Kesesuaian lahan dan perencanaan penggunaan lahan penggunaan lahan untuk pertanian di kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

KESESUAIAN LAHAN DAN PERENCANAAN
PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI KAWASAN
PESISIR KABUPATEN KULON PROGO, YOGYAKARTA

ARIF MARTONO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kesesuaian Lahan dan Perencanaan
Penggunaan Lahan untuk Pertanian di Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo,
Yogyakarta adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.


Bogor, Maret 2007

Arif Martono
NRP A-253050104

ABSTRACT
ARIF MARTONO. Land Suitability and Landuse Planning for Agriculture at
Coastal Area of Kulon Progo District, Yogyakarta. Supervised by SUWARDI and
DWI PUTRO TEJO BASKORO.
Kulon Progo district has very large of coastal area covering 14,579.79 ha or
about 25% of the total district area. The coastal soils are relatively fertile, so that
they area very potential for agricultural development. Along with the development
of the district area in the recent years, the coastal area is also developing very
fast. For anticipating the development of coastal area, and maintaining the
sustainability of the environment landuse planning must be arranged based on
land evaluation approach. The objectives of this research are to identify the
physical characteristic, financially farm enterprise of the coastal area and to
evaluate the suitability of that area for red chili, melon and watermelon cultivation.
The result showed that the area is dominated by flat to undulating area and
relatively fertile soils of Inceptisol, Alfisol, Mollisol and Vertisol. More than 75% of

32,442 households are farmers or farm workers. Red chili is the main commodity
at Temon, Wates and Panjatan Sub District, while melon and watermelon are the
main commodities at Galur Sub District. Land suitability analysis for three
commodities indicates that most of the land is classified as moderately suitable
(S2) with the limiting factor of over rainfall. Therefore, the arrangement of landuse
calendar and water management becomes keys for the successful farm
enterprise for red chili, melon, and water melon. Financial analysis showed that
farm enterprise for red chili, melon and watermelon are financially feasible.
Potential land for development of those commodities is 5,617.9 ha. Based on the
above analysis, the area development for red chili cultivation is directed at
Temon, Wates, Panjatan and part of Galur Sub Districts, especially on existing
landuse of grass, paddy field, dry land and shrub; where as the area
development for melon and watermelon cultivation is directed at Galur Sub
District, particularly on paddy field existing landuse.

ABSTRAK
ARIF MARTONO. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Penggunaan Lahan
untuk Pertanian di Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Dibimbing oleh SUWARDI dan DWI PUTRO TEJO BASKORO.
Kabupaten Kulon Progo memiliki kawasan pesisir sangat luas meliputi

14.579,79 ha atau sekitar 25% dari wilayah kabupaten. Kawasan pesisir tersebut
relatif subur sehingga sangat potensial untuk pengembangan pertanian. Seiring
dengan perkembangan wilayah, kawasan pesisir berkembang sangat pesat
dalam beberapa tahun terakhir ini. Untuk mengantisipasi perkembangan
kawasan pesisir, maka penataan lahan perlu dilakukan dengan pendekatan
evaluasi lahan sehingga pengembangannya sesuai dengan kemampuan lahan
dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi karakteristik fisik, finansial usaha tani dan mengevaluasi
kesesuaian lahan untuk pertanian khususnya tanaman cabai merah, melon dan
semangka. Hasil identifikasi karakteristik fisik menunjukkan bahwa daerah
penelitian bertopografi datar sampai berombak dengan kondisi tanah relatif subur
dengan order Inceptisol, Alfisol, Mollisol dan Vertisol. Sekitar 75% dari sebanyak
32.442 rumah tangga di kawasan ini berprofesi sebagai petani atau buruh tani.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa, cabai merah menjadi komoditas basis di
Kecamatan Temon, Wates dan Panjatan, sedangkan melon dan semangka
menjadi komoditas basis di Kecamatan Galur. Analisis kesesuaian lahan untuk
ketiga komoditas tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar lahan termasuk
sesuai (S2) dengan faktor pembatas utama kelebihan curah hujan tahunan. Oleh
karena itu pengaturan pola tanam dan manajemen air menjadi kunci pokok
suksesnya usaha tani cabai merah, melon dan semangka. Hasil analisis finansial

menunjukkan bahwa usaha tani cabai merah, melon dan semangka adalah layak
untuk diusahakan. Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan ketiga
komoditas tersebut adalah 5.617,9 ha. Berdasarkan berbagai hasil analisis
tersebut di atas maka pengembangan komoditas cabai merah diarahkan di
wilayah Kecamatan Temon, Wates, Panjatan dan sebagian Kecamatan Galur
pada existing landuse, rumput, sawah, ladang dan belukar; sedangkan
komoditas melon dan semangka diarahkan ke Kecamatan Galur terutama pada
existing landuse sawah.

KESESUAIAN LAHAN DAN PERENCANAAN
PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI KAWASAN
PESISIR KABUPATEN KULON PROGO, YOGYAKARTA

ARIF MARTONO

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Perencanaan Wilayah (PWL)


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis

: Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Penggunaan Lahan
untuk Pertanian di Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon
Progo, Yogyakarta

Nama

: Arif Martono

NIM

: A-253050104

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Suwardi, M.Agr.
Ketua

Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc.
Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi
Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr.

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

Tanggal Ujian: 2 Maret 2007


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas segala karunia dan hidayahNya, karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini mengambil
judul Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Pertanian
di Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Proses penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan dan
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis
menghaturkan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Bapak Dr.
Ir. Suwardi, M.Agr. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Dwi Putro
Tejo Baskoro, M.Sc. selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala motivasi,
arahan, dan bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hingga
penyelesaian tesis ini. Rasa terima kasih dan penghargaan juga penulis tujukan
kepada Pusbindiklatren Bappenas yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di Institut
Pertanian Bogor. Kepada keluarga, teman dan semua pihak yang telah
memberikan motivasi dan dukungan bagi kelancaran penulisan tesis ini, penulis
ucapkan terima kasih.
Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca.
Amin.


Bogor, Maret 2007

Arif Martono

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 5 Maret 1968 sebagai putra
ketujuh dari delapan bersaudara, pasangan Bapak Safuan dan Almh. Ibu
Rodjiyah. Menikah dengan Ernawati Purwaningsih dan telah dikarunia tiga orang
anak bernama; Muhammad Nadhif Akbari, Talitha Syifa Zayyana, dan Nasywa
Yumna Khairunnisa.
Pendidikan SD dan SMP diselesaikan di Yogyakarta, SMA di Bantul,
sedangkan pendidikan sarjana ditempuh pada Jurusan Geografi Manusia
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, lulus pada tahun 1996.
Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pada Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor diperoleh pada tahun 2005 dan diterima di Program Studi
Perencanaan Wilayah, melalui fasilitas beasiswa dari Pusat Pembinaan,
Pendidikan dan Pelatihan Perencana, Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Pusbindiklatren Bappenas).
Penulis sekarang bekerja sebagai staf di Bagian Pemerintahan, Sekretariat

Daerah Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta mulai tahun 2000. Pada tahun 1997
sampai dengan 2000 menjadi staf di Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah.

”M aka, sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu
ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu
ada kemudahan.”
(QS. Al-Insyirah: 5-6)

”Dan, barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah
niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan kemudahan
dalam urusannya.”
(QS. Ath-Thalaq: 4)

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………........
x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………….
xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………….........

xii
PENDAHULUAN …………………………………………………………………........
1
Latar Belakang ..............................................................................................
1
Identifikasi dan Perumusan Masalah ............................................................
3
Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………………
5
Kesesuaian Lahan ……………………………………………………………….
5
Kawasan Pesisir ………………………………………………………………….
7
Analisis Spasial …………………………………………………………………...
8
Sistem Informasi Geografi ............................................................................. 10
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 13
Kerangka Pendekatan Studi ......................................................................... 13

Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 14
Pengumpulan Data ....................................................................................... 14
Analisis Data ................................................................................................. 14
Identifikasi karakteristik fisik, ekonomi, sosial-budaya, dan pemanfaatan lahan ............................................................................................ 15
Analisis sektor basis wilayah .................................................................. 15
Analisis kesesuaian lahan ...................................................................... 18
Analisis usaha tani .................................................................................
19
Analisis perencanaan penggunaan lahan kawasan pesisir .................... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………………………. 22
Karakteristik Fisik ………………………………………………………………… 22
Geografis …………………………………………………………………….. 22
Iklim …………………………………………………………………………… 23
Hidrologi ………………………………………………………………………. 26
Topografi ……………………………………………………………………… 28
Tanah …………………………………………………………………………. 28
Satuan lahan …………………………………………………………………. 32
Perekonomian Wilayah ………………………………………………………….. 34
Sosial dan Budaya ……………………………………………………………….. 37
Kependudukan……………………………………………………………….. 37
Pendidikan ……………………………………………………………………. 38
Kesehatan ……………………………………………………………………. 39
Kebudayaan …………………………………………………………………. 40
Pemanfaatan Lahan ……………………………………………………………... 41
Analisis Sektor Basis Wilayah ………………………………………………….. 47
Analisis Kesesuaian Lahan ……………………………………………............. 50
Analisis spasial kesesuaian lahan …………………………………………. 51
Integrasi analisis spasial kesesuaian lahan dengan penggunaan lahan
saat ini …………………………………….................................................. 55
Analisis usaha tani ........................................................................................ 58
Komoditas tanaman cabai merah ........................................................... 58
Komoditas tanaman melon dan semangka ………………………............ 60
Perencanaan Penggunaan Lahan Kawasan Pesisir ……………………........ 62
KESIMPULAN DAN SAR AN …………………………………………………………. 66
Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 66
Saran ………………………………………………………………………........... 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 68

ix

DAFTAR TABEL
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Halaman
Luas wilayah, jumlah desa dan dukuh di daerah penelitian ...................
Rata-rata curah hujan bulanan menurut kecamatan di daerah
penelitian periode tahun 1994-2004 .......................................................
Jenis dan sifat tanah serta luasannya di daerah penelitian tahun 2003
Satuan lahan di daerah penelitian ..........................................................
Banyaknya rumah tangga dan penduduk di daerah penelitian tahun
2004 .......................................................................................................
Banyaknya kelompok tani, anggota kelompok tani dan petani/buruh
tani di daerah penelitian tahun 2004 ......................................................
Banyaknya sarana pendidikan di daerah penelitian tahun 2004 ............
Banyaknya sarana dan tenaga kesehatan di daerah penelitian tahun
2004 .......................................................................................................
Banyaknya perkumpulan seni musik di daerah penelitian .....................
Luas masing-masing jenis penggunaan lahan menurut kecamatan di
daerah penelitian tahun 2004 .................................................................
Rekapitulasi analisa LQ, LI dan SI untuk tanaman hortikultura dan
padi/palawija di daerah penelitian tahun 2004 .......................................
Luas kesesuaian lahan untuk tanaman cabai merah, melon dan
semangka menurut di daerah penelitian ................................................
Luas kesesuaian lahan tanaman cabai merah, melon dan semangka
menurut penggunaan lahan saat ini di daerah penelitian ......................
Luas penggunaan lahan saat ini menurut kecamatan di daerah penelitian ........................................................................................................
Luas existing areal tanam menurut kecamatan di daerah penelitian
tahun 2005 .............................................................................................
Integrasi rata-rata curah hujan dan pola tanam (crop calender) usaha
tani tahunan menurut jenis penggunaan lahan saat ini di daerah
penelitian ................................................................................................
Hasil perhitungan analisis finansial usaha tani cabai merah di daerah
penelitian ................................................................................................
Hasil perhitungan analisis finansial usaha tani melon di daerah penelitian ........................................................................................................
Hasil perhitungan analisis finansial usaha tani semangka di daerah
penelitian ................................................................................................

x

23
24
31
34
37
38
39
40
41
42
49
53
56
56
56
57
58
61
61

DAFTAR GAMBAR
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

Halaman
Kerangka pemikiran penelitian ...............................................................
Diagram alir tahapan penelitian .............................................................
Daerah penelitian ..................................................................................
Peta curah hujan rata-rata daerah penelitian .........................................
Peta pola drainase daerah penelitian .....................................................
Peta kelas lereng daerah penelitian .......................................................
Peta tanah daerah penelitian .................................................................
Peta satuan lahan daerah penelitian .....................................................
Peta jaringan jalan daerah penelitian .....................................................
Peta penggunaan lahan daerah penelitian ............................................
Tanaman cabai merah tumbuh subur di tanah Entisol ..........................
Hamparan tanaman cabai merah di lahan semula existing landuse
rumput ....................................................................................................
”Sumur renteng” di sela-sela tanaman cabai merah ..............................
Penyiraman langsung dari pipa paralon .................................................
Mesin diesel kapasitas 2 PK untuk memompa air tanah .......................
Pekerja perempuan melakukan penyiangan rumput ..............................
Tanaman semangka tumbuh subur di tanah Inceptisol .........................
Tanaman cabai merah dengan penyela tanaman terung ......................
Hasil panen cabai merah .......................................................................
Hasil panen semangka ...........................................................................
Lahan ”tidur” di daerah penelitian ..........................................................
Peta kesesuaian lahan tanaman cabai merah, melon dan semangka
daerah penelitian ....................................................................................
Peta perencanaan penggunaan lahan untuk pertanian di kawasan
pesisir Kabupaten Kulon Progo ..............................................................

xi

13
15
23
25
27
29
30
33
36
43
44
44
45
45
45
45
46
46
47
47
51
54
65

DAFTAR LAMPIRAN
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Halaman
Tabel kriteria kesesuaian untuk tanaman cabai merah .........................
Tabel kriteria kesesuaian untuk tanaman semangka ............................
Tabel analisis kesesuaian lahan untuk tanaman cabai merah masingmasing satuan lahan di daerah penelitian .............................................
Tabel analisis kesesuaian lahan untuk tanaman melon dan semangka
masing-masing satuan lahan di daerah penelitian ................................
Tabel analisis LQ, LI dan SI terhadap komoditas subsektor pertanian
tanaman sayuran dan buah semusim di daerah penelitian ...................
Tabel analisis LQ, LI dan SI terhadap komoditas subsektor pertanian
tanaman padi/palawija di daerah penelitian ..........................................
Tabel input dan output usaha tani komoditas cabai merah per 2.000
m 2 di daerah penelitian tahun 2006 (selama 6 bulan) dengan harga
Rp. 2.000,00/kg .....................................................................................
Tabel input dan output usaha tani komoditas cabai merah per 2.000
m 2 di daerah penelitian tahun 2006 (selama 6 bulan) dengan harga
Rp. 5.000,00/kg .....................................................................................
Tabel input dan output usaha tani komoditas cabai merah per 2.000
m 2 di daerah penelitian tahun 2006 (selama 6 bulan) dengan harga
Rp. 10.000,00/kg ...................................................................................
Tabel input dan output usaha tani komoditas melon per 2.000 m 2 di
daerah penelitian tahun 2006 (selama 4 bulan) dengan harga
Rp. 750,00/kg ........................................................................................
Tabel input dan output usaha tani komoditas melon per 2.000 m 2 di
daerah penelitian tahun 2006 (selama 4 bulan) dengan harga
Rp. 1.500,00/kg .....................................................................................
Tabel input dan output usaha tani komoditas melon per 2.000 m 2 di
daerah penelitian tahun 2006 (selama 4 bulan) dengan harga
Rp. 2.000,00/kg .....................................................................................
Tabel input dan output usaha tani komoditas semangka per 2.000 m 2
di daerah penelitian tahun 2006 (selama 4 bulan) dengan harga Rp.
500,00/kg ...............................................................................................
Tabel input dan output usaha tani komoditas semangka per 2.000 m 2
di daerah penelitian tahun 2006 (selama 4 bulan) dengan harga Rp.
1.000,00/kg ............................................................................................
Tabel input dan output usaha tani komoditas semangka per 2.000 m 2
di daerah penelitian tahun 2006 (selama 4 bulan) dengan harga Rp.
1.250,00/kg ............................................................................................
Kuesioner usaha tani komoditas cabai merah, melon dan semangka ..

xii

70
70
71
73
75
76
77
79
81
83
85
87
89
91
93
95

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan adalah suatu proses untuk meningkatkan taraf kehidupan
manusia melalui berbagai langkah dan interaksi baik antara manusia maupun
antara manusia dengan lingkungannya. Todaro (2000) menyatakan bahwa pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan proses
sosial, ekonomi, dan institusional, mencakup usaha-usaha untuk memperoleh
kehidupan yang lebih baik. Proses multidimensional karena tidak saja sasarannya yang mencakup ketiga proses tersebut, namun juga ketiganya secara bersama akan saling mempengaruhi satu sama lain.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah memiliki dua dimensi penting bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon
Progo dalam membangun daerah. Di satu sisi undang-undang tersebut berdimensi peluang, yaitu memberi kewenangan yang luas bagi daerah untuk menggali dan memberdayakan seluruh potensi yang ada di wilayahnya. Di sisi lain
undang-undang tersebut berdimensi tantangan, karena dibutuhkan kreativitas,
kerja keras dan “effort” yang tinggi untuk mengimplementasikannya, disamping
harus bersaing dengan daerah lainnya dalam memperebutkan investasi-investasi
yang diperlukan dalam pembangunan. Situasi ini telah mendorong Pemerintah
Daerah Kabupaten Kulon Progo terus berupaya menggerakkan seluruh kemampuan dan potensi sumberdaya yang dimilikinya, termasuk didalamnya sumberdaya pesisir.
Berdasarkan kondisi topografi wilayahnya yang cukup beragam mulai dari
wilayah perbukitan dengan lereng cukup curam hingga wilayah pesisir yang
memiliki lereng landai, maka strategi kebijakan pengembangan wilayah Kabupaten Kulon Progo dibagi dalam tiga zona. Zona utara, dengan topografi berbukit
dan sebagian besar wilayah berlereng curam diarahkan untuk kawasan konservasi dan budidaya terbatas. Zona tengah, dengan topografi relatif datar diarahkan untuk kawasan permukiman, budidaya (industri, perdagangan, jasa, pertanian), dan pemerintahan. Zona selatan, yang memiliki topografi wilayah dari datar
hingga landai, diarahkan untuk kawasan permukiman, budidaya (perikanan, pariwisata, jasa, dan pertanian), pemerintahan dan sebagian kawasan konservasi.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir pembangunan di zona selatan, dimana
sebagian wilayahnya berupa kawasan pesisir, menunjukkan perkembangan yang
cukup pesat. Dengan batasan pengertian bahwa yang dimaksud ”kawasan pesi-

2

sir” adalah wilayah dari titik pasang tertinggi air laut ke arah darat hingga batas
administratif kecamatan-kecamatan pesisir maka tidak kurang dari 85% wilayah
zona selatan ini termasuk dalam kawasan pesisir. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika strategi pembangunan yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten
Kulon Progo terutama diarahkan untuk pengembangan sektor perikanan, pertanian, dan pariwisata, mengingat potensinya yang cukup besar namun belum tergali
dan termanfaatkan secara optimal.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo menyadari bahwa kawasan
pesisir merupakan salah satu sumberdaya yang potensial dikembangkan untuk
kemajuan pembangunan daerah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dahuri et al.
(1996) bahwa wilayah pesisir merupakan lokasi yang strategis untuk kegiatan
berbagai sektor dalam bidang ekonomi antara lain seperti; pariwisata bahari, industri perkapalan, pelabuhan transportasi, perikanan budidaya dan tangkap, pertambangan, kawasan konservasi, dan lain sebagainya.
Beragamnya sumberdaya alam kawasan pesisir memberi daya tarik yang
besar untuk berbagai penggunaan oleh masyarakat yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi lingkungan ekologisnya. Selain itu ketersediaan sumberdaya kawasan pesisir juga sangat terbatas. Oleh karenanya diperlukan strategi pengelolaan yang tepat bagi kelestarian lingkungan hidup agar tercipta kemampuan yang
serasi dan seimbang untuk mendukung keberlanjutan kehidupan manusia.
Realitas kawasan pesisir yang demikian dinamis memerlukan suatu pengelolaan yang khusus dan terpadu dalam mengakomodasikan berbagai kepentingan stakeholders, sekaligus tetap terjaga dan terpeliharanya lingkungan ekosistem
wilayah secara berkelanjutan. Dengan demikian dalam penyusunan arahan pengembangannya perlu dirumuskan suatu rencana pengelolaan dengan pendekatan keruangan yang dapat mengakomodasikan kepentingan stakeholders.
Sebagaimana Ellsworth et al. (1997) yang menegaskan bahwa, sesungguhnya
pendekatan dalam perencanaan dan pengelolaan pesisir secara terpadu harus
melibatkan seluruh stakeholders, mulai dari pemerintah pusat hingga daerah termasuk masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.
Rencana pengelolaan kawasan pesisir muaranya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan sumberdaya dan ekosistem pesisir.
Harapan ini akan lebih realistis dan dapat dipertanggungjawabkan apabila dalam
penetapan pengembangan dan pengelolaan kawasan pesisir adalah berdasar-

3

kan “kesesuaian lahan”, yang dikaji secara ilmiah dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan dan dinamika masyarakat yang tinggal didalamnya.
Mengingat penduduk yang tinggal di kawasan pesisir ini sebagian besar
petani dengan usaha tani dominan adalah komoditas; cabai merah, melon dan
semangka, maka penelitian ini bertujuan membuat perencanaan ruang kawasan
pesisir Kabupaten Kulon Progo untuk pertanian dengan komoditas; cabai merah,
melon dan semangka.
Identifikasi dan Perumusan Masalah
Kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo mempunyai karakteristik khusus,
karena memiliki sumberdaya alam, aspek lingkungan dan budaya yang unik.
Karakteristik unik yang dimilikinya adalah; (1) bentuk lahan (landform) pesisirnya
relatif landai, (2) sebagian besar penduduk yang bermukim di kawasan pesisir
Kulon Progo adalah petani dan sedikit sekali yang berprofesi sebagai nelayan,
(3) sebagian kecil lahan kawasan pesisir telah dimanfaatkan untuk pertanian
dengan komoditas; cabai merah, melon dan semangka dan mampu menghasilkan panen sangat bagus, (4) air tanah relatif dangkal dengan kualitas baik (berasa tawar dan belum terjadi intrusi air laut), dan (5) terdapat lahan-lahan tidur
cukup luas yang belum termanfaatkan untuk berbagai penggunaan.
Kondisi di atas menunjukkan bahwa; (1) pertanian masih menjadi mata
pencaharian utama di kawasan pesisir, (2) perlunya analisis kesesuaian lahan
untuk pengembangan pertanian, (3) analisis finansial usaha tani diperlukan untuk
melihat kemampuan sektor pertanian sebagai sumber nafkah utama rumah
tangga petani, dan (4) perlu adanya arahan pengelolaan kawasan pesisir yang
ideal (mampu mempertemukan antara budaya masyarakat/stakeholders dengan
kemampuan dan status ekosistem sumberdaya secara ilmiah) sehingga dapat
meminimalisir pemanfaatan yang irasional dan tidak terkendali.
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang terdapat di wilayah
studi dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik fisik, finansial usaha tani dan pemanfaatan lahan
di kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo?
2. Apakah pemanfaatan ruang kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo saat ini
sudah sesuai dengan kesesuaian lahan untuk pertanian?
3. Strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam perencanaan penggunaan
lahan untuk pertanian di kawasan pesisir di Kabupaten Kulon Progo?

4

Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi karakteristik fisik, finansial usaha tani dan pemanfaatan
lahan di kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo.
2. Mengevaluasi kesesuaian lahan kawasan pesisir Kabupaten Kulon Progo
untuk pertanian, khususnya tanaman; cabai merah, melon dan semangka.
3. Memberikan alternatif perencanaan penggunaan lahan untuk pertanian di
kawasan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan.
Manfaat penelitian ini adalah diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
dan bahan pertimbangan dalam penyusunan ataupun penyempurnaan kebijakan
dan rencana strategis pemanfaatan lahan di kawasan pesisir Kabupaten Kulon
Progo.

TINJAUAN PUSTAKA
Kesesuaian Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya termasuk di dalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia, baik
pada masa lalu maupun masa sekarang (FAO, 1976).
Menurut FAO (1976) beberapa ahli mengemukakan bahwa istilah “capability” atau kemampuan dan “suitability” atau kesesuaian, merupakan dua istilah
yang mempunyai arti sama sehingga dapat saling menggantikan. Namun demikian, pengertian yang umum dianut dewasa ini adalah bahwa “kemampuan lahan” (land capability) berarti potensi lahan untuk penggunaan pertanian secara
umum, sedangkan istilah “kesesuaian lahan” (land suitability) berarti potensi lahan untuk penggunaan jenis tanaman tertentu. Dengan demikian “kesesuaian lahan” adalah kecocokan suatu lahan untuk tipe penggunaan lahan (jenis tanaman
dan tingkat pengelolaan) tertentu.
Kesesuaian lahan dilakukan untuk tujuan evaluasi lahan yaitu menentukan
nilai (kelas) suatu lahan untuk tujuan tertentu. Dalam kaitan ini FAO (1976)
menyatakan dalam evaluasi lahan perlu juga memperhatikan aspek ekonomi,
sosial, serta lingkungan dan berkaitan dengan perencanaan tata guna tanah.
Dalam tahapan evaluasi lahan, pertama harus ditetapkan tujuan yang jelas
mengapa evaluasi lahan itu dilakukan. Selanjutnya menentukan faktor-faktor
yang digunakan sebagai penciri, dimana faktor-faktor tersebut harus merupakan
sifat-sifat yang dapat diukur atau ditaksir dan erat hubungannya dengan tujuan
evaluasi. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan
kualitas lahan masing-masing satuan lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang akan diterapkan.
Pendekatan dalam evaluasi lahan dapat dilalukan melalui dua cara (FAO,
1976), yaitu:
1. Pendekatan dua tahap (two stage approach)
Tahap pertama dari pendekatan ini adalah merupakan evaluasi lahan
secara kualitatif, sedangkan tahap kedua (kadang-kadang tidak dilakukan)
terdiri dari analisa ekonomi dan sosial. Pendekatan dua tahap ini sering dilakukan untuk evaluasi perencanaan penggunaan lahan secara umum dalam
tingkat survai tinjau.

6

Klasifikasi kemampuan lahan dalam tahap pertama didasarkan pada
kecocokan lahan untuk penggunaan tertentu. Peranan analisa ekonomi dan
sosial dalam tahap ini terbatas pada pengecekan terhadap relevansi tipe
penggunaan lahan yang akan diterapkan. Setelah tahap pertama selesai dan
hasilnya disajikan dalam bentuk peta dan laporan, maka tahap kedua yaitu
analisa ekonomi dan sosial dapat dilakukan segera atau beberapa waktu
kemudian. Pendekatan dua tahap ini lebih sistematis karena memiliki kegiatan yang jelas terpisah. Survai tanah fisik dilakukan lebih dulu, baru kemudian survai dan analisa ekonomi-sosial, sehingga memungkinkan penjadwalan kegiatan dan penggunaan staf.
2. Pendekatan paralel (parallel approach)
Pendekatan paralel merekomendasikan analisa ekonomi dan sosial terhadap jenis penggunaan lahan yang direncanakan dilakukan secara bersamaan dengan analisa sifat-sifat fisik dan lingkungan dari lahan tersebut. Hasil
pendekatan ini biasanya memberi petunjuk mengenai modifikasi penggunaan
lahan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pendekatan paralel diharapkan dapat memberi hasil yang lebih tepat dalam waktu yang lebih
cepat. Cara ini memberi kemungkinan yang lebih baik untuk memusatkan
kegiatan survai dan pengumpulan data pada keterangan-keterangan yang
diperlukan untuk evaluasi.
Ada berbagai sistem evaluasi kesesuaian lahan yang umum dipakai, yaitu;
1. Sistem USDA atau sering juga dikenal sistem Klingebiel dan Montgomery
(1961) dimana dalam tingkat kelas, kemampuan lahan menunjukkan kesamaan besarnya faktor-faktor penghambat. Tanah (lahan) dikelompokkan ke dalam kelas I sampai kelas VIII, dimana semakin tinggi kelas berbanding lurus
dengan kualitas lahan yang semakin jelek. Ini berarti resiko kerusakan dan
besarnya faktor penghambat bertambah dan pilihan penggunaan lahan yang
dapat diterapkan semakin terbatas.
2. Sistem FAO (1976) membagi kesesuaian lahan menjadi 4 (empat) kategori,
yaitu; ordo, kelas, sub kelas, dan unit. Kesesuaian lahan tingkat ordo dan
kelas biasanya digunakan dalam pemetaan tanah tinjau, sub kelas untuk pemetaan tanah semi detail, dan unit biasanya digunakan untuk pemetaan
skala detail (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001).

7

Kawasan Pesisir
Berbagai pengertian dan batasan mengenai istilah “pesisir” telah dikemukakan oleh para ahli. Namun dari semua pendapat tersebut tidak ada yang dianggap paling benar, karena penggunaan pengertian dan batasan tersebut dapat
dianggap benar apabila sesuai dengan tujuan penelitian atau kajian yang akan
dilakukan.
Pengertian wilayah pesisir menurut Bakosurtanal (1990) dalam Sutikno
(1999) adalah suatu jalur saling pengaruh antara darat dan laut, yang memiliki
ciri geosfer yang khusus, ke arah darat dibatasi oleh pengaruh sifat fisik laut dan
sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah laut dibatasi oleh proses alami serta
akibat kegiatan manusia terhadap lingkungan di darat. Batas wilayah pesisir arah
ke daratan tersebut ditentukan oleh; (a) pengaruh sifat fisik air laut, yang ditentukan berdasarkan seberapa jauh pengaruh pasang air laut, seberapa jauh flora
yang suka akan air akibat pasang tumbuh (water loving vegetation) dan seberapa
jauh pengaruh air laut ke dalam air tanah tawar, dan (b) pengaruh kegiatan bahari (sosial), seberapa jauh konsentrasi ekonomi bahari (desa nelayan) sampai ke
arah daratan.
Menurut Aprilani (1986) dalam Pethic (1988) yang dimaksud dengan wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara daratan dan laut. Bird (1969) berpendapat bahwa wilayah pesisir adalah mintakat yang lebarnya bervariasi, yang
mencakup tepi laut (shore) yang meluas ke arah daratan hingga batas pengaruh
marine masih dirasakan. Apabila batasan yang dikemukakan Aprilani dan Bird
dipadukan maka mirip dengan pengertian pesisir yang dikemukakan oleh Bakosurtanal tersebut di atas.
Pandangan yang lebih moderat dikemukakan oleh Dahuri et al. (1996) bahwa batas wilayah pesisir umumnya berdasarkan tiga kriteria. Pertama, garis linier
secara arbitrer tegak lurus terhadap garis pantai (coastline atau shoreline).
Kedua, batas-batas administrasi dan hukum. Ketiga, karakteristik dan dinamika
ekologis (biofisik), yaitu atas dasar sebaran spasial dari karakteristik alamiah
(natural features) atau kesatuan proses-proses ekologis, seperti aliran air sungai,
migrasi biota, dan pasang surut. Contoh batas satuan pengelolaan wilayah pesisir menurut kriteria ketiga ini adalah batasan menurut daerah aliran sungai
(catchment area atau watershed).
Batas wilayah atas dasar kriteria ekologi, sekalipun dianggap mengikuti
kaidah-kaidah konservasi, tidak dapat diberlakukan. Akibatnya para perencana

8

dan pengelola cenderung memilih batasan wilayah pesisir menurut kriteria garis
lurus secara arbitrer dan administratif (Nugroho dan Dahuri, 2004). Contoh nyata
dari penerapan kriteria ini adalah Proyek MREP (Marine Resource Evaluation
and Planning atau Perencanaan dan Evaluasi Sumberdaya Kelautan) menetapkan batas ke arah laut suatu wilayah pesisir untuk keperluan praktis proyek
adalah sesuai dengan batas laut yang terdapat dalam peta Lingkungan Pantai
Indonesia (LPI) skala 1:50.000 yang telah diterbitkan Badan Koordinasi dan
Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), sedangkan batas ke arah darat mencakup
batas administratif seluruh desa pantai (Dahuri et al., 1996).
Lingkungan pesisir merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan,
karena daerah tersebut menjadi tempat bertemunya dua kekuatan, yaitu berasal
dari daratan dan dari laut. Perubahan lingkungan pesisir dapat terjadi secara
lambat hingga sangat cepat, tergantung pada imbang daya antara topografi,
batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasang surut dan angin. Perubahan lingkungan pesisir sangat bervariasi antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga kajian keruangan dari lingkungan pesisir diperlukan dalam rangka
pengelolaannya.
Lingkungan pesisir perlu dikelola dengan baik mengingat fungsinya dalam
kehidupan manusia sangat besar sejak jaman dahulu hingga jaman sekarang
bahkan di masa mendatang. Selanjutnya Sutikno (1999) menyatakan, berhubung
perubahan wilayah pesisir pasti terjadi maka dalam pemanfaatan pesisir sedapat
mungkin menyesuaikan dengan karakteristiknya. Pendekatan satuan lahan (land
unit) dapat diterapkan untuk identifikasi permasalahan lingkungan pesisir dan
mengevaluasinya.
Analisis Spasial
Pengertian analisa spasial dipahami secara berbeda antara ilmuwan geografi dengan ilmuwan berlatar belakang sosial (termasuk ekonomi). Perbedaan
keduanya bersumber dari perbedaan dalam dua hal, pertama perbedaan pengertian kata “spasial” atau ruang itu sendiri dan kedua perbedaan fokus kajiannya
(Rustiadi et al., 2005). Dari pandangan geografi, pengertian spasial adalah
pengertian yang bersifat rigid (kaku), yakni segala hal yang menyangkut lokasi
atau tempat. Definisi suatu “tempat” atau lokasi dalam sudut pandang geografis
sangat jelas, tegas dan lebih terukur karena setiap lokasi di atas permukaan
bumi dalam ilmu geografi dapat diukur secara kuantitatif. Fokus kajian para ahli

9

geografi tertuju pada cara mendeskripsikan fakta, atau dengan kata lain lebih
memfokuskan pada aspek “apa” (what), “bagaimana” (why), dan bahkan “dimana” (where) yang terjadi di atas permukaan bumi. Domain kajian ilmu geografi
lebih banyak menekankan pada bagaimana mendeskripsikan fenomena spasial,
oleh karenanya ilustrasi-ilustrasi spasial dengan “peta” yang memiliki akurasi
informasi spasial didalamnya sangat penting. Analisis mengenai pola-pola spasial (pemusatan, penyebaran, kompleksitas spasial, dan lainnya), kecenderungan
spasial, bentuk-bentuk dan struktur interaksi spasial secara deskriptif menjadi
kajian yang banyak mendapat perhatian ahli geografi. Semuanya dikaji tanpa
harus mendalami permasalahan sosial ekonomi yang ada di dalamnya.
Dalam kerangka konsep geografis, analisis spasial telah lama dikembangkan oleh para ahli geografi untuk memenuhi kebutuhan pemodelan dan analisa
data spasial. Bailey (1995) dalam Rustiadi et al. (2005) mendefinisikan analisis
spasial sebagai upaya memanipulasi data spasial ke dalam bentuk-bentuk dan
mengekstrak pengertian-pengertian tambahan sebagai hasilnya. Analisis data
spasial berbeda dengan spatial summarization of data. Spatial summarization of
data dilakukan untuk menciptakan fungsi dasar pengambilan informasi spasial
secara selektif di suatu areal dengan pendekatan komputasi, tabulasi atau pemetaan dari berbagai statistik informasi yang dimaksudkan.
Analisis spasial lebih terfokus pada kegiatan investigasi pola-pola dan berbagai atribut atau gambaran di dalam studi kewilayahan dan dengan menggunakan permodelan berbagai keterkaitan untuk meningkatkan pemahaman dan
prediksi atau peramalan. Lebih lanjut Haining (1995) dalam Rustiadi et al. (2005)
mendefinisikan analisis spasial sebagai sekumpulan teknik-teknik untuk pengaturan spasial dari kejadian-kejadian tersebut. Kejadian geografis (geographical
event) dapat berupa sekumpulan obyek-obyek titik, garis atau areal yang berlokasi di ruang geografis dimana melekat suatu gugus nilai-nilai atribut. Dengan
demikian analisis spasial membutuhkan informasi baik berupa nilai-nilai atribut
maupun lokasi-lokasi geografis obyek-obyek dimana atribut-atribut melekat di
dalamnya.
Berdasarkan proses pengumpulan informasi kuantitatif yang sistematis,
tujuan analisis spasial adalah:
1. mendeskripsikan kejadian-kejadian di dalam ruang geografis (termasuk deskripsi pola) secara cermat dan akurat.

10

2. menjelaskan secara sistematik pola kejadian dan asosiasi antar kejadian atau
obyek di dalam ruang, sebagai upaya meningkatkan pemahaman proses
yang menentukan distribusi kejadian yang terobservasi.
3. meningkatkan kemampuan melakukan prediksi atau pengendalian kejadiankejadian di dalam ruang geografis.
Berdasarkan atas aplikasinya, Fischer et al. (1996) dalam Rustiadi et al.
(2005) menyatakan bahwa model spasial digunakan untuk tiga tujuan, yaitu;
pertama, peramalan dan penyusunan skenario, kedua, analisis dampak terhadap
kebijakan, dan ketiga, adalah penyusunan kebijakan dan desain.
Data spasial atau data yang mempunyai referensi geografis, visualisasi
digunakan untuk membuktikan hipotesis-hipotesis mengenai pola atau pengelompokkan di dalam ruang geografis serta mengenai peranan lokasi terhadap
aktivitas manusia dan sistem lingkungannya (Mac Eachren, 1995 dalam Rustiadi
et al. 2005). Disamping perkembangan metode-metode analisis spasial, peranan
Sistim Informasi Geografis (SIG) di dalam visualisasi data spasial akhir-akhir ini
semakin signifikan. Menurut Getis (1995) dalam Rustiadi et al. (2005), tujuan
utama SIG adalah pengelolaan data spasial. SIG mengintegrasikan berbagai
aspek pengelolaan data spasial seperti pengolahan database, algoritma grafis,
interpolasi, zonasi, dan network analysis.
Sistim Informasi Geografi (SIG)
Sistim Informasi Geografis (SIG) mempunyai peran yang semakin penting
dalam berbagai aspek kehidupan dewasa ini. Melalui SIG berbagai macam
informasi dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisa serta dikaitkan dengan letaknya di muka bumi. Menurut Danudoro (2006) SIG tumbuh sebagai respon atas
kebutuhan akan pengelolaan data keruangan yang lebih efisien dan mampu
menyelesaikan masalah-masalah keruangan. Secara garis besar, perkembangan
SIG dipicu oleh setidak-tidaknya tiga hal utama, yaitu; (a) perkembangan teknologi komputer dan sistem informasi, (b) perkembangan metode analisis spasial di
bidang geografi dan ilmu keruangan lainnya, dan (c) tuntutan kebutuhan aplikasi
yang menginginkan kemampuan pemecahan masalah di bidang masing-masing,
yang terkait dengan aspek keruangan (spasial).
Pengertian SIG sendiri telah diuraikan oleh banyak ahli dan memiliki arti
yang relatif sama. Barus dan Wiradisastra (2000), menyatakan SIG adalah suatu
sistim informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi

11

spasial atau berkoordinat geografi. Dengan kata lain, suatu SIG adalah suatu
sistim basis data dengan kemampuan khusus untuk data yang bereferensi
spasial bersamaan dengan seperangkat operasi kerja. Sedangkan Aronoff (1989)
dalam Dulbahri (2003) menyebutkan bahwa SIG adalah sistim informasi yang
mendasarkan pada kerja dasar komputer yang mampu memasukkan, mengelola,
memanipulasi dan menganalisis data serta memberi uraian. Pernyataan Aronoff
sejalan dengan pernyataan Danudoro (2006) bahwa SIG adalah sebuah sistim
untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis, dan
penayangan data; yang mana data tersebut secara keruangan (spasial) terkait
dengan muka bumi.
Berdasarkan berbagai pengertian SIG, tercermin adanya pemrosesan data
keruangan dalam bentuk pemrosesan data numerik. Pemrosesan yang mendasarkan pada kerja mesin, dalam hal ini komputer yang mempunyai persyaratan
tertentu. Data sebagai masukan harus dalam bentuk numerik, artinya data masukan apapun bentuknya harus diubah menjadi angka digital, sedangkan data
lain adalah data atribut (Dulbahri, 2003).
Komponen utama SIG terbagi dalam empat kelompok yaitu perangkat
keras, perangkat lunak, organisasi (manajemen) dan pemakai. Porsi masingmasing komponen tersebut berbeda dari satu sistim ke sistim lainnya, tergantung
dari tujuan dibuatnya SIG (Barus dan Wiradisastra, 2000). Fasilitas perangkat
lunak SIG digital pada dasarnya dapat dirinci menjadi tiga sub sistem yang saling
terkait, yaitu; (1) sub sistem pemasukan data, (2) sub sistem pemrosesan data,
dan (3) sub sistem output data. Sementara itu, Chang (2002) membagi SIG ke
dalam komponen-komponen berikut; (a) sistem komputer meliputi perangkat keras dan sistem operasinya, (b) perangkat lunak SIG yang meliputi program dan
user interface untuk mengendalikan perangkat keras, (c) brainware untuk pengendalian aspek tujuan, manfaat, alasan dan justifikasi dalam penggunaan SIG,
dan (d) infrastruktur yang mencakup lingkungan fisik, organisasional, administratif, serta kultural untuk mendukung mendukung operasi SIG, yang juga meliputi ketrampilan, standarisasi, data clearinghouse, serta pola organisasional.
Salah satu isu utama dalam SIG adalah pemodelan spasial. Pemodelan
spasial digunakan untuk memodelkan dunia nyata (real world), dan hal ini dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah lingkungan atau kewilayahan. Danudoro
(2006) menyatakan terdapat lima macam model dalam SIG yang biasanya digunakan untuk pemodelan lingkungan dan kewilayahan, yaitu:

12

(1) Model biner, yang bertumpu pada logika biner (boolean logic) pada pengambilan keputusan masuk-tidaknya (atau memenuhi-tidaknya) suatu informasi digunakan pada tahap proses selanjutnya. Karena dasar pengambilan keputusan adalah logika biner (ya atau tidak), risiko kekeliruan pada penentuan
nilai/kondisi ambang (threshold) juga cukup tinggi. Model ini biasanya hanya
sesuai diterapkan pada skala kecil, di mana tidak tersedia cukup informasi
rinci sebagai dasar pengambilan keputusan. Model biner dapat diterapkan
dengan SIG vektor maupun raster,
(2) Model indeks, melibatkan penggunaan skor untuk setiap kategori yang berbeda dalam suatu peta tematik. Tumpangsusun peta-peta dengan model indeks biasanya akan melibatkan proses kalkulasi aritmetik, baik penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Indeks atau skor akhir yang dimiliki oleh satuan-satuan pemetaan baru pada peta turunan (peta baru) akan
menggambarkan kondisi atau performa gabungan dari berbagai kriteria, yang
dijadikan dasar pengambilan keputusan. Model ini dapat diterapkan pada SIG
vektor maupun raster,
(3) Model regresi, merupakan model yang memanfaatkan persamaan regresi
untuk mengubah nilai pada peta menjadi nilai baru yang menggambarkan
suatu kecenderungan (trend) fenomena tertentu. Model ini biasa diterapkan
pada SIG raster, di mana nilai piksel diubah melalui persamaan regresi, dan
peta raster berubah menjadi peta kuasi-kontinyu nilai kuantitatif,
(4) Model proses, adalah model yang menggunakan pengetahuan mengenai
proses lingkungan di dunia nyata ke dalam suatu himpunan persamaan untuk
mengkuantifikasi proses tersebut. Model ini lebih efektif dijalankan dalam
lingkungan SIG raster, khususnya apabila datanya bersifat kuasi-kontinyu,
dan
(5) Model jaringan, merupakan jenis pemodelan SIG yang hanya dapat dijalankan pada SIG vektor yang mempunyai struktur topologi (topological vector).
Struktur topologi dalam data vektor itu secara eksplisit menyatakan hubungan
antar-entitas spasial dalam peta; titik (point), garis (arc) dan area (polygon).

METODE PENELITIAN
Kerangka Pendekatan Studi
Penatagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaten Kulon Progo didasarkan pada karakteristik fisik, finansial usaha tani dan pemanfaatan saat ini. Karakteristik fisik adalah kondisi sumberdaya alam kawasan menurut parameter fisik
dan biotik yang berinteraksi satu sama lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia untuk kelangsungan hidupnya. Karakteristik finansial usaha tani adalah
kemampuan manusia dalam mengekspoitasi sumberdaya alam secara lestari
untuk pemanfaatannya yang berkelanjutan. Sedangkan pemanfaatan saat ini
adalah penggunaan lahan existing yaitu antara lain kegiatan; perikanan, pariwisata, pertanian, perdagangan/jasa, permukiman, dan sebagainya.
Selanjutnya dengan menggunakan kriteria kesesuaian lahan, dilakukan
analisis terhadap ketiga karakteristik untuk memberikan alternatif penggunaan
lahan kawasan pesisir untuk pertanian yang sesuai dengan kondisi sumberdaya
alam dan kebutuhan manusia dalam konteks pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Selengkapnya Gambar 1 menunjukkan pendekatan
yang digunakan dalam studi ini.

Kawasan Pesisir
Kabupaten Kulon Progo
Karakteristik
Fisik

Pemanfaatan/Penggunaan
Lahan Saat Ini

Karakteristik
Finansial
Usaha Tani

Kriteria Kesesuaian Lahan
Fisik dan Finansial Usaha Tani

Perencanaan Penggunaan
Lahan Kawasan Pesisir

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan “kesesuaian lahan”
dapat digunakan untuk membuat perencanaan penggunaan lahan untuk pertanian (khususnya komoditas hortikultura) di kawasan pesisir secara terpadu dan
berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan menjadi penting untuk

14

m