Gambaran Perilaku Pencegahan Kanker Payudara Melalui Pemeriksaan Payudara sendiri (SADARI) pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakrta dengan Pendekatan Healt Belief Model

ii

Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015
Skripsi

Oleh:
Defirna Indah Putri
1111101000047

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M

ii

iii


iv

v

ABSTRAK
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Promosi Kesehatan
Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri Pada Mahasiswi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2015
Defirna Indah Putri - 1111101000047
xii + 54 halaman, 10 tabel, 3 bagan, 1 gambar, lampiran
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) merupakan salah satu cara
yang dilakukan untuk deteksi dini kanker payudara. Upaya SADARI sangat
penting sebab sekitar 75-85% keganasan kanker payudara ditemukan pada
saat dilakukan SADARI. Perilaku kepercayaan kesehatan (health belief)
juga menentukan status kesehatan, perubahan perilaku menuju ke arah
hidup yang baik bagi penderita kanker payudara sebelum stadium lanjut

melalui pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan kanker payudara melalui
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan persepsi – persepsi yang
mempengaruhi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2015 di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan desain
penelitian cross sectional . Hasil penelitian didapatkan bahwa responden
memiliki perilaku pencegahan kanker payudara melakukan rutin SADARI
61.3 % dan melakukan tidak rutin 38.7%, persepsi keseriusan kanker
payudara terhadap SADARI sebanyak 53.8%, persepsi kerentanan kanker
payudara terhadap SADARI sebanyak 66.7%, persepsi terhadap manfaat
SADARI sebanyak 74.2%, persepsi terhadap hambatan melakukan
SADARI 17.2%. Kesimpulan bahwa responden sudah memiliki persepsi
keseriusan,persepsi kerentanan, persepsi manfaat dan persepsi hambatan
terhadap pemeriksaan payudara sendiri walaupun responden belum
melakukan perilaku SADARI secara rutin. Disarankan kepada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah untuk
mengadakan sosialisasi dan kegiatan pencegahan kesehatan lainnya terkait

kanker payudara dan pemeriksaan payudara sendiri untuk meningkatkan
kesadaran mahasiswa akan deteksi dini kanker payudara.
Kata Kunci: Perilaku, Persepsi, Kanker Payudara, Pemeriksaan Payudara Sendiri.
Daftar Bacaan : 35 (1974 – 2013)

vi

ABSTRACT

Faculty of Medicine and Health Science
Public Health Department – Health Promotion Interest
Behavioural Visualization of Breast Self-Examination Faculty of Medical and
Health Science Students at Syarif Hidayatullah State Islamic Jakarta 2015
Defirna Indah Putri – 1111101000047
xii+54 pages, 10 tabels, 3 charts, 1 picture, attachments.

Self Breast Examination (SADARI) is one of many ways to early detection of
breast cancer. It is very important to do because 75-85% of breast cancer symptoms
are found during SADARI step. Health belief behavioral also take part in deciding
health status and behavioral changes to better lifestyle for breast cancer patient

before diagnosed to a higher stadium with SADARI. This research aims to know
about this behavioural visualization of breast cancer prevention through self breast
examination (SADARI) and perceptions that influences female medical and health
science students at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.
This research took place in August through October 2015 at Faculty of
Medicine and Health Science UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This research is
quantitative, using cross-sectional research design. The result states that 61,3% of the
respondents have been doing SADARI in a regular basis and 38,7% in an irregular
basis. Perception towards breast cancer seriousness is at 53,8%, perception towards
vulnerability is at 66,7%, perception towards the benefits of SADARI is at 74,2%,
and perception towards the obstacle in doing SADARI is at 17,2%. In summarize,
respondents have had perceptions toward seriousness, vulnerability, benefits, and
obstacles in doing SADARI even though some of the respondents still have not been
doing SADARI in regular basis. The advice of researchers is to hold socialization
and other health prevention activities related to breast cancer and breast self
examination to improve student awareness will be early detection of breast cancer.
Key words: Behavior, perception, breast cancer, self breast examination.
Reading List: 35 (1974-2013)

vii


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya
penulisan penelitian ini dengan judul “Gambaran Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI) pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015”. Dalam pelaksanaan penulisan hasil penelitian ini,
peneliti telah banyak memperoleh bimbingan dan pengarahan daripada berbagai
pihak. Oleh karena itu, peneliti mengambil kesempatan ini untuk menyampaikan
ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan dan Bu Fase Badriah,Ph.D
selaku Wakil Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.

Ibu Fajar Ariyanti,M.Kes,Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat yang bijaksana dan perhatian.

3. Bapak Dr. M. Farid Hamzens, M.Si dan Ibu Riastuti Kusuma Wardani, MKM

selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga,
dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan penelitian skripsi ini.
4. Segenap dosen dan staff pengajar Prpgram Studi Kesehatan Masyarakat atas
ilmu dan pengalaman dibagikan kepada penulis.
5. Kedua Orangtua (Bp. Firdaus Radjab dan Ibu Herina) dan keluarga penulis
yang telah memberikan doa, saran dan dorongan baik moril maupun materiil.

viii

6. Segenap sahabat dan teman

penulis (Shofa Mustajaba,Anggita Risqi

P,Devita Cahya Permata,Dessy Kartika,Nabila Eddelweis, Rinda Aria Putri
dan Rachmad Sulistyo) yang selalu memberikan doa dan semangat untuk
penulis
7. Teman-teman saya di Peminatan Promosi Kesehatan 2011 yang telah
memberikan doa, semangat dan dorongan untuk penulis sampai selesai
penelitian ini. Sukses untuk teman-teman semua!
8. Semua orang yang yang telah berkontribusi dalam penelitian ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu baik besar maupun kecil,secara langsung
maupun tidak langsung.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Januari 2015

Penulis

ix

DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………………… ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ....................................................... iv
ABSTRAK ………….............................................................................................. v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….…... vii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ……………………………………………………………….. xiii

DAFTAR GAMBAR

…........................................................................................ xiv

1. BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 2
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 2
1.2. Rumusan Masalah …………………………………………...…………… 4
1.3. Pertanyaan Penelitian …………………………………...………………... 5
1.4. Tujuan ........................................................................................................ 6
a. Tujuan Umum ...................................................................................... 6
b. Tujuan Khusus ..................................................................................... 6
1.5. Manfaat ...................................................................................................... 7
a. Pelayanan Kesehatan Masyarakat ………………………………….… 7
b. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta .................................................................................................. 7
c. Peneliti Lain ………………................................................................. 7
1.6. Ruang Lingkup …………………………………………………………... 8
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................9
2.1. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) .................................................9
a.


Pengertian SADARI …………………………………………….….... 9

b.

Manfaat SADARI …………………………………………………..... 10

c.

Cara Melakukan SADARI …………………………………...…..…... 10

2.2. Kanker Payudara …...………………………………………...….….…… 14

x

a.

Definisi Kanker Payudara …………………………………..….....…...14

b.


Etiologi Kanker Payudara ………………………………...…….……. 14

c.

Faktor Risiko Kanker Payudara ……………………………………… 15

d.

Manifestasi Klinis ……………………………………….…………… 17

e.

Pentahapan Kanker Payudara …………………………….……....….. 18

f.

Pemeriksaan Penunjang …………………………………….…........... 19

g.


Penatalaksanaan …………………………………………….…........... 19

2.3. Perilaku …………...................................................................................... 19
2.4. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model) .............................. 20
2.5. Kerangka Teori …………………………………………………..…..........25
3. BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................27
3.1. Kerangka Konsep ………………………….............................................. 27
3.2. Definisi Operasional …................................................................................28
4. BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................................30
4.1. Jenis Penelitian ...........................................................................................30
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 30
4.3. Populasi dan Sampel …………………………………………………...… 30
4.3.1.

Populasi ……………………………………………………..….… 30

4.3.2.

Sampel ………………………………….……………………….... 30

4.3.3. Pengambilan Sampel ………………….………………………..…..30
4.4. Instrumen Penelitian ……………………………………….…..……....... 31
4.5. Metode Pengumpulan Data …………………………….…….…...…….... 32
4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………………..…………...…. 32
4.7. Pengolahan Data …………………………………………..……..……….. 33
4.8. Analisis Data ………………………………………………...…………..... 34
5. BAB V. HASIL ………………………..…………………………...……...........35
5.1. Analisis Univariat ….……………………………………….…..……….... 35
5.1.1. Gambaran Umum Responden ……………………………..……..... 35
5.1.2. Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri ………………...………… 36
5.1.3. Gambaran Persepsi Keseriusan Kanker Payudara Terhadap SADARI
…………………………………………………………………...….....37

xi

5.1.4. Gambaran Persepsi Kerentanan Kanker Payudara terhadap SADARI
…………………………………………………………….………..….38
5.1.5. Gambaran Persepsi Manfaat Terhadap SADARI…….…………......38
5.1.6. Gambaran Persepsi Hambatan Terhadap SADARI…….……….......39
6. BAB VI. PEMBAHASAN ………………………………………………......... 40
6.1. Keterbatasan Penelitian …………………………………………………... 40
6.2. Pembahasan …….….…………………………………………………....... 41
6.2.1. Gambaran Umur …………………………………………………... 41
6.2.2. Perilaku

Pencegahan

Kanker

Payudara

melalui

SADARI

………………………………………………………………..……….42
6.2.3. Gambaran Persepsi Keseriusan Kanker Payudara terhadap SADARI
……………………………………………………………………….. 43
6.2.4. Gambaran

Persepsi

Kerentanan

Kanker

Payudara

terhadap

SADARI………………………………………………………...…….44
6.2.5. Gambaran Persepsi Manfaat Terhadap SADARI……......................46
6.2.6. Gambaran Persepsi Hambatan Terhadap SADARI…………...........47
6.3. Epilog …………………………………………………………………….. 48
7. BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………...51
7.1. Simpulan……………………………………………………………...........51
7.2. Saran………………………………………………………………..….......52
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 54
LAMPIRAN………………………………………………………….…........ 57

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional

28

Tabel 4.1 Kisi Kisi Intrument Penelitian

31

Tabel 4.2 Skor Jawaban Pernyataan Persepsi

33

Tabel 5.1 Distribusi Umur Responden Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

36

Tabel 5.2 Distribusi Responden Mahasiswi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam Melakukan SADARI Secara Rutin

36

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Keseriusan Kanker Payudara
terhadap SADARI

37

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Kerentanan Kanker Payudara
terhadap Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

38

Tabel 5.6 Distribusi Responden Mengenai Persepsi Terhadap Manfaat Pemeriksaan
Payudara Sendiri

38

Tabel 5.7 Distribusi Responden Mahasiswi Mengenai Persepsi Terhadap Hambatan
SADARI

39

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Teori Health Belief Model Rosenstock,Becker,Janz, dan Hocbaum

25

Bagan 2.2. Kerangka Teori

26

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

27

xiv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1. Langkah - langkah Pemeriksaan Payudara Sendiri menurut Bustan 11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) melaporkan kanker payudara
merupakan kanker yang paling umum diderita oleh perempuan baik di negara
maju maupun di negara berkembang. Jumlah kasus kanker payudara menduduki
peringkat kedua setelah kanker serviks yang paling banyak diderita wanita di
dunia. Survei yang dilakukan WHO menyatakan 8 - 9 persen wanita mengalami
kanker payudara (WHO,2013). Setiap tahun lebih dari 250.000 atau setiap jam
terdapat 28 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih
175.000 atau setiap jam terdapat 19 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di
Amerika Serikat. Selain itu menurut National Cancer Institute (NCI), wanita
yang menderita kanker payudara terdapat perkiraan kasus baru 232.340 wanita
sedangkan kasus kematian akibat kanker payudara sejumlah 39.620 wanita (NCI,
2013). Di Indonesia, kanker payudara kini menjadi pembunuh nomor satu.
Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 100 penderita baru per100.000 penduduk
yang ada di Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2010).
Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), kanker payudara
menempati urutan pertama pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia
(16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%). Kanker payudara menyerang
wanita muda atau dewasa dengan penderita terbanyak berusia 40 hingga 49
tahun yang datang dengan kondisi stadium lanjut (Kementerian Kesehatan,

2

3

2010). Jumlah kasus baru yang semakin meningkat tiap tahunnya menambah
beban global terutama bagi negara berkembang, namun hal ini dapat dicegah
dengan menyebarkan pengetahuan tentang kanker dan deteksi dini. Sebenarnya
untuk mendeteksi kanker payudara tidak sulit, semua wanita cukup
melakukannya sendiri tanpa perlu ke dokter, yaitu melalui pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) (Jemal, 2011).
Pemeriksaan payudara sendiri sangat penting untuk dilakukan karena
hampir 85% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri. Studi
empiris menyatakan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), pemeriksaan
payudara klinis dan mammografi dapat membantu dalam memastikan deteksi
dini kanker payudara. Disamping itu, pemeriksaan payudara sendiri yang
dilaksanakan setiap satu bulan sekali menjadi metode yang paling murah dan
sederhana yang dapat dilakukan secara mandiri oleh wanita dibandingkan
dengan mammografi (Manuaba,2010).
Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Mei 2015 terhadap 20
Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dari 4 program studi yang telah dipilih secara insidental. Didapatkan data
bahwa 6 yang melakukan SADARI secara rutin setiap satu bulan sekali, 10
mahasiswi melakukan SADARI secara tidak rutin setiap satu bulan sekali dan
sisanya 4 mahasiswi tidak pernah melakukan SADARI. Setelah dilakukan
wawancara lebih mendalam diperoleh data bahwa kebanyakan dari mereka baru
melakukan SADARI secara rutin apabila dirasakan adanya keluhan atau
benjolan pada payudaranya. Informasi tersebut tidak dapat mengeneralisasi
namun paling tidak memberikan gambaran bahwa mahasiswi Fakultas

4

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga
sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu melakukan perilaku SADARI
secara rutin setiap satu bulan sekali, namun kenyataannya perilaku SADARI
mahasiswi masih kurang baik.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Siti Masyitah pada Mahasiswi
Universitas Indonesia S1 Reguler, sebanyak 51,9% mahasiswi melakukan
SADARI, namun hanya 3,3% yang melakukannya secara rutin setiap bulan.
Untuk persepsi terhadap manfaat melakukan SADARI, persepsi terhadap
hambatan melakukan SADARI menunjukkan hubungan yang signifikan dengan
praktik SADARI (Masyitah,2013). Dalam studi terkini, kepercayaan kesehatan
(health belief) mengenai perilaku SADARI dilihat dalam konteks Health Belief
Model yang mencoba untuk menjelaskan dan meramalkan partisipasi individual
dalam program pencegahan dan promosi kesehatan (Champion,1993).
Berdasarkan gambaran di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui
Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri pada Mahasiswi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
1.2. Rumusan Masalah
Menurut survei yang dilakukan Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta
(YKPJ) pada tahun 2010 menunjukkan 80% masyarakat tidak mengerti
pentingnya pemeriksaan payudara sendiri. Sebanyak 70% kasus kanker
payudara ditemukan dalam stadium lanjut sehingga angka penyembuhannya
rendah. Perilaku kepercayaan kesehatan (health belief) juga menentukan status
kesehatan, perubahan perilaku menuju ke arah hidup yang baik bagi penderita

5

kanker payudara sebelum stadium lanjut melalui pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI).
Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Mei 2015 terhadap 20
Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Didapatkan data bahwa 6 yang melakukan SADARI secara rutin setiap
satu bulan sekali, 10 mahasiswi melakukan SADARI secara tidak rutin setiap
satu bulan sekali dan sisanya 4 mahasiswi tidak pernah melakukan SADARI.
Setelah dilakukan wawancara lebih mendalam diperoleh data bahwa kebanyakan
dari mereka baru melakukan SADARI secara rutin apabila dirasakan adanya
keluhan atau benjolan pada payudaranya. Informasi tersebut tidak dapat
mengeneralisasi namun paling tidak memberikan gambaran bahwa Mahasiswi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
juga sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu melakukan perilaku SADARI
secara rutin setiap satu bulan sekali, namun kenyataannya perilaku SADARI
mahasiswi masih kurang baik.
Berdasarkan penelitian tersebut yang telah dijelaskan pada latar belakang,
penulis tertarik meneliti tentang Gambaran Perilaku Pemeriksaan Payudara
Sendiri pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran pemeriksaan payudara sendiri pada Mahasiswi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015

6

1.4 Tujuan Umum
Diketahui gambaran pemeriksaan payudara sendiri pada Mahasiswi
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015.
1.5 Tujuan Khusus
1. Diketahui gambaran perilaku pemeriksaan payudara sendiri pada Mahasiswi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2015;
2. Diketahui gambaran persepsi mengenai keseriusan terhadap kanker payudara
pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015;
3. Diketahui gambaran persepsi mengenai kerentanan terhadap kanker payudara
pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015;
4. Diketahui gambaran persepsi manfaat terhadap pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015;
5. Diketahui gambaran persepsi hambatan terhadap pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015.

7

1.6 Manfaat Penelitian
1) Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengelola pendidikan untuk meningkatkan pendidikan kesehatan khususnya
untuk menurunkan kejadian kanker payudara dengan cara memberikan
motivasi untuk melakukan pencegahan kanker payudara.
2) Mahasiswi

Fakultas

Kedokteran

dan

Ilmu

Kesehatan

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta
Hasil penelitian ini akan memberikan gambaran perilaku pemeriksaan
payudara sendiri pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran melakukan
SADARI secara rutin;
3) Peneliti Lain
Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan serta
acuan untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik.

8

1.7.

Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku
pemeriksaan payudara sendiri pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober 2015 di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
a. Pengertian
Pemeriksaan Payudara Sendiri merupakan usaha untuk mendapatkan
kanker payudara pada stadium yang lebih dini (down staging) (Manuaba,
2010). Pemeriksaan payudara yang dilakukan sendiri dengan belajar melihat
dan memeriksa perubahan payudaranya sendiri setiap bulan melalui
pemeriksaan secara teratur akan diketahui adanya benjolan atau masalah lain
sejak dini walaupun masih berukuran kecil sehingga lebih efektif untuk
diobati. SADARI dilakukan pada hari ke 7-10 yang dihitung sejak hari
pertama haid (saat payudara sudah tidak mengeras dan nyeri) atau bagi yang
telah menopause pemeriksaan dilakukan memilih tanggal yang sama setiap
bulannya (misalnya setaip tanggal 1 atau tanggal lahirnya). Pemeriksaan

ini

dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis yang
digerakkan secara bersamaan pada payudara yang sedang dilakukan
pemeriksaan (Kementerian Kesehatan,2009).
Pemeriksaan Payudara Sendiri dianggap sebagai cara paling murah,
aman dan sederhana serta penting dalam mendeteksi karena sekitar 75-85%
benjolan di payudara penderita ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan
payudara sendiri (Supriyanto,2010). Direkomendasikan selama bertahuntahun, praktik rutin SADARI setiap bulan dibanyak negara masih rendah.

9

10

Sebuah studi di Iran menemukan hanya 7,6 % wanita di Iran yang melakukan
praktik SADARI setiap bulan secara teratur (Noroozi et al,2010). Di Turki,
51 % wanita tidak melakukan praktik SADARI dan hanya 5 % yang
melakukan SADARI setiap bulan secara teratur (Nachivan et al,2007).
b. Manfaat Pemeriksaan Payudara Sendiri
Manfaat periksa payudara sendiri (SADARI) adalah untuk mendeteksi
sedini mungkin adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara
pada hakikatnya dapat diketahui secara dini oleh para wanita usia subur.
Setiap wanita mempunyai bentuk dan ukuran payudara yang berbeda, bila
wanita memeriksa payudara sendri secara teratur, setiap bulan setelah haid,
wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita yang normal. Bila ada
perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan mudah (Manuaba,
2009)
c. Cara Melakukan SADARI
Melakukan SADARI tidak terlalu sulit karna bisa dilakukan saat
kegiatan sehari – hari dan dilakukan setelah haid 7-10 hari bisa 1-2 kali
hanya 10 menit. Langkah – langkah dalam melakukan SADARI menurut
Kementerian Kesehatan (2009), yaitu :
1. Perhatikan kedua payudara. Berdirilah di depan cermin dengan tangan di
sisi tubuh dan lihat apakah ada perubahan pada payudara. Lihat
perubahan dalam hal ukuran, bentuk atau warna kulit, atau jika ada
kerutan, lekukan seperti lesung pipi pada kulit.
2. Perhatikan kembali kedua payudara sambil mengangkat tangan di atas
kepala, dilanjutkan dengan meletakkan kedua tangan dipinggang sambil

11

menekan agar otot dada berkontraksi. Bungkukan badan untuk melihat
apakah kedua payudara menggantung seimbang.
3. Tekan masing-masing putting dengan ibu jari dan jari telunjuk secara
lembut untuk melihat apakah ada cairan yang keluar.
4. Lakukan perabaan payudara. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil
berdiri

atau

berbaring.

Jika

memeriksa

payudara

sambil

berbaring,diletakkan sebuah bantal dibawah pundak sisi payudara yang
akan diperiksa.
5. Angkat lengan kiri ke atas kepala. Gunakan tangan kanan untuk menekan
payudara kiri dengan ketiga jari tengah (telunjuk, tengah dan manis).
Mulailah dari daerah putting susu dan gerakkan ketiga jari tersebut
dengan gerakan memutar keluar di seluruh permukaan payudara.
6. Rasakan apakah terdapat benjolan atau penebalan. Pastikan untuk
memeriksa daerah yang berada di antara payudara, dibawah lengan, dan
dibawah tulang selangka.
7. Angkat lengan kanan ke atas kepala dan ulangi pemeriksaan untuk
payudara sebelah kanan dengan menggunakan tangan kiri. Pemeriksaan
ini akan membantu untuk mengetahui lebih awal apabila ada kelainan
pada payudara yaitu dengan menggunakan teknik yang sama setiap
bulannya.

12

Gambar 2.1 Langkah - Langkah Pemeriksaan Payudara Sendiri (Bustan,2007)

1. Semasa mandi
Angkat sebelah tangan, menggunakan satu jari gerakkan secara
mendatar perlahan-lahan ke serata tempat bagi setiap payudara.
Gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara sebelah kiri dan
tangan kiri untuk payudara kanan. Periksa dan cari bila terdapat
gumpalan / kebetulan keras, menebal dipayudara.
2. Berdiri di hadapan cermin

Dengan mengangkat kedua tangan keatas kepala, putar-putar tubuh
perlahan-lahan dari sisi kanan ke sisi kiri. Cekak pinggang anda, tekan
turun perlahan-lahan ke bawah untuk menegangkan otot dada dan
menolak payudara anda kehadapan. Perhatikan dengan teliti segala

13

perubahan seperti besar, bentuk dan kontur setiap payudara. Lihat
pula jika terdapat kekakuan, lekukan atau puting tersorot kedalam.
Dengan perlahan-lahan, picit kedua puting dan perhatikan jika
terdapat cairan keluar. Periksa lanjut apa cairan itu kelihatan jernih
atau mengandung darah.

3. Berbaring

Untuk memeriksakan payudara sebelah kanan, letakkan bantal di
bawah bahu kanan dan tangan kanan diletakkan dibelakang kepala.
Tekan jari anda mendatar dan bergerak perlahan-lahan dalam bentuk
bulatan kecil, bermula dari bagian pangkal payudara. Selepas satu
putaran, jari degerakkan 1 inci (2,5cm) kearah putting. Lakukan
putaran untuk memeriksa setiap bagian payudara termasuk puting.
Ulangi hal yang sama pada payudara sebelah kiri dengan meletakkan
bantal dibawah bahu kiri dan tangan kiri diletakkan dibelakang
kepala. Coba rasakan sama ada terdapat sebarang gumpalan dibawah
dan dibawah dan disepanjang atas tulang selangka.

Pencegahan yang dilakukan para wanita untuk mengetahui gejalagejala kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri adalah cara
mudah yang dilakukan setiap bulan 7- 10 hari setelah haid. Hal tersebut bisa
dilihat dari penyebab kanker payudara,gejala-gejala payudara dan pengobatan
kanker payudara jika sudah stadium lanjut.

14

2.2. Kanker Payudara
a. Definisi
Kanker payudara adalah terjadinya keganasan pada daerah payudara.
(Otto,2005). Kanker payudara mungkin ditemukan sewaktu in situ (masih
local) atau ditemukan sebagai neoplasma maligna (telah menyebar). Gejala
yang paling sering terjadi pada kanker payudara yaitu adanya massa
(terutama jika keras, irregular, tidak nyeri tekan) atau penebalan pada
payudara atau daerah aksila; rabas putting payudara unilateral, persisten,
spontan yang mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau
cair; retraksi atau inversi putting susu; perubahan ukuran, bentuk atau tekstur
payudara (asimetris); pengerutan atau pelekukan kulit disekitarnya; kulit
yang bersisik disekeliling puting susu. Adapun gejala penyebaran lokal atau
regional yaitu adanya kemerahan, ulserasi, edema, atau pelebaran vena;
perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk); pembesaran kelenjar getah
bening aksila (Otto,2005).
Kanker payudara biasanya menyerang wanita muda atau dewasa
dengan penderita terbanyak berusia 40 hingga 49 tahun. Namun saat ini
terdaapt kecenderungan kanker payudara semakin banyak dialami wanita
muda usia 20 tahun akibat perubahan gaya hidup (Sari,2011).
b. Etiologi
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian

faktor

genetik,

hormonal,

dan

kemungkinan

kejadian

lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus
bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan

15

kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik belum
diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen
normal, dan pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan
perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh
ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon
ovarium utama- estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi
kanker payudara (Suddarth & Brunner, 2003).
c. Faktor resiko kanker payudara
Menurut Suddarth & Brunner (2003) yang menjadi faktor resiko
terjadinya kanker payudara yaitu:
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara.
Resiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya
meningkat hampir 1 % setiap tahun.
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan dengan keluarga
langsung) dari wanita

dengan kanker payudara. Resikonya

meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60
tahun; resiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara pada
dua orang saudara langsung.
3. Menarche dini.
Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama.

16

Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun
mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara
dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama pada usia
sebelum 20 tahun.
5. Menopause pada usia lanjut.
Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan resiko untuk
mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah
menjalani ooforektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai
resiko sepertiganya.
6. Riwayat penyakit payudara jinak.
Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel
proliferatif mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker
payudara; wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai resiko empat
kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan
sebelum usia 30 tahun beresiko hampir dua kali lipat.
8. Obesitas, resiko terendah di antara wanita pascamenopause.
Bagaimanapun wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mepunyai
angka kematian lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan
diagnosis lambat.
9. Kontrasepsi oral.
Wanita yang menggunakan kontraseptif oral beresiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, resiko tinggi ini
menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.

17

10. Terapi penggantian hormon.
Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker
payudara pada terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia lebih
tua yang menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannnya
untuk jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat
mengalami peningkatan resiko. Sementara penambahan progesteron
terhadap penggantian estrogen meningkatkan insidens kanker
endometrium, hal ini tidak menurunkan resiko kanker payudara.
11. Masukan alkohol.
Sedikit

peningkatan

resiko

ditenukan

pada

wanita

yang

mengkonsumsi alkohol bahkan dengan hanya sekali minum dalam
sehari. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa wanita muda
yang minum alkohol lebh rentan untuk mengalami kanker payudara
pada tahun-tahun terakhirnya .
d. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada kanker payudara menurut Otto, 2005, sebagai
berikut:
1). Gejala yang paling sering terjadi :
a. Massa (terutama jika keras, ireguler, tidak nyeri tekan) atau
penebalan pada payudara atau daerah aksila
b. Rabas puting payudara unilateral, persisten, spontan yang
mempunyai karakter serosanguinosa, mengandung darah, atau
encer.
c. Retraksi atau inversi puting payudara.

18

d. Perubahan ukuran, bentuk atau tekstur payudara (asimetris).
e. Pengerutan atau pelekukan kulit sekitarnya.
f. Kulit yang bersisik di sekeliling puting payudara.
2). Gejala penyebaran lokal atau regional :
a. Kemerahan, ulserasi, edema atau pelebaran vena
b. Perubahan peau d’orange (seperti kulit jeruk)
c. Pembesaran kelenjar getah bening aksila
3). Bukti metastase :
a. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
b. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
c. Peningkatan alkali fosfatase, kalsium, dan atau nyeri tulang
berkaitan dengan penyebaran ke tulang.
e. Pentahapan kanker payudara
Menurut Suddarth& Brunner (2003), tahap – tahap berkembangnya
kanker payudara, yaitu:
1) Tahap I : terdiri atas tumor yang kurang dari 2 cm, tidak mengenai
nodus limfe, dan tidak terdeteksi adanya metastase.
2) Tahap II : terdiri atas tumor yang lebih besar dari 2 cm tetapi kurang
dari 5cm, dengan nodus limfe tidak terfiksasi negatif atau positif, dan
tidak terdeteksi adanya metastase.
3) Tahap III : terdiri atas tumor yang lebih besar dari 5 cm, atau tumor
dengan sembarang ukuran yang menginvasi kulit atau dinding,
dengan nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular dan tanpa
bukti adanya metastase.

19

4) Tahap IV : terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran, dengan nodus
limfe normal, atau kankerosa dan adanya metastase jauh.
f. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan pemeriksaan Ultrasonografi (USG) payudara,
mammografi, dan Fine Needle Absorbtion Biopsi (FNAB) untuk menunjang
diagnosis. Untuk menentukan metastase dapat dilakukan foto thoraks, bone
survey, USG abdomen atau hepar (Mansjoer, 2000)
g. Penatalaksanaan
Menurut Suddarth & Brunner (2003), pengobatan kanker payudara meliputi:
1. Pengobatan lokal kanker payudara yang meliputi : mastektomi radikal
yang dimodifikasi dan bedah dengan menyelamatkan payudara.
2. Terapi radiasi
3. Rekonstruksi
4. Pengobatan sistemik kanker payudara yang meliputi : kemoterapi.
2.3. Perilaku

Rosenstock dan Becker menjelaskan perilaku dalam teori health belief
model, bahwa munculnya suatu perilaku sehat merupakan kumpulan dari core
belief yaitu persepsi individu yang berkaitan dengan susceptibility to illness, the
severity of the illness, the cost involved in carrying out the behavior, the benefit
involved in carrying out the behavior dan cues to action. Health belief model
digunakan untuk memprediksi perilaku preventif (Taylor,2006)
Hocbaum dan Rosenstock menyatakan bahwa salah satu teori sikap yang
paling berpengaruh dalam menjelaskan mengapa individu tersebut melakukan
perilaku sehat adalah health belief model. Individu melakukan perilaku sehat

20

tertentu tergantung pada dua faktor yaitu apakah individu tersebut merasakan
ancaman kesehatan dan apakah individu meyakini bahwa perilaku tertentu
secara efektif dapat mengurangi ancaman yang dirasakan. (Taylor,2006)
Berdasarkan definisi teori-teori datas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
pencarian pengobatan tidak lepas dari persepsi seseorang tentang mencari
pengobatan itu sendiri baik persepsi Keseriusan yang dirasakan (perceived
seriousness), kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), manfaat yang
dirasakan (perceived benefits), dan rintangan yang dirasakan (perceived barrier).
2.4. Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)
Model kepercayaan kesehatan (Health Belief Model) adalah suatu
bentuk penjabaran dari model sosio psikologis, munculnya model ini
didasarkan pada kenyataan bahwa problem kesehatan ditandai oleh kegagalankegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan
penyembuhan penyakit yang diselenggarakan, kegagalan ini akhirnya
memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventif
health behavior), yang oleh Becker (1974) dikembangkan dari teori lapangan
menjadi model kepercayaan kesehatan (health belief model) .
Rosenstock (1974) menyatakan, hipotesis Health Belief Model (HBM)
tergantung pada terjadinya simultan pada ketiga faktor yaitu: adanya motivasi
yang cukup (masalah kesehatan) agar menjadi sebuah masalah kesehatan yang
menonjol atau relevan. Keyakinan bahwa seseorang rentan terhadap masalah
kesehatan atau penyakit yang serius. Hal ini sering disebut ancaman.
Keyakinan bahwa setelah melakukan perilaku kesehatan tertentu akan
bermanfaat dalam mengurangi ancaman dan dengan biaya atau usaha yang
dikeluarkan secara subjektif diterima. Biaya mengacu pada hambatan yang

21

dirasakan harus diatasi dalam berperilaku kesehatan, namun tidak sebatas pada
pengeluaran biaya.
Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman
berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan. Kesiapan individu
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap
penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap
penyakit, dan adanya kepercayaan perubahan perilaku akan memberikan
keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu
sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu
terhadap perubahan yang serupa (Rosenstock,1988)
Menurut Rosenstock (1988) model kepercayaan kesehatan / Health
Belief Model Memiliki 4 persepsi yang membentuk HBM itu sendiri yaitu
Keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness), kerentanan yang dirasakan
(perceived susceptibility), manfaat yang dirasakan (perceived benefits), dan
rintangan yang dirasakan (perceived barrier). Setiap persepsi tersebut baik
secara sendiri maupun dikombinasikan dapat digunakan untuk menjelaskan
perilaku kesehatan (Health Behavior), yaitu :
1. Persepsi Keseriusan (perceived seriousness)
Satu keyakinan tentang akan keseriusan kondisi medis dan urutan
peristiwa setelah diagnosis dan perasaan pribadi yang berkaitan dengan
konsekuensi dari kondisi medis tertentu. Tindakan individu untuk menilai
keseriusan kondisi dari penyakit yang dideritanya (Rosesnstock,1988).
Penyakit polio misalnya, akan dirasakan lebih serius bila dibandingkan

22

dengan flu. Oleh karena itu, tindakan pencegahan polio akan lebih banyak
dilakukan bila dibandingkan dengan pencegahan dan pengobatan flu.
(McCornick-Brown, 1999).
2. Persepsi Kerentanan (perceived susceptibility)
Perceived Susceptibility / Kerentanan yang dirasakan mengacu pada
keyakinan tentang kemungkinan mendapatkan penyakit atau kondisi. Setiap
individu memiliki persepsinya sendiri dari kemungkinan mengalami suatu
kondisi yang akan merugikan kesehatannya. Individu bervariasi dalam
persepsi mereka tentang kerentanan terhadap penyakit. Mereka yang
menganggap dirinya berisiko rendah menyangkal kemungkinan tertular suatu
kondisi yang merugikan. Individu dalam kategori moderat mengakui
kemungkinan statistik kerentanan penyakit. Orang-orang yang memiliki
risiko tinggi terhadap kerentanan merasa ada bahaya nyata bahwa mereka
akan mengalami kondisi yang merugikan atau terjangkit penyakit tertentu
(Rosenstock,1988). Penelitian yang dilakukan oleh Champion (1993) tentang
Pencegahan Kanker Payudara dengan Breast Self Examination (BSE) dengan
menggunakan teori Health Belief Model

menyatakan bahwa persepsi

terhadap kerentanan terkena kanker payudara karena memiliki riwayat kanker
dalam keluarga akan memotivasi seseorang untuk melakukan SADARI.
3. Persepsi Manfaat (perceived benefits)
Manfaat yang dirasakan adalah salah satu kepercayaan pada
kemanjuran dari tindakan yang disarankan untuk mengurangi risiko
kesehatan. Juga disebut sebagai manfaat yang dirasakan mengambil tindakan
kesehatan, sikap perubahan perilaku kesehatan bergantung pada pandangan

23

seseorang tentang manfaat kesehatan untuk melakukan tindakan kesehatan
(Rosenstock,1988). Penelitian yang dilakukan oleh Champion (1993) tentang
Pencegahan Kanker Payudara dengan Breast Self Examination (BSE) dengan
menggunakan teori Health Belief Model menyatakan bahwa pada seseorang
yang melakukan SADARI secara teratur setelah ia mampu merasakan
benjolan pada payudaranya.
4. Persepsi Hambatan (perceived barrier)
Hambatan merujuk kepada aspek negatif potensial atau penghalang
untuk mengambil tindakan direkomendasikan kesehatan Ini adalah
kepercayaan tentang biaya fisik dan psikologis mengambil tindakan
kesehatan (Rosenstock,1988). Analisis internal biaya manfaat terjadi,
beratnya efektivitas tindakan diharapkan kesehatan terhadap persepsi bahwa
hal itu mungkin menjadi halangan. Potensial rintangan mungkin termasuk
biaya keuangan, bahaya, rasa sakit, kesulitan, marah, ketidaknyamanan, dan
waktu-konsumsi (Janz et al., 2002). Dirasakan hambatan untuk melakukan
perilaku screening kanker payudara adalah emosional, sosial dan fisik.
Penelitian yang dilakukan oleh Champion (1993) tentang Pencegahan
Kanker Payudara dengan Breast Self Examination (BSE) dengan
menggunakan teori Health Belief Model menyatakan bahwa hambatan yang
sering mengahalangi praktik SADARI pada wanita adalah perasaan tidak
nyaman, takut tidak dapat melakukannya dengan benar, dan kurangnya
privasi untuk dapat melakukannya secara teratur.

24

5. Variabel Modifikasi (modifying variables)
Dari keempat konstruk persepsi Health Belief Model tersebut juga
dipengaruhi dari karakter individu itu sendiri seperti umur, jenis kelamin ,
etnis, pengalaman sebelumnya, kelas sosial, akses ke pelayanan kesehatan
dan sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Champion (1993) tentang
Pencegahan Kanker Payudara dengan Breast Self Examination (BSE)
dengan menggunakan teori Health Belief Model menyatakan bahwa selain
persepsi seseorang dalam melakukan Breast Self Examination (BSE) harus
didasari dari jenis kelamin,pengetahuan, dan pengalaman.
7. Self-Efficacy
Bandura Menjelaskan Self efficacy adalah kepercayaan seseorang
tentang kemampuannya untuk melakukan sesuatu . Orang-orang pada
umumnya tidak akan mencoba sesuatu yang baru tanpa mereka berpikir
mereka dapat melakukanya. Jika seseorang percaya perilaku yang baru
berguna (manfaat yang dirasakan), tetapi tidak berpikir ia mampu untuk
melakukannya (hambatan yang dirasakan), maka kesempatan itu tidak akan
dicoba. Self efficacy di tambahkan ke dalam health belief model yang asli
pada tahun 1988.

25

Bagan 2.1. Teori Health Belief Model Rosenstock,Becker,Janz, dan Hocbaum
(1988)
2.5. Kerangka Teori
Dalam mengambil suatu tindakan pencegahan ditentukan oleh 3
penilaian yang mereka buat, yaitu :
a. Persepsi terhadap keseriusan dan kerentanan kesehatan yang
mereka alami
b. Persepsi terhadap ancaman,manfaat, dan tindakan yang mereka
alami
c. Perilaku pencegahan kesehatan itu sendiri

26

Maka

peneliti

menggunakan

teori

Health

(Rosenstock,1988)

Bagan 2.2. Kerangka Teori Penelitian

Belief

Model

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep terdiri dari variabel independen dan dependen. Pada
penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah persepsi kerentanan
kanker payudara terhadap SADARI (perceived susceptibility), persepsi
keseriusan kanker payudara terhadap SADARI (perceived seriousness), persepsi
manfaat terhadap SADARI (perceived benefit), dan persepsi hambatan terhadap
SADARI (perceived barrier). Sedangkan sebagai variabel dependen adalah
perilaku pencegahan kanker payudara melalui pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI).
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Persepsi
Terhadap
Payudara

Keseriusan
Kanker

Persepsi
Terhadap
Payudara

Kerentanan
Kanker

Perilaku Pemeriksaan
Payudara Sendiri
(SADARI)

Persepsi
Manfaat
Terhadap SADARI

Persepsi
Hambatan
Terhadap SADARI

27

28

3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No

Variabel

Definisi

Cara
Ukur
Self report

Alat
Ukur
Kuesioner

Hasil
Ukur
0.Melakukan
Tidak Rutin
1.Melakukan
Rutin

Skala

1

Perilaku
Pemeriksaan
Payudara
Sendiri

2.

Persepsi
Keseriusan
Terhadap
Kanker
Payudara

Pemeriksaan
Payudara Sendiri
yang dilakukan
mahasiswi satu
bulan sekali
setelah 7-10 hari
masa menstruasi.
Pernyataan
responden
terhadap tingkat
keparahan yang
disebabkan
kanker payudara
jika dilakukan
SADARI

Self report

Kuesioner

Skala
Ordinal

Persepsi
Kerentanan
Terhadap
Kanker
Payudara

Pernyataan
Self responden
report
terhadap
ancaman kanker
payudara
terhadap dirinya
jika
dilakukan
SADARI

Kuesioner

Persepsi
Manfaat
Terhadap
SADARI

Pernyataan
responden
terhadap
keuntungan yang
diperoleh dari
melakukan
SADARI

Self –
report

Kuesioner

0. Kurang
Serius (jika
nilai