Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sumber daya manusia SDM yang bermutu adalah investasi masa depan bangsa. SDM yang bermutu hanya dapat dihasilkan oleh pendidikan yang bermutu yang dapat menghasilkan warga negara seutuhnya yang terdidik dan cerdas serta merupakan aset yang menentukan eksistensi dan kemajuan bangsa dalam berbagai dimensi kehidupan. Pendidikan bermutu sangat ditentukan oleh pendidik yang bermutu yang akan berperan sebagai agen pembelajaran dan pembaharuan untuk membudayakan manusia dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Tidak ada kualitas pembelajaran tanpa kualitas guru. Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam uapaya pendidikan sehari-hari disekolah Bafadal,2008: 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Bab III Pasal 7, mengamanatkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idialisme; b memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan ahlak mulia, c memiliki kualifikasi akademis dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya; d memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya; e memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas profesional; f memperoleh penghasilan yang ditetukan sesuai dengan prestasi kerja; g memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i memiliki organesasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan keprofesionalan guru UU Nomor 14 Tahun 2005: 43. Salah satu program dan upaya dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran dan pemberdayaan guru adalah melalui supervisi pembelajaran supervisi akademis. Supervisi akademis adalah menilai dan membimbing guru dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar diperoleh hasil belajar peserta didik yang lebih optimal Sudjana,2008: 1. Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa Sahertian,2008: 40. Menurut Rice dan Bishoprick dalam Bafadal 2008:5, guru professional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Sedang Glickman menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara professional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan ability motivasi motivation. Maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara professional bila memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya, seseorang tidak akan bekerja secara professional bilamana hanya memenuhi salah satu diantara dua persyaratan diatas . Jadi, betapa pun tingginya kemampuan seseorang ia tidak akan bekerja secara professional apabila tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi. Sebaliknya, betapa pun tingginya motivasi kerja seseorang ia tidak akan sempurna dalam menyelesaikan tugas- tugasnya bila tidak didukung oleh kemampuan. Mutu kehidupan sekolah sangat tergantung pada kemampuan kepemimpinan kepala sekolah. Macpherson dan Duignan dalam Bushy Coleman,2006:9 mengemukakan bahwa: Pemimpin pendidikan harus bertanggung jawab dalam menciptakan kultur organesasional yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan partisipasi seluruh pihak yang terlibatdalam pengajaran dan pembelajaran. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kepala sekolah memiliki peran yang sangat menentukan bagi keberhasilan sekolah. Dalam pengelolaan pendidikan kita mengenal fungsi-fungsi manajemen yang meliputi : Planning perencanaan, Organizing pengorganisasian, Actuating pelaksanaan, dan Controlling pengawasan. Sedang Mulyasa,2007:98, dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala satuan pendidikan setidaknya mampu berfungsi sebagai : educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator EMASLIM. Peraturan menteri Pendidikan nasional Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah yang menyebutkan bahwa kompetensi yang harus dimiliki seorang kepala sekolah adalah: kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, sosial. Dengan Permendiknas tersebut berarti seorang kepala sekolah harus kompeten dalam melakukan supervisi terhadap guru-guru yang dipimpinnya. Selanjutnya sesuai dengan Permen Diknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan antara lain bahwa: Pengawasan pengelolaan sekolahmadrasah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan; kemudian disebutkan pula bahwa Supervisi pengelolaan akademis dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh kepala sekolahmadrasah dan pengawas sekolahmadrasah. Guna mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan maupun peraturan di bidang pendidikan. Tiga pilar kebijakan pendidikan Indonesia yaitu : a pemerataan dan perluasan akses, b peningkatkan mutu, relevansi, dan daya saing, c penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik. Ketiga kebijakan makro bidang pendidikan tersebut seharusnya berjalan secara serentak dan simultan dari semua jenis dan jenjang pendidikan tanpa kecuali. Pendidikan Luar BiasaPendidikan Khusus merupakan bagian integral dari kebijakan makro pendidikan nasional. Kebijakan pemerintah dalam penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun disemangati oleh seruan Internasional Education For All EFA yang dikumandangkan UNESCO sebagai kesepakatan global hasil World Education Forum di Dakar, Sinegal Tahun 2000, penuntasan EFA diharapkan tercapai pada tahun 2015. Seruan ini senafas dengan semangat dan jiwa pasal 31 UUD 1945 tentang hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan dan pasal 32 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang mengatur mengenai pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus. Berkaitan dengan tiga pilar kebijakan nasional dibidang pendidikan, Sekolah Luar Biasa SLB secara umum kondisinya masih memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya penyelenggara SLB yang belum memadai bahkan belum memiliki standar minimal pelayanan pendidikan, masih rendahnya mutu dan pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang optimal, kualifikasi guru yang berijasah S1 belum memadai, serta masih terbatasnya sarana prasarana khusus yang sesuai dengan kebutuhan dan jenis ketunaan siswa. Sedangkan secara umum kelemahan-kelemahan pendidikan yang terjadi di Indonesia antara lain 1 proses belajar mengajar masih berorientasi kepada guru 2 materi pelajaran terlalu syarat, tidak diberikan yang esensial saja, kurang memperhatikan segi praktis yang penting dalam kehidupan, 3 proses didominasi oleh pengembangan afektif, dan 4 pengawasan yang bersifat profesional dilakukan secara kurang intensip. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003:2, tentang Sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Sedang dalam Bab. VI, Pasal 32 menegaskan bahwa : Pendidikan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karna kelainan fisik, emosional, sosial, danatau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, guna mencapai tujuan pendidikan telah menetapkan 8 Standar pendidikan yang meliputi: 1 Standar kompetensi lulusan, adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan; 2 Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didikpada jenjang dan jenis pendidikan tertentu; 3 Standar proses, adalah standar nasional pendidikanyang berkaitan dengan pelsksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan; 4 Standar pendidik dan tenaga kependidikan, adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan; 5 Standar sarana prasarana, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kinerja minimal tentang ruang belajar, tempat ber olah raga, tempat beribadah, pengetahuan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain; tempat berkreasi dan berekreasi, tempat bermain, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjan proses pembelajaran, termasuk penggunaan tehnologi informasi dan komunikasi; 6 Standar pengelolaan, adalah standar nasional pendidikan berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikanpada tingkat satuan pendidikan, kabupatenkota, propinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan; 7 Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; 8 Standar penilaian pendidikan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Selanjutnya persyaratan tenaga pendidik sesuai pasal 28 ayat 1 sampai 4 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan adalah: 1 pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; 2 kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijasah danatau sertifikat keahlian yang relevan sesuai perundang-undangan yang berlaku; 3 kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi : a kompetensi paedagogik ; b kompetensi kepribadian; c kompetensi profesional; d kompetensi sosial; 4 seorang yang tidak memiliki ijasah danatau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan. Berdasarkan landasan tersebut diatas, upaya peningkatkan kualitas mutu pembelajaran pada Sekolah Luar Biasa Muhammadiyah Sindurjan Purworejo, yang melayani pendidikan bagi anak tunanetra, anak tunarungu wicara, anak tunagrahita dan anak tuna daksa, diharapkan kepala sekolah sebagai top leader mampu mengembangkan potensi sekolah, kualitas guru dan siswa untuk mencapai prestasi dan tujuan pendidikan secara maksimal. Hal tersebut dapat dicapai antara lain dengan mengoptimalkan pengelolaan supervisi pembelajaran.

B. Fokus Penelitian