemberdayaan berdasarkan keikutsertaan dalam
setiap pertemuan, jenis pertemuan, posisi, peran anggota koperasi,
program pemberdayaan dari LSM, dan promosi produk oleh koperasi
43
8 Jawaban indikator pemberdayaan berdasarkan dukungan kebijakan
pemerintah, tingkat pendapatan, faktor sosial budaya, dukungan teknologi,
dan kemampuan manajemen, dan pelaksanaan RAT
44
9 Jawaban indikator pemberdayaan berdasarkan sumber keuangan
koperasi, sistem operasional, akses pasar, pengembangan inovasi,
kemampuan bersaing, dan peranan koperasi ke UMKM (3)
46
10 Rumusan strategi matrik SWOT koperasi di Kabupaten Bogor
63
11 Sasaran kerja koperasi
68
12 Program kegiatan koperasi
69

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Perkembangan koperasi di Kabupaten Bogor
Kontribusi UMKM terhadap PDRB Kabupaten Bogor
Kerangka penelitian mengenai pengembangan kelembagaan koperasi
Tahapan penelitian pengembangan kelembagaan koperasi
Pendekatan arsitektur strategi
Struktur organisasi KUD Sumber Alam
Struktur organisasi Koperasi Al Banna
Rancangan arsitektur strategi pengembangan koperasi

3
5
22
26
34
36
41
73

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Aspek pembangunan ekonomi merupakan salah satu hal yang sangat
penting dalam kemajuan suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi menjadi target
utama dalam proses pembangunan suatu daerah. Pada saat pola pembangunan
ekonomi yang bertumpu pada konglomerasi usaha besar dinyatakan gagal, hal ini
mendorong para perencana ekonomi untuk mengalihkan upaya pembangunan
dengan bertumpu pada pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Hal ini terlihat dari pertumbuhan unit UMKM yang sangat pesat pasca krisis
ekonomi di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian Koperasi dan UKM RI
(2013), jumlah total UMKM adalah 57 juta unit usaha atau 99.9% dari total unit
bisnis yang ada di Indonesia. Berdasarkan data BPS (2012), sektor UMKM telah
memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Pertumbuhan UMKM yang tinggi juga memiliki dampak positif terhadap
penyerapan tenaga kerja dari 65.600.591 orang menjadi 107.657.509 orang
sepanjang tahun 1997-2012. Dampak lain pertumbuhan UMKM yang pesat adalah
peningkatan sumbangan PDB sektor UMKM dari 363.200,440 miliar/tahun
hingga mencapai 1.504.928,20 miliar/tahun sepanjang tahun 1997-2012.
Menurut Partomo (2008), UMKM memiliki peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian suatu bangsa. Hal ini
sebagaimana yang terjadi di negara Jepang pertumbuhan ekonomi telah dikaitkan
dengan besaran pertumbuhan UMKM, juga dalam penciptaan lapangan pekerjaan
di Amerika Serikat sejak Perang Dunia II. Negara-negara berkembang mulai
mengubah orientasinya ketika melihat pengalaman di negara-negara industri maju
tentang peranan dan sumbangan UMKM dalam pertumbuhan ekonomi. Peranan
UMKM sangat penting di semua negara karena jumlah UMKM merupakan
jumlah terbesar dari kegiatan usaha suatu negara. Perkembangan UMKM yang
pesat memiliki tujuan ekonomi yang ingin dicapai antara lain menciptakan
kesempatan kerja, distribusi pendapatan yang merata, menciptakan efisiensi,
memantapkan stabilitas kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
UMKM dituntut untuk memiliki kemampuan persaingan (competitive)
dengan produk-produk lain termasuk produk dari luar negeri. Lingkungan bisnis
yang kompetitif dan global pada belakangan ini menyebabkan UMKM harus
benar-benar mampu bersaing dalam hal efisiensi, inovatif, penetapan harga,
pengembangan usaha, dan lain-lain. Tingkat persaingan tersebut semakin tajam
sejalan dengan semakin derasnya arus informasi, serta pesatnya perkembangan
teknologi. Untuk dapat bertahan dalam arena persaingan, UMKM memerlukan
strategi bersaing yang tepat. Suatu usaha akan dapat memenangkan persaingan
apabila usaha tersebut memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage).
Kondisi inilah yang mendorong setiap pelaku UMKM berusaha untuk
meningkatkan keunggulan bersaing (Mildawati 2006).
Berkaitan dengan pentingnya peranan UMKM bagi perekonomian dan telah
banyaknya UMKM yang tumbuh, berbagai regulasi dan kebijakan bahkan
program pemerintah justru belum secara langsung menghasilkan kontribusi berarti
bagi pemberdayaan UMKM. Sektor ini dinilai belum optimal dalam memajukan

2

perekonomian rakyat. Faktor-faktor yang menghambat antara lain keterbatasan
sumber daya pengelola, persoalan kelembagaan maupun keterbatasan akses
terhadap pasar komoditas. Permasalahan lain yang sering dihadapi oleh UMKM
adalah lemahnya akses terhadap pasar, lemahnya akses terhadap sumber
permodalan, lemahnya akses terhadap manajemen, lemahnya akses terhadap
teknologi, dan lemahnya akses terhadap kemitraan usaha (Partomo 2008).
Pemberdayaan merupakan hal penting bagi UMKM untuk membentuk
UMKM yang mandiri. Upaya pemberdayaan UMKM merupakan upaya untuk
penguatan dan pembinaan sektor UMKM yang bersifat kelembagaan dan
mencakup berbagai aspek seperti produksi, teknologi, pemasaran, manajerial,
modal, dan kewirausahaan. Pemberdayaan UMKM yang dilakukan harus bersifat
multidimensi, bukan hanya dari sektor ekonomi, tetapi juga sosial dan kultural.
Menurut analisis Sukidjo (2004), UMKM perlu diberdayakan mengingat UMKM
memiliki peran yang sangat besar terutama dalam penyediaan lapangan kerja,
mengatasi pengangguran, mengurangi urbanisasi, membantu mempercepat
distribusi pendapatan yang adil dan merata, serta ikut memperkuat ketahanan dan
keamanan perekonomian nasional. Strategi kebijakan pemberdayaan UMKM
yang ditempuh antara lain berupa strategi kebijakan pengembangan ekonomi
rakyat, strategi kebijakan penumbuhan iklim berusaha yang kondusif serta strategi
kebijakan dukungan untuk penguatan.
Salah satu kelembagaan ekonomi yang dapat menghimpun kekuatan
UMKM agar memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage) serta upaya
strategis dalam meningkatkan taraf hidup sebagian besar rakyat Indonesia melalui
pemberdayaan adalah melalui koperasi. Koperasi sebagai soko guru
perekonomian Indonesia merupakan usaha untuk mengupayakan kesejahteraan
sosial terutama kesejahteraan para anggotanya. Koperasi sebagai salah satu tempat
berbisnis, namun saat ini belum dapat bersaing dengan perusahaan lain. Hal ini
disebabkan karena di dalam koperasi itu belum tercipta suatu strategi bisnis yang
mampu melihat keberadaan dirinya ditengah-tengah perekonomian Indonesia. Jika
koperasi ingin maju atau minimal menyamai pelaku ekonomi lainnya, sudah
seharusnya mengembangkan yang ada. Manajemen koperasi yang sudah mampu
melihat dimana koperasi ini berdiri dalam keseluruhan percaturan perekonomian
Indonesia, ini berarti bahwa koperasi sudah berorientasi kepada persaingan
kompetitif serta pemuasan selera konsumen dan bukannya pemuasan selera
anggota.
Pengembangan koperasi dan usaha kecil saat ini masih menghadapi
beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen
sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Koperasi
merupakan badan usaha di pedesaan dan pelaksana penuh sistem pemasaran
produk yang dihasilkan oleh UKM. Dari sisi lain koperasi juga merupakan
pedagang perantara dari produk yang dihasilkan oleh anggotanya (industri kecil
dan industri rumah tangga). Koperasi berfungsi sebagai lembaga pemasaran dari
produk UKM. Dalam koperasi dilakukan pengendalian mutu (sortiran,
pengolahan, pengepakan, pemberian label, dan penyimpanan) sesuai dengan
permintaan dan kebutuhan pasar. Koperasi juga berperan sebagai media informasi
pasar, apakah menyangkut dengan peluang pasar, perkembangan harga, dan daya
beli pasar. Melalui informasi pasar koperasi harus dapat menciptakan peluang
pasar produk-produk UKM, sehingga pengusaha kecil tidak ragu untuk

3

melakukan kegiatan usahanya karena ada jaminan dari koperasi bahwa produk
mereka akan ditampung (Syahza 2002).
Koperasi juga berperan sebagai penyedia kredit yang diperoleh dari lembaga
perkreditan dan pengusaha. Pemberian kredit ini didasarkan kepada bentuk usaha
yang mengembangkan komoditi potensial dan punya peluang pasar. Tingkat
pengembalian kredit oleh pengusaha dapat dilakukan melalui pemotongan
penjualan hasil kepada koperasi. Kegiatan unit usaha ini akan menimbulkan
multiplier effect ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Pada hakikatnya industri
kecil dan industri rumah tangga sebagai unit usaha di pedesaan dapat menciptakan
peluang usaha dalam kegiatan ekonomi sehingga menyebabkan naiknya
pendapatan mayarakat yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pedesaan. Selain yang diungkapkan di atas, koperasi juga berfungsi
sebagai: pertama, mencarikan alternatif pemecahan masalah pengusaha kecil
seperti penyediaan kredit, pembentukan modal bersama melalui tabungan,
penyediaan sarana produksi, pelaku agroindustri, memasarkan produk dan
sebagainya; kedua, memberikan kemudahan berupa pelatihan dan pembinaan
kepada pengusaha dalam usaha-usaha yang dilakukannya; dan ketiga, pengusaha
di pedesaan perlu diorganisir untuk memperkuat posisi tawar-menawarnya dalam
menghadapi persaingan dan melakukan kemitraan dengan pihak lain.
Kabupaten Bogor merupakan daerah yang memiliki potensi besar dalam
pengembangan koperasi. Jumlah koperasi Kabupaten Bogor berdasarkan data
Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor mengalami penurunan pada tahun
2009 sampai 2011, akan tetapi dari tahun 2011 mengalami peningkatan kembali
sampai data terakhir tahun 2014. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh jumlah
koperasi yang aktif yang mengalami penurunan pada tahun 2010 tetapi mengalami
peningkatan kembali pada tahun 2011 hingga 2014. Adapun jumlah koperasi tidak
aktif mengalami penurunan dari tahun 2009 hingga 2014. Jumlah koperasi secara
lengkap ditunjukkan pada Gambar 1.
Perkembangan koperasi di Kabupaten Bogor
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
2009

2010

2011

jumlah koperasi

2012
aktif

2013
tidak aktif

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kab.Bogor (2014)

Gambar 1 Perkembangan koperasi di Kabupaten Bogor

2014

4

Berhubung dengan banyaknya jumlah koperasi di Kabupaten Bogor, sebuah
lembaga kemanusiaan nasional yaitu PKPU (Pos Kemanusiaan Peduli Umat) telah
memberdayakan UMKM yang berada di Kabupaten Bogor. Program ini
merupakan salah satu program pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam bentuk
kelompok usaha mandiri (KUM) masyarakat dan kelompok usaha bersama
(KUBE).
Keberadaan program pemberdayaan UMKM yang dijelaskan di atas tidak
menjamin sebuah UMKM menjadi tumbuh mandiri dikarenakan masih banyaknya
permasalahan yang dihadapi. Salah satu contohnya adalah tidak adanya
sinergisitas antara pemerintah dengan lembaga-lembaga pemberi program
pemberdayaan. Oleh karena itu, pertumbuhan jumlah koperasi di Kabupaten
Bogor yang tinggi belum mampu memberikan pengaruh yang pesat terhadap
pertumbuhan ekonomi. Berbagai permasalahan lainnya antara lain: 1) lemahnya
kualitas sumberdaya manusia khususnya kualitas manajemen; 2) kegiatan
koperasi tidak sesuai dengan kebutuhan anggota sehingga koperasi berjalan atas
kehendak pengurus semata, ini berakibat kepada rendahnya partisipasi anggota
karena anggota tidak merasakan manfaat sebagai anggota koperasi; 3) masih
ditemukan koperasi tidak melibatkan anggota dalam aktifitasnya (koperasi
dikendalikan oleh pemilik modal); 4) adanya kegiatan koperasi yang
memanfaatkan dukungan pemerintah terhadap keberadaan koperasi bagi
kepentingan pribadi (sebagai usaha pribadi); dan 6) koperasi di pedesaan lebih
banyak bergerak pada bidang usaha simpan pinjam bukan pada usaha produktif.
Secara khusus kelemahan koperasi di Kabupaten Bogor antara lain: 1) pada
penentuan kepengurusan dan manajemen koperasi masih dipengaruhi oleh rasa
tenggang rasa sesama masyarakat bukan didasarkan pada kualitas kepemimpinan
dan kewirausahaan; 2) budaya manajemen masih bersifat feodalistik paternalistik
(pengawasan belum berfungsi). Ini disebabkan karena terbatasnya kualitas
sumberdaya manusia yang dimiliki (khususnya untuk level manajemen). Masih
lemahnya jiwa kewirausahaan dan rendahnya tingkat pendidikan pengurus; 3)
anggota koperasi pada umumnya sangat heterogen, baik dari sisi budaya,
pendidikan, maupun lingkungan sosial ekonominya; 4) usaha yang dilakukan
tidak fokus, sehingga tingkat profitabilitas koperasi masih rendah. Akibatnya
pengembangan aset koperasi sangat lambat dan koperasi sulit untuk berkembang;
5) masih rendahnya kualitas pelayanan koperasi terhadap anggota maupun non
anggota. Ini berakibat rendahnya partisipasi anggota terhadap usaha koperasi; 6)
masih lemahnya sistem informasi di tingkat koperasi, terutama informasi harga
terhadap komoditas pertanian sehingga akses pasar produk pertanian dan produk
lainnya masih relatif sempit; 7) belum berperannya koperasi sebagai penyalur
sarana produksi pertanian di pedesaan dan sebagai penampung hasil produksi
pertanian. Kelemahan koperasi selanjutnya yaitu masih rendahnya kontribusi
koperasi terhadap PDRB Kabupaten Bogor. Persentasi kontribusi UMKM
terhadap PDRB Kabupaten Bogor dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami
penurunan yaitu dari 12.24% menjadi 11.52% seperti terlihat pada Gambar 2.

5

Kontribusi UMKM terhadap PDRB Kabupaten Bogor
12.4

Persentase kontribusi

12.2
12
11.8
11.6

%kontribusi

11.4
11.2
11
2009

2010

2011

2012

2013

Tahun

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kab.Bogor (2014)

Gambar 2 Kontribusi UMKM terhadap PDRB Kabupaten Bogor
Oleh karena itu, kajian mengenai Strategi Pengembangan Koperasi guna
Menggerakkan Perekonomian Masyarakat (Studi Kasus Dua Koperasi di
Kabupaten Bogor) perlu dilakukan. Kebijakan pemberdayaan UMKM melalui
koperasi secara umum diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan
perekonomian dalam rangka penciptaan kesempatan kerja, peningkatan ekspor
dan daya saing dan pada akhirnya untuk penanggulangan kemiskinan.

Perumusan Masalah
Perkembangan jumlah koperasi yang meningkat belum diimbangi dengan
peningkatan kualitas UMKM yang memadai khususnya skala usaha mikro. Salah
satu masalah yang masih dihadapi adalah rendahnya produktivitas yang
menimbulkan kesenjangan yang sangat lebar antar pelaku usaha kecil, menengah,
dan besar. Produktivitas usaha mikro dan kecil masih sekitar Rp 4.3 juta per unit
usaha per tahun dan usaha menengah sebesar Rp 1.2 miliar, sementara itu
produktivitas per unit usaha besar telah mencapai Rp 82.6 miliar. Hal ini
disebabkan karena rendahnya kualitas sumber daya manusia UMKM khususnya
dalam bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran serta
rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM. Oleh karena itu, peningkatan
produktivitas UMKM sangat diperlukan untuk mengatasi ketimpangan
antarpelaku,
antargolongan
pendapatan
dan
antardaerah,
termasuk
penanggulangan kemiskinan, selain sekaligus mendorong peningkatan daya saing
daerah.
Permasalahan yang dihadapi UMKM juga berupa terbatasnya akses UMKM
terhadap sumberdaya produktif terutama permodalan, teknologi, informasi dan
pasar. Bersamaan dengan itu, penguasaan teknologi, manajemen, informasi dan
pasar masih jauh dari memadai dan relatif memerlukan biaya yang besar untuk
dikelola secara mandiri oleh UMKM dan koperasi. Sementara ketersediaan

6

lembaga yang menyediakan jasa di bidang tersebut juga sangat terbatas dan tidak
merata ke seluruh daerah.
Kabupaten Bogor memiliki potensi besar untuk pengembangan koperasi
karena jumlah koperasi dan UMKM cukup banyak. Jumlah koperasi Kabupaten
Bogor berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor tahun
2012 sebanyak 1.021 unit koperasi aktif, 568 unit koperasi tidak aktif dengan total
jumlah koperasi Kabupaten Bogor sebanyak 1.589 unit. Jumlah tersebut naik pada
tahun 2014 dengan jumlah koperasi aktif 1177, tidak aktif 518, dan total koperasi
seluruhnya 1695. Akan tetapi, hampir sepertiga dari jumlah koperasi yang ada
tidak aktif. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal seperti kekurangmampuan
koperasi dan UMKM dalam bidang manajemen, penguasaan teknologi, dan
pemasaran, serta rendahnya kompetensi kewirausahaan koperasi dan UMKM di
kedua wilayah ini. Tingkat kinerja yang demikian juga berkaitan dengan
lemahnya kemampuan dan posisi tawar untuk mengelola dan mengakses ke
berbagai sumber daya produktif yang meliputi sumber-sumber permodalan,
informasi, teknologi, pasar, dan faktor produksi. Selain itu, masih rendahnya
kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi juga menjadi penghambat kemajuan
koperasi.
Adanya program pemberdayaan koperasi dari lembaga swasta seperti PKPU
terhadap UMKM yang ada di Bogor cukup membantu untuk meningkatkan
kualitas koperasi. Akan tetapi, program pemberdayaan tersebut tidak menjamin
sebuah UMKM menjadi tumbuh mandiri dikarenakan masih banyaknya
permasalahan yang dihadapi. Salah satu contohnya adalah tidak adanya
sinergisitas antara pemerintah dengan lembaga-lembaga pemberi program
pemberdayaan. Keberadaan UMKM dan koperasi di Kabupaten Bogor juga belum
mampu berperan dalam menggerakkan perekonomian rakyat daerah disebabkan
karena belum optimal peran pemberdayaan pemerintah daerah terhadap UMKM
melalui koperasi. Hal ini terlihat dari evaluasi pemberdayaan melalui koperasi
yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Pemerintah Daerah Kabupaten
Bogor.
Oleh karena itu, aspek kelembagaan perlu menjadi perhatian yang sungguhsungguh dalam rangka memperoleh daya jangkau hasil dan manfaat (outreach
impact) yang semaksimal mungkin mengingat besarnya jumlah dan
keanekaragaman UMKM dan koperasi di Kabupaten Bogor. Berdasarkan uraian
di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pemberdayaan koperasi untuk pengembangan UMKM?
2. Bagaimana peran KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna terhadap
peningkatan usaha-usaha produktif UMKM di Kabupaten Bogor?
3. Bagaimana merumuskan strategi dalam upaya pengembangan kelembagaan
koperasi di Kabupaten Bogor?

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis tingkat pemberdayaan koperasi untuk pengembangan UMKM

7

2. Mengidentifikasi peran KUD Sumber Alam dan koperasi Al Banna terhadap
peningkatan usaha-usaha produktif UMKM di wilayah Kabupaten Bogor.
3. Merumuskan strategi dan program dalam upaya pengembangan kelembagaan
koperasi di Kabupaten Bogor.

Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pihak-pihak pemegang kebijakan seperti :
1. Kegunaan praktis, diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah
Daerah dan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bogor dalam upaya
pemberdayaan masyarakat melalui kelembagaan koperasi.
2. Kegunaan strategi, diharapkan dapat memberikan kontribusi atas penyusunan
program dan strategi pemberdayaan masyarakat melalui koperasi.
3. Kegunaan akademis, diharapkan dapat memperkaya tentang praktek-praktek
pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kelembagaan koperasi dan
memberikan informasi terhadap penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan analisis kelembagaan koperasi dan menyusun
strategi pengembangan kelembagaan koperasi dengan studi kasus yaitu Koperasi
di Darmaga dan Rancabungur. Akan tetapi, hasilnya ditujukan untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Bogor. Pemilian KUD
Sumber Alam dan Koperasi Al Banna ditentukan secara purposif. Hal ini
dikarenakan bertujuan untuk membandingkan antara koperasi yang sudah berdiri
lama (KUD Sumber Alam) dan koperasi yang baru serta mendapatkan
pendampingan dari LSM yaitu PKPU (Koperasi Al Banna).

2 TINJAUAN PUSTAKA
Koperasi
Pada kongres ICA di Manchester, Inggris pada bulan September 1995,
Aliansi Koperasi Sedunia (Intemational Cooperatives Alliance/ICA) menyatakan
bahwa koperasi didefinisikan sebagai perkumpulan otonom dari orang-orang yang
bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi
ekonomi, sosial dan budaya bersama melalui perusahaan yang dimiliki bersama
dan dikendalikan secara demokratis. Koperasi juga didefinisikan sebagai
perkumpulan orang-orang yang mempunyai kebutuhan dan kepentingan ekonomi
yang sama, yang ingin dipenuhi secara bersama melalui pembentukan perusahaan
bersama yang dikelola dan diawasi secara demokratis. Koperasi merupakan
perusahaan dimana orang-orang berkumpul tidak untuk menyatukan modal atau

8

uang, melainkan sebagai akibat adanya kesamaan kebutuhan dan kepentingan
ekonomi. Selain itu, koperasi sebagai perusahaan yang harus memberi pelayanan
ekonomi kepada anggotanya (Soedjono 2002).
Prinsip-prinsip koperasi berdasarkan Aliansi Koperasi Sedunia
(Intemational Cooperatives Alliance/ICA) yaitu keanggotaan bersifat sukarela dan
terbuka, pengendalian oleh anggota-anggota secara demokratis, partisipasi
ekonomi anggota, otonomi dan kebebasan, pendidikan, pelatihan dan informasi,
serta kerjasama diantara koperasi-koperasi (Soedjono 2002).
Koperasi di Indonesia terbagi dalam beberapa jenis berdasarkan kriteria
tertentu. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.60 tahun 1959 tentang
Perkembangan Gerakan Koperasi (pasal 2) bahwa koperasi dibagi dalam 7 jenis
yaitu koperasi desa, koperasi pertanian, koperasi peternakan, koperasi perikanan,
koperasi kerajinan/industri, koperasi simpan pinjam, dan koperasi konsumsi.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2010) membagi jenisjenis koperasi menjadi lima jenis yaitu:
1. Koperasi produsen
Koperasi produsen adalah koperasi yang anggotanya-anggotanya adalah para
produsen. Anggota koperasi ini adalah pemilik (owner) dan pengguna
pelayanan (user), dimana dalam kedudukannya sebagai produsen, anggota
koperasi produsen mengolah bahan baku/input menjadi barang jadi/output,
sehingga menghasilkan barang yang dapat diperjualbelikan, memperoleh
sejumlah keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan kesempatan pasar
yang dapat diperjualbelikan, memperoleh sejumlah keuntungan dengan
transaksi dan memanfaatkan kesempatan pasar yang ada. Koperasi produsen
berperan dalam pengadaan bahan baku, input, atau sarana produksi yang
menunjang ekonomi anggota sehingga anggota merasakan manfaat
keberadaan koperasi karena mampu meningkatkan produktivitas usaha
anggota dan pendapatannya.
2. Koperasi konsumen
Koperasi konsumen adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan bagi
anggota dalam rangka penyediaan barang atau jasa yang dibutuhkan anggota.
Koperasi konsumen berperan dalam mempertinggi daya beli sehingga
pendapatan riil anggota meningkat. Pada koperasi ini, angggota memiliki
identitas sebagai pemilik (owner) dan sebagai pelanggan (customer). Dalam
kedudukan anggota sebagai konsumen, kegiatan mengkonsumsi (termasuk
konsumsi oleh produsen) adalah penggunaan mengkonsumsi barang/jasa
yang disediakan oleh pasar.
3. Koperasi simpan pinjam
Koperasi ini menyelenggarakan layanan tabungan dan sekaligus memberikan
kredit bagi anggotanya. Layanan-layanan ini menempatkan koperasi sebagai
pelayan anggota memenuhi kebutuhan pelayanan keuangan bagi anggota
menjadi lebih baik dan lebih maju. Dalam koperasi ini anggotanya memiliki
kedudukan identitas ganda sebagai pemilik (owner) dan nasabah (customers).
Dalam kedudukan sebagai nasabah anggota melaksanakan kegiatan
menabung dan meminjam dalam bentuk kredit kepada koperasi. Pelayanan
koperasi kepada anggota yang menabung dalam bentuk simpanan wajib,
simpanan sukarela dan deposito, merupakan sumber modal bagi koperasi.
Penghimpunan dana dari anggota itu menjadi modal yang selanjutnya oleh

9

koperasi disalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota dan
calon anggota. Dengan cara pinjam (KSP) dan atau Unit Usaha Simpan
Pinjam (USP) Koperasi. Dengan cara itulah koperasi melaksanakan fungsi
intermediasi dana milik anggota untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada
anggota yang membutuhkan. Penyelenggaraan kegiatan simpan pinjam oleh
koperasi dilaksanakan dalam bentuk/wadah koperasi simpan pinjam.
4. Koperasi pemasaran
Koperasi pemasaran seringkali disebut koperasi penjualan. Identitas anggota
sebagai pemilik (owner) dan penjual (seller) atau pemasar. Koperasi
pemasaran mempunyai fungsi menampung produk barang maupun jasa yang
dihasilkan anggota untuk selanjutnya memasarkannya kepada konsumen.
Anggota berkedudukan sebagai pemasok barang atau jasa kepada koperasinya.
Dengan demikian bagi anggota, koperasi merupakan bagian terdepan dalam
pemasaran barang ataupun jasa anggota produsen. Sukses fungsi pemasaran
ini mendukung tingkat kepastian usaha bagi anggota untuk tetap dapat
berproduksi.
5. Koperasi jasa
Koperasi jasa yaitu koperasi dengan identitas anggota sebagai pemilik dan
nasabah konsumen jasa dan atau produsen jasa. Dalam status anggota sebagai
konsumen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi pengadaan jasa.
Sedangkan dalam status anggota sebagai produsen jasa, maka koperasi yang
didirikan adalah koperasi produsen jasa atau koperasi pemasaran jasa.
Sebagai koperasi pemasaran, bilamana koperasi melaksanakan fungsi
memasarkan jasa hasil produksi anggota. Dalam praktek dikenal pula
penjenisan koperasi atas dasar cakupan pengelolaan bisnis (usaha), yaitu jenis
koperasi Single Purpose (satu usaha) dan Multi Purpose (banyak usaha).
Koperasi dengan satu kegiatan usaha, misalnya Koperasi Simpan Pinjam
(KSP), Koperasi Produsen Susu, Koperasi tahu tempe (Primkopti), Koperasi
Bank Perkreditan Rakyat dan sebagainya. Koperasi dengan lebih dari satu
kegiatan usaha, sering disebut sebagai koperasi serba usaha. Jenis koperasi ini
misalnya Koperasi Pemasaran, dimana koperasi melaksanakan pemasaran
produk barang dan jasa.
Koperasi banyak dikembangkan untuk mengarahkan agar koperasi benarbenar menerapkan prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi. Dengan demikian
koperasi akan menjadi organisasi ekonomi yang mantap, demokratis, otonom,
partisipatif, dan berwatak sosial. Pembinaan koperasi pada dasarnya dimaksudkan
untuk mendorong agar koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama
dalam kehidupan ekonomi rakyat. Strategi pemberdayaan koperasi yang
menjadikan koperasi sebagai organisasi ekonomi yang mantap, demokratis,
otonom, partisipasi, dan berwatak sosial dilakukan secara terbuka, secara
bersama-sama dan berkesinambungan antara pihak-pihak yang terlibat sehingga
tercipta usaha bersama yang benar-benar dijiwai oleh setiap anggota dan warga
masyarakat. Strategi pemberdayaan koperasi adalah merupakan strategi yang
secara integral dilakukan dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi nasional,
dimana dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang nyata, maka pemerataan hasil
pembangunan dapat dinikmati oleh koperasi sebagai bentuk pemerataan
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, dan pemerataan alokasi hasil
pembangunan di seluruh tanah air.

10

Kelembagaan
Kelembagaan didefinisikan sebagai aturan dan rambu-rambu sebagai
panduan yang dipakai oleh para anggota suatu kelompok masyarakat untuk
mengatur hubungan yang saling mengikat atau saling tergantung satu sama lain.
Penataan institusi (institutional arrangement) dapat ditentukan oleh beberapa
unsur, antara lain aturan operasional yang mengatur pemanfaatan sumber daya,
aturan kolektif untuk menegakan hukum atau aturan itu sendiri dan aturan
operasional yang mengatur hubungan kewenangan organisasi. Kelembagaan
memiliki tiga ciri khas yaitu hak kepemilikan (property right), batas yuridiksi
(jurisdictional boundary) dan aturan representasi (rule of representation)
(Prasetyani 2002). Penjelasan ketiga ciri khas tersebut yaitu:
a. Hak kepemilikan (property right), diartikan sebagai hak dan kewajiban yang
didefinisikan dan diatur dalam hukum, adat, tradisi atau konsensus yang
mengatur hubungan antara anggota dalam hal kepentingan terhadap sumber
daya, situasi dan kondisi. Hak dan kewajiban sebagai pemilik sumber daya,
situasi dan kondisi. Hak dan kewajiban sebagai pemilik sumber daya dijamin
dalam produk hukum.
b. Batas yuridiksi (jurisdictional boundary), diartikan sebagai bahasan untuk
menentukan siapa dan apa yang tercakup dalam kelembagaan. Konsep batas
yuridiksi dapat diartikan sebagai batas wilayah kekuasaan yang dimiliki oleh
suatu kelembagaan, sehingga dapat bermakna peran dalam mengatur alokasi
dan nilai sumber daya.
c. Aturan representasi (rule of representation), diartikan dalam lingkup siapa yang
berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dalam kelompok
atau masyarakat. Keputusan yang dibentuk dan apa kemungkinan terhadap
kinerja akan ditentukan oleh kaidah representasi dalam pengambilan
keputusan. Aturan representasi berperan sebagai subyek dari analisis ekonomi
dalam menentukan besaran alokasi sumber daya yang dapat diakses.
Kelembagaan mencakup penataan institusi untuk memadukan organisasi
dan institusi. Penataan institusi adalah suatu penataan hubungan antara unit-unit
ekonomi yang mengatur cara unit-unit ini apakah dapat bekerjasama dan atau
berkompetisi. Dalam pendekatan ini organisasi adalah suatu pernyataan mengenai
aktor atau pelaku ekonomi dimana ada kontrak atau transaksi yang dilakukan dan
tujuan utama kontrak adalah mengurangi biaya transaksi (Mubyarto 2003).
Kelembagaan dalam konteks pemberdayaan koperasi diartikan sebagai
organisasi atau pelaku ekonomi dimana ada transaksi yang dilakukan.
Kelembagaan disini mengarah pada badan koperasi, usaha UMKM, dan juga
lembaga pemerintah seperti dinas koperasi. Pentingnya kelembagaan koperasi
telah dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Indarti dan Wardana (2013) yang
menunjukkan bahwa apabila sekelompok nelayan bergabung membentuk
kerjasama koperasi, maka mereka dapat meraih manfaat dari pencapaian skala
ekonomi dan penguatan daya tawar di pasar input dan output. Manfaat-manfaat
dari skala ekonomi tersebut diperoleh melalui economies of materials, economies
of machinery, economies of highly organized buying and selling dan economies of
skill. Hasil penelitiannya juga menyimpulkan bahwa keputusan nelayan untuk
bergabung ke dalam suatu koperasi merupakan keputusan strategis untuk

11

penguatan daya tawar di pasar input dan output, serta penguatan daya kerjasama
dalam menjalin kemitraan dengan pihak eksternal lainnya.
Peningkatan penguatan kelembagaan berarti usaha untuk meningkatkan
peran dan mengembangkan tata kelembagaan di tingkat masyarakat yang mampu
mewadahi setiap gagasan, usulan dan aspirasi dari masyarakat untuk kemajuan
dalam komunitasnya. Peningkatan penguatan kelembagaan ini meliputi usaha
penyadaran masyarakat untuk menyusun norma-norma dan aturan-aturan yang
menyangkut pola perilaku masyarakat yang mana keluaran dari usaha ini adalah
terbentuknya lembaga-lembaga berbasis komunitas untuk pembangunan dalam
lingkungannya. Peningkatan kapasitas juga meliputi usaha untuk meningkatkan
kemampuan manajerial dan berorganisasi masyarakat dalam upaya mewujudkan
tata kelembagaan yang lebih partisipatif dan transparan.

Pemberdayaan Masyarakat
Secara etimologis, pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang berarti
kekuatan atau kemampuan. Oleh karena itu, pemberdayaan diartikan sebagai
proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau proses
pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada
pihak yang kurang atau belum berdaya (Sulistiyani 2004). Oleh karena itu,
disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk
memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu
dan masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan
kebutuhan dan potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih
alternatif pemecahnya dengan mengoptimalkan sumberdaya dan potensi yang
dimiliki secara mandiri (Ardiansyah 2010).
Menurut Suharto (2005), pemberdayaan merupakan sebuah proses dan
tujuan. Pemberdayaan sebagai sebuah proses diartikan sebagai serangkaian
kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat. Adapun sebagai tujuan, pemberdayaan dimaksudkan pada keadaan
atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang
berdaya, memiliki kekuasaan atau memiliki pengetahuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki
kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam mengerjakan tugas-tugas
kehidupannya.
Suharto (2005) menjelaskan mengenai prinsip pemberdayaan menurut
perspektif pekerjaan sosial yaitu (1) pemberdayaan adalah proses kolaboratif.
Karena pekerjaan sosial dan masyarakat harus bekerja sama sebagai mitra, (2)
proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau subyek yang
kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber atau kesempatan-kesempatan,
(3) masyarakat harus dapat melihat dirinya sendiri sebagai agen penting yang
dapat mempengaruhi perubahan, (4) kompetensi diperoleh atau dipertajam
melalui pengalaman hidup, (5) solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus harus
beragam dan menghargai keragaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada
pada situasi masalah tersebut, (6) jaringan-jaringan sosial informal merupakan
sumber dukungan yang penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan

12

kompetensi serta kemampuan mengendalikan seseorang, (7) masyarakat harus
berpartisispasi dalam memberdayakan dirinya berupa tujuan, cara, dan hasil harus
dirumuskan olehnya, (8) tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan,
karena pengetahuan dapat memobilisasi tindakan bagi perubahan, (9)
pemberdayaan melibatkan akses terhadap sumber-sumber tersebut secara efektif,
(10) proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus, evolutif dan
permasalahan selalu memiliki beragam solusi, (11) pemberdayaan dicapai melalui
struktur-struktur personal dan pembangunan ekonomi secara paralel.
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dicapai melalui
penerapan pendekatan yang disingkat menjadi 5P berdasarkan (Suharto 2005)
yaitu:
a. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu
membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan struktural yang
menghambat.
b. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap
kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandiriannya.
c. Perlindungan: melindungi masyarakat, terutama kelompok-kelompok lemah
agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan
yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan yang lemah.
d. Penyokongan: memberikan dukungan dan sokongan agar masyarakat mampu
menjalankan peran dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus
mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh dalam keadaan dan posisi
yang semakin lemah dan terpinggirkan.
e. Pemeliharaan: memelihara kondisi kondusif, agar tetap terjadi keseimbangan
distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam masyarakat.
Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang
mungkin setiap orang memperoleh kesempatan berusaha.
Masyarakat berdaya menurut Slamet (2003) yaitu masyarakat yang tahu,
mengerti, paham termotivasi, berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi,
mampu bekerjasama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan,
berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu
bertindak sesuai dengan situasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan
masyarakat yang memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara
berkesinambungan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara
bertanggungjawab. Adi (2003) menyatakan beberapa kendala (hambatan) dalam
pembangunan masyarakat, baik yang berasal dari kepribadian individu maupun
berasal dari sistem sosial. Hambatan dari kepribadian individu berupa kestabilan
(Homeostatis), kebiasaan (habit), seleksi ingatan dan persepsi (selective
perception and retention), ketergantungan (depedence), super-ego, yang terlalu
kuat, cenderung membuat seseorang tidak mau menerima pembaharuan, dan rasa
tak percaya diri (self distrust). Adapun dari sistem sosial berupa kesepakatan
terhadap norma tertentu (conformity to norms), yang mengikat sebagian anggota
masyarakat pada suatu komunitas tertentu, kesatuan dan kepaduan sistem dan
budaya (systemic and cultural coherence), kelompok kepentingan (vested interest),

13

hal yang bersifat sakral (the sacrosanct), dan penolakan terhadap orang luar
(rejection of outsiders).
Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan yaitu kecendrungan
pertama dimana proses pemberdayaan menekankan pada proses memberikan