Status Kesehatan Hutan Di Areal Reklamasi Tambang Batubara Pt Indominco Mandiri Kalimantan Timur

i

STATUS KESEHATAN HUTAN DI AREAL REKLAMASI
TAMBANG BATUBARA PT INDOMINCO MANDIRI
KALIMANTAN TIMUR

MAMUN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Status Kesehatan Hutan

di Areal Reklamasi Tambang Batubara PT Indominco Mandiri Kalimantan Timur
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Mamun
NIM E44110068

iv

1

ABSTRAK
MAMUN. Status Kesehatan Hutan di Areal Reklamasi Tambang Batubara PT
Indominco Mandiri Kalimantan Timur. Dibimbing oleh SUPRIYANTO.
Usaha pertambangan dengan teknik penambangan terbuka mengakibatkan

kerusakan lingkungan dan harus segera dilakukan reklamasi lahan bekas tambang.
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang telah dilakukan pada areaarea yang telah selesai ditambang, namun saat ini belum diketahui status kesehatan
hutan tersebut. Metode pemantauan kesehatan hutan merupakan salah satu cara
untuk mengevaluasi kondisi kesehatan tegakan hasil dari revegetasi. Metode FHM
akan memberikan informasi status, perubahan, kecenderungan dan saran
manajemen kepada pengelola agar hutan hasil reklamasi memiliki kondisi dan
fungsi sesuai tujuan pembangunannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menilai status kesehatan hutan di areal reklamasi PT Indominco Mandiri
Kalimantan Timur berdasarkan metode FHM. Penelitian ini menggunakan
indikator vitalitas, kualitas tapak dan biodiversitas tumbuhan bawah. Areal
penelitian sebanyak 4 klaster plot, dengan tahun tanam 2004, 2006, 2008 dan 2010.
Tipe kerusakan didominasi oleh kerusakan cabang patah atau mati (kode 22) dan
lokasi kerusakan didominasi pada ranting. Status kesehatan tegakan hasil revegetasi
lahan bekas tambang di PT Indominco Mandiri menunjukkan nilai sehat pada
tegakan umur 7 tahun dan nilai sedang pada tegakan umur 5 tahun, 9 tahun dan 11
tahun. Kerusakan tegakan terbesar disebabkan oleh cabang patah atau mati, liana
dan daun berubah warna (tidak hijau). Kesuburan tanah yang rendah terdapat pada
tegakan umur 11 tahun, 9 tahun dan 7 tahun serta pada tegakan umur 5 tahun
termasuk sangat rendah.
Kata kunci: Pemantauan kesehatan hutan, pertambangan, reklamasi


2

ABSTRACT
MAMUN. Forest Health Status in Coal Mining Reclamation Area at PT Indominco
Mandiri East Kalimantan. Supervised by SUPRIYANTO.
Mining activities using opened mining technique has caused damages,
therefore mining reclamation must be done in very soon after mining activities.
Reclamation and revegetation has been done in post mining area, however the
information about status of forest health is still very limited. Forest health
monitoring (FHM) method is one of the techniques to evaluate the forest stand
condition after revegetation. FHM method will give information related to the
status, change, trend and recommendation to the management for management
decisions of reclamation and revegetation. The aims of this research was to assess
the status of forest health in reclamation area of PT Indominco Mandiri, East
Kalimantan using FHM method. Indicator of vitality, soil quality and ground cover
crop was used in this research. Four cluster plots planted on 2004, 2006, 2008 and
2010 was established. The result showed that damage type was dominated by
branch damage such as broken or death (code 22) and the damage location was
dominated on twig (code 7). The health status of post mining reclamation forest

stand in PT Indominco Mandiri was in healthy status for the 7 years old stand, and
medium health for the 5 years old stand, 9 years and 11 years old stand. The biggest
stand damage caused by broken or death branch, liana, leave decoloration (not
green). The low soil fertility was found on the stand of 11 years, 9 years and 7
years, while very low soil fertility on the 5 years old stand.
Keywords: Forest Health Monitoring, mining, reclamation.

3

STATUS KESEHATAN HUTAN DI AREAL REKLAMASI
TAMBANG BATUBARA PT INDOMINCO MANDIRI
KALIMANTAN TIMUR

MAMUN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur


DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

4

6

7

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Mei 2015
ini mengenai penilaian kesehatan hutan, dengan judul Status Kesehatan Hutan di
Areal Reklamasi Tambang Batubara PT Indominco Mandiri Kalimantan Timur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Supriyanto selaku Dosen

Pembimbing, serta Bapak Dr Ir Yadi Setiadi yang telah memberikan kesempatan
melaksanakan penelitian di PT Indominco Mandiri. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Eddy Susanto selaku Main Operation Manager,
Bapak Sudjarwanto selaku Superintendent Departemen Reklamasi dan
Rehabilitasi, Bapak Rudi Harsono selaku Supervisor, Bapak Wiji H, Bapak A.
Fadilah, Bapak Suwanto, Bapak Hendri Yasin, Bapak Gozali dan Bapak Erwan
selaku pendamping di lapangan dan Nursery. Terima Kasih kepada Bapak
Yohannes P, Bapak Ganda S, dan Bapak Martinus T, di bagian penanaman serta
Bapak Macarius D selaku Supervisor, Bapak F.Yayan, Bapak Resowanto dan
Bapak Lucas L, dibagian pemeliharaan yang telah membantu selama kegiatan
penelitian serta kepada kelompok PKP yakni Saifurrohman Wahid, Evangelia T
Silaen dan M. Iqbal Maulana. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada
ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk pengembangan silvikultur di lahan
bekas tambang.

Bogor, Maret 2016
Mamun

8


9

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xiv

DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xiv

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE

2


Waktu dan Lokasi Penelitian

2

Alat dan Bahan

2

Metode Penelitian

3

HASIL

11

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

11


Pengukuran Indikator Kesehatan Hutan

13

Penilaian Kesehatan Hutan

18

PEMBAHASAN

19

SIMPULAN DAN SARAN

26

Simpulan

26


Saran

26

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

35

10

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Kriteria kondisi tajuk (Anderson et al. dalam Putra 2004)
5
Penentuan nilai VCR (Visual Crown Rating)
6
Nilai skor kondisi tajuk pada klaster plot berdasarkan nilai VCR
6
Deskripsi kode lokasi kerusakan
6
Deskripsi kode jenis kerusakan dan nilai ambang keparahan
7
Nilai pembobotan untuk setiap kode keparahan, kerusakan dan lokasi 8
Nilai skor kerusakan pohon pada klaster plot berdasarkan nilai PLI
8
Skoring kesuburan tanah berdasarkan nilai KTK (Hardjowigeno 2010) 9
Penilaian pH tanah (Brandy 1974 dalam Iskandar 2014)
9
Nilai skor kualitas tapak pada klaster plot berdasarkan nilai KTK
9
Nilai skor biodiversitas tumbuhan bawah pada klaster plot berdasarkan
nilai indeks kemerataan jenis Pielou
10
Skoring berdasarkan status kesehatan
11
Lokasi klaster plot FHM di areal reklamasi PT Indominco Mandiri
12
Sebaran lokasi kerusakan di empat klaster
13
Sebaran tipe kerusakan pada klaster plot 1 (umur 11 tahun)
13
Sebaran tipe kerusakan pada klaster plot 2 (umur 9 tahun)
14
Sebaran tipe kerusakan pada klaster plot 3 (umur 7 tahun)
14
Sebaran tipe kerusakan pada klaster plot 4 (umur 5 tahun)
15
Nilai indeks kerusakan tingkat plot (Plot Level Index/PLI)
16
Nilai visual crown rating (VCR) pohon di setiap klater plot
16
Kandungan sifat kimia tanah dan rata-rata penutupan vegetasi
17
Keanekaragaman jenis, indeks keragaman jenis dan indeks kemerataan
jenis tumbuhan bawah
17
Keanekaragaman jenis, indeks keragaman jenis dan indeks kemerataan
jenis biota tanah
18
Skoring indikator dan nilai akhir kesehatan hutan
18

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Desain klaster Plot FHM
Ilustrasi cara pengukuran nisbah tajuk hidup (LCR)
Ilustrasi cara pengukuran diameter tajuk pada pohon
Kode lokasi untuk indikasi kerusakan
Lokasi areal pertambangan PT Indominco Mandiri
Tipe kerusakan cabang patah atau mati
Tipe kerusakan liana
Kerusakan cabang atau ranting akibat aktivitas orangutan

3
4
5
7
11
15
16
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Biodiversitas tumbuhan bawah di empat klaster plot
Biodiversitas biota tanah di empat klaster plot
Peta revegetasi PT Indominco Mandiri (klaster plot 1 dan 2)
Peta revegetasi PT Indominco Mandiri (klaster plot 3)
Peta revegetasi PT Indominco Mandiri (klaster plot 4)
Hasil analisis kimia tanah pada klaster plot penelitian

29
30
31
32
33
34

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang. Penambangan merupakan bagian kegiatan usaha pertambangan
untuk memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya (Permen
ESDM No 7 Tahun 2014).
Kegiatan penambangan dalam kawasan hutan telah mengakibatkan kerusakan
lingkungan dan harus segera dilakukan reklamasi lahan bekas tambang. Reklamasi
hutan merupakan usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan
vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai peruntukannya.
Keberhasilan dalam reklamasi ditentukan oleh penilaian. Penilaian dilakukan
secara periodik terhadap kegiatan reklamasi hutan untuk menjamin bahwa rencana
kegiatan yang diusulkan, jadwal kegiatan, hasil yang diinginkan dan kegiatan lain
yang diperlukan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan dijadikan dasar
perpanjangan, pengembalian izin penggunaan kawasan hutan dan untuk
mengetahui kemajuan pelaksanaan reklamasi hutan (Permenhut No 60 Tahun 2009).
Salah satu kegiatan dalam reklamasi adalah revegetasi. Revegetasi adalah usaha
untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan
penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan kondisi kawasan hutan yang rusak
sebagai akibat usaha pertambangan sehingga kawasan hutan dapat berfungsi
kembali sesuai dengan peruntukannya. Teknik penambangan batubara terbuka
memiliki dampak negatif diantaranya adalah vegetasi yang rusak bahkan hilang,
biodiversitas turun, kesuburan tanah yang rendah, erosi dan sedimentasi, hilangnya
satwa liar, mengubah bentuk topografi, pencemaran air, udara dan suara serta
lubang yang besar akibat pengambilan batubara yang tidak bisa ditimbun kembali.
PT Indominco Mandiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
penambangan batubara yang telah melakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi.
Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang yang dilakukan pada areaarea yang telah selesai ditambang, namun saat ini belum diketahui status kesehatan
hutan tersebut.
Metode pemantauan kesehatan hutan (Forest Health Monitoring)
merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi kondisi kesehatan tegakan hasil dari
reklamasi. Metode FHM akan memberikan informasi status, perubahan,
kecenderungan dan saran manajemen kepada pengelola agar hutan hasil reklamasi
memiliki kondisi dan fungsi sesuai tujuan pembangunannya. Penilaian kesehatan
hutan dengan metode FHM dilakukan dengan melihat indikator vitalitas, kualitas
tapak dan biodiversitas tumbuhan bawah. Indikator vitalitas diamati dengan
menggunakan dua parameter, yaitu parameter kondisi kerusakan pohon (lokasi, tipe,
dan tingkat keparahan kerusakan) dan kondisi tajuk (nilai nisbah tajuk hidup,
kerapatan tajuk, transparansi tajuk, diameter tajuk, dan dieback). Pada indikator
kualitas tapak dilakukan pengamatan terhadap parameter kapasitas tukar kation
(KTK) dan pH tanah.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menilai status kesehatan hutan di areal
reklamasi PT Indominco Mandiri Kalimantan Timur berdasarkan metode Forest
Health Monitoring (FHM).
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data/atau informasi
tentang status kesehatan hutan di lokasi penelitian. Data atau informasi tersebut
diharapkan dapat digunakan oleh PT Indominco Mandiri sebagai bahan evaluasi
terhadap kegiatan reklamasi yang telah dilakukan serta dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan keputusan manajemen dalam menjalankan kegiatan reklamasi
yang lebih baik dimasa mendatang.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan di hutan yang merupakan areal reklamasi PT Indominco
Mandiri. Penilaian kesehatan hutan dilakukan dengan metode FHM. Indikator
kesehatan hutan yang digunakan pada penelitian ini dibatasi hanya pada indikator
vitalitas dan indikator kualitas tapak dan biodiversitas tumbuhan bawah. Indikator
vitalitas diamati dengan menggunakan dua parameter, yaitu parameter kondisi
kerusakan pohon (lokasi, tipe, dan tingkat keparahan kerusakan) dan parameter
kondisi tajuk (nilai nisbah tajuk hidup, kerapatan tajuk, transparansi tajuk, diameter
tajuk, dan dieback). Lokasi kerusakan dapat terjadi di akar, batang, cabang, tajuk,
daun, pucuk, dan tunas. Pada indikator kualitas tapak dilakukan pengamatan
terhadap parameter kapasitas tukar kation (KTK) dan pH tanah.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di areal reklamasi PT Indominco Mandiri Kabupaten
Kutai Timur, Kalimantan Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai
Mei 2015.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah haga hypsometer,
densiometer, kompas, pita ukur, meteran, golok, kamera digital, mistar, busur,
kalkulator, kertas tabel, plastik, tally sheet, alat tulis, GPS dan peta lahan reklamasi
PT Indominco Mandiri. Bahan penelitian ini adalah tegakan hasil reklamasi tahun
tanam 2004 (umur 11 tahun), 2006 (umur 9 tahun), 2008 (umur 7 tahun) dan 2010
(umur 5 tahun).

3

Metode Penelitian
Pembuatan Plot Pengamatan
Plot pengamatan dibuat dengan menggunakan desain klaster plot FHM. Satu
klaster terdiri dari empat plot berbentuk lingkaran dan setiap plot memiliki jari-jari
17.95 m. Plot lingkaran memiliki beberapa keunggulan yaitu tidak terlalu banyak
patok, cukup teliti karena tidak membuat sudut, serta fokus ke titik pusat dan jarijari. Satu klaster dapat mewakili luasan 1 ha. Luasan satu klaster ini adalah seluas
4,048.93 m2 (USDA-FS 1999 dalam Darmansyah 2014). Desain klaster FHM
disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Desain klaster Plot FHM
Titik pusat pada plot 1 merupakan titik pusat bagi keseluruhan plot. Titik
pusat plot 2 terletak pada arah 360⁰ dari titik pusat plot 1 dengan jarak 36.6 m. Titik
pusat plot 3 terletak pada arah 120⁰ dari titik pusat plot 1 dengan jarak 36.6m. Titik
pusat plot 4 terletak pada arah 240⁰ dari titik pusat plot 1 dengan jarak 36.6 m. Titik
sampel tanah diambil dari tiga buah titik berbentuk lingkaran berdiameter 16 cm
yang terletak diantara plot 1 dan plot 2, plot 1 dan plot 3 serta plot 1 dan plot 4.
Jumlah klaster plot yang dibangun sebanyak 4 klaster dengan tahun tanam 2004,
2006, 2008 dan 2010. Klaster plot yang dibangun mempunyai beberapa kriteria,
yaitu klaster plot berada dalam kawasan perusahaan, harus ada tegakannya dan
tegakan tersebut cenderung rapat serta topografinya relatif datar.
Penilaian Kesehatan Pohon
Penilaian pohon dilakukan dengan menggunakan indikator vitalitas dan
kualitas tapak. Indikator vitalitas diamati dengan menggunakan parameter kondisi
tajuk dan kerusakan pohon, serta kualitas tapak dilakukan dengan parameter nilai
KTK, dan pengambilan data pH tanah, penutupan vegetasi dan ketebalan serasah.

4

1) Pengukuran Kondisi Tajuk
Kondisi tajuk pohon yang diukur adalah nisbah tajuk hidup (LCR–Live Crown
Ratio), kerapatan tajuk (Cden–Crown Density), dieback (CDb), transparansi tajuk
(FT–Foliage Transparancy) dan diameter tajuk (CdWd–Crown Diameter Width
dan CD90–Crown Diameter at 900). Penilaian terhadap parameter tajuk kemudian
menghasilkan nilai peringkat tajuk visual (VCR-Visual Crown Rating).
LCR menggambarkan perbandingan panjang batang pohon yang tertutup daun
dengan tinggi total pohon (Gambar 2). Secara umum LCR berubah perlahan dan
berkurang dengan pertambahan umur pohon, walaupun ada juga yang meningkat.
Peningkatan kerapatan tegakan dapat mengurangi nilai LCR, sedangkan
pembukaan suatu tegakan akan meningkatkan pertumbuhan yang berakibat pada
peningkatkan nilai LCR. Pengukuran tinggi tajuk harus dilakukan dengan hati-hati,
terutama pada tegakan rapat, karena sulit membedakan tajuk pohon sasaran dengan
yang lainnya. Pengukuran nilai LCR dilakukan dengan menggunakan magic card,
dengan menggunakan kartu atau alat ini bisa langsung didapat nilai dari LCR.

Gambar 2 Ilustrasi cara pengukuran LCR (Tallent-Halsell 1994 dalam Cahyono
2014)

5

Gambar 3 Ilustrasi cara pengukuran diameter tajuk pada pohon (Tallent-Halsell
1994 dalam Cahyono 2014)
Kerapatan tajuk (Cden) menggambarkan besarnya persentase cahaya matahari
yang tertahan oleh tajuk sehingga tidak mencapai lantai hutan, sedangkan
transparansi tajuk (FT) menggambarkan banyaknya persentase cahaya matahari
yang dapat melewati tajuk dan mencapai permukaan tanah (Putra 2004). Dalam
keadaan normal persentase kerapatan tajuk berbanding terbalik dengan persentase
transparansi tajuk. Dieback (CDb) adalah cabang dan ranting yang baru saja mati,
dan bagian yang mati dimulai dari bagian ujung kemudian merambat ke bagian
pangkal.
Kelima kondisi tajuk tersebut dikumpulkan ke dalam peringkat tajuk visual
(VCR-Visual Crown Rating) (Tabel 1). Nilai VCR diperhitungkan pada tingkat
pohon, untuk kemudian dirata-ratakan untuk tiap pohon pada subplot sehingga
diperoleh nilai untuk tingkat plot dan tingkat klaster. VCR memiliki nilai 1, 2, 3
dan 4 berdasarkan pengelompokan nilai parameter kondisi tajuk (Tabel 2). Nilai
skor kondisi tajuk pada klaster plot berdasarkan nilai VCR dapat dilihat pada Tabel
3. Data primer yang diambil pada plot FHM adalah tinggi pohon menggunakan
haga hypsometer, diameter pohon menggunakan meteran jahit, jarak datar
(horizontal distance) menggunakan meteran 30 m dan kompas, pengukuran
panjang dan lebar tajuk menggunakan meteran, dan azimuth menggunakan kompas.
Tabel 1 Kriteria kondisi tajuk (Anderson et al. dalam Putra 2004)
Parameter
Nilai=3
Nilai=2
Rasio Tajuk Hidup
≥ 40%
20%–35%
Kerapatan Tajuk
≥ 55%
25%–50%
Transparansi Tajuk
0%–45%
50%–70%
Dieback
0%–5%
10%–25%
Diameter Tajuk
≥ 10.1 m
2.5 m–10 m

Nilai=1
5%–15%
5%–20%
≥ 75%
≥ 30%
≤ 2.4 m

6

Tabel 2 Penentuan nilai VCR (Visual Crown Rating)
Nilai VCR
4
3
2
1

Kriteria
Seluruh parameter bernilai 3, atau hanya 1 parameter memiliki nilai 2,
tidak ada parameter bernilai 1
Lebih banyak kombinasi antara nilai 3 dan 2 pada parameter tajuk, atau
semua bernilai 2, tetapi tidak ada parameter bernilai 1
Setidaknya 1 parameter bernilai 1, tetapi tidak semua parameter
Semua parameter kondisi tajuk bernilai 1

Tabel 3 Nilai skor kondisi tajuk pada klaster plot berdasarkan nilai VCR
VCR
4
3.60–3,99
3.30–3.59
3.00–3.29
2.60–2.99
2.30–2.59
2.00–2.29
1.60–1.99
1.30–1.59
1.01–1.29
1

Skor
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

2. Penilaian Kerusakan Pohon
Kerusakan pohon terdiri dari tiga sistem kode berurutan yang menggambarkan
lokasi terjadinya kerusakan, jenis kerusakan dan tingkat keparahan yang
ditimbulkan pada pohon. Ketiga sistem pengukuran ini kemudian dikumpulkan
dalam sebuah indeks kerusakan (IK). Deskripsi kode lokasi, jenis kerusakan dan
nilai ambang keparahan terdapat pada Tabel 4 dan 5. Nilai pembobotan untuk setiap
kode keparahan, kerusakan dan lokasi terdapat pada Tabel 6.
IK = [xTipe kerusakan*yLokasi*zKeparahan]
Tabel 4 Deskripsi kode lokasi kerusakan (USDA-FS-1999 dalam Darmansyah
2014)
Kode
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Definisi
Tidak ada kerusakan
AꞋar terbuꞋa dan “stump” (12 inch (30 cm) di atas permukaan tanah)
Kerusakan pada akar dan antara akar dan batang bagian bawah
Kerusakan pada batang bagian bawah (di bawah pertengahan antara “stump” dan dasar
tajuk
Kerusakan pada batang bagian bawah yang terdapat pula pada batang
bagian atas
Kerusakan batang bagian atas (di atas pertengahan antara “stump” dan
dasar tajuk)
Kerusakan pada dahan utama yang terdapat pada bagian tajuk, diatas
dasar tajuk
Kerusakan pada ranting (dahan-dahan kecil dan dahan lain selain dahan utama)
Kerusakan pada daun muda dan pucuk daun
Kerusakan pada tajuk

7

Gambar 4 Kode lokasi untuk indikasi kerusakan (USDA-FS 1999 dalam
Darmansyah 2014)
Tabel 5 Deskripsi kode jenis kerusakan dan nilai ambang keparahan
(USDA-FS 1999 dalam Darmansyah 2014)
Kode
01
02
03
04
05
06
11
12
13
14
20
21
22
23
24
25
31

Definisi
Kanker, gol (puru)
Konk, tubuh buah dan indikator
lain tentang lapuk lanjut
Luka terbuka
Resinosis/gummosis
Batang pecah
Sarang Rayap
Batang atau akar patah kurang dari
0.91 m dari batang
Brum pada akar atau batang
Akar patah atau mati > 0.91 m dari
Batang
Kutu lilin
Liana
Hilangnya ujung dominan, mati
Ujung
Cabang patah atau mati
Percabangan atau brum yang
Berlebihan
Daun, kuncup atau tunas rusak
Daun Berubah warna (tidak hijau)
Lain – lain

Nilai ambang keparahan
(pada kelas 10% - 99%)
≥ 20% dari titik pengamatan
TidaꞋ ada, Ꞌecuaꞌi ≥ 20% pada aꞋar
> 0.91 m dari batang
≥ 20% dari titik pengamatan
≥ 20% dari titik pengamatan
Tidak ada
≥ 20% dari titik pengamatan
Tidak ada
Tidak ada
≥ 20% pada akar
≥ 20%
≥ 20%
≥ 1% pada dahan pada tajuk
≥ 20% pada ranting atau pucuk
≥ 20% pada ranting atau pucuk
≥ 30% dedaunan penutupan tajuk
≥ 30% dedaunan penutup tajuk
-

8

Tabel 6 Nilai pembobotan untuk setiap kode keparahan, kerusakan dan lokasi
Tingkat
keparahan
10–19%
20–29%
30–39%
40–49%
50–59%
60–60%
70–79%
80–89%
≥ 90%
0

Nilai
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.5

Kode tipe kerusakan
11
01
02, 06
12
03, 04, 05, 13
21, 20
14, 22, 23, 24, 25, 31

Nilai
2.0
1.9
1.7
1.6
1.5
1.3
1.0

Kode lokasi
kerusakan
0
1, 2
3, 4
5
6
7, 8, 9

Nilai
0
2.0
1.8
1.6
1.2
1.0

Data Indeks Kerusakan (IK) dihitung pada tingkat pohon dengan menggunakan
rumus :
TDLI= (Tipe 1*Lokasi1*Keparahan 1) + (Tipe 2 *Lokasi 2* Keparahan 2) +
(Tipe 3* Lokasi 3* Keparahan 3)
Indeks Kerusakan (IK) dapat dihitung pada tingkat plot dan tingkat area dengan
menggunakan rumus :
Plot Level Index (PLI) = rata-rata ꞋerusaꞋan pohon [pohon1, pohon2, pohon3,…]
Nilai skor kondisi kerusakan pohon pada klaster plot berdasarkan nilai PLI
kerusakan pohon dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Nilai skor kerusakan pohon pada klaster plot berdasarkan nilai PLI
Rata – rata PLI
0
0.01– 2.17
2.18– 4.34
4.35– 6.51
6.52–8.68
8.69–10.85
10.86–13.02
13.03–15.19
15.20–17.36
17.37–19.53
19.54–21.70

Skor
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

3. Kualitas Tapak (kesuburan tanah)
Penilaian kualitas tapak dapat diwakili oleh nilai kapasitas tukar kation (KTK)
dan nilai pH tanah. Pada satu klaster diambil tiga titik untuk pengambilan contoh
tanah. Titik sampel tanah berbentuk lingkaran berdiameter 16 cm dengan
kedalaman 10 cm. Sampel tanah yang didapat pada setiap titik dikompositkan,
sehingga setiap klaster plot mempunyai satu sampel tanah. Kriteria penilaian KTK
tanah berdasarkan Tabel 8. Selain KTK, pH tanah dapat digunakan sebagai

9

indikator kesuburan tanah karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam
tanah. Nilai pH berkisar dari 0 –14, pada umumnya pH tanah berkisar antara 3.09.0. pH tanah menunjukan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara
konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Berdasarkan nilai pH tanah dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kategori (Tabel 9). Nilai skor kualitas tapak pada
setiap klaster plot berdasarkan nilai KTK dapat dilihat pada Tabel 10. Pengamatan
untuk pengukuran penutupan vegetasi dan ketebalan serasah dilakukan di dalam
mikroplot dengan luas 1 m2.
Tabel 8 Skoring kesuburan tanah berdasarkan nilai KTK (Hardjowigeno 2010)
Nilai KTK (me/100 g)
> 40
25–40
17–24
5–16