Pengaruh Silica-Free Ash Content dalam Proses Pembakaran Serasah Sengon (Paraserianthes falcataria), Akasia (Acacia mangium) dan Alang-alang (Imperata cylindrica).

PENGARUH SILICA-FREE ASH CONTENT DALAM PROSES
PEMBAIURAN SERASAH SENGON (Parase:iarztlzes fnlcntnrin), AKASIA
(Acacia mnngilmz) DAN AL4NG-ALANG (Imperafacylindricn)

Arie Munandar

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
PAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
2004

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya (Jawa Barat) tanggal 4 Nopember 1979.
Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tj. Muchsin dan
Ibu Dra. Yuyum Dj. I.
Penulis mengikuti pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Inpres
Nyantong Tahun 1986, dan lulus pada tahun 1992. Pendidikan dilanjutkan pada Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Tasikmalaya dan lulus pada tahm 1995 dan selanjutnya di
Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Tasikmalaya yang diselesaikan pada tahun 1998.
Pada tahun 1999 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian
Masuk Perguruan Tinggi Negeri IPB (UMPTN) dan terdaftar sebagai mahasiswa

Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan..
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis
melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul

"

Pengaruh Silica-Free

As6 Content dalam Proses Pembakaran Serasah Sengon (Paraseriantltesfalcataria),

Akasia (Acacia nznngium) dan Alang-alang (Imperata cyliizdrica)", dibawah
bimbingan Bapak Dr. Ir. Bambang Hero Saharjo, M.Agr.

RINGKASAN

ARIE MUNANDAR (E01499125). Pengaruh Silica-Free As11 Coiztent dalam
Proses Pembakaran Serasah Sengon (Paraseriairtltes falcataria), Akasia (Acacia
nzalzgium) d a n Alang-alang (Imperata cylindrica). Di bimbing oleh Dr. Ir.
Bambang Hero Saharjo, M.Agr.
Kebakaran hutan merupakan suatu proses kebakaran yang penjalaran apinya

bebas dan tidak tertekan serta mengkonsumsi bahan bakar alami yang berasal dari
hutan. Kebakaran yang terjadi pada setiap musim kemarau hanya memiliki skala dan
intensitas kebakaran hutan dan lahan yang masih sangat terbatas dan hanya
mempengaruhi lingkungan, ekonomi dan kehidupan secara lokal. Pada dua dekade
terakhir situasi tersebut berubah secara drastis akibat penggunaan api secara ekstensif
untuk pembersihan dan pengkonversian lahan serta praktek-praktek penebangan
hutan yang "ilegal". Khususnya selama November 1982 - April 1983, Agustus 1990,
Juni-Oktober 1994, September-November 1997 dan Februari-Mei 1998, kebakaran
hutan terjadi secara luas yang menimbulkan masalah kesehatan bahkan kematian,
kerugian ekonomi baik dalarn skala nasional maupun regional serta dampak yang
tidak dapat dinilai seperti punahnya keanekaragaman hayati dan pemanasan global.
Kebakaran tersebut kebanyakan disebabkan oleh kegiatan manusia berupa
penggunan api secara akstensif untuk pembersihan dan pengkonversian lahan serta
praktek-praktek penebangan hutan yang sangat merusak, oleh karena itu saat ini telah
banyak pengusaha kehutanan yang mengelola Hutan Tanaman Industri (HTI). Kayu
yang dihasilkan diantaranya sengon dan akasia yang lebih pendek umur tebangnya.
Pemilihan jenis pohon seperti ini dilakukan karena kebutuhan industri-industri pulp
dan kertas terhadap kayu ini sangat tinggi. Kerugian dan dampak yang cukup besar
akibat kebakaran hutan ini nlenyebabkan perlunya suatu usaha pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan sejak dini. Untuk itu diperlukan suatu informasi

tentang potensi ketahanan suatu jenis pohon dalam pembakaran dari setiap bagiannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar silika
bahan bakar jenis sengon dan akasia serta alang-alang sebagai petnbandingnya,
mengetahui perbedaan lama pembakaran pada setiap bagian pohon dan mengetahui
seberapa besar peran silica-free ash content yang terkandung dalam bahan bakar
dalam proses petnbakaran.
Penelitian dilakukan dengan mengambil langsung setiap sampel dari ketiga
jenis yang akan diuji. Bahan-bahan diangkut lalu dilakukan penentuan berat basah
(BB) sebesar 50 gramlsampel sebanyak 3 kali ulangan. Untuk mendapatkan berat
kering (BK) dilakukan pengovenan dengan oven bersuhu 105°C selama 24 jam, lalu
diukur kadar airnya (KA). Perlakuan petnbakaran dilakukan untuk mengetahui lama
pembakaran. Pada saat pcmbakaran dilakukan pengukuran suhu, kelembaban dan
lamanya petnbakaran. I