BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Keberadaan desa secara hukum diakui dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2005 tentang Desa. Berdasarkan ketentuan ini, desa diberi pengertian sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemahaman desa di atas menempatkan desa sebagai suatu organisasi
pemerintahan yang memiliki kewenangan tertentu untuk mengurus dan mengatur warga atau komunitasnya. Dengan posisi tersebut, desa memiliki peran yang
sangat penting dalam menunjang kesuksesan pemerintahan nasional secara luas. Desa menjadi garda terdepan dalam menggapai keberhasilan dari segala urusan
dan program dari Pemerintah. Hal ini juga sejalan apabila dikaitkan dengan komposisi penduduk Indonesia menurut sensus terakhir pada tahun 2010 bahwa
sekitar 50.21 penduduk Indonesia saat ini masih bertempat tinggal di kawasan permukiman pedesaan http:www.bps.go.id. Maka menjadi sangat logis apabila
pembangunan desa menjadi prioritas utama bagi kesuksesan pembangunan nasional.
Agar dapat melaksanakan perannya dalam mengatur dan mengurus komunitasnya, desa berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun
2005, diberikan kewenangan yang mencakup urusan pemerintahan yang sudah
Universitas Sumatera Utara
ada berdasarkan hak asal usul desa, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, tugas
pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupatenkota, dan urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-
undangan diserahkan kepada desa. Sebagai konsekuensi adanya kewenangan dan tuntutan dari pelaksanaan
otonomi desa adalah tersedianya dana yang cukup. Sadu Wasistiono 2006;107 menyatakan bahwa pembiayaan atau keuangan merupakan faktor essensial dalam
mendukung penyelenggaraan otonomi desa sebagaimana juga pada penyelenggaraan otonomi daerah. Sejalan dengan pendapat yang mengatakan
bahwa “autonomy“ identik dengan “automoney“, maka untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri desa membutuhkan dana atau biaya yang
memadai sebagai dukungan pelaksanaan kewenangan yang dimilikinya. Sumber pendapatan desa berdasarkan Pasal 212 Ayat 3 Undang -
Undang Nomor 32 Tahun 2004 terdiri dari : 1.
Pendapatan Asli Desa, meliputi : - Hasil usaha desa;
- Hasil kekayaan desa; - Hasil swadaya dan partisipasi;
- Hasil gotong royong; - Lain-lain pendapatan asli desa yang sah.
2. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupatenkota;
3. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
kabupatenkota;
Universitas Sumatera Utara
4. Bantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupatenkota;
5. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
Lebih lanjut Pasal 68 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 menyebutkan bahwa sumber pendapatan desa terdiri atas:
1. Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil
swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah;
2. Bagi hasil pajak daerah kabupatenkota paling sedikit 10 sepuluh per
seratus untuk desa dan dari retribusi kabupatenkota sebagian diperuntukkan bagi desa;
3. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
kabupatenkota untuk desa paling sedikit 10 sepuluh per seratus, yang pembagiannya untuk setiap desa secara proporsional yang merupakan Alokasi
Dana Desa; 4.
Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupatenkota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan;
5. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
Dan lebih diperjelas lagi pada Pasal 4 ayat 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Desa yang
menyebutkan bahwa pendapatan desa terdiri dari: 1.
Pendapatan Asli Desa; 2.
Bagi Hasil Pajak KabupatenKota; 3.
Bagian dari Retribusi KabupatenKota; 4.
Alokasi Dana Desa;
Universitas Sumatera Utara
5. Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
KabupatenKota, dan Desa lainnya; 6.
Hibah; 7.
Sumbangan Pihak Ketiga. ketentuan pasal - pasal diatas mengamanatkan kepada pemerintah kabupaten
untuk mengalokasikan dana perimbangan yang diterima kabupaten kepada desa- desa yang berada di wilayahnya dengan memperhatikan prinsip keadilan dan
menjamin adanya pemerataan, termasuk Kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupatenkota yang
berada di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2012, Kabupaten Tapanuli Utara secara wilayah administrasi terdiri dari 15 kecamatan. Kelima belas
kecamatan ini terbagi dalam 241 desa dan 11 kelurahan. Kecamatan yang paling banyak jumlah desakelurahan-nya yaitu Kecamatan Tarutung 24 desa dan 7
kelurahan dan yang paling sedikit jumlah desakelurahan-nya yaitu Kecamatan Simangumban 8 desa.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1: Jumlah Desa dan Kelurahan menurut kecamatan
No. Kecamatan Desa
Kelurahan Jumlah
1. Parmonangan
14 -
14 2.
Adian Koting 16
- 16
3. Sipoholon
13 1
14 4.
Tarutung 24
7 31
5. Siatas Barita
12 -
12 6.
Pahae Julu 18
1 19
7. Pahae Jae
12 1
13 8.
Purbatua 11
- 11
9. Simangumban
8 -
8 10. Pangaribuan
26 -
26 11. Garoga
13 -
13 12. Sipahutar
25 -
25 13. Siborong-Borong
20 1
21 14. Pagaran
14 -
14 15. Muara
15 -
15 Jumlah
252
Sumber: Tapanuli Utara Dalam Angka 2013
Dalam kaitannya dengan pemberian Alokasi Dana Desa di Kabupaten Tapanuli Utara, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara telah mengeluarkan
Peraturan Bupati Tapanuli Utara Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Alokasi Dana DesaKelurahan ADDK Kabupaten Tapanuli Utara
Tahun Anggaran 2013. Dalam Peraturan Bupati No. 3 Tahun 2013 tentang Pedoman Alokasi Dana DesaKelurahan ADDK Tahun Anggaran 2013
dijelaskan bahwa Alokasi Dana Desa yang disebut ADD merupakan bantuan keuangan yang diterima oleh pemerintah desakelurahan dari Kabupaten Tapanuli
Utara dengan maksud untuk membiayai program pemerintah desakelurahan dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat
desakelurahan.
Universitas Sumatera Utara
Maksud pemberian bantuan langsung Alokasi Dana Desa adalah untuk membiayai program pemerintahan desakelurahan dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desakelurahan. Tujuan pemberian bantuan langsung Alokasi Dana Desa antara lain
meliputi menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan, meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan
masyarakat, meningkatkan infrastruktur desa, meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa dalam
rangka pengembangan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat, mendorong peningkatan swadaya dan gotong royong masyarakat, meningkatkan pendapatan
desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Desa BUMDesa, meningatkan pemerataan pendapatan desa, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi
masyarakat desa. Untuk mendukung penyelengaraan, pembangunan dan kemasyarakatan
desakelurahan di Kabupaten Tapanuli Utara, maka Bupati Tapanuli Utara memutuskan Penetapan Bantuan Alokasi Dana DesaKelurahan ADDK di
Kabupaten Tapanuli Utara yang termuat dalam Keputusan Bupati No. 59 Tahun 2013. Keputusan Bupati tersebut menetapkan jumlah bantuan Alokasi Dana
Desakelurahan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp. 10.954.480.600,-
sepuluh miliar sembilan ratus lima puluh empat juta empat ratus delapan puluh ribu enam ratus rupiah dengan rincian alokasi;
Universitas Sumatera Utara
a. Honor penghasilan tetap pemerintahan desa
Rp. 6.005.605.200,- b.
Biaya operasional pemerintahan desa Rp. 1.666.592.400,-
c. Biaya pemberdayaan masyarakat
Rp. 3.282.283.000,- Total ……………………………………… Rp. 10.954.480.600,-
Berdasarkan Keputusan Bupati No. 59 Tahun 2013 tentang Penetapan Bantuan Alokasi Dana DesaKelurahan ADDK di Kabupaten Tapanuli Utara,
jumlah nilai bantuan yang diperoleh masing-masing desakelurahan bervariasi. Untuk biaya honorpenghasilan tetap pemerintahan desa jumlah nominal yang
terima desakelurahan berada pada angka Rp. 23.824.800,-, Rp. 24.735.600,-, Rp. 25.646.400,-, Rp. 26.860.800,-, dan Rp. 27.771.600,-. Untuk biaya operasional
pemerintahan desa jumlah nominal yang diterima tiap desa adalah sama yakni sebesar Rp. 6.915.0000,-. Dan untuk biaya pemberdayaan masyarakat jumlah
nominal yang diterima desakelurahan bervariasi, namun berada pada kisaran Rp. 10.000.000,- sampai dengan Rp.19.000.000,-, terkecuali pada Desa Lontung Jae II
Kecamatan Garoga. Desa Lontung Jae II Kecamatan Garoga mendapat jumlah bantuan sebesar Rp. 52.012.000,-.
Berkaitan dengan implementasi kebijakan, Meter dan Horn 1975 mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mencapai tujuan sebagaimana dirumuskan di dalam kebijakan. Kegiatan implementasi ini baru dilakukan setelah kebijakan memperoleh
pengesahan dari legislatif dan alokasi sumber dayanya juga telah disetujui Wibawa, 1994:15-16.
Universitas Sumatera Utara
Melalui implementasi kebijakan, selanjutnya tujuan dan sasaran dari sebuah kebijakan dapat dilihat dan diukur. Tercapainya tujuan dari sebuah
kebijakan dipengaruhi oleh banyak hal, yaitu seluruh komponen-komponen yang berhubungan dengan cara untuk mencapai sasaran dan tujuan dari sebuah
kebijakan. Untuk tahapan implementasi aspek yang dilihat adalah proses implementasi yaitu tahapan setelah proses pembuatan sebuah kebijakan.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat judul Implementasi Proses Kebijakan Alokasi Dana
DesaKelurahan ADDK di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Anggaran 2013.
I.2 Fokus masalah