Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Fragmentasi Lahan Pertanian Di Kabupaten Bogor Bagian Barat

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN
FRAGMENTASI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN
BOGOR BAGIAN BARAT

ZULFA ANNIDA DINILLAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudulAnalisis Perubahan
Penggunaan Lahan Dan Fragmentasi Lahan Pertanian Di Kabupaten Bogor
Bagian Barat adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Zulfa Annida Dinillah
NIM A14100091

ABSTRAK
ZULFA ANNIDA DINILLAH. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan
Fragmentasi Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor Bagian Barat. Dibimbing oleh
SANTUN R.P SITORUS dan KHURSATUL MUNIBAH.
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu penyebab semakin tingginya
aktivitas manusia yang akan memicu laju perubahan penggunaan lahan dan
penyempitan lahan yang berasosiasi dengan fragmentasi lahan. Kabupaten Bogor
Bagian Barat merupakan Wilayah Pembangunan I Kabupaten Bogor yang
ditetapkan untuk pengembangan sektor pertanian. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengkaji perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian dan tingkat fragmentasi lahan pertanian. Penggunaan lahan di
Kabupaten Bogor bagian Barat khususnya pada Kecamatan Jasinga, Cigudeg,
Parung Panjang dan Tenjo pada tahun 2001 sebanyak 88.54% berupa lahan
pertanian yang terdiri dari sawah, kebun campuran, tegalan, hutan, dan

perkebunan. Pada tahun 2013 penggunaan lahan pertanian mengalami
pengurangan menjadi 85.37%. Terjadi penyusutan lahan pertanian sebesar 3.17%
selama periode 12 tahun. Perubahan penggunaan lahan didominasi oleh perubahan
lahan kebun campuran menjadi emplasemen. Hasil analisis tingkat fragmentasi
lahan pertanianmenggunakan patch analysismenunjukkan bahwa lahan pertanian
di Kecamatan Parung Panjang lebih terfragmentasi dibandingkan dengan tiga
kecamatan lainnya. Jarak yang relatif dekat antara Kecamatan Parung Panjang dan
Kota Tangerang yang sedang mengalami perkembangan pesat dalam sektor
permukiman menjadi salah satu penyebab banyaknya jumlah polygon (NumP) dan
kecilnyarata-rata luas polygon (MPS) di kecamatan tersebut. Rendahnya
parameter NumP dan tingginya parameter MPS di Kecamatan Jasinga
menunjukkan bahwa kecamatan tersebut mampu mempertahankan lahan
pertaniannya. Hasil analisis regresi menunjukkan perubahan penggunaan lahan
terjadi karena besarnya luas area lahan terbagun dan jarak ke pusat kota, pusat
desa atau kecamatan sedangkan fragmentasi lahan pertanian terjadi karena
kepadatan penduduk, jarak ke jalan tol, ukuran rumah dan pekarangan, harga
lahan non sawah jauh dari jalan dan jumlah KK.

Kata kunci : Analisis patch, Analisis regresi, Fragmentasi lahan, Jumlah poligon,
Rata-rata luas poligon


ABSTRACT
ZULFA ANNIDA DINILLAH. Analysis of Land Use Change and Land
Fragmentation in Western Part of Bogor Regency.Supervised by SANTUN R.P
SITORUS and KHURSATUL MUNIBAH.
Population growth often leads to activities that triggers land use change and
land fragmentation. Western part of Bogor Regency had been assigned for
agricultural development by government. This research aims to assess agricultural
land use change into non agricultural and agricultural land fragmentation level.
Land use in Western part of Bogor Regency especially in Kecamatan Jasinga,
Cigudeg, Parung Panjang, and Tenjo in 2001 was dominated by agricultural land
(88.54% of total area). In 2013, agricultural land in those kecamatans had
decreased into 85.37% that means that in the interval of 12 years, 3.17% of
agricultural land had already lost. Land use change from 2001 to 2013 was
dominated by mixed garden into emplasement. Based on patch analysis,
agricultural land in Kecamatan Parung Panjang was more fragmented than Jasinga,
Cigudeg, and Tenjo. Parung Panjang is located near Kota Tangerang which have
rapid development in settlements. In general, land fragmentation was showed by
NumP and MPS. Parung Panjang has high number of polygon (NumP) and low
mean patch size (MPS). On the contrary, Kecamatan Jasinga has low NumP and

high MPS which means the agricultural land in Kecamatan Jasinga is more
reserved. Regression analysis result showed that factors affecting land use change
are increasing of built-up area, distance to the nearby city, distance to highway,
housing size, non rice field land price, and number of household.

Keywords: Land Fragmentation, Mean Patch Size, Number of Polygon, Patch
Analysis, Regression Analysis

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN
FRAGMENTASI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN
BOGOR BAGIAN BARAT

ZULFA ANNIDA DINILLAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Fragmentasi Lahan
Pertanian Di Kabupaten Bogor Bagian Barat
Nama
: Zulfa Annida Dinillah
NIM
: A14100091

Disetujui oleh

Prof.Dr.Ir.Santun R P Sitorus
Pembimbing I

Dr. Khursatul Munibah
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.Tema
yang dipilih dalam penelitian ini adalah fragmentasi lahan dengan judul Analisis
Perubahan Penggunaan dan Fragmentasi Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor
Bagian Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Santun Sitorus selaku dosen
pembimbing yang senantiasa memberikan ilmu dan arahan, serta motivasi selama
masa penulisan karya ilmiah ini.Terima kasih kepada Dr Khursatul Munibah
selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas ilmu, bimbingan dan saran dalam
penyempurnaan penulisan skripsi.
Pada kesempatan ini, Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1.


2.
3.
4.

5.

6.
7.

Dyah Retno Panuju, S.P., M.Si dan Bambang Hendro Trisasongko, S.P.,
M.Sc selaku dosen pembimbing awal yang telah memberikan nasihat,
motivasi, saran, dan masukannya.
Dr Ir Widiatmaka, DAA selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan masukannya
Kedua orang tua tercinta, Oded M Danial dan Ibu Siti Muntamah yang telah
memberikan doa, motivasi, perhatian, pengorbanan, cinta, dan kasih sayang.
Instansi-instansi di Kabupaten Bogor, Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah (Bappeda), Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Dinas
Pertanian, Dinas Tata Ruang serta beberapa instansi lainnya yaitu Kecamatan

Cigudeg, Jasinga, Parung Panjang dan Tenjoatas kerjasama dalam
memberikan informasi dan data yang diperlukan.
Kepala desa, ketua RT, masyarakat Kecamatan Cigudeg, Jasinga, Parung
Panjang, dan Tenjo juga kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penelitian
ini atas kebersamaannya selama di lapangan, kerjasama, motivasi, dan
keterbukaannya dalam memberikan informasi dan data yang diperlukan.
Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan yang
telah memberikan ilmu, nasehat, dan kerjasamanya.
Sahabat Bangwilers yang telah banyak membantu dan saling memberikan
dukungan serta motivasi (Emi, Fia, Angel, Dwi, Aeni, Salimah, Andang,
Ardy) dan Edwina yang telah banyak membantu saat pengecekan ke lapang.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaatdan menambah wawasan pembaca.

Bogor, September 2015

Zulfa Annida Dinillah

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Lahan dan Penggunaan Lahan

2

Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan


3

Fragmentasi Lahan

4

METODE PENELITIAN

5

Lokasi dan Waktu Penelitian

5

Jenis Data,Sumber Data dan Alat

5

Analisis Data

6

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

13

Letak Geografis dan Batas Administrasi

13

Ketinggian dan Iklim

13

Kondisi Tanah

13

Kependudukan

14

Sarana dan Prasarana

14

Potensi Pengembangan

15

Fasilitas Sosial

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Penggunaan LahanEksisting

15

Perubahan Penggunaan Lahan

19

Analisis Tingkat Fragmentasi Lahan

25

Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan dan Fragmentasi
Lahan
29
SIMPULAN DAN SARAN

32

DAFTAR PUSTAKA

34

LAMPIRAN

36

RIWAYAT HIDUP

43

DAFTAR TABEL
1. Jenis data yang digunakan, teknik analisis, dan luaran yang

diharapkan ............................................................................................... 6
2. Variabel dalam regresi untuk perubahan penggunaan lahan ..................... 11
3. Variabel dalam regresi untuk fragmentasi lahan ....................................... 12
4. Hasil Interpretasi Penggunaan Lahan Eksisting di wilayah

Kabupaten Bogor bagian Barat pada Citra Landsat. ........................... 18
5. Matrik transisi perubahan penggunaan lahan di lokasi penelitian (ha) ..... 20
6. Hasil Selisih Patch Analysis Lahan Pertanian Tahun 2001-2013 ............. 25
7. Hasil Analisis Regresi Perubahan Penggunaan Lahan .............................. 30

DAFTAR GAMBAR
1. Peta Lokasi Penelitian Kabupaten Bogor bagian Barat
2. Bagan Alir Analisis Data Penggunaan Lahan
3. Sebaran Titik Sampel Pengecekan Lapang

4. Hasil Pengamatan Lapang Lahan Eksisting di Kabupaten Bogor bagian
Barat
5. Hasil Perubahan Penggunaan Lahan Periode 2001-2013
6. Grafik Konversi (a) Kebun Campuran, (b) Sawah, (c) Hutan,
(d) Perkebunan, (e) Tegalan, (f) Semak pada Penggunaan Lahan
Tahun 2001-2013
7. Grafik Perubahan Luas Penggunaan Lahan Tahun 2001-2013
8. Grafik Parameter Fragmentasi Class Area
9. Grafik Parameter Fragmentasi NumP
10. Grafik Parameter Fragmentasi MPS
11. Grafik Parameter Fragmentasi TE
12. Grafik Parameter Fragmentasi MSI

5
7
9
17
21

22
24
26
27
28
28
29

DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel Analisis Regresi Fragmentasi Lahan Pertanian Skala Desa

Tahun 2001 dan 2013

36

2. Tabel Analisis Regresi Fragmentasi Lahan Pertanian Skala Rukun

Tetangga Tahun 2001
3. Kuesioner untuk Analisis Fragmentasi Lahan Pertanian

36
38

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penduduk
perkotaan
dunia
tumbuh
pada
tingkat
yang
fenomenal.Tingginya harga lahan dan tingkat polusi mendorong masyarakat
memilih untuk tinggal di daerah pinggiran yang dinilai lebih nyaman. Terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan daerah pinggiran kota seperti :
(1) tersedianya fasilitas pelayanan transportasi yang memadai, (2) meningkatnya
taraf hidup masyarakat sehingga memungkinkan masyarakat lebih mendapatkan
rumah yang layak, dan (3) perpindahan dari pusat kota dan masuknya penduduk
baru ke pedesaan (Djaljoeni, 1992).
Data BPS tahun 2010 menyebutkan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun
(1980 – 1990) laju pertumbuhan penduduk Jakarta 2,42%, sedangkan wilayah
BOTABEKpertumbuhannya sebesar 6,16%, namun pada kurun waktu 1990 –
2000 laju pertumbuhan penduduk di Jakarta turun menjadi 0,16 per tahun, pada
kurun waktu 2000 – 2010 laju pertumbuhan penduduk Jakarta mencapai 1,40%
per tahun, sebaliknya laju pertumbuhan penduduk di wilayah BOTABEK (Bogor,
Tangerang, Bekasi) tetap tinggi. Seperti halnya Kabupaten Bogor, berdasarkan
hasil survei penduduk 2010 Kabupaten Bogor berpenduduk 4.770.744 jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bogor sebesar 3,61% per tahun.
Fenomena ini berbanding terbalik dengan jumlah ketersediaan lahan di Kabupaten
Bogor yang hanya memiliki luas wilayah 2.710,62 km2.
Tingginya aktivitas manusia sangat berpengaruh terhadap laju perubahan
penggunaan lahan dan penyempitan lahan yang berasosiasi terhadap tingkat
fragmentasi lahan (Kamusoko et al. 2007).Fenomena ini menyebabkan turunnya
pendapatan sektor pertanian dan meningkatkan pembangunan sektor infrastruktur
wilayah, sehingga dapat memicu konflik antar stakeholder di dalamnya (Sari et al.
2007) seperti ketidakmampuan petani untuk mempertahankan lahan akibat adanya
tekanan investor untuk membangun infrastruktur.Data Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Bogor (2011) menyebutkan, luas lahan sawah menurut
penggunaannya terus mengalami pengurangan tiap tahun akibat dari adanya alih
fungsi lahan.Pada tahun 2008 terdapat 48.849 ha lahan pertanian produktif,
berkurang menjadi 48.766 ha pada tahun 2009 dan 48.484 ha pada tahun 2010.
Berdasarkan data monografi Kecamatan Jasinga, Tenjo, Cigudeg dan Parung
panjang, jumlah luas lahan pertanian dari empat kecamatan tersebut adalah
7.691,37 ha dengan jumlah petani sebanyak 34.160 jiwa, maka setiap petani akan
memiliki lahan dengan luas rata-rata 0,22 ha. Dengan luas rata-rata tersebut,
petani tidak mampu mencapai tingkat hidup yang layak sebagaimana yang
diamanatkan UUPA Tahun 1960 bahwa luas minimum untuk mencapai tingkat
hidup yang layak adalah 2 ha.
Selain berpengaruh terhadap penyusutan kepemilikan lahan pertanian,
kondisi ini juga dapat memicu terjadinya fragmentasi lahan (Firman
2000)..Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini diharapkan mampu
menambah informasi mengenai dampak lain fragmentasi dalam kaitannya dengan
dinamika penggunaan lahan dan tingkatfragmentasi lahan.

2
Perumusan Masalah
Kabupaten Bogor bagian Barat merupakan Wilayah Pembangunan I
Kabupaten Bogor yang ditetapkan untuk pengembangan sektor pertanian.Seiring
dengan perumbuhan penduduk yang semakin meningkat sementara ketersediaan
lahan yang terbatasmengakibatkan meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke
lahan non pertanian.Hal ini terjadi karena semakin intensifnya aktivitas manusia
di suatu wilayah yang akan berdampak terhadap peningkatan perubahan
penggunaan lahan. Selain itu aktivitas manusia sangat mempengaruhi
penyempitan lahan dan perubahan struktur lanskap yang berasosiasi terhadap
tingkat fragmentasi lahan.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, disusun beberapa pertanyaan
penelitian yaitu:
1. Bagaimana penggunaan lahan eksisting dan perubahan penggunaan lahan
yang terjadi di lokasi penelitian?
2. Bagaimana tingkat fragmentasi lahan dalam kaitannya dengan dinamika
penggunaan lahan?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1) Mengkaji penggunaan lahan eksisting di Kabupaten Bogor Bagian Barat
2) Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan selama periode 2001-2013
3) Mengidentifikasitingkat fragmentasi lahan pertanian
4) Menganalisis faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan dan
fragmentasi lahan pertanian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi dan
masukan kepada pemerintah dan pihak lainnya yang berkepentingan dalam proses
pembangunan dan perencanaan wilayah di Kabupaten Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA
Lahan dan Penggunaan Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya (Sitorus 1989).Pengertian penggunaan lahan penting untuk
berbagai kegiatan perencanaan dan pengelolaan yang berhubungan dengan
permukaan bumi.Penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di
permukaan bumi, sedangkan penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan
manusia pada bidang lahan tertentu (Lillesand dan Kiefer 1994).
Penggunaan lahan seringkali ditelaah dalam konteks waktu. Kajian
perubahan penggunaan lahan di Indonesia telah banyak dilakukan, salah satunya

3
adalah penelitian yang dilakukan oleh Firman (1997) mengenai perubahan
penggunaan lahan dan perkembangan perkotaan di wilayah bagian utara Jawa
Barat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perubahan penggunaan lahan di
pinggiran kota-kota besar seperti Jakarta tidak dapat terelakan sehingga
diperlukan adanya penyusunan rencana tataruang yang berpedoman terhadap
kondisi sosial ekonomi dan lingkungan, termasuk memperhatikan pola perubahan
penggunaan lahan.
Perubahan lahan sebenarnya merupakan upaya manusia dalam interaksinya
dengan sumberdaya fisik lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
(Utoyo 2012).Fenomena kebutuhan terhadap lahan cenderung terus meningkat
yang merupakan resultan dari perkembangan ekonomi dan pertumbuhan
penduduk.Hampir semua aspek kehidupan dan pembangunan, baik langsung
maupun tidak langsung berkaitan dengan permasalahan lahan. Seiring dengan
terjadinya pertumbuhan wilayah, kebutuhan akan semberdaya lahan cenderung
meningkat. Sementara itu dilihat dari ketersediaannya dalam batas administratif
bersifat terbatas. Tingginya kebutuhan akan lahan di wilayah pinggiran, memicu
perubahan penggunaan lahan yang umumnya dari lahan pertanian ke lahan non
pertanian. salah satu jenis lahan yang meningkat dengan laju yang cukup tinggi
adalah permukiman. Lebih lanjut, Giyarsih (2001) menyatakan bahwa perubahan
lahan yang tinggi menunjukkan suatu wilayah pinggiran yang dinamis.
Irawan (2005) mennyebutkan bahwa terdapat tiga dampak yang akan terjadi
pada perubahan penggunaan lahan pertanian, yakni dampak yang bersifat
permanen, komulatif dan progresif. Dampak permanen yang ditimbulkan meliputi
permasalahan pangan dalam jangka waktu yang panjang meskipun konversi tidak
terjadi lagi. Dampak bersifat komulatif merupakan akumulasi dari hasil produksi
yang tiap tahun mengalami penurunan. Dampak bersifat progresif merupakan
peningkatan hilangnya produksi pangan dari tahun ke tahun yang semakin besar.
Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan
Menurut McNeil et al. (1998) beberapa faktor yang mendorong perubahan
penggunaan lahan adalah politik, ekonomi, demografi dan budaya. Irawan (2005)
berpendapat bahwa ada dua hal yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan
yaitu (1) sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu
lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut semakin kondusif
untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong
meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga
harga lahan disekitarnya meningkat, (2) peningkatan harga lahan selanjutnya
dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan.
Perubahan struktur ekonomi yang ditandai oleh perkembangan sektor
industri, meningkatnya aktivitas dan ragam spesialisasi di luar bidang pertanian
diduga akan mengakibatkan tekanan-tekanan terhadap lahan pertanian dan
memicu terjadinya pergeseran pola penggunaan lahan. Kondisi tersebut
mengakibatkan peranan sektor pertanian yang semula mendominasi perekonomian
wilayah, telah bergeser ke sektor industri, sehingga permintaan lahan meningkat
(Anwar 1994).

4
Grubler (1998) mengatakan bahwa ada tiga hal bagaimana teknologi
mempengaruhi pola penggunaan lahan.Pertama, perubahan teknologi telah
membawa perubahan dalam bidang pertanian melalui peningkatan produktivitas
lahan pertanian dan produktivitas tenaga kerja.Kedua, perubahan teknologi
transportasi meningkatkan efisiensi tenaga kerja, memberikan peluang dalam
meningkatkan urbanisasi daerah perkotaan.Ketiga, teknologi transportasi dapat
meningkatkan aksesibilitas pada suatu daerah. Dampak suatu kegiatan
pembangunan dibagi menjadi dampak fisik dan kimia seperti dampak terhadap
tanah, iklim mikro, pencemaran, dampak terhadap vegetasi (flora dan fauna),
dampak terhadap kesehatan lingkungan, dan dampak terhadap sosial ekonomi
yang meliputi cirri pemukiman, penduduk, pola lapangan pekerjaan, dan pola
pemanfaatan sumberdaya alam yang ada (Suratmo 1982).
Pertambahan jumlah penduduk berarti pertambahan terhadap kebutuhan
pangan yang dapat dihasilkan oleh sumberdaya lahan.Permintaan terhadap hasilhasil pertanian meningkat dengan adanya pertambahan penduduk.Demikian pula
yang terjadi pada hasil non pertanian seperti kebutuhan perumahan, sarana dan
prasarana wilayah.Peningkatan pertumbuhan penduduk dan peningkatan
kebutuhan material ini cenderung menyebabkan persaingan dalam penggunaan
lahan. Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaannya tidak dapat dihindari,
karena disebabkan oleh dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan
dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik (Mansuri
1996).
Fragmentasi Lahan
Fragmentasi perkotaan merupakan sebuah fenomena spasial hasil tindakan
memisahkan diri, terpecah dari, atau lepas dari struktur kota dan sistem kota
(Stella et al. 2005). Terdapat dua kelompok fragmentasi lahan yang dilihat dari
karakteristiknya menurut waktu, yakni (1) bersifat permanen yang disebabkan
karena adanya sistem bagi waris lahan dan jual beli lahan di kalangan
masyarakat.Adanya warisan, memberikan hak secara penuh kepada ahli waris
untuk mempertahankan lahan yang telah dimiliki atau melakukan aktivitas
tertentu terhadap lahannya, (2) bersifat sementara yang terjadi karena adanya
sewa-menyewa lahan, bagi hasil dan sistem gadai lahan pertanian. Dengan adanya
bagi hasil maka fragmentasi lahan pemilikan dan lahan garapan akan terjadi
perbedaan (Susanti et al. 2013).
Fragmentasi lahan garapan dialami oleh setiap lapisan petani yang
menambah lahan garapan melalui sewa, bagi hasil dengan dinas pertanian dan
pihak perhutani (Susantiet al. 2013). Tidak adanya pembatasan penjualan lahan
oleh komunitas menunjukkan bahwa sistem kepemilikan lahan bercorak
individual dapat memberikan kelonggaran terjadinya komersialisasi lahan
pertanian. Karena itu, lahan pertanian dapat diakses secara bebas oleh anggota
masyarakat. Dengan demikian, sebaran lahan pertanian itu dihasilkan oleh sistem
warisan dan komersialisasi lahan pertanian yang mencakup jual beli, sewa
menyewa, bagi hasil, dan gadai.
Menurut Binns dalam Hartvigsen (2014) menyatakan bahwa terdapat empat
alasan mendasar yang terkait dengan terjadinya fragmentasi lahan antara lain: (1)

5
kondisi alam atau bencana alam, (2) adanya aktivitas terkait pembangunan seperti
pembangunan jalan, kereta api, kanal, dan lain-lain; (3) kegiatan pertanian yang
berlebihan, (4) alasan yang tidak termasuk kedalam tiga alasan diatas.
Berdasarkan hasil penelitian Bereitsschaft et al. (2014), cepatnya laju
pertumbuhan kota menyebabkan tingkat fragmentasi lahan yang lebih tinggi
dibandingkan perdesaan. Tingginya fragmentasi lahan di perkotaan secara tidak
langsung akan mempengaruhi daerah disekitarnya yang di sebut dengan daerah
peri urban.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di empat kecamatan yang terletak di Kabupaten
Bogor Bagian Barat yaitu Kecamatan Cigudeg, Jasinga, Tenjo, dan Parung
Panjang. Analisis data dilakukan di Studio Divisi Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung mulai dari bulan Maret 2014
sampai dengan Desember 2014.Lokasi Penelitian ditunjukan pada Gambar 1.

Jenis Data,Sumber
Data dan
AlatBagian Barat
Gambar 1 Peta Lokasi
Penelitian Kabupaten
Bogor
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang
diperoleh dari hasil survei lapang secara langsung melalui pengamatan dan

6
wawancara kepada Sekretaris Desa atau Kepala Urusan Pemerintah serta
perwakilan tiga ketua RT untuk setiap desa. Data spasial yang digunakan berupa
peta dasar yaitu peta administrasi serta peta sungai dan jalan dengan skala
1:100.000. Selain itu, digunakan pula citra Landsat7 tahun 2001 dan Landsat 8
tahun 2013 yang diperoleh dari United States Geological Survey (USGS).
Peralatan yang digunakan untuk survei lapang adalah perangkat navigasi (Global
Positioning System, GPS), kamera digital, dan kuesioner. Jenis data yang
digunakan, teknik analisis dan luaran yang diharapkan menurut tujuan penelitian
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data yang digunakan, teknik analisis, dan luaran yang diharapkan
No

Tujuan Penelitian

Jenis Data

Teknik Analisis

1.

Mengkaji
penggunaan lahan
eksisting di
Kabupaten Bogor
bagian Barat

Landsat 8
2013, peta
administrasi

a) Data fusion, koreksi
geometri, digitasi,
klasifikasi visual
penggunaan lahan

2.

Mengidentifikasi
perubahan
penggunaan lahan
selama periode
2001-2013

Citra Landsat
7 2001 dan
Landsat 8
2013, peta
administrasi

a) Data fusion, koreksi
geometri, digitasi,
klasifikasi visual
penggunaan lahan
b) Validasi cek lapang

3.

Mengidentifikasi
tingkat fragmentasi
lahan

Peta
a) Analisis data spasial
penggunaan
dengan Patch
lahan tahun
Analysis
2001 dan 2013 b) kuesioner, survei dan
wawancara

4

Menganalisis faktor
penyebab terjadinya
fragmentasi dan
perubahan
penggunaan lahan

Data
kuesioner
skala desa dan
RT

a) Analisis multiple
regresion
b) Survei dan
wawancara

Luaran yang
Diharapkan
Penggunaan
lahan eksisting

Perubahan
penggunaan
lahan

Nilai indikator
fragmentasi
lahan

Faktor penyebab
terjadinya
perubahan
penggunaan
lahan

Analisis Data
Perubahan Penggunaan Lahan
Klasifikasi visual citra Landsat merupakan tahapan awal dalam
menganalisis perubahan penggunaan lahan untuk mendapatkan data penggunaan
lahan yang dibutuhkan.Gambar 2 menunjukan bagan alir tahapan analisis.Citra
Landsat memiliki resolusi yang rendah. Untuk mengatasi hal tersebut proses
pengolahan citra diawali dengan proses fusi data (data fusion) menggunakan
perangkat lunak ENVI 4.5. Metode ini digunakan untuk menggabungkan suatu
citra berspektral ganda (multispectral), yakni penggabungan dua citra landsat
beresolusi spasial rendah (landsat 7) dengan citra landsat beresolusi spasial tinggi
(landsat 8) sehingga akan menghasilkan citra landsat dengan tingkat resolusi
spasial yang lebih tinggi. Dalam proses pengerjaan fusi data menggunakan teknik

7
PC Spectral Sharpening agar dapat menghasilkan citra yang sama dengan citra
aslinya dan memiliki ketajaman warna yang jelas sehingga lebih memudahkan
dalam pengklasifikasian. Hasil fusi akan menunjukkan tampilan citra yang lebih
jelas. Hal ini terlihat pada perubahan resolusi spasial citra Landsat dimana resolusi
spasial citra sebelum dilakukan proses fusi adalah 30 m dan mengalami perubahan
menjadi 15 m setelah dilakukan proses fusi data.
Sebelum melakukan digitasi, data citra hasil fusi di koreksi secara
geometri agar memiliki sistem referensi dan acuan sistem koordinat yang sama.
Sistem proyeksi koordinat yang digunakan adalah system UTM dengan datum
WGS 84 zona 48S. Koreksi geometri dilakukan pada perangkat lunak ArcGIS 9.3
dengan menentukan titik Ground Control Point (GCP).
Selanjutnya citra Landsat didigitasi menggunakan perangkat lunak
ArcView GIS 3.2. Peta penggunaan lahan diperoleh dari hasil digitasi peta
administrasi Kabupaten Bogor dengan citra Landsat hasil fusi data dengan skala
kerja 1:25.000.Kemudian Google Earth digunakan untuk membantu interpretasi
penggunaan lahan pada tahun 2001.

Gambar 2.Bagan Alir Analisis Data Penggunaan Lahan
Menurut Lint dan Simonett dalam Sutanto (1986) terdapat sembilan unsur
interpretasi yakni : 1) rona ialah warna atau kecerahan relatif objek pada foto,
menunjukkan adanya tingkat keabuan yang teramati pada foto udara hitam putih,
2) warna dapat dipresentasikan terhadap tiga unsur yaitu hue, value, chroma, 3)
pola merupakan karakteristik makro yang digunakan untuk mendeskripsikan tata
ruang pada citra, 4) tekstur merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra foto
udara, 5) ukuran adalah pertimbangan bentuk objek sehubungan dengan bentuk
objek, 6) bentuk, merujuk pada konfigurasi umum suatu objek sebagaimana
terekam pada citra penginderaan jauh, 7) bayangan, berasosiasi dengan bentuk dan
tinggi objek, 8) Situs, menjelaskan tentang posisi muka bumi dan citra yang
diamati dalam kaitannya dengan kenampakan disekitarnya, 9) Asosiasi, menunjuk
suatu komunitas objekyang memiliki keseragaman tertentu atau beberapa objek
yang berdekatan secara erat dimana masing-masing membentuk keberadaan yang
lainnya. Klasifikasi penggunaan lahan dalam penelitian ini di bedakan atas
sepuluh jenis penggunaan lahan yaitu :

8
1. Badan Air
Badan Air merupakan semua kenampakan air yang berada disuatu wilayah
yang terdiri dari sungai, sempadan sungai, dan danau dengan bentuk
memanjang atau melebar, berwarna hitam dan biru dengan pola menyebar
(Menteri pekerjaan umum 2007).
2. Emplasemen
Areal dimana didirikan bangunan-bangunan yang berkenaan dengan usaha
bidang perkebunan, kehutanan, pertambangan atau pertanian seperti
gudang dan pabrik.
3. Perkebunan
Lahan yang digunakan untuk kegiatan pertanian tanpa pergantian tanaman
selama dua tahun.
4. Kebun Campuran
Bentuk budidaya pertanian lahan kering dengan komoditas yang beragam
(mixed farming) dan biasanya kebun campuran ditanami tanaman budidaya
dan pohon berkayu.Mayoritas kebun campuran tersebar di permukiman
tidak teratur.Kebun campuran diinterpretasikan dengan warna hijau
bercampur coklat, bertekstur kasar dengan pola menyebar (Sitorus 2012).
5. Tegalan
Area yang digunakan untuk kegiatan pertanian dengan jenis tanaman
selain padi, tidak memerlukan pengairan secara ekstensif, vegetasinya
bersifat artificial dan memerlukan campur tangan manusia untuk
menunjang kelangsungan hidupnya.Tegalan diinterpretasikan dengan
warna coklat bercampur hijau, dengan bentuk persegi panjang, bertekstur
agak halus dan memiliki pola berkelompok.
6. Semak
Lahan kering yang ditumbuhi berbagai vegetasi alamiah homogeny dengan
tingkat kerapatan jarang hingga rapat didominasi vegetasi rendah
(alamiah)
7. Sawah
Menurut SNI (2010) sawah merupakan areal pertanian yang digenangi air
atau diberi air, baik dengan teknologi pengairan, tadah hujan maupun
pasang surut.Areal pertanian dicirikan oleh pola pematang, dengan
ditanami jenis tanaman pangan berumur pendek (padi).Sawah
diinterpretasikan dengan warna hijau muda, dengan bentuk persegi
panjang, bertekstur halus dan memiliki pola berkelompok (Sitorus 2012).
8. Permukiman
Areal atau lahan yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan orang.
Permukiman dinterpretasikan dengan warna merah, merah muda, orange
cerah (Sitorus 2012)
9. Hutan
Suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam
hayati yang didominasi jenis pepohonan dalam persekutuan dengan
lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan (UU No.
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan)
10. Galian C

9
Menurut Undang-undang No.11 tahun 1967 bahan tambang golongan C
merupakan bahan tidak strategis dan tidak vital. Bahan tambang yang
merupakan golongan C meliputi asbes, talk, mika, grafit, magnesit, batu
permata, batu setengah permata, batu apung, pasir kuarsa, kaolin, gips,
marmer, batu tulis, batu kapur, dan kalsit.
Pengecekan lapang
Pengecekan ke lapang dilakukan untuk mengamati secara langsung kondisi
aktual di lapang sehingga hasil interpretasi yang telah dilakukan memiliki tingkat
akurasi yang lebih tinggi.Perangkat yang digunakan dalam tahapan ini adalah GPS,
kamera digital dan kuesioner yang disebar kepada beberapa responden.Responden
merupakan perangkat desa dan ketua RT di setiap desa.Lokasi pengecekan lapang
terletak di Kabupaten Bogor Barat tepatnya di Kecamatan Cigudeg, Jasinga, Tenjo
dan Parung Panjang.Gambar 3 menyajikan sebaran titik sampel pengecekan
lapangan.

Gambar 3.Sebaran Titik Sampel Pengecekan Lapang
Pengambilan titik sampel dilapang untuk Desa, kuesioner disebar keseluruh
kantor desa di setiap kecamatan, selanjutnya diambil tiga titik sampel untuk
perwakilan Ketua RT di setiap desa dengan mempertimbangkan jarak terdekat,
sedang dan terjauh dari kantor desa atau kelurahan, sehingga titik sampel yang
diambil untuk masing-masing desa sebanyak empat titik. Jumlah titik sampling
dalam penelitian ini sebanyak 168 titik.

10
Analisis fragmentasi lahan dengan Patch Analysis
Menurut Elkie et al. dalam Gunawan (2013) menyebutkan bahwa program
Patch Analysis yang kompatibel dengan Arview 3.x cukup handal untuk
menghitung statistik fragmentasi, karena merupakan modifikasi dari program
Fragstats dan dapat digunakan untuk menghitung statistik spasial, baik file
poligon (seperti shape file) maupun file raster (seperti Arc grids).
Sebelum melakukan analisis fragmentasi lahan, hasil interpretasi
penggunaan lahan pada citra dikelompokan menjadi dua bagian yaitu lahan
pertanian dan lahan non pertanian, sehingga didapatkan dua kategori dalam
analisis fragmentasi lahan yaitu analisis fragmentasi untuk lahan pertanian dan
analisis fragmentasi untuk lahan non pertanian.
Penggunaan lahan yang merupakan lahan pertanian dalam penelitian ini
adalah sawah, kebun campuran, perkebunan, hutan dan tegalan sedangkan
penggunaan lahan non pertanian adalah permukiman, emplasemen, galian C,
semak, dan badan air.
Terdapat beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui tingkat
fragmentasi lahan yaitu Mean Shape index (indeks rata-rata), Shannon’s Diversity
Index (indeks Shannon untuk keanekaragaman patch), Shannon’s Evennes Index
(indeks Shannon untuk keseragaman patch), Number of Patch (total jumlah patch),
Mean Patch Size (ukuran rata-rata luas kelas penggunaan), dan Total Edge
(ukuran panjang total tepi).
Analisis faktor penyebab fragmentasi dan perubahanpenggunaanlahan
Analisis ini menggunakan analisis regresi yang berarti peramalan teknik
statistik (alat analisis) hubungan yang digunakan untuk meramalkan atau
memperkirakan nilai dari satu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang
lain melalui persamaan garis regresi. Terdapat dua bentuk regresi yaitu regresi
linear, yang memperlihatkan data berada pada suatu garis lurus (linear) dan regresi
nonlinear, yaitu regresi yang memperlihatkan data yang ada tidak dapat
dinyatakan pada suatu garis lurus (Hasan 2004).
Regresi linier berganda merupakan suatu analisis yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara satu variabel respon dengan lebih dari satu variabel
prediktor (Draper et al.1992).Menurut Sembiring (1995) analisis regresi berganda
digunakan untuk membuat model pendugaan terhadap nilai suatu parameter dari
parameter – parameter (variabel penjelas) yang diamati. Model yang dihasilkan
dapat digunakan sebagai penduga yang baik jika asumsi– asumsi berikut dapat
dipenuhi:
1. E (ei) = 0, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, ..., n, artinya rata – rata galat
adalah 0.
2. Kov (ei, ej) = 0, i ≠ j, artinya kovarian (Ei, Ej) = 0, dengan kata lain
tidak ada auto korelasi antara galat satu dengan yang lain.
3. Var (ei2) = σ2, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, ...,n, artinya setiap galat
memiliki varian yang sama.
4. Kov (ei, x1i) = kov (ei, x2i) = 0, artinya kovarian setiap galat memiliki
varian yang sama setiap variabel bebas tercakup dalam persamaan linier
berganda.

11
5. Tidak ada multikolinearitas, artinya tidak ada hubungan linier yang
eksak antara variabel – variabel penjelas, atau variabel penjelas harus
saling bebas.
6. ei ≈ N (0;σ), kesalahan penganggu menyebar normal dengan rata – rata
nol dan varian σ2
Persamaan (model) yang dihasilkan adalah
Y = A0 + A1X1 + A2X2 + A3X3 + ... + AnXn
Dimana :
Y = dependent variable (variabel yang diduga)
X = independent variable (variabel penduga)
A = koefisien regresi
Metode Foreward Stepwise Regression merupakan metode yang mengaitkan
lebih dulu antara Y dengan X.. yang memiliki nilai R2 paling besar kemudian
langkah berikutnya menambahkan X.. (lain) yang memiliki korelasi parsial paling
besar dan akan berhenti bila ditambahkan lagi X.. lain yang tidak menambah nilai
R2 nya. Variabel yang digunakan dalam analisis regresi untuk perubahan
penggunaan lahan tertera pada Tabel 2 dan untuk fragmentasi lahan tertera pada
Tabel 3.
Tabel 2 Variabel dalam regresi untuk perubahan penggunaan lahan
Peubah tujuan (variabel Y)
Perubahan luas lahan
pertanian menjadi lahan
terbangun

Peubah Penduga (variabel x)
(X1) Kepadatan Penduduk
(X2) Persentase petani
(X3) Presentase non petani
(X4) Perkiraan pertumbuhan penduduk(orang)
(X5) Luas absentee (%)
(X6) Harga sawah dekat jalan
(X7) Harga sawah jauh dari jalan
(X8) Harga non sawah dekat jalan
(X9) Harga non sawah jauh dari jalan
(X10) Ukuran sawah (m2)
(X11) Jarak ke jalan tol
(X12) Jarak ke kota desa/kec
(X13) Jarak ke kota/kab
(X14) Kemudahan akses
(X15) Jumlah rumah yang tumbuh
(X16) Persentase luas rumah yangtumbuh
(X17) Luas lahan terbangun (ha)
(X18) Luas lahan pertanian (ha)
(X19) Luas rumah yang tumbuh (ha)
(X20) Luas Industri yang tumbuh (ha)

12
Tabel 3 Variabel dalam regresi untuk fragmentasi lahan
Peubah tujuan (variabel Y)
Desa
RT
Nilai NumP
Nilai NumP
2001
2001
Nilai NumP
Nilai NumP
2013
2013

Sumber
Keterangan

Peubah penduga (variabel X)
Desa
RT
1. Luas perubahan
1. Pertumbuhan warga
lahan (ha)
2. Kepadatan
2. Perkiraan
Penduduk
pertumbuhan(KK)
3.
Jumlah
anak(anak)
3. Jumlah anak(anak)
4. Jumlah KK
4. Persentase petani
5. Persentase petani
5. Persentase non petani
6. Presentase non
6. Persentase sawah milik
Petani
penduduk asli (%)
7. Jumlah Kel. Tani
7. Persentase sawah milik
prov lain (%)
8. Ukuran rumah
8. Persentase sawah milik
PT (%)
9. Ukuran rumah dan
9. Persentase
pekarangan
penggarap(%)
10. Luas absentee (%) 10. Luas garap(m2)
11. Total PBB (Rp)
11. Luas milik (m2) garap
sendiri
12. Peningkatan pajak 12. Persentse lahan sawah
(%)
absentee
13. Jumlah transaksi
13. Ukuran rumah
14. Harga sawah dekat 14. Ukuran rumah dan
jalan
pekarangan
15. Harga sawah jauh 15. Ukuran sawah
dari jalan
16. Harga non sawah
16. Jarak ke jalan tol(km)
dekat jalan
17. Harga non sawah
17. Jarak ke kantor
jauh dari jalan
desa(km)
18. Ukuran sawah
19. Jarak ke jalan tol
20. Jarak ke kota
desa/kec
21. Jarak ke kota/kab
22. Kemudahan akses
: Hasil perhitungan fragmentasi
: PTN (lahan pertanian)
RT (Rukun Tetangga)

13

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis dan Batas Administrasi
Wilayah Kabupaten Bogor bagian Barat secara geografis terletak pada posisi
6019’00” – 6047’00” Lintang selatan dan 106021’00” – 107013’00” Bujur Timur,
dengan luas wilayah 128,750 hektar yang terdiri dari tiga belas kecamatan dan
180 desa dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tangerang
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bogor bagian Tengah
Pembangunan wilayah barat meliputi tiga belas kecamatan yaitu Kecamatan
Jasinga, Parung Panjang, Tenjo, Cigudeg, Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang,
Leuwisadeng, Tenjolaya, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan dan Kecamatan
Rumpin. Pembangunan wilayah tengah meliputi dua puluh kecamatan, yaitu
Kecamatan Gunung Sindur, Parung, Ciseeng, Kemang, Rancabungur, Bojong
Gede, Tajurhalang, Cibinong, Sukaraja, Dramaga, Cijeruk, Cigombong, Caringin,
Ciawi, Megamendung, Cisarua, Citeureup, Babakan Madang, Ciomas, dan
Kecamatan Tamansari. Pembangunan di wilayah timur meliputi tujuh kecamatan,
yaitu Kecamatan Gunung Putri, Cileungsi, Klapanunggal, Jonggol, Sukamakmur,
Tanjungsari dan Kecamatan Cariu.
Ketinggian dan Iklim
Kabupaten Bogor memiliki tipe morfologi wilayah yang sangat bervariasi,
dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian
selatan, yaitu sekitar 29.28% berada pada ketinggian 15-100 mdpl, 42.62% berada
pada ketinggian 100 - 500 mdpl, 19.53% berada pada ketinggian 200 - 1000 mdpl,
8.43% berada pada ketinggian 1,000 – 2,000 mdpl dan 0.22% berada pada
ketinggian 2,000 – 2,500 mdpl.
Secara klimatologi, wilayah Kabupaten Bogor termasuk dalam iklim tropis
sangat basah di bagian Selatan dan iklim tropis basah di bagian Utara, dengan
rata-rata curah hujan tahunan 2,500-5,000 mm/tahun.
Suhu rata-rata 20º - 30ºC, dengan rata-rata tahunan 25ºC, kelembaban
udara 70% dan kecepatan angin cukup rendah dengan rata-rata 1.2 m/detik dengan
evaporasi di daerah terbuka rata – rata sebesar 146.2 mm/bulan (BPS Kab Bogor
2013).
Kondisi Tanah
Berdasarkan Peta Tanah Bogor, Kabupaten Bogor bagian Barat terdapat 15
macam tanah, dengan macam tanah dominan adalaha podsolik dan latosol, serta
Satuan Peta Tanah (SPT) Asosiasi dan Kompleks, tergantung pada lereng, bahan
induk dan iklim yang bervariasi.
Latosol, tanah yang memiliki solum yang dalam, kadar fraksi liat agak
tinggi sampai tinggi, warna coklat sampai merah kekuningan, tekstur halus,

14
struktur rendah, konsistensi gembur, permeabilitas dan drainase sedang sampai
agak cepat. Tanah latosol bereaksi agak masam sampai masam, kadar zat
organiknya dan zat hara tanaman rendah sampai agak tinggi.
Podsolik merah kuning, tanah yang memiliki sedikit kandungan organik
pada lapisan atas, pada lapisan bawah terdapat penimbunan liat, struktur gumpal
atau gumpal bersudut, solum tanah sedang sampai agak dangkal, bahaninduk batu
liat bercampur bahan volkan bersusunan andesit. Permeabilitas sedang sampai
agak lambat, drainase sedang, kadar bahan organik dan zat hara tanaman rendah.
Kependudukan
Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2012 berdasarkan estimasi
data Badan Pusat Statistik (BPS) berjumlah 5.077.210 jiwa (angka sementara)
yang terdiri dari penduduk laki-laki 2.604.873 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan 2.472.337 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bogor pada
tahun 2012 sebesar 3.15%.. Data sex rasio penduduk Kabupaten Bogor adalah
sebesar 106, artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 106 laki-laki. Hampir di
semua kecamatan di Kabupaten Bogor memiliki sex rasio di atas 100, yang berarti
berlaku umum bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan
jumlah penduduk perempuan.
Sarana dan Prasarana
Listrik
Sarana energi listrik yang dilakukan dengan pemasangan jaringan listrik
PLN telah menjangkau hampir seluruh wilayah Kabupaten Bogor
Air Bersih
Kabupaten Bogor memiliki Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk
melayani kebutuhan air bersih masyarakat
yaitu PDAM Tirta
Kahuripan.Berdasarkan Masterplan SPAM Kabupaten Bogor tahun 2008, Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) yang beroperasi di Kabupaten Bogor dapat di
klasifikasikan meliputi SPAM Perkotaan dan SPAM Perdesaan dimana keduanya
terdiri dari sistem perpipaan dan non perpipaan.Ketersediaan air bersih merupakan
salah satu prasyarat bagi terwujudnya permukiman yang sehat dan bagi
kepentingan pengembangan investasi, terutama pertanian dan industri
(pabrik).Adapun pelayanan air bersih rumah tangga baru mencapai 56.86% dari
total penduduk Kabupaten Bogor. Cakupan tersebut merupakan gabungan dengan
pelayanan air bersih yang dilakukan oleh PDAM di 80 desa/kelurahan di 19
kecamatan yang memiliki kapasitas produksi sebesar 2.098,5 liter/detik.
Sementara pelayanan air bersih di luar PDAM, yaitu melalui penyediaan sarana
prasarana air bersih perdesaan oleh pemerintah, cakupan pelayanannya hanya
mengalami peningkatan 1% - 2% pertahun.
Transportasi
Sarana transportasi sangat mendukung pada kelancaran aktifitas industri,
perdagangan, dan pemerintahan. Untuk transportasi darat, Kabupaten Bogor
memiliki jaringan jalan sepanjang 1.748,195 km, sedangkan jalan nasional

15
memiliki panjang 121,190 km dan jalan propinsi dengan panjang 126,380 km.
Kondisi jalan kabupaten sendiri telah beraspal. Selain prasarana jalan, Kabupaten
Bogor juga dilayani sistem jaringan rel kereta api yang menghubungkan
Kabupaten Bogor dengan Kota Jakarta untuk wilayah utara dan Kota Sukabumi
untuk wilayah selatan. Dengan adanya jaringan rel tersebut, maka Kereta Api
telah menjadi modal penting dalam pergerakan penduduk terutama bagi para
komuter menuju Jakarta, untuk mendukung transportasi perkereta apian,
Kabupaten Bogor memiliki dua stasiun kereta api yang terletak di Cilebut dan
Bojong Gede.
Potensi Pengembangan
Komoditas unggulan untuk usaha sektor tanaman pangan dan hortikultura
adalah Talas Bogor, Nanas Gati, Pisang Rajabulu dan Manggis Raya.Keempat
komoditas tersebut varietasnya telah dilepas atau dirilis oleh pusat kajian buah
tropika (PKBT-IPB) menjadi komoditas unggulan khas Kabupaten
Bogor.Komoditas lapangan usaha penggalian dan pertambangan pada umumnya
sudah banyak diusahakan dengan pangsa pasar tersendiri, namun demikian
terdapat komoditas yang menjadi unggulan antara lain emas, perak serta andesit,
tanah liat, dan batu kapur yang merupakan bahan galian konstruksi
Fasilitas Sosial
Fasilitas pendidikan di Kabupaten Bogor tersebar dalam tiga wilayah
pembangunan, yaitu Barat, Timur, dan Tengah, terdiri dari 1.678 Sekolah Dasar
yang meliputi, 1.553 Sekolah Dasar Negeri dan 125 Sekolah Dasar Swasta.
Adapun Sekolah Lanjutan Tingkat Atas terdiri dari 154 yang diantaranya 34 SLTS
Negeri dan 110 SLTA Swasta.
Sarana kesehatan Kabupaten Bogor yang ada saat ini diantaranya adalah
14 unit Rumah Sakit, 1023 Praktek Dokter Umum, 198 Unit dokter spesialis, 202
Unit Praktek Dokter Gigi, 101 Unit Puskesmas dan 84 Puskesmas Pembantu.
Polisi Resor (Polres) Bogor yang merupakan satuan keamanan di
Kabupaten Bogor saat ini mencapai 1727 personil dari 28 jajaran Polisi Sektor
(Polsek) dan 10 Polsek yang membawahi 2 kecamatan. Adapun 10 Polsek yang
meliputi 2 kecamatan ini dibantu oleh 24 Pos Polisi (Pospol) yang dibagi menjadi
2, yaitu 7 Pospol untuk membantu Polsek yang meliputi 2 kecamatan dan 17
Pospol yang terbentuk karena lokasi rawan kriminalitas dan lalu lintas.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan LahanEksisting
Interpretasi Visual PenggunaanLahan Eksistingmelalui Citra Landsat7 dan
Landsat8
Faktor fisik yang mempengaruhi penggunaan dan penutupan lahan adalah
faktor-faktor yang terkait dengan kesesuaian lahannya.Terdapat sepuluh jenis

16
penggunaan lahan yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu Sawah (SWH),Hutan
(HTN), Perkebunan (KBN), Kebun campuran (KBC), Tegalan (TGL),
Permukiman (PMK), Badan air (AIR), Emplasemen (EMP), Galian C (gal-c),
Semak (SMK).Selanjutnya hasil interpretasi penggunaan lahan pada citra
disesuaikan dengan kondisi aktual di lapang.Penggunaan lahan tahun 2001 secara
spasial disajikan pada Gambar 4.
Dalam identifikasi penggunaan lahan dengan citra landsat, selain beberapa
unsur yang digunakan sebagai dasar analisis, juga diperhatikan beberapa faktor
penutup lahan seperti jenis vegetasi, keadaan air genangan, dan tanah terbuka.
Setiap faktor akan memberikan reflektansi yang berbeda dan dapat berpengaruh
terhadap kenampakan objek tersebut (Wahyunto et al., 1993).
Penggunaan lahan eksisting di daerah Kabupaten Bogor bagian Barat
khususnya di Kecamatan Jasinga, Cigudeg, Tenjo dan Parung panjang masih
didominasi oleh penggunaan lahan kebun campuran yang hampir tersebar
diseluruh kecamatan (Tabel 4).Selanjutnya lahan terluas kedua setelah kebun
campuran adalah penggunaan lahan perkebunan yang terletak di dua kecamatan
yaitu Kecamatan Cigudeg dan Kecamatan Jasinga.Wilayah Jasinga merupakan
pusat wilayah pertanian dan perkebunan, sebagian besar masyarakatnya
menggantungkan diri pada sektor ini.Jenis tanaman yang dibudidayakan adalah
karet (Desa Setu, Pangradin, Sipak, Koleang, dan Desa Cikopomayak), kelapa
sawit (Desa Cimaraca), dan teh (Desa Pasirmadang dan Cileuksa).

17

18
Tabel 4 Hasil Interpretasi Penggunaan Lahan Eksisting di wilayahKabupaten
Bogor bagian Barat pada Citra Landsat.
No

1

Simbol

swh

Penggunaan
lahan

Sawah

2

tgl

Tegalan

3

kbn

Perkebunan

4

pmk

Permukiman

5

smk

Semak

6

kbc

Kebun
campuran

Ciri-ciri yang dapat
dikenali
Petakan hampir
seragam dibatasi oleh
pematang. Rona
gelap/tergenang.
Rona agak
terang/bera. Pola
petak-petak, tekstur
seragam
Petakan bervariasi.
Rona dan warna
bervariasi. Batas
petakan dicirikan
dengan tanaman
tahunan
Ukuran cukup luas.
Rona gelap sampai
terang. Warna coklat
tua bergaris-garis
hijau tua. Tekstur
agak kasar. Pola
kotak-kotak agak
memanjang dengan
jaringan jalan cukup
luas
Ukuran bervariasi.
Rona agak terang.
Tekstur agak kasar.
Pola persegi dengan
jaringan jalan yang
jelas/tegas
Ukuran sangat
bervariasi. Rona agak
gelap sampai agak
terang. Warna sangat
bervariasi dan
beragam. Pola sangat
beragam. Tekstur
agak kasar
Ukuran bervariasi.
Rona hijau dan agak
gelap. Pola tidak
teratur. Tekstur
sedang-halus

Tingkat
kemudahan/kesulitan

Luas
ha

%

Sangat mudah
dibedakan dan
diidentifikasi

7689.76

16.51

Cukup sulit
dibedakan karena
mempunyai ciri yang
sangat bervariasi

1680.23

3.61

Mudah diidentifikasi
karena mempunyai
ciri yang khas

8238.99

17.69

Sangat mudah
dibatasi dan
diidentifikasi

4405.11

9.46

Agak sulit dibedakan
dengan penggunaan
lahan yang lain

57.09

0.12

Mudah diidentifikasi
dan dibedakan

18027.12

38.70

19

Tabel 4 (Lanjutan)

7

air

Badan air

8

emp

Emplaseme
n

9

htn

Hutan

Rona biru tua-hitam
dan gelap. Pola tidak
teratur. Tekstur halus
Ukuran bervariasi
namun cenderung
lebih besar dari
permukiman.
Teksturnya kasar,
Rona agak terang
Ukuran cukup
luas.Rona hijau dan
gelap. Pola tidak
teratur. Tekstur kasar

Sangat mudah
diidentifikasi dan
dibedakan karena
memiliki ciri yang
khas

123.75

0.27

Sangat mudah
diidentifikasi dan
dibedakan karena
memiliki cirri yang
khas

2093.73

4.49

Mudah diidentifikasi
dan dibedakan

4129.41

8.86

140.28

0.3

Sangat mudah
diidentifikasi dan
dibedakan karena
10 gal-c
Galian C
memiliki
kenampakan yang
khas
Keterangan : Interpretasi menggunakan Lillesand et al. (1994)
Ukuran agak luas.
Ronanya gelap, hitam
atau abu. Teksturnya
kasar

Perubahan Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan pada tahun 2001 didominasi oleh penggunaan lahan
untuk kebun campuran yakni dengan persentase sebesar 40.14% dan perkebunan
sebesar 17.91% (Tabel 5). Perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada tahun
2013 tidak terlihat begitu signifikan dari tahun 2001.Penggunaan lahan untuk
kebun campuran dan perkebunan masih mendominasi dibandingkan penggunaan
lahan lainnya (Tabel 5).Luas lahan pertanian terbesar secara umum terletak di
Kecamatan Cigudeg dan Kecamatan Jasinga, sedangkan luas lahan terbangun
terpusat di Kecamatan Parung Panjang.
Perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama kurun waktu dua belas
tahun antara tahun 2001 dan tahun 2013 cukup menyebar.Hampir seluruh
penggunaan lahan yang terdapat di empat kecamatan tersebut terjadi perubahan
penggunaan lahan, terutama yang banyak terjadi pada perubahan penggunaan
lahan pertanian menj