3.2.3. Cover Both Side
Harian ini dalam pemberitaannya sering tidak berimbang cover both side ketika memberitakan keistimewaan DIY.
Keseimbangan berita dapat berupa keseimbangan dalam satu tulisan berita yang dimuat oleh dua pihak yang bertentangan. Dengan demikian
pembaca memperoleh kelengkapan berita dalam satu rangkaian tulisan. Namun juga dapat terjadi keseimbangan itu berupa dua tulisan opini dalam
satu terbitan yang sama, memiliki cara pandang berlawanan, sehingga pembaca memperoleh wawasan yang lebih luas mengenasi satu masalah.
Dalam hal Kompas melakukan cover one side, St. Sularto mengatakan
”
Pertimbangan Kompas menetapkan berita utama dan bukan berita utama didasarkan atas prinsip-prinsip elementer sebuah berita 5 W,
1 H dengan tetap mempertimbangkan faktor S security di zaman Orde Baru dulu tanpa sadar menjadi bagian dari cara kerja Kompas,
sebaliknya dalam era reformasi diterjemahkan secara cerdas sebagai bagian dari realisasi tanggung jawabnya sebagai pendidik
masyarakat, yang tidak secara langsung pula mengantisipasi perkembangan era reformasi di mana setiap orang gampang
mensomasi yang bisa merecoki berkepanjangan, karena itu tanpa sadar pertimbangan faktor cover both sides pun ke cover all sides
pun menjadi car kerja Kompas. Berita yang menarik dari faktor eksklusitas dan kecepatan, tetapi belum dijamin dalam hal prinsip
dan pertimbangan-pertimbangan di atas tidak serta merta dijadikan berita utama, apalagi yang sumber-sumbernya tidak akurat dan
mencela nama baik orang. Kompas memegang teguh prinsip yang disampaikan oleh para pendiri, yakni kritik dengan penuh pengertian
with understanding, tidak ada malaikat di dunia ini no angel in the world, tegas dalam perkara lentur dalam cara menyampaikan
fortiter in re suaviter in modo dengan menempatkan penghargaan kemanusiaan sebagai nilai utama—prinsip-prinsip utama dalam cara
bermedia Kompas menjadi pelengkap prinsip-prinsip elementer sebuah berita, terutama dalam hal menempatkan suatu berita utama
di sesi pertama”.
Mengenai opini dari luar redaksi yang dimuat Kompas, St Sularto mengatakan
”.................didasarkan atas pemilihan cara penulisan berita, penempatan bahkan dalam artikel-artikel penulis luar yang dimuat.
Kompas berpendapat, selain faktor-faktor elementer tentang keistimewaan Yogyakarta yang berbeda dengan keistimewaan
93
daerah lain Aceh, DKI, Papua, juga faktor masih ada pekerjaan mendesak untuk praksis pemerintahan saat ini daripada menambah
kerumitan masalah mendasar negeri ini, dalam hal penegakan hukum, pemberantasan korupsi, mengatasi kemiskinan, lapangan
kerja, dll, daripada memberikan payung hukum yang sebenarnya tidak begitu perlu dibandingkan dengan seabrek persoalan besar
lainnya. Bersikukuh dengan memberikan payung hukum yang dirasakan masyarakat Yogyakarta terutama memasung
keistimewaannya, tidak memilik faktor urgensi dari persoalan- persoalan bangsa saat ini. Manfaatnya akan lebih besar daripada
mudaratnya kalau keistimewaan dipertahankan dengan salah satu konsekuensi hukumnya penetapan daripada mengurangi bobot
keistimewaan dengan konsekuensinya pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Apakah Kompas tidak mempertimbangkan
konsekuensi negatif misalnya figur-figur kapasitas keraton saat ini? Tentu saja jadi pertimbangan. Tetapi Kompas percaya, masyarakat
Yogyakarta cerdas untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian di saat-saat yang tepat tanpa dilukai rasa harga dirinya apalagi
kemudian timbul dugaan kepentingan-kepentingan pragmatis politik
saat ini
.
3.2.4. Tajuk Rencana