Peranan Jasa Transportasi dalam Menunjang Pembangunan Wilayah Kaitannya dengan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Provinsi Papua Khususnya Kabupaten Jayapura

PERANAN JASA TRANSPORTASI DALAM MENUNJANG
PEMBANG~~~~N.WILAY
KAITANNYA
AH
DENGAN
PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI PROVINSI PAPUA
KHUSUSNYA KABUPATEN JAYAPURA

OLEH
MESAK ICK

PROGRAM PASCA SARJANA'
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
MESAK ICK. Peranan Jasa Transportasi Dalam Menunjang Pembangunan Wilayah
Kaitannya Dengan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Provinsi Papua Khususnya
Kabupaten Jayapura. Dibimbing oleh AFFENDI ANWAR, sebagai ketua, ERNAN
RUSTIADI dan SETIA HAD1 masing-masing sebagai anggota.
Ketimpangan pembangunan yang terjadi selama Orde Baru telah memicu

disintegrasi bangsa, salah satu daerah yang diisukan terancam disintegrasi sebagai
akibat ketimpangan pembangunan pada reszim orde baru adalah Provinsi Papua,
sehingga untuk meredam aspirasi disintgrasi, dimasa reformasi Provinsi Papua
ditetapkan sebagai daerah yang menerima Otonomi Khusus. Dengan adanya otonomi
khusus ini diharapkan pemerintah daerah lebih leluasa mengabil kebijakan yang
disesuaikan dengan aspirasi dan prioritas permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Oleh karena itu pemerintah daerah telah menetapkan empat strategi pokok
pembangunan yang dianggap paling mendesak yakni, (I) pengembangan SDM, (2)
pembangunan ekonomi rakyat, dan (3) pembangunan infrastruktur transportasi dan
(4) peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dari keempat strategi
tersebut, infrastruktur transportasi merupakan permasalahan fundamental yang
dihada~iPemerintah Daerah dalam melaksanakan Droses ~embanrmnanselama ini.
karena'kondisi geografis yang cukup sulit di tambah dengan sumberdaya dan dana
yang amat terbatas, serta jumlah penduduk yang tipis dan menyebar tidak merata.
Untuk menunjang ketiga strategi laimya, faktor utama yang perlu diprioritaskan
adalah sarana dan prasarana transportasi. Tujuan yang diharapkan dari studi adalah
mengidentifikasikan jalur transportasi antar pusat sehingga diperoleh prioritas
pembinaan dan peningkatan jalur transportasi sehingga diharapkan dapat menunjang
pembangunan wilayah, selain itu menganalisa apakah secara mikro spasial jasa
transportasi berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat pedesaan, pengalihan

lahan, kerusakan lingkungan serta apakah jasa transportasi merupakan sektor
unggulan di Kabupaten Jayapura. Untuk menunjang studi ini maka digunakan analisa
Gravitasi Newton, Margin tataniaga, analisis deskriptif, serta analisis Input Output
menggunakan metode RAS.
Hasil penelitian penting yang diperoleh adalah secara makro dan mikro
spasial menunjukkan peningkatan penduduk daerah asal maupun daerah tujuan,
PDRB serta peningkatan jarak dapat mendorong dan menarik mobilitas penduduk dan
barang antar wilayah, namun tingkat mobilitas penduduk dan barang antar wilayah
masih rendah, ha1 ini diakibatkan oleh masih minimnya infrastruktur transpotrasi
serta pendapatan masyarakat yang rendah. Temuan lain bahwa secara mikro spasial
pedagang perantara menangkap manfaat jasa transportasi secara ekonomis dan sosial,
sedangkan masyarakat pedesaan hanya menangkap manfaat sosialnya saja,
selanjutnya kerusakan hutan lebih diakibatkan HPH dan juga ilegal loging yang
dilakukan oleh person tertentu yang memanfaatkan sarana jalan, sedangkan
pengalihan hak kepemilikkan lahan sebagai akibat akses pembangunan jalan masih
berkisar di wilayah yang relatif dekat dengan pusat pertumbuhan, untuk wilayah
penelitian pengalihan sering dilakukan sepihak oleh pemerintah yang digunakan
untuk lokasi transmigrasi, perkebunan kelapa sawit serta HPH. Sektor jasa

transportasi merupakan leading sector dalam perekonomian Kabupaten Jayapura,

namun sektor ini kurang menunjang dan mendorong sektor pertanian di pedesaan.
Oleh karena itu pengembangan transportasi ke wilayah pedesaan yang merupakan
kantong-kantong pertanian adalah ha1 yang mendesak dengan hams mengabaikan
kriteria ekonomis dan finansial, selain itu pemberdayaan masyarakat merupakan
syarat yang perlu mendapat prioritas sebelum suatu infrastruktur transportasi
dibangun.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul
PERANAN JASA TRANSPORTASI DALAM MENUNJANG PEMBANGCINAN
WILAYAH K A I T A W A DENGAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI
PROVINSI PAPUA KHUSUSNYA KABUPATEN JA YAPURA

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2002


NRP : PI5500029

PERANAN JASA TRANSPORTASI DALAM MENUNJANG
PEMBANGUNAN WILAYAH KAITANNYA DENGAN
PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH D l PROVINSI PAPUA
KHUSUSNYA KABUPATEN JAYAPURA

OLEH

MESAK ICK

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains
Pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

PERANAN JASA TRANSPORTASI DALAM

MENUNJANG PEMBANGUNAN WILAYAH
KAITANNYA DENGAN PELAKSANAAN
OTONOMI DAERAH DI PROVINSI PAPUA
KHUSUSNYA KABUPATEN JAYAPURA

Judul Tesis

:

Nama

: MESAKICK

NRP.

: P 15500029

Program Studi

: Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan


Menyetujui,
1 . Komisi Pembimbing

n

Prof Dr. 11. H. Affendi Anwar. M.Sc.
K etua

Dr. 11. Setia Hadi. MS.
Anggota

2. Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Tanggal Lulus : 13 September 2002

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Fategomi pada tanggal 05 Juli 1968, sebagai anak
ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Luis Ick (alm) dan Welmince Asmuruf.

Pendidikan sarjana ditempuh pada Fakultas Ekonomi Universitas Cenderawasih
Jayapura, lulus tahun 1996. Pada tahun 2000, atas bantuan beasiswa Pemerintah
Provinsi Papua, penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan pada Program
Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada F.E. Uncen Jayapwa. Penulis
menikah dengan Marice Wayangkau.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
rahmat, karunia serta perkenaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul Peranan Jasa Transportasi Dalam Menunjang Pembungunun Wilayah
Kaitannya Dengan Pelaksanaan Otonomi Duerah di Provinsr Papua Khususnya di
Kabupaten .Jayapura. Tesis ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan

yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) pada Program Pasca
Sarjana lnstitut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. H.

Affendi Anwar, M.Sc. selaku Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Dr. Ir. Eman
Rustiadi, M.Agr., dan Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, masing-masing selaku anggota
Komisi Pembimbing. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Bapak Rektor Uncen
dan Bapak Gubernur Provinsi Papua atas ijin Tugas Belajar dan bantuan beasiswa
yang diberikan hingga penyelesaian pendidikan ini. Tenma kasih juga kepada seluruh
mahasiswa Program Studi PWD, terutama angkatan 2000, khususnya rekan-rekan di
Melati 5, Mus, Syafiil, Agus, Pawana, Demi N, dan secara khusus Pak Yundy yang
selalu membantu penulis.
Terima kasih yang sangat mendalam penulis haturkan kepada ibu tercinta
penulis, atas doa dan restunya yang senantiasa mengiringi kehidupan penulis. Terima
kasih yang tulus, juga disampaikan kepada istri tercinta dan putra penulis (Rico ) atas
pengorbanan dan pengertian yang telah diberikan. Tanpa kesabaran mereka, sulit

dibayangkan tulisan ini dapat terselesaikan. Tak lupa juga, penulis haturkan terima
kasih kepada semua keluarga penulis yang ada di Sorong dan Jayapura semoga Tuhan
Yang Maha Kuasa membalas kebaikan dan bantuan yang diberikan selama penulis
studi di Bogor.
Penulis berharap, semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
Bogor, September 2002

Penulis

DAFTAR IS1

..

Daftar Tabel ........................................................................................................
xli
Dafiar Gambar ........................................................................................................... xiv
D a h r Lampiran ............................................
xv
I. PENDAHULUAN .............................................................................................
1.1. Latar Belakang ..............
1.2. Perurnusan Masalah ......................... .....
1.3.Tujuan dan Manfiat Penelitian.................................................................

I1. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
2.1. Pengertian Transportasi ......................
2.2. Fungsi dan Manfaat Transportasi .............................................................
2.3. Sistem Transportasi Antar Wilayah

2.4. Peranan Jasa Transportasi Antar Kota
.............................
2.5. Hubungan Antara Kawasan Perkotaan
2.6. Jenis Moda Transportasi
. .
...2.7.
......Kerangka
..............Pemiluran
.................
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2.8.
. . . .Hipotesis
.........
I11. M!3TODE PENELITIAN ..........................
..
3.1. Lokasi Penelltian ........................................................................................
3.2. Metode Pengambilan Sampel dan pengumpulan Data ................................
3.3. Metode Analisis Data .................
3.4. Batasan Operasional

1


1
10
11

15
25
28
33
39
42
48
50
50
50
51
67

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ....................................... 74
4.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah .
74
77
4.2. Topografi ................................
4.3. Kependudukan................................................................................................. 79
4.4. Sumberdaya Hutan ................................
80
4.5. Pertambangan dan Energi ...
82
4.6. Hasil-hasil Pembangunan
84
.............................
4.7. Infrastruktur Transportasi dan Komunikasi .................................................. 93
4.8. Prospek Perkembagan Jasa Prasarana Untuk Menunjang Pasar Global ........ 108
.
.....
.
.....................................
110
4.9. Potensi Kecamatan Sampel .....................

V . PERANAN JASA TRANSPORTASI DALAM MENUNJANG
PEMBANGUNAN ......................................................................................

113
5.1. Interaksi Makro Spasial Moda Angkutan Lau
5.2. Interaksi Makro Spasial Moda Angkutan
5.3. Interaksi Mikro Spasial Moda Angkutan
5.4. Interaksi Mikro Spasial Berdasarkan Wilayah Asal dan Tujuan .................... 150
5.5. Pengaruh Jasa Transportasi Darat Terhadap Pendapatan Masyarakat
Perdesaan .........................
. . .
.................................................................... 159
5.6. Pengaruh Jasa Transportasi Terhadap Pengalihan Lahan ............................... 174
5.7. Pengaruh Jasa Transportasi Terhadap Kerusakan Lingkungan ...................... 179
5.8. Peranan Sektor Jasa Angkutan Terhadap Perekonomian Kabupaten
Jayapura .........................................................................................................186
VI . KESnvIPTXAN DAN SARAN ......................................................................200
6.1. Kesimpulan ...........................
.
.
............................................................200
6.2. Saran .........................................................................................................206
Daftar Pustaka ..................................................
208

DAFTAR TABEL

1.1. Panjang Jalan menurut Tingkat Pemerintahan yang benvenang
KabupatenIKota di Provinsi Papua Tahun 1997 .................... .
.
...................... 6
1.2. Panjang Jalan Menurut Tingkat Permukaan dan Kabupaten 1997 .................... 7
3.1. Proses Penyusunan Tabel Input-Output Kabupaten Jayapura
Tahun 2000 ..................................................................................................... 60
3.2. Klasifikasi Sektor Perekonomian Kabupaten Jayapura Hasil Diagregasi
Tahun 2000 ...................................................................................................
61
3.3. Perincian Jenis Analisis Notasi, Variabel serta Sumber Data ........................... 71
4.1. I.uas Wilayah Kabupaten Jayapura dirinci Per Kecamatan .............................. 75
76
4.2. Pembagian Wilayah pembangunan Kabupaten Jayapura ...............................
4.3. Luas Areal Berdasarkan Jenis Tanah per kecamatan di Kabupaten
Jayapura Tahun 1999......................... ................................................................. 78
4.4. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Jayapura per kecamatan
Tahun 1999 .................................
80
4.5. Luas Fungsi Hutan Kabupaten Jay
Hutan Kesepakatan Provinsi Papua .....................
.
.
....................................... 81
4.6. Luas Areal dan Produksi kayu bulat Perusahaan HPH di Kabupaten
.
.
................................................................... 82
Jayapura 1999 ......................
4.7. Jenis Tambang Strategis dan vital di Kabupaten Jayapura 1999 ...................... 83
4.8. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jayapura dan Papua 1993 - 1999 ............... 84
4.9. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Jayapura 1997 - 1999 ................. 85
4.10. Struktur Perekonomian Kabupaten Jayapura tahun 1995 - 1999 ................... 86
4.1 1. Pendapatan Perkapita atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jayapura ........... 87
4.12. Perkembangan Produksi Komoditi Tanaman Pangan di Kabupaten
Jayapura............................................................................................................ 88
4.13. Perkembangan penggunaan Jenis alat tangkap ikan di Jayapura .................... 89
4.14. Perkembangan produksi ikan di Kabupaten Jayapura ..................................
90
4.15. Perkembangan Produksi daging dan telur di Kabupaten Jayapura ................ 91
4.16. Perkembangan Luas areal perkebunan di Kabupaten Jayapura 1999 ............. 92
4.17. Perkembangan Produktifitas perkebunan di Jayapura 1999 ........................ 93
4.18. Panjang jalan menurut permukaan, kondisi dan kelas jalan di Kabupaten
Jayapura 1999 ................................................................................................. 94
4.19. Panjang Jalan menurut Tingkat pemerintahan yang benvenang 1999 ............ 95
4.20. Panjang Jalan per Kecamatan di Kabupaten Jayapura 1999 ...........................96
4.2 1. Panjang Jalan Menurut Tingkat Permukaan, Kondisi dan Kelas Jalan
Kabupaten Kabupaten 2000
..........................
.
.
.
............................97
4.22. Jumlah Kendaran Bermotor Menurut Jenis Kendaraan Bermotor
.............
98
per Kabupaten

4.23. Jumlah Kendaraan Bermotor Roda Empat yang beroperasi di Kabupaten
99
Jayapura Tahun 2000................
4.24. Jarak Mil Laut Beberapa kecam
...........................100
4.25. Satuan sambungan Telpon di Kabupaten Jayapura Tahun 1998 1999 ......... 108
5.1. Model Gravitasi Newton yang digunakan untuk mengestimasi ....................... 115
5.2. Hasil Pendugaan Parameter Interaksi Spasila Moda Angkutan Laut ............... 116
5.3. Hasil Pendugaan Parameter Interaksi Spasial Moda Angkutan Udara ............. 129
5.4. Hasil pendugaan Parameter lnteraksi Mikro Spasial di Kabupaten Jayapura ... 144
5.5. Model Yang Digunakan .............................................................................
144
5.6. Hasil pendugaan Parameter Interaksi Mikro Spasial di Kabupaten Jayapura
151
Berdasarkan Wilayah Asal ........
5.7. Model Yang Digunakan ..............
151
161
5.8. Karakteristik Petani Bawang dan Luas lahan yang diusahakan ......................
162
5.9. Hasil Panen Per musim ..................................................................................
5.10. Jumlah sampel dan hasil Tangkapan
5.11. Karakteristik Petani Desa Yakore K
5.12. Jumlah sampel dan hasil Panen Kakao Per musim ....................................
167
5.13. Jalur Pilihan Moda Angkutan Masyarakat Demta ke pasar ........................... 171
5.14. Pemilikan tanaman sebelum dan sesudah ada Jalur Transportasi Darat
Desa Yakore dan Desa Yewena ..............
175
5.15. Tanggapan Responden Terhadap Kerusakan Sumberdaya AIam .................. 180
5.16. Kontribusi Masing-masing Sektor Ekonomi Terhadap Pembentukan Nilai
~eiekonomianKabupaten Jayapura ... ..................................
188
Tambah B N ~ O
5.17. Kontribusi Masing-masing Sektor Ekonomi Terhadap Pembentukan
Permintaan Akhir Kabupaten Jayapura ........................................................ 189
5.18. Dampak Tidak Langsung ke &pan dan ke belakang .................................
194
5.19. Dampak Sektor Jasa Angkutan Terhadap Sektor-Sektor Produksi Lainnya ... 198

-

DAFTAR GAMBAR

1.
2.
3.
4.

Bagan Kerangka Pemikiran ............................................................................
47
Saluran Pemasaran Bawang Merah di Desa Yaturaharja Kecamatan Arso ........ 162
Saluran Pemasaran Ikan di Desa Yewena Kecamatan Depapre ........................ 165
Saluran Pemasaran Kakao di Desa Yakore Kecamatan Demta .......................... 168

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Lampiran

Haiumun

1. Matriks Interaksi Kapal, Penumpang dan Interaksi Barang
Melalui Moda Angkutan Laut Antar 8 Kabupaten di Provinsi Papua ................. 21 1
2. Matriks lnteraksi Pesawat, Penumpang dan Barang antar 9 Kabupaten
di Papua ....................
.
......
.......... .........,......,......,......................., ................... 2 16
3. Mamks Interaksi Kendaraan Darat clan Penumpang di Kabupaten Jayapura ...... 219
4. Matriks Transaksi Provinsi Papua Tahun 1995 Berdasarkan
Harga Produsen ......................
....
.....
..............
223
5. Perkiraan Final Demand, Nilai Tambah, Permintaan Input Antara dan
Penggunaan Input Antara Kabupaten Jayapura Tahun 2000 .... .................
... 227
6. Perkiraan Matriks Koefisien Kabupaten Jayapura Tahun 2000
229
Berdasarkan Metode LQ ....................... ........
7. Perkiraan Matriks Invers Leontief Kabupaten Jayapura Tahun 2000 .................. 229
8. Gambar Forward Linkage Effect dan Backward Effect .............
. . . . ..... .
........ 23 1
9. Peta Lokasi Penelitian .................... ... .....,,.... ,. ,....,.,...... .,.... ,..,. ,,. ,.. 232
10. Peta Letak Kecamatan Se Kabupaten Jayapura
11. Peta Sistem Pengembangan Jalur Transportasi

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan diartikan sebagai suatu proses multidimensional yang
mencakup berbagai upaya perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap
masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi
pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, dan pengentasan
kemiskinan. Pada hakekatnya pembangunan itu hams mencerminkan perubahan total
suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa
mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun
kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu
kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spiritual (Todaro,
1997).

Untuk mewujudkan arti pembangunan tersebut secara riil, maka berbagai
upaya telah dilakukan bangsa Indonesia, khususnya pemerintah seperti proses
Pembangunan Jangka Pendek, menengah dan Jangka Panjang, dan secara umum telah
berhasil menghantar kehidupan bangsa kita ke tingkat yang lebih baik dibandingkan
dengan keadaan sebelumnya. Berbagai kenyataan hidup dapat dijadikan wujud
peningkatan yang dimaksud, walaupun beberapa daerah peningkatan tersebut tidaklah
setinggi peningkatan yang tejadi di daerah lain, khususnya yang tejadi di Pulau
Jawa.
Perpacuan pembangunan dan tuntutan hidup masyarakat yang semakin
meningkat sebagai akibat peningkatan taraf hidup masyarakat di satu pihak dengan

kondisi kemampuan bangsa yang semakin terbatas

di barengi dengan kondisi

geografis yang cukup luas dan sulit di jangkau mengakibatkan pemerintah dalam
tugas pokoknya mengayomi kepentingan masyarakat terus berusaha meningkatkan
pembangunan, baik yang dilakukan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat setelah jatuhnya rezim orde baru
adalah penyelenggaraan Otonomi Daerah berdasarkan UU No.22 dan UU No. 25
tahun 1999. Yang dimaksud otonomi daerah disini adalah; "pemberian kewenangan
yang luas kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan", sehingga dapat diharapkan mengejar ketimpangan
antar daerah yang di duga sebagai pemicu disintegrasi bangsa.
Salah satu daerah yang diisukan terancam disintegrasi sebagai akibat
ketimpangan pembangunan pada resim orde baru adalah Provinsi Papua, sehingga
pada masa reformasi Provinsi Papua ditetapkan sebagai Daerah Otonomi Khusus
(UU No. 21 Tahun 2001).

Dengan adanya otonomi khusus yang diberikan Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah Provinsi Papua, diharapkan pemerintah daerah lebih leluasa
mengambil kebijakan yang disesuaikan dengan prioritas permasalahan serta kondisi
yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu pemerintah daerah telah menetapkan
empat strategi pokok pembangunan yang dianggap paling mendesak ~akni;(1)

pengembangan SDM, (2) pembangunan ekonomi rakyat, (3) pembangunan
infrastruktu

transportasi, dan (4) peningkatan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Melalui empat stralegi pembangunan tersebut diharapkan akan
memperkecil jurang kesenjangan yang tejadi selama ini.
Dari keempat strate@ tersebut, infrastruktur transportasi merupakan
pernasalahan fundamental yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan
proses pembangunan selama ini, karena kondisi geografis yang cukup sulit di barengi
dengan sumberdaya dan dana yang amat terbatas. Untuk menunjang strategi
pembangunan SDM dan Ekonomi masyarakat di daerah yang terisolir, faktor utama
yang perlu diprioritaskan adalah sarana dan prasarana transportasi. Hasil penelitian
Hermanto, ef.al (1996) di Kabupaten Yapen Waropen dan Paniai, menemukan
bahwa "salah satu penyebab kemiskinan di daerah kasus adalah kondisi fisik
geograf~syang kurang menguntungkan. Hali itu menjadi kendala penyediaan sarana
dan prasarana transportasi perhubungan darat, baik yang menghubungkan antar
kecamatan maupun di dalam kecamatan itu sendiri, sehingga menjadikan
terisolasinya penduduk dari jangkauan informasi dan teknologi, yang akhimya semua
itu menjadi sumber dari segala penyebab keterbelakangan kehidupan masyarakat
yang bersangkutan", Selain itu, Sarman dan Sajogyo (1999), juga mennyatakan
bahwa "problem utama pembangunan di wilayah Papua adalah tingginya tingkat
keterisolusian daerah-daerah pedalaman sehingga penduduk asli yang sangat riprs

serta tersebar tidak merata amat tertinggal jauh perkembangan sosial ekonominya di
bandingkan dengan penduduk daerah lainnya di Indonesia". Dari kedua hasil studi
tersebut sebenamya sudah cukup menggambarkan kondisi rill yang dialami oleh
masyarakat Papua secara keseluruhan. Selain itu, Nasendi (1996) juga menyatakan

bahwa "isolasi daerah merupakan salah satu pennasalahan yang dihadapi tersendiri
para pelaku (agent) pembangunan di Papua".
Upaya menerobos isolasi daerah ini sebenamya telah dilakukan sejak
pemerintahan Orde Baru. Namun sayangnya upaya pembangunan tersebut hanya di
tujukkan ke lokasi tujuan t r a n s m i p i , sedangkan pada kampung-kampung (desadesa) yang dihuni masyarakat lokal (asli Papua) di marginalkan dengan alasan bahwa
jumlah penduduk di kampung-kampung sangat tipis sehingga bila di bangun jalan,
siapakah yang akan memanfaatkan jalan tersebut ?, Berapa besar frekuensi
masyarakat pertahun ?, Berapa kekuatan daya beli masyarakat lokal yang akan
memanfaatkan jalan tersebut 1, (Kasiyanto, 1991). Walaupun pertanyaan-pertanyaan
tersebut di tujukkan kepada pembangunan jalan trans Irian, tetapi secara umum
pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut selama masa orde baru sebagai alasan yang
cukup kuat bagi proses penyediaan sarana dan prasarana transportasi, khususnya
transportasi darat yang diarahkan kepada masyarakat lokal secara keseluruhan di
Papua, sehingga masyarakat tetap terperangkap dalam kemiskinan yang sangat
parah.
Dari semua kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa "transportasi" kini
memang sangat dibutuhkan dalam menunjang pembangunan regional di Papua secara
keseluruhan, mengingat secara geografis sangat sulit. Pembangunan infrastruktur
transportasi yang memadai merupakan komponen (input) yang tidak kalah penting
dalam menunjang pembangunan secara spasial. Karena transportasi sebagai sarana
jasa yang menolong memperlancar aliran orang (manusia) dan barang (bahan
makanan dan bahan bangunan) dari satu tempat ke tempat lainnya.

Strategi pembangunan transportasi yang ditetapkan pemda P a ~ u amemiliki
beberapa t u j w penting yakni; (1) memperlancar

barang dan Jasa

(2)

meningkatkan mobilitas manusia di seluruh wilayah pembangunan. Kelancaran
transportasi akan berakibat positif terhadap seluruh aspek pembangunan daerah dan
perekonomiannya. Kelancaran transportasi secara langsung akan memperlancar
hubungan antar lokasi perindustrian dengan daerah pemasarannya, menghubungkan
kota-kota dengan daerah hinterland, menghubungkan lokasi bahan baku dengan
lokasi pemrosesannya. Timbul pertanyaan mengapa infrastruktur sarana dan prasaran
transportasi begitu penting sebagai salah satu strategi pembangunan ?
Hal ini karena transportasi merupakan kendala utama yang dihadapi
Pemerintah Daerah Papua dalam melaksanakan pembangunan sejak Pelita I. Selain
itu, diperkirakan hampir 80 persen masyarakat lokal Papua masih hidup di daerah
pedesaan yang sangat terisolasi (isolir) dibukit, gunung, hutan dan danau. Sebagian
mereka hidup meramu, pemburu dan melakukan perdagangan dengan cara barter di
antara anggota kelompok masyarakat karena masih terisolasinya wilayah.
Oleh karena itu, peranan jasa transportasi sangat penting dalam menunjang
pembangunan daerah, baik moda darat, moda udara maupun laut, maka di erah
otonomi khusus di Provinsi Papua, Pemerintah Daerah telah mencanangkan
pengembangan infrastruktur transportasi sebagai salah satu prioritas pembangunan,
Dan in] diikuti oleh semua kabupaten dan kota termasuk Kabupaten Jayapura.
Hal

Yang patut dipertimbangkan dari awal adalah apakah

Pemerintah h e r a h masih menggunakan indikator perkembangan &nomi
mas~arakat

jwnlah penduduk sebagai syarat untuk pembangunan suatu

infrastruktur ?. Hal ini perlu dipertimbangkan lebih matang oleh pelaku (agent)
pembangunan di daerah.
Perkembangan pembangunan infrastruktur prasarana transportasi khususnya
transportasi darat di Papua sampai tahun 1997 adalah sebagai sebagai berikut:

Tabel 1.1. Paniang Jalan

Sorong
Manokwari
Yapen Waropen
Biak Numfor
Puncak Jaya
Paniai
Mimika
Kota Jayapura
Jumlah 1997 1.863,40
1996 1.638,20
1995 1.802,17
I

9.326,64 1.2418,28
8.279,80 1.1890,20
7.630,96 1.0942,95

1.228,24
1.972,20
1.509,82
I

I

I

0,00573
0,00588
0,00563

0,0294
0,0282
0,0259
I

I

Rata-rata
1 1,03397 1 0,81350 1 1,34212 1 1,13482 1 0,0835 1 0,01724
Sumber : Pavua Dalam Angka 1997
Catatan : 1) termasuk ~abupatenPuncak Jaya dan Kabupaten Paniai
2) Termasuk Kabupaten Mimika
Perkembangan jalan di Provinsi Papua sampai dengan tahun 1997 yakni;
jalan nasional 1.863,40 lan2 meningkat 0,14 persen dibandingkan tahun 1996 yang

hanya 1.638,20 km2, sedangkan jalan Provinsi mengalami penurunan dari 1.972,20
km2 tahun 1996 turun menjadi 1.228,24 km2 atau turun sebesar -0,78 persen, ha1 ini
mungkin disebabkan oleh adanya krisis ekonomi yang melanda bangsa kita sejak
1997. Sedangkan jalan Kabupaten meningkat dari 8.279,80 km2 tahun 1996 menjadi
9.236,64 km2 tahun 1997 atau meningkat sebesar 0,13 persen
Sedangkan perkembangan jalan menurut tingkat permukaan tahun 1997,
yakni jalan aspal sepanjang 3.870,64 km2, jalan permukaan diperkeras sepanjang
?.019,15 km2 dan jalan tanah sepanjang 5.528.49 km2. Lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel 1.2 di berikut.

Jumlah 1997
3.870,64 3.019,15
1996
2.794,17 2.874,16
1995
2.715,31 2.761,57
1994
2.653,33 2.773,30
Sumber : Papua Dalam Angka, 1997

5.528,49
6.221,87
5.466,07
4.990,46

-

-

-

1.2418,28
1.1890,20
1.0942,95
1.0417,09

Secara khusus pemerintah Kabupaten Jayapura juga mencanangkan
pembangunan infiastrukttu transportasi sebagai salah satu prioritas pembangunan,
mengingat mobilitas penduduk yang cukup dinamis.
Data BPS Kabupaten Jayapura (1999), menunjukkan bahwa dari 24
Kecarnatan di Kabupaten Jayapura, 19 kecamatan di antaranya sudah dapat di
jangkau melalui jalan darat dari Jayapura, sedangkan 5 kecamatan dapat dijangkau
dengan transportasi laut/sungai dan seringjuga melalui transportasi udara.
Sedangkan total prasana jalan di Kabupaten Jayapura sampai dengan tahun
1999 adalah 1.945,98 km2, atau terjadi peningkatan sebesar 1,32 persen dibanding
tahun 1997 yang panjang jalan hanya 1.467,20 km2. Dari total prasaran jalan tersebut
terdiri dari jalan nasional388,37 km2,jalan provinsi 569,63 km2, dan jalan kabupaten
987,98 km. Perkembangan jalan kabupaten tersebut terdiri dari jalan aspal
709,61 km2,jalan krikil 587,22 km2, dan jalan tanah 647,15 km2. Sedangkan kondisi
jalan pada tahun yang sama sebagai berikut; kondisi baik 174,30 km2, kondisi sedang
241,lO km2,dan jalan rusak 213,40 km2.
Selain prasarana transportasi darat, kabupaten Jayapura memiliki 2 darmaga
laut dengan konstruksi beton, yakni darmaga Sarmi dan darmaga Teba Mamberamo
Hilir. Keduanya dalam kondisi baik serta aktif dalam kegiatan bongkar muat. Selain
itu Kabupaten Jayapura juga masih menggunakan jasa darmaga kota Jayapura.

Sedangkan kecamatan yang hanya disinggahi kapal laut adalah Kecamatan Bonggo,
Pantai Timur, dan Pantai Barat. Arus penurnpang dan barang yang turun naik di
darmaga Jayapura cukup tinggi. Hal tersebut terlihat dari total kunjungan kapal tahun
1999 mencapru 700 unit dengan kapasitas 885.863 orang. Sedangkan penumpng tiba

sebanyak 143.130 orang dan penumpang naik sebanyak 142.129 orang. Selain
penumpang, barang yang dibongkar antar pulau 351.255 ton dan muat antar pulau
38.081 ton dan muat antar negara 1.6761 ton.

Selain prasarana transportasi darat dan laut, terdapat Bandar Udara Sentani,
Kabupaten Jayapura juga memiliki 53 Bandar Udara perintis yang di singgahi
pesawat perintis yang umumnya dimiliki oleh Misionaris (Penginjil). Jumlah arus
penumpang dan barang di bandara Sentani tahun 1999 adalah bongkar 628.660 kg,
muat 1.943.768 kg, bongkar paket sebanyak 122.380 kg dan paket muat 152.716 kg.
Sedangkan bongkar bagasi sebanyak 895.840 kg dan muat sebanyak 3.650.727 kg.
Dengan tersedianya infrastruktur transportasi yang baik, diharapkan akan
membawa dampak positif bagi pembangunan wilayah dan khususnya pengaruh yang
cukup signifikant bagi masyarakat di setiap wilayah.
Sallim (1998 ) menguraikan bahwa "tanpa adanya transportasi sebagai
sarana penunjang tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam
usaha pengembangan ekonomi &lam suatu negara". Sedangkan Anwar dan Tiro
(1996), menguraikan lebih luas lagi bahwa "sistem transportasi yang baik, bukan

hanya mampu memobilisasi sumberdaya yang dapat dilakukan dengan cepat, tetapi
juga dapat mempercepat arus aliran komoditas sektor pertanian dari wilayah pedesaan
dan input-input produksi serta kebutuhan konsumsi lain dari kawasan perkotaan ke
kawasaan perdesaan. Lebih lanjut di komentari bahwa sistem transportasi yang baik
akan dapat menghantarkan barang-barang dan jasa pada waktu dan kualitas yang
lebih tepat sesuai

dengan keinginan para konsumen". Kondisi in1 juga akan

mempercepat proses peningkatan taraf hidup dan pembangunan di wilayah, karena

dengan adhnya transportasi yang baik akan mengurangi harga barang yang tinggi
karena sistem tataniaga yang tidak efisien.
Khususnya di wilayah Kabupaten Jayapura yang wilayahnya cukup luas
yakni 61.493 km2 atau 14,82 persen dari luas Papua, dengan total penduduk tahun
1999 sebesar 164.626 jiwa. Dengan demikian sarana dan prasarana transportasi
merupakan kebutuhan yang mendesak dalam rangka pembangunan wilayah, terutama
dalam menunjang aktifitas masyarakat ke pasar serta keperluan bahan bangunan
(seng, semen, paku dan sebagainya) antar wilayah.

1.2. Perurnusan Masalah

Bertolak dari latar belakang, maka permasalahan pokok yakni "berapabesar
peranan jasa transportasi bagi pembangunan wilayah di Kabupaten Jayapura ?".

Dari permasalahan pokok tersebut perlu dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan
terperinci yang akan ditelusuri lebih mendalam dalam studi ini yakni,
1. Berapa besar tingkat interaksi masyarakat

antar wilayah, dikaitkan dengan

kepentingan antar pusat dengan hinterland ?
2. Bagaimana dampak jasa transportasi darat terhadap pendapatan masyarakat ?

3. Bagaimana dampak jasa transportasi darat terhadap harga tanah dan perubahan
lingkungan sebagai akibat dibukannya akses ke sumberdaya ?
4. Bagaimana peranan secara sektoral jasa transportasi terhadap perekonomian
Kabupaten Jayapura?

1.3. Tujuan dan Manfaat
1.3.1. Tujuan dari studi ini antara lain:

1. Mengidentifikasikan jalur transportasi secara mikro clan makro antar zone
(pusat), dan mengklasifikasikannya dalam klasifikasi fungsional sehingga
diperoleh prioritas pembinaan dan peningkatan jalur transportasi antar pusat
pembangunan, sehingga diharapkan dapat menunjang pembangunan secara
spasial;
2. Menganalisis dampak jasa transportasi terhadap pendapatan masyarakat;
3. Menganalisis dampak jasa transportasi terhadap harga tanah dan pengalihan

lahan di sepanjang jalur transportasi
4. Menganalisis Dampak jasa transportasi terhadap perkembangan ekonomi

secara sektoral di Kabupaten Jayapura.

1.3.2. Manfaat yang diharapkan dari studi ini adalah;
1. Dari hail studi ini diharapkan dapat memberikan masukkan

kepada

Pemerintah Daerah khususnya instansi terkait dalam merumuskan strategi
pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang memadai guna
memenuhi kebutuhan

mobilitas penduduk yang semakin tinggi. Dari

analisi ini diharapkan akan diperoleh gambaran mengenai peranan dan
masalah transportasi dalam mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan
politik masyarakat.
2. Sebagai inforrnasi kepada para pengambil kebijakan bahwa jasa

transportasi bukan hanya

berfungsi sebagai sarana untuk mencapai

efisiensi produksi saja, melainkan

juga sebagai "urat nadi" dalam

menumbuhkan serta mendorong pembangunan wilayah sehingga perlu
mendapat prioritas yang lebih.

11. KERANGKA PEMIKIRAN TEOIUTIS

2.1. Pengertian Transportasi

Ada tiga ha1 yang membuat suatu bangsa menjadi besar dan makmur, yakni
tanah yang subur termasuk sumberdaya yang terkandung di dalamnya, keja keras
dan kelancaran transportasi orang atau penumpang clan barang dari suatu tempat
tertentu atau suatu negara tertentu ke tempat atau negara lainnya. Tanah yang subur
tetapi jika tidak ada akses ke lokasi tersebut, maka tanah tersebut tidak mempunyai
banyak arti. Artinya bahwa bila tidak digarap, dimanfaatkan dan di kelola secara
tepat, sumberdaya alam yang dimiliki suatu wilayah tidak mempunyai arti apa-apa
bila tetap ada di tempatnya tanpa di sentuh oleh tangan manusia untuk

di

manfaatkan. Semua itu memerlukan kerja keras dengan mengerahkan sumberdaya
manusia baik tenaga maupun pikiran.
Dengan kerja keras tersebut, maka kekurangan sumberdaya di wilayahnya
bisa dapat diisi dengan sumberdaya lain misalkan SDM ataupun sumberdaya yang
tidak dimilikinya dapat diimport dari wilayah lain.
Jadi semua kegiatan diatas, yaitu mengimpor bahan baku, memasarkan
hasil produk, mengkonsumsi, menyediakan tenaga keja yang di datangkan dari
kawasan periveri ke pusat clan sebaliknya sangat membutuhkan jasa transportasi
yang baik. Jasa transportasi yang dimaksud adalah yang dapat menjamin keamanan,
keselamatan, kecepatan serta dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat (Nasution,
1996).

Bertitik tolak pada penjelasan di atas menunjukkan bahwa transportasi
merupakan salah satu kunci perkembangan. Nasution (1996) lebih lanjut menjelaskan
bahwa;"Peranan jasa transportasi sungguh sangat penting dalam menghubungkan
daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran dan daerah
pemukiman sebagai tempat tinggal konsumen". Jadi "transportasi diartikan sebagai
pemindahan barang dan manusia (penumpang) dari tempat asal ke tempat tujuan".
Salim, (1998) mendefenisikan "transportasi sebagai kegiatan pemindahan barang

(muatan) dan penumpang dari satu tempat ke tempat lain". Dalam transportasi terlihat
ada dua unsur terpenting; pertama, pemindahanlpergerakan (movement), kedua,
secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke tempat lain.
Atau dengan istilah yang lebih sempit, transportasi adalah suatu proses membawa
komoditi (barang) dari tempat-tempat yang marginal utilitynya relatif rendah ke
tempat-tempat yang marginal utilitynya relatif lebih tinggi.
Dari definisi tersebut terkandung tiga ha1 berikut: (a) ada muatan yang
diangkut (b), Tersedia sarana transportasi(kendaraan)angkutan, (c) adanya prasarana
jalan yang dilalui. Proses transportasi ini merupakan gerakan dari tempat asal dari
mana tempat kegiatan pengangkutan dimulai ke tempat tujuan, kemana kegiatan
pengangkutan diakhiri.
Transportasi menyebabkan nilai barang lebih tinggi d~ tempat tujuan
daripada di tempat asal, dan nilai ini setidak-tidaknya hams lebih besar daripada
biaya yang di keluarkan untuk pengangkutannya. Nilai yang di berikan oleh jasa
transportasi adalah nilai tempat (pleace utilily) dan nilai waktu (time utility)

Transportasi memberikan jasanya kepada masyarakat, yang disebut jasa
transportasi. Di mana jasa transportasi merupakan hasil output perusahan transportasi
yang menurut jenis sarananya bermacam-macam, seperti jasa pelayaran, jasa kereta
api, jasa penerbangan, jasa transportasi bus, dan sebagainya. Sebaliknya jasa
transportasi sebagai salah satu masukkan (~nput)dari kegiatan produksi, perdagangan
dan kegiatan ekonomi lainnya.
Ditinjau dari segi ekonomi, keperluan akan jasa transportasi mengikuti
perkembangan kegiatan semua faktor ekonomi. Tranportasi dikatakan sebagai
permintaan turunan (derived demand), karena permintaan akan jasa transportasi
bertambah dengan meningkatnya kegiatan ekonomi, dan berkurang jika terjadi
kelesuan ekonomi (Nasution, 1996).

2.2. Fungsi dan Manfaat Transportasi

2.2.1. Fungsi Transportasi
Dalam menunjang pertumbuhan ekonomi yang mantap perlu dicapai
keseimbangan antara penyediaan dan permintaan jasa transportasi. Jika penyediaan
jasa transportasi lebih kecil daripada permintaannya, akan tejadi kemacetan arus
barang yang akhimya akan menimbulkan goncangan harga di pasaran. Sebaliknya,
jika penawaran jasa transportasi melebihi demandnya maka akan menimbulkan
persaingan yang tidak sehat yang akan menyebabkan banyak perusahaan transportasi
mengalami

kerugian yang pada giliranya menghentikan kegiatannya sehingga

penawaran (supply) jasa transportasi berkurang dan menyebabkan ketidak lancaran
arus barang dan penumpang serta kegoncangan harga di pasar.

Peranan jasa tranportasi tidak hanya

memperlancar arus barang dan

mobilitas penduduk (manusia), tetapi transportasi juga

membantu tercapainya

pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal. Oleh karena itu jasa
transportasi harus cukup tersedia

secara merata dan terjangku oleh daya beli

masyarakat.
Selain itu, jasa transportasi juga berfungsi sebagai sektor penunjang bagi
pembangunan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the service sector) bagi
pembangunan ekonomi. Artinya bahwa fasilitas transportasi hams dibangun
mendahului proyek pembangunan lainnya, misalnya jalan harus dibangun
mendahului pembangunan proyek pertambangan batu bara, atau proyek perkebunan
kelapa sawit, ataupun lokasi penempatan transmigrasi dan sebagainya.
Demikanlah peranan jasa transportasi dalam menunjang pembangunan dan
melayani perkembangan ekonomi.

2.2.2. Manfaat Transportasi

Nasution (1996) menyatakan bahwa Transportasi bukanlah tujuan akhir,

melainkan sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sementara itu kegiatan
manusia sehari-hari berhubungan dengan produksi untuk memenuhi kebutuhannya
yang beraneka ragam. Oleh karena itu manfaat dari jasa transportasi dapat pula
ditinjau dari berbagai aspek kehidupan manusia
ekonomi, sosial, politik dan kewilayahan.

dan aktivitasnya, yakni aspek

a. Manfaat Ekonomi
Kegiatan ekonomi manusia (masyarakat) adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan produksi, distribusi, dan pertukaran kekayaan, segala sesuatu yang
diperoleh dan dapat berguna. Manusia menggunakan sumberdaya untuk rnemenuhi
kebutuhannya seperti pangan, papan dan sandang. Lebih dari itu manusia dapat
menggunakannya untuk kenikmatan, kenyaman dan keenakan. Oleh karena itu,
manusia tidak akan berhenti mengeksploitasi sumberdaya alam dimana saja guna
membuat berbagai jenis barang yang di perlukan meskipun sumberdaya alam tidak
semua terdapat ditempat. Selanjutnya setelah melalui proses produksi, barang siap
dikonsumsi maka perlu dipasarkan. Di pasarlah terjadi proses tukar menukar antar
produsen dan konsumen. Selanjutnya barang yang telah dibeli diangkut ke rumah
untuk di konsumsi.
Produksi itu sendiri merupakan bagian dari kegiatan ekonomi sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang digabung dengan maksud untuk menghasilkan
barang yang dapat dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang produksi
atau barang modal dapat mempercepat proses produksi dan meningkatkan hasil. Jadi
kegiatan ekonomi adalah kombinasi dari tiga faktor produksi yaitu, tanah, tenaga
dan modal. Bagi ekonom, tanah berarti semua sumberdaya alam non manusia, buruh
berarti semua sumberdaya manusia dan modal berarti semua peralatan, perlengkapan,
teknik dan sebagainya.
Kegiatan ekonomi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan
menciptakan

manfaat. Transportasi adalah salah satu

jenis kegiatan yang

menyangkut peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis orang

(penumpang) maupun barang. Dengan sarana dan prasana transportasi, bahan baku di
bawa ke tempat produksi dan hasil produksi di bawa ke pasar. Selain itu dengan jasa
transportasi para konsumen datang ke pasar atau tempat pelayanan kebutuhan seperti
pasar, rumah sakit, bank, tempat rekreasi dan sebaganya. Dengan demikian tanpa
adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat diharapkan tercapainya
hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi dari sutau negara

(Sallim, 1998).
Di planet bumi yang kita huni saat ini, pada saat sekarang sering di katakan

sebagai planet yang semakin mengecil. Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya
transportasi dan komunikasi yang telah berkembang mencapai tingkat teknologi yang
begitu tinggi (canggih) sehingga dengan cepat informasi, barang maupun orang
dapat bergerak dengan cepat dari satu belahan bumi ke bagian lain. Sejumlah tanda
utama penyusutan dunia yang mempengaruhi transportasi adalah :
1. Perdagangan antar negara yang semakin rumit
2. Perkembangan penduduk
3. Peningkatan kemakmuran bangsa

4. Berkurangnya pemerasaan karena (interfensilstrategi)transportasi.
5 . Peningkatan berbagai masalah lingkungan hidup.

Sementara itu pertukaran barang menimbulkan berbagai pengaruh yakni;
1. Pertukaran barang pada umumnya

merupakan transaksi

dagang antara dua

kelompok, yaitu penjual dan pembeli. Tanpa transportasi, kedua kelompok tesebut
berada dalam kelompok yang kecil sehingga keuntungan dari perdagangan
menjadi terbatas (kecil)

2. Penyediaan barang pada pasar yang berbeda-beda dapat disamakan.
3. Kemampuan memindahkan barang dari satu tempat yang mempunyai persediaan

banyak ke tempat yang barangnya kurang atau langka akan barang tersebut
cenderung menyamakan harga barang yang bersangkutan.
4. Begitu wilayah sediaan meluas, persaingan antar penjual meningkat harga

cenderung akan bertahan pada suatu tingkatan (yang wajar)
5. Pertukaran antar kelompok menimbulkan komunikasi antar orang yang melakukan

hubungan dagang.
6. Harga suatu barang di semua tempat &pat diseragamkan.

Jadi Jasa transportasi memainkan peranan yang sangat penting &lam
menunjang terciptanya pembangunan ekonomi suatu wilayah atau negara.

b. Manfaat Sosial
Manusia pada umumnya bermasyarakat dan berusaha hidup selaras satu
sama lain

orang harus menyisihkan waktu untuk kegiatan sosial.

kemasyarakatan ini dapat berbentuk resmi seperti

Bentuk

hubungan dengan lembaga

pemerintahan maupun swasta, dan dapat pula bersifat tidak resmi, seperti hubungan
dengan keluarga, handai taulan dan lain-lain. Untuk kepentingan sosial ini,
transportasi sangat membantu dalam menyediakan berbagai kemudahan, antara lain;
(a) pelayanan untuk individu maupun kelompok; (b) pertukaran atau penyampaian
informasi; (c) perjalanan untuk bersantai; (d) perluasan jangka perjalanan sosial; (e)
pemendekan jarak antar rumah dan tempat keja; (f) bantuan dalam memperluas
kota atau melancarkan penduduk menjadi kelompok yang lebih kecil.

Perkembangan kehidupan masyarakat dapat berkorelasi sangat signifikant
dengan perubahan teknologi baru yang bertambah baik dalam transportasi dan
angkutan umum (Anwar 1995). Kondisi yang dimaksud di atas adalah pada daerah
yang telah di bangun sarana dan prasarana transportasi, tetapi bila di hubungkan
dengan kondisi daerah seperti pada wilayah Kabupaten Jayapura, perbaikan sarana
dan prasarana transportasi diidentikan dengan penyediaan sarana dan prasrana fisik
transportasi yang sebelumnya tidak ada dan sekarang ada mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan pola perkembangan kehidupan masyarakat di pedesaan.
Hubungan signifikan ini bisa dapat ditinjau dari sisi manfaat sosial ekonomi maupun
biaya sosial yang diakibatkan oleh adanya jasa transportasi.
Farris dan Harding dalam Anwar dan Tito (1996), menyatakan bahwa

kegiatan transportasi khususnya di perkotaan selalu menghasilkan manfaat (social
benefits) sekaligus bersama biaya sosial (social costs). Manfaat sosial dari
transportasi adalah; (a) tumbuhnya lapangan kerja yang lebih luas, yang pada
gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, (b) penghematan waktu
dalam perjalanan, (c) perluasan pasar komoditas pertanian, (d) beralihnya barter ke
hansaksi pasar (pasar tradisional) serta (e) berubahnya perilaku masyarakat.
Sedangkan biaya sosial (social costs) yang ditimbulkan oleh transportasi antara lain;
(a), polusi udara karena penggunaan bahan bakar bensin, (b), penggusuran
masyarakat kecil karena adanya pelebaran pembangunan jalan to1

yang lebih

berfungsi untuk kepentingan pribadi, (c), ban.jir karena daerah resapan air yang telah
ditutup dengan aspal, (d), keindahan kota ditutup dengan debu, dan (f), kecelakaan
lalu-lintas sebagai biaya sosial yang langsung dialami masyarakat.

Dari sekian manfaat clan biaya sosial transportasi yang dirasakan masyarakat
perkotaan tersebut di atas, dapat menyimpulkan beberapa mafaat dan biaya sosial
yang menurut penulis mungkin dapat berdampak langsung kepada masyarakat
disetiap wilayah di Kabupaten Jayapura antara lain, manfaat sosial transportasi yang
dinikmati tidak terlalu berbeda dengan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat
perkotaan, sedangkan biaya sosial transportasi mungkin berbeda antara masyarakat
perkotaan dengan masyarakat perdesaan, rnisalnya biaya sosial yang di rasakan oleh
masyarakat pedesaan seperti; kecelakaan lalu-lintas, penggusuran tanah hak ulayat
masyarakat karena pembangunan jalan, pegeksploitasian sumberdaya alam, dan
perubahan pola hidup masyarakat yang suka meniru kehidupan masyarakat
perkotaan.
Jika ditelusuri lebih mendalam khususnya di wilayah kajian, untuk
sementara mungkin manfaat sosial yang diterima masyarakat tidak kalah besar
dengan biaya sosial yang ditimbulkan oleh transportasi.

c. Manfaat Politik @olltical utility)

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari puluhan ribu buah pulau
besar dan kecil dengan luas wilayah ribuan km2 serta merupakan negara kesatuan.
Kondisi geografis demikian mengakibatkan transportasi menduduki peringkat yang
anlat penting dilihat dari kacamata politis. Manfaat politis, sarana transportasi yang
dapat berlaku secara umum antara lain;
1. Transportasi menciptakan persatuan nasional yang semakin kuat dengan

rneniadakan isolasi wilayah.

2. Transportasi dapat menyebabkan pelayanan kepada masyarakat dapat diperluas

dengan lebih merata pada seluruh pelosok negara.
3. Keamanan negara terhadap serangan dari luar yang tidak dikehendaki mungkin

sekali dapat bergantung pada transportasi yang memudahkan mobilisasi segala
daya (kemampuan dan ketahanan) nasional serta memungkinkan perpindahan
pasukan perang selama masa perang.
4. Sistem transportasi yang efisien memungkinkan negara memindahkan

dan

mengangkut penduduk dari daerah bencana serta mengangkut bahan baku ke
daerah bencana.
Adler (1983) menyatakan bahwa manfaat yang diberikan oleh proyek

pengangkutan selain pendapatan nasional dan efisiensi, sumbangan lain yang
mungkin di berikan dan dikategorikan sebagai manfaar sekunder adalah integrasi
nasional yang lebih efektif, swasembada yang lebih besar, distribusi pendapatan
yang lebih merata atau prestise negeri.

d. Manfaat Kewilayahan (regional utility)
Di tinjau dari kacamata ekonomi, kebutuhan transportasi dari satu tempat ke
tempat yang lain adalah karena unsur sediaan (bahan baku) di daerah A dan unsur
permintaan di daerah B. Pada tempat yang satu terdapat sediaan barang (bahan baku)
yang berlebihan, sementara di daerah lain membutuhkan barang tersebut. Sifat
kebutuhan barang tersebut adalah pemenuhan, yaitu memenuhi kebutuhan di tempat
B.

Usaha untuk memenuhi kebutuhan di wilayah B diwujutkan dalam
pembangunan jasa transportasi dan secara bendawi benvujud pembangunan prasarana
jalan dan pengadaan sarana (kendaraan). Ketersediaan jasa transportasi ini
menimbulkan perkembangan baru sepanjang lintasan A dan B. Jasa transportasi
menimbulkan permintaan ikutan (turunan), terutama sepanjang lintasan penghubung
tersebut.
Munculnya