Manipulasi Spektrum Cahaya Terhadap Pertumbuhan Dan Kualitas Warna Ikan Botia Chromobotia Macracanthus Bleeker

i

MANIPULASI SPEKTRUM CAHAYA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WARNA
IKAN BOTIA Chromobotia macracanthus Bleeker

ANNISA KHAIRANI ARAS

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Manipulasi Spektrum
Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Warna Ikan Botia Chromobotia
macracanthus Bleeker adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Annisa Khairani Aras
NIM C151130461

RINGKASAN
ANNISA KHAIRANI ARAS. Manipulasi Spektrum Cahaya terhadap
Pertumbuhan dan Kualitas Warna Ikan Botia Chromobotia macracanthus
Bleeker. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA, DINAR TRI SOELISTYOWATI
dan SUDARTO.
Ikan botia Chromobotia macracanthus Bleeker merupakan ikan hias air
tawar endemik yang berasal dari pulau Sumatera dan Kalimatan dan bernilai
ekonomis penting. Ikan botia menjadi komoditas favorit ekspor. Ikan botia
mengalami ancaman berupa tingginya overfishing, terancam punah dan laju

pertumbuhan yang lambat. Upaya peningkatkan kualitas dan kuantitas budidaya
ikan tersebut dapat dilakukan dengan manipulasi lingkungan berupa penggunaan
spektrum cahaya LED (Light - Emmiting Diode).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi spektrum cahaya LED di media
pemeliharaan terhadap respon fisiologis, pertumbuhan dan kualitas warna benih
ikan botia. Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) yang
terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yaitu kontrol negatif (cahaya ruang
lampu tube), kontrol positif (LED putih), LED merah, LED hijau dan LED biru.
Benih ikan botia yang digunakan memiliki rata-rata panjang total (PT) 3.88±0.19
cm, panjang standar (PS) 3.38±0.19 cm dengan bobot 0.61±0.11 gram.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa respon fisiologis, dan
kualitas warna benih ikan botia yang terbaik pada perlakuan LED merah dengan
kisaran konsentrasi kortisol sebesar 13.70-30.20 ng ml-1, kualitas warna dengan
Toca color finder (TFC) dengan rata-rata rangking skoring pada warna perut
sebesar 35.90, sirip dada sebesar 42.20 dan sirip ekor sebesar 38.30, keragaan
warna visual pada warna perut sebesar 41.61±0.57 %, warna sirip dada sebesar
75.22±2.69 %, dan sirip ekor sebesar 67.87±3.89 % serta jumlah sel kromatofor
sebesar 361 sel. Performa respon pertumbuhan yang terbaik diperoleh pada
perlakuan LED hijau dengan tingkat kelangsungan hidup sebesar 96.29±3.21 %,
laju pertumbuhan harian sebesar 2.35±0.27 %, pertumbuhan mutlak sebesar

0.030±0.003 gr/ekor/hari, pertumbuhan panjang mutlak pada PT sebesar
1.69±0.11 cm, pertumbuhan panjang mutlak pada PS sebesar 1.66±0.29 cm dan
efisiensi pakan sebesar 2.90±0.15 %.
Kata kunci: botia Chromobotia macracanthus, fisiologis, kualitas warna,
pertumbuhan, spektrum cahaya,

v

SUMMARY
ANNISA KHAIRANI ARAS. Spectrum Manipulation on Growth and Color
Quality of Juvenile Botia Chromobotia macracanthus Bleeker. Supervised by
KUKUH NIRMALA, DINAR TRI SOELISTYOWATI and SUDARTO.
Botia Chromobotia macracanthus Bleeker is one of the endemic
ornamental fish species from Sumatera and Borneo. Botia experienced threat of
the high overfishing, endangered and relatively slow grow. Environmental
manipulation such as LED (Light - Emmiting Diode) light spectrum expected can
be applied to increase quality and quantity of botia production in cultured system.
This study aimed to evaluate the performance LED light spectrum on
physiological response, growth and color quality of juvenile Botia. The
experiment was design by completely randomize design with three replications

consisted of R (negative control, room ligth with tube lamp), P (positive control
with LED white), M (LED red), H (LED green) and B (LED blue). The juveniles
were used Botia Sumatera with average of total length (TL) of 3.88±0.19
cm/individual, standard lenght (SL) of 3.38±0.19 cm/individual and body weight
of 0.61±0.11 g/individual.
The best performance of physiological responses and color quality juvenile
botia was found in LED red treatment with a concentration cortisol of 13.70-30.20
ng ml-1, color quality with Toca color finder (TFC) of average scoring on body
was color 35.90, pectoral fin of 42.20 and caudal fin of 38.30, visual color
diversity on body color of 41.61±0.57 %, pectoral fin color of 75.22±2.69 %, and
caudal fin color of 67.87±3.89 % and chromatophores cells of 361 cells. The best
performance of growth responses was found in LED green with survival rate of
96.29±3.21 %, specific grwoth rate of 2.35±0.27 %, the absolute weight growth of
0.030±0.003 gr/ekor/hari, the absolute growth of TL 1.69±0.11 cm, the absolute
growth of SL 1.66±0.29 cm and efficiency of feed 2.90±0.15 %.
Key words: botia Chromobotia macracanthus, color quality, growth, light
spectrum, physiological,

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

vii

MANIPULASI SPEKTRUM CAHAYA TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN KUALITAS WARNA
IKAN BOTIA Chromobotia macracanthus Bleeker

ANNISA KHAIRANI ARAS

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji luar komisi: Dr. Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si

ix

Judul Tesis : Manipulasi Spektrum Cahaya terhadap Pertumbuhan dan
Kualitas Warna Ikan Botia Chromobotia macracanthus Bleeker
Nama
: Annisa Khairani Aras
NIM
: C151130461

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc
Ketua

Dr. Ir. Dinar Tri Soelistyowati, DEA
Anggota

Dr. Ir. Sudarto, M.Sc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Widanarni, M.Si

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr


Tanggal Ujian: 26 Agustus 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah manipulasi lingkungan budidaya perikanan,
dengan judul Manipulasi Spektrum Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Kualitas
Warna Ikan Botia Chromobotia macracanthus Bleeker. Tesis ini bersumber pada
hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai Februari
2015 bertempat di Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari segala
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik ide, tenaga, moril maupun
material. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
mendalam kepada Bapak Dr. Ir. Kukuh Nirmala, M.Sc, Ibu Dr. Ir. Dinar Tri
Soelistyowati, DEA dan Bapak Dr. Ir. Sudarto, M.Sc sebagai komisi pembimbing
atas waktu dan bimbingannya mulai penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian
hingga penulisan tesis. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr.
Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si sebagai dosen penguji tamu dan Dr.

Dinamella Wahjuningrum S.Si, M.Si sebagai perwakilan dari program studi Ilmu
Akuakultur SPS IPB yang telah memberikan saran dan semangatnya dalam ujian
sidang tesis ini.
Terima kasih disampaikan pada Direktoral Jendral Penddikan Tinggi
(DIKTI), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) atas
penyediaan Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPPDN) tahun
2013 sehingga penulis dapat memperdalam ilmu di Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis haturkan pada suami dan
buah hati tercinta: Oktavia Nando dan Jibran Khairi Alfatih atas segala doa, kasih
sayang, bantuan, dukungan dan semangatnya. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada Umi Asmidar dan Abi A. Razyman Zakaria, kakak tercinta
Asfia Fitri Aras, S.T, adik tercinta R.B. Panji Aras dan Farid Miftahul Aras atas
doa, dukungan dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada ayah mertua Amir
Syarifuddin dan ibu mertua Jasniwati atas segala doa yang diberikan.
Terima kasih kepada seluruh rekan–rekan S2 Ilmu Akuakultur angkatan
2013 atas kebersamaannya dan menempuh studi, rekan–rekan di Laboratorium
Lingkungan Akuakultur serta adik–adik S1 atas kebersamaan dan kerjasamanya
selama penelitian. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Agus Priyadi dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias dan

Bapak Gholib Assahad, S.Pt, M.Si dari Universitas Syiah Kuala yang telah
membantu selama pengumpulan data.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu
pengetahuan, khususnya perikanan.
Bogor, September 2015

Annisa Khairani Aras

xi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
1 PENDAHULUAN ........................................................................................
Latar Belakang ........................................................................................
Rumusan Masalah ...................................................................................
Tujuan Penelitian ....................................................................................
Manfaat Penelitian ..................................................................................
Hipotesis .................................................................................................

2 METODE .....................................................................................................
Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................
Materi Uji................................................................................................
Rancangan Percobaan .............................................................................
Metode Penelitian ...................................................................................
Parameter Uji ..........................................................................................
Analisis Data ...........................................................................................
3 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................
Respon Fisiologis ...................................................................................
Performa Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup .................................
Kualitas Warna .......................................................................................
4 SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................
Simpulan .................................................................................................
Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................

xii
xii
xii
1
1
2
3
3
3
3
3
3
4
4
7
10
11
11
13
16
21
21
21
21
24
46

xii

DAFTAR TABEL
1. Gambaran proksimat cacing darah (bloodworm) .........................................
2. Puncak panjang gelombang spektrum cahaya lampu LED yang digunakan
3. Nilai parameter fisika kimia perairan pada setiap perlakuan selama 56
hari pemeliharaan .........................................................................................
4. Tingkat laku ikan botia yang diamati ...........................................................
5. Skala warna Toca Color Finder (TCF) yang digunakan ..............................
6. Kisaran konsentrasi kortisol pada akhir pemeliharaan ikan botia C.
macracanthus Bleeker .................................................................................
7. Respon tingkah laku benih ikan botia C. macracanthus Bleeker .................
8. Data parameter pertumbuhan benih ikan botia C. macracanthus Bleeker ...
9. Skoring warna oranye pada perut, sirip dada dan sirip ekor benih ikan
botia C. macracanthus Bleeker pada akhir pemeliharaan ...........................
10. Rata-rata rangking skoring warna perut, sirip dada dan sirip ekor benih
ikan botia C. macracanthus Bleeker ............................................................
11. Hasil analisis warna merah benih ikan botia C. macracanthus Bleeker
dengan aplikasi Adobe Photoshop CS4 .......................................................

4
5
6
7
10
11
12
13
17
17
18

DAFTAR GAMBAR
1. Panjang gelombang spektrum cahaya lampu LED yang digunakan ............
2. Pertumbuhan panjang total (PT) rata-rata benih ikan botia C. macracanthus
Bleeker selama 56 hari masa pemeliharaan .................................................
3. Pertumbuhan panjang standar (PS) rata-rata benih ikan botia C.
macracanthus Bleeker selama 56 hari masa pemeliharaan .........................
4. Pertumbuhan panjang mutlak pada panjang total (PT) selama 56 hari
pemeliharaan ................................................................................................
5. Pertumbuhan panjang mutlak pada panjang standar (PS) selama 56 hari
pemeliharaan ................................................................................................
6. Hasil pengamatan kualitas warna benih ikan botia secara visual dari setiap
perlakuan spektrum cahaya LED .................................................................
7. Jumlah sel kromatofor benih ikan botia C. macracanthus Bleeker..............
8. Hasil pengamatan histologi sel kromatofor benih ikan botia C.
macracanthus Bleeker ..................................................................................

5
14
15
15
16
18
19
20

DAFTAR LAMPIRAN
1. Skema susuanan rangkaian lampu LED selama 56 hari pemeliharaan ........
2. Prosedur pengukuran hormon kortisol dengan metode ELISA ....................
3. Pengamatan keragaan warna secara visual dengan aplikasi Adobe
Photoshop CS4 pada benih ikan botia C. macracanthus Bleeker ................
4. Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup benih ikan botia C.
macracanthus Bleeker .................................................................................
5. Analisis statistik laju pertumbuhan harian benih ikan botia C.
macracanthus Bleeker .................................................................................
6. Analisis statistik pertumbuhan mutlak benih ikan botia C. macracanthus
Bleeker .........................................................................................................

24
25
26
27
27
28

xiiixiii

7. Analisis statistik pertumbuhan mutlak panjang total benih ikan botia C.
macracanthus Bleeker .................................................................................
8. Analisis statistik pertumbuhan mutlak panjang standar benih ikan botia C.
macracanthus Bleeker .................................................................................
9. Analisis statistik efisiensi pakan benih ikan botia C. macracanthus
Bleeker.........................................................................................................
10. Analisis statistik jumlah konsumsi pakan benih ikan botia C.
macracanthus Bleeker .................................................................................
11. Analisis statistik warna perut, sirip dada dan sirip ekor benih ikan botia
C. macracanthus Bleeker ............................................................................
12. Analisis statistik nonparametrik dengan uji Kruskal-Wallis dan uji lanjut
Mann-Whitney U pada warna perut benih ikan botia .................................
13. Analisis statistik nonparametrik dengan uji Kruskal-Wallis dan uji lanjut
Mann-Whitney U pada warna sirip dada benih ikan botia ..........................
14. Analisis statistik nonparametrik dengan uji Kruskal-Wallis dan uji lanjut
Mann-Whitney U pada warna sirip ekor benih ikan botia ..........................
15. Analisis statistik jumlah sel kromatofor benih ikan botia C.
macracanthus Bleeker .................................................................................

28
29
29
30
30
32
36
40
45

0

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan botia (Chromobotia macracanthus Bleeker) yang memiliki nama
komersil clown loach tergolong ikan hias air tawar endemik yang berasal dari
pulau Sumatera dan Kalimatan. Ikan ini memiliki daya tarik yang luar biasa yakni
bentuk badannya seperti torpedo dengan punggung agak melengkung, mulut kecil
meruncing ke arah bawah dan warna tubuh yang berbelang oranye dan hitam. Ikan
botia dikenal sebagai perenang yang gesit dan lincah serta hidup secara
bergerombol merupakan ikan favorit kategori pertama untuk jenis ikan hias
ekspor dengan jumlah permintaan yang tinggi (Ng and Tan 1997).
Ikan botia merupakan ikan bernilai ekonomis penting. Ikan botia ukuran 2
inchi dijual dengan harga Rp 3.000 – Rp 6.000 per ekor di dalam negeri,
sedangkan harga ikan botia di pasaran Eropa dihargai 13 Euro (Dahruddin 2011).
Selain itu, ikan botia memiliki permintaan ekspor yang tinggi. Ini terlihat dari
volume dan nilai ekspor ikan botia pada tahun 2012 mampu mencapai 29.280 kg
dan nilai ekspor sebesar US$ 775.384 (KKP 2013). Permintaan yang begitu tinggi
tidak diiringi dengan ketersediaan ikan botia. Total jumlah ikan botia yang berasal
dari tangkapan alam sebanyak 740.000 ekor pada tahun 2010 mengalami
penurunan dari tahun 2009 sekitar 32.42% (Mailinda 2012). Penurunan
kelimpahan populasi ikan hias botia di alam berdampak pada penurunan produksi
per tahun.
Selain itu, ikan botia juga mengalami ancaman berupa tingginya overfishing
yang berakibat menipisnya ikan botia di alam dan bergantung dengan musim.
Pada musim kemarau ikan botia bersembunyi di cekungan dasar sungai dan pada
musim hujan ikan botia memijah. Ikan botia yang berasal dari tangkapan alam
memiliki tingkat mortilitas yang tinggi berkisar antara 24.66–52.45% (Rifai dan
Nurdiawati 1990). Hal ini dikarenakan ikan botia tidak tahan dengan fluktuasi
suhu dan apabila terinfeksi penyakit cepat berkembang dan akhirnya mati.
Pengembangbiakan ikan botia telah dilakukan oleh Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Ikan Hias sejak tahun 2004. Laju pertumbuhan ikan
botia tergolong lambat. Pemeliharaan ikan botia dari larva hingga mencapai
ukuran yang siap dipasarkan yaitu 2–2.5 inchi memerlukan waktu pemeliharaan
6-8 bulan. Hasil penelitian Chumaidi et al. (2009) menyatakan bahwa larva ikan
botia ukuran awal 5.58±0.12 mm dengan padat tebar 20 ekor/wadah dan
dipelihara selama 28 hari menghasilkan pertumbuhan panjang mutlak sebesar
12.80±1.85 mm dan tingkat kelangsungan hidup sebesar 80%. Penelitian lainnya
menyatakan bahwa pertambahan panjang benih ikan botia sebesar 1 inchi (2.5 cm)
memerlukan waktu pemeliharaan 105 hari (Satyani et al. 2010).
Upaya meningkatkan kecepatan laju pertumbuhan ikan botia dapat
dilakukan melalui rekayasa pakan maupun lingkungan. Selain itu perlu
dipertimbangkan juga peningkatan kualitas ikan botia sebagai daya tarik
keunggulannya yaitu kecerahan warna yang berhubungan dengan pigmentasi kulit
(Shahidi et al. 1998). Dari segi komersial, konsumen menganggap bahwa ikan
botia yang berkualitas memiliki warna yang cerah, sebaliknya ikan yang berwarna
pucat tidak disukai.

2

Pigmentasi pada kulit ikan bertanggung jawab dalam kecerahan warna
(Ahilan et al. 2008). Warna disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kromatofor
yang terdapat di lapisan dermis pada sisik, di luar maupun di bawah sisik. Faktor
yang mempengaruhi pigmentasi karotenoid meliputi kandungan pigmen dalam
pakan, status kesehatan dan stimulasi lingkungan. Pigmen pada ikan mengandung
berbagai jenis karotenoid yang berbeda-beda dominasinya pada setiap spesies.
Karotenoid yang umum dimiliki ikan yakni beta karoten yaitu warna oranye dan
astaxanthin yaitu warna merah (Gupta et al. 2007).
Pencahayaan memiliki karakteristik berupa spektrum (panjang gelombang),
intensitas dan fotoperiode (lama penyinaran) yang dapat mempengaruhi secara
langsung maupun tidak langsung terhadap respons fisiologis, reproduksi dan
pertumbuhan ikan (Boeuf and Le Bail 1999). Respons ikan secara langsung
misalnya pergerakan berkumpulnya ikan di bawah cahaya dan kemudahan dalam
mencari makan. Spektrum cahaya mempengaruhi kinerja pertumbuhan ikan
(Karakatsouli et al. 2007), perilaku (Volpato et al. 2004) dan fisiologis
(Karakatsouli et al. 2008). Penggunaan cahaya buatan dalam sistem budidaya
dengan kombinasi spektrum, intensitas dan fotoperiode yang tepat menghasilkan
konsentrasi pigmen pada sel kromatofor lebih tinggi, sehingga warna lebih
cemerlang (Tume et al. 2009).
Light - Emitting Diode (LED) merupakan jenis lampu pencahayaan lebih
efisien dibandingkan dengan lampu flouresen. Karena LED berdaya kecil
sehingga biaya listrik murah dan lebih tahan lama dibandingkan lampu flouresen
(Medkour et al. 2013). Penelitian menggunakan LED dalam rekayasa lingkungan
untuk budidaya sudah dilakukan oleh Shin et al. (2011) dengan menggunakan
spektrum cahaya LED merah, LED hijau dan LED biru untuk melihat
peningkatkan kadar antioksidan sebagai respons stres oksidatif pada ikan
yellowtail clownfish Amphiprion clarkii. Penelitian ini memberikan hasil terbaik
pada LED merah berupa ekspresi dan aktivitas SOD (superoxide dismutase) dan
katalase dan plasma H2O2, lipid peroksidasi (LPO) dan kadar melatonin sebagai
induksi stres oksidatif. Elsbaay (2013) mengatakan bahwa spektrum biru
menghasilkan laju pertumbuhan harian ikan nila terbaik sebesar 4.05%. Namun,
studi tentang efek spektrum cahaya LED pada pertumbuhan ikan botia belum
dilakukan. Manipulasi pencahayaan menggunakan lampu LED dapat dijadikan
terobosan strategi untuk meningkatkan laju pertumbuhan dan kualitas warna ikan
botia dalam sistem budidaya yang prospektif dan ekonomis..
Rumusan Masalah
Produksi ikan botia dari hasil tangkapan yang dibatasi oleh musim dan
perkembangan budidaya yang terkendala oleh lambatnya pertumbuhan ikan botia
menjadi permasalahan dalam memenuhi kebutuhan benih yang berkualitas untuk
produksi budidaya. Pendekatan manipulasi lingkungan berupa penggunaan
spektrum cahaya LED pada pemeliharaan benih ikan botia diharapkan dapat
meningkatkan respons makan sehingga berdampak pada meningkatnya jumlah
konsumsi pakan dan diharapkan berkorelasi dengan peningkatan laju
pertumbuhan. Selain itu, spektrum cahaya dengan intensitas dan fotoperiode yang
tepat dapat meningkatkan kualitas pigmen serta kecerahan warna ikan botia.
Penggunaan LED dalam rekayasa pencahayaan dipilih karena berdaya listrik kecil
sehingga lebih efisien dibandingkan jenis lampu yang lain.

3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi spektrum cahaya LED di media
pemeliharaan terhadap respons fisiologis, pertumbuhan dan kualitas warna benih
ikan botia.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
pembudidaya dalam penerapan teknologi manipulasi lingkungan untuk
meningkatkan produksi ikan hias yang berkualitas.
Hipotesis
Spektrum cahaya LED dapat mempengaruhi respons fisiologis, laju
pertumbuhan dan kualitas warna ikan botia.

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 hingga Februari
2015 bertempat di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya
Perairan, FPIK, IPB. Pengukuran panjang gelombang lampu LED dilakukan di
Laboratorium Spektroskopi, Departemen Fisika, FMIPA, IPB. Analisis
konsentrasi kortisol dilakukan di Laboratorium Fisiologi, FKH, Universitas Syiah
Kuala. Preparat sel kromatofor dilakukan di Laboratorium Patologi, FKH, IPB.
Sedangkan analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan
Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, FPIK, IPB.
Materi Uji
Benih Ikan Botia
Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan botia yang berasal dari populasi
induk ikan botia Sumatera generasi kedua yang merupakan koleksi Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok, Jawa Barat. Rata-rata
bobot tubuh (BT) benih yang digunakan 0.61±0.11 gram/ekor, rata-rata panjang
total (PT) 3.88±0.19 cm dan rata-rata panjang standar (PS) 3.38±0.19 cm. Padat
tebar ikan tiap perlakuan dan ulangan adalah 18 ekor/akuarium.
Pakan Cacing Darah (Bloodworm)
Pakan yang digunakan berupa cacing darah (bloodworm) berasal dari larva
Chironomus sp. yang telah dibeku. Pakan ini didapatkan pada pedagang pakan
alami yang berasal dari Depok. Gambaran proksimat cacing darah dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut ini:

4

Tabel 1. Gambaran proksimat cacing darah (bloodworm)
Cacing darah (bloodworm)
Parameter
Bobot basah (%)
Bobot kering (%)
Kadar air
88.41
Protein
6.67
57.58
Lemak
1.26
10.83
Kadar abu
2.22
19.15
Serat kasar
1.11
9.60
BETN
0.33
2.84
Lampu yang Digunakan
Lampu LED yang digunakan adalah LED 6 mata lampu CE 101, 12 volt
berwarna putih, merah, hijau dan biru serta dilengkapi dengan adaptor 12 volt 5
A.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan
percobaan yang digunakan pada penelitian ini berupa rancangan perlakuan: satu
faktor dengan 5 spektrum cahaya LED serta masing-masing terdapat 3 ulangan
dan rancangan lingkungan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL), yaitu:
1. Perlakuan R( kontrol negatif) = cahaya ruang dengan lampu tube
2. Perlakuan P (kontrol positif) = LED warna putih (spektrum penuh)
3. Perlakuan M
= LED warna merah (625 nm)
4. Perlakuan H
= LED warna hijau (525 nm)
5. Perlakuan B
= LED warna biru (470 nm)
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap pengujian, pengumpulan
data dan pengukuran kualitas air. Tahap persiapan meliputi pengukuran panjang
gelombang lampu LED, persiapan wadah dan pengapdaptasian pada media air
bersalinitas 3 ppt selama 7 hari. Tahap pengujian dan pengumpulan data yaitu
pemberian perlakuan selama 56 hari dan mengamati pertumbuhan, warna ikan,
respons fisiologis terhadap stres melalui analisis darah, pertumbuhan dan kualitas
warna ikan botia. Data pendukung yang dikumpulkan adalah pengukuran kualitas
air.
Pengukuran Panjang Gelombang Lampu LED
Lampu LED yang digunakan adalah spektrum cahaya berupa putih, merah,
hijau dan biru. Pengukuran panjang gelombang spektrum cahaya dilakukan
menggunakan Ocean Optics USB2000 yang tersambung dengan aplikasi Ocean
Optics Spectrasuite. Data yang diperoleh kemudian dikonversi dengan aplikasi
Microsoft Excel dan ditampilkan dalam bentuk diagram kurva sehingga diperoleh
panjang gelombang lampu LED. Puncak panjang gelombang spektrum cahaya
lampu LED yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan kisaran
panjang gelombang spektrum cahaya lampu LED yang digunakan pada penelitian
dapat dilihat pada Gambar 1.

5

Tabel 2. Puncak panjang gelombang spektrum cahaya lampu LED yang
digunakan
Perlakuan

Puncak Panjang Gelombang (nm)
Lampu LED yang digunakan

Pustaka (Shin et al. 2011)

-

-

465 & 550

-

M (LED merah)

625

630

H (LED hijau)

525

530

B (LED biru)

470

450

R (Kontrol)
P (LED putih)

Gambar 1. Panjang gelombang spektrum cahaya lampu LED yang digunakan
Persiapan Wadah dan Pengadaptasian
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini berupa 15 akuarium yang
berukuran 29 × 24 × 24 cm3. Akuarium diisi air bersalinitas 3 ppt sebanyak 9 liter
dengan ketinggian air 17 cm dan dilengkapi instalasi aerasi, resirkulasi top filter
serta heater. Akuarium diletakkan pada rak akuarium bertingkat. Di sekeliling
dinding akuarium ditutupi dengan plastik putih dan antar akuarium dibatasi
dengan styrofoam untuk mencegah keluarnya cahaya perlakuan. Enam akuarium
diletakkan pada rak atas dan enam akuarium pula diletakkan pada rak bawah. Rak
akuarium juga dilapisi dengan plastik hitam untuk mencegah pengaruh cahaya
ruang. Sedangkan tiga akuarium yang digunakan untuk perlakuan R (kontrol
negatif) diletakkan di bawah cahaya ruang lampu tube. Lampu LED dipasang di
atas permukaan air serta dilengkapi dengan automatic timer. Desain wadah
perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 1. Ikan uji diaklimatisasi dengan media air
bersalinitas 3 ppt selama 7 hari. Satu hari sebelum dilakukan penebaran ikan harus
dipuasakan dan dilakukan penimbang bobot tubuh awal.

6

Pengujian Ikan
Perlakuan spektrum cahaya LED diberikan dengan lama penyinaran 12 jam
dan intensitas cahaya 550 lux mengacu penelitian Nurdin (2014). Lampu LED
mulai dihidupkan pada jam 07.00 dan dimatikan pada jam 19.00 (Shin et al.
2013). Pengecekan intensitas cahaya dilakukan dengan Lux meter di permukaan
air. Perlakuan diberikan selama 56 hari. Ikan uji diberi pakan alami cacing darah
(blood worm) dengan metode pemberian pakan hingga kenyang atau ad satiation
dan feeding frequency sebanyak dua kali sehari yakni pada pukul 08.00 dan 16.00
WIB. Jumlah pakan yang dihabiskan dicatat untuk mengetahui jumlah konsumsi
pakan. Penyiponan dilakukan setiap hari setelah diberi pakan agar sisa pakan tidak
mempengaruhi kualitas air pemeliharaan.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi respons fisiologis terhadap stres yaitu
dengan mengukur kadar kortisol dan mengamati tingkah laku berenang dan nafsu
makan, pertumbuhan, kualitas warna dan kualitas air. Kadar kortisol diukur pada
akhir perlakuan. Respons makan dan berenang diamati setiap hari. Sedangkan
performa pertumbuhan diukur dengan penimbangan bobot dan pengukuran
panjang dilakukan setiap 14 hari sekali. Kualitas warna ikan botia diukur
menggunakan Toca Color Finder (TCF), keragaan warna dan penghitungan sel
kromatofor dilakukan pada akhir perlakuan.
Pengukuran Kualitas Air
Nilai parameter fisika kimia air yang diukur dalam penelitian ini meliputi
suhu, pH, oksigen terlarut, nitrit dan total amonia nitrogen (TAN). Data hasil
pengukuran parameter kualitas air selama 56 hari pemeliharaan (Tabel 3).
Tabel 3. Nilai parameter fisika kimia perairan pada setiap perlakuan selama 56
hari pemeliharaan
Parameter
Suhu (oC)

R
27.1-27.3

P
27.3-27.4

Perlakuan
M
26.9-27.1

H
26.9-27.2

B
26.7-27.3

pH

5.36-6.15

5.79-6.84

5.71-6.71

5.93-6.85

6.0-6.77

DO (mg L-1)

5.9-6.1

5.8-6.2

5.5-6.5

5.6-6.8

6.1-6.4

Nitrit (mg L-1)

0.03-0.07

0.02-0.13

0.06-0.19

0.03-0.16

0.03-0.17

TAN (mg L-1)

0.13-0.20

0.14-0.18

0.14-0.17

0.12-0.18

0.17-0.18

Kisaran
Optimal
26-29.5
(Priyadi et al.
2010)
4.5-7.5
(Satyani et al.
2010)
4.86-8.35
(Aras 2011)
< 1 (Effendi
2003)
< 0.52
(Boyd 1990)

Hasil pengukuran terhadap parameter fisika kimia perairan dari setiap
perlakuan, menunjukkan bahwa nilai kualitas air pada awal, tengah dan akhir
pemeliharaan masih dalam kisaran yang dianjurkan. Suhu berkisar antara 26.0029.50 ºC, pH berkisar 5.36-6.85, konsentrasi oksigen terlarut berkisar antara 5.56.4 mg L-1, nitrit 0.02-0.19 mg L-1 dan TAN 0.12-0.20 mg L-1.

7

Parameter kualitas air media pada perlakuan spektrum cahaya LED secara
umum masih layak untuk mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan
benih ikan botia karena dalam lingkungan terkontrol. Kualitas air yang layak ini
disebabkan oleh adanya pengelolaan kualitas air yang baik seperti penggunaan top
filter pada setiap akuarium yang berfungsi untuk menyaring kotoran yang ada di
dalam akuarium serta pencucian filter dilakukan setiap minggu sekali. Selain itu,
penyiponan juga dilakukan setiap hari agar dapat mempertahankan dan menjaga
nilai parameter kualitas air pada kondisi optimal.
Parameter Uji
1. Kortisol
Analisis kadar kortisol dilakukan untuk mengevaluasi peningkatan respons
stres dikontrol oleh sistem endokrin melalui pelepasan hormon kortisol dan
katekolamin. Indikator respons stres terlihat pada peningkatan sekresi kortisol
sebagai usaha ikan dalam mempertahankan homeostasis. Analisis kadar kortisol
dilakukan menggunakan metode ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay).
Prinsip uji pengukuran hormon kortisol adalah teknik ELISA kompetitif
(Competitive Enzyme Immunoassay) yaitu sumur pelat (microplate) dilapisi
dengan antibodi monoklonal terhadap molekul kortisol. Standar dan sampel
ditambahkan ke dalam sumur pekat dan berkompetisi dengan kortisol yang telah
dilabel/dikonjugasi dengan enzim Cortisol-Horseradish Peroxidase (HRP,
conjugate) untuk berikatan dengan antibodi (antikortisol) yang ada pada sumur
pelat. Setelah inkubasi, ditambahkan larutan substrat sehingga terjadi perubahan
warna biru. Intensitas warna berbanding terbalik dengan konsentrasi hormon
kortisol. Jika didapatkan intensitas warna yang pekat (biru pekat) maka kosentrasi
hormon kortisol sedikit, sebaliknya jika intensitas warna terang maka jumlah
hormon kortisol lebih banyak. Setelah itu ditambahkan larutan penyetop untuk
menghentikan reaksi enzimatis (warna akan berubah menjadi kuning). Intensitas
warna yang terbentuk selanjutnya dibaca menggunakan ELISA reader pada
panjang gelombang 450 nm. Konsentrasi hormon kortisol selanjutnya dihitung
menggunakan program MPM 6. Prosedur pengukuran hormon kortisol secara
rinci dapat dilihat pada Lampiran 2.
2. Tingkah Laku Ikan Botia
Perubahan tingkah laku ikan botia yang diamati selama pemberian
perlakuan meliputi tingkah laku berenang dan mengenali pakan. Berikut kriteria
penjelasan tingkah laku ikan botia:
Tabel 4. Tingkah laku ikan botia yang diamati
Respons Tingkah Laku yang Diamati
Respons mengenali pakan
Respons reflek ikan
Respons berenang
Respons bergerombol

Deskripsi Respons
Ikan mendekati pakan yang diberikan
Ikan bergerak menghindar ketika akuarium
ditepuk-tepuk
Ikan berenang aktif di akuarium
Ikan berenang bergerombol di akuarium

8

Respons tingkah laku tersebut akan diberi skoring berupa tanda sebagai
berikut (Faridah 2010):
(-)
: tidak ada respons (< 20 % dari jumlah ikan uji)
(+)
: respons rendah (20 – 50 % dari jumlah ikan uji)
(++)
: respons sedang (50 – 70 % dari jumlah ikan uji)
(+++) : respons tinggi (> 70% dari jumlah ikan uji)
3. Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup merupakan persentase jumlah ikan yang hidup
dari total ikan yang dipelihara per perlakuan. Untuk mengetahui tingkat
kelangsungan hidup ikan pada penelitian ini, digunakan rumus sebagai berikut
(Goddard 1996):
N 
TKH   t  x 100% ......................................……….........................................(1)
 N0 
Keterangan :
TKH = tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = jumlah ikan pada akhir pengamatan
No = jumlah ikan pada awal pengamatan
4. Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian merupakan laju pertambahan bobot ikan dalam
persen dan dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut (Huisman 1987):
α

=[

-1] x 100.......................................................................................(2)

Keterangan:
α
= Laju pertumbuhan harian (%)
Wt
= Bobot rata-rata ikan ke-t (gram)
Wo
= Bobot rata-rata ikan ke-0 (gram)
t
= Lama pemeliharaan
5. Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan mutlak (PM) dihitung berdasarkan selisih bobot rata-rata akhir
(Wt) dengan bobot rata-rata awal (Wo) pemeliharaan, kemudian dibandingkan
dengan waktu pemeliharaan (t) dan dihitung menggunakan rumus (Effendie
1979). Pertumbuhan mutlak dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
.......................................................................................................(3)
Keterangan:
PM
= Pertumbuhan mutlak (gram/ekor/hari)
Wt
= Bobot rata-rata pada hari ke-t (gram)
Wo
= Bobot rata-rata saat tebar (gram)
6. Pertumbuhan Panjang
Pertumbuhan panjang merupakan gambaran dari pertumbuhan panjang total
dan standar rata-rata ikan yang dipelihara selama perlakuan. Panjang total adalah
jarak antara ujung kepala terdepan dengan ujung sirip ekor paling belakang,

9

sedangkan panjang standar adalah jarak antara ujung kepala dengan pangkal ekor.
Pengukuran ini menggunakan milimeter blok yang dilakukan setiap 14 hari sekali.
7. Pertumbuhan Panjang Mutlak
Panjang total dan panjang standar tubuh ikan diukur setiap 14 hari sekali
dengan menggunakan milimeter blok. Pertumbuhan panjang mutlak dihitung
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
.......................................................................................................(4)
Keterangan :
Pm
= Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Lt
= Panjang rata-rata akhir pemeliharaan (cm)
Lo
= Panjang rata-rata awal pemeliharaan (cm)
8. Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan menunjukkan seberapa banyak pakan yang dimanfaatkan
oleh ikan dari total pakan yang diberikan, dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut (Takeuchi 1988):
EP

=

x 100......................................................................(5)

Keterangan:
EP
= Efisiensi pakan (%)
Wt
= Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (g)
W0
= Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (g)
Wd
= Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (g)
F
= Jumlah pakan yang diberikan selama penelitian (g)
9. Jumlah Konsumsi Pakan
Jumlah konsumsi pakan (JKP) benih ikan botia diketahui dengan cara
menimbang jumlah pakan yang dimakan selama penelitian.
10. Kualitas Warna
Pengukuran warna dilakukan pada akhir pemeliharaan menggunakan
metode scoring dengan menentukan skala warna ikan uji berdasarkan standar
warna TCF dibandingkan warna pada ikan uji. Metode ini juga diterapkan pada
penelitian Prayogo et al. (2012), Indarti et al. (2012). Penetapan standar warna
dilakukan oleh 10 orang panelis untuk menghindari terjadinya bias dalam
melakukan penilaian. Panelis yang dipilih adalah panelis yang tidak buta warna.
Adapun penilaian warna pada ikan uji meliputi warna perut, sirip dada dan sirip
ekor. Berikut skala warna yang digunakan pada penelitian ini:

10

Tabel 5. Skala warna TCF yang digunakan
Skala Warna

Gambaran Warna

1
2
3
4
5

11. Keragaan Warna secara Visual
Keragaan warna diamati secara visual pada akhir pemeliharaan dengan
menggunakan kamera DSLR (Digital Single-Lens Reflex). Kemudian dianalisis
dengan metode konversi gradasi warna menurut skala dan persentase
menggunakan aplikasi Adobe Photoshop CS4 yang juga digunakan pada
penelitian Aslianti dan Afifah (2012). Pengamatan dilakukan terhadap 3 titik
meliputi warna perut, sirip dada dan sirip ekor dengan 3 kali ulangan per
perlakuan. Pengamatan keragaan warna secara visual dengan aplikasi Adobe
Photoshop CS4 terdapat pada Lampiran 3.
12. Jumlah Sel Kromatofor
Penghitungan sel kromatofor pada lapisan epidermis tubuh ikan dilakukan
pada awal dan akhir penelitian. Metode ini menggunakan teknik histologi dengan
pewarnaan Haematoksilin dan Eosin dengan 3 kali ulangan per perlakuan. Metode
ini juga diterapkan pada penelitian Sari et al. (2012), Tume et al. (2009).
Analisis Data
Performa pertumbuhan dan kelangsungan hidup (tingkat kelangsungan
hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan mutlak, pertumbuhan panjang
mutlak dan efisiensi pakan) dan kecerahan warna (keragaan warna secara visual
dan jumlah sel kromatofor) dilakukan uji statistik parametrik menggunakan
analisis sidik ragam (ANOVA) dengan program SPSS 22.0 dan diuji lanjut
dengan uji Tukey dengan selang kepercayaan 95%. Sedangkan pengamatan
kecerahan warna berupa skoring Toca Color Finder dilakukan uji statistik
nonparametrik menggunakan uji Kruskal-Wallis dengan program SPSS 22.0 dan
dilanjutkan uji Man-Whitney U dengan selang kepercayaan 95%. Data respons
fisiologis terhadap stres (konsentrasi kortisol dan tingkah laku), pertumbuhan
panjang, kualitas air dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar.

11

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini meliputi tiga parameter utama
yaitu respons fisiologis (kortisol, tingkah laku), performa pertumbuhan dan
kelangsungan hidup meliputi tingkat kelangsungan hidup (TKH), laju
pertumbuhan harian (LPH), pertumbuhan mutlak (PM), pertumbuhan panjang,
pertumbuhan panjang mutlak, efisiensi pakan (EP) serta parameter kualitas warna
(kualitas warna dengan Toca Color Finder (TCF), keragaan warna secara visual,
jumlah sel kromatofor).
Respons Fisiologis
Stres merupakan reaksi fisiologis untuk bertahan pada ikan terhadap
penyebab stres (stresor) yang muncul karena perubahan lingkungan. Respons
fisiologis terhadap stres pada ikan dapat dikategorikan ke dalam tiga tahap, yaitu:
respons stres primer, sekunder dan tersier. Menurut Iwama et al. (2005), respons
stres primer digambarkan berhubungan erat dengan respons neuroendokrin
melalui pelepasan hormon stres berupa katekolamin dan kortisol. Pada penelitian
ini dilakukan penghitungan konsentrasi kortisol pada akhir pemeliharaan (Tabel
6).
Tabel 6. Kisaran konsentrasi kortisol pada akhir pemeliharaan ikan botia C.
macracanthus Bleeker
Perlakuan
Kisaran Konsentrasi Kortisol (ng ml-1)
R
17.30–90.50
P
15.70–65.70
M
13.70–30.20
H
11.40–41.50
B
7.40–60.60
Keterangan: R: (kontrol negatif) cahaya ruang; P: (kontrol positif) LED putih; M: LED merah; H:
LED hijau; B: LED biru.

Konsentrasi kortisol pada akhir pemeliharaan berkisar 7.40–90.50 ng ml-1.
Kisaran konsentrasi kortisol terendah diperoleh pada perlakuan M (LED merah)
sebesar 13.70–30.20 ng ml-1 dan diikuti perlakuan H (LED hijau), B (LED biru)
dan P (kontrol positif dengan LED putih) sebesar 11.40-41.50 ng ml-1, 7.40-60.60
ng ml-1 dan 15.70-65.70 ng ml-1. Sedangkan kisaran konsentrasi kortisol tertinggi
diperoleh pada perlakuan R (kontrol negatif dengan cahaya ruang) sebesar 17.3090.50 ng ml-1. Kisaran konsentrasi kortisol yang rendah menggambarkan tingkat
keragaman benih ikan botia yang mengalami stres sedikit. Sebaliknya, kisaran
konsentrasi kortisol yang tinggi menggambarkan tingkat keragaman benih ikan
botia yang mengalami stres banyak. Kisaran konsentrasi kortisol perlakuan M
(LED merah) menggambarkan keragaman benih ikan botia yang mengalami stres
lebih sedikit dibandingkan perlakuan R (kontrol negatif dengan cahaya ruang).
Respons fisiologis terhadap perubahan tingkah laku merupakan bentuk
respons stres fisiologis tersier. Menurut Iwama et al. (2005), respons tersier
terlihat ketika ikan dan populasi mengalami perubahan dan berasosiasi dengan
stres. Respons tingkah laku yang diamati pada penelitian ini meliputi mengenali

12

pakan, reflek ikan, berenang dan bergerombol selama 56 hari pemeliharaan (Tabel
7).
Respons tingkah laku benih ikan botia memiliki peningkatan secara
bertahap. Pada hari pertama hingga hari ke sepuluh memiliki respons rendah
berupa mengenali pakan. Hal ini terlihat dari jumlah pakan yang dimakan juga
rendah. Namun, pada hari ke-11 hingga hari ke-20 terjadi peningkatan respons
mengenali pakan menjadi respons sedang. Hal ini diduga benih ikan botia mulai
beradaptasi terhadap perlakuan yang diberikan. Selain itu, jumlah pakan yang
dimakan mulai bertambah. Sedangkan pada hari ke-21 hingga 56 hari
pemeliharaan, respons tingkah laku menjadi tinggi baik itu respons mengenali
pakan di semua perlakuan. Pada tahapan ini, benih ikan botia diduga telah
beradaptasi dengan sempurna terhadap perlakuan yang diberikan. Untuk respons
reflek ikan, berenang dan bergerombong dari awal pemeliharaan hingga 56 hari
pemeliharaan, respons yang diberikan tinggi. Hal ini dikarenakan ikan botia
memiliki sifat yang agresif dan bergerak aktif.
Tabel 7. Respons tingkah laku benih ikan botia C. macracanthus Bleeker
Respons Tingkah Laku
Mengenali
Reflek
Berenang
Bergerombol
Pakan
Ikan
1 – 10
R
+
+++
+++
+++
P
+
+++
+++
+++
M
+
+++
+++
+++
H
+
+++
+++
+++
B
+
+++
+++
+++
11 - 20
R
++
+++
+++
+++
P
++
+++
+++
+++
M
++
+++
+++
+++
H
++
+++
+++
+++
B
++
+++
+++
+++
21-56
R
+++
+++
+++
+++
P
+++
+++
+++
+++
M
+++
+++
+++
+++
H
+++
+++
+++
+++
B
+++
+++
+++
+++
Keterangan: R: (kontrol negatif) cahaya ruang; P: (kontrol positif) LED putih; M: LED merah; H:
LED hijau; B: LED biru. (-): tidak ada respons; (+): respons rendah; (++): respons
sedang; (+++): respons tinggi
Hari
Ke-

Perlakuan

Menurut Iwama et al. (2005), respons ikan yang terkena stresor akan
mempengaruhi sel, organisme individual, hingga populasi. Sinyal yang paling
terlihat dari adanya stresor pada ikan berupa respons tingkah laku. Tingkah laku
menjadi bagian terpenting sebagai upaya bertahan hidup untuk mengembalikan
keadaan normal dalam waktu yang singkat. Ikan yang tidak mampu
mempertahankan respons fisiologis terhadap stres maka akan menurunkan
kelangsungan hidupnya. Jika dilihat dari respons tingkah laku pada awal
pemeliharaan yang rendah dan dibandingkan dengan persentase tingkat
kelangsungan hidup terlihat bahwa ada penurunan kelangsungan hidup pada
perlakuan kontrol negatif, LED hijau dan biru (Tabel 8).
Respons ikan yang terkena stresor akan berusaha membuat keadaan menjadi
homeostasis (Iwama et al. 2005). Pada awal pemeliharaan, ikan botia mengalami
respons tingkah laku yang rendah, kemudian respons tingkah laku ikan botia

13

meningkat seiring lama pemeliharaan. Ikan yang tidak mampu beradaptasi
terhadap stresor akan mengalami penurunan pertumbuhan (Iwama et al. 2005).
Hal ini terlihat pada pertumbuhan panjang total (Gambar 2) dan panjang standar
(Gambar 3) benih ikan botia selama 14 hari pertama (sampling ke-1) mengalami
pertumbuhan yang rendah. Pertumbuhan panjang total dan standar benih ikan
botia pada sampling ke-2 hingga akhir pemeliharaan mengalami peningkatan. Hal
ini diduga benih ikan botia telah mengalami adaptasi terhadap perlakuan yang
diberikan.
Performa Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup benih ikan botia pada penelitian ini sebesar
94.44±5.56% - 100±0.00% dan laju pertumbuhan harian sebesar 1.62±0.40% –
2.35±0.27% (Tabel 8). Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa
perlakuan spektrum cahaya LED tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
kelangsungan hidup (TKH) dan laju pertumbuhan harian (LPH) benih ikan botia
(p>0.05) (Lampiran 4 dan Lampiran 5). Kinerja pertumbuhan terbaik terdapat
pada perlakuan D dengan laju pertumbuhan mutlak (PM), efisiensi pakan (EP)
dan jumlah konsumsi pakan (JKP) yaitu 0.030±0.0.003 gr/ekor/hari, 2.90±0.15%
dan 293.97±8.27 g (p0.05) dengan perlakuan kontrol
positif (P), LED merah (M) dan LED biru (B).
Tabel 8. Data parameter pertumbuhan benih ikan botia C. macracanthus Bleeker
Parameter

R
94.44±5.56a
1.77±0.56 a
0.015±0.004 b

Perlakuan Spektrum LED
P
M
H
100±0.00 a
100±0.00 a
96.29±3.21 a
2.08±0.42 a
1.80±0.37 a
2.35±0.27 a
ab
ab
0.022±0.006
0.022±0.006
0.030±0.003 a

B
TKH (%)
98.15±3.21 a
LPH (%)
1.62±0.40 a
PM
0.019±0.004 ab
(g/ekor/hari)
EP (%)
1.24±0.06 c
1.87±0.68 bc
2.34±0.25 ab
2.90±0.15 a
1.70±0.08 bc
d
a
ab
bc
JKP (g)
268.78±7.62
315.23±8.04
312.25±4.18
293.97±8.27
291.07±6.20 c
Keterangan: R: (kontrol negatif) cahaya ruang; P: (kontrol positif) LED putih; M: LED merah; H:
LED hijau; B: LED biru. Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (uji lanjut Tukey; p

Dokumen yang terkait

Penelaahan Beberapa Karakteristik Biologi Populasi Ikan Botia (Botia macracanthus Bleeker) di Sungai Batanghari dan Sungai Kapuas

0 6 182

Pengaruh Pemberian Hormon LHRH-a Terhadap Perkembangan Diameter Telur Ikan Botia (Botia macracanthus Bleeker)

0 4 51

Struktur populasi dan sejarah kolonisasi ikan botia (Chromobotia macracanthus Bleeker) berdasarkan sequence (urutan basa) intron dari gen aldolase B

0 8 69

Penggunaan paparan medan listrik 10 volt dan salinitas 3 ppt terhadap kinerja produksi ikan botia Chromobotia macracanthus Bleeker dengan kepadatan berbeda

0 3 55

TAP.COM - MANIPULASI SPEKTRUM CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS ... 48 166 1 SM

0 0 11

RESPON PEMBERIAN DOSIS MINYAK SEREH (Cymbopogon citratus) UNTUK ANESTESI IKAN BOTIA (Chromobotia Macracanthus Bleeker) DENGAN METODE TRANSPORTASI TERTUTUP RESPONSE OF OIL LEMONGRASS (Cymbopogon citratus) FOR BOTIA FISH (Chromobotia Macracanthus Bleeker) A

0 0 6

PENINGKATAN TEKNIK PEMBENIHAN BUATAN IKAN HIAS BOTIA, Chromobotia macracanthus (Bleeker)

0 0 8

PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS BOTIA (Chromobotia macracanthus) MELALUI PENDEKATAN PADAT TEBAR DAN

0 0 11

Kajian Penggunaan Ciprofloxacin terhadap Hematologi Ikan Botia (Botia macracanthus, Bleeker) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

0 0 5

Keywords : Botia , marigold , carotenoids , feed PENDAHULUAN - PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG BUNGA MARIGOLD (Tagetas erecta) DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS WARNA BENIH IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus) - Repository UM Pontianak

0 1 10