Kajian Daya Dukung Lingkungan Aspek Sumber Daya Air di Kabupaten Lebak

KAJIAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
ASPEK SUMBER DAYA AIR DI KABUPATEN LEBAK

ANNETTE ANGGRAENY SIHOMBING

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajan Daya Dukung
Lingkungan Aspek Sumber Daya Air di Kabupaten Lebak adalah benar karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Annette Anggraeny S
NIM F44100004

ABSTRAK
ANNETTE ANGGRAENY. Kajian Daya Dukung Lingkungan Aspek Sumber
Daya Air di Kabupaten Lebak. Dibimbing oleh PRASTOWO.
Abstrak : Aktivitas pembangunan yang dilakukan manusia berimplikasi kepada banyaknya aspek
yang perlu diperhatikan, yaitu aspek fisik, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Dampak
terhadap lingkungan yang dapat disebabkan oleh pembangunan antara lain perubahan proporsi
tutupan lahan, meningkatnya jumlah lahan kritis, kerusakan daerah aliran sungai (DAS),
perubahan kapasitas simpan air, perubahan ekosistem, dan keanekaragaman hayati. Tujuan dari
penelitian ini adalah menganalisis hierarki daya dukung lingkungan, dalam hal ini aspek sumber
daya air, meliputi penetapan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air, analisis potensi
suplai air, kajian sumberdaya iklim untuk pertanian (agroklimat) dan kajian indikator degradasi
sumberdaya air di Kabupaten Lebak serta membandingkan hasil analisis dengan muatan
lingkungan yang tercantum dalam RTRW Kabupaten Lebak 2013 – 2033. Status daya dukung
lingkungan tahunan Kabupaten Lebak berada dalam kondisi aman, dan berada pada status

terlampaui (overshoot) pada bulan Agustus dan September, serta debit andalan minimum Sungai
Ciujung bagian hulu masih dapat memenuhi total kebutuhan air aktual. Berdasarkan Metode
Oldeman untuk agroklimat, Kabupaten Lebak berada pada Zona C1, C2, D2 artinya wilayah di
Kabupaten Lebak dapat ditanami padi dan palawija dengan pola tanam tertentu sesuai bulan
basah dan bulan kering. Berdasarkan analisis neraca air yang dilakukan, besar curah hujan lebih
adalah 217 mm dan defisit terjadi pada bulan Mei hingga November sebesar 232 mm Nilai
limpasan dan pengisian air tanah berturut – turut 102 mm dan 115 mm. Berdasarkan simulasi
komposisi luas lahan diperoleh luas minimum untuk hutan sebesar 30%. Salah satu indikator
degradasi kualitas air di Kabupaten Lebak adalah banjir. Pengelolaan limpasan untuk konservasi
sumber daya air dan pencegahan erosi dan banjir dibangun teras gulud yang dilengkapi dengan
1050 rorak dibangun di areal perkebunan rakyat.
Kata kunci : agroklimat, daya dukung lingkungan, neraca air, sumberdaya air, rencana tata
ruangwilayah

ABSTRACT
ANNETTE ANGGRAENY. Environmental Carrying Capacity Assessment Based
On Water Resources In Lebak Regency.Supervised by PRASTOWO.
Abstract : Development activities have affected many aspects that need to be considered , namely
the physical, economic , social, cultural and environmental aspect. Environmental impacts happen,
such as changes in the proportion of land cover, the increasing number of critical areas,

watershed damage, changes in water storage capacity, changes in ecosystems and biodiversity.
The purpose of this study was to analyze the environmental carrying capacity based on water
resources, including the determination of the status of environmental carrying capacity, water
supply potential analysis, climate resources for agriculture (agro-climatic) and assessment of
water resource degradation indicators and to compare the results of the analysis to the
environmental contents in RTRW Lebak Regency 2013-2033. Annual environmental capacity of
Lebak is in a sustain condition, and discharge of Ciujung watershed can supply the water needs.
Based on Oldeman method for agro-climatic, Lebak Regency is in C1 , C2 , D2 Zone, means
Lebak can be planted with rice and corps. Based on the analysis on water balance, surplus rainfall
is 217 mm and the deficit is 232 mm that occurred in May – November. Runoff and groundwater
recharging are 102 mm and 115 mm. By simulating of the land composition, minimum area for
forest is 30 %. Degradation of water quality in Lebak occured by flood. Recommended water
resources conservation for flood and erosion prevention is terrace which is equipped with 1050
rorak that built in the plantation area.
Keywords : agro-climatic, environmental carrying capacity, spatial planning document, water
balance, water resources

KAJIAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
ASPEK SUMBER DAYA AIR DI KABUPATEN LEBAK


ANNETTE ANGGRAENY SIHOMBING

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kajian Daya Dukung Lingkungan Aspek Sumber Daya Air di
Kabupaten Lebak
Nama
: Annette Anggraeny Sihombing
NIM
: F44100004


Disetujui oleh

Dr. Ir. Prastowo, M.Eng
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr Ir Budi Indra Setiawan, M.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan atas berkat dan rahmat Tuhan Yesus sehingga
penelitian dan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Kajian Daya
Dukung Lingkungan Aspek Sumber Daya Air di Kabupaten Lebak” ini dibuat
atas bantuan berbagai pihak, sehingga ucapan terimakasih disampaikan kepada
Dr. Ir. Prastowo, staf pengajar Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB sebagai Dosen Pembimbing Akademik, Bapak,

Mama dan adik – adik (Friedrik, Rossy, Yopie, Jere) terkasih, rekan seperjuangan
satu dosen pemimbing (Rima, Libna, Melinda, Annisa), rekan – rekan mahasiswa
Teknik Sipil dan Lingkungan 2010 (47), Keluarga BILO (Liza, Weni, Icha,
Sepha, Vio, Saima) serta dukungan dari Viana, Revina, Ria A dan Citra.
Demikian skripsi ini dibuat, dengan harapan dapat bermanfaat untuk dunia
pendidikan dan penelitian. Terimakasih atas perhatiannya.
Bogor, Juli 2014

Annette Anggraeny S

DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ......................................................................................................1
Perumusan Masalah ..............................................................................................1
Tujuan Penelitian ..................................................................................................2

Manfaat Penelitian ................................................................................................2
Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2
Konsep Daya Dukung Lingkungan dalam Penyediaan Air ..................................2
Potensi Suplai Air .................................................................................................3
Sumber Daya Iklim Pertanian (Agroklimat) .........................................................4
Daerah Aliran Sungai ............................................................................................6
Neraca Air, Presipitasi, dan Evapotranspirasi .......................................................6
Simpanan Air, Limpasan, dan Pengisian Air Tanah .............................................8
Indikator Degradasi Sumber Daya Air ................................................................10
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 11
Lokasi dan Waktu ...............................................................................................11
Alat dan Bahan ....................................................................................................11
Metode Penelitian................................................................................................11
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 14
Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Lebak .......................................................14
Penetapan Status Daya Dukung Lingkungan dan Analisis Potensi Suplai Air...19
Sumber Daya Iklim Pertanian (Zona Agroklimat) ..............................................23
Neraca Air, Limpasan, dan Pengisian Air Tanah ................................................24
Indikator Degradasi Sumberdaya Air..................................................................30

Muatan Lingkungan dalam Dokumen RTRW ....................................................32
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 36
Simpulan .............................................................................................................36
Saran ....................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA

38

DAFTAR TABEL
1 Kriteria penetapan status daya dukung lingkungan aspek sumber daya air ....... 3
2 Standar kebutuhan air ......................................................................................... 4
3 Zona agroklimat utama berdasarkan klasifikasi Oldeman ................................. 5
4 Penjabaran tipe agroklimat menurut Oldeman ................................................... 5
5 Koefisien tanaman (Kc) ...................................................................................... 8
6 Nilai kapasitas cadangan lengas tanah ............................................................... 9
7 Kelerengan wilayah Kabupaten Lebak ............................................................. 15
8 Proporsi penggunaan lahan di Kabupaten Lebak Tahun 2010 ......................... 15
9 Hasil Perhitungan untuk penetapan status DDL tahunan ................................. 19
10 Hasil perhitungan untuk penetapan status DDL bulanan ................................. 21
11 Proyeksi kebutuhan air ..................................................................................... 21

12 Data teknis Waduk Karian ................................................................................ 23
13 Zona Agroklimat dan penjelasan pola tanam berdasarkan Metode Oldeman .. 24
14 Rencana pola ruang Kabupaten Lebak ............................................................. 33
15 Penetapan kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan .................. 34
16 Produksi padi dan palawija di Kabupaten Lebak Tahun 2011
37

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran ......................................................................................... 14
2 Peta penggunaan lahan Kabupaten Lebak ........................................................ 17
3 Peta Wilayah SUBDAS di DAS Ciujung (Bagian Hulu) ................................. 18
4 Kondisi sungai Ciuung Hulu ............................................................................ 16
5 Kondisi sungai Ciberang .................................................................................. 16
6 Kondisi sungai Cisemeut .................................................................................. 16
7 Penetapan status DDL tahunan Kabupaten Lebak menggunakan nomogram .. 22
8 Grafik debit andalan minimum dan kebutuhan air aktual ................................ 22
9 Potongan melintang dam Waduk Karian Tipe Rock Fill Dam ......................... 23
10 Grafik curah hujan dan evaotranspirasi ............................................................ 25
11 Grafik surplus dan defisit ................................................................................. 25
12 Kurva neraca air hasil simulasi luas hutan

26
13 Skema teras glud yang dilengkapi rorak
27
14 Peta potensi banjir di Provinsi Banten .............................................................. 31
15 Skema lebar sempadan sungai berdasarkan konsep eko-hidraulik ................... 32

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air ............................................................... 41
2 Simulasi Neraca Air untuk Variasi Luas Hutan ................................................. 42
3 Peta Curah Hujan ................................................................................................ 48
4 Peta Kemiringan Lahan ..................................................................................... 49
5 Peta Rawan Bencana ........................................................................................ 50

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai tujuan agar wilayah
tersebut berkembang menuju tingkat perkembangan yang diinginkan, melalui
terwujudnya keterpaduan penggunaan potensi sumber daya dengan jumlah

penduduk, serta keterpaduan antara sektor pembangunan dan prinsip
berkelanjutan. Pertumbuhan jumlah penduduk meningkatkan aktivitas manusia
dalam memenuhi kebutuhannya dan mencapai tingkat kesejahteraan sosial
ekonomi yang diinginkan. Hal ini berbanding lurus dengan peningkatan
kebutuhan pokok serta sarana dan prasarana sehingga harus diikuti dengan
pengembangan sektor – sektor pembangunan. Setiap aktivitas pembangunan yang
dilakukan manusia berimplikasi kepada banyaknya aspek yang perlu diperhatikan,
antara lain aspek fisik, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup. Rencana
tata ruang yang salah akan menyebabkan penurunan kualitas alam dan erosi tanah,
perubahan pada keseimbangan hidrologi, pencemaran air, kerusakan habitat
makhluk hidup, peningkatan kebutuhan energi, dan polusi udara (Randolph,
2004).
Undang – undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup mewajibkan pemerintah daerah melaksanakan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam penyusunan dan evaluasi
rencana pembangunan jangka panjang daerah, rencana pembangunan jangka
menengah daerah, dan kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau resiko terhadap lingkungan hidup. Rencana
pengembangan sektor – sektor pembangunan, dan pemanfaatan ruang setiap
wilayah dituangkan dalam Materi Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
sehingga perlu dilakukan kajian muatan lingkungan dalam dokumen tersebut
untuk memastikan kualitas RTRW sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Perumusan Masalah
Setiap aktivitas yang dilakukan manusia berimplikasi kepada banyaknya
aspek yang perlu diperhatikan, antara lain aspek fisik, ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan hidup. Dampak terhadap lingkungan yang dapat disebabkan oleh
pembangunan antara lain perubahan proporsi tutupan lahan, meningkatnya jumlah
lahan kritis, kerusakan daerah aliran sungai (DAS), perubahan kapasitas simpan
air, perubahan ekosistem dan keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.
Rencana pengembangan sektor – sektor pembangunan dituangkan dalam Materi
Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sehingga perlu dilakukan kajian
terhadap muatan lingkungan dalam dokumen tersebut. Kajian yang menghasilkan
arahan perbaikan dan rekomendasi untuk pengambilan keputusan, kebijakan,
rencana dan/atau program yang mengintegrasikan pembangunan berkelanjutan
terkait dengan RTRW ditetapkan setelah dilakukan pengkajian terhadap hierarki
analisis daya dukung lingkungan, dalam hal ini aspek sumber daya air. Kajian
meliputi penetapan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air, kajian

2
sumberdaya iklim untuk pertanian (agroklimat), analisis potensi suplai air, dan
kajian indikator degradasi sumber daya air.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis empat hierarki daya dukung lingkungan aspek sumber daya
air di Kabupaten Lebak
2. Mengkaji muatan lingkungan dalam dokumen RTRW Kabupaten Lebak
berdasarkan analisis daya dukung lingkungan aspek sumber daya air
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk masyarakat khususnya
masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak. Hasil penelitian dapat
digunakan sebagai informasi penting dalam upaya pengelolaan sumber daya air
serta peringatan dini mengenai neraca air di Kabupaten Lebak. Selain itu,
penelitian bermanfaat untuk memberikan masukan tentang muatan lingkungan
dalam Materi Teknis RTRW Kabupaten Lebak 2013-2033 berupa
kesesesuaiannya dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dilihat dari aspek
sumber daya air. Penelitian bermanfaat untuk dunia pendidikan, khususnya untuk
bidang Teknik Sipil dan Lingkungan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada kajian daya dukung lingkungan aspek sumber
daya air di Kabupaten Lebak dan DAS Ciujung bagian hulu serta muatan
lingkungan dalam Materi Teknis RTRW Kabupaten Lebak 2013-2033.

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Daya Dukung Lingkungan dalam Penyediaan Air
Daya dukung lingkungan berbasis neraca air suatu wilayah dapat diketahui
dengan menghitung kapasitas ketersediaan air pada wilayah tersebut, yang
besarnya sangat tergantung pada kemampuan menjaga dan mempertahankan
dinamika siklus hidrologi pada daerah aliran sungai (DAS). Menurut Prastowo
(2010), upaya mempertahankan siklus hidrologi dan pengendalian status daya
dukung lingkungan sangat ditentukan oleh kemampuan dalam meningkatkan
kapasitas simpan air, distribusi (alokasi) air, serta pemanfatan air yang efisien,
melalui prasarana penyediaan air. Kuantitas air tersedia ditentukan oleh beberapa
parameter dalam perhitungan neraca air meliputi karakteristik DAS, seperti sifat
fisik tanah, jenis penggunaan lahan, pola drainase, kapasitas infiltrasi, kapasitas
simpanan air, curah hujan dan debit sungai. Ketersediaan air juga ditentukan oleh
kualitas air tersedia serta tingkat pencemaran dari berbagai sumber. Pemanfaatan
sumber – sumber air yang tidak terkendali dapat menyebabkan pasokan air

3

cenderung berkurang akibat inefisensi pemakaian air baik untuk domestik,
pertanian, industri, dan lain – lain.
Analisis daya dukung lingkungan berbasis neraca air menunjukkan
perbandingan antara kondisi kebutuhan air pada suatu wilayah dengan
ketersediaan air yang ada. Kriteria penetapan status daya dukung lingkungan
disajikan pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1 Kriteria penetapan status daya dukung lingkungan (DDL) aspek sumber daya air
Kriteria
Status DDL-Air
Rasio supply/demand > 2
Daya dukung lingkungan aman (sustain)
Rasio supply/demand 1-2
Daya dukung lingkungan aman bersyarat (conditional sustain)
Rasio supply/demand < 1
Daya dukung lingkungan telah terlampaui (overshoot)
Sumber : Prastowo (2010)

Ketersedian air dinyatakan sebagai curah hujan andalan dihitung dengan
peluang kejadian > 50% dikalikan dengan total luas lahan. Menurut Prastowo
(2010), perhitungan kebutuhan air dapat dihitung dari hasil konversi terhadap
kebutuhan hidup layak, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
......................................................................................... (1)
dengan :
DA
: Total kebutuhan air (m3/tahun)
N
: Jumlah penduduk (jiwa)
KHLA : Kebutuhan air untuk hidup layak (2 x 800 m3air/kapita/tahun)
 800 m3 air/kapita/tahun adalah kebutuhan air untuk keperluan
domestik dan untuk menghasilkan pangan
 2.0 adalah faktor koreksi untuk memperhitungkan kebutuhan
hidup layak yang mencakup kebutuhan pangan, domestik dan
lainnya
Potensi Suplai Air
Menurut Rustiadi et al (2010), analisis potensi suplai air menentukan jumlah
curah hujan lebih dalam bentuk limpasan maupun pengisian air tanah yang
potensial dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air. Analisis potensi suplai
air dapat dimulai dengan memprediksi kebutuhan air aktual di wilayah tersebut,
meliputi kebutuhan air untuk kegiatan domestik, pertanian, peternakan, dan
industri. Laju pertumbuhan di setiap sektor dapat dihitung menggunakan
pendekatan eksponensial yang telah direkomendasikan di dalam buku Pedoman
Perencanaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai yang telah diterbitkan Direktorat
Jenderal Sumberdaya Air Tahun 2001. Laju pertumbuhan pengguna tiap tahun
dianggap konstan, dan dapat dihitung dengan rumus berikut :

dengan :
r
Pt
Po

{

}

.......................................................................... (2)

: Angka pertumbuhan pengguna (%)
: Jumlah pengguna pada tahun n (jiwa/luas)
: Jumlah pengguna pada tahun awal dasar (jiwa/luas)

4
t

: Selisih tahun Pt dan Po

Proyeksi jumlah pengguna pada tahun yang akan datang dihitung
menggunakan rumus :
........................................................................................
(3)
dengan :
Pt
Po
r
t

: Jumlah pengguna pada tahun n (jiwa/luas)
: Jumlah pengguna pada tahun awal dasar (jiwa/luas)
: Angka pertumbuhan pengguna (%)
: Banyaknya tahun yang diproyeksikan

Besarnya kebutuhan air aktual setiap sektor diperoleh dengan persamaan
berikut ini :
................................................................................................(4)
dengan :
Kd
Pt
d

: Kebutuhan air (m3/detik)
: Jumlah pengguna
: Standar kebutuhan air

Standar kebutuhan air pada persamaan diatas berbeda – beda pada setiap
sektor ditinjau dari jenis kegiatan dan jumlah pengguna. Besaran standar
kebutuhan air pada setiap sektor dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :

No
1

2

Jenis Pengguna

Tabel 2 Standar kebutuhan air
Standar
Satuan
Kebutuhan

Sumber

Domestik
Kebutuhan Tinggi

120

Kebutuhan rendah

60

Industri
Besar
Kecil

11200
2000

liter/org/hari

liter/hari

3

Pertanian

1.2

liter/detik/Ha

4

Peternakan
Sapi/kerbau
Kambing/domba
Babi
Unggas

40
5
6
0.6

liter/ekor/hari

Pedoman Konstruksi dan Bangunan,
PU
Pedoman Konstruksi dan Bangunan,
PU
Direktorat Pengairan dan Irigasi,
BAPPENAS, 2006)

Direktorat Pengairan dan Irigasi,
BAPPENAS, 2006)

Sumber Daya Iklim Pertanian (Agroklimat)
Arahan perwilayahan komoditas pertanian dapat disusun berdasarkan
pedoman agroklimat, karena setiap jenis tanaman mempunyai persyaratan tumbuh
tertentu untuk berpotensi optimal. Persyaratan itu pada dasarnya berkaitan dengan
faktor iklim, tipologi lahan dalam hal ini ketinggian tempat dan jenis tanah.

5

Pengkajian menggunakan Metode Oldeman dengan memperhitungkan jumlah
bulan basah (CH > 200 mm), bulan lembab (CH antara 100 – 200 mm) dan bulan
kering (CH>200). Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang
didasarkan pada jumlah bulan basah berturut – turut dari rata – rata curah hujan
masing – masing bulan selama periode pengamatan tertentu. Sub divisi dibagi
menjadi 4 tipe berdasarkan jumlah bulan kering berturut – turut. Dari 5 tipe utama
dan 4 sub divisi maka tipe iklim dapat dikelompokan menjadi 17 daerah
agroklimat mulai A1 sampai E4 (Handoko, 1994). Pembagian tipe iklim menutut
Oldeman beserta agroklimatnya ditunjukkan pada Tabel 3 dan 4 di bawah ini :
Tabel 3 Zona agroklimat utama berdasarkan klasifikasi Oldeman
Tipe Utama
Jumlah Bulan Basah berturut - turut
A
9
B
7-9
C
5-6
D
3-4
E
ETP, nilai cadangan lengas
tanah tidak akan berubah. Namun, jika nilai PETp), maka ETa = Etp
Untuk bulan kering (PETp, dengan persamaan neraca air Thornthwaite and Mather
(15).
10) Membuat kurva neraca air.
e) Mengidentifikasi indikator degradasi sumberdaya air
1) Mengidentifikasi lahan dan kesesuaian lahan. Hasil neraca air
sebagai dasar penentuan wilayah yang perlu dilakukan konservasi.
2) Mengidentifikasi rawan bencana dan kejadian bencana alam yang
berpotensi menurunkan kualitas air
4. Interpretasi Hasil
Mengkaji muatan lingkungan dalam RTRW Kabupaten Lebak berdasarkan
hasil analisis daya dukung lingkungan aspek sumberdaya air
5. Rekomendasi
Merumuskan rekomendasi dan arahan perbaikan untuk RTRW
berdasarkan kajian analisis daya dukung lingkungan aspek sumber daya air
berupa elemen hasil yang tidak tercantum di dalam RTRW dan
rekomendasi berupa bangunan sipil dan vegetatif.

14
Kajian Daya Dukung Lingkungan
Aspek Sumber Daya Air

Daya Dukung Lingkungan

Data Curah Hujan, Data
Debit Sungai, Luas
Wilayah, Data Pokok
Jumlah Penduduk,
Kegiatan Pertanian,
Peternakan dan Industri

1. Curah Hujan Rata – rata
(Metode Thiessen)
2. Curah Hujan Andalan
3. Water footprint
4. Debit Sungai Andalan
(Potensi Suplai Air)
5. Proyeksi Kebutuhan Air
Aktual
Status Daya Dukung
(Aman, Aman Bersyarat,
Terlampaui)

Sumberdaya Iklim untuk
Pertanian

Neraca Air

Degradasi Sumberdaya Air

Data Curah Hujan 10
Tahun dari 4 Stasiun

Data Curah Hujan, Suhu,
Nilai Kc, Nilai Sto, Nilai
C, Proporsi Tutupan Lahan

Proporsi Tutupan Lahan,
dan Peta Potensi Rawan
Banjir

1. Curah Hujan Andalan
2. Penentuan Bulan Basah
dan Kering Metode
Oldeman

1. Curah Hujan Rata –
rata (Metode Thiessen)
2. Curah Hujan Andalan
3. Evapotranspirasi
(Metode Thornwaite)
4. Surplus, Limpasan dan
Pengisian Air Tanah
5. Simulasi

1. Proporsi Penggunaan
Lahan
2. Review peta rawan
bencana dan kejadian
bencana alam

Suplus, Defisit, Limpasan,
Pengisian Air Tanah, Luas
Minmum Hutan

Indikator Kerusakan
Sumberdaya Air

Zona Agroklimat

Kesesuaian Analisis Hierarki Daya Dukung Lingkungan dengan Muatan
Lingkungan Dalam RTRW Kabupaten Lebak 2013 - 2033
Rekomendasi

Gambar 1 Kerangka pemikiran

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Wilayah Kabupaten Lebak
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak dilakukan di
seluruh wilayah Kabupaten Lebak dengan luas wilayah 330500.22 Ha yang
mencakup 28 kecamatan dan 345 Desa/Kelurahan. Kabupaten Lebak terletak pada
posisi 105º25' -106º30' BT dan 6º18' - 7º00' LS berbatasan langsung dengan
Kabupaten Serang dan Tangerang di sebelah Utara, Kabupaten Bogor dan
Sukabumi di sebelah Timur, Kabupaten Pandeglang di sebelah Barat dan
Samudera Hindia di sebelah Selatan. Jumlah penduduk Kabupaten Lebak tahun

15

2010 berdasarkan data Lebak dalam Angka Tahun 2011 adalah 1204095 jiwa
dengan pertumbuhan penduduk dari 1.59%.
Berdasarkan pengaruh 5 (lima) faktor pembentuk tanah yaitu batuan
induk, topografi, umur, iklim, dan vegetasi, maka Kabupaten Lebak secara
umum tersusun oleh jenis tanah latosol, podsolik, alluvial, andosol, regosol
dan rensina (RTRW, 2013). Kabupaten Lebak mempunyai keadaan topografi
yang cukup bervariasi dengan ketinggian berkisar antara 100 meter hingga di atas
1000 meter dari permukaan laut. Kabupaten Lebak berdasarkan lerengnya terbagi
menjadi beberapa kelas,yaitu ; 0 – 2%, 2 – 15%,15 – 25%, 25 – 40%, dan >40%.
Wilayah Kabupaten Lebak mencapai 52.9 % dari total luas wilayah berada pada kelas
lereng 2 – 15 %. Kelerengan wilayah Kabupaten Lebak berdasarkan kelas lebih
lengkap disajikan pada Tabel 7 berikut :

Kemiringan Lahan (%)
0 -2
2-15
15-25
25-40
>40
Total Luas (Ha)
Sumber : RTRW (2013)

Tabel 7 Kelerengan wilayah Kabupaten Lebak
Luas (Ha)
45129.04
174839.83
54767.64
43610.41
12160.25
330500.22

Persentase (%)
13.65
52.90
16.57
13.19
3.68
100.00

Peruntukan penggunaan lahan di Kabupaten Lebak berdasarkan RTRW
(2013) didominasi oleh kebun campuran, diikuti dengan sawah beririgasi dan
perkebunan. Peta tata guna lahan Kabupaten Lebak dapat dilihat pada Gambar 2
dan proporsi luas penggunaan lahan pada tahun 2012 disajikan pada Tabel 8 di
bawah ini :
Tabel 8 Proporsi penggunaan lahan di Kabupaten Lebak Tahun 2010
Peruntukan Penggunaan Lahan
Luas (ha)
Persentase (%)
Hutan Belukar
Hutan Lebat
Kampung
Kebun Campuran
Padang Rumput
Perkebunan Besar
Perkebunan Rakyat
Perumahan
Rawa
Sawah Irigasi (1XPadi)
Sawah Irigasi (2XPadi)
Sawah Tadah Hujan
Semak
Sungai/Danau
Tanah Rusak
Tegalan/ Ladang
Jumlah
Sumber : RTRW (2013)

50346.45
3134.88
10783.82
151283.47
377.74
9872.27
42338.25
84.38
120.39
26952.99
26420.96
52.00
1942.45
2202.63
234.46
4353.08
330500.22

15.23
0.95
3.26
45.77
0.11
2.99
12.81
0.03
0.04
8.16
7.99
0.02
0.59
0.67
0.07
1.32
100.00

16
Kabupaten Lebak dialiri 3 sungai yaitu sungai Ciujung, Ciliman dan
Cibalung dengan sungai Ciujung memiliki potensi debit terbesar mencapai 1400
m3/s dan mengalir sepanjang tahun. DAS Ciujung secara keseluruhan terletak
dalam wilayah administrasi Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten
Pandeglang Provinsi Banten dan Kabupaten Bogor di Provinsi Jawa Barat.
Wilayah studi DAS Ciujung bagian Hulu sebagian besar merupakan wilayah
Kabupaten Lebak dengan luas 113623 Ha. Wilayah hulu DAS Ciujung yang
terbagi menjadi 3 sub DAS utama, yaitu sub DAS Ciujung Hulu, sub DAS
Cisimeut dan sub DAS Ciberang. Penduduk di sekitar DAS Ciujung
menggunakan air sungai tersebut sebagai sumber air utama untuk keperluan
domestik, kegiatan pertanian, perikanan, pertanian dan irigasi. Sepanjang
sempadan sungai terdapat vegetasi seperti rumput, bambu, dan pohon kelapa dan
pada jarak kurang dari 10 meter di sub DAS Cisemeut terdapat pemukiman
penduduk. Peta wilayah sub DAS Ciujung Hulu disajikan pada Gambar 3 dan
kondisi eksisting sungai dapat dilihat pada Gambar 4,5 dan 6.

Gambar 4 Foto Sungai Ciujung Hulu di
Kecamatan Bojongmanik

Gambar 5 Foto sungai Ciberang di
Kecamatan Cipanas

Gambar 6 Foto Sungai Cisemeut di
Kecamatan Leuwidamar

17

17

16

Gambar
2 PetaLebak
Penggunaan Lahan
Gambar 2 Peta penggunaan lahan
Kabupaten

18
18

17

Gambar
3 Wilayah
DAS
Ciujung
Huluhulu)
Gambar 3 Peta wilayah
SUBDAS
di DAS
Ciujung
(bagian

19

Penetapan Status Daya Dukung Lingkungan (DDL)
dan Analisis Potensi Suplai Air
Penetapan status daya dukung lingkungan Kabupaten Lebak dilakukan
dengan pendekatan analisis berbasis neraca air. Analisis tersebut menunjukkan
perbandingan antara kondisi kebutuhan air pada suatu wilayah dengan
ketersediaan air yang ada. Ketersediaan air yang dinyatakan sebagai curah hujan
andalan bulanan dan tahunan dihitung dengan peluang kejadian 80%. Data curah
hujan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data 1998-2007 dari empat
stasiun penakar hujan BBWSC3 yang tersebar di DAS Ciujung Hulu, yaitu Banjar
Irigasi, Bojong Manik, Sajira dan Warung Gunung. Data hujan 10 tahun tersebut
diolah menggunakan metode Thiessen untuk mendapatkan curah hujan rata – rata
yang menggambarkan kondisi hujan aktual di DAS tersebut.
Besar curah hujan andalan kemudian dibandingkan dengan kebutuhan air
(water footprint) yang merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengetahui
jumlah air yang dibutuhkan oleh individu, komunitas, dan kegiatan produksi. Nilai
kebutuhan air domestik untuk hidup layak adalah 800 m3/ kapita/ tahun
(Prastowo, 2010). Nilai tersebut kemudian dikalikan dengan faktor koreksi 2
untuk memperhitungkan kebutuhan pangan, produksi dan aktivitas lainnya
sehingga diperoleh nilai sebesar 1600 m3/kapita/tahun. Nilai curah hujan andalan
tahunan sebesar 1349 mm/tahun dihitung dengan Metode Weibul peluang
kejadian 80%. Nilai tersebut dikalikan dengan luas wilayah Kabupaten Lebak
3.09 x 109 m2 sehingga diperoleh ketersediaan air tahunan sebesar 4.46 x 109 m3.
Ketersediaan air dibagi dengan hasil perkalian nilai kebutuhan air hidup layak
dengan jumlah penduduk, sehingga diperoleh rasio sebesar 2.31 yang menetapkan
status daya dukung lingkungan berbasis neraca air berada dalam kondisi aman
(sustain), yang artinya jumlah air yang tersedia lebih besar dibandingkan total
kebutuhan air sehingga mampu mencukupi kebutuhan penduduk.
Hasil perhitungan untuk penetapan status daya dukung lingkungan tahunan
disajikan pada Tabel 9 berikut ini :
Tabel 9 Hasil