Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa
STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK
SERAT SABUT KELAPA
FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Strategi Penyediaan
Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Fransisca Pangestu Adi Arti
NIM F34100098
ABSTRAK
FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI. Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri
Jok Serat Sabut Kelapa. Dibimbing oleh YANDRA ARKEMAN dan ONO
SUPARNO.
Serat sabut kelapa adalah limbah yang belum dimanfaatkan secara efisien.
Pemanfaatan serat sabut kelapa di Indonesia biasanya masih digunakan sebagai
alat pembersih, dan arang. Serat sabut kelapa dari Indonesia umumnya masih
dijual di pasar ekspor dalam bentuk mentah. Serat sabut kelapa memiliki potensi
untuk dikembangkan menjadi produk-produk yang bernilai, contohnya adalah jok
mobil. Permintaan akan jok dari serat sabut kelapa tinggi karena jok ini memiliki
mutu dan karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan busa. Industri jok
serat sabut kelapa dapat dikembangkan dan berpeluang untuk menutupi
permintaan yang ada di pasar dalam dan luar negeri. Ketersediaan serat sabut
kelapa yang berkesinambungan sebagai bahan baku pembuatan jok sangat penting
dan vital. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan strategi
penyediaan bahan baku serat sabut kelapa untuk industri jok agar produksi dapat
berkelanjutan dan optimal. Strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut
kelapa diformulasikan dengan penentuan kriteria dan sub kriteria penyediaan
bahan baku dihitung dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP).
Industri jok serat sabut kelapa layak untuk dijalankan dengan nilai NPV bernilai
positif, dan IRR sebesar 34%. Dengan menerapkan metode FAHP diperoleh bobot
tertinggi untuk alternatif strategi penyediaan bahan baku yaitu alternatif C5
(Memberikan bantuan modal untuk pembelian mesin kepada petani atau industri
pengurai serat sabut kelapa) dengan nilai 0.3104.
Kata kunci: Strategi, bahan baku, serat sabut kelapa, jok, fuzzy ahp
ABSTRACT
FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI. Supply of Raw Materials Strategy Seat
Coconut Coir Industry. Supervised by YANDRA ARKEMAN and ONO
SUPARNO.
Coconut coir is a waste that has not been used efficiently. The coconut coir
utilization in Indonesia was still for a cleaning tools and charcoal. Coconut coir
from Indonesia was generally exported as raw material/feedstock. Coconut coir
has the potential to be developed into more valuable products, such as a material
for car seats. The demand for coconut coir seat is high because it has better
quality and characteristics than conventional foam seat. Coconut coir industry
can be developed significantly and get a chance to comply the existing demand of
both domestic and foreign markets. The availability of coconut coir as raw
material for the seat manufacturing is very important and vital. Therefore, this
research aimed to obtain the raw material supply strategy for coconut coir seat
industry to have a sustainable and optimal production. The supply of raw material
strategy for coconut coir seat industry formulation used criteria determination
and sub criteria raw material supply calculated using a Fuzzy Analytical
Hierarchy Process (FAHP) method. Coconut coir seat industry is feasible to be
executed as the NPV was positive and the IRR was 34%. From the FAHP data,
the highest weight for supply of raw materials strategy alternative was C5
(providing capital assistance to purchase the machine for farmers or industries)
with the value is 0.3104.
Keywords: Strategy, raw materials, coconut coir, seat, fuzzy ahp
STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK
SERAT SABUT KELAPA
FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa
Nama
: Fransisca Pangestu Adi Arti
NIM
: F34100098
Disetujui oleh
Dr Ir Yandra Arkeman, M Eng
Pembimbing I
Prof Dr Ono Suparno, STP, MT
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah serat sabut
kelapa, dengan judul “Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut
Kelapa”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Yandra Arkeman,
M.Eng. dan Bapak Prof. Dr. Ono Suparno, S.TP, M.T. selaku pembimbing, Ibu
Prof. Dr. Ir. Erliza Noor selaku dosen penguji, Bapak H. Azir dan Bapak Syarif
yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Ibu Fitri dari Badan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia
dan Bapak Mawardin dari Asian and Pacific Coconut Community, yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Fransisca Pangestu Adi Arti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Metode
3
Prosedur Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan Jok
9
9
Proses Pembuatan Jok
10
Aspek Finansial
12
Analisis Ketersediaan Bahan Baku
18
Strategi Penyediaan Bahan Baku dengan Fuzzy AHP
20
SIMPULAN DAN SARAN
24
Simpulan
24
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
28
RIWAYAT HIDUP
27
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Permintaan jok di pasar dalam dan luar negeri
Rincian modal investasi
Harga dan penerimaan
Struktur pembiayaan
Angsuran modal investasi tetap
Angsuran modal investasi kerja
Proyeksi laba rugi
Kriteria investasi proyek
Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian para pakar
pada kriteria
Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian para
pakar pada kriteria
Nilai crips matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR pada
kriteria
Total bobot tujuan strategi penyediaan bahan baku dengan
mempertimbangkan bobot kriteria utama
Total bobot alternatif strategi penyediaan bahan baku dengan
mempertimbangkan obot tujuan
9
13
15
16
16
16
17
18
20
21
21
22
22
DAFTAR GAMBAR
1 Prinsip dasar penelitian strategi penyediaan bahan baku industri jok
serat sabut kelapa
2 Diagram alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok
serat sabut kelapa
3 Diagram alir pembuatan jok serat sabut kelapa
3
4
11
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Alat dan mesin industri jok serat sabut kelapa
Produksi kelapa di Indonesia tahun 2013
Definisi dan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy
Ilustrasi jok
Rincian biaya investasi
Rincian nilai penyusutan dan nilai sisa
Rincian gaji tenaga kerja langsung & tenaga kerja tidak langsung
Rincian biaya bahan baku dan bahan penolong produksi jok serat sabut
kelapa
Rincian biaya operasional
Rincian biaya pemeliharaan
Rincian biaya asuransi
Rincian laba rugi industri
Rincian break even point
28
31
32
32
33
35
36
37
37
41
41
42
44
14 Arus kas
15 Hierarki penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat
kelapa
16 Kuisioner penentuan strategi penyediaan bahan baku
17 Daftar nama pakar
18 Hasil matriks perbandingan berpasangan fuzzy AHP
19 Hasil matriks α-cut fuzzy
20 Hasil nilai crips matriks perbandingan berpasangan x, λmax, CI dan CR
21 Ketersediaan butir kelapa tahun 2013
45
47
48
55
56
60
64
69
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Pada
tahun 2013, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3.79 juta Ha, dengan
total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar
(95%) merupakan perkebunan rakyat (APCC 2013). Kelapa mempunyai nilai dan
peran yang penting baik, ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya.
Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu
35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri atas serat dan gabus yang
menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang
berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari
sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut) (APCC 2013)
Rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,9 juta ton, maka
terdapat sekitar 2.0 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan (APCC 2013). Serat
sabut kelapa yang dimanfaatkan di Indonesia sekitar 10% dari total produksi saat
ini, pemanfaatannya yaitu diolah menjadi produk seperti jok, keset kaki, matras,
tali, sapu dan coco mesh. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar
belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat
meningkatkan nilai tambahnya.
Serat sabut kelapa memiliki nilai ekonomis yang baik. Sabut kelapa jika
diurai akan menghasilkan serat sabut (cocofiber) dan serbuk sabut (cocopeat).
Sabut biasanya hanya dibiarkan sebagai limbah dan hanya ditumpuk di bawah
tegakan tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk atau kering. Pemanfaatannya
hanyalah untuk kayu bakar. Secara tradisional, masyarakat telah mengolah sabut
untuk dijadikan tali dan dianyam menjadi keset. Namun, pengembangan dari
produk cocofiber dan cocopeat akan menghasilan aneka macam derivasi produk
yang bermanfaat.
Serat sabut kelapa tidak hanya diolah secara tradisional; salah satu
pengolahan serat sabut kelapa secara modern adalah menjadi bahan pengisi untuk
jok. Pengolahan serat sabut kelapa menjadi jok akan meningkatkan nilai ekonomi
yang cukup tinggi komoditi tersebut. Pengembangan industri jok sabut kelapa
akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan peningkatan
pendapatan petani. Permintaan akan jok serat sabut kelapa di pasar dalam negeri
terus meningkat dari tahun ke tahun sekitar 10-20% di tahun 2009 sampai 2013,
diprediksi akan terus meningkat hingga 30% pada tahun 2018. Adanya industri
jok serat sabut kelapa akan menghasilkan produk yang dapat memenuhi
kebutuhan pasar nasional dan internasional.
Pasokan bahan baku bagi industri sangat penting, agar bahan baku dapat
tercukupi secara tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat mutu serta kontinuitasnya
terjamin, maka industri perlu berpikir secara jangka panjang dan menetapkan
strategi yang sesuai. Strategi penyediaan bahan baku yang efektif sangat
diperlukan untuk meminimumkan resiko dan ketidakpastian dalam pengadaan
bahan baku agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan tidak ada
gangguan.
2
Perumusan Masalah
Beberapa masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kelayakan industri jok serat sabut kelapa dari aspek finansial, aspek teknologi
dan aspek kapasitas?
2. Bagaimana strategi penyediaan bahan baku serat sabut kelapa agar industri
dapat terus produksi dan memenuhi kebutuhan pasar?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan besarnya pasar jok yang
ada di pasar dalam negeri maupun luar negeri, menentukan kelayakan industri jok
berdasarkan kapasitas terpasang, dan memformulasikan strategi penyediaan bahan
baku industri jok serat sabut kelapa agar bahan baku dapat tercukupi secara tepat
jumlah, tepat waktu, dan tepat mutu serta kontinuitasnya.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan
pemikiran yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang
terlibat dalam pengembangan industri serat sabut kelapa sehingga serat sabut
kelapa dapat diolah menjadi barang yang memiliki nilai tinggi dan bisnis
pengembangan serat alami menjadi lebih maju, serta berpeluang untuk memenuhi
permintaan pasar baik pasar nasional maupun pasar ekspor. Manfaat lainnya
adalah menambah informasi bagi industri dalam menyusun strategi dan kebijakan
untuk pengadaan bahan baku. Selain itu, dapat memberikan manfaat berupa nilai
tambah pada produk pertanian, yaitu serat sabut kelapa dan dapat meningkatkan
pendapatan petani dan masyarakat.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada analisis faktor-faktor
teknologi, perhitungan finansial, dan kapasitas yang berpengaruh dalam industri
jok serat sabut kelapa dan formulasi strategi penyediaan bahan baku berdasarkan
masalah yang dihadapi dan analisis kriteria dan sub kriteria dari penyediaan bahan
baku di industri jok serat sabut kelapa yang prospektif.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kampus Dramaga IPB Bogor dan
pengambilan data diperoleh dari Asian and Pacific Coconut Community, Asosiasi
Industri Sabut Kelapa Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor
3
Indonesia dan CV Serat Kelapa yang berada di Depok, Jawa Barat. Waktu
penelitian dilakukan mulai periode Maret 2014 hingga Mei 2014.
Metode
Proses perumusan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut
kelapa diawali dengan tahap pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara pengumpulan data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh
dengan melakukan observasi langsung di lapangan, wawancara dengan pakar dan
penyebaran kuesioner kepada pakar. Data sekunder didapat dari penelusuran
berupa dokumen dari instansi yang terkait yaitu Asian and Pacific Coconut
Community, Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia, Gabungan Industri
Kendaraan Bermotor Indonesia dan industri jok serta informasi-informasi lainnya
yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur, media
massa, maupun media elektronik (internet).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa pakar ahli, kemudian
dapat dianalisis kendala-kendala yang ada dalam hal penyediaan bahan baku serat
sabut kelapa dalam produksi jok. Berdasarkan kendala tersebut, dapat ditentukan
beberapa strategi untuk menyediakan serat sabut kelapa. Penentuan strategi ini
dilakukan dengan menggunakan informasi pakar yang kemudian diolah dengan
metode fuzzy AHP. Prinsip dasar penelitian terdapat pada Gambar 1 dan diagram
alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa
disajikan pada Gambar 2.
Permintaan jok dari pasar domestik dan luar negeri
Industri (analisis kelayakan industri berdasarkan aspek
finansial, aspek kapasitas dan aspek teknologi)
Bahan baku yang dibutuhkan berdasarkan kapasitas
industri
Strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut
kelapa
Gambar 1 Prinsip penelitian strategi penyediaan bahan baku industri jok serat
sabut kelapa
4
Mulai
• Studi pustaka
• Referensi
internet
Penentuan permintaan jok
Kelayakan industri jok
dengan :
• Analisis aspek
finansial
• Analisis aspek
teknologi
• Analisis aspek
kapasitas produksi
Layak?
tidak
ya
• Studi pustaka
• Diskusi pakar
• Analisis data
sekunder
• Studi pustaka
• Diskusi pakar
• Kuisioner
• Referensi internet
Analisis ketersediaan bahan ya
baku dengan menghitung
ketersediaan lahan kelapa dan produksinya
Penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok
serat sabut kelapa dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy
Process (FAHP).
Strategi terbaik untuk penyediaan
bahan baku industri jok serat sabut
Selesai
Gambar 2 Diagram alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri
jok serat sabut kelapa
5
Prosedur Analisis Data
Permintaan Jok
Jok merupakan salah satu komponen penyusun dari mobil yang sangat
dibutuhkan untuk memproduksi satu unit mobil. Permintaan jok yang berada di
pasar dalam dan luar negeri dapat dihitung dari banyaknya produksi mobil di
dalam dan luar negeri. Setiap memproduksi satu unit mobil membutuhkan
komponen penyusun lainnya; salah satunya adalah jok yang dibutuhkan sebanyak
4-6 unit jok per mobilnya. Data sekunder produksi mobil selama 5 tahun dari
tahun 2009 hingga tahun 2013 diperoleh dari Gabungan Industri Kendaraan
Indonesia (GAIKINDO). Rumus sederhana untuk menentukan banyaknya jok
yang dibutuhkan setiap harinya berdasarkan banyaknya mobil yang diproduksi
adalah sebagai berikut :
Permintaan Jok = produksi mobil perhari × jumlah jok mobil
Aspek Finansial, Teknologi, Kapasitas dan Ketersediaan Bahan Baku
Analisis kelayakan usaha diidentifikasi melalui aspek finansial. Aspek
finansial yang akan dihitung meliputi nilai NPV, IRR, Net B/C dan PBP. Analisis
ini dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan harga baik yang
terjadi pada sektor penerimaan maupun pengeluaran.
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) dari suatu produk adalah nilai sekarang (present
value) dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu.
Ukuran ini bertujuan untuk mengurutkan alternatif yang dipilih karena adanya
kendala biaya modal, dimana proyek memberikan biaya yang sama atau NPV
penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun. Rumus untuk mencari nilai
NPV adalah :
n
NPV = �
t=0
Keterangan
NPV : Nilai bersih sekarang
Bt
: Total pendapatan pada tahun ke-t
Ct
: Total biaya pada tahun ke-t
i
: Tingkat diskonto
n
: Umur ekonomis proyek
�� − ��
(1 + i)t
2. Internal Rate Return (IRR)
Internal rate return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan
bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satu persen.
Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh
proyek untuk sumber daya yang digunakan. Perhitungan IRR digunakan untuk
mengetahui persentase dari keuntungan proyek tiap tahunnya dan menunjukkan
kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman.
6
Investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar atau sama dengan tingkat
diskonto, sedangkan jika lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut
tidak layak dilaksanakan. Penerapan metode lebih sulit dilakukan dibandingkan
dengan penerapan NPV sama dengan nol. Namun hal tersebut sangat jarang
terjadi. Kriteria IRR mempunyai beberapa keuntungan, yaitu tidak tergantung
pada tingkat discount rate social yang berlaku. Sebaliknya jika IRR lebih kecil
dari tingkat bunga yang berlaku maka investasi dikatakan tidak layak. Rumus
untuk mencari nilai IRR adalah :
IRR = L% + �
NPVL − (H − L)
�%
NPVL − NPVH
Keterangan :
L
: Tingkat diskonto rendah
H
: Tingkat diskonto tinggi
NPVL : Hasil NPV untuk tingkat diskonto rendah
NPVH : Hasil NPV untuk tingkat diskonto tinggi
3. Net Benefit Cost Ratio(Net B/C)
Net benefit cost ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah present value
yang bernilai positif dengan present value yang bernilai negatif. Perhitungan ini
digunakan untuk melihat berapa kali lipat penerimaan yang akan diperoleh dari
biaya yang dikeluarkan. Proyek dikatakan layak jika net B/C lebih besar dari satu
sedangkan jika net B/C lebih kecil dari satu maka proyek tidak layak untuk
dilaksanakan.
4. Payback Period
Payback period merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat jagka
waktu dalam pelaksanaan proyek yang dapat menutupi nilai negatif pada awal
proyek tersebut. Payback period atau tingkat pengembalian investasi adalah umur
dengan pada tingkat diskonto tertentu, penerimaan bersih kumulatif sama dengan
nol dan menunjukkan pada umur proyek berapa investasi dapat dikembalikan.
Perhitungan tingkat pengembalian investasi dilakukan dengan metode discounted
payback period, dimana nilai manfaat bersih yang terdapat pada cash flow
didiskontokan dan dikumulatifkan.
Jumlah Investasi
x 1 tahun
Payback Period =
NPV setiap tahun
5. Break Even Point (BEP)
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampai batas mana usaha yang
dilakukan bisa memberikan keuntungan atau pada tingkat tidak rugi dan tidak
untung.
Biaya tetap (tahun)
Break Even Point =
(Harga jual − biaya variabel per satuan unit)
Analisis berikutnya adalah aspek teknologi, analisis ini berdasarkan alat
dan mesin yang digunakan pada saat proses produksi jok dari serat sabut kelapa.
Alat dan mesin yang digunakan dan kapasitasnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
7
Analisis kapasitas produksi dihitung berdasarkan kapasitas mesin pengurai
sabut kelapa menjadi serat panjang. Kapasitas mesin pengurai yang digunakan
adalah 1 ton/jam. Mesin pengurai yang akan digunakan pada industri ini adalah
sebanyak 2 unit mesin. Waktu kerja mesin adalah 7 jam. Berat jok yang dihasilkan
dari mesin cetakan adalah 2 kg (1 kg tempat duduk dan 1 kg sandaran).
Perhitungan kapasitas produksi adalah sebagai berikut :
Kapasitas produksi =
kapasitas mesin × jam kerja mesin × jumlah mesin
berat per satuan jok
Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan kapasitas produksi sebesar 7 000 unit
jok/hari. Bahan baku yang digunakan untuk kapasitas 7 000 unit jok/hari adalah
sebanyak 14 ton/hari. Ketersediaan bahan baku serat sabut kelapa dianalisis
dengan data sekunder ketersediaan lahan yang ada di Indonesia dan produksinya.
Data ketersediaan kelapa terdapat pada Lampiran 2. Rumus perhitungan bahan
baku adalah :
Bahan baku = kapasitas mesin × jam kerja mesin × jumlah mesin
Fuzzy AHP
Metode fuzzy AHP adalah suatu metode yang dikembangkan dari metode
AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal
penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria. Keuntungan fuzzy AHP adalah pada
saat melakukan penilaian, dimana para pengambil keputusan tidak dipaksa untuk
melakukan penilaian diskrit (angka) tetapi hanya menggunakan intuitif mereka
melalui bilangan linguistik. Prosedur penyelesaian fuzzy AHP menurut Ayag
(2005) adalah sebagai berikut :
1. Perbandingan skor. Definisi dan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy terdapat
pada Lampiran 3.
2. Pembuatan matriks perbandingan fuzzy
Dengan menggunakan bilangan fuzzy melalui perbandingan berpasangan,
matiks penilaian fuzzy Ã(aij) dibuat dengan persamaan berikut:
1
��12
⋯
⎡��
1
⋯
⎢ 21
⋮
⋯
Ã=⎢ ⋮
⋮
⋯
⎢ ⋮
⎣ ���1 ���2 ⋯
⋯
⋯
⋯
⋯
⋯
��1�
��2�
⋮
⋮
1
⎤
⎥
⎥
⎥
⎦
�
�
−1
−1 , 9�
−1 , 7�
−1 , 5�
−1 , 3�
� , 3� , 5� , 7� , 9� atau 1�
dengan ����
= 1 jika i=j, dan ����
=1
jika i≠ �
3. Penyelesaian nilai eigen fuzzy
Nilai eigen fuzzy merupakan sebuah bilangan fuzzy untuk menyelesaikan
persamaan :
�̃ �� = �� ��
8
à merupakan (n x n) matriks fuzzy yang berisi bilangan fuzzy ����
�� merupakan (n x 1) vektor fuzzy yang berisi bilangan fuzzy �� �
Penentuan bobot prioritas dapat disederhanakan dengan persamaan berikut :
�� =
���
�
�=1 ���
∑�
�=1�∑�
�
α − cut merupakan tingkat kepercayaan pakar atau pengambil keputusan pada
penilaiannya. Derajat kepuasan penilaian matriks �̃ diestimasikan oleh indeks
optimisme ω. Semakin tingi nilai indeks ω menunjukkan tingkat optimisme
yang lebih tinggi. Indeks optimisme merupakan kombinasi konveks linier
yang didefinisikan dengan persamaan berikut :
�
�
�
����
= � ���
+ (1 − �)���
, ∀� ∈ [0,1]
Vektor eigen dihitung dengan memperbaiki nilai ω dan melakukan identifikasi
α – cut maksimum yang akan menghasilkan sekumpulan nilai dari bilangan
fuzzy. Normalisasi pada perbandingan berpasangan dan penghitungan bobot
prioritas dilakukan dalam penghitungan rasio konsistensi untuk setiap matriks
dan seluruh hierarki. Pengukuran indeks konsistensi dilakukan dengan
menggunaan persamaan berikut ini :
CI =
λmax − n
n−1
CI
: Indeks konsistensi
λmax
: Vektor Konsistensi
n
: Jumlah alternatif
Rasio konsistensi digunakan untuk mengestimasikan perbandingan
berpasangan secara langsung. Selang konsistensi adalah 0 sampai dengan 0.1.
Jika nilai melebihi 0.1 maka dianggap tidak konsisten Rasio konsistensi
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
CR =
CI
RI
CR
: Rasio konsistensi
RI
: Indeks rata-rata bobot yang dibangkitkan secara acak
4. Bobot prioritas pada setiap alternatif dapat diperoleh dengan cara mengalikan
matriks penilaian dengan vektor bobot atribut dan menjumlahkan seluruh
atribut dengan persamaan berikut :
�
�� = �(bobot atribut × penilaianik )�
Untuk i : 1,2,3,….., t
i : atribut
t : total jumlah atribut
k : alternatif
�=1
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan Jok
Indonesia merupakan negara yang memiliki perkembangan dalam industri
otomotif yang relatif baik. Hal ini selain dikarenakan besarnya jumlah penduduk
Indonesia juga disebabkan faktor konsumsi masyarakat serta mobilitas yang relatif
tinggi, sehingga pasar otomotif domestik terutama sektor industri mobil dan
komponennya terus menerus mengalami peningkatan dalam jumlah penjualannya.
Permintaan kendaraan di Indonesia tumbuh sebesar 6% atau mencapai
1.239 juta unit pada tahun 2013. Penjualan segmen mobil penumpang menjadi
faktor pendorong utama pertumbuhan pasar otomotif Indonesia. Proyeksi
pertumbuhan total volume industri tersebut dipicu oleh adanya perbaikan ekonomi
secara bertahap, serta meningkatnya permintaan terhadap mobil yang terjangkau
dan ramah lingkungan atau yang dikenal dengan Low Cost Green Car (LCGC)
(Gaikindo 2013)
Meningkatnya permintaan industri otomotif di pasar Indonesia juga
meningkatkan pasar komponen-komponen penyusunnya. Salah satunya adalah jok.
Jok dengan bahan pengisi yang berasal dari serat sabut kelapa semakin lama
semakin dilirik pasar dalam negeri. Permintaan jok di pasar luar negeri berasal
dari industri otomotif terkemuka di dunia, yaitu Mercedes Benz, Volkswagen
Porche, dan Opel di Eropa dan beberapa merk mobil di Cina sudah menggunakan
serat sabut kelapa untuk mengisi jok mobilnya. Data permintaan jok di pasar
dalam dan luar negeri terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Permintaan jok di pasar dalam dan luar negeri
Tahun
Permintaan Jok Dalam Negeri
(unit/hari)
Permintaan Luar Negeri
(unit/hari)
2009
2010
2011
2012
2013
3 940
4 214
5 036
5 926
6 542
206 429
265 244
269 911
262 203
288 177
Sumber : Gaikindo 2013
Permintaan jok di pasar dalam negeri sebanyak 6 542 berasal dari PT
Astra Daihatsu Motor Indonesia yang memproduksi berbagai tipe mobil setiap
harinya. PT Astra Daihatsu Motor Indonesia sudah menggunakan jok yang berasal
dari serat sabut kelapa untuk beberapa tipe mobil yang di produksinya, contohnya
adalah mobil Avanza, Xenia, dan Rush. Di Indonesia, jok yang berasal dari serat
sabut kelapa biasanya dipasang pada mobil MPV (multi purpose vehicle) atau
mobil serbaguna yang memiliki tempat duduk untuk 7 orang serta bagasi.
Produksi mobil MPV di PT Astra Daihatsu Motor Indonesia adalah 550
unit mobil tiap harinya berupa tipe mobil Avanza, Xenia, dan Rush yang bekerja
sama dengan Toyota Indonesia. Produksi mobil sebanyak 550 unit akan
10
membutuhkan 3 850 sampai 4 000 unit jok setiap harinya. Produksi jok yang
berasal dari serat sabut kelapa juga dapat diserap oleh PT Meiwa yang merupakan
eksportir jok dan kursi ke negara Jepang. PT Meiwa Indonesia dapat menyerap
20 000 sampai 35 000 jok dan berbagai jenis kursi setiap bulannya. Ini merupakan
peluang pasar yang besar.
Isu yang beredar saat ini adalah para produsen serat sabut kelapa yang ada
di Indonesia sebagian besar mengekspor serat kelapa mentah (raw material) ke
luar negeri dan nantinya dari raw material tersebut diolah menjadi jok, sehingga
harga jual dan profitnya menjadi lebih tinggi. Indonesia hanya mendapatkan
untung yang sedikit karena hanya menjual raw material. Para produsen serat sabut
kelapa lebih tertarik ke pasar ekspor karena harga jualnya yang tinggi.
Permintaan yang ada dari pasar jok serat sabut kelapa dalam negeri belum
dapat dipenuhi seluruhnya oleh industri yang ada. Hal ini dikarenakan industri
pembuat jok serat sabut kelapa masih jarang dan masih dikerjakan dalam skala
kecil.
Dari aspek teknologi, pengolahan serat sabut kelapa relatif sederhana yang
dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Adapun kendala dan masalah dalam
pengembangan usaha kecil/menengah industri pengolahan serat sabut kelapa
adalah keterbatasan modal, akses terhadap informasi pasar, serta mutu serat yang
masih belum memenuhi persyaratan sehingga produksinya belum memenuhi
permintaan pasar yang ada.
Proses Pembuatan Jok
Proses pengolahan serat sabut kelapa menjadi produk jok adalah sebagai
berikut (CV Serat Kelapa 2014) :
1. Pemisahan sabut kelapa yang telah masak dari tempurung kelapa.
2. Perendaman dalam bak berisi air selama 1-3 hari, diusahakan di dalam air yang
mengalir supaya terjadi penggantian air yang baik dan kontinyu. Maksud
perendaman adalah untuk melunakan sabut kelapa agar mudah terjadi
pemisahan serat-serat dari gabus dalam sabut kelapa.
3. Pemisahan serat menggunakan mesin pengurai serat sabut kelapa. Di dalam
mesin ini terdapat rol yang berputar dengan sejumlah besar paku sepanjang 4-5
cm. Rol pemecah (breaker roll) akan berputar dan pakunya merobek sabut
kelapa tanpa merusak serat. Mesin ini menghasilkan serat yang berukuran besar,
panjang dan kasar yang disebut bristle fiber.
4. Proses selanjutnya adalah serat panjang yang telah didapat masuk ke dalam
mesin pengayak sabut kelapa. Proses ini bertujuan untuk memisahkan serat
satu sama lain dan menjadi lebih lembut.
5. Serat sabut kelapa dan lem polyurethane kemudian dimasukkan ke dalam mesin
pengaduk.
6. Proses terjadi pengadukan di dalam mesin, serat sabut kelapa yang telah
mengandung lem dimasukkan ke dalam cetakan jok. Serat sabut kelapa yang
ada dalam cetakan di-press selama 2-3 menit. Cetakan jok juga dialiri
steam/uap panas.
7. Produk cetakan yang telah jadi masuk ke dalam bagian pengawasan mutu untuk
dilakukan pengecekan mutunya. Produk yang gagal akan di reject.
11
8. Produk yang sudah jadi akan digabungkan dengan busa dan sarung jok sesuai
dengan bentuk jok tersebut. Ilustrasi gambar jok terdapat pada Lampiran 4.
Sabut kelapa yang digunakan adalah sabut kelapa dengan ukuran serat
panjang berkisar 15-30cm. Selain itu kadar air dari serat sabut kelapa yang
digunakan untuk pembuatan jok adalah
SERAT SABUT KELAPA
FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Strategi Penyediaan
Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Fransisca Pangestu Adi Arti
NIM F34100098
ABSTRAK
FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI. Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri
Jok Serat Sabut Kelapa. Dibimbing oleh YANDRA ARKEMAN dan ONO
SUPARNO.
Serat sabut kelapa adalah limbah yang belum dimanfaatkan secara efisien.
Pemanfaatan serat sabut kelapa di Indonesia biasanya masih digunakan sebagai
alat pembersih, dan arang. Serat sabut kelapa dari Indonesia umumnya masih
dijual di pasar ekspor dalam bentuk mentah. Serat sabut kelapa memiliki potensi
untuk dikembangkan menjadi produk-produk yang bernilai, contohnya adalah jok
mobil. Permintaan akan jok dari serat sabut kelapa tinggi karena jok ini memiliki
mutu dan karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan busa. Industri jok
serat sabut kelapa dapat dikembangkan dan berpeluang untuk menutupi
permintaan yang ada di pasar dalam dan luar negeri. Ketersediaan serat sabut
kelapa yang berkesinambungan sebagai bahan baku pembuatan jok sangat penting
dan vital. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan strategi
penyediaan bahan baku serat sabut kelapa untuk industri jok agar produksi dapat
berkelanjutan dan optimal. Strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut
kelapa diformulasikan dengan penentuan kriteria dan sub kriteria penyediaan
bahan baku dihitung dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP).
Industri jok serat sabut kelapa layak untuk dijalankan dengan nilai NPV bernilai
positif, dan IRR sebesar 34%. Dengan menerapkan metode FAHP diperoleh bobot
tertinggi untuk alternatif strategi penyediaan bahan baku yaitu alternatif C5
(Memberikan bantuan modal untuk pembelian mesin kepada petani atau industri
pengurai serat sabut kelapa) dengan nilai 0.3104.
Kata kunci: Strategi, bahan baku, serat sabut kelapa, jok, fuzzy ahp
ABSTRACT
FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI. Supply of Raw Materials Strategy Seat
Coconut Coir Industry. Supervised by YANDRA ARKEMAN and ONO
SUPARNO.
Coconut coir is a waste that has not been used efficiently. The coconut coir
utilization in Indonesia was still for a cleaning tools and charcoal. Coconut coir
from Indonesia was generally exported as raw material/feedstock. Coconut coir
has the potential to be developed into more valuable products, such as a material
for car seats. The demand for coconut coir seat is high because it has better
quality and characteristics than conventional foam seat. Coconut coir industry
can be developed significantly and get a chance to comply the existing demand of
both domestic and foreign markets. The availability of coconut coir as raw
material for the seat manufacturing is very important and vital. Therefore, this
research aimed to obtain the raw material supply strategy for coconut coir seat
industry to have a sustainable and optimal production. The supply of raw material
strategy for coconut coir seat industry formulation used criteria determination
and sub criteria raw material supply calculated using a Fuzzy Analytical
Hierarchy Process (FAHP) method. Coconut coir seat industry is feasible to be
executed as the NPV was positive and the IRR was 34%. From the FAHP data,
the highest weight for supply of raw materials strategy alternative was C5
(providing capital assistance to purchase the machine for farmers or industries)
with the value is 0.3104.
Keywords: Strategy, raw materials, coconut coir, seat, fuzzy ahp
STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK
SERAT SABUT KELAPA
FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa
Nama
: Fransisca Pangestu Adi Arti
NIM
: F34100098
Disetujui oleh
Dr Ir Yandra Arkeman, M Eng
Pembimbing I
Prof Dr Ono Suparno, STP, MT
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah serat sabut
kelapa, dengan judul “Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut
Kelapa”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Yandra Arkeman,
M.Eng. dan Bapak Prof. Dr. Ono Suparno, S.TP, M.T. selaku pembimbing, Ibu
Prof. Dr. Ir. Erliza Noor selaku dosen penguji, Bapak H. Azir dan Bapak Syarif
yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Ibu Fitri dari Badan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia
dan Bapak Mawardin dari Asian and Pacific Coconut Community, yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Fransisca Pangestu Adi Arti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Metode
3
Prosedur Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan Jok
9
9
Proses Pembuatan Jok
10
Aspek Finansial
12
Analisis Ketersediaan Bahan Baku
18
Strategi Penyediaan Bahan Baku dengan Fuzzy AHP
20
SIMPULAN DAN SARAN
24
Simpulan
24
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
28
RIWAYAT HIDUP
27
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Permintaan jok di pasar dalam dan luar negeri
Rincian modal investasi
Harga dan penerimaan
Struktur pembiayaan
Angsuran modal investasi tetap
Angsuran modal investasi kerja
Proyeksi laba rugi
Kriteria investasi proyek
Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian para pakar
pada kriteria
Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian para
pakar pada kriteria
Nilai crips matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR pada
kriteria
Total bobot tujuan strategi penyediaan bahan baku dengan
mempertimbangkan bobot kriteria utama
Total bobot alternatif strategi penyediaan bahan baku dengan
mempertimbangkan obot tujuan
9
13
15
16
16
16
17
18
20
21
21
22
22
DAFTAR GAMBAR
1 Prinsip dasar penelitian strategi penyediaan bahan baku industri jok
serat sabut kelapa
2 Diagram alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok
serat sabut kelapa
3 Diagram alir pembuatan jok serat sabut kelapa
3
4
11
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Alat dan mesin industri jok serat sabut kelapa
Produksi kelapa di Indonesia tahun 2013
Definisi dan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy
Ilustrasi jok
Rincian biaya investasi
Rincian nilai penyusutan dan nilai sisa
Rincian gaji tenaga kerja langsung & tenaga kerja tidak langsung
Rincian biaya bahan baku dan bahan penolong produksi jok serat sabut
kelapa
Rincian biaya operasional
Rincian biaya pemeliharaan
Rincian biaya asuransi
Rincian laba rugi industri
Rincian break even point
28
31
32
32
33
35
36
37
37
41
41
42
44
14 Arus kas
15 Hierarki penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat
kelapa
16 Kuisioner penentuan strategi penyediaan bahan baku
17 Daftar nama pakar
18 Hasil matriks perbandingan berpasangan fuzzy AHP
19 Hasil matriks α-cut fuzzy
20 Hasil nilai crips matriks perbandingan berpasangan x, λmax, CI dan CR
21 Ketersediaan butir kelapa tahun 2013
45
47
48
55
56
60
64
69
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Pada
tahun 2013, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3.79 juta Ha, dengan
total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar
(95%) merupakan perkebunan rakyat (APCC 2013). Kelapa mempunyai nilai dan
peran yang penting baik, ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya.
Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu
35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri atas serat dan gabus yang
menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang
berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari
sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut) (APCC 2013)
Rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,9 juta ton, maka
terdapat sekitar 2.0 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan (APCC 2013). Serat
sabut kelapa yang dimanfaatkan di Indonesia sekitar 10% dari total produksi saat
ini, pemanfaatannya yaitu diolah menjadi produk seperti jok, keset kaki, matras,
tali, sapu dan coco mesh. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar
belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat
meningkatkan nilai tambahnya.
Serat sabut kelapa memiliki nilai ekonomis yang baik. Sabut kelapa jika
diurai akan menghasilkan serat sabut (cocofiber) dan serbuk sabut (cocopeat).
Sabut biasanya hanya dibiarkan sebagai limbah dan hanya ditumpuk di bawah
tegakan tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk atau kering. Pemanfaatannya
hanyalah untuk kayu bakar. Secara tradisional, masyarakat telah mengolah sabut
untuk dijadikan tali dan dianyam menjadi keset. Namun, pengembangan dari
produk cocofiber dan cocopeat akan menghasilan aneka macam derivasi produk
yang bermanfaat.
Serat sabut kelapa tidak hanya diolah secara tradisional; salah satu
pengolahan serat sabut kelapa secara modern adalah menjadi bahan pengisi untuk
jok. Pengolahan serat sabut kelapa menjadi jok akan meningkatkan nilai ekonomi
yang cukup tinggi komoditi tersebut. Pengembangan industri jok sabut kelapa
akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan peningkatan
pendapatan petani. Permintaan akan jok serat sabut kelapa di pasar dalam negeri
terus meningkat dari tahun ke tahun sekitar 10-20% di tahun 2009 sampai 2013,
diprediksi akan terus meningkat hingga 30% pada tahun 2018. Adanya industri
jok serat sabut kelapa akan menghasilkan produk yang dapat memenuhi
kebutuhan pasar nasional dan internasional.
Pasokan bahan baku bagi industri sangat penting, agar bahan baku dapat
tercukupi secara tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat mutu serta kontinuitasnya
terjamin, maka industri perlu berpikir secara jangka panjang dan menetapkan
strategi yang sesuai. Strategi penyediaan bahan baku yang efektif sangat
diperlukan untuk meminimumkan resiko dan ketidakpastian dalam pengadaan
bahan baku agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan tidak ada
gangguan.
2
Perumusan Masalah
Beberapa masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kelayakan industri jok serat sabut kelapa dari aspek finansial, aspek teknologi
dan aspek kapasitas?
2. Bagaimana strategi penyediaan bahan baku serat sabut kelapa agar industri
dapat terus produksi dan memenuhi kebutuhan pasar?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan besarnya pasar jok yang
ada di pasar dalam negeri maupun luar negeri, menentukan kelayakan industri jok
berdasarkan kapasitas terpasang, dan memformulasikan strategi penyediaan bahan
baku industri jok serat sabut kelapa agar bahan baku dapat tercukupi secara tepat
jumlah, tepat waktu, dan tepat mutu serta kontinuitasnya.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan
pemikiran yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang
terlibat dalam pengembangan industri serat sabut kelapa sehingga serat sabut
kelapa dapat diolah menjadi barang yang memiliki nilai tinggi dan bisnis
pengembangan serat alami menjadi lebih maju, serta berpeluang untuk memenuhi
permintaan pasar baik pasar nasional maupun pasar ekspor. Manfaat lainnya
adalah menambah informasi bagi industri dalam menyusun strategi dan kebijakan
untuk pengadaan bahan baku. Selain itu, dapat memberikan manfaat berupa nilai
tambah pada produk pertanian, yaitu serat sabut kelapa dan dapat meningkatkan
pendapatan petani dan masyarakat.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada analisis faktor-faktor
teknologi, perhitungan finansial, dan kapasitas yang berpengaruh dalam industri
jok serat sabut kelapa dan formulasi strategi penyediaan bahan baku berdasarkan
masalah yang dihadapi dan analisis kriteria dan sub kriteria dari penyediaan bahan
baku di industri jok serat sabut kelapa yang prospektif.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kampus Dramaga IPB Bogor dan
pengambilan data diperoleh dari Asian and Pacific Coconut Community, Asosiasi
Industri Sabut Kelapa Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor
3
Indonesia dan CV Serat Kelapa yang berada di Depok, Jawa Barat. Waktu
penelitian dilakukan mulai periode Maret 2014 hingga Mei 2014.
Metode
Proses perumusan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut
kelapa diawali dengan tahap pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara pengumpulan data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh
dengan melakukan observasi langsung di lapangan, wawancara dengan pakar dan
penyebaran kuesioner kepada pakar. Data sekunder didapat dari penelusuran
berupa dokumen dari instansi yang terkait yaitu Asian and Pacific Coconut
Community, Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia, Gabungan Industri
Kendaraan Bermotor Indonesia dan industri jok serta informasi-informasi lainnya
yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur, media
massa, maupun media elektronik (internet).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa pakar ahli, kemudian
dapat dianalisis kendala-kendala yang ada dalam hal penyediaan bahan baku serat
sabut kelapa dalam produksi jok. Berdasarkan kendala tersebut, dapat ditentukan
beberapa strategi untuk menyediakan serat sabut kelapa. Penentuan strategi ini
dilakukan dengan menggunakan informasi pakar yang kemudian diolah dengan
metode fuzzy AHP. Prinsip dasar penelitian terdapat pada Gambar 1 dan diagram
alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa
disajikan pada Gambar 2.
Permintaan jok dari pasar domestik dan luar negeri
Industri (analisis kelayakan industri berdasarkan aspek
finansial, aspek kapasitas dan aspek teknologi)
Bahan baku yang dibutuhkan berdasarkan kapasitas
industri
Strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut
kelapa
Gambar 1 Prinsip penelitian strategi penyediaan bahan baku industri jok serat
sabut kelapa
4
Mulai
• Studi pustaka
• Referensi
internet
Penentuan permintaan jok
Kelayakan industri jok
dengan :
• Analisis aspek
finansial
• Analisis aspek
teknologi
• Analisis aspek
kapasitas produksi
Layak?
tidak
ya
• Studi pustaka
• Diskusi pakar
• Analisis data
sekunder
• Studi pustaka
• Diskusi pakar
• Kuisioner
• Referensi internet
Analisis ketersediaan bahan ya
baku dengan menghitung
ketersediaan lahan kelapa dan produksinya
Penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok
serat sabut kelapa dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy
Process (FAHP).
Strategi terbaik untuk penyediaan
bahan baku industri jok serat sabut
Selesai
Gambar 2 Diagram alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri
jok serat sabut kelapa
5
Prosedur Analisis Data
Permintaan Jok
Jok merupakan salah satu komponen penyusun dari mobil yang sangat
dibutuhkan untuk memproduksi satu unit mobil. Permintaan jok yang berada di
pasar dalam dan luar negeri dapat dihitung dari banyaknya produksi mobil di
dalam dan luar negeri. Setiap memproduksi satu unit mobil membutuhkan
komponen penyusun lainnya; salah satunya adalah jok yang dibutuhkan sebanyak
4-6 unit jok per mobilnya. Data sekunder produksi mobil selama 5 tahun dari
tahun 2009 hingga tahun 2013 diperoleh dari Gabungan Industri Kendaraan
Indonesia (GAIKINDO). Rumus sederhana untuk menentukan banyaknya jok
yang dibutuhkan setiap harinya berdasarkan banyaknya mobil yang diproduksi
adalah sebagai berikut :
Permintaan Jok = produksi mobil perhari × jumlah jok mobil
Aspek Finansial, Teknologi, Kapasitas dan Ketersediaan Bahan Baku
Analisis kelayakan usaha diidentifikasi melalui aspek finansial. Aspek
finansial yang akan dihitung meliputi nilai NPV, IRR, Net B/C dan PBP. Analisis
ini dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan harga baik yang
terjadi pada sektor penerimaan maupun pengeluaran.
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) dari suatu produk adalah nilai sekarang (present
value) dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu.
Ukuran ini bertujuan untuk mengurutkan alternatif yang dipilih karena adanya
kendala biaya modal, dimana proyek memberikan biaya yang sama atau NPV
penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun. Rumus untuk mencari nilai
NPV adalah :
n
NPV = �
t=0
Keterangan
NPV : Nilai bersih sekarang
Bt
: Total pendapatan pada tahun ke-t
Ct
: Total biaya pada tahun ke-t
i
: Tingkat diskonto
n
: Umur ekonomis proyek
�� − ��
(1 + i)t
2. Internal Rate Return (IRR)
Internal rate return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan
bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satu persen.
Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh
proyek untuk sumber daya yang digunakan. Perhitungan IRR digunakan untuk
mengetahui persentase dari keuntungan proyek tiap tahunnya dan menunjukkan
kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman.
6
Investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar atau sama dengan tingkat
diskonto, sedangkan jika lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut
tidak layak dilaksanakan. Penerapan metode lebih sulit dilakukan dibandingkan
dengan penerapan NPV sama dengan nol. Namun hal tersebut sangat jarang
terjadi. Kriteria IRR mempunyai beberapa keuntungan, yaitu tidak tergantung
pada tingkat discount rate social yang berlaku. Sebaliknya jika IRR lebih kecil
dari tingkat bunga yang berlaku maka investasi dikatakan tidak layak. Rumus
untuk mencari nilai IRR adalah :
IRR = L% + �
NPVL − (H − L)
�%
NPVL − NPVH
Keterangan :
L
: Tingkat diskonto rendah
H
: Tingkat diskonto tinggi
NPVL : Hasil NPV untuk tingkat diskonto rendah
NPVH : Hasil NPV untuk tingkat diskonto tinggi
3. Net Benefit Cost Ratio(Net B/C)
Net benefit cost ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah present value
yang bernilai positif dengan present value yang bernilai negatif. Perhitungan ini
digunakan untuk melihat berapa kali lipat penerimaan yang akan diperoleh dari
biaya yang dikeluarkan. Proyek dikatakan layak jika net B/C lebih besar dari satu
sedangkan jika net B/C lebih kecil dari satu maka proyek tidak layak untuk
dilaksanakan.
4. Payback Period
Payback period merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat jagka
waktu dalam pelaksanaan proyek yang dapat menutupi nilai negatif pada awal
proyek tersebut. Payback period atau tingkat pengembalian investasi adalah umur
dengan pada tingkat diskonto tertentu, penerimaan bersih kumulatif sama dengan
nol dan menunjukkan pada umur proyek berapa investasi dapat dikembalikan.
Perhitungan tingkat pengembalian investasi dilakukan dengan metode discounted
payback period, dimana nilai manfaat bersih yang terdapat pada cash flow
didiskontokan dan dikumulatifkan.
Jumlah Investasi
x 1 tahun
Payback Period =
NPV setiap tahun
5. Break Even Point (BEP)
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampai batas mana usaha yang
dilakukan bisa memberikan keuntungan atau pada tingkat tidak rugi dan tidak
untung.
Biaya tetap (tahun)
Break Even Point =
(Harga jual − biaya variabel per satuan unit)
Analisis berikutnya adalah aspek teknologi, analisis ini berdasarkan alat
dan mesin yang digunakan pada saat proses produksi jok dari serat sabut kelapa.
Alat dan mesin yang digunakan dan kapasitasnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
7
Analisis kapasitas produksi dihitung berdasarkan kapasitas mesin pengurai
sabut kelapa menjadi serat panjang. Kapasitas mesin pengurai yang digunakan
adalah 1 ton/jam. Mesin pengurai yang akan digunakan pada industri ini adalah
sebanyak 2 unit mesin. Waktu kerja mesin adalah 7 jam. Berat jok yang dihasilkan
dari mesin cetakan adalah 2 kg (1 kg tempat duduk dan 1 kg sandaran).
Perhitungan kapasitas produksi adalah sebagai berikut :
Kapasitas produksi =
kapasitas mesin × jam kerja mesin × jumlah mesin
berat per satuan jok
Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan kapasitas produksi sebesar 7 000 unit
jok/hari. Bahan baku yang digunakan untuk kapasitas 7 000 unit jok/hari adalah
sebanyak 14 ton/hari. Ketersediaan bahan baku serat sabut kelapa dianalisis
dengan data sekunder ketersediaan lahan yang ada di Indonesia dan produksinya.
Data ketersediaan kelapa terdapat pada Lampiran 2. Rumus perhitungan bahan
baku adalah :
Bahan baku = kapasitas mesin × jam kerja mesin × jumlah mesin
Fuzzy AHP
Metode fuzzy AHP adalah suatu metode yang dikembangkan dari metode
AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal
penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria. Keuntungan fuzzy AHP adalah pada
saat melakukan penilaian, dimana para pengambil keputusan tidak dipaksa untuk
melakukan penilaian diskrit (angka) tetapi hanya menggunakan intuitif mereka
melalui bilangan linguistik. Prosedur penyelesaian fuzzy AHP menurut Ayag
(2005) adalah sebagai berikut :
1. Perbandingan skor. Definisi dan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy terdapat
pada Lampiran 3.
2. Pembuatan matriks perbandingan fuzzy
Dengan menggunakan bilangan fuzzy melalui perbandingan berpasangan,
matiks penilaian fuzzy Ã(aij) dibuat dengan persamaan berikut:
1
��12
⋯
⎡��
1
⋯
⎢ 21
⋮
⋯
Ã=⎢ ⋮
⋮
⋯
⎢ ⋮
⎣ ���1 ���2 ⋯
⋯
⋯
⋯
⋯
⋯
��1�
��2�
⋮
⋮
1
⎤
⎥
⎥
⎥
⎦
�
�
−1
−1 , 9�
−1 , 7�
−1 , 5�
−1 , 3�
� , 3� , 5� , 7� , 9� atau 1�
dengan ����
= 1 jika i=j, dan ����
=1
jika i≠ �
3. Penyelesaian nilai eigen fuzzy
Nilai eigen fuzzy merupakan sebuah bilangan fuzzy untuk menyelesaikan
persamaan :
�̃ �� = �� ��
8
à merupakan (n x n) matriks fuzzy yang berisi bilangan fuzzy ����
�� merupakan (n x 1) vektor fuzzy yang berisi bilangan fuzzy �� �
Penentuan bobot prioritas dapat disederhanakan dengan persamaan berikut :
�� =
���
�
�=1 ���
∑�
�=1�∑�
�
α − cut merupakan tingkat kepercayaan pakar atau pengambil keputusan pada
penilaiannya. Derajat kepuasan penilaian matriks �̃ diestimasikan oleh indeks
optimisme ω. Semakin tingi nilai indeks ω menunjukkan tingkat optimisme
yang lebih tinggi. Indeks optimisme merupakan kombinasi konveks linier
yang didefinisikan dengan persamaan berikut :
�
�
�
����
= � ���
+ (1 − �)���
, ∀� ∈ [0,1]
Vektor eigen dihitung dengan memperbaiki nilai ω dan melakukan identifikasi
α – cut maksimum yang akan menghasilkan sekumpulan nilai dari bilangan
fuzzy. Normalisasi pada perbandingan berpasangan dan penghitungan bobot
prioritas dilakukan dalam penghitungan rasio konsistensi untuk setiap matriks
dan seluruh hierarki. Pengukuran indeks konsistensi dilakukan dengan
menggunaan persamaan berikut ini :
CI =
λmax − n
n−1
CI
: Indeks konsistensi
λmax
: Vektor Konsistensi
n
: Jumlah alternatif
Rasio konsistensi digunakan untuk mengestimasikan perbandingan
berpasangan secara langsung. Selang konsistensi adalah 0 sampai dengan 0.1.
Jika nilai melebihi 0.1 maka dianggap tidak konsisten Rasio konsistensi
dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
CR =
CI
RI
CR
: Rasio konsistensi
RI
: Indeks rata-rata bobot yang dibangkitkan secara acak
4. Bobot prioritas pada setiap alternatif dapat diperoleh dengan cara mengalikan
matriks penilaian dengan vektor bobot atribut dan menjumlahkan seluruh
atribut dengan persamaan berikut :
�
�� = �(bobot atribut × penilaianik )�
Untuk i : 1,2,3,….., t
i : atribut
t : total jumlah atribut
k : alternatif
�=1
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan Jok
Indonesia merupakan negara yang memiliki perkembangan dalam industri
otomotif yang relatif baik. Hal ini selain dikarenakan besarnya jumlah penduduk
Indonesia juga disebabkan faktor konsumsi masyarakat serta mobilitas yang relatif
tinggi, sehingga pasar otomotif domestik terutama sektor industri mobil dan
komponennya terus menerus mengalami peningkatan dalam jumlah penjualannya.
Permintaan kendaraan di Indonesia tumbuh sebesar 6% atau mencapai
1.239 juta unit pada tahun 2013. Penjualan segmen mobil penumpang menjadi
faktor pendorong utama pertumbuhan pasar otomotif Indonesia. Proyeksi
pertumbuhan total volume industri tersebut dipicu oleh adanya perbaikan ekonomi
secara bertahap, serta meningkatnya permintaan terhadap mobil yang terjangkau
dan ramah lingkungan atau yang dikenal dengan Low Cost Green Car (LCGC)
(Gaikindo 2013)
Meningkatnya permintaan industri otomotif di pasar Indonesia juga
meningkatkan pasar komponen-komponen penyusunnya. Salah satunya adalah jok.
Jok dengan bahan pengisi yang berasal dari serat sabut kelapa semakin lama
semakin dilirik pasar dalam negeri. Permintaan jok di pasar luar negeri berasal
dari industri otomotif terkemuka di dunia, yaitu Mercedes Benz, Volkswagen
Porche, dan Opel di Eropa dan beberapa merk mobil di Cina sudah menggunakan
serat sabut kelapa untuk mengisi jok mobilnya. Data permintaan jok di pasar
dalam dan luar negeri terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Permintaan jok di pasar dalam dan luar negeri
Tahun
Permintaan Jok Dalam Negeri
(unit/hari)
Permintaan Luar Negeri
(unit/hari)
2009
2010
2011
2012
2013
3 940
4 214
5 036
5 926
6 542
206 429
265 244
269 911
262 203
288 177
Sumber : Gaikindo 2013
Permintaan jok di pasar dalam negeri sebanyak 6 542 berasal dari PT
Astra Daihatsu Motor Indonesia yang memproduksi berbagai tipe mobil setiap
harinya. PT Astra Daihatsu Motor Indonesia sudah menggunakan jok yang berasal
dari serat sabut kelapa untuk beberapa tipe mobil yang di produksinya, contohnya
adalah mobil Avanza, Xenia, dan Rush. Di Indonesia, jok yang berasal dari serat
sabut kelapa biasanya dipasang pada mobil MPV (multi purpose vehicle) atau
mobil serbaguna yang memiliki tempat duduk untuk 7 orang serta bagasi.
Produksi mobil MPV di PT Astra Daihatsu Motor Indonesia adalah 550
unit mobil tiap harinya berupa tipe mobil Avanza, Xenia, dan Rush yang bekerja
sama dengan Toyota Indonesia. Produksi mobil sebanyak 550 unit akan
10
membutuhkan 3 850 sampai 4 000 unit jok setiap harinya. Produksi jok yang
berasal dari serat sabut kelapa juga dapat diserap oleh PT Meiwa yang merupakan
eksportir jok dan kursi ke negara Jepang. PT Meiwa Indonesia dapat menyerap
20 000 sampai 35 000 jok dan berbagai jenis kursi setiap bulannya. Ini merupakan
peluang pasar yang besar.
Isu yang beredar saat ini adalah para produsen serat sabut kelapa yang ada
di Indonesia sebagian besar mengekspor serat kelapa mentah (raw material) ke
luar negeri dan nantinya dari raw material tersebut diolah menjadi jok, sehingga
harga jual dan profitnya menjadi lebih tinggi. Indonesia hanya mendapatkan
untung yang sedikit karena hanya menjual raw material. Para produsen serat sabut
kelapa lebih tertarik ke pasar ekspor karena harga jualnya yang tinggi.
Permintaan yang ada dari pasar jok serat sabut kelapa dalam negeri belum
dapat dipenuhi seluruhnya oleh industri yang ada. Hal ini dikarenakan industri
pembuat jok serat sabut kelapa masih jarang dan masih dikerjakan dalam skala
kecil.
Dari aspek teknologi, pengolahan serat sabut kelapa relatif sederhana yang
dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Adapun kendala dan masalah dalam
pengembangan usaha kecil/menengah industri pengolahan serat sabut kelapa
adalah keterbatasan modal, akses terhadap informasi pasar, serta mutu serat yang
masih belum memenuhi persyaratan sehingga produksinya belum memenuhi
permintaan pasar yang ada.
Proses Pembuatan Jok
Proses pengolahan serat sabut kelapa menjadi produk jok adalah sebagai
berikut (CV Serat Kelapa 2014) :
1. Pemisahan sabut kelapa yang telah masak dari tempurung kelapa.
2. Perendaman dalam bak berisi air selama 1-3 hari, diusahakan di dalam air yang
mengalir supaya terjadi penggantian air yang baik dan kontinyu. Maksud
perendaman adalah untuk melunakan sabut kelapa agar mudah terjadi
pemisahan serat-serat dari gabus dalam sabut kelapa.
3. Pemisahan serat menggunakan mesin pengurai serat sabut kelapa. Di dalam
mesin ini terdapat rol yang berputar dengan sejumlah besar paku sepanjang 4-5
cm. Rol pemecah (breaker roll) akan berputar dan pakunya merobek sabut
kelapa tanpa merusak serat. Mesin ini menghasilkan serat yang berukuran besar,
panjang dan kasar yang disebut bristle fiber.
4. Proses selanjutnya adalah serat panjang yang telah didapat masuk ke dalam
mesin pengayak sabut kelapa. Proses ini bertujuan untuk memisahkan serat
satu sama lain dan menjadi lebih lembut.
5. Serat sabut kelapa dan lem polyurethane kemudian dimasukkan ke dalam mesin
pengaduk.
6. Proses terjadi pengadukan di dalam mesin, serat sabut kelapa yang telah
mengandung lem dimasukkan ke dalam cetakan jok. Serat sabut kelapa yang
ada dalam cetakan di-press selama 2-3 menit. Cetakan jok juga dialiri
steam/uap panas.
7. Produk cetakan yang telah jadi masuk ke dalam bagian pengawasan mutu untuk
dilakukan pengecekan mutunya. Produk yang gagal akan di reject.
11
8. Produk yang sudah jadi akan digabungkan dengan busa dan sarung jok sesuai
dengan bentuk jok tersebut. Ilustrasi gambar jok terdapat pada Lampiran 4.
Sabut kelapa yang digunakan adalah sabut kelapa dengan ukuran serat
panjang berkisar 15-30cm. Selain itu kadar air dari serat sabut kelapa yang
digunakan untuk pembuatan jok adalah