HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Ekspektasi Terhadap Sistem Penilaian Pendidikan.

Berkenaan dengan sistem penilaian ini seorang informan menuturkan panjang lebar: Dalam prakteknya pendidikan dasar dan menengah kita masih tampak adanya ke- inginan untuk mengejar prestasi secara kelem bagaan, bukan prest asi siswa. Untuk mengejar ambisi kelembagaan ini banyak sekolah tidak segan-segan untuk melaku kan rekayasa-rekayasa tertentu. Tidak mendorong siswa untuk giat belajar tetapi melakukan permainan-permainan tertentu. Fenomena itu justru banyak dilakukan sekolah-sekolah bonafit yang memiliki nama baik di masyarakat. Di lain pihak, stagnasi inovasi pendidikan dasar dan menengah diwarnai dengan bermunculannya sekolah-sekolah baru dengan inovasi baru yang mencoba memadukan potensi anak yang disebut dengan sekolah-sekolah terpadu, khusus- nya lembaga pendidikan tersebut adalah lembaga pendidikan swasta. Sekolah- sekolah ini menunjukkan kecenderungan lebih baik, lebih segar dan menjunjungi idealisme pendidikan yang tinggi. Kecenderungan lainnya, hampir sekolah di level dasar dan menengah kit a

menciptakan siswa yang instan yang ditandai oleh beberapa hal, antara lain: siswa harus menguasai begitu banyak materi pelajaran (Matematika, IPA, IPS dan sebagainya, terutama materi untuk Ujian Akhir Nasional/UAN). Akibatnya, siswa tidak memiliki alokasi yang cukup memadai untuk mengembangkan potensi lainnya di luar potensi ilmu pengetahuan tersebut, seperti seni, olahraga, organisasi dan lain-lainnya. Dampak selanjutnya, potensi-potensi tersebut mati dengan sendirinya. Ini sebuah harga mahal yang tidak tergantikan dengan apapun. Dari sisi proses tidak fair, seperti permainan nilai, tidak meluluskan sebagai momok sekolah, tidak meluluskan siswa menjadi beban karena khawatir tidak ada peminat untuk tahun ajaran berikutnya. (M. Fajar Pramono, September 2014) Mengaitkan dengan sistem penilaian ini

salah seorang informan mengatakan dengan mengkaitkan masalah penerimaan siswa baru yaitu:

Yang banyak dibicarakan orang-orang kecil sekarang terutama menyangkut proses penerimaan siswa baru pak. Sekarang dalam penerimaan siswa baru banyak sekolah yang tidak jujur, hanya yang punya uang saja yang bisa sekolah sesuai dengan keinginannya. Sementara yang tidak punya uang terpaksa sekolah yang tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Seperti saya ini tidak bisa menyekolahkan anak disekolah yang saya inginkan. Soal penilaian secara umum, bagi saya belum kepikiran sampai disana. Memang saya dengar-dengar cara mencari nilai ujian macam-macam. Katanya turun- turunan melalui hp dan semacamnya. Menurut saya itu jelek harus dihindari wong sekolah biar pintar dan jujur kok. (Udin, September 2014) Proses evaluasi pendidikan kita menurut

penuturan tersebut di atas sejak awal seorang siswa masuk sekolah menunjukkan kenyataan yang memprihatinkan. Disinyalir proses seleksi tidak seperti dahulu, siapa yang nilainya bagus dapat lolos, sedangkan siapa yang nilainya jelek tidak lolos masuk sekolah tertentu. Sekarang, nuansa tidak fair dengan memainkan jual-beli

1070 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 7, Nomor 1, Juni 2015, hlm. 1043-1124

nilai atau kompensasi materi tertentu sangat terbuka. Apalagi ada instrumen pendidikan yang memungkinkan itu dapat dan boleh dilakukan.

Pada akhirnya ketika siswa-siswa kita itu akan lulus dengan menghadapi UAN, proses pelaksanaan UAN disoroti tidak fair juga. Ada guru yang dengan sengaja membantu menyelesai- kan soal-soal ujian siswanya secara sistematis. Ini proses pendidi kan yang sangat memilukan kita sebagai bangsa yang dikenal adiluhung kebudayaan dan kepribadiannya sehingga harus ada upaya memperbaiki mental kita, terutama kalangan pendidik.

Harapannya terhadap proses penilaian penerimaan siswa ada standarisasi yang jelas sebagaimana yang dikatakan oleh Udin yaitu:

Kalau bisa sekolah memiliki kesamaan- kesamaan sehingga tidak ada perbedaan ant ara sekolah sat u dengan sekolah lainnya. Misalnya, sekolah umum juga memiliki pelajaran agama yang cukup, bukan hanya justru jam agamanya lebih sedikit. (Udin, September 2014)

Kesimpulan

Secara umum persepsi masyarakat terhadap kualit as pelaksanaan program pendidikan dasar dan menengah yang menyangkut 8 aspek menyatakan masih jauh yang kita harapkan. Ada

65 % informan menyatakan kualitas pendidikan dasar dan menengah kita belum baik, sebab ada kesan yang sangat kuat bahwa sekolah-sekolah dasar dan menengah kita lebih mengedepankan dan t erlalu menjaga cit ranya. Akibat nya, sebenarnya banyak siswa yang mestinya tidak lulus harus lulus dengan berbagai cara yang ditempuh. Ini dilakukan karena pertimbangan beberapa hal: pertama, jika sekolah tersebut siswanya banyak tidak lulus akan mempengaruhi minat siswa baru untuk mendaftarkan diri disekolah tersebut. Mereka khawatir jangan- jangan besok juga tidak lulus seperti kakak-kakak kelasnya. Akhirnya pihak sekolah menjadi takut jika banyak siswanya tidak lulus; kedua, dengan prestasi kelulusan yang baik, maka berujung pada pendongkrakan uang sekolah bukan menjadi persoalan. Sebaliknya jika banyak siswanya tidak lulusan,pihak sekolah tidak leluasa untuk menarik uang tarikan.

Jika kita amati dari pendapat masyarakat baik masyarakat kelas atas, menengah dan kelas bawah bahwa mereka ingin anak-anaknya menjadi orang yang baik dengan masa depan yang terjamin namun harapan tersebut belum bisa terpenuhi dengan sistem pendidikan yang ada sekarang. Hal ini tentu dengan alasan yang logis terutama berkaitan dengan kenyataan; Pertama, kondisi kehidupan sosial kita sudah menunjukan kondisi yang memprihatinkan dengan beberapa yang telah terjadi seperti pergaulan bebas, narkoba, HIV/AIDS, tawuran dan sebagainya. Kedua, kompetisi hidup semakin berat sehingga sebenarnya sekolahpun juga belum memberikan jaminan 100 persen seorang itu bisa langsung dapat pekerjaan yang layak.