Strategi Penyediaan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Industri Kotak Karton Gelombang

STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK INDUSTRI KOTAK
KARTON GELOMBANG

GIGANTIKA P. H. SAMOSIR

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Penyediaan
Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Industri Kotak Karton
Gelombang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Gigantika P. H. Samosir
NIM F34090075

ABSTRAK
GIGANTIKA P. H. SAMOSIR. Strategi Penyediaan Bahan Baku Tandan Kosong
Kelapa Sawit Untuk Industri Kotak Karton Gelombang. Dibimbing oleh
YANDRA ARKEMAN dan ERLIZA NOOR.
Permintaan bahan baku kayu untuk pembuatan kertas semakin meningkat
sehingga berdampak pada kerusakan hutan. Tandan kosong kelapa sawit memiliki
potensi untuk bahan baku pembuatan kertas karena kandungan selulosanya cukup
tinggi. Adanya isu tandan kosong yang dikembalikan ke lahan petani menjadi
masalah dalam pengadaan bahan baku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
merumuskan pilihan strategi dan penentuan strategi penyediaan bahan baku
industri kotak karton gelombang. Kriteria kelayakan menunjukkan nilai net
present value yaitu Rp 13.577.950.803, internal rate return diperoleh sebesar
49,9%, B/C ratio sebesar 1,08, break event point pada tahun pertama yaitu
3.589.632 kotak dan waktu pengembalian modal selama 3 tahun. Hasil analisis

Fuzzy AHP menunjukan strategi penyediaan bahan baku yang terpilih yaitu
melakukan kerjasama dengan pabrik kelapa sawit dalam jangka panjang dengan
bobot 0,331.
Kata kunci : strategi penyediaan, tandan kosong kelapa sawit, kotak karton
gelombang, fuzzy analytical hierarchy process

ABSTRACT
GIGANTIKA P. H. SAMOSIR. Raw Material Supply Strategy of Empty Fruit
Bunch Palm Oil for Corrugated Boxes Industry. Supervised by YANDRA
ARKEMAN and ERLIZA NOOR.
The demand of timber as raw material for paper industry is increasing,
those thing bring a negative impact to the environment such as forest
degradation. Empty fruit bunch palm oil has a potency as paper raw material
production because it has high cellulose level. Lately, imerge an issue about
practical giving-back the empty empty fruit bunch into palm oil plantation area
become a problem in supplying raw material for paper productiion. This research
was conducted to determine and select the strategy of raw material supplying for
coggurated box industry. The investment criteria show that Net Present Value is
Rp 13.577.950.803, Internal Rate Return is 49,9%, Benefit/Cost ratio is 1,08,
break even point shows that at first year must be produced at least 3.589.632 unit

and Pay Back Period is 3 years. Result of FAHP analysis shows that the expert
assessment long term cooperation with palm oil factory with a weight of 0,331.
Keywords: supply strategy, empty fruit bunch palm oil, cogurrated box, fuzzy
AHP

STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU SERAT TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK INDUSTRI KOTAK
KARTON GELOMBANG

GIGANTIKA P. H. SAMOSIR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

Judul Skripsi : Strategi Penyediaan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit
Untuk Industri Kotak Karton Gelombang
Nama
: Gigantika P. H. Samosir
NIM
: F34090075

Disetujui oleh

Dr Ir Yandra Arkeman, MEng
Pembimbing I

Prof Dr Ir Erliza Noor
Pembimbing II

Diketahui oleh


Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat, nikmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang Strategi Penyediaan
Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Industri Kotak Karton
Gelombang dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan selama Februari 2014 sampai Juni 2014 ini ialah strategi penyediaan
bahan baku.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Yandra Arkeman, MEng
dan Ibu Prof Dr Ir Erliza Noor selaku pembimbing yang telah banyak memberi
arahan dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, kakak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya,
teman-teman Teknologi Industri Pertanian 46 dan 47 atas dukungan yang
diberikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.


Bogor, Agustus 2014
Gigantika P. H. Samosir

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

3


METODE

3

Lokasi dan Waktu Penelitian

3

Metode

3

Prosedur Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan kertas

9

9

Ketersediaan Bahan Baku

10

Kapasitas dan Proses Produksi

13

Analisis Keuangan

18

Strategi Penyediaan Bahan Baku

23

SIMPULAN DAN SARAN


28

Simpulan

28

Saran

28

LAMPIRAN

31

RIWAYAT HIDUP

87

DAFTAR TABEL
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Produksi kertas dan karton di dunia tahun 2007-2010
Ekspor dan impor karton, box dari karton bergelombang
Komponen kimia tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
Luas areal dan produksi Crude Palm Oil (CPO) tahun 2012
Bahan dan konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan kertas
Harga dan penerimaan
Struktur pembiayaan
Angsuran modal investasi
Skala penilaian perbandingan berpasangan
Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada
kriteria penyediaan bahan baku
Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar
pada kriteria penyediaan bahan baku
Nilai indeks konsistensi acak (RI) berdasarkan ukuran matriks
Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil
penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku
Total bobot prioritas atribut tujuan penyediaan bahan baku dengan
mempertimbangkan bobot kriteria penyediaan bahan baku
Total bobot prioritas atribut alternatif penyediaan bahan baku dengan
mempertimbangkan bobot tujuan penyediaan bahan baku

9
10
11
12
14
21
21
22
24
26
26
27
27
27
27

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Diagram alir penelitian
Produksi kertas dunia berdasarkan jenis (total sekitar 391 juta ton)
Komposisi tandan olah
Diagram alir proses pembuatan kotak karton gelombang
Fungsi keanggotaan bilangan fuzzy triangular

4
10
11
14
24

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Kebutuhan bahan baku tandan kosong kelapa sawit
Spesifikasi alat dan mesin
Neraca massa proses pembuatan kotak karton gelombang
Neraca energi proses pembuatan kotak karton gelombang
Asumsi-asumsi
Rincian biaya investasi
Rincian modal kerja
Rincian biaya penyusutan aset
Rincian biaya nilai sisa
Rincian biaya pemeliharaan
Rincian biaya premi asuransi
Rincian gaji

31
32
36
42
48
49
51
52
52
53
53
54

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Rincian biaya produksi
Rincian biaya operasional
Rincian laba dan rugi
Arus kas
NPV, IRR, Net B/C, PBP
Analisis sensitivitas kenaikan harga 5%
Analisis sensitivitas kenaikan harga 10%
Struktur analitycal hierarchy process
Kuesioner AHP
Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar
Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar
Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR
hasil penilaian pakar

55
56
58
59
60
62
64
66
67
72
78
85

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kertas merupakan barang yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia
saat ini. Kebutuhan akan kertas di dunia semakin lama semakin meningkat setiap
tahunnya. Menurut berita resmi statistik, pertumbuhan produksi industri kertas
pada tahun 2012 naik 14,78% dari tahun sebelumnya, sedangkan menurut data
Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menyebutkan tahun 2009 produksi
kertas Indonesia sebanyak 9,363 juta ton, naik menjadi 9,951 juta ton di tahun
2010. Kertas pada dasarnya dapat dibuat dari semua bahan setengah jadi yang
mengandung selulosa (pulp). Namun demikian, selulosa (pulp) kayu sampai saat
ini masih mendominasi sebagai bahan utama yang digunakan dalam proses
pembuatan kertas.
Tingginya kebutuhan kertas harus diimbangi dengan ketersediaan bahan
baku. Pada industri pulp dan kertas dalam memproduksi 178 juta ton pulp, 278
juta ton kertas dan karton akan menghabiskan kayu sebanyak 670 juta ton,
sehingga permintaan kayu sebagai bahan baku pembuatan kertas juga akan
meningkat. Peningkatan kebutuhan akan kayu tersebut dapat menyebabkan
kenaikan laju deforestasi dan kerusakan hutan. Kenaikan laju deforestasi ini
menimbulkan beberapa dampak terhadap lingkungan salah satunya efek global
warming. Penggundulan hutan yang terjadi mengurangi jumlah tumbuhan yang
dapat mengikat emisi CO2 dari aktifitas manusia sehingga CO2 yang tak terserap
oleh tumbuhan membentuk lapisan yang mengakibatkan pemanasan global
(global warming). Pemanasan global ini akan berdampak pada perubahan iklim
secara tidak menentu. Selain itu, penggundulan hutan dapat menyebabkan
bencana alam seperti erosi dan banjir (Setiawan 1999). Permasalahan tersebut
dapat ditanggulangi dengan alternatif bahan baku non kayu agar penebangan
hutan yang kerap terjadi dapat berkurang.
Kelapa sawit (Elaeis quineensis), merupakan komoditas perkebunan yang
sedang berkembang pesat saat ini. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia
hingga tahun 2012 telah mencapai 9,5 juta hektar. Tandan kosong kelapa sawit
merupakan limbah padat terbesar yang dihasilkan oleh Perkebunan Kelapa Sawit
(PKS). Setiap pengolahan 1 ton Tandan Buah Segar (TBS) dihasilkan sebanyak
20-23% TKKS. Jumlah limbah TKKS seluruh indonesia pada tahun 2012
diperkirakan mencapai 26,5 juta ton (Ditjen Perkebunan 2012). Kebanyakan
limbah berupa serat ini hanya dijadikan kompos, atau ditimbun di dalam tanah
sebagai pengeras jalan.
Menurut Hermiati (2010) komposisi kimia tandan kosong terdiri dari 41,346,5% selulosa, 25,3-33,8% hemiselulosa, dan 27,6-32,5% lignin. Kandungan
lignoselulosa yang terdapat pada tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Limbah tandan kosong yang diolah
kembali menjadi bahan baku kertas dapat mengatasi masalah pembuangan limbah
serat kelapa sawit serta memberikan nilai tambah secara ekonomi.
Tandan kosong yang dikembalikan ke lahan petani untuk dijadikan kompos,
menjadi salah satu masalah dalam pengadaan bahan baku. Bahan baku yang
digunakan suatu industri harus tercukupi dari jumlah dan kontinuitasnya secara

2

jangka panjang. Untuk itu diperlukan strategi penyediaan bahan baku yang efektif
dan sesuai untuk meminimumkan resiko, dan ketidakpastian dalam pengadaan
bahan baku dan kelancaran proses produksi.
Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy-AHP) adalah salah satu metode
untuk menentukan strategi penyediaan bahan baku. Metode fuzzy AHP adalah
suatu metode yang dikembangkan dari metode AHP dengan menggunakan konsep
fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan
kriteria. Menurut Kastaman et al (2007) keuntungan fuzzy AHP adalah pada saat
melakukan penilaian, dimana para pengambil keputusan tidak dipaksa untuk
melakukan penilaian diskrit (angka) tetapi hanya menggunakan intuitif mereka
melalui bilangan linguistik.

Perumusan Masalah
Permintaan kertas yang semakin tinggi akan berdampak buruk bagi dunia
dan Indonesia yang termasuk salah satu produsen kertas terbesar, jika tidak
dikritisi mengenai ketersediaan bahan bakunya. Produksi kertas yang masih
mengandalkan kayu hutan alam membuat tingkat deforestasi semakin meningkat
dan akan berdampak buruk bagi alam dan kesehatan manusia dikemudian hari.
Oleh karena itu, pengganti selulosa kayu untuk pembuatan kertas yang
cocok adalah tandan kosong kelapa sawit. Namun adanya kandungan minyak dan
lemak, kertas yang dapat dicetak dari tandan kosong adalah kertas bergelombang
(Cogurrated paper) yang dapat dijadikan kardus atau box. Perkebunan kelapa
sawit terpencar-pencar tidak terfokus pada suatu tempat menjadi suatu masalah
dalam pengadaan bahan baku. Bahan baku yang digunakan suatu industri harus
tercukupi dari jumlah dan kontinuitasnya secara jangka panjang.
1. Berapa besarnya permintaan kertas gelombang/kardus di pasar dalam negeri?
2. Apakah industri dapat memenuhi permintaan kertas gelombang/kardus di pasar
dalam negeri?
3. Bagaimana strategi penyediaan bahan baku agar dapat memenuhi kebutuhan
pasar dan kontinuitas industri dapat terus berjalan?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis finansial pendirian industri
kotak karton gelombang dan merancang strategi penyediaan bahan baku serat
kelapa sawit untuk industri kotak karton gelombang agar dapat memenuhi
permintaan pasar dan proses produksi dapat berlangsung optimal.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran
dalam penentuan strategi yang terbaik untuk penyediaan tandan kosong kelapa
sawit sebagai bahan baku kotak karton gelombang. Sehingga dengan adanya
skripsi ini, tandan kosong kelapa sawit dapat diolah menjadi barang yang
memiliki nilai tinggi dan dapat memenuhi permintaan pasar nasional maupun

3

pasar ekspor. Manfaat lainnya adalah menambah informasi bagi industri dalam
menyusun strategi dan kebijakan untuk pengadaan bahan baku serta dapat
memberikan manfaat berupa nilai tambah pada tandan kosong kelapa sawit.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada analisis faktor-faktor
teknologi, perhitungan finansial, dan kapasitas produksi yang berpengaruh dalam
industri kotak karton gelombang tandan kosong kelapa sawit untuk memenuhi
permintaan pasar dalam dan luar negeri, serta penentuan strategi penyediaan
bahan baku di industri kertas bergelombang serat tandan kosong kelapa sawit
yang prospektif.

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kampus Dramaga IPB Bogor dan
pengambilan data diperoleh dari PT. Kertas Padalarang dan Balai Pulp dan Kertas
Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik. Waktu penelitian dilakukan mulai
periode Maret 2014 hingga Juni 2014.
Metode
Proses perumusan strategi penyediaan bahan baku industri kotak karton
gelombang dari tandan kosong kelapa sawit diawali dengan tahap pengumpulan
data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder dan
data primer. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi langsung di
lapangan, wawancara dengan pakar dan penyebaran kuesioner kepada pakar. Data
sekunder didapat dari penelusuran berupa dokumen dari instansi yang terkait yaitu
PT. Kertas Padalarang dan Balai Pulp dan Kertas serta informasi-informasi
lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur,
media massa, maupun media elektronik (internet).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa pakar ahli, kemudian
dapat dianalisis kendala-kendala yang ada dalam hal penyediaan bahan baku
tandan kosong kelapa sawit dalam produksi kotak karton gelombang. Berdasarkan
kendala tersebut, dapat ditentukan beberapa strategi untuk menyediakan tandan
kosong kelapa sawit. Penentuan strategi ini dilakukan dengan menggunakan
informasi pakar yang kemudian diolah dengan metode fuzzy AHP. Diagram alir
penentuan strategi penyediaan bahan baku industri kotak karton gelombang
tandan kosong kelapa sawit disajikan pada Gambar 1.

4

Mulai

• Studi Pustaka
• Pengumpulan
data sekunder

• Studi Pustaka
• Analisis data
sekunder

Demand/permintaan kotak karton
gelombang
(presentase penggunaan kotak karton
gelombang x jumlah keseluruhan
penggunaan kertas)
Analisis ketersediaan bahan baku
(menghitung persentase limbah tandan
kosong dari jumlah pengolahan tandan
buah segar)

Kelayakan pendirian industri kotak
karton gelombang:
- Analisis teknologi
- Analisis kapasitas produksi
- Analisis finansial

• Studi Pustaka
• Diskusi Pakar
• Kuesioner

Penentuan strategi penyediaan bahan baku tandan kosong
kelapa sawit untuk industri kotak karton gelombang dengan
metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP).

Selesai
Gambar 1 Diagram alir penelitian
Prosedur Analisis Data
Analisis permintaan kotak karton gelombang
Analisis permintaan kotak karton gelombang diperoleh dari data sekunder
yang berasal dari beberapa pustaka yaitu Statistik Industri Manufaktur Bahan
Baku, Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri, dan data dari internet. Data
tersebut menjadi dasar kebutuhan tandan kosong untuk pengolahan kotak karton
gelombang.

5

Analisis ketersediaan bahan baku
Analisis ketersediaan bahan baku dilakukan dengan studi pustaka. Pustaka
yang digunakan adalah Statistik Kelapa Sawit 2010-2014 berdasarkan Direktorat
Jendral Perkebunan. Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah padat yang
dihasilkan sebanyak 20-23%.
Analisis teknologi produksi
Analisis teknologi didapat dari wawancara dan pengumpulan data
sekunder. Wawancara dilakukan dengan pihak PT. Kertas Padalarang dan Balai
Pulp dan Kertas sedangkan data sekunder didapat dari studi pustaka dan internet.
Hasil wawancara berupa tahapan proses pembuatan kertas dari tandan kosong
kelapa sawit hingga menjadi jumbo roll, sedangkan tahapan pembuatan kotak
karton gelombang didapat dari studi pustaka dan internet. Kebutuhan dan
kapasitas mesin untuk proses pembuatan kotak karton gelombang diperoleh dari
internet. Bahan baku yang digunakan didapat dari perhitungan sebagai berikut :
Bahan baku = kapasitas mesin × jam kerja mesin × jumlah mesin
Analisis kapasitas produksi
Analisis kapasitas produksi didapatkan berdasarkan kapasitas mesin dan
ketersediaan bahan baku. Analisis kapasitas produksi secara rinci dapat dilihat
pada Lampiran 1.
Analisis finansial
Aspek finansial dapat ditentukan dengan menghitung Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Break
event point (BEP) dan Payback Period (PBP) dari keuntungan yang diperoleh.
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara
nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional
maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu
Menurut Gray et al. (1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV
adalah sebagai berikut.

�� − ��
��� = �
(1 + �)�
�=0

Keterangan :
Bt = keuntungan pada tahun ke-t
Ct = biaya pada tahun ke-t
i = tingkat suku bunga (%)
t = periode investasi (t = 0,1,2,3,...,n)
n = umur ekonomis proyek
Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV > 0. Jika NPV
< 0, maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan
nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor
produksi modal.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV
sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen (Gray et al.,1993). IRR merupakan

6

tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk
pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama
dengan investasi proyek. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui persentase
keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Kadariah et al. (1999),
rumus IRR adalah sebagai berikut.
��� (+)
��� = �(+) +
[� − �(+) ]
���(+) − ���(−) (−)
Keterangan :
NPV (+)
=
NPV bernilai positif
NPV (-)
=
NPV bernilai negatif
i(+)
=
suku bunga yang membuat NPV positif
i(-)
=
suku bunga yang membuat NPV negatif
Jika IRR dari suatu proyek atau usaha sama dengan tingkat suku bunga
yang berlaku, maka NPV dari proyek itu sebesar 0. Jika IRR ≥ I, maka proyek
atau usaha layak untuk dijalankan, begitu pula sebaliknya.
c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara
jumlah present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C
dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang
dikeluarkan (Gray et al 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai
berikut.
Net B/C = NPVB-C Positif / NPVB-C Negatif
Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak
dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak
dijalankan (Kadariah et al.,1999).
d. Break Even Point (BEP) dan Pay Back Period (PBP)
Break Even Point atau titik impas merupakan titik dimana biaya produksi
sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama
besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Hubungan antara biaya tetap
dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus berikut:
BEP = Total Fixed Cost / (Harga per unit – Variabel Cost per unit)
e. Pay Back Period (PBP) merupakan kriteria tambahan dalam analisis
kelayakan meliputi periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh
pengeluaran investasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PBP adalah
sebagai berikut

��� = � +
��+1 − ��+1
Keterangan :
n = periode investasi saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir
(tahun)
m = nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (Rp)
Bn = manfaat bruto pada tahun ke-n (Rp)
Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp)

7

Analisis strategi penyediaan bahan baku
Pada tahap ini dilakukan pengembangan sejumlah alternatif strategi dan
pemilihan strategi terbaik yang sesuai dengan masalah yang ada dengan
menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy AHP)
Prosedur penyelesaian fuzzy AHP menurut Ayağ (2005) dalam Marimin
et.al (2013) adalah sebagai berikut:
a. Perbandingan skor
Bilangan fuzzy triangular digunakan untuk melakukan indikasi
tingkat kepentingan relatif tiap pasang elemen pada hirarki yang sama.
b. Pembuatan matriks perbandingan fuzzy
Bilangan fuzzy melalui perbandingan berpasangan dibuat matriks
penilaian fuzzy Ã(aij) sebagai berikut.
1 ��12 … ��1�

… … ��2�
Ã= �


… …

���1 ���2 … 1


dengan ����
= 1 jika i=j, dan ����
= 1� , 3� , 5� , 7� , 9� �� 1� −1 , 3� −1 , 5� −1 , 7� −1 , 9−1
jika i ≠ j
c. Penyelesaian nilai eigen fuzzy

Tujuan langkah ini adalah untuk menghitung tingkat kepentingan
relatif seluruh elemen berdasarkan elemen pada tingkat diatasnya dalam
struktur hirarki.
Menurut Nepal (2010), penentuan bobot prioritas dihitung dengan
rumus berikut.

∑��=1 � � �� �

���

�� =

�=1



α-cut merupakan tingkat kepercayaan pakar atau pengambil
keputusan pada penilaiannya. Derajat kepuasan penilaian matrik Ã
diestimasikan oleh indeks optimisme ω. Semakin besar nilai indeks ω
menunjukkan tingkat optimisme merupakan kombinasi konveks linier
(Promentilla 2006) yang didefinisikan sebagai berikut.



����
= ω �����
+ (1- ω) �����
, ∀ω ∈[0,1]

Normalisasi pada perbandingan berpasangan dan perhitungan
bobot prioritas dilakukan dalam penghitungan vektor eigen. Untuk
mengendalikan hasil dilakukan rasio konsistensi untuk setiap matriks
dan seluruh hierarki. Pengukuran indeks konsistensi sebagai berikut.
���� − �
�� =
�−1
dengan
CI : indeks konsistensi
λmax : vektor konsistensi
n
: jumlah alternatif

8

Rasio konsistensi digunakan untuk mengestimasikan perbandingan
berpasangan secara langsung. Rasio konsistensi dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
��
�� =
��
CR : rasio konsistensi
RI : indeks rata-rata bobot yang dibangkitkan secara acak
d. Bobot prioritas pada setiap alternatif dapat diperoleh dengan cara
mengalikan matriks penilaian dengan vektor bobot atribut dan
menjumlahkan seluruh atribut dengan rumus sebagai berikut.


(� = �(����� �������� � ����������� )
�=1

Untuk i = 1,2,...,t
Dengan
i : atribut
t : total jumlah atribut
k : alternatif
Setelah penghitungan bobot untuk setiap alternatif, seluruh indeks
konsistensi dihitung untuk meyakinkan bahwa penilaian tersebut
konsisten.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Permintaan kertas
Kegunaan pulp, kertas, dan produk turunan lain turunan pulp tidak
diragukan lagi untuk kepentingan manusia di hampir seluruh dunia. Indonesia
merupakan salah satu negara dengan konsumsi kertas yang cukup tinggi. Hal ini
dikarenakan besarnya jumlah penduduk di Indonesia, sehingga penggunaan kertas
dan sejenisnya terus menerus mengalami peningkatan. Menurut data statistik,
pertumbuhan produksi industri kertas dan sejenisnya pada akhir tahun 2011
sebesar 2,74% dan pada awal tahun 2012 naik menjadi 14,78%. Begitu juga
produksi kertas dan karton di dunia yang mencapai 392 juta ton pada tahun 2010
yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi kertas dan karton di dunia tahun 2007-2010
No
Tahun
Total (juta ton)
1
2007
393
2
2008
391
3
2009
371
4
2010
392
Sumber : PPI dalam Analisis industri kertas 2012
Kertas terbagi menjadi beberapa jenis yaitu kertas bungkus, kertas tisu,
kertas cetak, kertas tulis, kertas koran, dan kertas karton. Karton gelombang
(corrugated board) adalah merupakan salah satu jenis karton yang dibuat dari satu
atau beberapa lapisan kertas medium bergelombang dengan kertas liner sebagai
penyekat dan pelapisnya. Karton bergelombang atau karton beralur terdiri dari dua
macam corrugated sheet, yaitu : Kertas kraft (kraft liner) untuk lapisan luar dan
dalam dan kertas medium untuk bagian tengah yang bergelombang. Kertas liner
adalah kertas yang digunakan sebagai penyekat dan pelapis pada karton
bergelombang. Kertas liner memiliki gramatur : 125; 150; 200 dan 300 gr/m2.
Kertas medium adalah kertas yang digunakan sebagai lapisan bergelombang pada
karton gelombang. Kertas medium memiliki gramatur : 112; 125; 140; 150 dan
160 g/m2 (Hidayat et al 2007).
Tingginya kontribusi penjualan kotak karton gelombang seiring dengan
adanya kebutuhan industri makanan, minuman, dan kosmetik dalam penggunaan
kemasan. Penjualan kemasan plastik dan kotak karton mempunyai konstribusi
yang paling tinggi. Dalam industri kemasan, kemasan kertas karton mempunyai
konstribusi 30% dan merupakan industri kemasan kedua yang mempunyai
pengaruh besar terhadap perkembangan industri. Menurut Badan Pusat Satistik
(2011), permintaan kotak dari karton bergelombang secara nasional pada tahun
2011 yaitu 284.999.396 buah atau sekitar 113.859.141 kg.
Kebutuhan karton, box dan kemasan dari karton gelombang mengalami
peningkatan dengan trend 3,03% selama tahun 2007 sampai 2011. Maka
diperkirakan penggunaan kotak karton gelombang akan terus meningkat hingga
30 juta per tahun. Peningkatan ekspor kemasan karton gelombang dapat dilihat
pada Tabel 2.

10

Tabel 2 Ekspor karton, box dan kemasan dari karton gelombang (dalam ribu US$)
Jenis kertas
2007
Karton, box dan 20.399,0
kemasan dari
kotak
karton
gelombang

2008
2009
20.765,6 13.908,0

2010
2011
Trend
19.070,9 24.708,8 3,03%

Sumber : Kemenperin, 2014

Penggunaan kemasan di dunia berdasarkan Gambar 2, berkontribusi 13%
dari total penggunaan kertas dunia sekitar 391 juta ton atau sekitar 50,83 juta ton.
produksi kertas dan kemasan yang semakin meningkat, menunjukkan penggunaan
bahan baku kayu juga akan terus meningkat. Sampai saat ini belum ada industri
yang mengolah kemasan kotak karton gelombang menggunakan bahan baku
tandan kosong kelapa sawit. Pembuatan kertas atau kotak karton gelombang dari
tandan kosong kelapa sawit masih sebatas penelitian. Ini merupakan peluang pasar
yang besar.
Paperboard
for
packaging
13%

Other paper
8%

Corrugated
material
33%

Newsprint
9%
Printing and
writing
paper
30%

Tissue paper
7%

Gambar 2 Produksi kertas dunia berdasarkan jenis (total sekitar 391 juta ton)
Sumber : PPI dalam Analisis industri kertas 2012
Permintaan kotak karton gelombang yang ada di pasar nasional maupun
dunia dapat di atasi dengan adanya penggunaan bahan baku tandan kosong kelapa
sawit, sehingga penggunaan bahan baku kayu dapat dikurangi.
Ketersediaan Bahan Baku
Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tanaman perkebunan penghasil
minyak nabati terbesar. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus meningkat
setiap tahun diikuti dengan produksi minyak kelapa sawit. Pengolahan kelapa
sawit memproduksi produk utama, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti
sawit. Produksi minyak kelapa sawit tersebut menghasilkan hasil samping berupa
tandan kosong, sabut perasan, lumpur, cangkang dan bungkil inti sawit. Limbah
padat tandan kosong yang dihasilkan sebesar 20-23% dari 100% tandan buah
segar (TBS) yang diolah. Bagan material balance (komposisi tandan olah) dapat
dilihat pada Gambar 3.

11

TBS
100%

Tandan buah rebus
(88-92%)

Tandan kosong
(20-23%)

Air kondesat
(8-12%)

Buah terpipil
(55-65%)

Biji
(12-16%)

Mesokarp
(43-53%)

Minyak
(20-23%)

Air
(13-23%)

Serat
(10-12%)

Kernel
(5-7%)

Cangkang
(7-9%)

Gambar 3 Komposisi tandan olah
Sumber: Panduan lengkap pengelolaan kebun dan pabrik kelapa sawit (2008)
Kandungan lignin yang tinggi pada tandan kosong maka limbah tandan
kosong disebut juga lignoselulosa. Kompnen penyusun tandan kosong kelapa
sawit menurut Nuryanto (2000) dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Komponen kimia tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
Parameter
Lignin
α-selulosa
Holoselulosa
Pentosa
Kadar abu

Kandungan (%)
22,60
45,80
71,80
25,90
1,60

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia tersebar luas diberbagai wilayah.
Produksi kelapa sawit didominasi di pulau Sumatera dengan produktivitas
mencapai 3.775 kg/ha. Luas areal, produksi dan produktivitas kelapa sawit di
seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.

12

Tabel 4 Luas areal dan produksi Crude Palm Oil (CPO) tahun 2012
No
1
2
3
4
5

Wilayah
Sumatera
Jawa
Kalimantan
Sulawesi
Maluku
Papua
Indonesia

dan

Luas areal
(ha)
6.140.708
29.083
3.049.918
289.503
63.503

Produksi
(ton)
18.611.685
49.431
6.629.623
582.469
142.310

Produktivitas
(kg/ha)
3.775
2.517
3.680
2.998
3.255

9.572.715

26.015.518

3.722

Sumber : Direktorat jendral perkebunan 2013

Ketersediaan bahan baku menjadi salah satu faktor untuk menetapkan
lokasi proyek. Lokasi bahan baku yang berdekatan dengan lokasi proyek akan
meminimumkan biaya transportasi pengangkutan bahan baku menuju lokasi
proyek. Tandan kosong kelapa sawit yang dihasilkan berkisar antara 20-23% dari
pengolahan 1 ton tandan buah segar, sehingga dari berdasarkan data pada Tabel 4,
produksi crude palm oil (CPO) 26.015.518 ton akan menghasilkan tandan kosong
sekitar 5,204 juta ton per tahun.
Menurut Sunarko (2014), siklus produksi tanaman sawit selama 25 tahun
dengan manajemen yang baik, rata-rata produktivitasnya dapat mencapai 18 ton
TBS/hektar/tahun. Tandan kosong yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit
sebesar 20-23% sehingga untuk memenuhi produksi kotak karton gelombang
sebanyak 30ton/hari dengan produktivitas 18 ton TBS/hektar/tahun, maka
diperlukan luas areal kelapa sawit sekitar 2.400 ha/tahun. Perincian kebutuhan
tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 1.
Pemanfaatan tandan kosong sawit (TKS) saat ini hanya digunakan sebagai
penambah bahan bakar yang dibakar dalam incinerator agar mudah dibuang, akan
tetapi pembakaran tandan kosong dalam incinerator telah lama dilarang karena
dapat menyebabkan polusi udara (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005), selain
itu tandan kosong juga dapat digunakan sebagai mulsa dan sumber unsur hara di
perkebunan, namun tidak selalu dapat diterapkan terutama pada areal yang
topografnya berbukit-bukit dan lokasinya jauh dari perkebunan karena biaya
distribusinya mahal. Disamping itu unsur hara yang terdapat pada TKS sangat
rendah dan proses dekomposisinya secara alami lambat. Dekomposisi TKS
dengan limbah cair PKS merupakan suatu pilihan yang penting dalam pengelolaan
limbah agroindustri kelapa sawit (Mardiana, 2008).
Berbagai penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah tandan
kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Tandan
kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, bahan pengisi jok
atau matras, pulp dan kertas serta pembuatan papan partikel.
Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk
organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan
tanaman. Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses
fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Selain pupuk
kompos, TKKS juga dapat diolah menjadi pupuk kalium dengan membakar
tandan kosong kelapa sawit dan akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan

13

memiliki kandungan 30-40% K2O, 7% P2O5, 9% CaO, dan 3% MgO. Selain itu
juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 1.00 ppm Mn, 400 ppm
Zn, dan 100 ppm Cu. Pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200
ton TBS/hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari dan kompos yang
diperlukan 1000-1500 kg/hektar.
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat
digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi
jok mobil dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak
industri. Tandan kosong kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan pulp dan kertas serta dapat dibuat sebagai sebagai papan partikel.

Kapasitas dan Proses Produksi
Kapasitas produksi ditentukan dari jumlah permintaan pasar kotak karton
gelombang. Asumsi pendirian industri mampu memenuhi kebutuhan pasar 80%
pada tahun pertama, 90% pada tahun kedua dan 100% pada tahun ketiga hingga
kesepuluh. Selain itu penentuan kapasitas dapat dilihat dari spesifikasi kapasitas
mesin untuk menentukan keuntungan pendirian industri kotak karton gelombang
dari tandan kosong kelapa sawit. Oleh karena itu, bahan baku tandan kosong yang
akan diolah tiap harinya adalah 30 ton per hari.
Proses pembuatan kotak karton bergelombang dapat dijadikan berbagai
jenis ukuran, namun dalam perencanaan industri ini digunakan ukuran kotak
64x38x42 sehingga dari 30 ton bahan baku akan menghasilkan kotak karton
gelombang sebanyak 23.370 buah/hari.
Proses pembuatan pulp menggunakan cara semi kimia yaitu meliputi proses
kimia dan mekanis. Proses kimia untuk pelunakan dilakukan dengan bahan
pemisah basa atau biasa disebut dengan proses soda. Sedangkan proses mekanis
dilakukan untuk pemisahan serat. Adapun kelebihan pembuatan pulp dengan cara
semi kimia yaitu :
- Tidak menggunak senyawa sulfur, sehingga bahan polusi sedikit dan
tidak perlu recovery
- Cocok untuk kapasitas kecil atau menengah (25-50 ton/hari)
- Cocok untuk bahan baku serat alami
- Proses murah
Bahan penolong dapat memperbaiki struktur kertas agar lebih kuat dan rapat.
Bahan pengisi (filler) digunakan untuk meratakan permukaan, bahan sizing dapat
menaikkan retensi kertas serta penggunaan bahan-bahan penolong lainnya untuk
menambah kekuatan kertas. Penggunaan bahan-bahan penolong beserta
konsentrasinya dapat dilihat pada Tabel 5.

14

Tabel 5 Bahan dan konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan kertas
No.
1

Nama
Caustic soda

Konsentrasi
10%

2

0,6%

3

AKD
(Alkylketene
Dimer)
Biocide

4

Kaporit

3%

5

Magnesium
silikat

1,5%

6

Tapioka

1,5%

7

CaCO3

15%

1,5%

Fungsi
Untuk boil out (pembersihan) mesin kertas,
pengaturan pH
Untuk menambah ketahanan kertas (sizing
degree) terhadap penetrasi cairan
Untuk membunuh bakteri yang terdapat
pada bubur kertas
Sebagai retention agent yang bermuatan
positif untuk proses koagulasi (pembentukan
flok tahap awal / ukuran kecil)
Sebagai retention agent yang bermuatan
negatif untuk proses flokulasi (pembentukan
flok lebih besar)
Sebagai peningkat kekuatan tarik yang
bermuatan positif, berikatan dengan serat
Sebagai bahan pengisi antar serat sehingga
meningkatkan sifat formasi & daya cetak

Pembuatan pulp tandan kosong kelapa sawit dilakukan dengan proses semi
kimia soda panas tertutup. Tandan kosong pertama di pres dengan mesin pres
berkapasitas 3500 kg/jam kemudian dimasak dalam digester pada konsentrasi
alkali (NaOH) 10% selama 3 jam pada suhu maksimum 120°C. Nilai banding
TKKS terhadap larutan pemasak adalah 1,0 : 5,5. Setelah pemasakan, TKKS
dipisahkan dari larutan pemasak dan dicuci hingga bersih. Selanjutnya serpihan
lunak TKKS diberi perlakuan defiberasi secara mekanis menjadi serat-serat
terpisah dalam beater pada konsistensi 4%. Seluruh pulp TKKS yang telah
terpisah di saring menggunakan centrifugal screen dengan tujuan untuk
memisahkan bubur kertas dari pengotor. Hasil dari pemisahan ini adalah bubur
kertas bersih, kemudian dialirkan melalui pipa dengan cara dipompa ke dalam
Chest Screening. Selanjutnya pulp dicuci dengan Washing Pulper dan disimpan
dalam Chest Washing untuk persiapan pembuatan kertas pada unit stock
preparation. Diagram alir keseluruhan proses pembuatan pulp dapat dilihat pada
Gambar 4.
TKKS
30000 kg
Pengepresan
P=20 kg.m/s2

15

Pemasakan dengan suhu 120oC
selama 3 jam
Pemisahan gumpalan serat
dengan konsistensi 4%
Penyaringan 120 mesh

Air

Pencucian

Pulp TKKS

Unit persiapan

Penguraian serat
AKD
Biocide
Kaporit
Magnesium silikat
Tapioka
CaCO3

Pencampuran bahan penolong

Pembuatan jumbo roll
Pembuatan karton
bergelombang
Pencetakan kardus

Air

16

Penyambungan dan folding

Kotak karton
gelombang
Gambar 4 Diagram alir proses pembuatan kotak karton gelombang
Unit stock preparation merupakan lini awal yang bertugas mempersiapkan
bubur kertas. Bahan baku berupa pulp TKKS diangkut melalui belt conveyor
untuk ditimbang sesuai dengan komposisi jenis kertas yang ingin dihasilkan.
Selanjutnya bubur dipompa menuju tempat penampungan bubur bernama pulper
chest. Pada pulper chest tetap dilakukan pengadukan untuk menjaga konsistensi
dan menjamin homogenisasi bubur. Konsistensi stock di pulper chest adalah 5%.
Proses refining dilakukan penambahan kaporit yang bertujuan membunuh
kuman. Bubur kemudian masuk ke dalam steel refiner. Steel refiner merupakan
alat yang berfungsi untuk melakukan pemotongan terhadap serat. Pada mesin ini
terjadi fibrilasi yaitu penguraian serat menjadi komponen serat primer (fibril)
yang lebih sederhana.
Setelah serat dihaluskan di steel refiner, stock kemudian masuk ke
continuous mixer dan ditambahkan dengan pewarna. Setelah melalui continuous
mixer, stock kemudian ditambahkan Talk/ magnesol (magnesium silicate) yang
berfungsi menonaktifkan pitch (getah). Selain itu juga ditambahkan biocide dan
cationic starch 1,5%. Tapioka berfungsi sebagai dry strength agent dan penetral
muatan negatif yang terdapat pada serat. Bahan tambahan berupa 15% kalsium
karbonat (CaCO3) yang berfungsi sebagai filler serta 0,6% AKD (Alkylketene
Dimer) yang berfungsi untuk mengontrol penetrasi cairan ke kertas (sizing
degree) juga ditambahkan ke dalam stock sambil terus dilakukan pengadukan agar
terjadi homogenisasi.
Inti proses refining merupakan tahapan pencampuran bahan baku serat
dengan derajat giling (freeness sesuai target) serta tambahan bahan kimia yang
berguna untuk memperbaiki stock sehingga nantinya akan didapatkan kualitas
produk yang baik. Stock kemudian di kirim ke head box yang selanjutnya akan
dibentuk menjadi lembaran kertas.
Paper machine merupakan bagian yang sangat penting dalam pembentukan
kertas. Karena pada paper machine inilah terjadi perubahan formasi dari bubur
kertas menjadi lembaran kertas berbentuk jumbo roll. Paper machine yang
digunakan adalah fourdrinier. Tahap selanjutnya adalah proses pembuatan
corrugated paperboard atau corrugated sheet dilakukan pada sebuah mesin yang
bernama Corrugator. Pada proses pembuatan sheet single wall diperlukan tiga
kertas roll besar. Satu untuk dibentuk menjadi corrugating medium dan dua roll

17

lainnya sebagai liner. Lapisan board bagian atas biasanya dinamakan single face
linerboard dan lapisan bawah biasa disebut double face linerboard.
Proses pembuatan corrugated sheet single wall diawali dengan proses
melembutkan kertas medium dengan uap (steam) dalam sebuah pre-conditioner
kemudian dibentuk menjadi gelombang atau flute dengan cara menekan diantara
dua corrugating roll. Corrugating roll adalah roll yang terbuat dari logam yang
sangat keras dengan bentuk permukaan bergerigi seperti flute. Setelah ditekan
diantara dua corrugating roll tersebut kertas medium berubah bentuknya menjadi
flute. Kemudian pada puncak-puncak gelombang diberi lapisan glue yang terbuat
dari bahan dasar tapioka. Flute yang sudah diberi glue kemudian ditempelkan
pada linerboard dan di pres dengan pressroll menjadi sebuah single face. Sebelum
ditempelkan dengan flute kertas liner terlebih dahulu dipanaskan dengan preheater. Selanjutnya single face tersebut bergerak keatas ke jembatan menuju ke
unit double facer.
Pada seksi berikutnya dari mesin corrugator yang biasanya disebut double
backer atau double facer, lapisan linerboard kedua ditambahkan. Lapisan ini
sebelumnya juga dipanaskan dengan pre-heater dan glue diberikan pada puncak
flute bagian luar yang akan menempel dengan lapisan liner kedua tersebut. Agar
single face yang ditempelkan dengan linerboard kedua ini bisa menempel dengan
sempurna maka ditambahkan panas pada hot plate.
Dari heating plate selanjutnya sheet mengalami proses pendinginan
dan berjalan menuju ke unit slitter untuk dibelah menjadi beberapa lajur dan
diberi creasing sesuai kebutuhan. Selanjutnya dipotong panjang di unit speed cut
sesuai ukuran yang diinginkan.
Setelah proses pembuatan sheet selesai dengan hasil produksi berupa
lembaran karton (corrugated board/corrugated sheet) selanjutnya karton akan di
converting. Proses converting terdiri dari pemberian cetakan (printing),
pembuatan slotter dan lidah box, pembuatan creasing vertikal, folding (melipat)
dan penyambungan (stiching/gluing)
Proses cetak, pemotongan slotter dan lidah box serta pemberian creasing
vertikal dilakukan di mesin Flexo selanjutnya karton box setengah jadi tersebut
diproses di mesin folder/gluer atau mesin stiching untuk melanjutkan proses
folding dan penyambungan. Untuk mengetahui jenis alat yang digunakan pada
proses pembuatan kotak karton gelombang beserta spesifikasinya dapat dilihat
pada Lampiran 2, sedangkan untuk melihat neraca massa dan neraca energi dapat
dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

18

Analisis Keuangan
Analisis keuangan adalah menentukan rencana investasi melalui
perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara
pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan perhitungan rencana keuangan
diperlukan beberapa parameter yang berasal dari analisis sebelumnya yaitu
kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang digunakan, pemilihan peralatan,
jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung, dan proyeksi-proyeksi harga. Asumsiasumsi yang digunakan dalam analisis finansial industri kotak karton gelombang
adalah sebagai berikut atau dapat dilihat pada Lampiran 5.
1. Analisis finansial dilakukan selama 10 tahun dengan mempertimbangkan
umur ekonomis mesin dan peralatan sekitar 10 tahun
2. Jumlah hari kerja 288 hari dalam setahun
Direncanakan dalam satu minggu terdiri dari 6 hari produksi.
3. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 untuk
pajak penghasilan dan perusahaan adalah sebesar 28%, pajak bumi dan
bangunan 2,5%, dan pajak kendaraan 1,4%.
4. Biaya investasi adalah jumlah dari total biaya tetap dan biaya modal kerja
dan dikeluarkan seluruhnya pada tahun ke-0
5. Proyek dimulai pada tahun ke-0 dan produksi dimulai pada tahun ke-1.
6. Kapasitas produksi pada tahun ke-1 adalah 80%, kapasitas produksi tahun
ke-2 adalah 90%, dan kapasitas tahun ke 3 dan seterusnya adalah 100%.
7. Harga yang ditetapkan oleh PT PLN :
- Harga listrik : Rp1 352/Kw
8. Berdasarkan perkiran biaya menurut Peters et al (2004), maka penetapan
biaya adalah sebagai berikut:
- Kontingensi 10% dari harga pembelian mesin dan peralatan produksi
- Biaya pemeliharaan ditetapkan 5% dari harga pembelian mesin dan
peralatan produksi
- Biaya asuransi 0.75% dari nilai awal pembelian barang yang
diasuransikan.
9. Penyusutan menggunakan straight line method
- Nilai sisa mesin dan peralatan, instalasi listrik, perlengkapan, dan
kendaraan ditetapkan sebesar 10% dari harga awal pembelian
- Nilai sisa bangunan sebesar 50% dari harga pembangunan
- Umur ekonomis mesin dan peralatan, kendaraan, dan perlengkapan
adalah 10 tahun
10. Skema pembiayaan investasi adalah 65% dari pembiayaan bank dan 35%
dari pembiayaan sendiri, skema pembiyaan ini mengacu pada skema
pembiayaan maksimum yang ditawarkan oleh Bank Mandiri. Bunga
13.5% berdasarkan bunga pada Bank Mandiri.
11. Pembayaran kredit menggunakan metode sliding rate.
12. Jangka waktu pembayaran kredit modal investasi tetap adalah selama 5
tahun dan kredit modal kerja selama 5 tahun.
Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan pada saat akan mendirikan
industri kotak karton gelombang. Biaya ini terdiri dari atas dua komponen yaitu

19

biaya tetap dan biaya modal kerja. Biaya tetap merupakan biaya yang diperlukan
untuk keperluan fisik dari pabrik, mulai dari tanah dan pembangunan pabrik,
fasilitas penunjang, pembelian mesin dan alat perkantoran, sarana distribusi serta
kontingensi. Perhitungan modal kerja tergantung pada kebijakan perusahaan yang
pembelian dan penjualannya secara kredit tentu akan membutuhkan modal kerja
yang berbeda dengan perusahaan yang melakukan tunai.
Berikut ini merupakan biaya investasi yang diperlukan dalam pendirian
industri kotak karton gelombang :
1. Pengadaan Mesin dan Peralatan
Biaya pengadaan peralatan dan mesin meliputi biaya pembelian mesin dan
peralatan, biaya transportasi, biaya instalasi mesin dan peralatan, biaya instalasi
listrik dan air. Biaya pembelian mesin dan peralatan dapat dilihat pada
Lampiran 6. Data harga mesin dan peralatan tersebut diperoleh dari internet.
Jumlah keseluruhan biaya untuk pengadaan mesin dan peralatan sebesar
Rp 3.680.600.000. Rincian biaya keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 3.
2. Biaya tanah dan Bangunan
Biaya bangunan sebesar 20% dari biaya mesin dan biaya tanah sebesar 4%
dari biaya mesin (Peter, et al 2004). Sehingga total biaya tanah dan bangunan
sebesar Rp 883.344.000
3. Fasilitas dan Kendaraan
Biaya fasilitas terdiri dari biaya peralatan laboratorium, peralatan kantor,
peralatan suku cadang, dan kendaraan. Kendaraan yang akan dibeli sebanyak 2
unit yaitu kendaraan truk bak terbuka yang berfungsi untuk membawa bahan
baku maupun pendistribusian produk. Total biaya pengadaan fasilitas
Rp 200.000.000 dan kendaraan Rp 400.000.000.
4. Biaya Pra Investasi
Biaya para investasi adalah biaya yang dikeluarkan sebelum investasi
proyek dimulai. Biaya tersebut meliputi biaya perizinan, biaya sertifikasi, dan
biaya studi kelayakan. Total biaya pra investasi sebesar Rp 125.000.000.
5. Modal Kerja
Modal kerja adalah dana yang disediakan dalam aktiva lancar, oleh
karena itu dapat berupa kas, piutang, surat-surat berharga, persediaan, dan lainlain. Modal kerja bruto adalah keseluruhan dari aktiva lancar yang terdapat
dalam sisi debet neraca. Modal kerja neto adalah keseluruhan harta lancar
dikurangi utang lancar. Sehingga modal kerja neto adalah selisih aktiva lancar
dikurangi dengan hutang lancar. Perincian modal kerja dapat dilihat pada
Lampiran 7.
Penyusutan Barang Modal
Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line
method). Penyusutan barang modal terdiri dari penyusutan dan peralatan,
penyusutan bangunan serta penyusutan fasilitas, dimana nilai sisa ditetapkan
untuk mesin dan peralatan sebesar 10% bangunan dan fasilitas sebesar 50% dari
nilai awal barang modal. Biaya penyusutan aset tetap sebesar Rp 555.272.000 per
tahun. Perhitungan penyusutan mesin serta bangunan dan fasilitas dapat dilihat
pada Lampiran 8 dan perhitungan nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 9.

20

Biaya Pemeliharaan dan Premi Asuransi
Total biaya pemeliharaan mesin sebesar Rp 220.902.400 per tahun.
Sedangkan total biaya premi asuransi yang di bayar sebesar Rp 36.447.900 per
tahun. Perincian perhitungan biaya pemeliharaan dan biaya premi asuransi dapat
dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11.
Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada industri kotak karton gelombang
berjumlah 19 orang yang terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak
langsung. Biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 90.000.000 per tahun dan biaya
tenaga kerja tak langsung sebesar Rp 389.400.000 per tahun. Rincian gaji tenaga
kerja dapat dilihat pada Lampiran 12.
Biaya Operasional
Biaya yang dikeluarkan pada industri kotak karton gelombang terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi
oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan sedangkan biaya variabel
dipengaruhi oleh naik turunnya produksi. Biaya tetap industri kotak karton
gelombang antara lain biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya administrasi
kantor, biaya utilitas kantor, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya pemasaran,
biaya laboratorium, pajak, dan penyusutan. Biaya variabel industri kotak karton
gelombang antara lain biaya pembelian bahan baku, biaya bahan penolong, biaya
utilitas produksi, dan biaya tenaga kerja langsung. Perhitungan rincian biaya
produksi dapat dilihat pada Lampiran 13.
Biaya operasional untuk industri kotak karton gelombang ini sebesar
Rp 14.180.668.080 pada tahun pertama dengan jumlah produksi per tahun
tersebut baru mencapai 80 %. Pada tahun kedua jumlah produksi baru mencapai
90% per tahun sehingga biaya operasionalnya sebesar Rp 15.953.251.590. Untuk
tahun ketiga peningkatan produksi dimaksimalkan menjadi 100% dimana total
biaya sebesar Rp 17.725.835.100 per tahun. Pada tahun selanjutnya produktivitas
pabrik tetap konstan 100% untuk memaksimalkan keuntungan. Biaya operasional
pada setiap tahunnya dapat dilihat pada Lampiran 14.

Harga penjualan dan Prakiraan Penerimaan
Umumnya biaya dalam sebuah pendirian industri dibagi ke dalam dua
jenis, yaitu biaya investasi dan modal kerja. Biaya investasi a