Peranan Radio Komunitas Islam Baucau dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah di Wilayah Keuskupan Baucau (Timor- Leste)

PERANAN RADIO KOMUNITAS ISLAM BAUCAU DALAM KEGIATAN
DAKWAH ISLAMIYAH DI WILAYAH KEUSKUPAN BAUCAU
(TIMOR- LESTE)

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Edy Mahmud
NIM: 106051100004

KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M

LEMBAR PERNYATAAN

Bismillahirrahmaanirrahiim


Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 26 Juni 2014

Edy Mahmud

ABSTRAK

Edy Mahmud


Peranan Radio Komunitas Islam Baucau Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah
Di Wilayah Keuskupan Baucau (Timor-Leste)
Umat Islam secara keseluruhan bertanggung jawab dalam menyampaikan
Amar Ma’ruf dan mencegah Nahi Munkar. keberadaan sebuah media seperti
Radio yang berbasis Islam dirasa sangat penting sekali, karena apabila digunakan
sebagai sarana yang mendukung kegiatan Dakwah tentunya akan sangat efektif.
Karena pada kenyataannya Radio mengandung beberapa unsur seperti, daya
langsung, daya tembus, dan daya tarik, yang mana tidak dimiliki oleh media
massa lain. Sehingga dalam menggunakannya, Radio dapat dengan mudah
menjangkau khalayak yang terpencil sekalipun, terutama mereka yang memiliki
benda ini (Radio).
Kegiatan dakwah Islamiyah yang dilakukan oleh masyarakat Baucau di
Timor-Leste memanfaatkan Radio Komunitas Islam sebagai media dakwah untuk
menyiarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat diwilayah setempat. Dengan
demikian, perumusan masalahnya adalah, Bagaimana peranan radio komunitas
Islam dalam kegiatan dakwah Islamiyah di wilayah keuskupan baucau.? Kendala
apa saja yang di hadapi oleh radio komunitas Islam dalam kegiatan dakwah
Islamiyah di wilayah keuskupan baucau.? Apa harapan masyarakat terhadap
peranan radio komunitas Islam dalam kegiatan dakwah Islamiyah diwilayah
keuskupan baucau.?

Meurut Ton Kertapati, pada dasarnya radio merupakan medium untuk
bercerita yang pada permulaannya segala apa yang disiarkan mempunyai bentuk
cerita, namun didalam bercerita itu diikuti dengan faktor lain yang
membedakannya dengan surat kabar yaitu efek, suara, musik dan dialog.
Metode yang gunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu jenis
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh
dengan menggunakan prosedur statistik. Melainkan penulis menggunakan teknik
pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara dengan
direktur Radio, penyiar, atau lainnya yang memiliki hubungan dengan objek yang
di teliti.
Peranan yang dilakukan oleh radio komunitas Islam dalam kegiatan
dakwah Islamiyah di wilayah keuskupan baucau yaitu melalui penyebaran
informasi, edukasi dan musik-musik religi Islam. Sedangkan kendala yang
dihadapi adalah faktor dana yang sepenuhnya hanya bersumber dari keuangan
para pendirinya, dan terbatasnya SDM Islam Timor-Leste yang berkompeten
dibidang penyiaran dan Islam, sehingga menghambat kegiatan dakwah yang
diselenggarakan melalui stasiun radio komunitas Islam baucau.

i


KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim
Asslamu’alaikum Wr. Wb.
segala puji hanya pantas disanjungkan kehadirat Allah SWT karena atas izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi Besar Muhammad S.A.W. karena beliaulah dunia yang dahulunya penuh kegelapan
menjadi terang benderang

dengan cahaya Al-Qur’an serta berbagai perubahan ilmu

pengetahuan dan teknologi.
Alhamdulillah akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul
“Peranan Radio Komunitas Islam Baucau Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di
Wilayah Keuskupan Baucau”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar strata 1 (S1) di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selama penelitian, penyusunan, penulisan, dan sampai pada penyelesaian skripsi ini,
penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dalam
kata pengantar ini penulis akan mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga ini
kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, DR. H. Arief Subhan, M.A
beserta para pembantu dekan yang tidak dapat penulis uraikan satu persatu.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Rubiyanah, M.A yang juga merupakan
pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan menyemangati penulis
dengan penuh tabah dan sabar sehingga skripsi ini dapat selesai.

ii

3.

Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik, Dra. Ade Rina Farida, M.si. yang sudah
melayani mahasiswa/i nya dengan baik dan penuh kesabaran.

4. Bapak Gun Gun Heryanto, Msi. Sebagai penasehat akademik. Serta seluruh dosen
dan staf pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, yang telah memberikan
curahan ilmu dan motivasi dalam proses pembuatan skripsi ini.
5. Kepada kedua Orang tua penulis yang selalu mendoakan, memberikan dukungan
baik moril maupun materil.
6. Seluruh anggota keluarga yang selama ini, memberikan berbagai suport yang tiada
akhirnya

7. teman-teman seperkuliahan angkatan 2006 dan angkatan 2010.
8. Direktur Radio Komunitas Islam Baucau yang mana turut membantu penulis
dalam melakukan wawancara.
9. Saudara Idris Antonio Waruda, saudara Bokilary Luis, dan saudari Fatima Freitas
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan Informasi.
10. Dan orang-orang yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian karya ilmiah
ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata, mungkin masih banyak terdapat kekurangan pada karya ilmiah ini.
Kritik yang membangun sangat penulis nanti demi perbaikan skripsi ini dan skripsi
selanjutnya di masa mendatang.
Billahitaufigwalhidayah
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Ciputat, 14 Juni 2014

Edy Mahmud

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7
D. Metodologi Penelitian ....................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 11
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 12
BAB II

LANDASAN TEORI


A. Pengertian ........................................................................................ 14
1. Peranan ....................................................................................... 14
2. Radio .......................................................................................... 16
B. Jenis – Jenis Radio ........................................................................... 17
1. Stasiun Penyiaran Publik / Pemerintah ........................................ 18
2. Stasiun Penyiaran Komunitas ..................................................... 18
3. Stasiun Penyiaran Swasta ........................................................... 19
4. Stasiun Penyiaran Berlangganan ................................................. 19
C. Sejarah Radio ................................................................................... 19
D. Pengertian dan Unsur – Unsur Dakwah ............................................ 21
1. Da’i ............................................................................................ 23
2. Mad’u ......................................................................................... 24
3. Metode ....................................................................................... 25
4. Media ......................................................................................... 26
iv

E. Radio sebagai Media Dakwah ........................................................... 28
BAB III BAUCAU DAN PROFIL RADIO KOMUNITAS ISLAM
A. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya .............................................. 36
B. Visi dan Misi Radio Komunitas Islam Baucau .................................. 39

C. Struktur Radio Komunitas Islam Baucau .......................................... 41
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS
A. Peran dan Fungsi Radio Komunitas Islam Baucau sebagai
Media Dakwah ................................................................................. 45
B. Kendala – kendala yang dihadapi oleh Radio Komunitas Islam
dalam Kegiatan Dakwah ................................................................... 52
C. Harapan Umat Islam Terhadap Peranan Radio Komunitas Islam
Baucau sebagai Media Dakwah ........................................................ 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 61
B. Saran – saran .................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 64
LAMPIRAN ................................................................................................ 67

v

DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1. Struktur Kepengurusan Radio Komunitas Islam Bacau ................ 42

vi


DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Program-Program Dakwah di Radio Komunitas Islam Baucau .... 46

vii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era Transformasi dan Informasi seperti saat ini, memungkinkan kita untuk
mendapatkan segala sesuatu dengan mudah. Pesatnya pertumbuhan teknologi
modern, menandakan bahwasannya kehidupan manusia semakin bertambah
canggih dan telah memasuki peradaban baru. Salah satu bidang yang sangat pesat
laju pertumbuhannya yakni dibidang komunikasi dan informasi. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya media massa yang secara langsung memberitakan berbagai
kejadian dari segala penjuru dunia.
Berbagai


Informasi

tentang

kriminalitas,

perdagangan

gelap,

penyelundupan manusia, pembajakan, penganiayaan, teror, pemerkosaan, dan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang hampir kita saksikan setiap saat melalui
layar televisi. Bahkan persoalan-persoalan tersebut dapat kita jumpai secara
langsung di dalam lingkungan tempat tingggal kita. Semua kejadian ini lahir
karena masyarakat sudah tidak berpikir rasional, dan tidak mengikuti
perkembangan zaman dengan baik.
Kehidupan di zaman moderen ini, menuntut masyarakat khususnya umat
Islam untuk memanfaatkan perkembangan Ilmu pengetahuan maupun tekhnologi
demi kepentingan yang baik dalam menghadapi persaingan global. Seperti yang
kita ketahui, banyak pihak yang saat ini memanfaatkan teknologi modern demi
kepentingan mereka.Tidak peduli benar atau salah, asalkan tujuannya tercapai.

1

2

Padahal jika dipikirkan secara matang, teknologi dapat dimanfaatkan demi
kelancaran berbagai kegiatan manusia, termasuk kegiatan Dakwah.
Perihal kemajuan teknologi modern, masyarakat diharapkan tidak perlu
kaku dalam menghadapinya. Inilah yang disebut dengan perkembangan zaman.
Sebagai umat Islam kita harus pandai dalam menyikapinya, dan semaksimal
mungkin memanfaatkan perekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Karena sebagai makhluk yang berakal, manusia pasti mengetahui bagaimana cara
mengelolah sesuatu untuk menghasilkan sesuatu yang lain yang lebih berguna.
Perkembangan teknologi masa kini, pada dasarnya bertujuan untuk
mempermudah ruang gerak manusia. Persoalannya adalah bagaimana cara kita
untuk beradaptasi dengannya. Dizaman yang serba canggih ini, tidak ada alasan
manusia tidak bersentuhan dengan tekhnologi. Sadar ataupun tidak, kita telah
terinfeksi oleh virus globalisasi. Maka dari itu, dalam bukunya yang berjudul
Manajemen Dakwah, RB. Khatib Pahlawan Kayo menuturkan“Ledakan-ledakan
Informasi dan kemajuan Tekhnologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita
biarkan lewat begitu saja”.1 Media Massa cetak, dan terutama Media elektronik
yang dapat menjadi wahana atau sarana Dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam.2
Umat Islam di Timor-Leste adalah sebagian kecil dari populasi TimorLeste yang berjumlah hampir satu Juta Jiwa dengan berbagai aliran kepercayaan
dan suku bangsa yang tersebar di wilayah itu. Kepercayaan dengan penganut
terbanyak adalah Kristen Katholik, yakni 81,39% (570.674 jiwa) berdasarkan

1

Drs.R.B. Khatib Pahlawan Kayo, manajemen Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2007).cet

ke.1.h8
2

Ibid, h.9

3

Data penduduk tahun 1989.3 dan sebagian lainnya: Islam, Protestan, Budha,
Hindu, dan Animis merupakan agama dengan jumlah penganut paling sedikit.
Menurut sumber dari sebuah badan resmi negara yakni, Cencistil (Centro
Da Comunidade Islamica De Timor-Leste), berdasarkan data tahun 1995, jumlah
muslim mencapai 31,579 jiwa. Namun kini masyarakat muslim di Timor-Leste
hanya berjumlah 5,011 atau hanya 3% dari keseluruhan penduduk Timor-Leste
yang mencapai 800,000 jiwa.4 Jumlah demikian memang sedikit sehingga
menggolongkannya kedalam klas minoritas.
Pada tahun 1999, umat Islam Timor-Leste secara politik terpecah menjadi
dua bagian. Yakni sebagian besar memutuskan untuk tetap bergabung dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kemudian mengungsi ke
wilayah Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian yang lain
memilih untuk tetap bertahan di Timor-Leste yang mayoritas berlokasi di kota
Dili.
Masuk dan berkembangnya Islam di Timor-Leste tidak terpisahkan dari
kedatangan pedagang-pedangang Arab dari Yaman dan Hadramaut ke wilayah
Nusantara.5 Menurut beberapa catatan sejarah, para pedangang arab datang
melalui selat Malaka, Aceh, pulau Jawa, terus kepulauan Maluku, kemudian ke
Sorong, selanjutnya ke Morotai dan akhirnya ke Timor.6 Pada periode awal
kedatangannya, umat Islam di Dili berjumlah sekitar 250 jiwa. Menjelang

33

283

Soemargono. K, profil propinsi Timor-Timur (Jakarta: Pamrakarsa,1992) cet ke.1, hlm

http://www.dewanDakwah.com/content/view/58/1/ diakses pada hari jum’at jam 5:48
H. Saifullah, SA. MA. Sejarah Dan Kebudayaan Islam Di Asia Tenggara
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) cet ke 1, hlm 251
6
Ibid, saifullah, hlm 252
4

5

4

Integrasi, jumlahnya membengkak menjadi sekitar 1000 orang. 7 jumlah umat
Islam di wilayah itu terus meningkat pasca Integrasi, sehingga dikabarkan Islam
di Timor-Leste pernah mencapai puncaknya, dan baru mengalami kemunduran
setelah referendum pada tahun 1999.
Untuk mebangkitkan kembali kejayaan Islam di masa lalu, adalah tugas
besar bagi masyarakt muslim di Timor-Leste. Kepandaian dalam memanfaatkan
tekhnologi modern terutama media massa, baik media cetak maupun elektronik,
merupakan sebuah keniscayaan. secara umum Masyarakat setempat dapat
mengikuti perkembangan zaman yang luar biasa cepatini. Terbukti dibidang
informasi dan komunikasi khusunya media massa terutama radio, Timor-Leste
kini telah memiliki Stasiun yang jumlahnya puluhan yang kesemuaan-nya tersebar
diberbagai wilayah di negara itu. Keberadaan berbagai jenis media massa ini
adalah sebagai respon masyarakat terhadap perkembangan zaman.
Kebutuhan masyarakat akan informasi kian hari sulit dibendung. Seolaholah mendesak berbagai jenis media massa baru untuk terus tumbuh agar dapat
memenuhi keinginan masyarakat tersebut. Desakan-desakan itu mengakibatkan
lahirnya berbagai jenis media massa baru. Salah-satunya adalah Radio Komunitas
Islam yang didirikan pada 21 September 2010 oleh umat Islam di Distrik Baucau.
Sebagaimana media massa pada umumnya, tujuan utama Radio Komunitas Islam
adalah menyampaikan informasi dan aspirasi masyarakat, terutama Dakwah
kepada umat Islam di wilayah itu.

7

Ambarak A. Bazher, Islam di Timor-Timur (Jakarta: Gema Insani Press, 1995) cet ke 1,

hlm 39

5

Kendatipun mayoritas penduduk di Distrik ini adalah penganut Kristen
Katolik dengan jumlah terbanyak, namun ini bukanlah sebuah persoalan bagi
umat Islam. dengan berbagai kekuragannya, mereka mencoba bangkit untuk
menunjukan eksistensinya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai sarana seperti
Masjid dan Radio Komunitas Islam yang telah berdiri dan mengudara setiap
saatnya. Namun demikian tetap saja masih banyak persoalan yang dihadapi. Hal
yang seringkali menjadi kendala utama yang berpengaruh secara langsung
terhadap kegiatan Dakwah yaitu letak geografis.
Secara geografis, masyarakat muslim Timor-Leste terpisahkan oleh
lembah dan pegunungan, sehingga dalam proses berDakwah seringkali para Da’i
atau Mubaligh mengalami kesulitan. Selain tempat tinggal warga yang cukup
berjarak, medannya pun dikelilingi oleh jurang yang terjal. Namun, dengan telah
didirikannya stasiun Radio Komunitas Islam ini, diharapkan dapat membantu
umat Islam terutama para Da’i dalam menyampaikan pesan Dakwah kepada
masyarakat khususnya yang beragama Islam.
Untuk wilayah lembah dan pegunungan seperti di Timor-Leste, kehadiran
media massa seperti radio komunitas Islam merupakan langkah yang sangat tepat
untuk dijadikan sebagai sarana Dakwah. Karena sebagai media massa, Disamping
dapat menyampaikan pesan-pesan dengan cepat, keunggulan radio sebagai media
massa antara lain dapat menjangkau khalayak yang terpencil secara geografis.8

8

Y. Joko Suratmo, Media Komunikasi Penyiaran (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1996) cet ke.1.h.24

6

Berdasarkan berbagai persoalan diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang,“Peranan Radio Komunitas Islam Dalam Kegiatan Dakwah
Islamiyah Di Wilayah Keuskupan Baucau (Timor-Leste)”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Berdasarkan pada salah-satu tujuan utama dari Radio Komunitas Islam
sebagai media Dakwah, maka tulisan ini dibatasi hanya pada program keagamaan
(Dakwah) saja. Dengan demikian, untuk penulisan Skripsi ini lebih cenderung
pada peran kegiatan Dakwah yang dilakukan oleh Radio Komunitas Islam dalam
pengembangan Dakwah Islamiyah di wilayah Keuskupan Baucau/Timor-Leste.
Dari pembatasan masalah tersebut, maka peneliti merumuskannya sebagai berikut.
1. Bagaimana peranan Radio Komunitas Islam dalam Kegiatan Dakwah
Islamiyah di wilayah keuskupan Baucau (Timor-Leste)?
2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Radio Komunitas Islam dalam
kegiatan Dakwah Islamiyah diwilayah keuskupanBaucau (Timor-Leste)?
3. Bagaimana harapan masyarakat Baucau terhadap Peran Radio Komunitas
Islam Baucau Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di Wilayah keuskupan
Baucau (Timor-Leste)?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian terhadap peranan Radio Komunitas
Islam dalam kegiatan Dakwah Islamiyah di Wilayah Keuskupan Baucau adalah
sebagai berikut.

7

a. Untuk mendapatkan Informasi tentang upaya apa saja yang dilakukan
oleh Radio Komunitas Islam Dalam kegiatan Dakwah Islamiyah Di
wilayah Keuskupan Baucau (Timor-Leste)
b. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi oleh Radio
Komunitas Islam Dalam kegiatan Dakwah Islamiyah Di Wilayah
Keuskupan Baucau (Timor-Leste)
c. Untuk mengetahui bagaimana harapan masyarakat terhadap Peranan
Radio Komunitas Islam Baucau Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di
wilayah Keuskupan Baucau
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian iniadalah:
a. Manfaat Akademis
Secara akademis, manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan untuk melihat lebih jauh tentang Peranan Radio
Komunitas Islam Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah di wilayah
keuskupan Baucau (Timor-Leste).
b. Manfaat praktis
Peneliti berharap, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
berupa:
1) Informasi terhadap perkembangan pikiran dan pengetahuan tentang
Peranan Radio Komunitas Islam Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah
Di wilayah keuskupan Baucau (Timor-Leste) khususnya bagi
masyarakat.

8

2) Ingin menjelaskan kepada masyarakat luas bahwa keberadaan Islam di
Timor-Leste khususnya di Distrik Baucau merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sejarah kepercayaan di Timor-Leste.
3) ingin menjelaskan kepada masyarakat lain di Timor-leste bahwa Islam
adalah agama yang membawa kedamaian bagi seluruh umat manusia.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan Metodologi Kualitatif sebagai
mekanisme penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.9 Dalam penelitian ini,
pendekatan yang digunakan bersifat analisis deskriptif yang berfokus pada
penelitian nonhipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu
merumuskan hipotesis.10
1. Subyek Dan Obyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah Radio Komunitas Islam Baucau di
Timor-Leste. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
Peranan Radio Komunitas Islam Baucau Dalam Kegiatan Dakwah
Islamiyah Di Baucau (Timor-Leste). Dalam penelitian ini, yang dijadikan
sebagai Nara Sumber adalah pengelola Radio Komunitas Islam Baucau dan
orang-orang (penyiar) yang dapat memberikan Informasi tentang obyek
penelitian.

9

Prof. DR. Lexy j.moleong, M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013),h.4
10
Suharismi Arikonto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktik (Jakarta: PT. Bina
Aksara,1989), h.194

9

2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Distrik Baucau tempat dimana Radio
Komunitas Islam didirikan. Tepatnya di jln Vilanova, Suco Lutu-mutu, SubDistrik Tirilolo, Distrik Baucau. Sedangkan waktu yang dibutuhkan dalam
penelitian ini hanya 1 bulan, yaitu pada bulan Desember 2013.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) tekhnik
pengumpulan datanya dengan menggunakan cara: observasi, wawancara dan
dokumentasi.

Berikut

akan

dijelaskan

mengenai

tekhnik-tekhnik

pengumpulan data yang peneliti gunakan.
a. Observasi
Observasi ini peneliti lakukan dengan meninjau dan mengamati
secara langsung ke stasiun Radio Komunitas Islam Baucau untuk
memperoleh data-data tentang kegiatan Dakwah yang dilakukan oleh
stasiun radio Komunitas tersebut.
b. Wawancara
Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara langsung dengan
orang yang berwenang. Dalam hal ini, mereka yang dapat memberikan
keterangan seputar apa yang peneliti perlukan mengenai obyek yang
diteliti. Peneliti melakukan wawancara dengan pengelola stasiun radio
serta penyiar yang biasa bertugas di lapangan, terlebih dengan
masyarakat yang merupakan sasaran utama dari kegiatan Dakwah yang

10

dilakukan oleh Radio Komunitas Islam tersebut. Sehingga dapat
diketahui pesan-pesan yang disampaikan tepat sasaran atau sebaliknya.
c. Dokumentasi
Kegiatan ini peneliti lakukan dengan mengumpulkan data-data
berupa gambar, buku-buku, file/dokumen dan lain-lainnya yang berkaitan
dengan penelitian ini, yang kiranya dapat mendukung terlaksananya
penelitian.
d. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data akan dilakukan setelah semua data terkumpul.
Dan untuk menganalisis data dilakukan dengan cara mendiskripsikan
semua data yang diperoleh, yaitu dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi yang dilakukan secara langsung di lapangan dengan
pengelolah Radio Komunitas Islam Baucau. Data tersebut dideskripsikan
secara kongkrit dengan didukung oleh data-data yang diperoleh dari
dokumen/arsip

maupun sumber lain yang berkaitan dengan Peranan

Radio Komunitas Islam Baucau Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di
Baucau (Timor-Leste).
Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi ) karya
Hamid Nasuhi, dkk, yang diterbitkan oleh Ceqda, Jakarta, 2012/2013.
E. Tinjauan Pustaka
Skripsi tentang Radio yang berkaitan dengan Dakwah banyak sekali
peneliti temukan di perpustakaan, baik perpustakaan utama maupun perpustakaan

11

fakultas. Namun, berdasarkan tinjauan intensif yang peneliti lakukan, tidak
satupun skripsi tentang radio Dakwah, yang sama persis atau mirip dengan judul
yang penulis ajukan yaitu, Peranan Radio Komunitas Islam Dalam Kegiatan
Dakwah Islamiyah Di Wilayah Keuskupan Baucau (Timor-Leste). Pada
perpustakaan utama dan fakultas, peneliti hanya menemukan beberapa skripsi
tentang radio yang memang dikaitkan dengan Dakwah. Namun dilihat dari
judulnya, terdapat perbedaan yang sangat mencolok.Untuk mengetahuinya dapat
dilihat pada beberapa judul skripsi berikut ini.
1. Sukesi Wulandari (104051001880) : Format Acara Dakwah Pada Radio
“Studi Komparatif” Bens Radio 106.2 FM & OZ Radio 90.6 FM
2. Herdiawan (10405001863) : Radio ER-DAMMAH 107.7 FM Sebagai
Media Dakwah Islam
3. Dwi Wahyuni Asriani (105051001850) : Strategi Positioning Radio Gema
Annisa Sebagai Radio Dakwah
4. Rizka Prasti (106051001870) : Dakwah Melalui Media Radio (Analisis
Program Cahaya Pagi Di Radio Al Alkassalam Sejahtera JAKARTA (Ras
FM)
Dari peninjauan ini, dapat disimpulkan adanya perbedaan antara skripsiskripsi diatas dengan judul skripsi yang penulis ajukan yaitu: Peran Radio
Komunitas Islam Dalam Kegiatan Dakwah Islamiyah Di Wilayah Keuskupan
Baucau. Sedangakan pada skripsi-skripsi diatas, tidak satupun yang meneliti
tentang peranan kegiatan Dakwah yang dilakukan oleh radio, terutama radio yang
mengatas namakan komunitas Islam.

12

Dengan demikian, jelaslah bahwa judul proposal penelitian skripsi yang
peneliti ajukan ini merupakan satu-satunya skripsi yang membahas tentang
peranan radio komunitas Islam dalam pengembangan Dakwah Islam di Baucau
Timor-Leste yang belum ada satupun Mahasiswa/i yang telah menelitinya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan ini, peneliti menguraikan beberapa
hal tentang Sistematika penulisan yang terdiri dari Lima Bab, sebagai berikut.
BAB I. PENDAHULUAN, bab ini berisikan latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI, bab ini berbicara mengenai pengertian
peranan, pengertian radio, jenis-jenis radio, sejarah radio, pengertian dan unsurunsur Dakwah (Da’i,Mad’u, metode, media ) dan radio sebagai media Dakwah.
BAB III. PROFILRADIO KOMUNITAS ISLAM BAUCAU, bab ini
berisikan tentang, sejarah berdirinya Radio Kumunitas Islam Baucau, visi dan
misi, serta struktur Radio Komunitas Islam Baucau
BAB IV. TEMUAN DATA DAN ANALISIS, pada bab ini menguraikan
Peran Dan Fungsi Radio Komunitas Islam Baucau Sebagai Media Dakwah,
Kendala-Kendala Yang di Hadapi Oleh Radio Komunitas Islam Dalam kegiatan
Dakwah Islamiyah, dan harapan umat Islam terhadap peranan Radio Komunitas
Islam Baucau sebagai media Dakwah.
BAB V.PENUTUP, bab ini merupakan kesimpulan dan saran yang
didapati dalam penelitian.

13

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

14

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian
1. Peranan
Peran dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah seperangkat
tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat.11 Manusia sebagai makhluk yang berkomunikasi, merupakan
bagian dari struktur dan sistem didalam masyarakat. Setiap individu yang
berada di dalamnya memiliki peran masing-masing. Hal ini terjadi karena
setiap anggota masyarakat memiliki status sosial sekalipun berbeda satu
dengan yang lainnya. Seseorang dapat dikatakan mempunyai peranan
apabila orang tersebut menjalankan tugasnya sesuai dengan status yang
dimilikinya. Sebab, statuslah yang menuntut sesorang untuk berperan
didalam masyarakat.
Menurut Soerjono Soekanto “peran dapat dikatakan sebagai
perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat”.12
Sedangkan N. Grass Masson dan A.W.M.C Eachan sebagaimana dikutip
David Berry mendifinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan
yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.
Harapan tersebut menurut David Berry bagian dari norma-norma sosial,

11

Departemmen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990) cet ke, 4. hal-667
12
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar( Jakarta: Balai Pustaka, 1998) cet ke,
1. Hal 667

14

15

oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan itu ditentukan oleh
norma-norma di dalam masyarakat. Artinya seseorang wajib melakukan
hal-hal yang diharapkan masyarakat didalam pekerjaannya dan dalam
pekerjaan yang lainnya.13
Masyarakat terdiri dari individu yang kemudian bersatu didalam
sebuah kelompok. Setiap anggota di dalamnya memiliki berbagai peranan
sesuai dengan statusnya. Dengan peran dan status itu, diharapkan
masyaraakat dapat berpartisipasi untuk membangun wilayahnya sendiri.
Mengingat masyarakat terdiri dari manusia yang pada dasarnya memiliki
rasa ketergantungan antara satu dengan yang lain. Oleh sebab itulah,
dengan peran masing-masing setiap individu maupun kelompok
masyarakat dapat saling menutupi berbagai kekurangan dan dapat dengan
mudah mengatasi setiap persoalan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwasannya peran tidak
dapat dipisahkan dari status sosial seseorang, karena keduannya saling
terikat satu sama lain sehingga dengan keterikatan itulah mendorong setiap
individu untuk bertanggung jawab atas keberadaannya di tengah
masyarakat. Berdasarkan penjelasan mengenai peran diatas, tampak
jelaslah bahwa, peran merupakan bagian dari tugas pokok seseorang.

13

N. Grass Masson and A.W. Eachan, Eksploration Role Analysis, dalam David Berry,
Pokok-Pokok Dalam Sosiologi. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet ke-3. Hal, 99

16

2. Radio
Secara etimologi radio menurut kamus besar bahasa Indonesia
adalah “siaran (pengiriman) suara atau bunyi melalui udara”. 14 Dalam
kamus ilmiah popular karya Sutan Rajasa, radio merupakan pesawat
pengirim/ penerima gelombang siaran.15 Sedangkan dalam kamus bahasa
Indonesia-Melayu Riau, radio diartikan sebagai alat yang menggunakan
siaran yang dapat didengar.16
Menurut Ton Kertapati, pada dasarnya radio merupakan medium
untuk bercerita yang dalam permulaannya segala apa yang disiarkan
mempunyai bentuk cerita, namun didalam bercerita itu di ikuti dengan
faktor lain yang membedakannya dengan surat kabar yaitu efek, suara,
musik dan dialog.17 Namun, ada juga yang mengartikan Radio sebagai
suatu sistem pengiriman dan penerimaan signal, pesan, pembicaraan,
musik dan bunyi lain oleh gelombang elektronik tanpa menggunakan
kabel. Begitu juga dalam illustrated work encyclopedia Radio adalah
metode pengiriman bunyi atau suara dalam jarak jauh oleh gelombang
elektronik tanpa menggunakan kabel.18
Sebagai salah Satu media elektronika, radio mempunyai sifat-sifat
yang khas yang dapat dijadikan sebagai kekuatan yang dimilikinya dalam

14

Ibid, kamus besar bahasa Indonesia..hal,719
Sutan Rajasa, kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Karya Utama) hal, 517
16
H. Idrus Lubis, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, kamus
bahasa Indonesia Melayu Riau, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 318
17
Onong Uchana Efendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Rosda Karya,
1992) cet ke-1, hal, 165
18
Adam Lewis M. Websited New American Dictionaris book. (New York: 1958) hal,
806-807
15

17

menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Lambang
komunikasi radio bersifat auditif, terbatas kepada rangkaian suara/ bunyi
yang hanya menerpa indera telinga. Karena radio tidak menuntuk
khalayaknya untuk memiliki kemampuan untuk membaca, tidak menuntut
kemampuan untuk melihat, melainkan sekedar kemampuan mendengar.19
Radio memang pada dasarnya hanya mengandalkan suara, namun
kelebihan radio begitu banyak apabila dibandingkan dengan media massa
lainnya. Salah satu kelebihannya adalah radio memiliki kemampuan
menjangkau khalayak yang luas dalam waktu bersamaan. Disamping
memiliki sifat serampangan, radio juga terbilang cukup murah. Hal ini
mengakibatkan hampir semua orang memiliki benda tersebut. Kelebihan
lain dari radio adalah acaranya dapat dinikmati dalam berbagai suasana.20
Radio merupakan media massa paling luas di muka bumi. tidak ada
sejengkal tanah dan permukaan laut pun yang tidak terjamah oleh signal
elektromagnetik yang dipancarkan lebih dari 35.000 stasiun radio
diseluruh dunia. Total jangkauan radio melebihi media televisi dan apalagi
surat kabar atau media cetak.21
B. Jenis Jenis Stasiun Radio
Undang-undang penyiaran di Indonesia membagi jenis stasiun penyiaran
ke dalam empat jenis. Keempat jenis stasiun penyiaran ini berlaku baik untuk

19

Moeryanto Ginting Munthe, Media Radio Komunikasi (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1996) cet-1, hal-12
20
Moeryanto Ginting Munthe……. hal-55
21
Asep Syamsul M. Romli, Broadcaster Journalism Panduan Menjadi Penyiar,
Reporter, & Script Writer, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 22-23

18

stasiun penyiaran televisi maupun radio. Keempat jenis stasiun penyiaran itu
adalah:22
1. Stasiun penyiaran publik/ pemerintah
Radio publik/ pemerintah merupakan radio yang dimilki atau
dikuasai secara tegas oleh pemerintah dan pengelolaannya diserahkan
kepada salah satu departemen oleh pemerintah. Misalnya pemerintah
Indonesia menempatkan RRI kepada Departemen Penerangan.23 Stasiun
penyiaran publik/ pemerintah ini lebih cendrung mengutamakan
kepentingan Nasional dari pada kepentingan instansi/ golongan tertentu,
sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara perorangan sebagaimana media
massa swasta. Dan stasiun penyiaran publik juga bersifat non komersial
atau tidak mencari keuntungan.
2. Stasiun Penyiaran Komunitas
Lembaga penyiaran komunitas merupakan lembaga penyiaran yang
berbentuk badan hukum Indonesia (berdasarkan lisensi pemerintah),
didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak komersial,
dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk
melayani kepentingan komunitasnya. Sedangkan menurut Frazer &
Estrada, terdapat perbedaan antara lembaga penyiaran publik, komersial
dan komunitas. Lembaga penyiaran publik dan komersial termasuk
kategori memperlakukan pendengarnya sebagai objek, sedangkan radio

22

Morisson, M.A. Media Penyiaran (Tangerang: Ramdina Prakarsa, 2005). Cet ke-1,

h.75
23

http://agangbebs10.blogspot.com/2013/05/macam-macam-radio-di-indonesia.html
diakses pada hari sabtu, 16-11-13, jam 2:03

19

komunitas memperlakukan pendengarnya sebagai subjek dan pesertanya
terlibat dalam penyelenggaraannya (Frazer & Estrada, Unesco, 2001:
29).24
3. Stasiun Penyiaran Swasta/ Komersial
Stasiun penyiaran

swasta

harus

berbentuk

badan

hukum

Indonesia14 (dengan lisensi pemerintah), dan memiliki bidang usaha
menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi. Sumber pembiayaan
stasiun penyiaran swasta berasal dari iklan dan usaha lain yang sah yang
terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.25
4. Stasiun Penyiaran Berlangganan
Sama hal-nya dengan stasiun penyiaran swasta/ komersial, stasiun
berlangganan juga harus berbentuk badan hukum Indonesia (harus
mendapat lisensi atau izin dari pemerintah). Bidang usaha stasiun ini
hanya sebatas menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan yang
memancar-luaskan atau menyalurkan materi siarannya secara khusus
kepada pelanggan melalui radio, televisi, multimedia, atau media
informasi lainnnya.26
C. Sejarah Radio
Penemuan tekhnologi dalam bidang komunikasi dan penyiaran berawal
dari ditemukannya radio oleh para ahli tekhnik dari Eropa dan Amerika. 27 Berkat
ketekunan tiga cendekiawan muda, diantaranya seorang ahli teori alam
24

ATIE RACHMAWATIE, M.Si. Radio Komunitas, Skalasi Demokratisasi Komunikasi
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007) cet, ke-1, hal-42
25
Morisson,M.A, ……hal-75
2626
Ibid, Morisson,M.A, hal-76
27
Ibid, Morisson,M.A, hal-1

20

berkebangsaan Inggris yakni James Maxwell yang mendapat julukan scientific
father of Wireless berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga mewujudkan
gelombang elektromagnestis pada tahun 1865 ketika ia berusia 29 tahun.28
Pada tahun 1901, seorang Italy bernama Gueglielmo Marconi (1873-1937)
sukses mengirimkan sinyal morse berupa titik dan garis dari sebuah pemancar
kepada alat penerima. Sinyal yang dikirimkan Marconi itu, berhasil menyeberangi
Samudra Atlantik dengan menggunakan gelombang elektromagnetik yang tidak
tampak oleh mata dan bergerak lewat udara dengan kecepatan suara.
Pada masa-masa awal kemunculannya, perhatian terhadap radio hanya
sebatas teknologi transmisi dan tidak

dimanfaatkan seperti pada saat ini.

Kehadiran radio pada saat itu lebih banyak digunakan oleh militer dan pemerintah
untuk kebutuhan penyampaian informasi dan berita. Sedangkan dikalangan
penguasa, radio lebih banyak digunakan untuk kepentingan ideologi dan politik.
Peran radio dalam menyampaikan pesan mulai diakui pada tahun 1909
ketika informasi yang dikirimkan melalui radio berhasil menyelamatkan seluruh
penumpang kapal laut yang mengalami kecelakaan dan tenggelam. Radio menjadi
medium yang teruji dalam menyampaikan informasi yang cepat dan akurat
sehingga semua orang mulai melirik media ini.29
Pesawat radio yang pertama kali diciptakan, memiliki bentuk yang besar
dan tidak menarik serta sulit digunakan karena menggunakan tenaga listrik dari

28

Denis Mc Quail, Teory Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga,
1984), edisi ke-2, hal-15
29
Ibid, Morisson, M.A. Media Penyiaran ……….hal-2

21

baterai yang berukuran besar. Menggunakan pesawat radio ketika itu,
membutuhkan kesabaran dan pengetahuan elektronik yang memadai.30
D. Pengertian Dan Unsur-Unsur Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa “da’wah” berarti: panggilan, seruan atau ajakan.
Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk
kata kerja (fi’il) nya adalah berarti: memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a,
Yad’u, Da’watan).31
Menurut terminologi atau istilah, ada beraneka ragam pengertian Dakwah
yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Syekh Ali Mahfuz, Dakwah berarti,
mendorong manusia atas kebaikan, petunjuk dan menyuruh kepada kebaikan dan
mencegah dari kemungkaran guna mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan
akhirat.32
Dakwah menurut ajaran Islam merupakan suatu kewajiban yang harus
dilakukan, terutama untuk mengajarkan Islam kepada umat Islam dan
mengantarkan mereka dari suatu tempat, atau kondisi tertentu ke tempat lain yang
lebih baik. Dalam berDakwah, seorang Da’i harus berusaha semaksimal mungkin
untuk menyadarkan Mad’unya yang telah keluar dari ajaran/ aqidah Islam,
maupun yang sedang terpengaruh oleh ajaran (suatu aliran) yang mengakibatkan
ketidak jelasan terhadap arah dan tujuan hidup seseorang.
Dakwah tidak hanya sebatas menyeru kepada umat Islam saja. Tetapi, juga
bertujuan untuk mengajak manusia yang belum memeluk Islam agar memeluk
30

Ibid
Wahidin Saputra, M.A. Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2011) cet ke-1, hal-1
32
Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, Dalam Membentuk Da’i Dan Khatib
Profesional, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2002) cet ke-1, hal-2
31

22

dan memahami ajaran agama Islam sehingga senantiasa berperilaku sesuai dengan
apa yan diajarkan. Sedangkan bagi yang telah memeluk Islam, Dakwah bertujuan
untuk membentuk sikap atau pribadi yang berkualitas dan meningkatkan Iman,
Islam, dan Ikhsan.
Berdakwah merupakan sebuah perjuangan dijalan Allah, karena Dakwah
adalah pekerjaan mulia. Ia merupakn perintah yang langsung dari Allah,
sebagaimana tersurat dalam Alqur’an:

           
   
Artinya: “Hendaklah kamu tergolong umat yang mengajak kepada kebaikan,
menyeru mengerjakan yang ma’ruf (yang baik-baik) dan mencegah
membuat yang mungkar (yang jahat). Mereka itulah orang-orang yang
menang” (Ali Imran : 104.
Di zaman modern seperti saat ini, masyarakat mudah terpengaruh oleh
budaya asing yang mengakibatkan terjadinya pergeseran terhadap aqidah Islam
yang sudah melekat dan merupakan warisan dari para ulama terdahulu. Banyak
orang yang mengetahui, namun mereka sengaja melanggar dan mengabaikan
perintah tersebut. perkembangan zaman yang serba canggih ini membuat hampir
semua orang gelap mata, dan menelan mentah-mentah modernisasi tanpa
mencernanya terlebih dahulu.
Menyikapi hal ini, Khatib Pahlawan Kayo mengatakan “dalam kegiatan
masyarakat modern, tantangan Dakwah yang sekarang dihadapi terutama dalam
bentuk hiburan (entertainment), kepariwisataan, dan seni (art) dalam arti luas

23

telah menimbulkan kerawanan moral dan etika. Ditambahkannya lagi, kerawanan
moral dan etika itu muncul karena kemaksiatan yang disokong oleh kemajuan
alat-alat teknologi informasi mutakhir, sehingga mengalami peningkatan kualitas
dan kuantitas, seperti perjuadian, minuman keras, kriminalitas, pornografipornoaksi, dan sebagainya”.33
Berdasarkan hal ini, pengambilan langkah atau upaya yang tepat adalah
dengan mengerahkan seluruh daya dan upaya yang dimilki oleh umat Islam agar
tidak terjebab kedalam jurang kenistaan. Sedangkan dalam menegakan Amar
Ma’ruf dan Nahi Munkar ini, ada beberapa hal yang memang sangat penting
peranannya, yaitu:
1. Da’i
Dalam ajaran Islam, menyampaikan yang baik kepada muslim yang
lain adalah suatu kewajiban. Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa
mengatakan kebenaran adalah tugas setiap umat Islam dengan ketentuan
berdasarkan kemampuan yang dimilkinya. Sedangkan ada yang mengatakan
bahwa orang yang bertugas dalam menyampaikan Amar Ma’ruf haruslah ahli
dalam bidang tersebut dan mereka disebut Da’i/ Mubaligh.
Sedangkan menurut M. Natsir, pembawa Dakwah (petugas Dakwah)
ialah orang yang memperigatkan atau memanggil supaya memilih yakni
memilih jalan dengan membawa keuntungan.34 Singkatnya, seorang Da’i
bertugas untuk mengubah perilaku seseorang dari yang jelek menjadi baik.

33

Drs.R.B. Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah (Jakarta: AMZAH, 2007).cet
ke.1 .hal, 7-8
34
Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, Dalam Membentuk Da’i Dan Khatib
Profesional, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2002) cet ke-1, hal-36

24

Kemampuan seorang Da’i bisa diukur dari mana kala ia berhasil dalam
tugasnya, karena tidak semua Da’i itu berhasil. Hal ini dikarenakan oleh
beraneka ragamnya perilaku dan pola pikir (Mad’u) yang sulit untuk
dipengaruhi karena telah terkontaminasi dengan pemahaman yang sudah
menyatu, yaitu menyimpang dan bahkan sesat. Namun tidak menutup
kemungkinan akan berubah, karena segala usaha tiada yang sia-sia.
2. Mad’u (sasaran/ objek Dakwah)
Dalam proses menyampaikan materi Dakwah, terdapat sebuah unsur
dan merupakan objek utama yang sering disebut dengan istilah Mad’u. Mad’u
adalah orang yang menerima materi/ pesan dari Da’i dan kemudian
melakukan apa yang disampaikan tersebut. Orang-orang yang menjadi Mad’u
adalah mereka yang dianggap kurang pemahamannya tentang ajaran agama
Islam dan cendrung menjadi sasaran empuk dari golongan tertentu.
Mad’u bisa berupa individu, bisa juga orang banyak (khalayak/
hadirin) tergantung situasi dan tempat. Apabila ada Da’i yang memilih
menyampaikan materi kepada Mad’u secara khusus, kemungkinan objek
Dakwah tersebut memang perlu untuk dididik secara khusus. Misalnya,
kelakuan yang bersangkutan (Mad’u) sudah melampaui batas-batas
kemanusiaan dan perlu disadarkan secara pribadi, atau memang dimintai oleh
pihak keluarga dan sebagainya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Mad’u merupakan sasaran Dakwah
yang dirasa perlu untuk

dituntun kejalan yang benar sebagimana itu

25

merupakan tugas dari para Da’i sesuai dengan perintah Allah dalam AlQur’an, surat An-Nahal ayat 125 yaitu:

             
              
Artinya: Serulah (oleh engkau) kepada jalan tuhan engkau dengan jalan
bijaksana dan dengan pelajaran yang baik dan berdiskusilah dengan
mereka dengan cara yang baik pula

3. Metode
Istilah metode dalam kamus ilmiah popular, karya Sutan Rajasa
adalah tata cara yang disusun secara pasti, mapan sistematis dan logis
sebagai landasan untuk suatu kegiatan tertentu.35 Sedangkan Drs. Abdul
Kadir Munsyi mengatakan “metode artinya cara untuk menyampaikan
sesuatu. Yang dimaksud metode Dakwah ialah cara yang dipakai atau
digunakan untuk memberikan Dakwah. Metode ini penting untuk
mengantarkan kepada tujuan yang akan dicapai”.36
Dari difinisi tentang metode diatas, dapat dikatakan bahwa dalam
kegiatan Dakwah, seorang Da’i sekalipun yang tersohor apabila tidak
memiliki metode tertentu, maka akan mendapat kendala dalam menjalankan
tugas sebagai penerus risallah Nabi Muhammad SAW. Pentingnya sebuah
metode dalam Dakwah adalah agar seorang Da’i mudah menyampaikan

35

Sutan Rajasa, kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Karya Utama) hal-390
Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, Dalam Membentuk Da’i Dan Khatib
Profesional, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2002) cet ke-1, hal-71
36

26

materi, dan Mad’u dapat dengan mudah menerima materi tersebut dan
memahami maksud dan tujuan dari apa yang disampaikan oleh sang Da’i.
Kesalahan dalam menggunakan metode Dakwah akan berimbas pada
tidak tercapainya pesan Dakwah kepada komunikan/ atau sasaran Dakwah.
sebagai contoh, misalnya sorang Da’i hendak menDakwahi pengamen
jalanan yang masih belia. diharapkan sang Da’i menggunakan metode/
pendekatan tidak selain musikal. Karena, berdasarkan kenyataan bahwa
kesamaan dalam profesi dapat mempererat suatu hubungan, sehingga
dengan mudah mengemukakan maksud. Disini, sang Da’i dituntut harus
bisa bernyanyi atau bermain gitar, minimal memainkan sebuat alat musik.
pada contoh kasus ini, sang Da’i mendakwahi obyek (pengamen) hanya
dengan menggunakan metode/ pendekatan musikal. Selain dari metode
tersebut, kemungkinan bisa tercipta komunikasi yang kaku, atau bahkan
tidak sama sekali. Dengan demikian, jelaslah bahwa apapun alasannya,
seorang Da’i patut memiliki metode/ cara yang tepat untuk melakukan
sesuatu kebaikan.
4. Media
Salah-satu aspek dalam pelaksanaan Dakwah yang tidak kalah
penting peranannya adalah media. Tidak bisa dipungkiri, tanpa media,
sangat tidak mungkin melakukan sesuatu. Sebagai contoh, manusia tidak
dapat berbicara tanpa lidahnya. Disini lidah berperan sebagai media.
Dengan media seorang Da’i akan terhubungkan dengan Mad’unya dan
sama-sama mencapai tujuan. Seorang penDakwah, tidak akan mendapatkan

27

respon dari stimus yang diberikan, apabila ia salah dalam menggunakan
media. Ketepatan dalam menggunakan media Dakwah akan memberikan
dampak yang positif, dan mendapat respon yang positif pula dari obyek atau
sasaran Dakwah (Mad’u).
Media secara etimologi, berasal dari bahasa Latin yaitu “median”
yang berari alat perantara. Sedangkan kata media merupakan jamak dari
pada kata median tersebut. Pengertian semantiknya media berarti segala
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Dengan demikian media Dakwah adalah segala sesuatu yang
dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan Dakwah yang telah
ditentukan. Media Dakwah ini dapat berupa barang (material), orang,
tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.37
Kehadiran berbagai jenis media saat ini, terutama media massa
elektronik sudah mengalami kemajuan dan dapat dikatakan sangat
mendukung kegiatan Dakwah apabila dimanfaatkan sebaik mungkin.
Seorang Da’i akan dengan mudah menyampaikan materi Dakwah tanpa
harus membuang waktu untuk bertemu dengan Mad’u-nya. Dalam hal ini,
sang Da’i hanya tinggal memilih media yang cocok dengan karakteristik
Mad’u. Terutama Mad’’u yang sudah tidak asing lagi dengan berbagai jenis
media massa modern. Artinya, suksesnya Dakwah, tergantung pada
bagaimana Da’i menggunakan media tertentu untuk berkomunikasi dengan
Mad’unya.
37

hal-163

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi DakwahIslam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),

28

E. Radio Sebagai Media Dakwah
Radio merupakan media komunikasi yang dipergunakan dalam mengirim
siaran berita jarak jauh yang dapat di dengar oleh sekelompok orang yang
mendengarnya melalui pemancar radio yang di inginkan. Dalam kegiataan
Dakwah, radio memegang peranan penting dalam menyampaikan materi-materi
Dakwah dalam bentuk pidato dan ceramah atau kuliah.38
Radio sebagai media massa, tidak hanya sekedar penyampai informasi
tentang Ekonomi, Sosial, dan Politik. Namun radio juga dapat dimanfaatkan untuk
menyampaikan pesan-pesan yang bermuatan keagamaan. Pada situasi seperti ini,
radio berfungsi sebagai media Dakwah. Sebagai media Dakwah, komunikasi
melalui radio harus tetap konsisten dan berada dalam sistem komunikasi Islam.
Artinya, pesan-pesan yang disampaikan melalui radio harus tetap dalam konteks
Islam sekalipun di kemas dalam bentuk siaran biasa. Radio dikatakan sebagai
media Dakwah kare