Epidemiologi dan Etiologi Kanker

Tinjauan Pustaka

Epidemiologi dan Etiologi Kanker
Emir Taris Pasaribu
Divisi Onkologi Departemen Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit H. Adam Malik

Abstrak: Telah dikumpulkan beberapa sumber bacaan mengenai pola - pola epidemiologi kanker dan
kemungkinan etiologinya. Pengetahuan tentang epidemiologi dan etiologi kanker dipandang sangat
perlu sebagai dasar untuk memahami berbagai jenis kanker pada berbagai disiplin ilmu kedokteran .
Pengetahuan ini juga sangat bermanfaat didalam mencari dan menegakkan diagnosa. Dengan
memahami sifat – sifat kanker tertentu maka akan diperoleh pengartian mengenai perjalanan
klinisnya.
Kata kunci: epidemiologi, etiologi, karsinogen, karsinogenik, virus
Abstract: A large number of references had been studied concerning patterns of epidemiology and
etiology of cancer. It is considered very important to appreciate the facts on epidemiology and
etiology of cancer as a basic knowledge in order to gain better understanding of type cancers, its
clinical manifestations that leading to diagnosis anf therapy.
Keywords: epidemiology, etiology, carcinogen, carcinogenic, virus

PENDAHULUAN1

Epidemiologi adalah pengetahuan tentang
distribusi dan menentukan penyakit dalam
populasi manusia. Subjeknya mengetahui
mengapa populasi atau grup yang berbeda
mempunyai risiko berbeda dengan penyakit
yang berbeda, dimana pada gilirannya dapat
mendukung kesimpulan pada tingkat individu
seperti mengapa perkembangan penyakit pada
waktu yang tertentu.
Neoplasma merupakan sekumpulan sel
yang mengalami perubahan secara berlebihan
dengan proliferasi yang tidak berguna dan
tidak mempunyai respon terhadap mekanisme
kontrol yang normal serta memberi pengaruh
yang buruk terhadap jaringan sekitarnya.
Untuk
mempelajari
penyebab
yang
merugikan penderita , metoda penelitian khusus

telah berkembang secara ilmiah, sesuai etika,
dan biaya yang efektif. Epidemiologi
memperbesar penelitian dasar dan klinis melalui
gambaran distribusi kanker dan identifikasi
suatu penderita dengan risiko berbeda dari
perkembangan kanker.
Ada dua jenis kanker yaitu kanker ganas
(maligna) dengan proliferasi sel-sel kanker yang
tidak terkontrol yang merugikan fungsi organ
tertentu dan dapat invasi kejaringan sekitarnya
serta dapat metastase ketempat yang jauh.
Kanker jinak (benigna) terdiri dari sel-sel yang
normal yang tidak mengadakan invasi atau
metastase ke tempat lain.
266

Di Amerika Serikat merupakan penyebab
kematian kedua setelah penyakit jantung. Setiap
tahun dijumpai 1.000.000 kasus baru kanker
ganas dengan mortalitas sebesar 22%.

Dengan kemajuan Imunologi kanker, Viral
Oncologi, dan Molekular Biologi angka
morbiditas dan mortalitas dapat diperkecil.2
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi biomolekular mempunyai dua
jalan yang berbeda. Pertama, penaksiran pada
penggunaan studi prospective atau studi
retrospective. Kedua, melibatkan penggunaan
end-point selain dalam studi kanker dari
penyebab kanker; end-point saat ini adalah sah.
Efek indikator yang dapat digunakan dalam
studi epidemiologi termasuk pengukuran dari
putative carcinogen atau gangguan produk,
matabolik dalam sampel yang didapat pada
manusia, pengukuran produk dari reaksi kimia
dalam tubuh seperti DNA atau protein, dan
observasi dini perubahan biologis disebabkan
oleh perubahan dalam materi genetik dari sel –
perubahan sitogenetik. Yang luas digunakan
sampai sekarang adalah pengukuran kimia atau

metaboliknya dalam cairan tubuh. Monitoring
biologi seperti arsenik,nikel, dan lain-lain dapat
dipakai sebagai estimasi absorsi dosisnya ;
hubungan antara risiko kanker paru dan exkresi
urine dari arsenik relatif dapat dipercaya.
Monitoring biologi berbeda dengan monitoring

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

Emir Taris Pasaribu

lingkungan dalam berbagai absorbsi dengan
individu yang berbeda.
Pengukuran DNA adduct yang spesifik
jelas menguntungkan dibanding metoda
monitoring lain, dimana dapat mengukur
kerusakan target molekul dari karsinogenesis.
Protein adduct dapat juga sebagai marker
terhadap
karsinogen

lingkungan
seperti
pengganti DNA. Dengan metoda ini diperlukan
sampel yang kecil dan beberapa protein adduct
tetap berada dalam tubuh dengan waktu yang
lama.3
Peran Laboratorium
Rintangan identifikasi khusus faktor-faktor
penyebab dan asal kanker manusia termasuk:
1. periode laten yang panjang antara bahan
penyebab dan timbulnya penyakit
2. proses karsinogenesis dengan berbagai
tingkatan
3. kemungkinan kanker manusia terutama
akibat interaksi yang komplek antara
berbagai lingkungan dan faktor-faktor
endogenous seperti genetik atau host lain.
Walaupun kemajuan yang nyata telah
dibuat, berbagai pertanyaan penting secara
umum masih belum komplit dihasilkan ,

termasuk kanker pada manusia karena penyebab
spesifik seperti kimia, hormon dan fisik serta
virus, kontribusi relatif dari karsinigen yang
bekerja pada berbagai tingkatan dari proses
karsinogenesis, peranan faktor nutrisi dan
interaksi endogen dan faktor-faktor lingkungan.
Studi laboratorium untuk prediksi atau
deteksi
bahan-bahan
yang
berpotensi
mempunyai aktivitas karsinogenik telah
dilakukan untuk mencegah kanker pada
manusia.
Hasil studi laboratorium juga sering
memperpanjang pemeriksaan epidemiologi
dalam membuat kemungkinan untuk isolasi dan
identifikasi
individu
dan

komponen
karsinogenik.1,3
Distribusi Kanker Berdasarkan Umur 4
Perlu diketahui tentang adanya perbedaan
insidensi kanker pada kelompok umur
tertentu, karena kejadiannya berbeda pada
anak-anak dan dewasa.
Usia dibawah 15 tahun (laki-laki atau
perempuan) sering dijumpai leukemia, kanker
otak, limfoma, kanker ginjal, kanker tulang.
Usia diatas 65 tahun, pria dijumpai kanker
prostat, paru-paru, bronkhus, trakhea, kolon,

Epidemiologi dan Etiologi Kanker

rektum dan wanita dijumpai kanker payudara,
kolon, rektum, dan uterus.
Distribusi Kanker Berdasarkan Jenis
Kelamin 4
Di Amerika, pria kemungkinan menderita

kanker kulit, paru-paru, prostat dan usus.
Sedangkan wanita kemungkinan menderita
kanker payudara, leher rahim, kulit dan usus.
Distribusi Kanker Menurut Ras 4
Insidensi kanker paru-paru pada pria kulit
hitam lebih tinggi daripada kulit putih, demikian
juga untuk kanker prostat. Kanker payudara
lebih sering terjadi pada wanita kulit putih
daripada kulit hitam.
Kanker kandung kencing lebih banyak pada
orang kulit putih daripada orang kulit hitam.
Kanker rektum lebih banyak pada orang kulit
putih, sedangkan kanker kolon didapat angka
yang hampir sama. Kanker serviks lebih
banyak pada wanita kulit hitam, dan kanker
lambung dan pankreas juga lebih banyak pada
orang kulit hitam serta kanker ginjal lebih
banyak pada orang kulit putih.Seringkali sulit
menentukan apakah kanker tertentu pada
kelompok ras tertentu dan daerah tertentu

berhubungan dengan faktor herediter atau
lingkungan.
Shimkin 1985 2 mencatat beberapa hal
sebagai berikut:
Insidensi tertinggi
kanker
lambung
dijumpai di Skandinavia, Eslandia dan Jepang,
sedangkan kanker primer hati dijumpai di Afrika
selatan dan Afrika barat. Kanker nasofaring
dijumpai di Cina dan Asia tenggara ; kanker
kandung kencing dijumpai di Mesir.
Insidensi terendah kanker kolon, rektum
dijumpai di Afrika hitam ; kanker payu dara dan
prostat terdapat di Jepang ; kanker serviks
uterus dijumpai di Israel ; kanker kulit dijumpai
pada orang kulit hitam.
Kanker serviks pada orang Melayu dan
yang disunat menunjukkan angka
lebih

rendah daripada keturunan India atau Cina,
mungkin karena adanya smegma yang bersifat
karsinogenik. Kanker serviks uteri pada wanita
Yahudi dinegaranya lebih banyak daripada
yang merantau ke luar negeri. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh lain terhadap
terjadinya kanker.
ETIOLOGI 4,5,6
Penyebab primer untuk terjadinya kanker
pada manusia belum diketahui.

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

267

Tinjauan Pustaka

Tahun 1775 Persival Pott, seorang ahli
bedah dari Inggris menemukan bahwa kanker
scrotum banyak dijumpai pada orang yang

bekerja di pabrik yang memakai cerobong
asap. Setelah dipelajari, ternyata hidrocarbon
yang
berhasil diisolasi dari batubara
merupakan Carcinogenic agent.
Sejak itu zat kimia yang menyebabkan
kanker pada hewan percobaan disebut
karsinogen.
Berbagai faktor penyebabnya antara lain :
1. Zat-zat karsinogenik
2. Virus-virus onkogenik
3. Faktor herediter
4. Faktor lingkungan
5. Faktor sosio ekonomi
1.
a.

b.

c.

268

Zat-Zat Karsinogenik
Karsinogenik Kimia
Aromatik amine dikenal sebagai penyebab
kanker traktus urinarius. Benzene dianggap
berhubungan dengan terjadinya leukemia
akut. Jelaga batubara, anthracene, creosota
dihubungkan dengan kanker kulit, larynx
dan bronkhus.
Asbestos sering
menyebabkan mesothelioma pada pekerja
tambang dan pekerja kapal.
Karsinogenik Fisik
Karsinogenik fisik yang utama adalah
radiasi ion. Pada pekerja yang melakukan
pengecatan radium pada lempeng arloji
dijumpai adanya perkembangan ke arah
kanker tulang. Kanker tiroid banyak
dihubungkan dengan adanya irradiasi leher
pada masa anak-anak. Selain itu, bagi
korban yang berhasil hidup akibat
meledaknya bom atom memberi gejala ke
arah leukemia. Sinar ultraviolet dianggap
sebagai penyebab meningginya insidensi
kanker kulit pada pelaut atau petani, yang
biasanya berhubungan dengan sinar
matahari secara berlebihan. Pekerja di
bagian radiologi yang sering terkena X-ray
mempunyai kecenderungan untuk mendapat
kanker kulit. Contoh lain dari karsinogen
fisik adalah iritasi mekanik, misalnya iritasi
kronis
yang
dihubungkan
dengan
perkembangan kanker seperti degenerasi
ganas dari scar luka bakar yang lama yang
disebut Marjolin`s ulcer.
Drug- Induced Cancer 6,7
Penggunaan alkilator seperti melphalan
dan
cyclophosphamide
diketahui
menyebabkan leukemia dan
kanker
kandung kemih. Estrogen dianggap sebagai
penyebab adenokarsinoma vagina, kanker

endometrium.
Imunosupresive
seperti
azathioprine
dihubungkan
dengan
limfoma, kanker kulit dan kanker ganas
jaringan lunak.
Virus-Virus Onkogenik 5
Dikenal dua jenis virus yang dapat
menyebabkan keganasan yaitu: RNA virus dan
DNA virus.
a. RNA virus menyebabkan leukemia,
sarkoma dan urinari papiloma serta kanker
payudara.
b. DNA virus dianggap sebagai penyebab
kanker: Eipstein Barr virus, papilloma
virus, Hepatitis B virus. Eipstein Barr virus
(EBV) dianggap sebagai penyebab dari
kanker nasofaring. Hepatitis B virus
berhubungan
dengan
hepatocelluler
carcinoma primer.

2.

Imunodefisiensi kongenital dan terapi
imunosupresif
pada keganasan dianggap
sebagai induksi keganasan, khususnya limfoma
dan leukemia.
Teori bagaimana terjadi perubahan dan
differensiasi karena pengaruh virus onkogenik,
diterangkan sebagai berikut : Sel-sel onkogen
adalah gen normal yang mengatur pertumbuhan
dan diferensial, perubahan pada sel onkogenik
itu sendiri atau perubahan terhadap pengaturan,
menghasilkan pertumbuhan yang normal.
Diduga transformasi virus disekitar sel onkogen
menyebabkan perubahan molekul hingga terjadi
perubahan pertumbuhan.
Misalnya, P21 protein, protein ini terlibat
pada pengaturan proliferasi sel.
Beberapa karsinogen dapat merubah P21
protein ini hingga terjadi perubahan proliferasi
sel tersebut.
Faktor Herediter 5
Pada penelitian hewan percobaan, faktor
genetik juga dianggap penting sebagai
penyebab keganasan setelah faktor kimia dan
faktor fisik. Misalnya, perkembangan kanker
pada manusia ditunjukkan ketika tipe kanker
yang sama terdapat pada kembar identik, juga
ketika kanker colon berkembang pada anggota
keluarga dengan riwayat poliposis pada
keluarga tersebut.
Kanker payudara ditemukan tiga kali lebih
banyak pada seorang anak perempuan dari
seorang ibu yang menderita kanker payudara,
dan ternyata pada anak perempuan tersebut
akan timbul kanker payudara pada usia yang
lebih muda daripada ibunya.
3.

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

Emir Taris Pasaribu

Beberapa kanker diturunkan secara
autosomal dominant seperti neuroblastoma
rectum, multiple polyposis colon, kanker tiroid
dan adayang diturunkan secara autosomal
recessive seperti xeroderma pigmentosa.
Namun sulit ditentukan apakah kanker
terjadi karena faktor herediter sendiri atau
karena kombinasi faktor-faktor lain seperti
lingkungan, kebiasaan hidup dan makanan.
Lingkungan dan Karsinogen Industri 7
Beberapa jenis hasil industri serta sisa
pembakaran dapat bersifat karsinogenik.
Selain itu kebiasaan tertentu dapat
mengakibatkan suatu keganasan, misalnya,
pemakai tembakau cenderung mendapat kanker
paru sedangkan
pemakai alkohol cenderung
mendapat kanker traktus digestivus.
Pekerja industri perminyakan yang banyak
berhubungan dengan polisiklik hidrokarbon
dijumpai banyak menderita kanker kulit.
Dengan meningkatnya perhatian terhadap
faktor
lingkungan seperti polusi udara,
kontaminasi air, proses makanan termasuk
pemakaian nitrat, nitrosamine untuk pengawetan
daging serta sacharine, diduga mempunyai sifat
karsinogen yang potensial.
Selain hal tersebut diatas, faktor migrasi
penduduk sering menyebabkan pergeseran atau
perubahan pola kanker di suatu daerah. Sebagai
contoh di Jepang insidensi kanker gaster
tinggi, sedangkan insidensi kanker paru rendah.
Namun karena ada migrasi dari generasi kedua
ke Amerika, maka terjadi penurunan kasus
kanker lambung dan peninggian kanker paru.
4.

Faktor Sosio Ekonomi
Walaupun belum diketahui dengan pasti,
faktor sosial ekonomi ternyata tampak
mempengaruhi insidensi kanker.
Kanker gaster dan cervix dijumpai lebih
tinggi pada golongan sosio ekonomi rendah,
sekitar tiga sampai empat kali lebih banyak
daripada golongan sosio ekonomi menengah dan
tinggi.Pada literatur ada juga yang disebut
dengan keadaan Pre kanker.
Beberapa
keadaan
klinis
seperti
leukoplakia, keratosisactin, polyp colon, polyp
rectum, neurofibroma, dysplasia
cervix,
dysplasia mucosa bronchus dan colitis
ulcerativa kronis dianggap sebagai keadaan pre
kanker, karena pada keadaan tersebut biasanya
diikuti dengan timbulnya kanker sehingga
menjadi perhatian bagi para dokter untuk
mengawasi keadaan ini dengan melakukan
pemantauan terhadap penderita tersebut. 6

Epidemiologi dan Etiologi Kanker

Etiologi Multifaktor 5,6,7
Kelihatannya terjadinya kanker merupakan
hasil dari interaksi virus onkogenik dengan
karsinogen kimia atau karsinogen fisik dan
dapat juga akibat sifat sinergistik dari dua jenis
karsinogen kimia atau kombinasi karsinogen
kimia dengan faktor herediter.
Terjadinya satu kanker dengan etiologi
multifaktor kemungkinan misalnya pada
kanker paru. Merokok menyebabkan iritasi
dengan latar belakang faktor genetik yang
spesifik (karena tidak semua perokok menjadi
penderita kanker paru) dan faktor hormonal
(laki-laki lebih banyak dari wanita) disertai
virus dan masa laten antara mulai merokok
dengan insiden yang tinggi pada usia 35 tahun.
Dalam hal ini perlu pemikiran yang
integratif terhadap faktor-faktor terjadinya suatu
kanker ganas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Morton DL, Economou J, Haskel CM,
Parker RG. Oncology. In: Prnciples of
Surgery. 5th ed. New York: Schartz Shures
Spencer;1989.p. 331- 81.
2.

Shimkin M.B. Research on the causes and
nature of cancer. In: Regato JA, Spjut HJ,
Ackerman editors.del Regato`s Cancer.
Diagnosis Treatment and Prognosis, 6th ed.
St.Louis: The C.V. Mosby Co;1985.p. 13 28.

3.

Morton DL. Oncology. In : Scwartz S.I. et
al. editors. Principal of Surgery, 5th ed.
Singapore: McGraw Hill Co; 1989 .p.331 –
6.

4.

Rubin PMD. Clinical Oncology. A
multidisciplinary approach.
American
Cancer Society. 6th ed.1983.p. 2 - 5.

5.

Bishop JM: Retroviruses and Cancer genes.
Science 1987; 52: 6 ; 235-305.

6.

Enterline PE, Marsh GM. Cancer among
workers exposed to arsenic and other
substances
in
a
copper
smelter.
Am.J.Epidemiol 1982;116 : 895-911.

7.

Enterline PE, HendersonVL, Marsh G M.
Exposure to arsenic and respiratory cancer.
A reanalysis. Am.J.Epidemiol 1985; 125:
929-38.

5.

Suplemen y Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 y No. 3 y September 2006

269