Kajian Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Air di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

KAJIAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
BERBASIS NERACA AIR DI KABUPATEN CIANJUR,
JAWA BARAT

MELINDA

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Daya Dukung
Lingkungan Berbasis Neraca Air di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Melinda
NIM F44100055

ABSTRAK
MELINDA. Kajian Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Air di Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing oleh PRASTOWO.
Untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus disesuaikan dengan daya dukung lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis 4 hirarki kajian daya dukung
lingkungan sumberdaya air serta membandingkannya dengan muatan lingkungan
yang terdapat dalam dokumen RTRW. Status daya dukung lingkungan didapatkan
dari rasio ketersedian air dan water footprint, tipe sumberdaya iklim pertanian
didapatkan dari klasifikasi Oldeman, potensi suplai air dapat dikaji dari data air
permukaan, air tanah maupun surplus dari analisis neraca air Tornthwaite.
Kabupaten Cianjur berada pada kondisi aman. Sungai Citarum sebagai salah satu
potensi air permukaan dalam memenuhi kebutuhan air aktualnya. Tipe pertanian
yang dapat dikembangkan adalah B1 dan B2 berupa padi terus menerus. Hutan

eksisting 23.71% masih kurang dari batas minimum 32% dan batas ideal 36%.
Indikator degradasi sumberdaya air yang terjadi anatara lain bencana banjir, longsor
dan kekeringan. Untuk itulah konservasi yang dapat dilakukan adalah dengan
membangun waduk dan sumur resapan sebanyak 1.25 juta di kawasan pemukiman.
Kata kunci: Daya dukung lingkungan, neraca air, pengelolaan limpasan, Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW)

ABSTRACT
MELINDA. Environmental Carrying Capacity Assesment Based On Water
Balance in Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Supervised by PRASTOWO
To realize sustainable development, preparation of spatial planning (RTRW)
should consider the environmental carrying capacity. This research aims to analyze
the four hierarchical environmental capacity assessment of water resources and to
compare the results of this analysis to the charge contained in the environment of
the spatial planning documents. Status of environmental carrying capacity is
obtained by comparing the availability of water and water footprint area, the type
of agricultural climate resources is obtained by Oldeman classification, potential
water supply can be assessed from the data of surface water, ground water and water
balance analysis of Tornthwaite. Cianjur is located in a safe condition. The Citarum
River is one of potential surface water to sufficient the needs of actual water. Type

of agriculture that can be developed are B1 and B2 with a continuous rice. Existing
forest area is 23.71% less than the minimum area 32% and ideal area 36%.
Indicators of water resource degradation that occurs as floods, landslides,
drougth. For that conservation can be done is to construct reservoir, recharge wells
about 1.25 million in residential areas.
Keywords: Environmental carrying capacity, run off management, Spatial Planning
Document (RTRW ), water balance

KAJIAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
BERBASIS NERACA AIR DI KABUPATEN CIANJUR,
JAWA BARAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kajian Daya Dukung Lingkungan Berbasis Neraca Air
di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
Nama
: Melinda
NIM
: F44100055

Disetujui oleh

Dr Ir Prastowo, M.Eng
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr Ir Budi Indra Setiawan, M.Agr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus: (tanggal penandatanganan skripsi oleh ketua departemen)

PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Kajian Daya Dukung
Lingkungan Berbasis Neraca Air di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat” ini berhasil
diselesaikan. Karya ilmiah ini dimaksudkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Prastowo, M.Eng selaku
dosen pembimbing, Bapak Sutoyo, STP, Msi dan Bapak Andik Pribadi, STP, Msc
selaku dosen penguji atas semua saran perbaikannya. Pemda Kabupaten Lahat
selaku pihak sponsor BUD. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cianjur, Badan Metereologi
Klimatologi dan Geofisika Kelas I Dramaga, Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai Citarum-Ciliwung yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, uni atika atas segala
doa dan kasih sayangnya. Ahmad Latiks untuk semua teladan, dorongan semangat
dan waktunya. Tak lupa ungkapan terima kasih diberikan untuk teman-teman SIL
47, Geng GP dan penyusupnya (aunty, buneg, tamima, ojep dll), teman-teman BUD

Kab. Lahat (Pipin, Ocit, Kiki, Erna, Era, Kiky dll) atas kebersamaannya selama ini
serta teman-teman satu bimbingan Rima, Libna, Annet, Nisa dan Riandy yang
selalu mengingatkan dan memberi dukungan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Melinda

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Daya Dukung Lingkungan Sumberdaya Air

Neraca Air
Presipitasi
Evapotranspirasi
Simpanan Air
Limpasan
METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Cianjur
Daya Dukung Lingkungan Sumberdaya Air
Analisis Neraca Air
Analisis Muatan Lingkungan dalam dokumen RTRW Kabupaten Cianjur
Arahan Pengelolaan Limpasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xii
xii
xii
1
1
1
2
2
2
2
2
5
6
7
8
9
10
10

10
10
13
13
17
24
28
30
34
34
34
35
36
61

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kriteria penetapan status DDL-air
Zona agroklimat utama berdasarkan klasifikasi Oldeman
Penjabaran tipe agroklimat menurut Oldeman
Koefisien tanaman (Kc)
Data kepadan penduduk Kabupaten Cianjur
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Cianjur
Penggunaan lahan di Kabupaten Cianjur Tahun 2012
Hasil analisis water footprint Kabupaten Cianjur

Status daya dukung lingkungan Kabupaten Cianjur
Sumberdaya iklim untuk pertanian Kabupaten Cianjur
Debit Sungai Citarum
Kebutuhan air aktual Kabupaten Cianjur
Klasifikasi hujan berdasarkan intensitas hujan
Hasil analisis neraca air wilayah Kabupaten Cianjur
Hasil analisis neraca air untuk komposisi luas hutan

3
3
4
8
14
14
14
18
19
20
21
21
23
26
27

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Kerangka berpikir penelitian
Peta DAS Kabupaten Cianjur
Peta penggunaan lahan
Peta sebaran curah hujan Metode P.Thiessen
Penetapan status daya dukung lingkungan berdasarkan nomogram
Potensi suplai air permukaan dan kebutuhan air aktual
Skema sempadan sungai
Skema terjadinya longsor (landslide)
Grafik presipitasi dan ETP
Grafik defisit-surplus neraca air Kabupaten Cianjur
Kurva hasil analisis neraca air dengan komposisi luas hutan
Peta usulan lokasi pembangunan sumur resapan
Skema Dam Cisokan
Skema sumur resapan

12
15
16
18
19
22
24
24
25
26
28
31
32
33

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Peta curah hujan Kabupaten Cianjur
Perhitungan nilai CHandalan di Kabupaten Cianjur
Perhitungan curah hujan dengan Poligon Thiessen
Peta kalender tanam padi sawah Kabupaten Cianjur
Perhitungan kebutuhan air aktual
Perhitungan nilai koefisen tetimbang Kc, Sto dan C
Perhitungan neraca air wilayah Kabupaten Cianjur
Perhitungan neraca air berbagai komposisi luashutan
Peta rawan bencana Kabupaten Cianjur
Data iklim rata-rata Stasiun Pacet

37
38
42
43
44
45
46
47
59
60

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan untuk
mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Keterbatasan daya dukung
lingkungan menyebabkan manusia harus memperhatikan kelestarian lingkungan
agar fungsi-fungsi lingkungan dapat berjalan dengan baik. Saat ini, tata ruang suatu
wilayah cenderung mengalami indikasi penurunan kualitas dan daya dukung
lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan bahkan makin terlihat secara
kasat mata baik di kawasan perkotaan mapun di kawasan pedesaan.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Cianjur Tahun 20112031 merupakan dasar dan acuan dalam pelaksanaan pembangunan di wilayah
Kabupaten Cianjur. Berhasil atau tidaknya pembangunan suatu wilayah dapat
diukur dari rencana struktur dan pola ruang yang terdapat dalam RTRW tersebut.
Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007, alokasi pemanfaatan ruang harus didasarkan
pada daya dukung lingkungan setempat sehingga penyusunan rencana tata ruang
dan wilayah nasional, propinsi dan kabupaten harus memperhatikan daya dukung
dan daya tampung lingkungan. Hal ini diperlukan sebagai upaya untuk
mempertahankan keseimbangan dan keberlajutan sumberdaya dalam semua aspek
pembangunan. Menurut Prastowo (2010), analisis daya dukung lingkungan aspek
sumberdaya air (DDL-air) pada suatu wilayah dapat dilakukan melalui 4 (empat)
hirarki analisis, yaitu meliputi penetapan status daya dukung lingkungan berbasis
neraca air, kajian sumberdaya iklim untuk pertanian, analisis potensi suplai air dan
kajian indikator degradasi sumberdaya air.
Dalam sebuah dokumen RTRW, penetapan status daya dukung lingkungan
dan kajian sumberdaya iklim untuk pertanian merupakan salah satu unsur yang
wajib dimasukkan, sementara potensi suplai air dan indikator degradasi lingkungan
harus menjadi pertimbangan dalam KRP di RTRW tersebut. Penerapan analisis
neraca air pada wilayah Kabupaten Cianjur akan dapat menggambarkan kondisi
aktual ketersediaan air serta dampak lainnya pada wilayah tersebut. Hasil analisis
akan dapat dijadikan dasar usulan rekomendasi yang tepat dalam upaya
peningkatan kualitas daya dukung lingkungan.
Perumusan Masalah
Tantangan terbesar pengelolaan sumberdaya alam/ lingkungan hidup adalah
menciptakan dan mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan
hidup manusia dan keberlanjutan pemanfaatan serta keberadaan sumberdaya alam.
Kebijakan-kebijakan pengelolaan sumberdaya dalam aspek pembangunan
dituangkan dalam bentuk penyusunan RTRW. Tidak memadainya proses
penyusunan tata ruang dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sumberdaya telah meningkatkan penyimpangan RTRW di kebanyakan daerah di
Indonesia. Salah satunya dapat diamati dari banyaknya penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan peruntukannya. Perubahan fungsi lahan ini akan
mengakibatkan penurunan daya dukung setempat, dengan semakin mengecilnya
luas areal hutan, semakin luasnya lahan untuk hunian dan prasarana dan semakin
banyaknya tanah terbuka atau lahan kritis. Akibat hancurnya DAS, banjir akan

2

terjadi di musim penghujan. Memperbaiki daya dukung DAS pada prinsipnya
adalah memperbanyak kemungkinan air hujan dapat meresap secara alamiah ke
dalam tanah sebelum masuk ke sungai atau mengalir ke hilir. Oleh sebab itu, daya
dukung lingkungan dapat dijadikan parameter dalam peninjauan kembali RTRW
setiap 5 tahun sekali agar dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis empat hirarki daya dukung lingkungan sumberdaya air (DDLair) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat
2. Menganalisis muatan lingkungan dalam dokumen RTRW Kabupaten
Cianjur, Jawa Barat
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pemerintah Kabupaten
Cianjur dan masyarakat setempat. Hasil analisis ini sebagai informasi penting
ataupun masukan tentang muatan lingkungan dalam dokumen RTRW Kabupaten
Cianjur kedepannya sehingga pengembangan struktur dan pola ruang Kabupaten
Cianjur disesuaikan dengan daya dukung lingkungannya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi hanya pada wilayah administrasi Kabupaten Cianjur.
Analisis yang dilakukan dititik beratkan pada analisis daya dukung lingkungan
sumberdaya air meliputi analisis neraca air dan analisis muatan lingkungan RTRW.

TINJAUAN PUSTAKA
Daya Dukung Lingkungan Aspek Sumberdaya Air
Daya dukung lingkungan (DDL) adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain (UU 23/1997).
Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan
kaidah penataan ruang sehingga diharapkan dapat mewujudkan pemanfaatan ruang
yang berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang
berkelanjutan, tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang dan tidak menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas ruang.
Menurut Prastowo (2010), analisis daya dukung lingkungan aspek sumberdaya
air dapat dilakukan melalui 4 (empat) hirarki analisis, yaitu meliputi:
a.
Penetapan status daya dukung lingkungan berbasis neraca air
b.
Kajian sumberdaya iklim untuk pertanian (tipe agroklimat)
c.
Analisis potensi suplai air
d.
Kajian indikator degradasi sumberdaya air

3

Dalam menentukan status dengan nilai “rasio supply/demand”. Ketersediaan air
yang dinyatakan sebagai CHandalan dihitung dengan peluang kejadian hujan ≥ 50%,
daya dukung lingkungan akan digunakan rasio perbandingan ketersediaan air dan
kebutuhan air di suatu wilayah. Ketersediaan air dalam hal ini dapat dihitung dari
nilai CHandalan sedangkan kebutuhan air dapat dihitung dari nilai water footprintnya. Perhitungan kebutuhan air dapat dihitung dari hasil konversi terhadap
kebutuhan hidup layak, dengan menggunakan persamaan (1)
DA = N x KHLA
(1)
dimana :
DA
: Total kebutuhan air (m3/tahun)
N
: Jumlah penduduk (jiwa)
KHLA : Kebutuhan air untuk hidup layak (1600 m3 air/kapita/tahun) 2 x 800 m3
air/kapita/tahun, dimana :
a. 800 m3 air/kapita/tahun adalah kebutuhan air untuk keperluan domestik dan
untuk menghasilkan pangan
b. 2,0 adalah faktor koreksi untuk memperhitungkan kebutuhan hidup layak yang
mencakup kebutuhan pangan, domestik dan lainnya.
Tabel 1 Kriteria penetapan status DDL-Air
Kriteria
Status DDL-Air
Rasio supply/demand > 2
Daya dukung lingkungan aman (sustain)
Rasio supply/demand 1-2
Daya dukung lingkungan aman bersyarat
(conditional sustain)
Rasio supply/demand < 1
Daya dukung lingkungan telah terlampaui
(overshoot)
Sumber : Prastowo (2010)
Dalam kaitannya dengan kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman, khususnya
tanaman pangan pada suatu wilayah, Oldeman (1975) dalam Prastowo (2010), telah
mengembangkan konsep zona agroklimat, seperti yang disajikan pada Tabel 2 dan
Tabel3. Dengan mengetahui zona agroklimat suatu wilayah, dapat diperkirakan
daya dukung sumberdaya iklim untuk pengembangan pertanian di wilayah tersebut.
Tabel 2 Zona agroklimat utama berdasarkan klasifikasi Oldeman
Tipe Utama
Jumlah bulan basah berturut-turut
A
9
B
7-9
C
5-6
D
3-4
E
ETP, nilai cadangan lengas tanah tidak akan berubah. Namun,
jika nilai P STo, maka:
STi=STo STi = {STi-1 + (P-ETP) }
(12)
Menghitung perubahan cadangan lengas tanah (△St) dengan menggunakan
persamaan (6). Jika nilai cadangan lengas tanah sama dengan nilai kapasitas
simpannya, diasumsikan tidak terjadi perubahan dalam penyimpanan air.
Menghitung evapotranspirasi aktual (ETa)
Untuk bulan basah (P>ETp), maka ETa = ETp
Untuk bulan kering (PEp, dengan
persamaan neraca air Thornthwaite and Mather (11).

12

n.
o.
p.

q.
r.
s.

Perhitungan neraca air persamaan Thornthwaite dapat memberikan
gambaran surplus dan defisit air pada suatu wilayah. Setelah simpan air
mencapai kapasitas cadangan lengas tanah (water holding capacity),
kelebihan curah hujan akan dihitung sebagai surplus. Air ini merupakan
kelebihan setelah air tanah terisi kembali. Dengan demikian surplus dihitung
sebagai nilai curah hujan dikurangi dengan nilai evapotranspirasi dan
perubahan kadar air tanah. selanjutnya, surplus air akan menjadi limpasan
dan pengisian air tanah.
Membuat kurva neraca air.
Menghitung kontribusi nilai hasil neraca air dengan mengkonversi dalam
bentuk volume (m3) serta kurvanya.
Menentukan indikator degradasi lingkungan dengan me-review kejadiankejadian yang terkait dengan degradasi lingkungan, seperti kejadian banjir,
tanah longsor, kekeringan dan lain-lain.
Melakukan analisis kesesuaian status DDL dan agroklimat dengan dokumen
RTRW
Memberikan rekomendasi berupa rehabilitasi dan konservasi atau berupa
bangunan struktural teknik sipil dan vegetatif.
Melakukan pembuatan peta sebaran rencana konservasi berupa bangunan
struktur teknik sipil

Analisis Daya Dukung Lingkungan Sumberdaya Air

Kepadatan
Penduduk

Water Footprint

Status DDL-Air

Curah Hujan
2004-2013

Data Iklim
2004-2013

Jenis Tanah

CHAndalan 80%
W.Bull

Evapotranspirasi
Potensial (ETp)
Penman

Water Holding
Capacity (WHC)

Tipe Agroklimat
Oldeman

Neraca Air
Thornthwaite

Analisis Muatan Lingkungan pada RTRW

Gambar 1 Kerangka Berpikir Penelitian

Data
Kejadian
Bencana

Indikator
Degradasi SDA

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Wilayah Kabupaten Cianjur
Kondisi geografi Kabupaten Cianjur menjadi suatu aspek penting dalam
perencanaan pembangunan Kabupaten Cianjur berkaitan dengan potensi yang dapat
dikedepankan. Potensi pengembangan wilayah didasarkan pada hasil analisis
terhadap kondisi wilayah dan berbagai kemungkinan perkembangan di masa
mendatang. Beberapa kondisi umum geografis daerah yang dipertimbangkan antara
lain meliputi letak, luas, dan batas wilayah; kondisi geografi beberapa bagian
wilayah; karakteristik topografi, klimatologi, kondisi geologis, dan jenis tanah;
serta sumberdaya air berdasarkan hidrogeologi.
Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak di tengah Propinsi Jawa Barat,
diantara 6021’ - 7025’ Lintang Selatan dan 106042’ - 107025’ Bujur Timur. Wilayah
Kabupaten Cianjur terbagi dalam 3 bagian : Wilayah Cianjur Utara, Wilayah
Cianjur Tengah, dan Wilayah Cianjur Selatan. Wilayah Cianjur Utara yang
merupakan dataran tinggi terletak di kaki Gunung Gede dengan titik tertinggi pada
ketinggian 2962 m dpl (meter di atas permukaan laut). Wilayahnya juga meliputi
daerah Puncak dengan ketinggian sekitar 1450 m, Kota Cipanas (Kecamatan
Cipanas dan Pacet) dengan ketinggian sekitar 1110 m, serta Kota Cianjur dengan
ketinggian sekitar 450 m di atas permukaan laut.
Sebagian wilayah ini merupakan dataran tinggi pegunungan dan sebagian
lagi merupakan perkebunan dan persawahan. Wilayah Cianjur Tengah merupakan
perbukitan, tetapi juga terdapat dataran rendah persawahan, perkebunan yang
dikelilingi oleh bukit - bukit kecil yang tersebar dengan keadaan struktur tanahnya
yang labil. Terakhir, Wilayah Cianjur Selatan merupakan dataran rendah yang
terdiri dari bukit - bukit kecil dan diselingi oleh pegunungan - pegunungan yang
melebar ke Samudra Hindia, di antara bukit-bukit dan pegunungan tersebut terdapat
pula persawahan dan ladang huma. Dataran terendah di selatan Cianjur mempunyai
ketinggian sekitar 7 m dpl. Setiap bagian wilayah memiliki kekhasan yang dapat
dimanfaatkan melalui pengembangan potensi dalam mendukung kegiatan
perekonomian masyarakatnya. Namun kondisi tersebut tidak terlepas pula dari
permasalahan yang dibatasi oleh kondisi geografis yang memiliki kerentanan dan
kelabilan tanah, sehingga dalam pengelolaannya diperlukan strategi yang tepat.
Secara Administrasi Wilayah Kabupaten Cianjur memiliki luas kurang lebih
361435 Ha (sumber : RTRW Kabupaten Cianjur), terdiri dari 32 kecamatan dengan
354 desa dan 6 kelurahan yang mencakup 2746 Rukun Warga dan 10384 Rukun
Tetangga. Kabupaten Cianjur berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Purwakarta
di sebelah Utara, Kabupaten Bandung dan Garut di sebelah Timur, Samudra
Indonesia di sebelah Selatan serta berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi di
sebelah Barat. Hingga Tahun 2012 jumlah penduduk di Kabupaten Cianjur
mencapai 2231107 jiwa. Hal ini mengalami peningkatan 0.94%dari tahun
sebelumnya. Data kepadatan penduduk dari Tahun 2006-2012 ditunjukkan dalam
Tabel 5.

14

Tabel 5 Data kepadatan penduduk Kabupaten Cianjur
Tahun
Jumlah Penduduk
Penambahan Pertumbuhan (%)
(Jiwa)
(Jiwa)
2006
2125023
2007
2149121
24098
1.13
2008
2169984
20863
0.97
2009
2200346
30362
1.39
2010
2168514
2011
2210267
41753
1.89
2012
2231107
20840
0.94
Sumber : Cianjur dalam Angka 2012
Sungai Citarum merupakan sungai utama yang mengalir kebagian utara
dengan beberapa anak sungainya di Kabupaten Cianjur anatara lain Sungai Cibeet,
Sungai Cikundul, Sungai Cibalagung dan Sungai Cisokan. Sungai tersebut
membentuk sub-DAS yang merupakan bagian dari DAS Citarum yang bermuara di
Laut Jawa. Di bagian selatan terdapat Sungai Cibuni, Sungai Cisokan, Sungai
Cisadea, Sungai Ciujung dan Sungai Cilaki yang merupakan sub-DAS CibuniCilaki yang bermuara di Samudera Indonesia. DAS utama yang mengaliri wilayah
Cianjur seperti Tabel 6. Penggunaan lahan Cianjur seperti Tabel 7. Peta DAS di
Cianjur ditunjukkan dalam Gambar 2. Peta penggunaan lahan ditunjukkan dalam
Gambar 3.
Tabel 6 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten/Kota
DAS & Sub. DAS
Luas (Ha)
DAS Citarum
6540
Sub. Das Cibuni
279.4
Sumber: Dinas Pengelola Sumber Daya Air dan Pertambangan Kab. Cianjur
Tabel 7 Penggunaan lahan di Kabupaten Cianjur Tahun 2012
Persentase
Penggunaan Lahan 2012
Luas (ha)
(%)
Sawah Irigasi
32999.01
9.13
Sawah Tadah Hujan
44539.60
12.32
Tegalan/Ladang
42329.00
11.71
Ladang/Huma
42694.00
11.81
Perkebunan
41416.00
11.46
Hutan Rakyat/Ditanami Pohon
85696.23
23.71
Belukar/Semak
9293.70
2.57
Sementara Tidak Diusahakan
1833.00
0.51
Pemukiman
3501.00
9.69
Air Tawar
25585.94
7.08
Rawa
33.50
0.01
Total
36143.98
100.00
Sumber: Cianjur Dalam Angka 2012

Gambar 2 Peta DAS di Kabupaten Cianjur
15

Gambar 3 Peta penggunaan lahan di Kabupaten Cianjur
16

17

Daya Dukung Lingkungan Sumberdaya Air
Status Daya Dukung Lingkungan
Pendekatan analisis daya dukung lingkungan berbasis neraca air yaitu
menggunakan nilai demand yang merupakan nilai Water Footprint. Pendekatan ini
dilakukan dengan membandingkan ketersediaan air hujan di Kabupaten Cianjur
(nilai CHandalan) dengan water footprint untuk menilai status daya dukung
lingkungannya. Ketersediaan air dinyatakan sebagai CHandalan dihitung dengan
peluang kejadian ≥ 50% (Prastowo, 2010). CHandalan yang digunakan adalah peluang
80%. Stasiun penakar hujan yang digunakan memiliki ketinggian berbeda antara
lain Stasiun Pacet, Stasiun Ciheulang, Stasiun Pasir Kuda dan Stasiun Leles.
Ketinggian stasiun tersebut berturut-turut 1130 m, 300 m, 450 m dan 117 m diatas
permukaan laut. Data curah hujan stasiun Pacet merupakan data pengukuran
lapangan dari Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) sedangkan data curah
hujan stasiun Ciheulang, Pasir Kuda dan Leles ini merupakan data citra satelit yang
didapat dengan menggunakan software Tropical Rainfall Measuring Mission
(TRMM). Data iklim stasiun Pacet dapat dilihat pada Lampiran 10. CHandalan dari
empat stasiun ini selanjutnya diolah dengan menggunakan Metode Poligon
Thiessen sehingga didapatkan CHandalan di Kabupaten Cianjur sebesar 2543.33
mm/tahun. Peta poligon Thiessen dapat dilihat pada Gambar 1. Peta sebaran curah
hujan Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada lampiran 1. Perhitungan lengkap curah
hujan andalan ini dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 3.
Ketersediaan air dihitung dengan mengalikan nilai CHandalan dengan total
luasan wilayahnya. Sedangkan kebutuhan air didapatkan dengan mengalikan jumlah
penduduk dengan asumsi kebutuhan air untuk hidup layak sebesar 1600 m3
air/kapita/tahun. Dari hasil analisis yang dapat dilihat pada Tabel 8, pada tahun 2012
dengan jumlah penduduk 2231107 jiwa ketersediaan air di wilayah ini sebesar 9.16
x 109 m3/tahun dan kebutuhan air sebesar 3.57 x 109 m3/tahun, sehingga memiliki rasio
ketersediaan dan kebutuhan air sebesar 2.57. Berdasarkan Tabel 8 status daya

dukung lingkungan Kabupaten Cianjur adalah aman (sustain). Dilihat dari selisih
antara ketersediaan dan kebutuhan air di Kabupaten Cianjur terjadi surplus curah
hujan sebesar 5.59 x 109 m3/tahun.
Jika dilakukan analisis per bulan, dengan asumsi kebutuhan air tiap bulannya
adalah sama yaitu 2.97 x 108 m3/bulan, maka status daya dukung lingkungan setiap
bulannya akan berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9. Pada bulan NovemberMei status daya dukung lingkungan adalah aman (sustain). Pada bulan JuniAgustus status daya dukung lingkungan adalah terlampaui (overshoot). Sedangkan
pada bulan September-Oktober status daya dukung lingkungannya aman bersyarat
(conditional sustain).

18

Gambar 4 Peta sebaran curah hujan Metode Poligon Thiessen
Tabel 8 Hasil analisis water footprint Kabupaten Cianjur
Parameter

Nilai
9

3

Ketersediaan air (x10 m /tahun)
Water Footprint (x109 m3/tahun)
Selisih (x109 m3/tahun)
Rasio
Sumber: Hasil Perhitungan

9.16
3.57
5.59
2.57

19

Tabel 9 Status daya dukung lingkungan Kabupaten Cianjur
Bulan
Rasio
Status DDL-air
Jan
3.86
Sustain
Feb
2.93
Sustain
Mar
3.75
Sustain
Apr
4.04
Sustain
Mei
2.48
Sustain
Jun
0.84
Overshoot
Jul
0.48
Overshoot
Agu
0.23
Overshoot
Sep
1.06
Conditional Sustain
Okt
1.61
Conditional Sustain
Nov
3.84
Sustain
Des
5.68
Sustain
Sumber: Hasil Perhitungan

Gambar 5 Penetapan status daya dukung lingkungan Kab. Cianjur dengan
menggunakan nomogram
Hubungan antara kepadatan penduduk dan curah hujan di Kabupaten Cianjur
dapat dilihat pada nomogram penetapan daya dukung lingkungan berbasis neraca air
pada Gambar 5. Dengan kepadatan penduduk 617 jiwa/km2 dan jumlah curah hujan
2534.3 mm/tahun. Kabupaten Cianjur pada tahun 2012 berada dalam status aman
(sustain). Maksud dari status sustain ini adalah wilayah Kabupaten Cianjur masih
dapat mendukung kegiatan produksi pangan, sandang, papan, dan industri sendiri.

20

Stasiun Pacet mewakili Cianjur bagian Utara dengan curah hujan 2974 mm dan
kepadatan penduduk sebesar 145 jiwa/km2 memiliki status daya dukung lingkungan
sustain. Stasiun Ciheulang mewakili Cianjur bagian Timur dengan curah hujan 2562
mm dan kepadatan penduduk 269 jiwa/km2 memiliki status daya dukung lingkungan
sustain. Stasiun Leles mewakili Cianjur bagian Barat dengan curah hujan 2501 mm
dan kepadatan penduduk 123 jiwa/km2 memiliki status daya dukung lingkungan
sustain. Stasiun Pasir Kuda mewakili Cianjur bagian Selatan dengan curah hujan
2487 mm dan kepadatan penduduk 98 jiwa/km2 juga memeiliki status daya dukung
lingkungan sustain.

Sumberdaya Iklim Untuk Pertanian (Agroklimat)
Dalam kaitannya dengan kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman,
khususnya tanaman pangan pada suatu wilayah, Oldeman (1975) dalam Prastowo
(2010), telah mengembangkan konsep zona agroklimat. Dengan mengetahui zona
agroklimat suatu wilayah, dapat diperkirakan daya dukung sumberdaya iklim untuk
mengembangkan pertanian pada wilayah tersebut. Berdasarkan konsep bulan basah
dan bulan kering menurut Oldeman (1975), bulan basah memiliki curah hujan
berturut-turut >200 mm/bulan dan bulan kering memiliki curah hujan berturut-turut